Anda di halaman 1dari 35

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi madrasah atau sekolah Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir. Namun, untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik . Dalam konteks bimbingan dan konseling, komponen BK sangat berperan signifikan untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa. Dalam hal ini diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana managemen layanan BK dalam pengembangan diri siswa. Setiap konselor harus mampu memahami bagaimana cara pengembangan diri siswa berdasarkan keanekaragaman karakter siswa. Oleh karena itu, setiap komponen pengajar harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang terkandung dalam manajemen layanan BK agar terjadi optimalisasi pengembangan diri siswa.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, ada beberapa masalah yang dirumuskan, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan program dalam manajemen layanan BK?
1

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

2. Bagaimana implementasi tugas seorang konselor? 3. Bagaimana pengarahan, supervisi, dan evaluasi dalam manajemen layanan BK? 4. Bagaimana implementasi layanan BK untuk pengembangan diri siswa?

C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk: 1. Mahasiswa dapat memahami perencanaan program dalam manajemen layanan BK. 2. Mahasiswa dapat memahami implementasi tugas dari seorang konselor. 3. Mahasiswa mampu memahami pengarahan, supervise dan evaluasi dalam manajemen layanan BK. 4. Mahasiswa dapat memahami implementasi layanan BK untuk pengembangan diri siswa.

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

BAB II PEMBAHASAN

A. Manajemen dan Penyusunan Program BK Berbasis Sekolah Menurut T. Handoko (1999) menyimpulkan bahwa manajemen adalah : bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staff-ing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).1 Sebelum memasuki tahun pelajaran baru, setiap guru pasti memiliki sebuah silabus yang mana akan digunakan sebagai bahan acuan, kegiatan apa saja yang nantinya akan diberikan kepada peserta didik. Hal ini juga semestinya dilakukan oleh seorang guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling sebelum melaksanakan tugasnya semestinya melakukan need assasment terlebih dahulu kepada peserta didik. Hasil need assasment tersebut dianalisis dan dibuatlah sebuah satlan (satuan layanan) yang berisi rencana program baik tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, bahkan harian yang akan diberikan kepada peserta didik. Program bimbingan dan konseling disusun untuk memudahkan guru BK dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pesrta didik.2 Sekolah merupakan bagian dari pendidikan, dimana di sekolah terdapat peserta didik yang mana membutuhkan suatu perhatian agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Sekolah memiliki banyak sekali kegaiatan, sehingga perlu adanya suatu management sekolah yang baik agar kegiatankegiatan di sekolah dapat dilaksanakan denagan sebaik-baiknya. Siswa atau peserta didik merupakan salah satu objek penerima layanan bimbingan dan konseling, sehingga untuk memudahkan pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah, seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan

Drs. Tohirin, M.Pd. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). (PT. Raja Graffindo : Jakarta, 2007) hlm. 271-272 2 Sukardi, Dewa Ketut. Manajemen Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. (Alfabeta : Bandung, 2003) hlm : 22-23

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

membuat suatu perencanaan penyusunan program terlebih dahulu untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi. Substansi program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor.3 B. Unsur dan Syarat Penyusunan Program Pelayanan Konseling Berbasis Sekolah Dalam penyusunan program pelayanan konseling diharapkan memenuhi unsur-unsur dan persyaratan tertentu. Menurut Prayitno (1998) unsur-unsur yang harus diperhatikan dan menjadi isi program bimbingan dan konseling meliputi kebutuhan siswa, jumlah siswa yang dibimbing, kegiatan di dalam dan di luar jam belajar sekolah, jenis bidang bimbingan dan jenis layanan, volume kegiatan bimbingan dan konseling, dan frekuensi layanan terhadap siswa. Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan program bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai dengan kondisi pribadinya, serta jenjang dan jenis pendidikannya. 2. Lengkap dan menyeluruh, artinya memuat segenap fungsi bimbingan. kelengkapan program ini disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan pendidikan yang bersangkutan. 3. Sistematik, dalam arti program, disusun menurut urutan logis, tersinkronisasi dengan menghindari turnpang tindih yang tidak perlu, serta dibagi-bagi secara logis, 4. Terbuka dan luwes, artinya mudah menerima masukan untuk pengembangan dan penyempurnaan, tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh. 5. Memungkinkan kerja sama dengan pihak yang terkait dalam rangka sebesar-besamya memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling. 6. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk

penyempurnaan program pada khususnya dan peningkatan keefektifan dan

Sukardi, Dewa Ketut. Manajemen Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. (Alfabeta : Bandung, 2003) hlm : 37-38

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

keefisienan penyelenggaraan program pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya.4 Sedangkan menurut Kaufan, F. W. Miller dalam Natawidjaja menyebutkan bahwa suatu program dikatakan baik jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa sekolah yang bersangkutan. 2. Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas. 3. Program itu dikembangkan berangsur-angsur dengan melibatkan semuatenaga kependidikan di sekolah dalam merencanakannya. 4. Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistik dalam pelaksanaannya. 5. Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksananya. 6. Menyediakan fasilitas yang diperlukan.

7. Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah yang bersangkutan. 8. Memberikan kemungkinan pelayanan semua siswa. 9. Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat. 10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas pelaksanaanya. 11. Program itu hendaknya menjamin keseimbangan dan kesinambungan seluruh pelayanan bimbingan.5 C. Keuntungan Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Sekolah Penyusunan program bimbingan dan konseling yang baik akan memberikan beberapa keuntungan. Keuntungan yang dimaksud diantaranya: 1. Tujuan setiap langkah kegiatan bimbingan dan konseling akan lebih terarah dan lebih jelas. 2. Setiap guru pembimbing akan menyadari peranan tugasnya.
4 5

http://aktual-asiddau.blogspot.com/2010/05/program-bimbingan-konseling-unsur-dan.html Amti, Erman dan Marjohan. Bimbingan dan Konseling. (Depdikbud : Jakarta, 1991) hlm. 66

