Anda di halaman 1dari 14

Chacha

Believe In Everything Because Everything's Reachable

Home

Posts RSS

Comments

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa

Diposkan oleh caca ca on Sabtu, 08 November 2014


MANAJEMEN LAYANAN BK DALAM PENGEMBANGAN DIRI SISWA

A. Perencanaan Program

Pelayanan Bimbingan dan Konseling terlaksana melalui sejumlah kegiatan bimbingan.


Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan melalui suatu program bimbingan (guidance
program). Secara umum program bimbingan merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Rancangan atau rencana kegiatan tersebut
disusun secara sistemaris, terorganisasi dan terkoordinasi dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan makna program secara umum di atas, dapat disusun rumusan program bimbingan
dan konseling sebagai berikut: suatu rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang tersusun
secara sistematis, terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.
Dalam menyusun program bimbingan dan konseling, harus melibatkan berbagai pihak yang
terkait (stakeholders), seperti kepala sekolah, guru BK, para guru, tenaga administrasi, orang tua
siswa, komite sekolah, dan tokoh masyarakat.[1] Kepala sekolah yang visible akan membuat
rancangan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya termasuk program bimbingan dan
konseling untuk selanjutnya dijabarkan oleh para guru dan guru BK. Atau guru BK menyusun
rencana program BK sesuai kebutuhan sekolah untuk selanjutnya dibicarakan dengan melibatkan
pihak-pihak diatas.
Berkenaan dengan perencanaan program BK di sekolah perlu dilakukan dan dipersiapkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan refleksi tentang alasan-alasan mengapa diperlukan suatu
program bimbingan. Studi kelayakan juga perlu dilakukan untuk melihat program mana yang
lebih layak untuk dilaksanakan dalam bentuk layanan bimbingan terhadap siswa. Selain itu, studi
kelayakan dilakukan juga terhadap bidang-bidang pelayanan bimbingan dan lingkup bimbingan
dan konseling. Dari hasil kelayakan akan diperoleh kesimpulan bidang-bidang atau lingkup
bimbingan mana yang layak untuk dituangkan dalam bentuk program bimbingan dan konseling.
2. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Penyusunan program bimbingan dapat dilakukan oleh tenaga ahli bimbingan atau guru BK
atau konselor sekolah atau koordinator BK (apabila disekolah yang bersangkutan memiliki
beberapa orang guru BK) dengan melibatkan tenaga bimbingan yang lain.[2] Dalam menyusun
rencana program BK, harus diperlukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pola dasar mana yang sebaiknya dipegang dan strategi mana yang paling tepat untuk diterapkan.
b. Bidang-bidang atau lingkup bimbingan mana yang perlu diprioritaskan.
c. Bidang-bidang atau jenis layanan mana yang sesuai untuk melayani kebutuhan para siswa.
d. Keseimbangan yang wajar antara pelayanan bimbingan secara kelompok dan secara individual.
e. Pengaturan layanan konsultasi.
f. Cara mengadakan evaluasi program.
g. Pelayanan rutin dan pelayanan insidental.
h. Tingkatan-tingkatan kelas yang akan mendapat layanan-layanan bimbingan tertentu.
i. Petunjuk-petunjuk atau instruksi-instruksi yang diberikan oleh instansi yang berwenang, dan
sebagainya.

Setelah rencana program disusun dengan memperhatikan hal-hal di atas, selanjutnya


dilakukan pembahasan dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait di sekolah (bisa
melibatkan stakeholders sekolah). Penyusunan program BK merupakan tindak lanjut dari studi
kelayakan, oleh sebab itu bisa dilaksanakan pada awal tahun ajaran atau setelah program
semester berakhir.

3. Penyediaan Saran Fisik dan Teknis


Program BK perlu didukung okeh sarana fisik dan teknis. Sarana fisik adalah semua
peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam rangka penyusunan program BK.
Sedangkan sarana teknis adalah alat-alat atau instrumen-instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan pelayanan bimbingan.

