Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERENCANAAN GURU DAN


PERENCANAAN WAKTU DAN RUANG

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Pembelajaran Efektif)

Ditulis oleh :

Kelompok 5 :
Wahyu Fauzan Syahputra 17004070
Taufik Hidayat 17004106
Suci Nurhasanah 17004105
Fiza Syafitri 17004084
Ridho Nofriadi 17004035

Dosen Pengampu :

Dra. Fetri Yeni J, M.Pd.


Fitri Maiziani, S.Pd, M.Pd.

KURIKULUM & TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021
Daftar isi Halaman

Datar isi .................................................................................................................... i

Kata Pengantar....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Perencanaan Guru ............................................................................................3
1. Perspektif tentang Perencanaan ................................................................3
2. Dukungan Teoritis dan Praktis ..................................................................5
3. Ranah-ranah Perencanaan .........................................................................9
4. Pokok-pokok Perencanaan .......................................................................11
B. Perencanaan Waktu dan Ruang ....................................................................13
1. Perencanaan Waktu ..................................................................................13
2. Perencanaan Ruang ..................................................................................17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................21
B. Saran .................................................................................................................21

Daftar Pustaka ......................................................................................................22

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 i | ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat Kami selesaikan sesuai dengan
yang diharapkan. Dalam makalah ini Kami membahas tentang “Perencanaan Guru
dan Perencanaan Waktu dan Ruang”. Suatu materi yang membahas tentang
bagaimana cara guru merencanakan kegiatan pembelajaran sebelum
melaksanakannya.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman terhadap


Pengelolaan Pelaksanaan Pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran
yang di harapkan dalam belajar, sehingga tercapainya hasil belajar yang efektif
dan efisien, dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah “Manajemen Pembelajaran Efektif”. Dalam proses
penulisan makalah ini tentulah masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu Kami
selaku penulis makalah mengharapakan kritikan dan saran yang membangun,
demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah semoga bermanfaat.

Padang, 21 Maret 2021


Penulis

Kelompok 5

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 ii | ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan sesuatu tugas. Jadi
Perencanaan Pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum
mengajar tersebut di dalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu situasi
interaksi guru dan murid, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting
guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan pendidikan
nasional yang dituangkan dalam PERMENDIKNAS RI No. 52 Tahun 2008 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di
dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Selain tujuan, perencanaan
pengajaran juga bermanfaat untuk mendukung pencapaian suatu pengajaran baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Adapun jenis-jenis perencanaan pengajaran dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. (Harjanto, 2006:20)
Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang
guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan rencana pengajaran secara
jelas dan tegas. Karena dengan perencanaan itu, maka seseorang guru akan bisa
memberikan pelajaran dengan baik, karena ia dapat menghadapi situasi di dalam
kelas secara tegas, mantap dan fleksibel. Karena membuat perencanaan yang baik,
maka seorang akan tumbuh menjadi seorang guru yang baik. Seorang bisa menjadi
guru yang baik adalah berkat pertumbuhan, berkat pengalaman dan akibat dari hasil
belajar yang terus menerus, walaupun faktor bakat ikut pula berpengaruh.Oleh
karena itu, melalui tulisan yang sederhana ini akan dikemukakan secara singkat
tentang perencanaan guru, dan perencanaan waktu dan ruang Dengan harapan dapat
memberikan pemahaman kepada para guru dan calon guru agar dalam
merencanakan suatu pengajaran dapat direncanakan secara baik dan sesuai dengan
M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 1 | 22
tujuan pembelajaran yang diharapkan berdasarkan undang-undang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka dapat di ketahui rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa konsep dasar dari perencanaan guru?
2. Apa saja klasifikasi dari perencanaan guru
3. Apa konsep dasar dari perencanaan waktu dan ruang?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka dapat di ketahui tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari perencanaan guru
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari perencanaan guru
3. Untuk mengetahui konsep dasar dari perencanaan waktu dan ruang

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 2 | 22
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Guru
1. Perspektif tentang Perencanaan
Perencanaan berasal dari kata dasar “rencana” yang artinya membuat
rancangan sketsa (kerangka sesuatu yang akan dikerjakan). Di dalam ilmu
manajemen pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah “planning”, yaitu:
persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian
suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian
tujuan tertentu.
Karena menurut ilmu manajemen, perencanaan berperan: menentukan
tujuan dan prosedur mencapai tujuan, memungkinkan organisasi mendapat
sumber daya untuk mencapai tujuan, memperjelas bagi anggota organisasi
melakukan berbagai kegiatan sesuai tujuan dan prosedur dan memungkinkan
untuk memantau dan mengukur keberhasilan organisasi serta mengatasi bila ada
kekeliruan. Peter Drucker dalam A.W. Tunggal (1993) mengatakan ada 3
macam tolok ukur keberhasilan organisasi, yaitu:
1. Efficiency = doing things right
2. Economy = minimisasi + maksimasi
3. Effectiveness = doing the right things
Di antara ketiga ukuran itu menurut Drucker, efektivitaslah yang lebih
penting dari efisiensi dan ekonomis, sebab yang penting bagaimana melakukan
sesuatu dengan baik (efisien), tapi yang lebih penting adalah bagaimana memilih
sesuatu yang baik (goal) untuk dikerjakan (efektif).
Menurut Sudjana (1991: 20) bahwa makna atau arti dari perencanaan/
program belajar mengajar tidak lain adalah suatu proyeksi/perkiraan guru
mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran itu
berlangsung.

