Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM BK DI SMK

DAN IMPLIKASI PENGEMBANGANNYA

A.    Konsep Program
Prayitno (2004:52) menyatakan program Bimbingan dan Konseling merupakan
isi dari keseluruhan organisasi bimbingan dan konseling disekolah. Program merupakan
suatu rencana keseluruhan kegiatan yang direncanakan dalam periode tertentu. Program
BK disusun masing-masing guru pembimbing yang merupakan bagian integral dari
keseluruhan program sekolah. Kegiatan Program ini memuat unsur–unsur yang terdapat
dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan
diorientasikan pada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah.  Setting bimbingan dan konseling berada di setiap jenjang pendidikan mulai
dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah (SMP dan SMA), dan Perguruan Tinggi.
Program BK disusun masing-masing guru pembimbing yang merupakan bagian integral
dari keseluruhan program sekolah. Ridwan (2004: 52) mengungkapkan program
bimbingan dan konseling berarti sederatan kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan, sederatan kegiatan tersebut perlu direncanakan sehingga sesuai dengan
situasi dan kondisi di sekolah.  Selanjutnya, dalam buku Panduan Pengembangan
Diri (2007) dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
layanan dan kegiatan pendukung yang akan dilaksanakan pada periode tertentu. Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan konseling adalah
penjabaran dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seorang konselor atau guru BK
yang di buat berdasarkan need asesemen dari siswa dan dilakukan dalam periode waktu
tertentu.
B.     Ketentuan
1.      Dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 8 ayat 2 dijelaskan
bahwa mekanisme pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
langkah-langkah dalam pengelolaan program Bimbingan dan Konseling pada satuan
pendidikan yang meliputi langkah: analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengembangan program.
2.      Dalam POP BK SMK dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling memberikan
layanan yang terintegrasi dengan program pengembangan semua aspek hidup peserta
didik/konseli di sekolah. Bimbingan dan konseling di SMK diupayakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir yang merupakan
aktivitas esensial dalam menghadapi rintangan dalam mencapai prestasi sesuai potensi
masing-masing peserta didik/konseli.
3.      Dalam POP SMK tahun 2016 dijelaskan bahwa Program bimbingan dan konseling di
SMK disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik/konseli dan kebutuhan sekolah.
C.    Jenis-jenis Program
Dalam permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tenteng Implementasi Kurikulum lampiran
IV Bagian VIII menjelaskan tentang program layanan Bimbingan dan Konseling. Dari segi unit
waktu sepanjang tahun ajaran pada satuan pendidikan, ada lima jenis program layanan yang
disusun dan diselenggarakan dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling, yaitu sebagai berikut:
1.    Program Tahunan
Program tahunan yaitu program pelayanan bimbingan dan  konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas rombongan belajar pada satuan
pendidikan.
2.    Program Semesteran
Program semesteran yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.

3.    Program Bulanan
Progran bulanan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4.    Program Mingguan
Program mingguan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5.    Prorgam Harian
Program Harian yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari  program
mingguan dalam bentuk Satuan Layanan (SATLAN) atau Rencana Program Layanan
(RPL) dan/ atau Satuan Kegiatan Pendukung (SATKUNG) atau Rencana Kegiatan
Pendukung (RKP)  pelayanan bimbingan dan konseling.

D.    Dasar Penyusunan Program


Menurut Ridwan (2004:13) program yang dibuat harus bermuara pada hasil-hasil
yang diinginkan, yakni hasil-hasil yang nyata, bermanfaat, hasil-hasil yang mantap dan
otentik. Guru bimbingan dan konseling dituntut untuk melakukan asesmen kebutuhan
sebelum menyusun program bimbingan dan konseling (Cobia & Handerson, 2007).
Asesmen kebutuhan yang akurat menjadi sangat penting, supaya program bimbingan
dan konseling benarbenar relevan dengan kondisi siswa (Gibson & Mitchell, 2008).
Pengukuran kebutuhan ini memegang peranan penting dalam penyusunan program,
mengingat hasil asesmen yang memadai akan menjadi dasar untuk menentukan
intervensi edukatif secara tepat termasuk dalam bidang bimbingan belajar yang
tepat. Program bimbingan dan konseling di sekolah akan berlangsung efektif, apabila
didasarkan kepada kebutuhan nyata dan kondisi objektif perkembangan peserta didik
(Yusuf & Nurihsan, 2003: 1).
Selanjutnya, Dalam POP SMK tahun 2016 dijelaskan bahwa Program bimbingan dan
konseling di SMK disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik/konseli dan kebutuhan
sekolah.

