Anda di halaman 1dari 17

UJIAN AKHIR SEMESTER MANAJEMEN BK 2018B

1. Prinsip Pelayanan BK ada 6 yaitu:


a. Sejak awal karyanya, seorang konselor harus memiliki dan bisa mensosialisasikan
program BK
b. Konselor harus bersikap profesional
c. Konselor bertanggungjawab penuh pada peran yang diembannya
d. Konselor melayani semua siswa tanpa kecuali.
e. Konselor harus terus menerus belajar dan mengembangkan kompetensinya dalam
rangka membantu siswa.
f. Konselor mampu bekerjasama dengan banyak pihak terkait BK dan terutama kepada
kepala sekolah dan jajarannya
Pelajarilah 6 prinsip tersebut di atas, termasuk apa maksud dan tujuan dari setiap prinsip
tersebut
2. Pelajarilah gambar dan mekanisme kerja dari organisasi BK
3. Tujuan dan Fungsi adanya Program BK
4. Komponen layanan Program BK (isi dan bentuk kegiatan)
5. Mekanisme atau alur kerja pelayanan BK di Sekolah
6. Pemahaman konteks Manajemen BK dan Program BK
7. Pemahaman anda mengenai alur kerja guru BK dari mengumpulkan data
masalah/kebutuhan sampai bentuk konkret pelayanan BK dalam rangka membantu peserta
didik.
8. Baca dan pelajari dokumen POP BK
9. Ada 5 tahapan dalam proses manajemen BK yaitu Perencanaan, Organizing, Staffing,
Directing dan evaluasi. Pelajari dan pahami terkait masing-masing tahapan, baik isi
(pengertian) dan bentuk kegiatannya!
10. Evaluasi BK mencakup 4 hal yaitu CIPP (Contex, Input, Process dan Product). Pelajari dan
pahami masing-masing jenis evaluasi dan termasuk contohnya.

5. a. Analisis kebutuhan

Program layanan bimbingan dan konseling dirancang sesuai dengan data kebutuhan peserta
didik, sekolah, dan orangtua.Data kebutuhan dikumpulkan dan ditelaah untuk memperbaharui
tujuan dan rencana program bimbingan dan konseling.Bimbingan dan konseling telah
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi serta ditindak lanjuti sesuai dengan prioritas data
kebutuhan yang difasilitasi pemenuhanya dalam bidang dan komponen bimbingan dan
konseling.

Kebutuhan dari peserta didik, satuan pendidikan, dan orang tua diidentifikasi dengan berbagai
instrumen non tes dan tes atau dengan pengumpulan fakta, laporan diri, observasi, dan tes, yang
diselenggakan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling (BK) sendiri atau fihak lain
yang mempunyai kredibilitas dalam menjalanan tes tersebut. Hasil identifikasi dianalisis dan
diinterpretasi untuk menentukan skala prioritas layanan bimbingan dan konseling.
b. Perencanaan

Perencanaan (action plans) sebagai alat yang berguna untuk merespon kebutuhan yang telah
teridentifikasi, mengimplementasikan tahap-tahap khusus untuk memenuhi kebutuhan, dan
mengidentifikasi fihak yang bertanggungjawab terhadap setiap tahap, serta mengatur jadwal
dalam program tahunan dan semesteran serta pengimplementasiannya.

Sehingga, sejak awal sudah dirancang secara efisiensi dan keefektivan program dan rencana
pengukuran akuntabilitasnya.Program layanan bimbingan dan konseling direncanakan sebagai
program tahunan dan program semesteran.

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan bimbingan dan konseling harus memperhatikan aspek penggunaan data dan
penggunaan waktu yang tersebar ke dalam kalender akademik.

Aspek pertama adalah penggunaan data. Kumpulan data akan memberikan informasi yang
penting dalam pelaksanaan program layanan dan akan diperlukan dalam mengevaluasi program
dalam kaitannya dengan kemajuan yang diraih peserta didik/konseli.

Data dikumpulkan sepanjang proses pelaksanaan bimbingan dan konseling sehubungan dengan
perencanaan apa yang dikerjakan, apa yang tidak dikerjakan, apa yang berubah atau
ditingkatkan.

Data yang dikumpulkan dipilah menjadi data 3, diantaranya sebagai berikut:

Data jangka pendek yaitu data setiap akhir aktivitas,


Data jangka menengah merupakan data kumpulan dari periode waktu tertentu, misalnya
program semesteran maka data yang dimaksud adalah data selama satu semester untuk
mengukur indikator kemajuan ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, dan
Data jangka panjang merupakan sebuah data akhir dari serangkaian program misalnya program
tahunan yang merupakan data hasil seluruh aktivitas dan dampaknya pada perkembangan
pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik.