4. Penentuan Sarana personil dan Pembagian Tugas


Penyusunan rencana program BK juga memerlukan sarana personil. Sarana personil dalam
penyusunan rencana program BK adalah orang-orang yang akan dilibatkan dalam penyusunan
program BK dan mereka akan diberi tugas apa.

5. Kegiatan-kegiatan Penunjang
Dalam penyusunan rencana program BK disekolah diperlukan kegiatan-kegiatan pendukung
terutama pertemuan staf bimbingan dan hubungan dengan masyarakat atau instansi lain yang
terkait dengan rencana program BK yang akan disusun.[3]

B. Implementasi Tugas Konselor


Dalam SK Menpan No. 84/1993 ditegaskan bahwa tugas pokok Guru Pembimbing adalah
menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan
bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan
terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya (pasal 4)[4]
Setiap guru pembimbing berkewajiban dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sekurang-kurangnya 150 orang siswa. Siswa-siswa
yang berada dalam tanggung jawab guru pembimbing itu disebut siswa asuh bagi guru
pembimbing yang bersangkutan.
Tugas pokok guru pembimbing perlu dijabarkan ke dalam program-program kegiatan.
Program-program kegiatan itu perlu terlebih dahulu disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan
yang nantinya akan merupakan wujud nyata pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa
asuh.
Dalam pembagian siswa asuh diatur oleh sekolah masing-masing dengan
mempertimbangkan pemerataan, kemudahan, dan keefektifan pelaksanaan kegiatan bimbingan
dan konseling. Apabila ada guru pembimbing yang jumlah siswa asuhnya kurang dari 150 orang
maka diusahakan untuk memenuhi kekurangannya itu dengan kegiatan-kegiatan menurut
ketentuan sebagaimana diatur dalam SK Mendikbud No.025/O/1995.
Beban tugas yang termuat dalam program kegiatan Guru pembimbing pada dasarnya setara
dengan beban tugas guru-guru lainnya. Apabila guru mata pelajaran memikul beban minimal
wajib mengajar selama 18 jam pelajaran seminggu, maka beban tugas guru pembimbing dalam
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling adalah setara 18 jam pelajaran seminggu
tersebut. Berkenaan dnegan beban tugas guru pembimbing perlu pula dikemukaakn bahwa
frekuensi pelaksanaan dari masing-masing jenis layanan dan kegiatan pendukungnya, misalnya
selama satu catur wulan, tidak perlu sama.[5]