E.     Syarat-syarat Program
Adapun yang menjadi karakteristik program BK dapat dirumuskan seturut pendapat
Miller, et.al. (dalam Kurniawan, 2015) sebagai berikut:
1.      Penyusunan program hendaknya didasarkan pada analisis kebutuhan subyek sasaran
2.      Pemenuhan alat perlengkapan secara memadai
3.      Program BK mudah diimplementasikan, sehingga memuat strategi dan taktik
4.      Program BK mudah untuk dilakukan evaluasi dan monitoring
5.      Pelaksanaan program BK secara fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan dan
waktu
6.      Penciptaan suasana kerja sama
7.      Program BK dibuat berdasarkan hasil yang akan dicapai
8.      Program BK menjamin keseimbangan dalam layanannya.
F.     Unsur-unsur Program BK
Struktur program bimbingan dan konseling merupakan komponen-komponen yang
harus ada namun bukan sebagai sebuah tahapan. Komponen empat program yang
dimaksud, (Anni, 2014) meliputi:
1.      Kurikulum bimbingan, dimaksudkan sebagai layanan dasar yang diperuntukkan bagi
semua siswa, tanpa memandang perbedaan yang ada pada siswa. Layanan BK ini
dilakukan secara sistimatis baik individual, maupun kelompok;
2.      Layanan responsif, merupakan layanan pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki
kebutuhan dan masalah untuk mendapatkan pertolongan dengan segera. Bidang masalah
yang dialami siswa lebih berkaitan dengan masalah sosial, karir, pribadi, dan
pengembangan pendidikan;
3.      Layanan Perencanaan Individual dimaknai sebagai proses bantuan yang ditunjukkan
kepada siswa, supaya dapat merumuskan, dan melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan perencanaan masa depannya;
4.      Layanan Dukungan Sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh
melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan
guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian
dan pengembangan.
Model bimbingan dan konseling Komprehensif terdapat tiga unsur dan empat
komponen (Cobia & Henderson, 2009: 61). Tiga Unsur tersebut meliputi:
1.      Isi dari program, isi meliputi kemampuan siswa.
2.      Kerangka yang organisatoris. Kerangka mempunyai tiga komponen struktural (definisi,
asumsi, dan dasar pemikiran) dan empat komponen program (guidance
curriculum, individual planning, responsive services, and system support).
3.      Sumber daya. Unsur Sumber daya menyertakan personil, anggaran dana, dan
mengimplementasikan program. Bimbingan dan konseling komprehensif mempunyai
komponen yang menyertakan aktivitas dan tanggung-jawab dari semua yang terlibat
dalam program bimbingan dan konseling komprehensif .
G.    Materi Program
Berdasarkan POP BK SMK tahun 2016 dijelaskan memetakan materi layanan
berdasarkan program tahunan/semester bimbingan konseling yang telah disusun. Materi
layanan bimbingan dan konseling meliputi empat bidang layanan bimbingan dan
konseling diberikan secara proporsional meliputi:
1.      Bidang pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami, menilai bakat dan minat.
2.      Bidang sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang
harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3.      Bidang belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4.      Bidang karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Kemudian, materi layanan diseleksi, dipetakan dan ditetapkan atas dasar :
1.      Standar kompetensi kemandirian Peserta didik/konseli (SKKPD): assesmen tuntutan
tugas perkembangan, kebutuhan peserta didik/konseli pada setiap aspek perkembangan
(pencapaian kondisi yang terjadi), bidang layanan dan tingkatan kelas.
2.      Masalah: assesment masalah, kelompok masalah, item masalah, bidang layanan dan
tingkatan kelas
3.      Bidang layanan bimbingan dan konseling : kelompok bidang layanan, tujuan layanan
pada kelompok bidang layanan, ruang lingkup bidang layanan, tingkatan kelas
Setelah tema atau topik dikembangkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun RPL
Bimbingan dan konseling. Materi dituangkan dalam rencana pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling. Disajikan dengan mempergunakan beragam metode, teknik
dan media bimbingan, bersifat informasi dan orientasi yang membuat Peserta
didik/konseli mengetahui dan memahami bagaimana cara berperilaku, mengembangkan
pemikiran positif, membuat pilihan dan mengambil keputusan bukan materi tentang
suatu perilaku.