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 3 | 22
Briggs (1978: 20) mengatakan bahwa perencanaan pembelajaran adalah
keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan
sistem penyampaiannya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
tersebut, termasuk di dalammya pengembangan paket pembelajaran dan
kegiatan belajar mengajar, uji coba dan revisi paket pembelajaran dan terakhir
adalah mengevaluasi program dan hasil belajar.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
perencanaan pembelajaran adalah merupakan suatu gambaran umum tentang
langkah-langkah yang akan dilakukan seorang guru didalam kelas pada waktu
yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien. Dengan demikian perencanaan pembelajaran merupakan suatu hal
yang harus dirancang oleh setiap guru , karena hal ini merupakan salah satu
kompetensi yang harus diwujudkannya. Dengan demikian, sebagai seorang
perancang pembelajaran, guru bertugas membuat rancangan program
pembelajarannya (meliputi pengorganisasian bahan ajar, penyajian dan
evaluasi) yang menjadi tanggung jawabnya sesuai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Dengan kata lain, perencanaan pembelajaran merupakan perencanaan yang
sistematik dan suatu pembelajaran yang akan dimanifestasikan bersama- sama
(kepada) peserta didik. Dalam rangka hal ini, ada baiknya jika guru lebih dahulu
memiliki proses berfikir dalam dirinya; apa yang akan diajarkan, dan materi apa
yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan, bagaimana cara
mengajarkan serta prosedur pencapaiannya, dan bagaimana guru menilai (untuk
mengetahui) apakah tujuan sudah dicapai atau apakah materi sudah dikuasai
oleh peserta didik atau belum.
Perbaikan pembelajaran diawali dengan perencanaan pembelajaran, karena
perencanaan pembelajaran dapat dijadikan sebagai titik awal dalam upaya
perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini berarti bahw perbaikan kualitas

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 4 | 22
pembelajaran haruslah di awali dari perbaikan kualitas perencanaan
pembelajaran
Inti dari perencanaan pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Penekanan utama dalam perencanaan pembelajaran terletak pada pemilihan,
penetapan dan pengembangan variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode
pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran.
Analisisnya akan menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya dan apa
hasil pembelajaran yang diharapkan.
2. Dukungan Teoritis dan Praktis
Teori adalah suatu susunan pernyataan yang mengizinkan kita untuk
menjelaskan, memprediksi, atau sebagai alat kontrol kejadian-kejadian. Ada dua
macam jenis teori yang menggambarkan perencanaan pembelajaran, yaitu:
a. Teori Deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena-fenomena sebagai hipotesa
mereka yang ada, seperti teori-teori belajar.
Teori atau prinsip pembelajaran deskriptif menempatkan variabel kondisi
dan metode pembelajaran sebagai givens dan mendeskripsikan hasil sebagai
variabel yang di amati. Degeng (1989) mengartikan teori deskriptif adalah
kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan parameter
kedua variabel ini berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel hasil
pembelajaran, sebagai variabel terikat.
Hasil pembelajaran yang dideskripsikan pada teori deskriptif adalah hasil
nyata (actual outcomes) sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu
dibawah kondisi tertentu.
b. Teori Preskriptif, yaitu menentukan tindakan yang menunjukkan hasil yang
pasti, seperti teori sistem, teori komunikasi dan teori instruksional.
Teori preskriptif adalah teori yang berorientasi pada tujuan, yaitu
mempreskripsikan metode pembelajaran yang optimal untuk kondisi yang

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 5 | 22
ditetapkan dan hasil yang dikehendaki. Teori ini menempatkan kondisi dan
hasil pada posisi givens serta metode pembelajaran yang optimal ditetapkan
sebagai variabel yang di amati. Menurut Degeng (1989) untuk teori
preskriptif, variabel kondisi dan hasil yang diinginkan, yang mungkin juga
berinteraksi, dan parameter kedua variabel ini digunakan untuk menetapkan
metode pembelajaran yang optimal, yang menjadi variabel tergantung. Hasil
pembelajaran yang diamati dalam teori preskriptif adalah hasil pembelajaran
yang diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Berdasarkan kedua teori tersebut, maka dapat dijelaskan beberapa teori yang
mendasari perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
1) Teori-teori Belajar
Teori belajar adalah merupakan teori deskriptif, yaitu menjelaskan
bagaimana belajar itu ditempatkan. Ada dua kategori utama dari teori
belajar yang mempengaruhi susunan dan keputusan-keputusan desain
pembelajaran, yaitu teori Behavior dan teori Kognitif.
a. Teori Belajar Behavior
Menurut pandangan behavioristik (seperti Ivan Pavlov, E.L.
Torndike, J.B.Watson dan B. F. Skinner), belajar adalah perubahan
tingkah laku, dalam cara seseorang berbuat pada situasi tertentu. Teori
ini menekankan pada apa yang dapat dilihat yaitu tingkah laku, dan
tidak memperhatikan apa yang terjadi didalam fikiran karena tidak
dapat di amati.
Teori ini berpendapat bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh
kejadian- kejadian didalam lingkungannya, yang akan memberikan
pengalaman- pengalaman tertentu kepadanya. Oleh sebab itu, belajar
disini merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan
paradigma S-R (Stimulus-Respon), yaitu suatu proses yang
memberikan respons tertentu terhadap yang datang dari luar.

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 6 | 22
Penerapan prinsip behaviorisme didalam pendidikan adalah
pengajaran terprogram dari Skinner, yang mana materi disajikan
dalam unit-unit kecil yang mudah dipelajari siswa. Setiap kali unit
tersebut selesai dipelajari maka segera memperoleh umpan balik.
Respons yang benar diberi penguatan yang positif.
b. Teori Belajar Kognitif.
Pada saat ini teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang
paling berpengaruh dalam praktek mendesain pembelajaran. Teori ini
lebih banyak menekankan pada faktor-faktor yang ada pada siswa dan
kurang menekankan faktor-faktor yang ada pada lingkungan, seperti
pada teori behavior. Salah satu kontribusi yang paling berpengaruh
dari teori belajar kognitif pada praktek desain pembelajaran adalah
teori proses informasi. Yang pertama sekali membuat model teori ini
adalah Arkitson dan Shifrin (1968). Kemudian R.Gagne (1988)
mengembangkannya dengan memberikan ilustrasi pada susunan dan
prosesnya.
Menurut teori ini, alat indra mengirimkan informasi ke register
indrawi untuk disimpan sebentar (satu sampai dua detik), informasi
tersebut diberi arti melalui perhatian dan persepsi. Setelah diubah
menjadi kode- kode, informasi tersebut kemudian masuk kedalam
Ingatan Jangka Pendek. Tempat penyimpanan disini terbatas,
informasi hanya tinggal sebentar, informasi itu digunakan dan hilang
kecuali di ulang-ulang. Informasi yang disimpan untuk diingat
kembali dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada dan
karenanya disimpan didalam Ingatan Jangka Panjang, suatu tempat
penyimpanan ingatan yang tetap. Bentuk, susunan dan urutan dari
respon dibentuk oleh generator respon, lalu informasi tersebut dikirim
kembali ketika diperlukan.

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 7 | 22
2) Teori Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema “ yang berarti
sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara
teratur dan merupakan satu keseluruhan (a whole), (Tatang, 1996:1).
Kita bisa melihat pengaruh teori sistem dalam kebanyakan model-model
perencanaan pembelajaran yang terdapat didalam beberapa teori dan
model dari belajar individu. Artikel Andrew dan Goodson (1980) yang
mengkaji ulang model-model desain instruksional mengatakan bahwa
70% model- model itu menggunakan teori sistem sebagai dasarnya.
Briggs (1977) mendefinisikan pendekatan sistem dalam pendidikan
adalah sebagai suatu gabungan perencanaan untuk melaksanakan semua
komponen-komponen (sub-sistem) dari sebuah sistem desain untuk
memecahkan suatu persoalan, atau menemukan sesuatu yang dibutuhkan.
Dengan demikian proses desain pembelajaran sebagai suatu sistem adalah
sekumpulan komponen-komponen (langkah-langkah) yang direncanakan
mereka untuk mengatasi masalah atau kebutuhan pembelajaran yang
paling utama.
3) Teori Komunikasi
Teori komunikasi memiliki pengaruh yang kuat dalam lapangan
perencanaan pembelajaran. Pengaruh ini terutama terlihat dalam
membuat keputusan ketika memilih media dan menulis tujuan
pembelajaran.
Salah satu konstribusi teori komunikasi adalah model bagaimana
informasi dikomunikasikan dari seseorang kepada yang lainnya. Dalam
pengajaran, pesan pembelajaran mungkin akan dirubah oleh persaingan
stimuli atau lemahnya kualitas penyampaian pesan.

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 8 | 22
4) Teori Instruksional/Pembelajaran
Teori instruksional merupakan suatu kumpulan prinsip-prinsip yang
terintegrasi dan yang memberikan preskripsi untuk mengatur situasi atau
lingkungan belajar sedemikian rupa, sehingga dapat membantu siswa
mencapai tujuan belajar dengan mudah. Prinsip-prinsip ini dapat
diterapkan didalam situasi dimana terdapat guru maupun tidak, seperti
halnya pengajaran dengan komputer, pengajaran jarak jauh, pengajaran
terprogram, metode belajar secara inkuiri atau bentuk belajar menemukan
(discovery). Teori ini juga memberikan arahan dalam pemilihan metode
mana yang dapat berhasil dan mengapa metode lain tidak akan
memberikan hasil yang memadai apabila diterapkan. Teori-teori
instruksional bukan hanya memberikan deskripsi mengenai proses belajar,
tetapi juga memberikan preskripsi tentang apa yang harus dilakukan guru
untuk memperlancar proses belajar siswa.
3. Ranah-ranah Perencanaan
Harjanto dalam bukunya Perencanaan Pengajaran (2006:20)
mengungkapkan bahwa jenis-jenis perencanaan berdasarkan besaran atau
magnitude, maka perencanaan dapat dibagi dalam:
1. Perencanaan Makro, yakni perencanaan yang mempunyai telaah nasional,
yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang
ingin dicapai dan cara-cara yang dipakai dalam mencapai tujuan tersebut.
Seperti mata pelajaran bahasa Arab sudah terencana dan diatur dalam
peraturan Kemenag.
2. Perencanaan Meso. Kebijakan yang ditetapkan dalam perencanaan makro,
kemudian dijabarkan lebih rinci kedalam program-program dalam dimensi
yang lebih kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat
operasional, disesuaikan dengan keadaan daerah, departemen atau unit-unit
lainnya. Seperti pengadaan MGMP pada setiap daerah.

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 9 | 22
3. Perencanaan Mikro. Diartikan sebagai perencanaan tingkat institusional, dan
merupakan jabaran lebih spesifik dari perencanaan tingkat meso. Dalam
tahap ini, karakteristik-karakteristik lembaga diperhatikan, namun tidak
boleh bertentangan dengan apa yang ditetapkan oleh perencanaan makro
maupun meso. Seperti pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) oleh guru untuk digunakan dalam pengajaran di kelas.
Sedangkan perencanaan jika ditinjau dari telaahnya terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Perencanaan Strategis, yakni perencanaan yang berkaitan dengan penetapan
tujuan, pengalokasian sumber-sumber dalam mencapai tujuan dan kebijakan
yang dipakai sebagai pedoman. Misalnya, pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) di sekolah oleh guru didasarkan pada kurikulum apa
yang hendak digunakan dan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
2. Perencanaan Manajerial, yaitu perencanaan yang ditujukan untuk
mengarahkan proses pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Misalnya adanya silabus untuk pedoman dalam proses
pengajaran.
3. Perencanaan Operasional, memusatkan perhatian pada apa yang akan
dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari rencana manajerial.
Misalnya implemantasi dari silabus yang akan digunakan.
Perencanaan ditinjau dari jangka waktu maka dibedakan dalam:
1. Perencanaan jangka panjang, yaitu rencana yang mencakup kurun waktu 10
sampai dengan 25 tahun.
2. Perencanaan jangka menengah, yaitu rencana yang mencakup kurun waktu
antara 4 sampai dengan 10 tahun. Merupakan penjabaran operasional dari
rencana jangka panjang.
3. Rencana jangka pendek, yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara
1 sampai dengan 3 tahun dan merupakan jabaran dari rencana jangka
menengah dan jangka panjang. Misalnya program tahunan (prota) yang

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 10 | 22
menjelaskan tentang rencana pengajaran yang akan dicapai selama satu
tahun.
4. Pokok-pokok Perencanaan
Hal-hal yang perlu dipertanyakan dalam perencanaan pengajaran adalah:
1. Tujuan dan fungsi pendidikan apa yang harus diprioritaskan dengan masing-
masing subsistemnya
2. Alternative apa yang terbaik yang mungkin untuk dilaksanakan untuk
mencapai bermacan tujuan dan fungsi
3. Seberapa jauh sumberdaya yang dimiliki oleh bangsa atau masyarakat yang
akan diikut sertakan dalam pendidikan
4. Siapa yang akan membiayai
5. Begaimana hendaknya sumber yang diperuntukkan bagi pendidik
Terdapat 3 pendekatan terhadap perencanaan pengajaran, yakni:
1. Pendekatan tuntutan social
Tuntutan social diartikan sebagai kumpulan tuntutan umum untuk
memperoleh pendidikan.
Ada beberapa kritik terhadap pendekatan ini:
a) Pendekatan ini mengabaikan masalah alokasi sumber nasional dan
menganggap bahwa tidak menjadi persoalan berapa banyak sumber itu
dialokasikan kesektor pendidikan
b) Tidak mempedulikan apakah tenaga kerja terdahulu banyak atau terlalu
sedikit
c) Pendidikan menjadi suatu bentuk investasi modal yang kurang produktif
d) Menurunnya kualitas guru dan wibawa mereka secara drastis
2. Pendekatan tenaga kerja
Pendekatan tenaga kerja melalui pendidikan merupakan syarat penting dalam
investasi strategis terhadap pembangunan nasional, namun dalam
pelaksanaannya terdapat kelemahan:

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 11 | 22
a) Hanya mampu memberi bimbingan yang terbatas kepada para perencana
b) Klasifikasi pekerjaan dan perbandingan tenaga kerja antara profesi kurang
sesuai dengan kebutuhan nyata
c) Mengingat cepatnya perubahan teknologi yang sekaligus menuntut
kualifikasi tenaga yang berbeda-beda, sehingga tidak mungkin
mengadakan estimasi yang akurat tentang kualifikasi tenaga kerja pada
masa akan datang
d) Tenaga kerja terjerat dalam pola pikir yang sempit karna asumsi bahwa
ekonomi menciptakan kebutuhan tenaga kerja sedangkan pendidikan
bersifat pasif mengikutinya
3. Pendekatan nilai imbalan
Pendekatan ini mengatasi alokasi sumber dana nasional yang terjadi pada
pendekatan sosial dan tenaga kerja. Masalah ini diatasi dengan mencari
keseimbangan antara keuntungan dan kerugian dari alternative yang dipilih.
Mencari alternative dan mengkaji tentang biaya dan manfaat yang diperoleh
kemudian memilih alternative yang dirasa paling menguntungkan.
Pendekatan ini mempunyai kelemahan:
a) Data dasar yang akurat untuk menghitung untung rugi dalam dunia
pendidikan sangat sulit, terutama yang menyangkut taksiran biaya peserta
didik
b) Sangat menghitung keuntungan yang diperoleh akibat pendidikan masa
mendatang. Makin tinggi tambahan pendapat yang diperoleh
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan selama mengikuti
pendidikan, maka alokasi semakin baik. Namun hal ini berakibat adanya
perbedaan tingkat atau jenis pendidikan dimasa lalu dan masa mendatang
c) Kemungkinan mereka tertarik pada analisis statistik akan mengatakan
bahwa tambahan pendapatan yang diperoleh diluar factor pendidikan

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 12 | 22
dapat dipisahkan melalui penelitian itu dilakukan secara benar namun
belum membri kepastian yang mutlak.
B. Perencanaan Waktu dan Ruang
1. Perencanaan Waktu
Manajemen waktu di kelas adalah tugas yang kompleks dan sulit bagi guru,
meskipun di permukaan tampak cukup sederhana dan efektif-praktis. Untungnya,
dasar pengetahuan tentang penggunaan waktu di kelas ini telah dikembangkan
dengan cukup baik sehingga dapat membimbing guru dalam membuat
perencanaan di bidang ini. Secara esensial, penilaian membenarkan bahwa apa
yang sudah diketahui oleh guru-guru berpengalaman, yakni: Waktu yang tersedia
untuk pengajaran yang tampaknya melimpah pada saat tahun ajaran dimulai
dengan cepat berubah menjadi sumber daya yang langka.
Terlalu sering terjadi, guru-guru yang belum berpengalaman menemukan
dirinya harus harus berpacu untuk menyelesaikan berbagai topik dalam waktu
sependek mungkin agar dapat menyelesaikan seluruh isi yang ditargetkan.
Sayangnya, apa yang bagi mereka tampak sebagai penggunaan waktu yang
efisien sering kali hanya sedikit membuahkan hasil dalam siswa belajar, itu pun
kalau ada. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan waktu yang efektif sama
pentingnya dengan banyaknya waktu yang dihabiskan pada sebuah topik. Minat
tentang penggunaan waktu di kelas yang saat ini mulai marak terutama berasal
dari pemikiran dan penelitian yang dilaksanakan pada 1970-an dan 1980-an.
Sejumlah studi selama era itu menghasilkan tiga temuan penting (Fisheret al.,
1980; Rosenshine, 1980; Stallings & Kaskowitz):
1. Waktu yang dialokasikan dan digunakan untuk tugas tertentu terkait erat
dengan prestasi akademik siswa. Apa yang ditemukan oleh para peneliti adalah
terlepas dari metode yang digunakan oleh guru dalam program-program
tertentu, kelas sebagai tempat siswanya menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk terlibat dalam tugas akademis adalah kelas sebagai tempat

