Anda di halaman 1dari 27

RANGKUMAN MANAJEMEN DAN SUPERVISI BK

Nama : MELDAWANTI
NIM : 200205009
Dosen Pengampu : Dr. Dasril.S.Ag,M.Pd

KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN MANAJEMEN BK

1. Fungsi manajemen BK
Fungsi-fungsi manajemen dalam proses pelaksanaan bimbingan dan konseling
sehingga dapat diharapkan akan mencapai hasil yang lebih maksimal:
A. Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan bagi proses bimbingan dan konseling agama Islam
adalah untuk membantu manajer bimbingan dan konseling agama Islam dalam
melakukan pengaturan, penggerakan, dan penilaian atau evaluasi dan
pengawasan tentang jalannya tugas-tugas bimbingan dan konseling agama
Islam, baik yang sedang berjalan maupun yang telah berjalan, untuk
selanjutnya dijadikan landasan bagi pelaksanaan yang akan dating.
B. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian bimbingan dan konseling adalah keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan
wewenang sedemikian rupa sehingga terciptanya suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka penciptaan tujuan yang telah
ditentukan.
C. Actuating ( Pelaksanaan )
Pelaksanaan adalah seluruh kegiatan atau upaya dalam memotivasi
konselor dalam menggunakan cara, pendekatan, teknik, metode dalam
mencapai tujuan bimbingan dan konseling secara efektif dan efesien.
D. Cotrolling (Evaluasi)
Evaluasi adalah kegiatan pemantauan, pengontrolan, penilaian, pelaporan
dan penindaklanjutan setiap rencana kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap tujuan yang ditetapkan.

2. Tujuan manajemen BK
Sugiyo (dalam 2011) menyatakan tujuan manajemen dilakukan secara
sistematis agar mencapai produktif, berkualitas, efektif dan efisien.Manajemen
bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengembangkan diri konseli (peserta
didik) secara efektif dan efisien.

3. Implementasi manajemen dalam BK


Menurut Sugiyo (dalam 2017:53) dikatakan bahwa secara rinci, kegiatan
manajemen bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
A. Perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling, meliputi:
1. Analisis kebutuhan siswa
2. Penentuan tujuan
3. Penentuan jenis kegiatan
4. Penentuan waktu dan tempat kegiatan
5. Penentuan fasilitas dan anggaran biaya
B. Pengorganisasian aktivitas dan semua unsur pendukung bimbingan dan
konseling, meliputi:
1. Adanya pembagian tugas antar petugas bimbingan dan konseling
2. Pelibatan dan koordinasi dengan stakeholder

C. Menggerakkan sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan bimbingan


dan konseling, meliputi:
1. Melaksanakan layanan orientasi
2. Melaksanakan layanan informasi
3. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling individual
4. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling kelompok

