Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM KERJA BIMBINGAN KONSEL

BAB I

PENDAHULUAN

Pengantar

Program bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian yang terpadu dari keseluruhan
program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, upaya guru pembimbing maupun berbagai
aspek yang terlingkup dalam program merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh
kegiatan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan di lembaga yang
bersangkutan.

Sebagai bagian yang terpadu, program bimbingan dan konseling diarahkan kepada upaya
yang memfasilitasi siswa asuh mengenal dan menerima dirinya sendiri serta lingkungannya
secara positif dan dinamis, dan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab,
mengembangkan serta mewujudkan diri secara efektif dan produktif, sesuai dengan peranan
yang diinginkan di masa depan serta menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar
mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Peserta didik sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi
(becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang
memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya juga pengalaman
dalam menentukan arah kehidupannya. Di samping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa
proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung secara mulus, atau steril dari
masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier,
lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Untuk itulah perlu
disusun suatu program bimbingan dan konseling yang dirancang secara baik agar mampu
menfasilasi individu kearah kematangan dan kemandirian, yang meliputi aspek pribadi,
sosial, belajar, dan karir.

Kompetensi

Kompetensi yang diharapkan dari paparan mata taran ini adalah agar guru pembimbing
mempunyai kemampuan mengembangkan program bimbingan dan konseling.

 
Sub Kompetensi dan Indikator

            Dengan paparan mata tataran ini diharapkan guru pembimbing mampu :

1.   Menyusun program bimbingan dan konseling yang komprehensif

 Menetapkan tujuan program bimbingan dan konseling


 Mengkomunikasikan program bimbingan dan konseling kepada pimpinan dan guru

·        Merumuskan komponen program

·        Memilih dan menetapkan strategi, pendekatan, atau teknik secara adekuat

·        Merumuskan materi layanan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

·        Menetapkan sasaran layanan

·        Menetapkan sekuensi dan jadwal layanan

·        Merancang anggaran biaya  penyelenggaraan program

·        Memadukan program bimbingan dan konseling sebagai bagian integral program
sekolah

2.   Mengelola program bimbingan dan konseling

 Melaksanakan strategi layanan bimbingan dan konseling


 Mengembangkan jejaring (network) layanan bimbingan dan konseling
 Mengelola administrasi bimbingan dan konseling

3.   Mengevaluasi program bimbingan dan konseling

 Menjelaskan peranan atau fungsi evaluasi dalam proses pengembangan program


 Menjelaskan tujuan evaluasi program
 Merancang evaluasi program
 Menyusun instrumen untuk mengevaluasi program
 Melakukan kegiatan evaluasi program
 Menganalisis hasil evaluasi program

4.   Memanfaatkan hasil evaluasi untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling

 Merancang tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi


 Melakukan perbaikan atau pengembangan program berdasarkan hasil evaluasi

 
Strategi

Pelatihan dilaksanakan melalui strategi kegiatan  sebagai berikut.

1. Ceramah
2. Diskusi kelompok atau kelas
3. Simulasi
4. Pengerjaan tugas-tugas, terutama latihan menyusun rumusan program BK
5. Refleksi

BAB II

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

            Program bimbingan dan konseling (BK) merupakan isi dari keseluruhan organisasi
BK di sekolah. Program itu perlu disusun dengan memperhatikan kondisi yang terdapat di
lapangan.

Pengertian Program Bimbingan dan Konseling

            Program bimbingan dan konseling diartikan seperangkat kegiatan bimbingan dan
konseling yang dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu
tertentu dan dilakukan secara kait mengait untuk mencapai tujuan.

            Pengurus Besar IPBI (2001:2) mendefinisikan program bimbingan dan konseling
sebagai satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan
dilaksanakan pada periode waktu tertentu, seperti periode bulanan, semester, tahunan.
Sedangkan menurut Wahyu Sumidjo (1999:9) yang dimaksud dengan program ialah rencana
komprehensif yang memuat penggunaan sumber-sumber dalam pola yang terintegrasi serta
urutan tindakan kegiatan yang dijadwalkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Program menggariskan apa, oleh siapa, bilamana dan dimana tindakan akan dilakukan.