Aspek kedua adalah penggunaan waktu yang tersebar dalam kalender akademik.Oleh karena
itu, Proporsi waktu perencanaan dan pelaksanaan setiap komponen dan bidang bimbingan dan
konseling juga harus memperhatikan tingkat satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik,
jumlah konselor atau guru bimbingan dan konseling, jumlah peserta didik yang dilayani.

Perhatian utama ditujukan kepada kebutuhan peserta didik sebagai hasil analisis
kebutuhan.Persentase dalam setiap distribusi waktu konselor atau guru bimbingan dan
konseling (BK) dalam setiap komponen program layanan bimbingan dan konseling juga harus
memperhatikan tingkatan kelas dalam satuan pendidikan.

Sebagian besar waktu konselor atau guru bimbingan dan konseling (80%-85%) untuk
pelayanan langsung kepada peserta didik, sisanya (15%-20%) untuk aktivitas manajemen dan
administrasi.
Kalender aktivitas bimbingan dan konseling (BK) merupakan sebuah perencanaan program
semua komponen dan bidang layanan bimbingan dan konseling diatur sejalan dengan kalender
akademik satuan pendidikan.

d. Evaluasi

Evaluasi dalam bimbingan dan konseling merupakan proses pembuatan pertimbangan secara
sistematis mengenai keefektivan dalam mencapai tujuan program bimbingan dan konseling
berdasar pada ukuran (standar) tertentu.

Dengan demikian evaluasi merupakan proses sistematis dalam mengumpulkan dan


menganalisis informasi tentang efisiensi, keefektivan, dan dampak dari program dan layanan
bimbingan dan konseling terhadap perkembangan pribadi, sosial belajar, dan karir peserta
didik/konseli. Evaluasi berkaitan dengan akuntabilitas yaitu sebagai ukuran seberapa besar
tujuan bimbingan dan konseling telah dicapai.

Baca juga:
Contoh Evaluasi Analisis Dan Rencana Tindak Lanjut Layanan Bimbingan dan Konseling

e. Pelaporan

Pelaporan proses dan hasil dari pelaksanaan program bertujuan untuk menjawab pertanyaan
bagaimana peserta didik berkembang sebagai hasil dari layanan bimbingan dan konseling.
Laporan akan digunakan sebagai pendukung program lanjutan untuk menjamin keberhasilan
pelaksanaan program selanjutnya.

Laporan jangka pendek akan menfasilitasi evaluasi aktivitas program jangka pendek.

Laporan jangka menengah dan jangka panjang akan merefleksikan kemajuan ke arah perubahan
dalam diri semua peserta didik. Isi dan format laporan sejalan dengan kebutuhan untuk
menyampaikan informasi secara efektif kepada seluruh pemangku kepentingan.

Laporan juga akan menjadi informasi penting bagi pengembangan profesionalitas yang
diperlukan bagi konselor atau guru bimbingan dan konseling.

f. Tindak lanjut

Tindak lanjut atas laporan program dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling akan
menjadi sebuha alat yang sangat penting dalam tindak lanjut untuk mendukung program sejalan
dengan yang sudah direncanakan, mendukung setiap peserta didik yang dilayani, mendukung
digunakannya materi yang sesuai, mendokumentasi proses, persepsi, dan hasil program secara
rinci, mendokumentasi dampak jangka pendek, menengah dan jangka panjang, atas analisis
keefektivan program digunakan untuk mengambil keputusan apakah program dilanjutkan, lalu
direvisi, atau dihentikan, meningkatkan program, serta digunakan untuk mendukung perubahan
dalam suatu sistem sekolah.
9. MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK)

02 Jun @Best Practice

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Optimalisasi manajemen bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan


bimbingan dan konseling benar-benar memberikan kontribusi pada penetapan visi, misi dan
tujuan sekolah yang bersangkutan.Kegiatan ini didukung oleh manajemen pelayanan yang baik
pula guna tercapainya peningkatan mutu manajemen bimbingan dan konseling di sekolah.

Pengaturan pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan.Suatu program pelayanan


bimbingan konseling di sekolah tidak mungkin tersusunm apabila tidak diatur dalam sistem
manajemen yang baik. Manajemen yang baik itu sendidri akan banyak ditentukan oleh
kemampuan manajer pendidikan disekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan,
mengaktifkan, dan mengontrol sumber daya yang ada.

Pelaksanaan manajemen bimbingan konseling harus dirumuskan secara matang baik dari segi
program pelayanan Bimbingan Konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh
para peserta didik, satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan konseling, dapat merumuskan
dengan baik pelaksanaan bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang telah
dilaksanakan dalam bimbingan konseling.

