Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

KELOMPOK X
“PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN
KONSELING DI SEKOLAH”

OLEH :
HUKAMA ARIBI
MAHIRATUL HUSNA ALSRI
RIFKI SEPTUWAN PUTRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS BUNG HATTA
2016-2017
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah bimbingan dan konseling (BK) bukanlah hal yang asing lagi bagi kita. Namun
kenyataannya tidak semua orang mengetahui dan mengerti akan esensi dan substansi dari
pelaksanaan BK tersebut. Banyak orang yang berpendapat bahwa BK adalah tempat untuk
menangani siswa-siswa yang suka membolos, rajin tidak masuk, serta yang bandel dan nakal
saja. Sehingga BK terkesan seolah-olah hanya menjadi tempat evakuasi segala pelaku kejahatan
sekolah. Tak heran kalau ada kepanjangan BK yaitu “Bengkel Kejahatan” atau “Bengkel Kurawa”
di sekolah.
Sekolah merupakan bagian dari pendidikan, dimana di sekolah terdapat peserta didik
yang mana membutuhkan suatu perhatian agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal. Sekolah memiliki banyak sekali kegiatan, sehingga perlu adanya suatu manajemen
sekolah yang baik agar kegiatan-kegiatan di sekolah dapat di laksanakan dengan sebaik-
baiknya. Siswa atau peserta didik merupakan salah satu objek penerima layanan bimbingan dan
konseling, sehingga untuk memudahkan pemberian layanan bimbingan dan konseling di
sekolah, seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan membuat suatu perencanaan
penyusunan program terlebih dahulu untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling.
Persepsi yang kurang tepat terhadap BK tersebut, ternyata tidak hanya menjangkiti masyarakat
awam. Para guru sebagai pendidik pun masih ada yang menganggap bahwa BK itu bukan bagian
dari tugasnya, tetapi adalah tugas khusus yang hanya boleh dilaksanakan oleh “guru BK”
(konselor). Pandangan semacam ini kemudian menjadikan guru leluasa meminggirkan siswa-
siswanya yang dianggap “buruk, jahat, dan kurang asertif” dalam pendidikan. Mereka kemudian
akan mengirim anak “nakal” tersebut ke ruang sempit mencekam tempat para konselor berada.
Padahal, gurulah yang seharusnya memberikan penanganan pertama terhadap problematika
siswa-siswanya karena merekalah yang lebih sering berinteraksi. Berdasarkan hal tersebut, guru
pun sebenarnya dituntut untuk menguasai kompetensi dalam hal bimbingan dan konseling.
Maka dari itu, sudah saatnya para guru mengubah persepsinya masalah yang cukup
serius ini. Dalam makalah ini, akan kami uraikan mengenai peranan yang seharusnya dilakukan
oleh para guru dalam pelaksanaan BK meliputi: pengidenfikasian masalah siswa,
pengalihtanganan siswa yang bermasalah, penciptaan suasana belajar kondusif, konferensi
kasus dan hal-hal lain yang bertalian dengan pelaksanaan BK.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROGRAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa penyelenggaraan bimbingan dan konseling
disekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab konselor melainkan menjadi
tanggung jawab bersama semua guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran
dibawah koordinasi konselor.
Prayitno dkk (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru kelas dan guru
mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut :
- Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
- Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan BK
- Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan BK kepada guru
pembimbing/konselor
- Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor
- Membantu mengembangkan suasana kelas
- Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
kegiatan BK untuk mengikuti layanan yang dimaksudkan
- Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa
- Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan BK serta upaya tindak lanjutnya.

Jadi peran guru sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar (PBM) :
a. Narasumber
b. Fasilitator
c. Manager
d. Demonstator
e. Komunikator
f. Motivator
g. Organisator
h. Evaluator
Program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan banyak
keuntungan (Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja, 1996), yaitu :
 Memungkinkan para petugas menghamat waktu, usaha biaya dan menghindari
kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan
 Memunginkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbangan
dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan
bimbingan yang diperlukan
 Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-
masing dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya
secara tepat.

Unsur-unsur program BK Prayitno (2000) menjabarkan bahwa unsur-unsur yang


harus diperhatikan dan menjadi program BK disekolah adalah sebagai berikut :
a. Jumlah siswa yang dibimbing :
1) Satu guru pembimbing : 150 orang
2) Kepala sekolah dari guru pembimbing : 40 orang
3) Wakil kepala sekolah dari guru pembimbing : 75 orang
4) Guru kelas : satu kelas
b. Kegiatan BK dilaksanakan di :
1) Dalam jam belajar sekolah
2) Luar jam belajar sekolah, maksimumnya 50%
c. Unsur “BK-Pola17” :
1) Bidang-bidang bimbingan
a) Bimbingan pribadi
b) Bimbingan social
c) Bimbingan belajar
d) Bimbingan karier
2) Jenis-jenis layanan BK, yaitu :
a) Orientasi
b) Informasi
c) Penemptan/penyaluran
d) Pembelajaran
e) Konseling perorangan
f) Bimbingan kelompok
g) Konseling kelompok