B.  Tujuan Penyusunan Program

Tujuan penyusunan program tidak lain agar kegiatan BK di sekolah dapat terlaksana dengan
lancar, efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai. Tersusun dan terlaksananya
program BK dengan baik akan lebih menjamin pencapaian tujuan kegiatan pada khususnya,
tujuan sekolah pada umumnya, juga akan lebih menegakkan akontabilitas BK di sekolah.
Menurut Juntika (2002:85) tujuan penyusunan program bimbingan dan konseling adalah
adanya kejelasan arah pelaksanaan program, adanya kemudahan mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan, dan terlaksananya program kegiatan secara lancar, efisien, dan
efektif.

            Sedangkan menurut Pengurus Besar IPBI (2001:3) tujuan penyusunan program
bimbingan dan konseling ialah agar Guru Pembimbing memiliki pedoman yang pasti dan
jelas, sehingga kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terlaksana dengan lancar,
efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai.

            Program bimbingan dan konseling tersebut hendaknya dibuat secara tertulis dan
selanjutnya dikomunikasikan kepada sesama Guru Pembimbing, sejawat dan guru, staf
sekolah lainnya, serta pimpinan sekolah, untuk selanjutnya menjadi rambu-rambu bagi kerja
sama antara Guru Pembimbing dengan semua personil-personil sekolah yang dimaksudkan
itu.

C.  Manfaat Penyusunan Program

            Program bimbingan dan konseling disusun dan dikembangkan didasarkan atas
pertimbangan bahwa program yang disusun dengan baik akan memberikan banyak
keuntungan, baik bagi para siswa yang mendapat layanan bimbingan dan konseling maupun
bagi petugas yang menyelenggarakan. Di samping itu program bimbingan dan konseling
yang baik, memungkinkan keberhasilan suatu layanan bimbingan dan konseling. Prayitno
(2000) mengemukakan beberapa keuntungan disusunnya suatu program, yaitu :

1. Memungkinkan Guru Pembimbing untuk menghemat waktu, usaha, biaya, dengan


menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, dan usaha coba-coba yang
tidak menguntungkan.
2. Siswa asuh akan menerima pelayanan bimbingan dan konseling secara seimbang dan
menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, bidang bimbingan dan jenis-jenis layanan
bimbingan yang diperlukan.
3. Setiap Guru Pembimbing mengetahui peranannya masing-masing dan mengetahui
pula bilamana dan dimana harus bertindak, dalam pada itu Guru Pembimbing akan
menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk
kepentingan siswa-siswa asuhnya.

            Sedangkan Rochman Natawidjaja (1984) menjelaskan bahwa program bimbingan


yang direncanakan dengan baik dan terinci, akan memberikan banyak keuntungan.
Keuntungan-keuntungan tersebut adalah :

(a)  memungkinkan para petugas bimbingan menghemat waktu, usaha, biaya dengan
menghindarkan kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan,
(b) memungkinkan siswa untuk mendapatkan pelayanan bimbingan secara seimbang dan
menyeluruh, baik dalam kesempatan ataupun dalam jenis pelayanan bimbingan yang
diperlukan,

(c) memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya dan mengetahui
bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tepat,

(d) memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang berguna untuk
kemajuan sendiri dan untuk kepentingan para siswa yang dibimbingnya.

D.  Unsur dan Syarat Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling

            Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling diharapkan memenuhi unsur-
unsur dan persyaratan tertentu. Menurut Prayitno (1998) unsur-unsur yang harus diperhatikan
dan menjadi isi program bimbingan dan konseling meliputi : kebutuhan siswa, jumlah siswa
yang dibimbing, kegiatan di dalam dan di luar jam belajar sekolah, jenis bidang bimbingan
dan jenis layanan, volume kegiatan BK, dan frekuensi layanan terhadap siswa. Sedangkan
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan program bimbingan dan konseling
adalah sebagai berikut:

(a) Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai dengan kondisi
pribadinya, serta jenjang dan jenis pendidikannya.