Makalah ini membahas tentang manajemen bimbingan konseling di sekolah. Semoga makalah
ini dapat membantu kita untuk memahami bagaimana manajemen Bimbingan dan konseling di
sekolah

B. Rumusan masalah

1. Apakah pengertian sistem manajemen bimbingan dan konseling

2. Apa makna dan tujuan manajemen bimbingan dan konseling


3. Apa saja prinsip-prinsip manajemen bimbingan konseling

4. Bagaimana pola manajemen bimbingan dan konseling

5. Apa saja aspek-aspek manajemen bimbingan dan konseling

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian sistem manajemen bimbingan konseling

2. Untuk mengetahui makna dan tujuan manajemen bimbingan dan konseling

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling

4. Untuk mengetahui pola manajemen bimbingan dan konseling

5. Untuk mengetahui aspek-aspek manajemen bimbingan dan konseling

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian manajemen bimbingan dan konseling

Manajemen berasal dari bahasa inggris “manajemen”dengan kata kerja “to manage” yang
artinya mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol. Manajemen adalah ilmu
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-
sumber lainnya dalam suatu organisasi yang mencapai tujuan tertentu. Pengertian manajemen
menurut beberapa ahli, diantaranya : Terry menyatakan manajemen adalah suatu proses yang
khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan,
dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai yang ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Drft menyatakan bahwa
manajemen adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara efektif dan efisien
melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya
organisasi.
Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen mempunyai
beberapa esensi yaitu : a. Manajemen sebagai suatu proses kegiatan, b. Manajemen untuk untuk
mencapai tujuan, c. Manajemen memanfaatkan sumber daya (manusia, lingkungan, fasilitas,
sarana, prasarana , dll).

Sugiyo menyatakan manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang diawali dari
perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur
pendukung bimbingan dan konseling, menggerakkan sumber daya manusia untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan dan konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan bimbingan
dan konseling mencapai tujuan.

Gibson menyatakan bahwa manajemen bimbingan dan konseling adalah aktivitas-aktivitas yang
memfasilitasi dan melengkapi fungsi-fungsi keseharian staf (Hikmat. Manajemen Pendidikan,
Bandung: Pustaka Setia dan Sugiyo, Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah,
Semarang : Widya karya, 2010)

Konseling meliputi aktivitas administratif seperti pelaporan dan perekaman, perencanaan dan
kontrol anggaran, manajemen fasilitas dan pengaturan sumber daya.Dari pendapat diatas maka
dapat disimpulkan manajemen bimbingan dan konselingadalah kegiatan manajemen yang
dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan konselingmulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi untuk mencapai tujuan bimbingan dan
konselingyang efektif dan efisien dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada.

B. Makna dan tujuan Manajemen Bimbingan dan konseling

Pengertian manajemen bimbingan dan konseling adalah proses bantuan atau pertolongan yang
diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada individu melalui pertemuan tatap muka atau
hubungsn timbsl bslik antara keduanya agar individu memiliki kemampuan atau kecakapan
melihat dan menemukan masalah-masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Atau bisa juga pemberian bantuan atau pertolongan yasng sistematis dari pembimbing
(konselor) kepada individu melalui pertenmuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara
keduanya untuk mengungkap masalah individu sehingga individu mampu melihat masalahnya
sendiri.

Dalam kontek bimbingan dan konseling (BK) manajemen dapat berarti proses perencanaan,
pengorgaisasian, pengarahan dan pengawasan aktifitas-aktifitas yang berlangsung dalam
bimbingan dan konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Manajemen BK mengupayakan agar tercapainya efektivitas dan efisiensi serta
tercapainya tujuan. Oleh karena itu, manajemen diperlukan dalam bimbingan dan konseling
dengan tiga alasan, yaitu : a. Untuk mencapai tujuan, b. Untuk menjaga keseimbangan diantara
tujuan-tujuan yang saling bertentangan (jika ada), c. Untuk mencapai efektivitas dan efisien.
(Robert L Gibson dan Marianne H. Mitchell, 2011. Bimbingan dan konseling, Yogyakarta:
pustaka pelajar 2011, http://www.scribd.com/doc/34987024/Manajemen pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah Sabtu, 2 Juni 2018 jam 05.40)

Tujuan manajemen bimbingan dan konseling dalam aspek akademik (belajar) antara
lain : 1) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar positif, 2) Memiliki motivasi yang tinggi
untuk belajar sepanjang hayat, 3) Memiliki ketrampilan belajar yang efektif, 4) Memiliki
ketrampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, 5) Memiliki
kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

C. Prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling

Secara umum prinsisp-prinsip manajemen pelayanan BK meliputi perencanaan (planning),


pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (Staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).