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

3. Penyediaan sarana akan lebih sempurna. 4. Pelayanan bimbingan dan konseling lebih teratur dan memadai. 5. Memungkinkan berkepentingan 6. Adanya lebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang

dengan kegiatan bimbingan dan konseling. kegiatan-kegaiatn bimbingan dan konseling di antara

kejelasan

keseluruhan kegiatan sekolah. 7. Dengan adanya program bimbingan dan konseling, pelaksanaannya akan lebih mudah untuk dipantau atau dievaluasi6 D. Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Sekolah Untuk menghasilkan program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan prinsipprinsip bimbingan dan konseling, maka dalam penyusunan perlu diperhatikan langkahlangkah berikut: 1. Melakukan studi kelayakan. Studi kelayakan adalah seperangkat kegiatan dalam mengumpulkan berbagai informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan untuk penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah. dengan adanya studi kelayakan ini, kesimpulan dan saransaran yang disajikan pada saat akhir studi dipakai sbagai tolak ukur untuk menentukan program bimbingan dan konseling yang perlu dikembangkan di sekolah. dalam studi kelayakan yang dapat dipertimbangkan ialah beberapa aspek, diantaranya: (1) sarana dan prasarana, yang kemungkinan bisa digali, (2) pengendalian pelaksanaan program, dan (3) pembiayaan kegiatan secara keseluruhan yang menunjang pelaksanaan program, dan berbagai aspek lainnya yang bisa digali. Dari hasil pengkajian aspek-aspek tersebut, beberapa kemungkinan yang akan diamnil sebagai kesimpulan bahwa: (1) suatu kegiatan sangat layak untuk dilaksanakan, (2) suatu kegiatan layak untuk dilaksanakan, (3) suatu kegiatan kurang layak untuk dilaksanakan, dan (4) suatu kegiatan tidak layak untuk dilaksanakan. Sebelum program bimbingan dan konseling disusun perlu dilakukan inventarisasi masalah dan kebutuhan berkenaan dengan pelayanan yang akan dilaksanaan. Untuk
6

Nelly Nurmelly, 2012 (http://bdkpalembang.kemenag.go.id/penyusunan-program-bk-berbasis-sekolah/)

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

tujuan ini perlu dikumpulkan berbagai data dari semua pihak yang terkait dengan masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang dimaksudkan itu. 2. Penetapan prioritas masalah dan kebutuhan yang akan ditangani melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Menurut Schmidt (1993) prosedur pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah meliputi beberapa hal, yaitu: a. Planning Memuat prosedur dan keputusan konselor mengevaluasi ketercapaian goals pada program yang lalu, mengakses kebutuhan-kebutuhan peserta didik, serta menyeleksi tujuan-tujuan dan kebutuhan untuk penentuan program kegiatan. Planning dilakukan pada awal tahun ajaran. Dari hasil asesmen kebutuhan, konselor menetapkan keputusan yang sesuai untuk layanan preventif, developmental dan remedial. b. Organizing Merupakan bagian dari proses perencanaan yang memuat seleksi tujuan-tujuan utama dan menetapkan saluran-saluran kegiatan atau layanan yang dapat mencapai tujuantujuan itu. Organisasi program juga memuat penugasan (uraian tugas) dan jadwal pelaksanaan kegiatan yang spesifik yang membantu sekolah untuk menetapkan siapa yang bertanggunga jawab pada layanan yang mana dan kapan mereka harus melaksanaan kegiatan-kegiatan itu. c. Implementing Merupakan fase aksi dari program bimbingan dan konseling di sekolah. Pada fase ini, konselor, para guru dan pelaku-pelaku lainnya melaksanakan layanan-layanan yang termuat dalam program, seperti layanan konseling individual dan kelompok, konsultasi dengan guru dan orang tua, classroom and small group guidance, layanan testing, crisis interventions, dan layanan referral. d. Evaluating Berisi prosedur yang memungkinkan konselor melihat dan menimbang keberhasilan layanan-layanan program bimbingan dan konseling, mengidentifikasi kelemahan dan
7

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

hambatan yang muncul, dan merekomendasikan perbaikan bagi program selanjutnya. Fase ini sangat essensial bagi identitas professional konselor, kredibilitas, dan akuntabilitas mereka. Evaluasi program yang tepat dan menyeluruh juga memungkinkan konselor untuk meninjai kembali tujuan-tujuan awal program dan mengasses perkembangan/ kemajuan yang telah dicapai.7 E. Konsultasi Usulan Program Bimbingan dan Konseling Dalam kegiatan konsultasi adalah berupa pertemuan atau rapat konselor dan petugas lain yang terkait untuk membahas usulan atau rancangan program bimbingan dan konseling. Beberapa kegiatan yang bissa dilakukan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu adalah sebagai berikut: 1. Pertemuan-pertemuan permulaan Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk menanamkan pengertian bagi para peserta pertemuan (konselor, wali kelas, guru mata pelajaran, staf administrasi bimbingan dan konseling, dan personel lainnya) tentang pertemuan ini melibatkan petugas-petugas terkait, yang berminat dan tertarik, serta memiliki kemampuan dalam bimbingan dan konseling. 2. Pembentukan panitia sementara Kegiatan ini adalah bertujuan untuk merumuskan program bimbingan dan konseling. Tugas-tugas dari panitia sementara ini adalah mencakup tugas menentukan program bimbingan, rincian kegiatan, mempersiapkan bagan atau pola organisasi dari program bimbingan dan konseling serta membuat kerangka dasar dari program bimbingan dan konseling. 3. Pembentukan panitia penyelenggaraan program Terbentuknya panitia penyelenggara bimbingan dan konseling selanjutnya mempunyai tugas-tugas diantaranya: mempersiapkan pelaksanaanprogram pelayanan bimbingan dan konseling, mempersiapkan pelaksanaan sistem pencatatan, dan mempersiapkan pelaksanaan pelatihan bagi para pelaksana program bimbingan dan konseling.
7

Drs. Tohirin, M.Pd. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). (PT. Raja Graffindo : Jakarta, 2007) hlm. 274-277