B. TUJUAN PENYUSUNAN PROGRAM


Tujuan utama perncanaan dan penyusunan program BK adalah agar konselor
memiliki pedoman yang pas dalam menjalankan program, sehingga program yang
dijalankan menjadi lebih lancar dan berjalan dengan pasti, efektif, dan hasilnya
dapat dinilai oleh guru pembimbing/konselor.
Menurut Eddy M (2003) tujuan penyusunan program BK agar guru pembimbing
memiliki pedoman, sehingga kegiatan BK disekolah dapat terlaksana dengan lancar,
efektif dan efisien serta dapat mencapai tujuan yang diinginkan .
Menurut Pengurus Besar ABKIN (2004) menyatakan bahwa tujuan penyusunan
program BK ialah agar guru pembimbing memiliki pedoman yang pasti dan jelas,
sehingga kegiatan BK disekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien,
serta hasil-hasilnya dapat dinilai.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan program BK adalah sebagai
berikut :
a) Berdasarkan kebutuhan
b) Lengkap dan menyeluruh
c) Sistematik
d) Terbuka dan luwes
e) Memungkinkan kerjasama dengan pihak terkait
f) Memungkinkan diselenggaranya penilaian dan tindak lanjut

C. PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING


Yang harus diperhatikan saat penyusunan program BK :
1) Penyusunan program BK hendaknya merumuskan masalah-masalah yang
dihadapi oleh :
a) Siswa, baik yang berkenaan dengan masalah pribadi, emosional, hubungan
social, keluarga, pendidikan, pilihan pekerjaan, jabatan atau karier.
b) Guru pembimbing (Konselor), dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
disekolah, baik yang berkenaan dengan jenis-jenis pelayanan, maupun proses
pengelolaan BK disekolah.
c) Kepala sekolah, dalam proses pengelolaan BK disekolah yang berkaitan
dengan program, organisasi, kepemimpinan, maupun segi pembinaan.
2) Dalam penyusunan program BK hendaknya dirumuskan dengan jelas tujuan yang
ingin dicapai dalam mengenai berbagai masalah, serta dirumuskan bentuk-
bentuk kegiataan yang berkenaan dengan butir dan subbutir rincian kegiatan
waktu pelaksanaan, dan sasarannya.
3) Dalam penyusunan program BK disekolah hendaknya dirumuskan dan
diinventarisasikan berbagai fasilitas yang ada, termasuk didalamnya personel
pelaksanaan program BK disekolah serta anggaran biaya yang diperlukan untuk
memperlancar jalannya kegiatan BK disekolah.

Kegiatan dalam tahap penyusunan program BK terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu :
a) Penyusunan program BK, yang mana konselor harus merumuskan masalah-
masalah yang dihadapi oleh : Siswa (berkaitan dengan masalah pribadi siswa),
konselor sendiri (berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki oleh konselor
dalam mengelola program), dan kepala sekolah (berkaitan dengan segi
kepemimpinan kepala sekolah terhadap program BK).
b) Prumusan tujuan dari setiap program yang akan disusun dalam perencanaan
program BK. Perumusan tujuan harus dengan jelas dan efektif sehingga tujuan
mudah dipahami dan dapat menjadi standard dalam evaluasi hasil program.
c) Melakukan inventarisir dan menentukan fasilitas apa yang akan digunakan dalam
kegiatan BK
D. KONSULTASI USULAN PROGRAM
Yaitu merupakan kegiatan yang berbentuk rapat dengan pihak-pihak yang berkaitan
dan akan dalam penyusunan program BK untuk dilakukan konsultasi mengenai
usulan program yang akan dimasukkan dalam kegiatan BK.
Tahap kegiatan konsultasi usulan program BK adalah :
a) Pertemuan permulaan, yaitu pertemuan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait
dalam program BK (guru, kepala sekolah, konselor, dan wali kelas) untuk
menanamkan kegiatan BK.
b) Pembentukan panitia sementara, pertemuan ini bertujuan untuk membentuk
panitia sementara yang akan merancang dan menyusun program-program yang
akan dimasukkan dalam rancangan program BK.
c) Pembentukan panitia penyelenggaraan program, yaitu pertemuan yang
dilaksanakan untuk membahas kelengkapan administrasi program BK serta
membahas siapa sajayang akan mengembangkan tugas untuk menjalankan
program-program BK yang telah dirancang.