Perencanaan (planning) bimbingan dan konseling sebagai suatu proses kegiatan, membutuhkan
perencanaan yang matang dan sistematis dari mulai penyusunan program hingga
pelaksanaannya. Agar pelaksanaan bimbingan dan konseling memperoleh hasil sesuai tujuan
yang dirumuskan.

Pengorganisasian (organizing) berkenaan dengan pelaksanaan bimbingan tersebut dikelola dan


diorganisir.Sistem pengorganisasian bimbingan dan konselingbisa diketahui dari struktur
organisasi sekolah tersebut. Organisasinya terdiri atas koordinator, anggota, dan staf
administrasi (syamsul yusuf dan junita Nurihsan, landasan bimbingan dan konseling)

Penyusunan personalia (satffing) bagaimana para personalia ditetapkan, disusun dan diadakan
pembagian tugas (job discriptio), agar dalam pelaksanaannnya menjadi efektif dan efisien
sehingga tujuan dapat dicapai dengan baik.

Pengarahan dan kepemimpinan (leading) berkenaan dengan mengarahkan dan memimpin para
personalia sehingga bekerja sesuai dengan job atau bidang tugasnyamasing-masing, agar
aktivitas pelayanan menjadi terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan (controlling) berkenaan dengan melakukan pengawasan dan penilaian terhadap
kegiatan mulai dari penyusunan rencana program hingga pelaksanaannya (nurdin Murty,
implementasi Dasar-dasar manajemen sekolah:
http://www.scribd.com/doc/34987024/Manajemen pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah Sabtu, 2 Juni 2018 jam 05.40

D. Pola Manajemen bimbingan dan Konseling

Yang dimaksud pola manajemen bimbingan dan konseling adalah kerangka hubungan struktural
antara berbagai bidang atau sebagai kedudukan dalam pelaksanaan disekolah dan madrasah
kerangka hubungan tersebut digambar dalam suatu struktur organisasi.Sesuai dengan pola yang
dianut oleh masing-masing sekolah, maka pola manajemen BK ini terbagi menjadi dua bagian,
yakni pola professional dan pola non professional. Yang dimaksud pola professional disini
adalah guru pembimbing di sekolah yang bersangkutan direkrut dari alumni BK baik strata satu
(S1), strata dua (S2) dan strata tiga (S3), sedangkan yang dimaksud pola non professional adalah
guru pembimbing direkrut bukan dari alumni BK. Pola non professional biasanya menetapkan
kepala sekolah, guru mata pelajaran tertentu atau wali kelas sebagai petugs bimbingan.

Dari keterangan tersebut, maka pemakalah menyimpulkan pola manajemen /struktur organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah yang menganut pola professional akan berbeda dengan
struktur organisasi sekolah yang menganut pola non professional. Contoh pola manajemen BK
yang professional adalah sebagai berikut : Pola manajemen atau struktur organisasi pelayanan
BK diatas, ditunjuk koordinator manajemen BK dan Koordinator menetapkan tenaga-tenaga
bimbingan konseling (staf BK) yang lain dan tenaga penunjang. Koordinator bertanggung jawab
atas pelayanan bimbingan dan konseling disekolah yang bersangkutan. Contoh pola manajemen
BK yang non-professional adalahb sebagai berikut ; pada pola manajemen atau struktur
organisasi BK diatas, kepala sekolah tidak bertugas sebagai pembimbing utama, namun pola
diatas juga menunjukkan bahwa sekolah yang bersangkutan belum atau tidak memiliki petugas
atau tenaga bimbingan khusus, karena manajemen bimbingan konseling dilaksanakan oleh wakil
kepala Sekolah urusan kesiswaan dan para wali kelas. Dengan pola diatas, wakil kepala sekolah
urusan kesiswaan dan para wali kelas memiliki tugas rangkap.

Penyusunan program bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya tidak mungkin sisa
dilaksanakan sendiri oleh kepala sekolah atau oleh petugas bimbingan sekolah, maka program
tersebut akan melibatkan berbagai pihak yang terkait disekolah (stakeholders) agar dapat
mencapai peningkatan muutu pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah.

E. Aspek-aspek Manajemen Bimbingan dan Konseling


Aspek-aspek dalam manajemen bimbingan dan konseling, antara lain :

1. Perencanaan program bimbingan dan konseling untuk tercapainya program perencanaan BK


yang efektif dan efisien, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu : analisis kebutuhan
siswa, penentuan tujuan BK, analisis situasi sekolah, penentuan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan, penetapan metode pelaksanaan kegiatan, penetapan personel kegiatan, persiapan
fasilitas dan biaya kegiatan, dan perkiraan tentang hambatan kegiatan dan antisipasinya.