(b) Lengkap dan menyeluruh, artinya memuat segenap fungsi bimbingan. Kelengkapan
program ini disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan
pendidikan yang bersangkutan.

(c) Sistematik, dalam arti program disusun menurut urutan logis, tersinkronisasi dengan
menghindari tumpang tindih yang tidak perlu, serta dibagi-bagi secara logis.

(d) Terbuka dan luwes, artinya mudah menerima masukan untuk pengembangan dan
penyempurnaan, tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh.

(e) Memungkinkan kerja sama dengan fihak yang terkait dalam rangka sebesar-besarnya
memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi kelancaran dan
keberhasilan pelayanan BK.

(f). Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk penyempurnaan


program pada khususnya dan peningkatan keefektifan dan keefisienan penyelenggaraan
program BK pada umumnya.

            Sedangkan menurut Kaufan, F. W. Miller dalam Natawidjaja menyebutkan bahwa


suatu program dikatakan baik jika memenuhi persyaratan sebagai  berikut :
1. Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa
sekolah yang bersangkutan.
2. Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan
kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.
3. Program itu dikembangkan berangsur-angsur, dengan melibatkan semua tenaga
kependidikan di sekolah dalam merencanakannya.
4. Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistik dalam pelaksanaannya.
5. Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua
anggota staf pelaksananya.
6. Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
7. Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan sekolah yang
bersangkutan.
8. Memberikan kemungkinan pelayanan semua siswa.
9. Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan
sekolah dengan masyarakat.
10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri
maupun kemajuan pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas pelaksanaanya.
11. Program itu hendaknya menjamin keseimbangan dan kesinambungan seluruh
pelayanan bimbingan.

E.   Tahap-tahap Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling

            Suatu program hendaknya disusun dengan baik. Untuk menyusun suatu program
bimbingan dan konseling memerlukan langkah-langkah yang bersifat menyeluruh dan
terintegral. Harold J. Burbach & Larry E. Decker (1977:198) mengemukakan langkah-
langkah dalam suatu perencanaan sebagai berikut :

a.   Menentukan tujuan yang akan dicapai

b.   Menganalisis tentang sumber-sumber dan kendala yaitu yang berhubungan dengan
personil, sikap, biaya, peraturan-peraturan, fasilitas dan waktu.

c.   Menganalisis tentang kebutuhan-kebutuhan

d.   Menentukan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan dapat diukur.

e.   Menentukan prioritas.

f.    Menentukan strategi-strategi dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tujuan-


tujuan yang spesifik.

g.   Mengadakan evaluasi terhadap perencanaan yang mencakup (a) untuk melihat sejauh
mana tujuan-tujuan yang telah dicapai, dan (b) untuk melihat sejauh mana kegiatan-kegiatan
yang telah direncanakan itu dilaksanakan.
h.   Mengadakan beberapa perubahan yang perlu untuk perbaikan program.

            Sedangkan Yoseph W. Holis (1965:23-24) menjelaskan bahwa langkah-langkah


penyusunan program bimbingan dan konseling yang baik agar efektif, ada beberapa bentuk
yang harus dilakukan, yaitu:

(a)   Mengidentifikasi kebutuhan,

(b) Studi mengenal layanan bimbingan yang telah ada dan mengembangkan pedoman
kegiatan untuk layanan yang baru atau layanan yang diperbaharui lagi,

(c)   Menetapkan cara-cara untuk mengumpulkan data dan menyebarkan data,

(d)   Memodifikasi program,

(e)   Seleksi tipe organisasi bimbingan dan konseling dan menetapkan peranan tenaga
pelaksana,

(f) Menyeleksi koordinator dan pimpinan masing-masing bagian program layanan bimbingan
dan konseling,

(g)   Menetapkan fasilitas yang memadai,

(h)   Pemeliharaan catatan dan laporan yang memadai dalam seluruh kegiatan layanan
bimbingan dari setiap individu,

(h)   Pendidikan in-service bagi rekan sekerja (sejawat),

(i)    Memanfaatkan sumber daya masyarakat dan referal, dan

(j)    Menyusun alokasi dan biaya kegiatan bimbingan.