E. PENYEDIAAN FASILITAS
Yaitu penyediaan kebutuhan baik berupa kebutuhan fisik maupun non-fisik yang
akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan BK. Keberadaan fasilitas sendiri menjadi
salah satu penentu dari keberhasilan pelaksanaan program BK yang ada disekolah.
Fasilitas-fasilitas yang harus disediakan dalam program BK adalah :
1) Penyediaan ruang, meliputi : ruang konseling, ruang pertemuan guru
pembimbing, ruang administrasi berkas dan penyimpanan berkas, dan ruang
tunggu siswa/tamu.
2) Penyediaan fasilitas ruangan : yaitu penyediaan fasilitas seperti kursi, meja kerja
guru pembimbing/konselor, kursi tamu, computer, papan tulis, papan
pengumuman, papan informasi kegiatan, lemari arsip, buku-buku penunjang,
gambar-gambar sosialisasi, dan fasilitas lainnya.
3) Penyediaan instrument : yaitu mengadakan instrument yang akan digunakan
dalam kegiatan BK untuk mengimpun data-data siswa seperti angket, inventori,
sosiometri, daftar cek, dan skala tingkat.
F. PENGADAAN BIAYA
Yaitu merancang biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan program BK dengan baik
dan efektif.Biaya yang dirancang dalam pengadaan biaya secara garis besar
diperuntukkan untuk :
1) Pembiayaan personel BK
2) Pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan kegiatan BK
3) Biaya operasional guru pembimbing/konselor
4) Biaya kegiatan penelitian dalam pengembangan bidang BK

G. PENGORGANISASIAN PROGRAM
Adalah kegiatan pengaturan kegiatan BK yang meliputi cara kerja, prosedur kerja,
dan pola kerja yang telah disepakati oleh konselor.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam pengorganisasian program BK adalah :
a) Penghimpunan semua komponen disekolah yaitu kepala sekolah, guru mata
pelajaran, wali kelas, konselor, dan tata usaha dalam satu wadah organisasi
disekolah.
b) Penetapan mekanisme kerja tunggal yang dilakukan oleh semua konselor yang
ada disekolah.
c) Perincian dengan jelas tugas dan tanggung jawab setiap guru dan konselor yang
berada disekolah.

H. KRITERIA PENILAIAN KEBERHASILAH


Yaitu penetapan kriteria yang menunjukkan tingkat keberhasilan pelaksanaan
program BK. Dalam penetapan kriteria, dapat beberapa ketentuan yaitu :
a) Dalam program telah terdapat empat bidang layanan atau belum, yaitu : bidang
bimbingan pribadi, social, belajar, dan karier.
b) Program tersebut sudah tepat atau belum waktunya untuk diberikan kepada
siswa sebagai klien.
c) Kelengkapan jenis materi yang diberikan meliputi : materi yang diberikan oleh
guru pembimbing/konselor, cara dan metode yang digunakan dalam pemberian
materi, waktu yang digunakan dalam pemberian materi, dan tanggapan dari
audience (peserta) terhadap program yang diberikan oleh guru
pembimbing/konselor.
Dalam perencanaan dan penyusunan program BK terdapat prinsip-prinsip yang harus
dipenuhi. Prinsip-prinsip itu adalah :
1) Program BK harus integral dengan program pendidikan disekolah.
2) Program BK harus disesuaikan dengan kebutuhan sekolah, siswa, dan daerah
setempat.
3) Program BK dikembangkan secara bertahap dengan melibatkan semua pihak
yang ada disekolah.
4) Memiliki tujuan yang ideal dan realitas.
5) Program BK harus memberikan layanan kepada siswa.
6) Program BK harus memberikan layanan kepada seluruh siswa dan meliputi segala
aspek perkembangan.
7) Program BK harus disusun berdasarkan kemampuan staf.
8) Program BK yang disusun hendaknya mampu menciptakan komunikasi yang
intens antar komponen disekolah.
9) Program BK yang disusun didalamnya terdapat kesempatan penilaian.
10) Kepala sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab tertinggi.