2. Pelaksanaan dan pengarahan program bimbingan dan konseling sekolah sebagai satuan
pendidikan perlu merancang program bimbingan dan konseling sebagai integral dari program
sekolah secara keseluruhan. Program inilah yang akan dijadikan acuan pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Terdapat dua jenis program yang perlu dirancang
dan diprogramkan yaitu : a. program tahunan sebagai program sekolah, program tahunan ini
dijabarkan menurut alokasi waktu setiap semester; b. Program bulanan bahkan program
mingguan. Oleh karena itu, perlu dibuat dalam satu matrik atau schedule.Dalam program itu
dicantumkan substansi kegiatan, jenis layanan menurut alokasi waktu. Program kegiatan
layanan bagi setiap gur pembimbing perlu membuat program berupa satuan layanan (satlan)
bahan satuan kegiatan pendukung (satkung) setiap kali akan melakukan pelayanan kepada siswa
berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan. Penyusunan program pada masing-masing bidang
pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya disesuaikan dengan karakteristik satuan
pendidikanatau jenis dan jenjang sekolah. Agar pelaksanaan program kegiatan manajemen
bimbingan dan konseling sesuai dengan tujuan yang ingin di dicapai maka diperlukan
pengarahan agar terjadi suatu tata kerja yang diwarnai oleh koordinasi dan komunikasi yang
efektif doiantara staf bimbingan dan konseling

3. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling

Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan upaya menilai efisiensi
dan efektifitas manajemen bimbingan dan konseling di sekolah pada khususnya dan
program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh staf bimbingan dan konseling pada
umumnya. Tujuan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling secara umum,
yaitu : 1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling, 2. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas
strategi pelaksanaan program dalam kurun waktu tertentu.

Tujuan bimbingan dan konseling secara khusus, antara lain : 1. Meneliti secara berkala hasil
pelaksanaan programyang telah dicapai, 2. Memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas
dan efisiensi layanan bimbingan dan konseling yang ada, 3. Mengetahui jenis layanan yang
sudah ataupun belum dilaksanakan dan jenis layanan yang memerlukan perbaikan atau
pengembangan, 4. Mengetahui tingkat partisi[asi staf atau personel sekolah dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan program, 5. Mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan
dan konseling terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah, 6.Memperoleh informasi
yang cermat dan memadai untuk kepentingan perencanaan langkah-langkah pengembangan
program, 7. Membantu mengembangkan kurikulum sekolah yang disesuiakan dengan kebutuhan
peserta didik

4. Supervisi kegiatan Bimbingan dan Konseling

Manfaat pokok dari supervisi ini adalah untuk mengendalikan personel pelaksana bimbingan
dan konseling, memantau kemungkinan adanya kendala yang muncul dan dihadapi oleh personil
dalam pelaksanaan tugasnya, mencari jalan keluar terhadap hambatan dan permasalahan delam
pelaksanaan program agar tercapainya pelaksanaan yang lancar kearah pencapaian tujuan
bimbingan dan konseling di sekolah (Heru Mugiarso, Bimbingan dan Konseling, Semarang:
Universitas Negeri Semarang)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan manajemen yang dilakukan oleh konselor
untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan konseling mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang efektif dan
efisien dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Dalam konteks bimbingan dan
konseling (BK), manajemen dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarah, dan
pengawasan aktifitas-aktifitas pelayanan bimbingan dan koseling, serta penggunaan daya
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum prinsip-prinsip manajemen
bimbingan dan konseling meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawas
(controlling).Pola manajemen bimbingan dan konseling inin terbagi menjdi dua bagian, yaitu
pola profesional dan pola non-profesional.Program manajemen bimbingan dan konseling dan
pelaksanaannya tidak mungkin bisa dilakukan sendiri oleh kepala sekolahatau oleh petugas
bimbingan dan konseling di sekolah yang bersangkutan. Aspek yang mendukung dalam
kelancaran manajemen bimbingan dan konseling diantaranya ; perencanaan program bimbingan
dan konseling, evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, dan supervisi kegiatan
bimbingan dan konseling.