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Kegiatan berupa rapat, pertemuan, atau konsultasi dengan petugas terkait dalam penyusunan program bimbingan dan konseling, baik secara rutin maupun secara iinsidental, secara langsung memberikan suasana yang menguntungkan, terutama untuk menghindari kecenderungan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, serta berusaha mewujudkan satu kesatuan cara bertindak dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Untuk itu peranan kepala sekolah sebagai administrator dan pemegang peran kunci di sekolah perlu dilibatkan dalam kegiatan ini, baik berperan sebagai policy maker maupun sebagai decicion maker 4. Penyediaan fasilitas Fasilitas yang dimaksud disini adalah fasilitas fisik dan teknis. Kedua fasilitas ini merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. fasilitas yang perlu disediakan diantaranya: a. Fasilitas fisik Meliputi : Ruang bimbingan dan konseling (Ruang kerja konselor, Ruang pertemuan, Ruang administrasi/tata usaha bimbingan dan konseling, ruang penyimpanan data catatan-catatan dan Ruang tunggu. Alat-alat perlengkapan ruangan bimbingan dan konseling (Meja dan kursi-kursi, Tempat penyiapan catatan-catatan (loker, lemri, rak, dan sebagainya), Papan tulis dan papan pengumuman) b. Fasilitas taknis Fasilitas teknis yang dimaksud adalah alat-alat penghimpun data, seperti angket, tes inventori, daftar cek masalah, maupun sosiometri. c. Penyediaan anggaran biaya d. Pengorganisasian e. Kriteria penilaian keberhasilan program bimbingan dan kosneling f. Pola program bimbingan dan konseling8

Nelly Nurmelly, 2012 (http://bdkpalembang.kemenag.go.id/penyusunan-program-bk-berbasis-sekolah/)

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Penyusunan program bimbingan dan konseling berbasis sekolah didasarkan pada kebutuhan sekolah dan di buat priorotas dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, konselor, dan kepala sekolah, yang disusun dengan memperhatikan berbagai aspek termasuk fasilitas sekolah, anggaran pembiayaan yang diperlukan, bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan, serta tenaga dari personel yang ada. Dalam menyusun program bimbingan dan konseling berbasis sekolah yang baik, harus memperhatikan tahap-tahap dan prosedur penyusunan program yang sudah ada demi kelancaran dan kemudahan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. F. Implementasi Tugas Konselor dalam Pengembangan Diri Siswa Pengembangan diri sebagaimana dimaksud dalam KTSP merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor. Penjelasan tentang pengembangan diri yang tertulis dalam struktur kurikulum dijelaskan bahwa : Pengembangan guru. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran kesempatan yang harus diasuh oleh untuk

diri bertujuan

memberikan

kepada

konseli

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap konseli sesuai dengan kondisi Sekolah/Madrasah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir konseli.9 Dari penjelasan yang disebutkan itu ada beberapa hal yang perlu memperoleh penegasan dan reposisi terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal, sehingga dapat menghindari kerancuan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.10 1. Pengembangan diri bukan sebagai mata pelajaran, mengandung arti bahwa bentuk, rancangan, dan metode pengembangan diri tidak dilaksanakan sebagai sebuah adegan mengajar seperti layaknya pembelajaran bidang studi. Namun, manakala masuk ke dalam pelayanan pengembangan minat dan bakat tak dapat dihindari akan terkait dengan substansi

Suherman, Uman. 2008. Pengembangan Diri dalam Bimbingan dan Konseling . Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/posisi-pengembangan-diri-dalam-bimbingan-dan-konseling/ 10 Suherman, Uman. 2008. Pengembangan Diri dalam Bimbingan dan Konseling. Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/posisi-pengembangan-diri-dalam-bimbingan-dan-konseling/

10

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

bidang studi dan/atau bahan ajar yang relevan dengan bakat dan minat konseli dan disitu adegan pembelajaran akan terjadi. Ini berarti bahwa pelayanan pengembangan diri tidak semata-mata tugas konselor, dan tidak semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling. 2. Pelayanan pengembangan diri dalam bentuk ekstra kurikuler mengandung arti bahwa di dalamnya akan terjadi diversifikasi program berbasis minat dan bakat yang memerlukan pelayanan pembina khusus sesuai dengan keahliannya. Inipun berarti bahwa pelayanan pengem-bangan diri tidak semata-mata tugas konselor, dan tidak semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling. 3. Kedua hal di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri bukan substitusi atau pengganti pelayanan bimbingan dan konseling, melainkan di dalamnya mengandung sebagian saja dari pelayanan (dasar, responsif, perencanaan individual) bimbingan dan konseling yang harus diperankan oleh konselor (periksa gambar 2). Telaahan di atas menegaskan bahwa bimbingan dan konseling tetap sebagai bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan (khususnya jalur pendidikan formal). Pelayanan pengembangan diri yang terkandung dalam KTSP merupakan bagian dari kurikulum. Sebagian dari pengembangan diri dilaksanakan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian pengembangan diri hanya merupakan sebgian dari aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Jika dilakukan telaahan anatomis terhadap posisi bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dapat terlukiskan sebagai berikut (lihat gambar 1).

Gambar 1. Posisi Bimbingan dan Konseling dan Kurikulum (KTSP) dalam Jalur Pendidikan Formal

11

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Dapat ditegaskan di sini bahwa KTSP adalah salah satu subsistem pendidikan formal yang harus bersinergi dengan komponen/subsitem lain yaitu manajemen dan bimbingan dan konseling dalam upaya memfasilitasi konseli mencapai perkembangan optimum yang diwujudkan dalam ukuran pencapaian standar kompetensi. Dengan demikian pengembangan diri tidak menggantikan fungsi bimbingan dan konseling melainkan sebagai wilayah komplementer dimana guru dan konselor memberikan kontribusi dalam pengembangan diri konseli.11

G. Pengarahan a) Pengertian Pengarahan Pengarahan merupakan salah satu aspek penting dalam pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling. Hatch dan Steffre mengemukakan pengarahan sebagai suatu fase administratif yang mencakup koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Dalam pengarahan kegiatan bimbingan, koordinasi sebagai pemimpin lembaga atau unit bimbingan hendaknya memiliki sifat kepemimipinan yang baik yang dapat memungkinkan terciptanya suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada. Personil-personil yang terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar memiliki tanggungjawab, baik tanggungjawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya maupun tanggungjawab terhadap yang lain, serta memiliki moral yang stabil. Pengarahan dalam program bimbingan itu penting : untuk menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada, untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan memungkinkan kelan caran dan efektifitas pelaksanaan program yang telah direncanakan.12 b) Program kegiatan layanan bagi setiap Guru Pembimbing sesuai dengan pembagian tugas layanan di sekolah