C. Pengorganisasian dan Pengadministrasian


1. Pengorganisasian Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Pengorganisasian program Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah upaya melibatkan
orang-orang ke dalam organisasi bimbingan dan konseling serta upaya melakukan pembagian
kerja diantara anggota organisasi bimbingan dan konsleing di sekolah.[6]
2. Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah dapat berjalan secara teratur
dan mencapai tujuan maka diperlukan adanya adaministrasi yang baik, teratur dan mantap. Sebab
tanpa administrasi yang baik, teratur dan mantap proses pelaksanaan bimbingan dan konseling
tidak akan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Mekanisme kerja administrasi bimbingan dan konsleing disekolah adalah sebagai berikut:
a. Pada permulaan memasuki sekolah dilakukan pencatatan data pribadi siswa dengan
menyebarkan angket, baik diisi oleh siswa itu sendiri maupun diisi oleh orang tua. Apabila data
yang telah masuk dari masing-masing siswa sudah dianggap memadai dan lengkap, maka data-
data itu kemudian dihimpun dalam satu file, map, buku pribadi untuk masing-masing siswa
secara teratur dan sistematis.
b. Catatan kejadian siswa tentang tingkah laku siswa dalam kelas selama proses belajar mengajar
berlangsung dibuat oleh guru bidang studi dan disampaikan pada wali kelasnya dan dihimpun
dalam bentuk laporan observasi mingguan.
c. Dari laporan observasi yang telah disampaikan oleh wali kelas dan kemudian dimasukkan
kedalam buku pribadi siswa oleh petugas administrasi bimbingan, lalu seterusnya dipelajari oleh
guru pembimbing.
d. Hasil sosiometri yang berupa sosiogram yang telah diselenggarakan oleh wali kelas dimasukkan
kedalam buku pribadi siswa sebagai bahan studi kasus.
e. Hasil wawancara, daftar presensi, daftar nilai raport yang diselenggarakan oleh wali kelas
dimasukkan kedalam kartu pribadi siswa.
f. Hasil kunjungan rumah yang diselenggarakan oleh wali kelas/guru bidang studi disampaikan
kepada guru pembimbing untuk dipakai sebagai bahan-bahan didalam rapat-rapat dengan kepala
sekolah.
g. Hasil pemeriksaan dari petugas-petugas khusus/tenaga ahli dimasukkan kedalam buku pribadi
siswa dan juga disampaikan kepada kepala sekolah untuk diketahui.
h. Laporan harian, mingguan, bulanan, caturwulan, dan tahunan kegiatan bimbingan dilaporkan
kepada kepaala sekolah untuk diperiksa dan seterusnya dilaporkan kepada pengawas bimbingan
dan konseling sekolah.
i. Data-data, informasi yang berasal dari berbagai sumber dan telah dihimpun dalam buku pribadi,
map pribadi atau kumulatif record siswa hendaknya diperiksa oleh kepala sekolah, sehingga
terwujud suatu bentuk kerja sama antara kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konseling,
wali kelas, guru pembimbing dan guru bidang studi dalam mempelajari buku pribadi siswa serta
menemukan dan memecahkan berbagai kasusa yang dihadapi oleh para siswa.
Dengan terwujudnya mekanisme, pola kerja, atau prosedur kerja yang rapi, teratur, dan
baik serta dilandasi oleh bentuk-bentuk kerjasama dengan personel sekolah dalam administrasi
pelaksanaan bimbingan dan konsleing disekolah, maka dapat dihindari kecenderungan terjadinya
penyimpangan dalam program pelaksanaan bimbingan dan konsleing di sekolah.[7]

D. Pengarahan, Supervisi dan Evaluasi


1. Pengarahan
Pengarahan merupakan salah satu aspek penting dalam pelaksanaan program Bimbingan dan
Konseling. Menurut Hatch dan Steffire dalam Achmad Juntika Nurichsan (2006) mengemukakan
sebagai berikut; it is that phase of administration concerned with the coordination, control and
stimulation of others, it is sometimes thought of as a proccess and indentified as that phase in
which commands are given or which others are authorized to act or stimulated to act without
command. Pendapat ini menjelaskan bahwa pengarahan sebagai suatu fase administratif yang
mencakup koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain. Di satu pihak hal itu ada
kalanya dipikirkan sebagai suatu proses dan merupakan suatu fase pemberian komando, pada
sisi lain merupakan wewenang untuk bertindak atau stimulasi dalam bertindak tanpa komando.
Dalam pengarahan kegiatan bimbingan, koordinasi sebagai pemimpin lembaga atau unit
bimbingan hendaknya memiliki sifat kepemimipinan yang baik yang dapat memungkinkan
terciptanya suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada. Personil-personil yang
terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar memiliki tanggung jawab, baik
tanggungjawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya maupun tanggungjawab terhadap
yang lain, serta memiliki moral yang stabil.
Pengarahan dalam program bimbingan itu penting: untuk menciptakan suatu koordinasi dan
komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada, untuk mendorong staf bimbingan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dan memungkinkan kelancaran dan efektifitas pelaksanaan
program yang telah direncanakan.[8]
2. Supervisi Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Supervisi
Supervisi adalah bantuan yang di berikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan
situasi belajar mengajar yg lebih baik. Yang di maksud supervisi disini bukan lagi inspeksi orang
yang merasa serba tahu ( superior) kepada orang yang dianggap belum tahu sama sekali
(inperior) tetapi supervisi dalam bentuk pembinaan.