11. evaluasi bimbingan konseling


12.
13. PEMBAHASAN
14.
15. 1. Pengertian
16. Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa
Arab : al-Taqdir. Dalam bahasa Indonesia berarti penilaian .
17. Sedangkan menurut istilah, dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown
tahun 1977 : evaluation refer to the act or process to determining the value to
something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk pada atau
mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari
sesuatu. [1]
18. Evaluasi program bimbingan, menurut W.S Winkel (1991:135), adalah usaha menilai
efesiensi dan efektifitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu
program bimbingan. Adapun menurut Dewa Ketut Sukardi (1990:47), evaluasi program
bimbingan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas
kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai
dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Jadi, evaluasi pelaksanaan program
bimbingan merupakan suatu usaha untuk menilai efesiensi dan efektifitas pelayanan
bimbingan konseling demi peningkatan mutu program bimbingan dan konseling.
19. Penilaian program bimbingan konseling merupakan usaha untuk menilai sejauh mana
pelaksanaan suatu program mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,
keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak
dilihat melalui kegiatan penilaian.
20. Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk mengetahui
efektivitas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya pengambilan keputusan.
Pengertian lain evaluasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi
secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui
kegiatan yang telah dilaksanakan.
21. Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan, atau proses
untuk menentukan derajat kualitas kemajuan yang berkaitan dengan pelaksanaan
program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan
tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
22. Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program
layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan-kebutuhan siswa.
23. Fitri Wahyuni (blogspot.com/2009), mengungkapkan beberapa prinsip yang harus
diperankan dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling, yaitu sebagai berikut :
24. a. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program. Perlu
adanya kejelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan evaluasi
25. b. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas
26. c. Evaluasi melibatkan berbagai unsur yang profesional dalam program bimbingan
konseling.
27. d. Menuntut umpan balik dan tindak lanjut sehingga hasilnya dapat digunakan untuk
membuat kebijakan atau keputusan. Aadapun keputusan daoat mennyangkut :
28. 1) Personalia yang terlibat dan kemampuannya menggantikan atau penambahan
tenaga
29. 2) Jenis kegiatan dan pelaksanaannya yang disusun berdasarkan prioritas kegiatan
dan subjek yang ditangani
30. 3) Pembiayaan waktu, dan fasilitas lainnya harus dipertimbangkan
31. e. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan. Hal ini berarti
bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan yang
bersifat insidental, melainkan proses kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan.
[2]
32.
33. 2. Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
34. Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling bertujuan untuk:
35. a. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
36. b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
37.
38. Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling ditujukan untuk:
39. a. Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
40. b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling.
41. c. Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan/atau perlu
diadakan perbaikan dan perkembangan.
42. d. Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha
menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
43. e. Memperoleh gambaran sampai sejauh mana peranan masyarakat terhadap
pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
44. f. mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling
terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada khususnya.
45. g. mendapatkan informasi yang akurat dalam rangka perencanaan langkah-langkah
pengembangan program bimbingan dan konseling.
46. h. membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian dengan
kebutuhan.
47.
48. 3. Fungsi Evaluasi
49. Fungsi evaluasi antara lain, sebagai berikut
50. a. Memberikan umpan balik kepada guru pembimbing (konselor) untuk
memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
51. b. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan
orang tua siswa tentang perkembangan siswa agar secara bersinergi atau berkolaborasi
meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.[3]
52.
53. 4. Jenis-jenis evaluasi
54. a. Evaluasi Peserta Didik
55. Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan
konseling di sekolah, maka pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan
bimbingan dan konseling penting dan perlu.
56. Adapun jenis data yang dikumpulkan dari peserta didik dapat berupa : (1) kemampuan
sekolastik umum, (2) bakat, (3) minat, (4) kepribadian, (5) prestasi belajar, (6) riwayat
kependidikan, (7) riwayat hidup, (8) cita-cita pendidikan atau jabatan, (9) hobi dan