11

Suherman, Uman. 2008. Pengembangan Diri dalam Bimbingan dan Konseling . Diakses pada tanggal 06 Mei 2013 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/posisi-pengembangan-diri-dalam-bimbingan-dankonseling/
12

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/163/jiptiain--ikalilissu-8135-3-babii.pdf diakses pada tanggal 01 Mei 2013

12

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Setiap guru pembimbing perlu membuat program berupa satuan layanan (satlan) badan satuan kegiatan pendukung (satkung) setiap kali akan melakukan pelayanan kepada siswa berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan. Penyusunan program pada masing-masing bidang pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya disesuaikan dengan karakteristik satuan pendidikan atau jenis dan jenjang sekolah. Agar pelaksanaan program kegiatan layanan bimbingan dan konseling sesuia dengan tujuan yang ingin dicapai maka diperlukan pengarahan agar terjadi suatu tata kerja yang diwarnai oleh koordinasi dan komunikasi yang efektif diantara staf bimbingan dan konseling. Pengarahan ini juga dilakukan untuk memotivasi staf dalam melakukan tugas-tugasnya sehingga memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang telah direncanakan. Pelaksanaan kegiatan Pelayanan Bimbingan Konseling di dalam jam

pembelajaran sekolah / madarasah dapat dibentuk : 1. Kegiatan tatap muka secara klasikal dan, 2. Kegiatan non tatap muka. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk

menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan / kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. Sedangkan kegiatan non tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan referensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan, kepustakaan, dan alih tangan kasus. Kegiatan pelayanan Bimbingan Konseling diluar jam pembelajaran sekolah / madrasah dapat berbentuk kegiatan tatap muka maupun non tatap muka dengan peserta didik, untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kolompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Setiap kegiatan pelayanan Bimbingan Konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
13

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajarmengajar.

Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajarmengajar. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.13

Adapun pentingnya pengarahan dalam program bimbingan ialah:

Untuk menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada

Untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya Memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang telah direncanakan.14

13

Karunia. 2012. Makalah Manajemen Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. http://my.opera.com/karuniayenisusilowaty/blog/2012/11/12/makalah-manajemen-program-bimbingan-dankonseling-di-sekolah diakses pada hari jumat tanggal 03 Mei 2013

14

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

H. Supervisi a) Pengertian Supervisi Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996). Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumbersumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan

pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktivitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006). b) Manfaat dan Tujuan Supervisi Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) : 1) Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan,

14

Nurjanah, Eka. 2011. Manajemen Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Dalam http://www.infodiknas.com/manajemen-pendidikan-dan-bimbingan-konseling.html diakses pada hari jumat tanggal 03 Mei 2013

15

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. 2) Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang siasia akan dapat dicegah. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).15 c) Langkah-langkah Supervisi Dalam supervisi sekarang ini, pengamatan oleh pengawas dan kepala sekolah bukan satu-satunya cara untuk mengetahui kualitas pembelajaran, mestinya pengawas selaku penanggung jawab supervisi perlu terus-menerus berpikir untuk mencari variasi langkah kegiatan dengan maksud memperoleh data yang lebih baik dan model pembinaan yang lebih baik dan model pembinaan yang lebih efektif. Langkahlangkah yang sifatnya rutin akan menghasilkan data yang rutin pula dan bentuk pembinaanya pun menjadi rutin. Dalam supervisi model baru yang dikaitkan dengan supervisi klinis ini disarankan langkah-langkah alternatif berikut: a. Pengawas bersama kepala sekolah sewilayah pembinaanya berdiskusi menyusun rencana kerja untuk kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun kemudian di penggal-penggal menjadi rencana caturwulan dan bulan. Dalam rencana tersebut tertuang: 1) Aspek yang menjadi titik pusat perhatian dalam program supervisi untuk tahun tersebut. Karena supervisi pengamatan kelas meskipun cara tersebut

15

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20582/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 01 mei 2013

16

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

masih digunakan sebagai salah satu metode, dalam menyusun rencana tersebut perlu disebutkan dengan jelas apa yang menjadi titik pusat perhatian, paling tepat untuk saat tersebut. 2) Penjadwalan pelaksanaan yang mencakup lama kurun waktu dan penggalan untuk setiap langkah kegiatan. Dalam langkah-langkah tersebut disebutkan isi, pihak, dan sarana yang digunakan. b. Perencanaan yang rinci dan disusun bersama antara pengawas dan kepala sekolah, ini dimaksudkan untuk menciptakan koordinasi antara keduanya sehingga pelaksanaan supervisi tidak simpang siur. c. Pengawas dan kepala sekolah menelaah instrumen yang di perlukan. Jika pengawas dan kepala sekolah bermaksud mengaktifkan bagian lain dari hal-hal yang biasa disupervisi, tentu saja di buku pedoman supervisi belum tersedia instrumen untuk memantaunya. Oleh sebab itu kepala sekolah perlu menyusun sendiri instrumen pemantauan yang diperlukan. d. Pengawas dan kepala sekolah menyelenggarakan rapat pleno guru untuk menjelaskan langkah program yang disusun bersama pengawas. Dalam rapat tersebut dibagikan blangko pada semua guru, berisi tawaran kepada guru yang ingin menggunakan kesempatan untuk mengemukakan masalah dan memerlukan pembinaan. Untuk ini guru diberi waktu yang cukup agar dapat berpikir dengan sungguh-sungguh masalah apa saja yang perlu mendapatkan pembinaan secara intensif, baik apa yang dilakukan sendiri, dilakukan bersama pimpinan sekolah, atau pengawas dan orang tua siswa. e. Kepala sekolah menyampaikan usulan guru tersebut kepada pengawas sehingga di antara kedua petugas supervisi tersebut dapat mengadakan pembagian tugas. f. Pengawas dan kepala sekolah menyusun rencana operasional untuk melaksanakan supervisi.