D. Mengevaluasi kegiatan bimbingan dan konseling, meliputi:


1. Mengukur dan menilai hasil kerja
2. Mengambil tindakan perbaikan dan pengembangan

Menurut Saidah (2014:16) Penerapan manajemen dalam bimbingan dan konseling


A. Implementasi perencanaan (planning) dalam pelayanan bimbingan dan
konseling yaitu melalui program layanan. Program layanan bimbingan
dan konseling meliputi: program tahunan, program semesteran,
program bulanan, program mingguan dan program harian. Program
harian (program layanan dan program kegiatan pendukung) merupakan
wujud implementasi manajemen bimbingan dan konseling.
Implementasi perencanaan (planning) dalam pelayanan bimbingan
dan konseling yaitu melalui program layanan. Program layanan
bimbingan dan konseling meliputi: program tahunan, program
semesteran, program bulanan, program mingguan dan program harian.
Program harian (program layanan dan program kegiatan pendukung)
merupakan wujud implementasi manajemen bimbingan dan konseling.
B. Pengorganisasian (organizing) yaitu penentuan sumber daya-sumber
daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi; perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau
kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah
tujuan; penugasan tanggung jawab tertentu dan pendelegasiaan
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugastugasnya.
Guru BK mengimplementasikan pengorganisasian bimbingan dan
konseling melalui kolaborasi secara internal dengan personal sekolah
dan madrasah dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
seperti guru mata pelajaran dalam layanan penguasaan konten, guru
wali kelas dalam kegiatan konferensi kasus. Selain itu, Guru BK dapat
juga berkolaborasi secara eksternal antarprofesi, misalnya dengan
dokter dalam layanan informasi dan kegiatan alih tangan kasus. Begitu
juga penggunaan sarana dan fasilitas bimbingan dan konseling.
C. Pengarahan sangat diperlukan dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling. Tohirin menjelaskan, pengarahan dan
kepemimpinan diperlukan agar aktivitas pelayanan bimbingan dan
konseling terarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan madrasah terutama
apabila sekolah dan madrasah hanya memiliki satu oranga guru BK.
Implementasi bimbingan dan konseling selanjutnya setelah
dirancang program bimbingan dan konseling adalah melaksanakan
pelayanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling melibatkan semua pihak yang terkait, serta
mempergunakan sarana dan fasilitas yang ada dan dibutuhkan. Guru
BK sebagai pelaksana utama/tenaga inti bimbingan dan konseling
berkewajiban penuh melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada semua peserta didik di sekolah dan/atau madrasah.
Sejalan dengan itu, kepala sekolah dan madrasah tetap menjalankan
fungsi pengarahan dan kepemimpinan.

D. Pengawasan (controlling) penting dalam pelaksanaan layanan


bimbingan dan konseling agar tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaannya. Implementasi program dalam
bentuk aktivitas layanan bimbingan dan konseling perlu pengawasan
dan penilaian agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dan
hasilnya dapat diketahui.

STRUKTUR ORGANISASI DAN STRUKTUR PELAYANAN BK

A. Struktur organisasi BK di sekolah/madrasah


1. Pengertian struktur organisasi BK di sekolah/madrasah
Salah satu fungsi manajemen bimbingan dan konseling adalah
pengorganisasian pelaksanaan bimbingan dan konseling itu sendiri,
yang merupakan susunan, prosedur, tata kerja, tata laksana, dan hal-
hal lain yang mengatur organisasi itu agar bisa berjalan lancar.
Melalui pengorganisasian diatur pembagian kerja, hubungan kerja,
struktur kerja, dan pendelegasian wewenang. Menurut Atmodiwirio
(2000: 100) pengorganisasian dapat diartikan sebagai keseluruhan
proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung
jawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2. Contoh struktur organisasi BK


3. Fungsi dan Peran Personil dalam Struktur Organisasi Bimbingan dan
Konseling.
a. Kepala Sekolah Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan
secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan
konseling, tugas Kepala Sekolah adalah:
1) Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan
berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran,
latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu
kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis.
2) Menyediakan prasarana, tenaga, sarana, dan berbagai
kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan
konseling yang efektif dan efisien.
b. Wakil Kepala Sekolah Sebagai pembantu Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam melaksanakan
tugas-tugas Kepala Sekolah.
Wakil kepala Sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam
hal:
1) Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling kepada semua personil sekolah;
2) Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling; dan

c. Koordinator Bimbingan dan Konseling. Koordinator Bimbingan


dan konseling bertugas:
1) Mengkoordinasikan para guru pembimbing dalam:
2) Mengusulkan kepada Kepala Sekolah dan mengusahakan bagi
terpenuhinya tenaga, prasarana dan sarana, alat dan
perlengkapan pelayanan bimbingan dan konseling.
3) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan bimbingan dan
konseling kepada Kepala Sekolah.

d. Guru Pembimbing Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli,


guru pembimbing bertugas:

1) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.


1) Merencanakan program bimbingan dan konseling (terutama
program-program satuan layanan dan satuan kegiatan
pendukung, untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-
program tersebut dikemas dalam program mingguan, bulanan,
semesteran, dan tahunan).
2) Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan
konseling.
e. Guru Mata Pelajaran dan Guru Praktik.