penggunaan waktu luang, (10) kebiasaan belajar, (11) hubungan sosial, (12) keadaan
fisik dan kesehatan, (13) kesulitan-kesuliitan yang dihadapi dan (14) minat terhadap
mata pelajaran disekolah.
57. b. Evaluasi Program
58. Jenis evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program
bimbingan dan konseling disekolah. Penyusunan program bimbingan dan konseling di
sekolah dibagi menjadi beberapa kegiatan layanan, yaitu : (1) layanan kepada peserta
didik, (2) layanan kepada guru, (3) layanan kepada sekolah, (4) layanan kepada orang
tua siswa atau masyarakat
59. c. Evaluasi Proses
60. Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan
dan konseling di sekolah, dituntut proses pelaksanaan program bimbingan yang
mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Faktor-faktor yang perlu dievaluasi :
61. 1) Organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling.
62. 2) Petugas pelaksana atau personel (tenaga professional dan non profesional).
63. 3) Fasilitas dan perlengkapan, meliputi :
64. a) Fasilitas teknis : tes, inventori angket, format dan sebagainya.
65. b) Fasilitas fisik, seperti : ruang konselor, ruang konseling, ruang tunggu, ruang
pertemuan, ruang administrasi bimbingan dan konseling, ruang penyimpanan alat-alat,
dan ruang penyimpanan data.
66. c) Perlengkapan seperti : meja, kursi, filling cabinet, files, lemari, rak, papan media
bimbingan, mesin ketik, alat perekam pandang dengar, dan sebagainya.
67. d) Anggaran biaya
68. Anggaran perlu dipersiapkan secara rinci untuk menunjang pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah. Anggaran yang diperlukan adalah dalam pos-pos
seperti berikut:
69. 1. Honorarium pelaksana/ personel
70. 2. Pengadaan dan atau pengembangan alat-alat teknis
71. 3. Pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik
72. 4. Biaya operasional : perjalanan, pertemuan, kunjungan rumah, dan sebagainya.
73. 5. Penilaian dan penelitian
74. e) Kegiatan pelaksanaan program bimbingan dan konseling
75. d. Evaluasi Hasil
76. Jenis evaluasi pelaksanaan program ini diadakan melalui peninjauan terhadap
hasil yang diperoleh seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bimbingan
dan melalui peninjauan terhadap kegiatan itu sendiri dari berbagai aspeknya.
Peninjauan evaluatif itu memusatkan perhatian pada efek-efek yang dihasilkan sesuai
dengan tujuan-tujuan bimbingan yang dikenal dengan nama evaluasi produk atau
evaluasi hasil. Jadi, untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan
program bimbingan di sekolah dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran tentang
hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka harus dilihat
dalam diri siswa yang memperoleh layanan bimbingan itu sendiri. Penilaian terhadap
hasil lebih menekankan pada pengumpulan data atau informasi mengenai keberhasilan
dan pengaruh kegiatan layanan bimbingan yang telah diberikan. Dengan kata lain,
evaluasi terhadap hasil ditunjukan pada pencapaian tujuan program, baik dalam jangka
pendek, maupun jangka panjang.
77.
78. 5. Hambatan-hambatan dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
79. a. Pelaksana-pelaksana bimbingan di sekolah tidak memepunyai waktu yang cukup
memadai untuk melaksanakan evaluasi
80. b. Pelaksana-pelaksana BK di sekolah memiliki latar belakang pendidikan yang
sangat bervariasi baik ditinjau dari segi jenjang maupun programnya.
81. c. Belum tersedianya alat/ instrumen evaluasi y7angt valid, reliable, dan objektif.
82. d. Belum diselenggarakannya penataran,pendidikan,atau pelatihan khusus yang
berkaitan dengan evaluasi
83. e. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang
84. f. Belum adanya guru inti atau instruktur BK yang ahli dalam bidang evaluasi
85. g. Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling
yang tegas dan baku belum ada.[4]
86.
87. 6. Aspek-aspek yang dievaluasi
88. Aspek yang dinilai, baik proses maupun hasil antara lain:
89. a. Kesesuaian antara program dan pelaksanaan
90. b. Keterlaksanaan program
91. c. Hambatan-hambatan yang dijumpai
92. d. Dampak layanan dan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar
93. e. Respon siswa, personal sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap
layanan bimbingan
94. f. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan
bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan dan hasil belajar, dan
keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah, baik studi lanjutan maupun pada
kehidupan di masyarakat.[5]
95.
96. 7. Langkah-langkah Evaluasi
97. Dalam melaksanakan evaluasi program, ada beberapa hal yang harus ditempuh, yaitu
sebagai berikut:
98. a. Fase Persiapan
99. Pada fase persiapan ini terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi. Dalam
kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi ini yang dilalui adalah
100. 1) Langkah pertama-penetapan aspek-aspek yang dievaluasi. Aspek-aspek yang
dievaluasi meliputi:
101. a) Penentuan dan perumusan masalah yang hendak dipecahkan atau tujuan yang
hendak dicapai
102. b) Program kegiatan bimbingan
103. c) Personel atau ketenagaan
104. d) Fasilitas teknis dan fisik
105. e) Pengelolaah dan administrasi bimbingan
106. f) Pembiayaan
107. g) Partisipasi personel
108. h) Proses kegiatan
109. i) Akibat sampingan
110. 2) Langkah kedua-penetapan kriteria keberhasilan evaluasi. Misalnya bila aspek
proses kegiatan yang dievaluasi ditinjau dari:
111. a) Lingkunngan bimbingan