H.    Penyusunan Program
Menurut Depdiknas (2007:220-223), penyusunan program bimbingan dan konseling
di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek
yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut.
Lebih lanjut menurut Bowers & Hatch (dalam Rahman, 2009: 3), menyatakan bahwa
program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat komprehensif dalam
ruang lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam desain, dan bersifat
pengembangan dalam tujuan (comprehensive in scope, preventive in design and
developmental in nature). Yang dapat dijelaskan seperti berikut:
·         Pertama, bersifat komprehensif berarti program bimbingan dan konseling harus mampu
memfasilitasi capaian-capaian perkembangan psikologis siswa dalam totalitas aspek
bimbingan (pribadi-sosial, akademik, dan karir). Layanan bimbingan dan konseling di
tujukan untuk seluruh siswa tanpa syarat apapun.
·         Kedua, bersifat preventif dalam disain mengandung arti bahwa pada dasarnya tujuan
pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya dilakukan
dalam bentuk yang bersifat preventif. Upaya pencegahan dan antisipasi sedini
mungkin (preventive education) hendaknya menjadi semangat utama yang terkandung
dalam pelayanan dasar (guidance curriculum) yang diterapkan sekolah.
Sistematika penyusunan dan pengembangan program BK Sekolah yang
komprehensif pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar (Rahman, 2008), yaitu: a)
pemetaan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan; dan b) desain program yang sesuai
dengan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan. Adapun penjabaran dari tiap‐tiap
langkah besar sebagai berikut:
1.      Pemetaan Kebutuhan, Masalah, dan Konteks Layanan
Penyusunan program BK di sekolah haruslah dimulai dari kegiatan
asesmen (pengukuran, penilaian) atau kegiatan mengidentifikasi aspek‐aspek yang
dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program/layanan. Kegiatan asesmen ini
meliputi:
a.       Asesmen konteks lingkungan program yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi
harapan dan tujuan sekolah, orangtua, masyarakat, dan stakeholder pendidikan terlibat,
sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor,
serta kebijakan pimpinan sekolah.
b.       Asesmen kebutuhan dan masalah peserta didik yang menyangkut karakteristik peserta
didik; seperti aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motivasi, sikap
dan kebiasaan belajar, minat, masalah‐masalah yang dihadapi, kepribadian, tugas
perkembangan psikologis.
Berikut langkah‐langkah yang dapat dilakukan oleh konselor dalam memetakan
kebutuhan, masalah, dan konteks layanan:
a.       Menyusun instrumen dan unit analisis penilaian kebutuhan.
Eksplorasi peta kebutuhan, masalah, dan konteks membutuhkan
instrument asesmen yang berfungsi sebagai alat bantu. Dalam
instrumen ini, konselor merumuskan aspek dan indicator beserta
item pernyataan/pertanyaan yang akan diukur dan jenis metode
yang akan digunakan untuk mengungkap aspek dimaksud. Metode
yang dapat digunakan, seperti observasi, wawancara, dokumentasi,
dan sebagainya.
b.       Implementasi penilaian kebutuhan. Pada tahap ini, konselor sesegera
mungkin mengumpulkan data dengan menggunakan instrument
yang telah dibuat sebelumnya dengan tujuan memperoleh gambaran
kebutuhan dan konteks lingkungan yang akan dirumuskan ke dalam
program lebih lanjut
c.       Analisis hasil penilaian kebutuhan. Setelah data terkumpul, konselor
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi hasil penilaian yang
diungkap dengan tujuan kebutuhan, masalah, dan konteks program
dapat teridentifikasi dengan tepat
d.       Pemetaan kebutuhan/permasalahan. Setelah hasil analisis dan
identifikasi masalah terungkap, petugas BK dan konselor membuat
peta kebutuhan/masalah yang dilengkapi dengan analisis faktor‐
faktor penyebab yang memunculkan kebutuhan/permasalahan
2.      Desain Program BK dan Rencana Aksi (Action Plan)
Berikut ini adalah penjabaran rencana operasional (action plan) yang
diperlukan Action plan yang akan disusun paling tidak memenuhi unsur
5W+1H (what, why, where, who, when, and how). Dengan demikian, konselor
dan petugas bimbingan perlu melakukan hal‐hal berikut ini:
a.       Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu
dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari perilaku/tugas
perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
b.       Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
setiap kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu
tertentu atau terus menerus. Berapa banyak waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen
program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan
waktu ini didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen
yang harus dilakukan oleh konselor.
c.       Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment ke dalam tabel kebutuhan
yang akan menjadi rencana kegiatan. Rencana kegiatan dimaksud dituangkan ke dalam
rancangan jadwal kegiatan untuk selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk
matrik; Program Tahunan dan Program semester.
d.       Program bimbingan dan konseling Sekolah/Madrasah yang telah
dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam
bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup kalender
tahunan, bulanan, dan mingguan.
e.       Program bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak
langsung, dan (b) tanpa kontak langsung dengan peserta didik. Untuk kegiatan kontak
langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) perlu dialokasikan
waktu terjadwal 2 (dua) jam pelajaran per‐kelas per‐minggu. Adapun kegiatan
bimbingan tanpa kontak langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui
tulisan (seperti e‐mail, buku‐buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah
(home visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referral).
Dalam POP BK SMK Tahun 2016 BAB III dijelaskan bahwa tentang
perencanaan pembuatan program BK terdapat dua tahapan, yaitu:
1.      Tahap persiapan (planning) dalam perencanaan program
Tahap persiapan (preparing) terdiri dari (a) melakukan asesmen kebutuhan, (b) aktivitas
mendapatkan dukungan unsur lingkungan sekolah, dan (c) menetapkan dasar
perencanaan. Yang dapat dijelaskan seperti berikut:
a.       Melakukan assesmen kebutuhan
Asesmen kebutuhan ini menjadi dasar dalam merancang program program bimbingan
yang relevan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Adapun Langkah-langkah
asesmen:
1)      Mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program
Langkah awal dalam asesmen kebutuhan adalah menentukan data yang akan
diukur/dungkap untuk kepentingan penyusunan program layanan bimbingan dan
konseling. Data yang perlu diungkap antara lain adalah data tentang tugas-tugas
perkembangan, permasalahan, dan prestasi peserta didik/konseli.
2)      Memilih instrumen pengukuran data sesuai kebutuhan
Instrumen pengumpulan data yang dapat digunakan dalam asesmen kebutuhan, di
antaranya adalah (1) instrumen dengan pendekatan masalah, seperti Alat Ungkap
Masalah Umum (AUM-U), Alat Ungkap Masalah Belajar (AUMPTSDL), Daftar Cek
Masalah (DCM), (2) instrumen dengan pendekatan SKKPD yaitu Inventori Tugas
Perkembangan (ITP), (3) instrumen dengan pendekatan tujuan bidang layanan (pribadi,
sosial, belajar dan karir) dapat berupa angket, pedoman observasi, pedoman wawancara
dan angket sosiometri. Instrumen-instrumen tersebut dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan kegiatan perencanaan program bimbingan dan konseling.
3)    Mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data hasil asesmen
kebutuhan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang dipilih.
Pengumpulan, pengolahan, analisis dan menginterpretasi hasil analisis data dilakukan
sesuai dengan manual. Setiap instrumen pengumpul data yang telah standar memiliki
manual. Bila instrumen yang digunakan adalah instrumen yang belum standar maka
pengolahan, analisis, dan interpretasi hasil analisis data menggunakan manual yang
disusun sendiri.
b.      Mendapat dukungan dari unsur lingkungan sekolah
rogram bimbingan dan konseling hendaknya memperoleh dukungan dari berbagai pihak
yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan komite sekolah. Upaya mendapatkan
dukungan dari pimpinan ini dilakukan dalam rangka menggali masukan dan
pertimbangan dari berbagai pihak tentang kebutuhan-kebutuhan yang dapat dijadikan
titik tolak penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Upaya untuk
mendapatkan dukungan dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya konsultasi,
rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi. Kegiatan tersebut dilakukan sebelum
menyusun program dan selama penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.
Hasil konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi tergambar pada kebijakan
yang mendukung program, fasilitas untuk pelaksanaan program, kolaborasi dan
sinergitas kerja dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.