17

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

g. Pengawas dan kepala sekolah menyusun laporan tentang pelaksanaan supervisi untuk lingkup wilayah yang menjadi tanggung jawabnya kepada Dinas Pendidikan tingkat kabupaten/kota.16 c) Menurut Arhtur Jones (1970) supervisi itu mencakup dua bentuk kegiatan yaitu:

Sebagai

kontrol

kualitas

yang

direncanakan

untuk

memelihara,

menyelenggarakan, dan menentang perubahan

Mengadakan perubahan, penataran, dan mengadakan perubahan perilaku

Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan ialah:

Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing

Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing

Melaksanakan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan yang ditemui

Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar ke arah pencapaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.17

d) Supervisi terbagi menjadi 2 macam menurt Prof. Nana Sujana, dkk adalah : Supervisi pendidikan adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Supervisi manajarial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan dan efektivitas sekolah yang mencakup : 1) perencanaan, 2) koordinasi, 3)

16

Heru. 2012. Langkah-langkah Supervisi. http://heru-moerdhani.blogspot.com/2012/06/langkah-langkahsupervisi.html diakses pada hari jumat tanggal 03 Mei 2013
17

Nurjanah, Eka. 2011. Manajemen Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Dalam http://www.infodiknas.com/manajemen-pendidikan-dan-bimbingan-konseling.html diakses pada hari jumat tanggal 03 Mei 2013

18

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

pelaksanaan, 4) penilaian, dan 5) pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan sumber daya lainnya.18 I. Evaluasi a) Pengertian Evaluasi Penilaian merupakan langkah penting dalam majemen program

bimbingan. Tanpa penilaian keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan tidak mungkin diketahui/ diidentifikasi. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian. Sehubungan mengemukakan dengan penilaian ini, Shetzer adalah dan Stone (1996)

pendapatnya bahwa

evaluasi

kegiatan: ... making

systematic judgements of the relative effectiveness with which goals are attained in relation to special standards. Evaluasi dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektifitas (keterlaksanaan dan ketercapaian kegiatankegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan.

Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, bekesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan. Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.

18

Solahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : Pustaka Setia. Hal 214

19

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Kriteria

atau

patokan

yang

dipakai

untuk

menilai

keberhasilan

pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi kearah yang lebih baik. Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap kefektivan layanan

bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan.

Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya.19 b) Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan upaya menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pada khususnya dan program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh staf bimbingan dan konseling pada umunya. Ada beberapa kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dievaluasi diantaranya: Konseling individual dan kelompok, Konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik individual maupun kelompok, Pengukuran minat, kemampuan, perilaku, dan kemajuan belajar siswa, Koordinasi layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa di sekolah. Dengan demikian evaluasi bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen sistem bimbingan dan konseling yang sangat penting karena mengacu pada hasil evaluasi itulah dapat diambil simpulan apakah kegiatan yang telah direncanakan telah dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien atau tidak, kegiatan itu dilanjutkan atau sebaliknya direvisi dan sebagainya. c) Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai berikut :
19

Direktorat Tenaga Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Surya Dharma : Direktur Tenaga Kpendidikan). 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Dalam http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195608101981011D._NUNU_HERYANTO/konsep_dasar,_prinsip,_asas,_fungsi,_tujuan_BPPLS.PDF diakses pada tanggal 03 Mei 2013

20

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program dalam kurun waktu tertentu. d) Tujuan bimbingan dan konseling secara khusus, antara lain : Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program yang telah dicapai. Memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan bimbingan dan konseling yang ada. Mengetahui jenis layanan yang sudah ataupun belum dilaksanakaan dan jenis layanan yang memerlukan perbaikan atau pengembangan. Mengetahui tingkat partisipasi staf atau personil sekolah dalam menunjang keberhasilan pelakanaan program. Mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah. Memperoleh informasi yang cermat dan memadai untuk kepentingan perencanaan langkah-langkah pengembangan program. Membantu mengembangkan kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. e) Prinsip-prinsip Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Agar diperoleh hasil evaluasi pelaksanaan program yang diharapkan, disamping menuntut pengelolaan yang baik, juga harus mengacu kepada prinsipprinsip evaluasi program. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : Evaluasi program yang efektif menuntut pengenalan yang cermat dan rini terhadap tujuan yang akan dicapai. Evaluai program yang efektif membutuhkan kriteria pengukuran yang jelas. Evaluasi program membutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak yang mmiliki kompetensi profesional. Evaluasi program menuntut umpan balik dan tindak lanjut sehingga hasilnya dapat dicapai untuk dasar pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. Evaluasi program hendaknya terencana dan berkesinambuangan.
21

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

f) Langkah-langkah dalam Evaluasi 1. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan evaluasi adalah memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, konselor harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi : 1) tingkat keterlaksanaan program (proses), 2) tingkat ketercapaian tujuan program (proses). 2. Mengembangkan atau menyususn instrumen pengumpulan data. Seperti : inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi. 3. Mengumpulkan dan menganalisis data. 4. Melakukan tindak lanjut (follow up) : 1) Memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat dengan tujuan yang ingin dicapai, 2) Mengembangkan program.20 g) Pendekatan dan Metode Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Shetzer dab Stone (1983) membagi pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ke dalam tiga pendekatan pokok, yaitu : Pendekatan dan Metode Survei Prosedur yag dipakai dalam pendekatan dan metode survei biasanya dengan mengumpulkan sebanyak mungkin data tentang masukan (siswa), proses, dan hasil yang merupakan keluaran program. Temuan yang diperoleh dirumuskan dalam profil yang bersifat deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Pendekatan dan Metode Eksperimen Pendekatan ini merupakan perpaduan antara riset dan evaluasi. Artinya kegiatannya melakukan evaluasi tetapi prosedurnya memakai model riset eksperimental. Lazimya dipakai untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perilaku siswa. Kebutuhan pendekatan dan metode ini muncul ketika layanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk terjadinya perubahan perilaku Studi Kasus Studi kasus digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang
20

Solahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : Pustaka Setia. Hal 222