112. b) Sarana yang ada
113. c) Situasi daerah
114. 3) Langkah ketiga-penetapan alat-alat atau instrumen evaluasi. Misalnya aspek
proses kegiatan yang hendak dievaluasi dengan kriteria pada bagian 2 diatas maka
instrumen yang harus digunakan adalah:
115. a) Cek list
116. b) Observasi kegiatan
117. c) Tes situasi
118. d) Wawancara
119. e) Angket
120. 4) Langkah keempat-penetapan prosedur evaluasi seperti contoh pada butir 2 dan 3
di atas, maka prosedur evaluasinya melalui: penelaahan → kegiatan → penelaahan hasil
kerja → konferensi kasus → lokakarya.
121. 5) Langkah kelima-penetapan tim penilai atau evaluator. Yang harus menjadi
evaluator dalam penilaian proses kegiatan adalah:
122. a) Ketua tim bimbingan dan konseling
123. b) Kepala sekolah
124. c) Tim bimbingan dan konseling
125. d) Konselor
126. b. Fase persiapan atau instrumen evaluasi
127. Dalam fase ini, dilakukan kegiatan diantaranya:
128. 1) Memilih alat-alat/ instrument evaluasi yang ada atau menyususn dan
mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan.
129. 2) Penggandaan alat-alat/ instrument evaluasi yang akan digunakan.
130. c. Fase pelaksanaan kegiatan evaluasi
131. Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu:
132. 1) Persiapan pelaksanaan kegiatan evaluasi
133. 2) Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
134. d. Fase menganalisis evaluasi
135. Dalam fase analisis hasil evaluasi atau pengolahan data hasil evaluasi ini dilakukan
mengacu pada jenis datanya. Langkah-langkah itu, diantaranya:
136. 1) Abulasi data
137. 2) Analisis hasil pengumpulan data melalui statistik atau non statistik.
138. e. Fase penafsiran dan pelaporan hasil evaluasi
139. Pada fase ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan criteria
penilaian keberhasilan daily kemudian diinterpretasikan dengan memakai kode-kode
tertentu, untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan dan atau
pengembangan program layanan bimbingan dan konseling.[6]
140. Sedangkan menurut Anas Salahudin, dalam melaksanakan evaluasi program, ada
beberapa hal yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut:
141. a. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.
142. Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya terkait oleh dua aspek pokok yang dievaluasi,
yaitu: (1) tingkat keterlaksanaan program (aspek proses) dan (2) tingkat ketercapaian
tujuan program (aspek hasil).
143. b. Mengembangkan atau menyusun instrument pewngumpul data.
144. Instrument itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman
observasi, dan studi dokumentasi.
145. c. Mengumpulkan dan menganalisis data.
146. Data yang diperoleh harus dianalisis, yaitu ditelaah program apa saja yang telah atau
belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah atau belum tercapai.
147. d. Melanjutkan tindak lanjut (follow up).
148. Kegiatan ini meliputi dua kegiatan, yaitu: (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang
lemah, kuranmg tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2)
mengembangfkan program, dengan cara mengubah atau menambah beberapa hal yang
dipandang perlu untuk meningkatkan efektivitas atau kualitas program.
149. Secara skematis, evaluaasi program bimbingan dan konseling tersebut dapat dilihat
dalam skema berikut:
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172. 8. Metode atau Pendekatan Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling
173. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling yaitu:
174. a. Metode survei
175. Metode survei merupakan suatu usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya
dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana adanya.
176. b. Metode observasi
177. Sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang
mencakup perilaku-perilaku siswa yang akan diamati, kapan akan diamati, siapa yang
akan diamati, akan direkam dengan cara bagaimana, dan akan diberi interprettasi seperti
apa. Dengan demikian, perencanaan yang rinci, pembuatan pedoman atau kriteria dan
keterlibatan lebih dari satu orang dalam observasi akan diperoleh data yang lebih
terarah, tepat dan objektif.
178. c. Metode eksperimental
179. Metode eksperimental dimaksudkan untuk mempelajari suatu kelompok atau
lebih yang menyyangkuut apakah tujuan layanan yang diharapkanitu dapat tercapai atau
belum, apakah layanan tersebut efektif dan efesien atau tidak. Studi eksperimental perlu
menggunakan metode ilmiah yang mencakup suatu penetapan sebelumnya, yaitu : (1)
menentukan tujuan dan metode pencapaian tujuan, (2) pengembangan cara untuk
mengukur pencapaian tujuan ini, (3) seleksi satu atau beberapa kelompok kontrol dan
eksperimen, (4) proses untuk megadakan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, dan (5) pengukuran hasil-hasil eksperimentasi. Metode ini paling tepat
memerlukan pembentukan dan kelompok siswa yang satu dijadikan kelompok
eksperimental dan kelompok lainnya menjadi kelompok kontrol.
180. d. Metode skudi kasus
181. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang
siswa yang dijadiak studi kasus. Metode ini cukup banyak memakan waktu, akan tetapi
memiliki beberapa keuntungan tertentu. Penekanannya pada perkembangan individu
dan perkembangan kepribadiannya, disamping itu metode ini banyak manfaatnya
bagi konselor dalam mengevaluasi efesiensi dan efektifitas kegiatan-kegiatan
bimbingan yang dilaksanakannya.

Anda mungkin juga menyukai