c.       Menatapkan dasar perencanaan layanan


Perencanaan layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada landasan filosofis dan
teoritis bimbingan dan konseling. Landasan ini berisi keyakinan filosofis dan teoritis,
misalnya bahwa semua peserta didik/konseli itu unik dan harus dilayani dengan penuh
perhatian; setiap peserta didik/konseli dapat meraih keberhasilan, untuk mencapai
keberhasilan dibutuhkan upaya kolaboratif; program bimbingan dan konseling
merupakan bagian integral dari proses pendidikan; program bimbingan dan konseling
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap peserta didik/konseli. Selain
didasarkan pada landasan filosofis dan teoritis, perencanaan layanan bimbingan dan
konseling juga harus didasarkan pada hasil asesmen kebutuhan peserta didik/konseli.
Landasan filosofis, landasan teoritis dan hasil asesmen kebutuhan dipaparkan secara
ringkas dalam rasional program bimbingan dan konseling.
2.      Tahap perancangan
Tahap perancangan (designing) terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu penyusunan
program tahunan dan penyusunan program semesteran. Setiap kegiatan diuraikan pada
bagian berikut;
a.       Penyusunan Program Tahunan Bimbingan dan Konseling
Struktur program tahunan bimbingan dan konseling terdiri atas: a) rasional, b)
dasar hukum, c) visi dan misi, d) deskripsi kebutuhan, e) tujuan, f) komponen program,
g) bidang layanan, h) rencana operasional, i) pengembangan tema/topik, j) rencana
evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut, dan (k) sarana prasarana, dan (l) anggaran biaya.
b.      Merancang Program Semesteran Bimbingan dan Konseling
Setelah guru bimbingan dan konseling membuat rencana kegiatan yang akan dilakukan
selama satu tahun, guru BK mendistribusikan komponen layanan dan strategi kegiatan
dalam program semesteran dan bulanan dalam bentuk yang lebih rinci. Terdapat
berberapa komponen dalam program semesteran dan bulanan, yaitu;
1.       Bulan dan komponen program
2.       Layanan dasar; berisi tentang strategi layanan dan topik/tema layanan dalam komponen
layanan dasar, seperti bimbingan klasikal dengan tema yang sudah dibuat dalam rencana
kegiatan.
3.       Layanan responsif; berisi tentang tentang strategi layanan dan topik/tema (bila ada)
dalam komponen layanan responsif, misalnya konseling kelompok dengan tema teman
baik
4.       Perencanaan individual; berisi tentang strategi layanan dan topik/tema dalam
komponen layanan perencanaan individual misalnya bimbingan klasikal dengan tema
memilih jurusan dan perguruan tinggi yang tepat
5.        Dukungan sistem; berisi tentang strategi kegiatan dalam dukungan sistem seperti
pembuatan proposal PTK.

I.       Sosialisasi Program
Dalam POP BK SMK Tahun 2016 dijelaskan bahwa Program bimbingan dan
konseling hendaknya memperoleh dukungan dari berbagai pihak yaitu kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan komite sekolah. Upaya mendapatkan dukungan dari pimpinan
ini dilakukan dalam rangka menggali masukan dan pertimbangan dari berbagai pihak
tentang kebutuhan-kebutuhan yang dapat dijadikan titik tolak penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling. Upaya untuk mendapatkan dukungan dapat dilakukan dengan
beberapa cara misalnya konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi. Kegiatan
tersebut dilakukan sebelum menyusun program dan selama penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling. Hasil konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi
tergambar pada kebijakan yang mendukung program, fasilitas untuk pelaksanaan
program, kolaborasi dan sinergitas kerja dalam penyelenggaraan program bimbingan
dan konseling.