22

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

siswa yang dijadikan sebagai onyek telaah kasus. Salah satu alasan pemakaian pendekatan ini adalah dalam layanan konseling diperlukan telaah cermat atas proses dan hasil perubahan akibat perlakuan (treatment) terhadap diri siswa yang bermasalah (klien). Metode ini membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak karena bersifat longitudinal. Metode ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kepribadian klien sejak dari awal ketika ia bermasalah, selama dibantu sampai akhirnya setelah dibantu dengan layanan konseling. Supervisi Kegiatan Bimbingan dan Konseling Manfaat pokok dari supervisi ini adalah untuk mengendalikan personil pelaksana bimbingan dan konseling, memantau kemungkinankemungkinan kendala yang muncul dan dihadapi personil dalam pelaksanaan tugasnya, mencari jalan keluar terhadap hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan program agar tercapainya pelaksanaan yang lancar ke arah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.21

J. Hakikat pengembangan diri Pengembangan diri pada hakikatnya merupakan sasaran utama dan pertama dalam proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan. Hal itu mengandung makna bahwa keberhasilan proses pendidikan akan terlihat secara nyara sampai sejauh mana siswa dapat berkembang optimal sesuai dengan kondisi pribadi dan lingkungan masing-masing. Dalam pelaksanaa pendidikan di tingkat satuan pendidikan, layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu strategi utama untuk membantu siswa dalam proses pengembangan diri. Pengembangan diri siswa akan dicapai dengan sebaik-baiknya apabila dilaksanakan melalui layanan konseling yang dikembangkan secara terprogram dan sistematis, disertai dengan sarana yang memadai serta didukung oleh konselor dan berpengalaman. 22

21

Karunia. 2012. Makalah Manajemen Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. http://my.opera.com/karuniayenisusilowaty/blog/2012/11/12/makalah-manajemen-program-bimbingan-dankonseling-di-sekolah diakses pada hari jumat tanggal 03 Mei 2013 22 Endang Sri Asturi. 2000. Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling pada Satuan Pendidikan Menengah Jilid 1. Jakarta: Grafindo.

23

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

K. Pengertian pengembangan diri

Pengembangan ialah proses pendidikan jangka panjang yang dipergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi dengan mana tenaga kerja managerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritik untuk tujuan-tujuan umum.23 Aspek-aspek pengmbangan bisa dilihat dari table berikut24: No Aspek 1 2 3 4 5 Perkembangan

Pengembangan kemampuan Holistic Penekanan kapasitas Jangka waktu Materi Akhir proses Kognitif Lama (panjang) Umum Personality

Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan : a. Bakat b. Minat c. Kreativitas d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan e. Kemampuan kehidupan keagamaan f. Kemampuan sosial g. Kemampuan belajar h. Wawasan dan perencanaan karir i. Kemampuan pemecahan masalah j. Kemandirian

23 24

Abdul Rahman Shaleh dan Yunita Faela Nisa. 2006. Psikologi Industri dan Organisasi. Ciputat: UIN Press. Hal. 38 Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo. hal. 38

24

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

L. Implementasi pengembangan diri siswa Pelayanan Bimbingan dan Konseling merupakan usaha membantu siswa dalam mengembangkan kehidupan pribadi,sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan

pengembangan karier. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan diri siswa, baik secara individual maupun kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan serta peluang yang dimiliki. Bidang-bidang pelayanan bimbingan dan konseling guna menunjang pengembangan diri siswa meliputi: 1. Bidang pengembangan Pribadi. Bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (individu) agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan baik.25 Pengembangan pribadi siswa melalui pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah bisa diwujudkan melalui layanan bimbingan pribadi. Bimbingan pribadi adalah sejenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi. Bidang pengembangan pribadi mencakup pengembangan aspek-aspek kepribadian siswa yang menyangkut dengan Tuhannya dan dirinya sendiri.26 Menurut Surya dan Winkel dalam bukunya Drs. Thohirin menyebutkan bahwa aspek-aspek persoalan individu yang membutuhkan layanan pribadi adalah: (1). Kemampuan individu memahami dirinya sendiri, (2) kemampuan individu mengambil keputusan sendiri (3) kemampuan individu memecahkan masalah yang menyangkut keadaan batinnya sendiri, misalnya persoalan-persoalan yang menyangkut hubungannya dengan Tuhan. Bimbingan pribadi berdasarkan yang dikemukakan Thohirin (2007) bertujuan untuk: (1) mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi (2) mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
25 26

Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo. Hal 124

25

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Thohirin menyatakan ada beberapa macam bentuk pelayanan pribadi, yaitu a. Layanan informasi. Informasi tentang tahap-tahap perkembangan dapat mencakup perkembangan fisik, motorik, bicara, emosi, social, penyesuaian social, bermain, kreatifitas, pengertian, moral, seks, dan perkembangan kepribadian. Sedangkan informasi tentang keadaan masyarakat dewasa ini dapat mencakup tentang cirri-ciri masyarakat maju, makna ilmu pengetahuan, dan pentingnya IPTEK bagi kehidupan manusia. b. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan berkenaan dengan layanan pribadi meliputi: identitas individu, kejasmanian dan kesehatan, riwayat dan pendidikan, prestasi, bakat, minat, dll. c. Orientasi Layanan orientasi bidang pengembangan pribadi mencakup suasana, lembaga dan objek pengembangan pribadi seperti lembaga pengembangan bakat, pusat kebugaran dan latihan pengembangan kemampuan diri, tempat rekreasi dan lain sebagainya. 2. Bidang pengembagan social27 Bimbingan social bermakna suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah social seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri, dan sebagainya. Bimbingan social juga bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Tujuan bimbingan social adalah agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi social secara baik dengan lingkungannya. Bimbingan social juga bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan dalam masalah social sehingga individu dapat menyesuaikan diri dengan baik dan wajar dalam lingkungan sosialnya.

27

Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo. Hal 127 129

26

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Bentuk-entuk layanan tersebut, diantaranya: a. Layanan informasi yang mencakup : (1)Informasi tentang keadaan masyarakat dewasa ini yang mencakup: informasi tentang cirri-ciri masyarakat maju atau modern, makna ilmu pengetahuan, pentingnya IPTEK bagi kehidupan manusia (2) Informasi tentang cara bergaul b. Layanan orientasi. Layanan orientasi untuk bidang pengembangan hubungan social adalah: suasana, lembaga dan objek-objek pengembangan social seperti berbagai suasana hubungan social antarindividu, dalam keluarga, organisasi atau lembaga tertentu.