            Mencermati proses perencanaan program bimbingan dan konseling tersebut di atas,
maka dalam penyusunan program bimbingan dan konseling ada beberapa aspek yang
seharusnya mendapatkan penekanan, yaitu (a) tujuan, (b) kebutuhan-kebutuhan siswa, (c)
materi dan kegiatan layanan yang diberikan, (d) kegiatan evaluasi, (d) sumber daya manusia,
dan (e) sarana dan prasarana.

F.   Jenis Program

Program bimbingan dan konseling yang perlu dibuat guru pembimbing guna merencanakan
kegiatan bimbingan antara lain :
1. Program harian, yaitu program yang langsung diadakan pada hari-hari tertentu dalam
satu minggu.
2. Program mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun
waktu satu minggu tertentu dalam satu bulan.
3. Program bulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun
waktu satu bulan tertentu dalam satu cawu.
4. Program semester, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun
waktu satu semester tertentu dalam satu tahun ajaran.
5. Program Tahunan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun
waktu satu tahun tertentu dalam satu jenjang sekolah.

            Kelima jenis program tersebut satu sama lain saring terkait. Program tahunan
didalamnya meliputi program semester, program semester didalamnya meliputi program
bulanan, program bulanan didalam meliputi agenda mingguan, dan agenda mingguan
didalamnya meliputi agenda harian. Agenda harian ini merupakan jabaran dari agenda
mingguan guru pembimbing pada kelas yang diasuhnya. Agenda ini dibuat secara tertulis
pada buku agenda yang berupa satuan layanan dan atau satuan pendukung.

G. Unsur-unsur Program Bimbingan dan Konseling

            Program bimbingan dan konseling untuk setiap periode disusun dengan
memperhatikan unsur-unsur :

1.    Kebutuhan siswa yang diketahui melalui pengungkapan masalah dan data yang terdapat
di dalam himpunan data.

2.   Jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing :

      Guru Pembimbing 150 orang  (minimal) sampai 225 orang (maksimal) sesuai SKB
Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993. Kepala Sekolah
yang berasal dari Guru Pembimbing 40  orang, dan Wakil Kepala Sekolah yang berasal dari
Guru Pembimbing 75 orang.

3.   Bidang-bidang bimbingan : pribadi, sosial, belajar, dan karir.

4.   Jenis-jenis layanan : layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,


pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi
dan mediasi.

5.   Kegiatan pendukung : aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus,


kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.

6.   Volume kegiatan yang diperkirakan antara 4% s.d. 25% pada kegiatan berikut diatur
secara porposional : Kegiatan layanan terdiri : layanan orientasi, layanan informasi, layanan
penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan
bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, dan layanan mediasi.
Dan kegiatan pendukung terdiri : aplikasi instrumentasi, himpunan data *),         konferensi
kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus **)

      Kegiatan ini semua tergantung pada kondisi sekolah, kebutuhan dan masalah.

7.   Frekuensi layanan : guru pembimbing dalam satu minggu wajib memberikan minimal
sembilan kali kegiatan layanan bimbingan dan konseling.

8.   Lama kegiatan : setiap kegiatan (kegiatan layanan dan pendukung) berlangsung sesuai
dengan kebutuhan.

9.   Waktu kegiatan : kegiatan layanan dan pendukung dilaksanakan pada :

(1)   jam pelajaran sekolah, digunakan khusus untuk format klasikal

(2)   di luar jam pelajaran sekolah sampai 50 % dari seluruh kegiatan bimbingan dan
konseling, sesuai dengan SK Mendikbud No. 025/ O/1995 (lihat Lampiran 1), untuk kegiatan
format lapangan, kelompok, individual dan ”politik”.