J.      Tahap-tahap Pelaksanaan Program


Dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014 pasal 7 dijelaskan bahwa:
1.    Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas: a. jumlah individu yang
dilayani; b. permasalahan; dan c. cara komunikasi layanan.
2.    Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jumlah individu yang dilayani
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui layanan individual,
layanan kelompok, layanan klasikal, atau kelas besar.
3.    Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan permasalahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui pembimbingan, konseling, atau
advokasi.
4.    Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui tatap muka atau
media.
Menurut Anni (2012) beberapa kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru BK dalam
pelaksanaan program yaitu:
1.      Membuat rencana pelaksanaan program
2.      Menetapkan strategi untuk pencapaian program
3.      Menetapkan taktik (langkah sistimatis)nya
Tujuannya adalah agar aktivitas itu dapat memberi arah untuk mencapai tujuan yang
lebih jelas, dengan demikian akan lebih mudah mengetahui capaian tujuan program, dan
memudahkan untuk mengidentifkasi hambatan-hambatan yang ada.
Dalam POP BK SMK tahun 2016 dijelaskan bahwa strategi implementasi program
BK, yaitu:
1.      Pelayanan dasar
2.      Pelayanan responsif
3.      Perencanaan individual
4.      Dukungan sistem
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu  Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tahap-tahap yang
perlu di tempuh dalam pelaksanaan program adalah :
1.      Tahap perencanaan, program satuan layanan dan kegiatan pendukung direncanakan
secara tertulis dengan memuat sasaran, tujuan, materi, metode, waktu, tempat dan
rencana penilaian
2.      Tahap pelaksanaan, program tertulis satuan kegiatan (layanan atau pendukung)
dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya.
3.      Tahap penilaian, hasil kegiatan diukur dengan nilai.
4.      Tahap analisis hasil, hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui aspek-aspek yang
perlu mendapat perhatian lebih lanjut.
5.      Tahap tindak lanjut, hasil kegiatan ditindaklanjuti berdasarkan hasilanalisis yang
dilakukan sebelumnya, melalui layanan dan atau kegiatan pendukung yang relevan.
K.    Pengawasan Pelaksanaan Program
Pengawasan program BK dilaksanakan oleh kepala sekolah (Sukardi, 2008). Kepala
sekolah adalah supervisor yang berfungsi atau berperan memberikan layanan kepada
seluruh staf termasuk guru BK agar dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya
(Mahanggi, 2014).
L.     Masalah dan Solusi
1.      Masalah
a.       Analisis kebutuhan peserta didik dalam pembuatan program masih kelihatan dangkal
karena menggunakan 2 instrumen saja (angket AKDP & Sosimetri)
b.      Pelaksanaan program secara klasikal (terjadwal) belum sesuai denngan ketentuan, yaitu
1 JP/minggu. Sehingga pelayanan yang diberikan belum optimal.
c.       Strategi layanan dalam bentuk kelompok (BKp & KKp) masih belum terlaksana dari
tahun ke tahun.
d.      Guru BK masih belum melaksanakan tindak lanjut dari evaluasi yang telah diadakan.
Sehingga tidak ada perubahan dari yang sebelumnya dari keterlaksanaan.
e.       Masih adanya guru BK yang belum membuat program bulanan hingga harian (RPL).
f.       Alat dan perlengkapan untuk mendukung kegiatan masih belum memadai.
g.      Program yang dibuat masih belum menjamin keseimbangan layanan. Hal ini terlihat
karena masih adanya program BK yang beum terlaksana, seperti BKp dan KKp.
h.      Dalam unsur program di SMKN 9 Padang, anggaran biaya masih belum dicantumkan.
Karena guru BK/Koordinator BK tidak mengusulkan anggaran biaya yang dibutuhkan
untuk program BK.
i.        Dalam rencana operasional, guru BK masih belum membuat dengan jelas metode yang
akan digunakan, alat & media yang akan digunakan.
j.        Guru BK masih belum membuat pengembangan topik/tema yang diturunkan
berdasarkan program tahunan dan semesteran. Karena program yang dibuat masih
belum diturunkan sampai program bulanan, mingguan dan harian.
k.      Berkaitan dengan pengawasan, kepala sekolah belum melalukan penilaian terhadap BK
serta belum melakukan tindak lanjut.
2.      Solusi
a.       Guru BK hendaknya menggunakan isntrumen yang mempunyai validitas yang bagus
(AUM Umum, AUM PTSDL, DCM, dsb) untuk menganalisis kebutuhan peserta didik
sebagai dasar pertimbangan dalam pembuatan program.
b.      Guru BK hendaknya meminta tambahan waktu kepada kepala sekolah untuk jadwal
tatap muka dari 1JP menjadi 2JP/minggu. Sesuai dengan ketentuan. Sehingga guru BK
bisa mengoptimalkan pelayanan yang diberikan kepada peserta didik.
c.       Guru BK hendaknya sesekali memanfaatkan jam terjadwal untuk melaksanakan
kegiatan BKp dan KKp.
d.      Guru BK hendaknya melaksanakan tindak lanjut dari evaluasi yang telah dilaksanakan
sehingga keterlaksanaan program BK bisa lebih bagus
e.       Kepala sekolah hendaknya melakukan pengawasan dan pembinaan kepada guru BK
dalam pembuatan program.
f.       Koordinator BK hendaknya memantau pembuatan program guru BK.
g.      Guru BK hendaknya  melengkapi programnya hingga pada program harian supaya
pelaksanaan program lebih terarah dan efektif.
h.      Mengkomunkasikan kepada wakil Sarana dan Prasarana bahwasannya dalam
menunjang kegiatan BK, masih ada alat dan perlengkapannya yangbelum memadai.
Sehingga wakil Sapras bisa menindaklanjuti.
i.        Dalam pembuatan program, guru BK hendaknya menyeimbangi kegiatan layanan agar
semua program yang dibuat bisa terlaksana dengan baik.
j.        Guru BK/Koordinator BK hendaknya mengusulkan anggaran dana yang dibutuhkan
oleh guru BK untuk periode tertentu. Sehingga bisa dicantumkan dalam program
tahunan untuk menunjang terlaksananya program BK di sekolah.
k.      Guru BK hendaknya memmbuat rencana operasional yang jelas seperti metode yang
akan digunakan untuk pemberian layanan, alat dan media apa saja yang akan digunakan.
Sehingga program yang dibuat bisa dengan jelas diimplementasikan.
l.        Dalam unsur program BK, guru BK hendaknya mengembangkan  program tahunan,
semesetran sampai kepada program bulanan, mingguan, dan harian dengan jelas.
Sehingga topik dan tema yang akan disampaikan kepada sasaran layananan sesuai
dengan program tahunan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
m.    Kepala sekolah hendaknya bekerjasama dnegan koordinator BK dalam melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan program BK. Sehingga program dilaksanakan oleh
guru BK sesuai dengan yang telah dibuat.
KEPUSTAKAAN
Anni, C. T. (2012). Need Assesment Model Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Bidang Bimbingan Belajar Berbantuan Sistem Informasi Manajemen di SMA Negeri
Kota Semarang. Educational Management, 1(1).

Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 2011. Introduction to Counseling and Guidance.
Diterjemahkan Y. Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cobia, D. C., & Henderson, D. A. 2009. Developing An Effective and Accountable


School Counseling Program. Second Edition. Upper Saddle River, New Jersey,
Columbus, Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.

Depdiknas. 2007. Panduan Pengembangan Diri. Jakarta.


Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Layanan Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.

Kurniawan, L. (2015). Pengembangan Program Layanan Bimbingan dan Konseling


Komprehensif di SMA. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1, 2443-2202.

Mahanggi, D. R. A. (2014). Kebijakan Kepala Sekolah Terhadap Pelayanan Bimbingan


Konseling di SMA Negeri Se-Kabupaten Purbalingga. Indonesian Journal of Guidance
and Counseling: Theory and Application, 3(1).

Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan konseling Sekolah Menengah


Kejuruan Tahun 2016.

Permendikbud No. 111 Tahun 2014. Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Prayitno. 2004.  Seri Pemandu Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
(SD). Jakarta:  PT. Ikrar Mandiri.
Rahman, F. (2008). Penyusunan Program BK di Sekolah. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Rahman, F. 2009. Bimbingan dan Konseling Komprehensif; Dari Paradigma
Menuju Aksi. Disampaikan pada Workshop Penyusunan Program BK Komprehensif
bertempat di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Kerjasama Prodi BK UNY dan PD
ABKIN DIY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Ridwan. 2004. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta:


Pusataka Pelajar Offset.
Yusuf, S. & Nurihsan, A Juntika. 2003. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Berbasis Perkembangan. Panduan Workshop Bimbingan dan
Konseling dalam Acara Konvensi Nasional XIII Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia. Bandung: UPI.

Anda mungkin juga menyukai