Harold J. Burbach & Larry E. Decker (1977: 198) mengemukakan langkah-langkah


dalam suatu perencanaan sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan yang akan dicapai
b. Menganalisis tentang sumber-sumber dan kendala yaitu yang berhubungan
dengan personil, sikap, biaya, peraturan-peraturan, fasilitas dan waktu.
c. Menganalisis tentang kebutuhan-kebutuhan.
d. Menentukan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan dapat diukur.
e. Menentukan prioritas.
f. Menentukan tujuan-tujuan yang lebih spesifik yang berhubungan dengan tujuan-
tujuan yang spesifik.
g. Mengadakan evaluasi terhadap perencanaan yang mencakup :
1) Untuk mlihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dicapai.
2) Untuk melihat sejauh mana kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
itudilaksanakan.
h. Mengadakan beberapa perubahan yang perlu untuk perbaikan program.
I. MODEL PENYUSUNAN
Program BK dalam perencanaan program bimbingan dikenal dengan tiga macam
model penyusunan program yaitu :
1) Model Penyusunan Program Konvensional
Secara garis besar penyusunan program BK menurut model ini adalah sebagai
berikut :
a) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah siswa.
b) Menentukan karakteristik sekolah.
c) Menentukan skala prioritas.
d) Menentukan program tahunan.
e) Menentukan program semesteran.
f) Menentukan program bulanan, mingguan, dan harian.
2) Model Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan planning, programming, Budgeting, and System (PPBS). Penyusunan
program berdasarkan PPBS merupakan upaya untuk memperbaiki cara
penyusunan program berdasarkan pada cara konvensional yang mendasarkan
kebutuhan atau masalah siswa karena cara yang pertama lebih menekankan
pada selera peserta didik dan kurang memperhatikan tujuan layanan BK,
kurikulum yang telah disusun secara nasional dan bagaimana mengevaluasi
kegiatan sangat sukar dilakukan. Penyusunan program BK berdasarkan PPBS
maksudnya dalam menyusun program didasarkan pada system yang
memperhatikan perencanaan, program, dan penganggaran.
3) Model Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Dalam penyusunan program konvensional atau berdasarkan KTSP, need
assesment hanya didasarkan pada assesment peserta didik, sedangkan dalam
program BK komprehensif kegiatan assessment mencakup keduanya yaitu need
assessment peserta didik dan need assesment lingkungan. Need assesment
peserta didik adalah segala kebutuhan atau masalah yang ada pada peserta didik
yang meliputi aspek fisik, psikologis, serta social yang antara lain berkaitan
dengan hubungan social dalam keluarga,teman-teman. Need assesment
lingkungan yaitu mengumpulkan berbagai kebutuhan atau keinginan dari
lingkungan seperti harapan orang tua, sekolah, kemampuan konselor, sarana dan
prasarana pendukung layanan bimbingan dan konseling.
Jenis program BK yang perlu dibuat konselor guna merencanakan kegiatan
bimbingan antara lain :
a) Program Harian
Yaitu program yang langsung diadakan pada hari-hari tertentu dalam satu
minggu.
b) Program Mingguan
Yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu
minggu tertentu dalam satu bulan.
c) Program Bulanan
Yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu
bulan tertentu dalam satu caturwulan.
d) Program Semesteran
Yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu
semester tertentu dalam satu tahun ajaran.
e) Program Tahunan
Yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu
tahun tertentu dalam satu jenjang sekolah.

J. FREKUENSI LAYANAN
Konselor dalam satu minggu wajib memberikan minimal Sembilan kali kegiatan
layanan BK.
Lama Kegiatan : Setiap kegiatan (kegiatan layanan dan pendukung) berlangsung
sesuai dengan kebutuhan.
Waktu Kegiatan : Kegiatan layanan dan pendukung dilaksanakan pada :
a) Jam pelajaran sekolah, digunakan khusus untuk format klasika.
b) Di luar jam pelajaran sekolah sampai 50% dari seluruh kegiatan BK, sesuai
dengan SK Mendikbud No. 025/01995, untuk kegiatan format lapangan,
kelompok, individu.
Tahap-tahap Penyusunan Program BK :
Program BK disuatu sekolah sebaiknya disusun setiap tahun pada awal tahun ajaran.
Penyusunan program BK dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membuat program
yang sama sekali baru, dan atau mengembangkan program yang sudah ada.
Tahap-tahap kegiatan penyusunan program BK:
a. Menurut Miller ada 4 tahapan yaitu :
1. Tahap persiapan
2. Pertemuan-pertemuan permulaan
3. Pembentukan panitia sementara
4. Pembentukan panitia penyelenggara program
b. Menurut Gysbers dan Henderson (2006) meliputi 4 tahap yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
2. Penyusunan (Designing)
3. Pelaksanaan (Implementing)
4. Penilaian (Evaluating)

K. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN


KONSELING
Komprehensif menurut Depdiknas (2008) sebagai berikut :
(a) Mengkaji produk hukum yang berlaku
(b) Menyusun visi dan misi
(c) Bidang pengembangan
(d) Deskripsi kebutuhan
(e) Tujuan
(f) Komponen program
(g) Rencana operasional
(h) Pengembangan tema
(i) Pengembangan satuan layanan
(j) Evaluasi
(k) Biaya
BAB III
KESIMPULAN

Penyusunan program bimbingan dan konseling dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
membuat program yang sama sekali baru, dan atau mengembangkan program yang
sudah ada.
Program bimbingan dan konseling adalah seperangkat kegiatan bimbingan dan
konseling yang saling terkait satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bimbingan
dan konseling yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai