Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR PERENCANAAN


PEMBELAJARAN

Oleh :
ONA DESI
SILVIA OKTARINA
DESI FEBRIANTI
ATIKA HILMI

Dosen Pembimbing
ABDUL BASIT, S.Pd.I.,M.Pd
JUNAIDI MUSLIM, S.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
YAYASAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
SOLOK NAN INDAH (YP3SNI)
2013 M / 1434 H
KATA PENGANTAR

e
Pertama penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih belum sempurna dan terdapat
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga tugas ini dapat memberikan pengetahuan
dan sebagai referensi tambahan guna dapat dimanfaatkan untuk perkembangan
ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan
banyak maaf seandainya terdapat kesalahan yang disengaja maupun tidak sengaja
dan terima kasih.

Solok, Maret 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Perencanaan............................................................. 2
B. Perencanaan Pembelajaran.................................................... 3
C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran.......................... 3
D. Prinsip-Prinsip Umum Tentang Mengajar............................ 7
E. Tipe-Tipe Belajar ................................................................. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................... 11
B. Saran...................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan ialah menyeieksi dan menghubungkan pengetahuan,
fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
inemvisualisasi dan menginformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan
yang diperlukan, dan prilaku dalani batas-batas yang dapat diterima yang akan
digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan di sini menekankan pada usaha
menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan
datang serta usaha untuk mencapainya. Apa wujud yang akan datang itu dan
bagaimana usaha untuk mencapainya merupakan perencanaan.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Perencanaan
2. Perencanaan Pembelajaran
3. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
4. Prinsip-Prinsip Umum Tentang Mengajar
5. Tipe-Tipe Belajar

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is)
dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan
kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber.
Bagaimana seharusnya adalah mengacu pada masa yang akan datang.
Perencanaan di sini inenekankan kepada usaha mengisi kesenjangan antara
keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan dengan apa
yang dicita-citakan, ialah rnenghilangkan jarak antara keadaan sekarang
dengan keadaan mendatang yang diinginkan.
Sementara itu definisi yang lain tentang perencana dirumuskan sangat
pendek, perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan
menyeimbangkañ perubahan. Dalam definisi ini ada asumsi bahwa perubahan
selalu terjadi. Perubahan lingkungan ini selalu diantisipasi, dan hasil antisipasi
jul dipakai agar perubahan itu berimbang. Artinya perubahan yang terjadi
di luar organisasi pengajaran tidak jaub berbeda dengan perubahan yang
terjadi pada organisasi itu, dengan harapan agar organisasi tidak mengalami
keguncangan. Jadi, makna perencanaan di sini adalah usaha mengubah
organisasi agar sejalan dengan perubahan lingkungannya.
Definisi di atas memperlihatkan rumusan dan tekanan yang berbeda.
Yang satu mencari wjud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya,
yang lain menghilangkan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan
keadaan masa mendatang, dan yang satu lagi mengubah keadaan agar sejalan
dengan keadaan lingkungan yang juga berubah-ubah. Meskipun deniikian
pada hakilcatnya ketiganya bermakna sama, yaitu sama-sama ingin mencari
dan mencapai wujud yang akan datang, tetapi yang pertama dan kedua tidak
dinyatakan secara eksplisit bahwa wujud yang dicari itu akibat terjadinya
perubahan, termasuk perubahan dalam cita-cita.

2
B. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, .dan
pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada.
Kegiatan ml pada dasamya merupakan inti dan perencanaan pembelajaran.
Konsep pembelajaran yang dipakai dalam buku mi memiliki maksud
yang sama dengan konsep pembelajaran yang telah disusun sebelumnya (Uno,
Hamzah: 1998).) Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan
guru sebagai salah satu. sumber belajar, tetapi mungkin beninteraksi dengan
keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada
“bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari
siswa”.
Pembelajaran yang akan direncanaican memenlukan berbagai teoni
untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar
dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Untuk itu pembelajaran
sebagaimana disebut oleh Degeng (1989), Reigeluth (1983:8) sebagai suatu
disiplin ilmu menaruli perhatian pada perbaikan kualitas pembelajãran dengan
menggunakan teori pembelajaran deskriptif, sedangkan rancangan
pémbelajaran mendekati tujuan yang sama dengan berpijak pada teoni
pembelajaran preslinptif.

C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran


Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas,
dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan
pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:

3
1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan
perencanaan pembelajran yang diwujudkan dengan adanya desain
pembelajaran;
2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan
sistem;
3. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang
belajar;
4. Untuk merencanakan suatü desain pembelajaran diacukan pada siswa
secara perorangan;
5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada keteicapaian tujuan
pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan
tujuan pengiring dalam pembelajaran;
6. Sasaran akhir dan perencanaan desain pembelajaran adala.h mudabnya
siswa untuk belajar;
7. Perencanaan pexnbelaj aran hams melibatkan semua vaiiabel
pembelajaran;
8. Inti dan desain pembelajaran yang dibuat adalab penetapan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1. Perbaikan Kualitas Pembelajaran


Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan
perbaikan desain pembelajaran. Perencanan pembelajaran dapat dijadikan
titik awal dan upaya perbaikan kualitas pembel.ajaran. Hal ini
dimungkinkan karena dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan
dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang dengan
baik, mulai dan mengadakan analisis dan tujuan. pembelaj aran sampai
dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4
2. Pembelajaran Dirancang dengan Pendekatan Sistem
Untuk mencapai kualitas pembelajaran, desain pembelajaran yang
dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini disadari
bahwa dengan pendekatan sistem, akan memberikan peluang yang lebih
besar dalam mengintegrásikan semua variabel yang mempengaruhi
belajar, termnasuk keterkaitan antarvariabel pengajaran yakni vaniabel
kondisi pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran.

3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagalinana Seseorang Belajar


Kualitas pembelajaran juga banyak tergantung pada bagaimana
pembelajaran itu dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat
berdasarkan pendekatan perancangnya. Apakah bersifat intuitif atau
bersifat ilmiab. Jika bersifat intuitif, rancangan pembelajaran tersebut
banyak diwarnai oleh kehendak perancangnya. Akan tetapi, jika dibuat
berdasarkan pendekatan ilmiah, rancangan pembelajaran tersebut diwamai
oleh berbagal teoni yang dikemuicakan oleh para ilmuwan pembelajaran.

4. Desain Pembelajaran Diacukan pada Siswa Perorangan


Seseorang belajar merniliki potensi yang perlu dikembángkan.
Tindakan atau perilaku belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi
tindakan atau perilaku belajar itu akan tetap berjalan sesuai dengan
karakteristik siswa. Siswa yang lambat dalam berpikir, tidak xnungkin
dapat dipaksa segera bertindak secara cepat. Sebalikn3’a siswa yang
rnemiliki kenianipuan bespikir tinggi tidak niungkin dipaksa bertindak
dengan cara lambat.

5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan


Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tak
langsung (pengiring). Peranicangan pembelajaran perlu memilah basil
pembelajaran yang langsung dapat diukur setelain selesai pelalcsanaan
pembelajanan,. dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui
keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring. Perancang

5
pembelajaran seningkali merasa kecewa dengan hasil nyata yang
dicapainya karena ada. sejumlah hasil yang tidak segerabisa diamati
setelah pembelajaran berakhir terutama hasil pembelajaran yang terwasuk
pada ranah sikap. Padahal ketencapaian ranah sikap biasanya terbentuk
setelah secara kumulatif dan dalam waktu yang relatif lama tenintegrasi
keseluruhan hasil langsung pembelajaran.

6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar


Sebagaimana disebutkan di atas, pembelajaran adalah upaya
membelajarkan siswa den perancaagan pembelajaran merupakan penataan
upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata
dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang
dicapainya hasil pembelajaran.
Di samping itu, peran guru sebagai sumber belajar telah diatur
secara terencana, pelaksanaan evaluasi balk formatif maupun sumatif telah
terencana, memberikan kemudahan siswa untuk belajar. Dengan desain
pembelajaran, setiap kegiatan yang dilakukan guru telah terencana, dan
guru dapat denga mudah melakukan kegiatan peinbelajaran. Jilca hal mi
dilakukan dengan balk, sudah tentu sasaran akhir dan pembelajaran adalah
terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.

7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajarañ


Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel
pembelajaran yang dirasa turut mempengaruhi belajar. Ada tiga variabel
pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang
pembelajaran. Ketiga variabel tersebut adalah variabel kondisi, metode,
dan variabel hasil penibelajaran. Kondisi pembelajaran mencakup semua
vaniabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan
harus diteniniia apa adanya. Yang masuk dalam variabel mi adalah tujuan
pembelajaran, karaktenistik bidan studi, dan karaktenistilc siswa. Adapun
vaniabel metode pembelajaran mencakup semua cara yang dapat dipakai
untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu.

6
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Fokus utama perancangan pembelajaran adalah pada
pemilthan, penetapan, dan pengembangan vaniabel metode pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi
dan hasil pembelajaran. Analisis akan menunjukkan bagaimana kondisi
pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan. Setelah itu,
baruiah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang
diambil dan setelah perancang pembelajaran mempunyai informasi yang
lengkap mengenai kondisi nyata yang ada dan hasil pembelajaran yang
dlharapkan.

D. Prinsip-Prinsip Umum Tentang Mengajar


Pninsip-pninsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa
yang telah dipelajari merupakan dàsar dalam mempelajani bahan yang
akan diajarkan.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajankan hams bersifat praktis.
Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi
kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat rnemotivasi
belajar.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. Ada
penbedaan individual dalam kesnggupan belajar. Setiap individu
mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajan sangat penting dijadikan landasan
dalam mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik
bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.

7
5. Tujuan pengajaran hams diketahui siswa.
Tujuan pengajaran merupakan rumusan tentang perubahan penilaku apa
yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Apabila tujuan pengajaran
diketahui, siswa inempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah
diketahui, harus dinumuskan secana khusus.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. Para ahli
psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap dan
meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar harulah mempersiapkan
bahan yang bersiat gradual, yaitu .
a. Dari sederhana kepada yang kompleks (rumit);
b. Dari konkret kepada yang abstrak;
c. Dari umum (general) kepada yang kompleks;
d. Dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep
yang bersifat abstrak)
e. Dengan menggunakan prinsip induki kopada deduksi atau sebaliknya;
f. Sering rnenggunakan reinforcement (penguatan).

E. Tipe-Tipe Belajar
Dalam praktik pengajaran pengguanan suatu dasar teori untuk segala
situasi merupakan tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar
pun cocok untuk segala situasi.. Kareiia naIng-rnasing mempunyai landasan
yang berbeda dan cocok untuk situasi tortontu Robert M. Gagne (1970)
inencoba melihat berbagai teori belajar dalam satu kebulatan yang saling
melengkapi dan tidak bertentangan. Menurut Gagne belajar mempunyai
delapan tipe. Kedelapan tipe itu bertingkat, ada hierarki dalam inasing-masing
tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya.
Tips belajar dikernukakan oleh Gagns pada hakitcatnya merupakan
prinsip uxnuin baik dalam belajar inaupun mengJur. Artinya, dalain anengajar
atau membimbing siswa belajar pun terdapat tingkatan sebagaimana tingkatan
belajar di atas. Kedelapan tips itu adalah sebagai berikut.

8
1. Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons
bersyarat. Seperti menutup mulut dengan teiunjuk, syarat untuk datang
mendekat. Menutup mulut dengan telunjuk dan lambaian tangan adalah
isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam
ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat.
2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus Repons Learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respons hersifat umum, kabur, dan
emoionai: Tipe belajar S-R, respons bersifat spesifik 2 x 3 = 6 adalah
bentuk suatu hubungan S—R. Mencium bau masakan sedap, keluar air
liur, itu pun ikatan S—R. Jadi, belajar stimulus respons sama dengan teori
asosiasi (S—R. bond). Setiap fespons dapat diperkuat dengan
rInforcemenr. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
3. Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacani rangkaian
antara berbagai S—R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian
motorik; seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan-minuni-merokok;
atau gerakan verbal seperti selamat-tinggal, bapak-ibu.
4. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan suatu yang bersifat
verbalisme kepada sesuatu yang sudah dimilikinya. Misal “pyramide itu
berbangun limas” adalali contoh tipe belajar asosiasi verbal. Seseorang
dapat menyatakan bahwa pyramide berbangun limas kalau ia mengetahui
berbagai bangun, seperti balok, kubus, kerucut; Hubungan atau asosiasi
verbal terbentuk bila unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang
satu mengikuti yang lain.
5. Belajar Diskrimiuasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedasu terhadap berbagai rangkaian
seperti niembedakan berbagai bentuk wajah, hewan. tumbuhan, dan lain-
lain.

9
6. Belajar Kousep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil
memuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai
fakta. Suatu konsep dapat diklasifikasi berdaasarkan ciri tertentu. Misalnya
konsep tentang manusia, konsep burung, konsep ikan, dan lain-lain:
Kemampuan seseorang dapat membentuk konsep apabila orang tersebut
dapat melakukan diskriminasi.
7. Belajar Aturan (Rule Learning)
Tips belajar aturan adalah lebih meningkat dari tipe belajar konsep.
Dalam belajar aturan, seseorang dipandang telah merniliki berbagai
konsep yang dapat diguñakan untuk mengemukakan berbagai formula,
hukum, atau dalil. Misalnya seseorang langsung mengatakan bahwa dalam
suatu segi tiga besar siidut eluruhnya adalab 180 derajat.
8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar yang terakhir adalah mernecahkan masalah. Tipe
belajar ini dapat dilakukan oléh seseorang apabila dalam dirinya sudah
mampu mengaplikasikan berbagai aturan yang relevan dengan masalah
yang dihadapinya. Dalam memecahkan masalah diperlukan waktu yang
cukup, balikan ada yang memakan waktu terlalu lama. Juga seringkali
haru melalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur, dalam
masalah itu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran sehingga dalam
memecahkan masalah akan diperoleh basil yang optimal.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencana dirumuskan sangat pendek, perencanaan adalah suatu cara
untuk mengantisipasi dan menyeimbangkañ perubahan. Dalam definisi ini ada
asumsi bahwa perubahan selalu terjadi. Perubahan lingkungan ini selalu
diantisipasi, dan hasil antisipasi jul dipakai agar perubahan itu berimbang.
Artinya perubahan yang terjadi di luar organisasi pengajaran tidak jaub
berbeda dengan perubahan yang terjadi pada organisasi itu, dengan harapan
agar organisasi tidak mengalami keguncangan. Jadi, makna perencanaan di
sini adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan dengan perubahan
lingkungannya.

B. Saran
Penulis merasa masih banyak kekurangan dan merasa jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu setelah makalah ini dibaca diharapkan agar
dapat memberikan saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aect. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan Satuan Tugas Definisi dan


Terminologi. AECT. Jakarta: Rajawali

Munandir. 1992. Rancangan Sistem Pengajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi. Jakarta: P2LPTK

12

Anda mungkin juga menyukai