b. Prinsip Supervisi
1) Prinsip umum
Supervisi harus bersifat praktis, harus berfungsi sebagai sumber informasi bagi staf sekolah
untuk pengembangan proses belajar mengajar/Bimbingan da Konseling, supervisi dilaksanakan
dengan mekanisme yang menunjang kurikulum yang berlaku.
2) Prinsip khusus
Supervisi hendaknya dilaksanakan secara sistematis, objektif, realistis, antisipatif,
konstruktif, kreatif, kooperatif, dan kekeluargaan.[9]

c. Tujuan Supervisi
Tujuan dilaksanakannya supervisi adalah untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan
pengelolaan sekolah sehingga tercapai kondisi kegiatan belajar mengajar atau bimbingan dan
konsseling yang sebaik-baiknya.

d. Sasaran Supervisi
Dalam kegiatan supervisi bimbingan dan konseling di sekolah, sasaran dapat ditinjau dari
dua aspek yaitu, aspek yang disupervisi dan orang yang melakukan supervisi..
1) Aspek yang di supervisi
Administratif yang mencakup administrasi pelayanan bimibingan dan konseling di sekolah,
dan edukatif yang mencakup pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2) Orang yang melakukan supervisi dan disupervisi
Supervisi dilakukan oleh pengawas dan atau kepala sekolah. Supervisi oleh pengawas
ditujukan kepada kepala sekolah, guru pembimbing/konselor. Sedangkan supervisi oleh kepala
sekolah ditujukan kepada guru pembimbing/konselor dan siswa.[10]

e. Teknik Supervisi Bimbingan dan Konseling


Teknik pelaksanaan supervisi bimbingan dan konseling dapat menggunakan beberapa alternatif
teknik supervisi, yaitu:
1) Kunjungan kelas
2) Observasi kelas
3) Kunjungan dan atau observasi dokumentasi ke ruang bimbingan
4) Test dadakan
5) Konferensi kasus
6) Wawancara
7) Angket
8) Laporan secara tertulis[11]

3. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling


a. Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan. Tanpa
penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan
program bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha
untuk menilai sejauh mana pelaksnaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain bahwa keberhasilan dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang
hendak dilihat lewat kegiatan penilaian.
Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk
mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan.[12]
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk
menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan
program bimbingan yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program
layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung
maupun tidak langsung berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku daj
pribadi ke arah yang lebih baik.
b. Tujuan Evaluasi
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian
tujuan dari program yang telah ditetapkan.

c. Fungsi Evaluasi
1) Memberikan feedback kepada konselor untuk memperbaiki atau mengembangkan program
bimbingan dan konseling.
2) Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan orangtua
peserta didik tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas
perkembangan peserta didik, agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas
implementasi program BK di sekolah.[13]

d. Aspek-aspek yang di evaluasi


1) Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
2) Keterlaksanaan program
3) Hambatan-hambatan yang dijumpai
4) Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar
5) Respons peserta didik, personel sekolah, orangtua dan masyarakat terhadap layanan bimbingan.
6) Perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian
tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar
7) Keberhasilan peserta didik setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun pada
kehidupannya di masyarakat[14]

e. Langkah-langkah Evaluasi
1) Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan.
2) Mengembangkan atau menyusun instrument pengumpulan data.
3) Mengumpulkan dan menganalisis data.
4) Melakukan tindak lanjut (follow up).[15]
E. Pengembangan Diri Siswa
1. Pengertian Pengembangan Diri Siswa
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian
integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan
konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan
pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakulikuler. Di samping kegiatan ini merupakan upaya
yang menekankan pada pelayanan kebutuhan psikologis siswa juga merupakan saluran bagi
pengembangan minat, bakat serta ketrampilan siswa.
Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh
konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga
kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya. Pengembangan diri yang
dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat
mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.[16]

2. Tujuan Pengembangan Diri


a. Tujuan Umum
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
kondisi, dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah atau
madrasah.
b. Tujuan Khusus
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan, bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan,
kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan
perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian.