10.  Kegiatan khusus : pada semester pertama setiap tahun ajaran baru diselenggarakan
layanan orientasi kelas/sekolah, dan himpunan data bagi siswa baru.

11.  Ekuifalensi : setiap kali penyelenggaraan jenis layanan/kegiatan pendukung bimbingan


dan konseling diakui setara dengan 2 jam pelajaran. Dengan demikian guru pembimbing
melaksanakan minimal sembilan kali layanan atau kegiatan pendukung yang setara dengan
18 jam pelajaran per minggu.

BAB III

PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

            Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun berdasarkan kebutuhan, lengkap
dan menyeluruh, sistematik, terbuka dan luwes, memungkinkan bekerja sama, dan
memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut.

Analisis Kebutuhan

Guru pembimbing perlu mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan peserta didik yang
terkait dengan tugas-tugas dan tingkat perkembangannya. Sebelum merumuskan program
bimbingan dan konseling, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi dan
menganalisis kebutuhan, yaitu : (1) mengkaji kebutuhan atau masalah peserta didik yang
nyata di lapangan, dan (2) mengkaji harapan peserta didik, sekolah dan masyarakat terhadap
materi bimbingan dan konseling. Kebutuhan atau masalah siswa dapat diidentifikasi melalui
(1) karakteristik siswa, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya),
kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam,
pemurung, atau mudah tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan
tanggung jawab); dan (2) harapan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dapat dianalisis dari
tugas-tugas perkembangan yang dijabarkan dalam rumusan kompetensi dan materi
pengembangan kompetensi dalam pengembangan silabus.

Perumusan Tujuan

Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang diharapkan, atau sesuatu
yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan yang diprogramkan. Tujuan bimbingan dan
konseling merupakan pernyataan yang menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi siswa
yang diharapkan berkembang melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang diprogramkan.

Pengembangan Materi Bimbingan dan Konseling

              Pengembangan materi bimbingan dan konseling dilakukan setelah kita mengetahui
materi yang akan diberikan oleh peserta didik melalui analisis kebutuhan materi bimbingan
dan konseling. Pengembangan materi bimbingan dan konseling dimaksudkan sebagai acuan
guru dalam memberikan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

            Pengembangan materi adalah segala bentuk pengembangan bahan yang digunakan
untuk membantu guru pembimbing dalam melaksanakan kegiatan layanan bimbingan dan
konseling. Bahan bimbingan dimaksud bisa berupa bahan bimbingan tertulis maupun bahan
bimbingan tidak tertulis. Bahan bimbingan yang dimaksud adalah seperangkat materi
bimbingan dan konseling yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
bentuk kompetensi yang ada pada diri peserta didik sehingga guru pembimbing dapat
memberikan perlakuan lebih lanjut terhadap kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik.

            Pengembangan materi merupakan hal penting yang harus dilakukan guru
pembimbing. Pengembangan materi bertujuan untuk :

1.   Memperkaya informasi yang diperlukan dalam menyusun materi layanan bimbingan dan
konseling.

2.   Dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.

3.   Memudahkan bagi peserta didik untuk mempelajari suatu kompetensi tertentu
            Agar pengembangan materi bermakna, maka guru pembimbing dituntut untuk dapat
secara kreatif mendesain suatu materi yang memungkinkan peserta didik dapat secara
langsung memanfaat bentuk pengembangan materi tersebut.

Perumusan Kegiatan Layanan dan Kegiatan Pendukung

            Setelah materi bimbingan dan konseling tersusun maka langkah selanjunya adalah
menentukan kegiatan layanan dan pendukung apa yang akan digunakan dalam pemberian
layanan materi bimbingan dan konseling.

Kepala Sekolah

SMPN2 Linggang Bigung

SINTEK . M.Pdk

Nip.196707062005011003

Anda mungkin juga menyukai