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 13 | 22
siswa-siswanya mendapatkan prestasi akademik tertinggi di bidang membaca
dan matematika.
2. Guru-guru menunjukkan variasi yang besar dalam hal banyaknya waktu yang
mereka alokasikan untuk berbagai studi. Sebagai contoh, di salah satu studi,
peneliti menemukan beberapa kasus di kelas lima SD yang mengalokasikan
waktu selama enam puluh menit sehari untuk belajar membaca dan language
arts (keterampilan komunikasi tulis dan oral) sementara beberapa kelas lainnya
menghabiskan waktu dua setengah jam untuk subjek-subjek ini.
3. Terlepas dari banyaknya waktu yang dialookasikan guru untuk topik tertentu,
banyak waktu yang siswanya benar-benar terlibat dalam kegiatan belajar
sangat bervariasi. Proporsi waktu yang besar ditemukan telah digunakan untuk
berbagai kegiatan nonakademik, nonintruksional, dan berbagai rutinitas
kegiatan kerumahtanggaan.
Studi tentang waktu ini membuat Carol Weinstein dan Andrew Mignano (2002,
2007) membedakan waktu pengajaran menjadi tujuh kategori:
1. Total Time. Yang dimaksud adalah total waktu yang dihabiskan siswa di
sekolah. Di kebanyakan negara bagian, waktu yang diwajibkan terdiri atas 180
hari sekolah per tahun ajaran, yang masing-masing terdiri atas enam sampai
tujuh jam sekolah per hari.
2. Attended Time. Yang dimaksud adalah banyaknya waktu yang sebenarnya
digunakan siswa untuk hadir di sekolah. Sakit, sistem pemanas yang rusak,
dan hari-hari bersalju mengurangi banyaknya waktu kehadiran dari total waktu
yang disyaratkan oleh undang-undang.
3. Available Time. Sebagian waktu sekolah yang digunakan untuk makan siang,
istirahat, rapat, dan kegiatan ekstrakurikuler lain yang, sebagai akibatnya,
mengurangi waktu untuk maksud-maksud akademik.

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 14 | 22
4. Planned Academic Time. Ketika guru mengisi buku rencana, mereka
menyisihkan sejumlah waktu untuk berbagai subjek dan kegiatan, yang
disebut planned academic time (waktu akademik yang direncanakan).
5. Actual Academic Time. Banyaknya waktu yang sebenarnya dihabiskan guru
untuk berbagai tugas dan kegiatan akademik disebut allocated time (waktu
yang dialokasikan). Istilah ini juga disebut opportunity to learn (kesempatan
untuk belajar) dan diukur dari banyaknya waktu yang diperintahkan kepada
siswa oleh guru untuk tugas akademik tertentu.
6. Engaged Time. Banyaknya waktu yang sebenarnya dihabiskan siswa untuk
kegiatan atau tugas belajar disebut engaged time (waktu keterlibatan) atau
time on task (waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan tugas). Tipe waktu
ini diukur berdasarkan perilaku on-task (mengerjakan tugas) dan off-task
(tidak mengerjakan tugas). Bila guru mengalokasikan waktu untuk soal-soal
matematika dan siswa bekerja untuk menyelesaikan soal-soal tersebut, maka
perilaku siswa disebut on-task. Sebaliknya, bila siswa mengobrol tentang
sepak bola dengan siswa lain selama jam pelajaran, maka perilakunya disebut
off-task.
7. Academic Learning Time (ALT). banyak waktu yang dihabiskan siswa untuk
terlibat dalam tugas akademik hingga ia dapat meraih kesuksesan disebut
academic learning time (waktu belajar akademik). Hal inilah aspek waktu
yang paling erat terkait dengan pembelajaran siswa.
Studi-studi tentang waktu yang dilakukan oleh para peneliti pendidikan
terkemuka menerima perhatian dari seluruh dunia, baik dari para praktisi maupun
peneliti. Bila ada hubungan yang kuat antara time on task dan prestasi akademik,
penelitian tindak-lanjut tampaknya akan menemukan apa yang dilakukan oleh
sebagian guru untuk menghasilkan kelas dengan rasio on-task yang tinggi dan
apa yang dapat dilakukan untuk membantu guru-guru lain untuk berkembang ke
arah ini. Dua ranah yang menjadi perhatian dalam waktu dekat adalah bagaimana

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 15 | 22
guru mengorganisasikan dan mengelola kelas mereka dan metode mengajar
tertentu yang mereka gunakan.
Waktu adalah sumber daya terbatas di sekolah. Sekolah biasanya melakukan
pertemuan sekitar 6 jam per hari selama 180 hari setiap tahun. Waktu untuk
kegiatan pendidikan dapat diperpanjang melalui penugasan pekerjaan rumah,
tetapi waktu total yang tersedia untuk pengajaran pada dasarnya ditentukan. Dari
6 jam ini harus terdapat waktu untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran
ditambah dengan waktu untuk istirahat, olahraraga (pendidikan jasmani),
peralihan di antara jam pelajaram, pengumuman dan sebagainya. Oleh karena itu
banyak alokasi waktu yang hilang. Alokasi waktu adalah waktu yang tersedia
bagi siswa untuk mempunyai kesempatan belajar.
Ada beberapa cara untuk meminimalisasikan alokasi waktu yang hilang dalam
pengajaran:
1. Menggunakan semua waktu di ruang kelas dengan baik.
2. Mencegah permulaan yang terlambat dan penyelesaian dini
3. Mencegah gangguan dari dalam atau dari luar
4. Menangani prosedur rutin
5. Meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplin
6. Menggunakan waktu sibuk dengan efektif
Oleh karena itu, metode memaksimalkan alokasi waktu meliputi mencegah
awal pengajaran yang terlambat dan pengakhiran dini, mencegah gangguan,
menangani prosedur rutin dengan mulus dan cepat, menimalkan waktu yang
dihabiskan untuk disiplin, dan menggunakan waktu sibuk dengan efektif. Waktu
sibuk adalah waktu yang digunakan masing-masing siswa yang benar-benar
menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan, guru dapat memaksimalkan waktu
sibuk dengan memberikan pelajaran yang memikat, mempertahankan daya gerak,
mempertahankan kemulusan pengajaran, mengelola perhatian, mempertahankan
fokus kelompok, mempraktikan kejelian, dan tupang tindih. Di ruang kelas yang