3. Ruang Lingkup Pengembangan Diri Siswa


Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram
direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Kegiatan terprogram
terdiri atas dua komponen :
a) Pelayanan konseling, meliputi pengembangan:
1) Kehidupan pribadi
2) Kemampuan sosial
3) Kemampuan belajar
4) Wawasan dan perencanaan karir
b) Ekstrakulikuler, meliputi kegiatan:
5) Kepramukaan
6) Latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja
7) Seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan

4. Bentuk-bentuk Pelaksanaan
a. Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam
kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan
atau klasikal melalui penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung konseling, dan kegiatan
ekstrakulikuler.
b. Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan secara:
1) Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus
keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
2) Spontan, yaitu kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku
memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat
(pertengkaran)
3) Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi,
berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang
tepat waktu[17]

5. Hakikat Pengembangan Potensi Diri Secara Umum


a. Hakikat Pengembangan Potensi Diri Berkaitan dengan Intelegensi
Pada hakikatnya intelegensi (kecerdasan) adalah keseluruhan kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah dan menguasai lingkungan secara efektif. Satuan
intelegensi disebut IQ yang dapat diketahui dari hasil tes intelegensi, taraf kecerdasan manusia
yang dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat sebagai berikut:
Prestasi Intelegensi
Klasifikasi Kemampuan merupakan suatu
No. IQ Belajar
Intelektual kemampuan
Minimal
1 ... 79 Rendah - mental yang
2 80 89 Di bawah rata-rata 5,5 melibatkan
proses berpikir
3 90 109 Rata-rata 6
secara rasional.
4 100 119 Di atas rata-rata 78
Oleh karena itu,
5 120 135 Superior 9 intelegensi tidak
dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Intelegensi dipengaruhi oleh faktor
bawaan, faktor lingkungan atau yang lebih umum dipengaruhi oleh kualitas orang tua serta
kondisi anak pada saat pembentukan dalam kandungan, gizi selama masa-masa pertumbuhan,
rangsangan-rangsangan intelektual yang memberinya berbagai sumber daya pengalaman seperti
pendidikan, latihan berbagai ketrampilan berbagai ketrampilan dll.

b. Hakikat Pengembangan Potensi Diri Berkaitan dengan Bakat


Pada hakikatnya bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam waktu
yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Contoh:
seseorang yang berbakat melukis akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan lukisannya dibanding
seseorang yang kurang berbakat. Bakat juga merupakan potensi yang bakal diwujudkan di waktu
yang akan datang. Ini berarti bahwa bakat bukan hanya menunjukan peluang saja, yakni peluang
keberhasilan. Dengan kata lain bakat harus disemaikan, diwujudkan, dan dikembangkan.
Berdasarkan referensi, ada beberapa jenis bakat:
1) Bakat verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
2) Bakat numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk angka.
3) Bakat skolastik, yaitu bakat kombinasi kata-kata dan angka-angka.
4) Bakat abstrak yaitu, bakat yang bukan kata maupun angka, tetapi berbentuk pola, rancangan,
ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan posisi-posisinya.
5) Bakat mekanik, yaitu bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas dan
alat-alat lain.
6) Bakat relasi ruang, yaitu bakat untuk mengamati, mencritakan pola dua dimensi atau berpikir
dalam 3 dimensi.
7) Bakat kecepatan ketelitian klerikal, yaitu bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk
laboraturium, kantor dll.
8) Bakat bahasa, yaitu bakat penalaran analisis bahasa, misalnya untuk jurnalistik, stenografi,
penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dll.

c. Hakikat Pengembangan Potensi Diri Berkaitan dengan Minat


Minat atau interest adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Minat ikut menentukan tinggi rendahnya kualitas pencapaian hasil
belajar siswa. Minat bukanlah suatu yang statis atau terhenti. Tetapi dinamis dan mengalami
pasang surut. Minat bersifat dapat dipelajari, maksudnya sesuatu yang semula tidak disukai dapat
berubah menjadi diminati karena masukan-masukan tertentu. Ini berarti materi (mata pelajaran
tertentu) yang semula tidak disukai bisa berubah menjadi mata pelajaran yang disukai kalau ada
perubahan masukan.
Jenis-jenis minat:
1) Minat vokasional merujuk pada bidang-bidang pekerjaan.
Minat vokasional terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
a) Minat profesional : minat keilmuan, seni dan kesejahteraan sosial.
b) Minat komersial : minat pada pekerjaan dunia usaha, jual beli, periklanan, akuntasi,
kesekretariatan dan lain-lain.
c) Minat kegiatan fisik : mekanik, kegiatan luar, aviasi atau penerbangan dan lain-lain.

2) Minat avokasional, yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau hobi misalnya petualangan,
hiburan, apresiasi, artistik, ketelitian dan lain-lain.

Minat dapat membangkitkan kekuatan yang luar biasa. Sesuatu yang berat akan terasa ringan
kalau sudah timbul minat. Untuk menumbuhkan minat dalam kegiatan belajar akan sangat
menguntungkan.[18]

6. Pengembangan Diri Melalui Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa kegiatan pengembangan diri
dapat dilakukan melalui pelayanan bimbingan konseling dan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok
atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat perkembangan, kondisi serta
peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan
hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.
Sesuai dengan tujuannnya yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengeksplorasi diri berdasarkan kebutuhan potensi, minat dan bakat
peserta didik maka pelaksanaan pengembangan diri haruslah pertama memperhatikan
keberagaman individu. Hal ini dikarenakan secara psikologis, setiap siswa memiliki kebutuhan,
bakat, minat serta karakteristik yang beragam. Olah karena itu bentuk kegiatan pengembangan
diripun seyogyanya dapat menyediakan beragam pilihan.
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan terkait dengan pengembangan diri adalah ketika
kegiatan pengembangan diri sudah inklusif didalam layanan bimbingan dan konseling, mau tidak
mau guru pembimbing/konselor harus merubah paradigma pendekatan yang selama ini
tradisional kearah pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan dan preventif atau
bimbingan konseling komprehensif. Kedua pendekatan layanan bimbingan dan konsleing ini
didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi dan
pengentasan masalah-masalah peserta didik.[19]
Untuk lebih rinci mengenai perbedaan anatar pendekatan klinis dan pengembangan dapat
dilihat pada table dibawah ini:
Dari uraian di atas, tampak bahwa kegiatan pengembangan diri melalui layanan bimbingan
dan konseling akan mencakup banyak kegiatan sekaligus juga banyak melibatkan orang. Oleh
karena itu diperlukan pengelolaan dna pengorganisasian tersendiri. Namun secara prinsip bahwa
pengelolaan dan pengorganisaasian pengembangan diri betul-betul diarahkan untuk melayanai
seluruh siswa agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal, sesuai bakat, minat, dan
kebutuhannya masing-masing.

7. Pengembangan Diri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler


Pengembangan diri yang dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan
pendidikan diluar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan disekolah/madrasah.[20]
Namun perlu diingat bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah seperti
kepramukaan, paduan suara, fustal, basket, dan lain-lain yang sudah terorganisasi dan melembaga
bukanlah satu-satunya kegiatan untuk pengembangan diri. Pengembangan diri juga bisa dilakukan
melalui kegiatan diluar jam efektif yang bersifat temporer seperti, diskusi kelompok, permainan
kelompok, bimbingan kelompok, dan lain-lain.
Pengembangan diri juga bisa dilakukan secara klasikal pada jam efektif namun semestinya hal
ini tidak dijadikan andalan karena bagaimanapun di dalam pendekatan klasikal kesempatan siswa
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri relatif terbatasi.
DAFTAR PUSTAKA

BSNP dan Pusat Kurikulum. Panduan Pengembangan Diri. Jakarta: BSNP dan Pusat
Kurikulum, 2005.