3. Pengembangan belajar Bimbingan belajar atau bimbingan akademik menurut Winkel (1991) adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukarankesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan. Surya (1988) menyatakan bahwa bimbingan belajar merupakan jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Menurut Surya pula, beberapa aspek masalah individu (siswa) yang memerlukan layanan bimbingan belajar adalah: pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar yang tepat, perencanaan pendidikan, dan sebagainya.28 Beberapa aspek masalah belajar yang memerlukan layanan bimbingan belajar atau bimbingan akademik adalah: kemampuan belajar yang rendah, motivasi belajar yang rendah, minat belajar yang rendah, tidak berbakat pada mata pelajaran tertentu,

kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, sikap belajar yang tidak terarah, prilaku mal adaptif dalam belajar seperti suka mengganggu teman ketika belajar, prestasi belajar yang rendah, penyaluran kelompok belajar, dan tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.29

28 29

Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo hal. 130. Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo, hal. 129

27

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar. Dalam konteks kemandirian, tujuan bimbinganbelajar adalah agar siswa mandiri dalam belajar. 30 Beberapa bentuk bimbingan layanan belajar untuk pengembangan diri siswa yang bisa diberikan kepada siswa adalah:31 a. Orientasi kepada para siswa (khususnya siswa baru_ tentang tujuan institusional (tujuan sekolah dan madrasah), isis kurikulim pembelajaran, struktur organisasi sekolah, cara-cara belajar yang tepat, penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah atau madrasah32 b. Penyadaran kembali secara berkala tentang belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan madrasah, maupun di rumah baik secara individual maupun kelompok. c. Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai, memilih kegiatan non akademik yang sesuai menunjang usaha belajar dan memilih program studi lanjutan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bantuan ini juga mencakup penyebaran informasi (layanan informasi tentang program studi yang tersedia pada jenjang pendidikan tertentu) d. Pengumpulan data siswa (layanan pengumpulan data) yang berkenaan dengan kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup, pada program studi tertentu dan lain sebagainya. e. Bantuan dalam mengatasi masalah belajar seperti kurang mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ulangan atau ujian, kurang dapat berkontrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat di berbagai mata pelajaran, menghadapi kesulitan di rumah yang mempersulit cara belajar secara rutin, dan lain sebagainya. f. Bantuan dalam hal membentuk kelompok belajar dan mengatur kegiatan belajar kelompok agar dapat berjalan efektif dan efisien.

30 31

Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo, hal. 131 Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo. Hal 131 132 32 Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo. Hal 131

28

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

4. Bidang Pengembangan Karir Tujuan pelayanan bimbingan karies di sekolah adalah agar siswa memiliki informasi mengenai karier, jabatan atau profesi tertentu; agar siswa memperoleh pemahaman tentang karier, pekerjaan atau jabatan tertentu secara benar; agar siswa mampu merencanakan diri dan menentukan pilihan-pilihan karier tertentu kelak setelah selesai dari pendidikan; agar siswa mampu menyesuaikan dengan karier yang akan dipilihnya kelak; agar siswa mampu mengembangkan karier setelah selesai dari pendidikannya 33. Selain itu bimbingan karier juga bermanfaat untuk: mengenal berbagai jenis jabatan yang terbuka bagi dirinya dan sekaligus bermakna, serta memuaskan dan menghayati nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang berorientasi pada karier; mampu membuat keputusan-keputusan rasional sehubungan dengan tujuan-tujuan yang ingin

diperjuangkan dalam bidang karier tertentu; melaksanaKan keputusan-keputusan tersebut dan mengintegrasikan nilai-nilai yang terkandung dalam karier serta sikapsikap yang dituntut dalam berkarier. 34 Bentuk-bentuk layanan bimbingan karir adalah: a. Layanan informasi tentang diri sendiri yang mencakup: kemampuan intelektual; bakat-bakat khusus di bidang akademik; minat-minat umum dan khusus; hasil belajar dalam berbagai bidang studi; sifat-sifat kepribadian yang ada relevansinya dengan karier seperti potensi kepemimpinan,kerajinan, kejujuran, keterbukaan dan lain sebagainya; nilai kehidupan dan cita-cita masa depan; keterampilanketerampilan khusus yang dimiliki mahasiswa; kesehatan fisik dan mental; kematangan vokasional dan lain sebagainya. b. Layanan informasi yang berhubungan dengan lingkungan hidup yang relevan bagi perencanaan karier yang mencakup informasi pendidikan, informasi jabatan atau informasi karier. c. Layanan penempatan, yakni usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di bangsku sekolah atau maadrasa dan sesudah tamat,
33 34

Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo. Hal 134 Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo Hal 135

29

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

dalam mengambil program studi tertentu sebagai studi lanjutan atau langsung bekerja. d. Orientasi. Layanan orientasi untuk bidang pengembangan karier mencakup suasana, lembaga, dan objek karier (kerja) seperti kantor, bengkel, pabrik, pengoperasionalan perangkat kerja tertentu, dan lain sebagainya.

5. Bidang pengembangan kehidupan beragama Makna bimbingan pengembangan kehidupan beragama adalah bantuan yang diberikan pembimbing kepada siswa agar mereka mampu menghadapi masalahmasalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama. Melalui layanan bimbingan dan konseling, para siswa dibantu mencarikan alternative bagi pemecahan masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama.35 Tujuan layanan bimbingan dan konseling bidang kehidupan beragama adalah agar siswa dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik dan benar tentang ajaran agamanya. Bentuk-bentuk layanan bimbingan kehidupan beragama adalah diantaranya: a. Layanan penyampaian informasi, yang mencakup: informasi tentang kehidupan beragama, upacara atau ritual keagamaan, tempat-tempat ibadah, hari-hari besar keagamaan, dll. b. Layanan orientasi yang mencakup: suasana keagamaan, lembaga dan objek keagamaan, sarana ibadah keagamaan, ritual keagamaan, peninggalanpeninggalan keagamaan dan lain-lain.