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 16 | 22
terpusat pada siswa, manajemen ruang kelas lebih memungkinkan partisipasi,
dengan siswa yang terlibat dalam menetapkan standar perilaku, namun peraturan
masih diperlukan dan harus dikomunikasikan secara konsisten dan ditegakkan.
2. Perencanaan Ruang
Penataan ruang kelas sangat penting dan tidak memiliki solusi yang sederhana.
Yang terpenting bagaimana ruang kelas digunakan memengaruhi bagaimana para
partisipan di kelas saling berhubungan dan apa yang dipelajari oleh siswa. Simak,
misalnya, bagaimana seorang guru melaksanakan diskusi dengan siswa-siswanya.
Guru dan siswa-siswa dapat ditata dalam bentuk lingkaran yang memungkinkan
komunikasi yang merata diantara semua pihak atau, seperti yang lazim
digunakan, tempat duduk siswa dapat ditata dalam baris-baris lurus yang semua
informasinya diarahkan ke dan dari figur sentral (guru). Dalam penataan terakhir
ini, diskusi tidak terjadi di antara siswa-siswa, tetapi antara siswa dan guru.
Seperti ditunjukkan oleh contoh ini, bagaimana ruang dirancang tidak hanya
memengaruhi pola komunikasi, tetapi juga kekuatan hubungan antara guru dan
siswa. Hubungan ini penting karena dapat memengaruhi seberapa jauh siswa
merasa memiliki pelajaran dan menjadi pelajar yang mandiri.
Penataan siswa, meja, dan tempat duduk tidak hanya membantu menentukan
pola komunikasi dan hubungan interpersonal di kelas, tetapi juga memengaruhi
berbagai keputusan sehari-hari yang harus dibuat guru tentang manajemen dan
penggunaan sumber daya yang langka. Pilihan-pilihan yang terlibat tidak benar-
benar jelas. Untungnya, body of research yang substansial menyediakan
pedoman bagi guru ketika mereka memikirkan tentang keputusan-keputusan
tersebut.
1. Prinsip Penataan Kelas
Berikut ini prinsip dasar yang dapat Anda pakai untuk menata kelas Anda
(Evertson, Emmer, & Warsham, 2003):

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 17 | 22
a) Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang. Ganguan dapat terjadi di daerah
yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar Kelompok,
bangku murid, meja guru, dan lokasi penyimpanan pensil, rak buku,
komputer, dan lokasi lainnya. Pisahkan area-area ini sejauh mungkin dan
pastikan mudah diakses.
b) Pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas
manajemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk
itu, Anda harus bisa melihat semua murid. Pastikan ada jarak pandang
yang jelas dari meja Anda, lokasi instruksional, meja murid, dan semua
murid. Jangan sampai ada yang tidak kelihatan.
c) Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses. Ini akan
meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi
kelambatan dan gangguan aktivitas.
d) Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.
Tentukan di mana Anda dan murid Anda akan berada saat presentasi kelas
diadakan. Untuk aktivitas ini, murid tidak boleh memindahkan kursi atau
menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat
melihat dari tempat mereka, duduklah di kursi mereka.
2. Gaya Penataan
Dalam memikirkan bagaimana cara Anda mengorganisasikan ruang fisik
kelas, Anda harus bertanya kepada diri sendiri tipe aktivitas pengajaran apa
yang akan diterima murid (seluruh kelas, Kelompok kecil, tugas individual,
dan lain-lain). Pertimbangkan penataan fisik yang paling mendukung aktivitas
itu (Crane, 2001; Fickes, 2001).
Penataan Kelas standar. sejumlah gaya penataan kelas, seperti: auditorium,
tatap-muka, off-set, seminar, dan Klaster (Renne,1997). Dalam gaya
auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini
membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak ke mana saja.