Diniaty, Amirah. Konselor Sekolah Versus Guru Mata Pelajaran: Sebuah Tinjauan
dari Tugas Pokok Guru Secara Yuridis dan Praktis. Potensia: Jurnal
Kependidikan Islam, vol. 6, No. 1, Juni 2007

Luddin, Abu Bakar M. Dasar-Dasar Konseling (Tinjauan Teori dan Praktik).


Bandung: Citapustaka Media Perintis. 2010.

Nurihsan, Achmad Juntika. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung:


PT Refika Aditama. 2005.

Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di


Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.

Supriatna, Mamat. Bimbingan dan konseling berbasis komopetensi. Jakarta: Rajawali


Pers. 2011.

Tohirin, Bimbingan dan Konseling Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi),


Jakarta: Rajawali Pers. 2009.

Yoga, Purwadi. Hakikat, Tujuan, Materi/Topik-Topik Strategi Bimbingan


Pengembangan Potensi Diri (Intelegensi, Bakat, Minat).
(http://fighterskies.blogspot.com/2010/10/hakikat-tujuan-materitopik-
topik.html
accessed on June 12, 2014 15:19)
Yustisia, Tim Pustaka. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. 2007.

1 komentar:

Satria ADV mengatakan...

Assalamualaiykum......

salam kenal yaaa.....


saya mau minta tolong kalau g keberatan, tolong kirimkan footnote dan daftar pustakan
yang tentang pngembangan diri yaa....

makasih....

29 Maret 2016 12.28

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Pinky The Pig Virtual Pet


Digital clock
Translate
Powered by Translate

Blog Archive
2014 (33)

o November (27)

Ayo Dukung Riska Hardiani Dalam Hijab Photo Contes...

Ayo Dukung Riska Hardiani Dalam Hijab Photo Contes...

Ayo Dukung Riska Hardiani Dalam Hijab Photo Contes...

Aspek Tasawuf dalam Islam

RESUME MATA KULIAH LANDASAN PENDIDIKAN


LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN

RESUME PROFESIONALISME DAN KREATIVITAS PENDIDIK (...

PENALARAN

Penerapan Sosiologi dan Antropologi Pendidikan dal...

Sosiologi & Antropologi Pendidikan

RESUME MATA KULIAH AL-QUR'AN & HADIST

Cara Mensyukuri Nikmat ALLAH

Contoh Jurnal Khusus dari beberapa buku sumber

Hypertext Preprocessor (PHP)

Pengertian dan Sejarah Kurikulum serta Empat Prins...

Cara Menjadi Guru yang Baik

Seberapa Siapkah Guru Madrasah Dalam Menghadapi Ku...

Empat Standar Nasional Pendidikan

Manajemen Layanan BK dalam Pengembangan Diri Siswa...

Sumber Daya yang Harus Tersedia di Perpustakaan Ma...

Job Description Guru Bimbingan & Konseling

Manajemen Sumber Daya Manusia

Supervisi Manajerial dan Komprehensif

TI Sebagai Keunggulan Bersaing Lembaga Pendidikan

Konsep Kinerja dan Retensi

Fungsi Motivasi dalam Belajar

Utang Jangka Panjang dan Obligasi


o Juli (1)

o Juni (4)

o Januari (1)

2013 (7)

Followers
About Me

caca ca
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright 2009 Chacha All rights reserved | Powered by Blogger


Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress Theme by EZwpthemes

Anda mungkin juga menyukai