35

Thohirin. 2007. Bimbingan Konseling sekolah dan madrasah berbasis integrasi.Jakarta: Raja Grafindo. hal 139

30

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Sementara itu, menurut Syahril dalam bukunya Ajar Profesi Pendidikan.Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, pelayanan bimbingan dan konseling dapat dikelompokan pada pengembangan diri bidang akademik, nonakademik, serta psikologis. 1. Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Pengembangan Diri Bidang Akademik Guru Bimbingan dan Konseling tidak mengajar pada kelompok mata pelajaran, namun demikian bukan berarti mereka tidak memiliki peranan pada bidang akademik. Justru Guru Bimbingan dan Konseling dapat menjadi penunjang keberhasilan siswa pada bidang akademik. Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada bidang akademik dimulai dari saat pertama peserta didik memasuki sekolah, dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan potensidirinya pada bidang akademik. 2. Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Pengembangan Diri Bidang Non Akademik Disamping pada bidang akademik, pelayanan Bimbingan dan Konseling juga dilaksanakan pada bidangnon akademik. Tujuan dari pelayanan ini adalah untuk mengembangkan potensi siswa pada bidang non akademik,sehingga bakat maupun minat peserta didik dapat berkembang secara optimal. 3. 4. Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Pengembangan Diri Bidang Psikologis Pemahaman aspek psikologis siswa pada institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa yang unik dilihatdari segi perilaku, kepribadian, sikap, minat motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, intelegensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain.Tidak ada dua individu yang sama. Perbedaan karakteristik psikologis siswa harus dipahami oleh semua guru. Namun kenyataan tidak semua guru dapat memperhatikan hal tersebut, apalagi guru mata pelajaran yang sering kalidikejar dengan target kurikulum yang harus dipenuhi.Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada bidang psikologis meliputi pengembangan pribadi siswa pada bidang psikologis seperti pemahaman terhadap diri sendiri, konsep diri, minat, bakat, kemampuan, sikap, sifat dansebagainya. Pelayanan ini bertujuan agar siswa lebih memahami dirinya, sehingga dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

5.

Pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler

31

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Secara konseptual, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 kita mendapati rumusan tentang pengembangan diri, sebagai berikut : Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harusdiasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuaidengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atautenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diridilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.Berdasarkan rumusan di atas dapat diketahui bahwa Pengembangan Diri bukan merupakan mata pelajaran yangharus diasuh oleh guru. Dengan sendirinya, pelaksanaan kegiatan pengembangan diri jelas berbeda dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran. Seperti pada umumnya, kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran dilaksanakan dengan lebih mengutamakan pada kegiatan tatap muka di kelas, sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum (pembelajaran reguler), di bawah tanggung jawab guruyang berkelayakan dan memiliki kompetensi di bidangnya. Walaupun untuk hal ini dimungkinkan dan bahkansangat disarankan untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran di luar kelas guna memperdalam materi dankompetensi yang sedang dikaji dari setiap mata pelajaran. Sedangkan kegiatan pengembangan diri seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam reguler (jam efektif),melalui berbagai jenis kegiatan pengembangan diri. Salah satunya dapat disalurkan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan sekolah, di bawah bimbingan pembina ekstra kurikuler terkait, baik pembina dari unsur sekolah maupun luar sekolah. Namun perlu diingat bahwa kegiatan ekstra kurikuler yang lazim diselenggarakan disekolah, seperti: pramuka, olah raga, kesenian, PMR, kerohanian atau jenis-jenis ekstra kurikuler lainnya yang sudahterorganisir dan melembaga bukanlah satu-satunya kegiatan untuk pengembangan diri.Di bawah bimbingan guru maupun orang lain yang memiliki kompetensi di bidangnya, kegiatan pengembangan diridapat pula dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luar jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakandiskusi kelompok, permainan kelompok, bimbingan kelompok, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifatkelompok. Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat kelompok, kegiatan
32

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

pengembangan diri dapat dilakukan pula melalui kegiatan mandiri, misalnya seorang siswa diberi tugas untuk mengkaji buku, mengunjungi nara sumber atau mengunjungi suatu tempat tertentu untuk kepentingan pembelajaran dan pengembangan diri siswa itu sendiri.

33

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil pada makalah ini, yaitu: 1. Dalam menyusun program bimbingan dan konseling berbasis sekolah yang baik, harus memperhatikan tahap-tahap dan prosedur penyusunan program yang sudah ada demi kelancaran dan kemudahan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. 2. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir konseli. 3. Manajemen dan layanan BK dalam pengembangan diri siswa perlu melalui tahapantahapan yakni pengarahan, supervisi dan evaluasi. Pengarahan berawal dari penyusunan program BK pada siswa akan dilakukan supervisi untuk mengumpulkan berbagai data berupa masalah ataupun data-data mengenai program dan siswa dan diakhiri dengan evaluasi agar hasil yang didapat bisa diperbaiki ataupun dikurangi dalam program BK selanjutnya. 4. Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang optimal akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan dirinya secara maksimal. Pelaksanaan itu sendiri dapat dilakukan oleh konselor dengan cara memberikan berbagai layanan-layanan secara terpadu dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Dengan adanya layanan tersebut, diharapkan siswa akan berkembang dalam aspek-aspek berikut ini: a. Bakat b. Minat c. Kreativitas d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan e. Kemampuan kehidupan keagamaan
34

Kelompok 6: Gantina, Fajar, Acel, Ricky

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

f. Kemampuan sosial g. Kemampuan belajar h. Wawasan dan perencanaan karir i. Kemampuan pemecahan masalah j. Kemandirian Dengan terlakasananya pengembangan aspek tersebut, maka program layanan BK oleh konselor baru dapat dikatakan sukses.

B. SARAN Saran yang dapat diambil dari makalah ini yaitu penyaji menyarankan agar setiap sekolah membuat program suatu manajemen program bimbingan konseling yang terstruktur dan dikelola dengan baik agar dapat mengembangkan potensi yang dimilki pleh setiap siswa secara optimal dengan bantuan bimbingan dan konseling.

35

Anda mungkin juga menyukai