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 18 | 22
Gaya auditorium sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang
memberi presentasi ke kelas. Dalam gaya tatap muka (face-to-face), murid
saling menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan
ini ketimbang pada susunan auditorial. Dalam gaya off-set, sejumlah murid
(biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku tetapi tidak duduk
berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit
ketimbang gaya tatap muka dan dapat efektif untuk kegiatan pembelajaran
kooperatif. Dalam gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk
di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. ini terutama
efektif ketika Anda ingin agar murid berbicara satu sama lain atau bercakap-
cakap dengan Anda. Dalam gaya klaster (cluster), sejumlah murid (biasanya
empat sampai delapan anak) bekerja dalam Kelompok kecil. Susunan ini
terutama efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif.
Susunan meja yang mengelompok akan mendorong interaksi sosial di
antara murid. Sebaliknya, susunan meja yang berbentuk lajur akan
mengurangi interaksi sosial di antara murid dan mengarahkan perhatian murid
kepada guru. Menata meja dalam lajur-lajur dapat bermanfaat bagi murid
ketika mereka harus mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri, sedangkan
meja yang dikelompokkan akan membantu proses belajar kooperatif. Di kelas
di mana bangkunya ditata dalam lajur-lajur, guru lebih mungkin untuk
berinteraksi dengan murid yang duduk di deret depandan tengah (Adams &
Biddle, 1970). Area ini dinamakan “zona aksi” karena murid di depan dan
tengah lokasi paling banyak berinteraksi dengan guru. Misalnya, mereka
paling sering mengajukan pertanyaan dan paling mungkin mengawali diskusi.
Jika Anda menggunakan tatanan lajur ini, berkelilinglah jika mungkin, pakai
kontak mata dengan murid di luar “zona aksi,” beri komentar kepada murid di
kursi pinggir, dan secara periodik ubah posisi duduk murid sehingga semua
murid punya kesempatan yang sama untuk di bagian depan dan tengah.

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 19 | 22
Personalisasi Kelas. Menurut pakar manajemen kelas Carol Weinstein dan
Andrew Mignano (1997), kelas sering kali mirip dengan kamar motel-nyaman
tetapi impersonal, tidak mengungkapkan apa pun tentang orang yang
menggunakan ruang itu. Anonimitas semacam itu biasanya terjadi di kelas
sekolah menengah di mana enam atau tujuh kelas mungkin menggunakan
ruangan selama satu hari. Untuk mempersonalisasikan kelas, pasang foto
murid, karya seni, tugas, diagram tanggal lahir murid (untuk murid SD), dan
ekspresi murid lain yang positif. Papan bulletin dapat disediakan untuk
memajang nama “murid top minggu ini” atau karya terbaik minggu ini yang
dipilih sendiri oleh murid. Tak satu pun kelas yang dideskripsikan di sini akan
sama persis dengan karya Anda. Akan tetapi, prinsip dasar yang kami
paparkan di atas dapat membantu Anda menciptakan susunan kelas yang
optimal untuk pembelajaran

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 20 | 22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Perencanaan pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang
optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Penekanan utama
dalam perencanaan pembelajaran terletak pada pemilihan, penetapan dan
pengembangan variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran
harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisisnya akan
menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya dan apa hasil pembelajaran
yang diharapkan.
2. Adapun ranah-ranah dari perencanaan terbagi tiga yakni: a) perencanaan
berdasarkan besaran atau magnitude, b) perencanaan jika ditinjau dari
telaahnya ,dan c) Perencanaan ditinjau dari jangka waktu.
3. Perencanaan waktu dan ruang berarti kemampuan guru dalam merancang
suasana belajar yang nyaman saat belajar, dan waktu yang sesuai dalam
melaksanakan pembelajaran.
B. Saran
Dengan mengetahui pentingnya perencanaan pengajaran, diharapkan bisa
membantu memberikan pengetahuan kepada calon guru agar bisa memahami dan
merencanakan segala sesuatu sebelum kegiatan mengajar.
Demikianlah makalah ini penulis buat, untuk meyempurnakan makalah yang
sederhana ini penulis sangat mengharapkan saran dan krtik dari pembaca agar
tersempurnanya makalah ini. Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat
member manfaat untuk pemabaca khususnya untuk penulis sendiri. Terimakasih

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 21 | 22
DAFTAR PUSTAKA

Harjanto, (2008), Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta


B.Hamzah, Uno. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2013. “Perencanaan dan Desan Sistem Pembelajaran”. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Arikunto, Suharsimi, (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineka Cipta
Kemp, J.E. (1994). Proses Perancangan Pengajaran. Terjemahan Asril Marjohan. ITB.
Bandung.
Hamalik.Oemar. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Prastowo, Andi. 2015. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik
Terpadu. Jakarta: Prenadamedia Group.

Jusuf Enoch,(1992). Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan Jakarta, Bumi Aksara

http://iliya-liez.blogspot.com/2011/11/perencanaan-waktu-dan-ruang.html

M a k a l a h M P E K e l o m p o k 5 22 | 22

Anda mungkin juga menyukai