Sebagai tenaga ahli pengajaran dan/atau praktik dalam


bidang studi atau program latihan tertentu, dan sebagai personil
yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peran guru
mata pelajaran dan guru praktik dalam pelayanan bimbingan dan
konseling adalah:

1) Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan


konseling kepada siswa.
2) Membantu guru pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa
yang memerlukan pelayanan, serta pengumpulkan data tentang
siswa-siswa tersebut.

f. Wali Kelas Sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan


bimbingan dan konseling wali kelas berperan:

1) Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya,


khususnya di kelas yang menjadi tangung jawabnya.
2) Membantu guru pembimbing melaksanakan peranannya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya.

g. Staf Tata usaha/ Administrasi

Staf tata usaha atau administrasi adalah personil yang bertugas:

1) Membantu guru pembimbing dan koordinator dalam


mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah.
2) Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan
konseling;
3) Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan
bimbingan dan konseling.
4) Membantu melengkapi dokumen tentang siswa seperti catatan
kumulatif siswa.
A. Struktur pelayanan BK di sekolah/madrasah
1. Pengertian Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis,
dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau
guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan
peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam
kehidupannya. (pasal 1 permendikbud 111 2014)
2. Visi pelayanan BK
Visi pelayanan BK adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang
membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam
pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar
peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia
(Panduan pengembangan diri, 2006, h. 4)
3. Misi pelayanan BK
a. Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik
melalui pembentukan perilaku efektif-normatif, dalam kehidupan
keseharian dan masa depan
4. Tujuan pelayanan
Tujuan umum layanan BK adalah memberikan kesempatan kepada
peserta didik / sasaran layanan untuk mengembangkan dan
mengeksplorasikan diri dalam bentuk KES (kehidupan efektif sehari-
hari) sesuai dengan tuntutan karakter yang cerdas, terpuji, kebutuhan,
potensi, bakat, minat, kondisi, dan tugas perkembangan serta
pengembangan arah peminatan mereka mengacu pada pencapaian
tujuan pendidikan.
5. Arah pelayanan dan bidang pelayanan
a. Arah pelayanan BK
1) Pelayanan dasar
2) Pelayanan pengembangan
3) Pelayanan arah peminatan
4) Pelayanan teraputik
5) Pelayanan diperluas

b. Bidang bimbingan
1) Bidang layanan pribadi
2) Bidang layanan belajar;
3) Bidang layanan sosial; dan
4) Bidang layanan karir.
6. Fungsi dan asas
Layanan Bimbingan dan Konseling bagi Konseli pada satuan
pendidikan memiliki fungsi:
a. Pemahaman yaitu membantu konseli agar memiliki pemahaman
yang lebih baik terhadap dirinya dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, budaya, dan norma agama).
b. Fasilitasi yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi,
selaras dan seimbang seluruh aspek pribadinya.
c. Penyesuaian yaitu membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri
dengan diri sendiri dan dengan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
d. Penyaluran yaitu membantu konseli merencanakan pendidikan,
pekerjaan dan karir masa depan, termasuk juga memilih program
peminatan, yang sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, keahlian
dan ciri-ciri kepribadiannya.
e. Adaptasi yaitu membantu para pelaksana pendidikan termasuk
kepala satuan pendidikan, staf administrasi,dan guru mata pelajaran
atau guru kelas untuk menyesuaikan program dan aktivitas
pendidikan dengan latar belakang pendidikan, minat, kemampuan,
dan kebutuhan peserta didik/konseli.
f. Pencegahan yaitu membantu peserta didik/konseli dalam
mengantisipasi berbagai kemungkinan timbulnya masalah dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya peserta didik/konseli tidak
mengalami masalah dalam kehidupannya.

Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan dengan asas:


a. kerahasiaan sebagaimana diatur dalam kode etik Bimbingan
dan Konseling;
b. kesukarelaan dalam mengikuti layanan yang diperlukan;
c. keterbukaan dalam memberikan dan menerima informasi;
d. keaktifan dalam penyelesaian masalah;
7. Prinsip pelayanan BK
Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan berdasarkan
prinsip:
a. Diperuntukkan bagi semua dan tidak diskriminatif;
b. Merupakan proses individuasi;
c. Menekankan pada nilai yang positif;
d. Merupakan tanggung jawab bersama antara kepala satuan
pendidikan, Konselor atau guru Bimbingan dan Konseling, dan
pendidik lainnya dalam satuan pendidikan;
8. Komponen layanan
a. layanan dasar;
Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman
terstruktur secara klasikal atau kelompok yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis dalam rangka mengembangkan
kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar
kompetensi kemandirian).
b. layanan peminatan dan perencanaan individual;
Layanan peminatan peserta didik merupakan wilayah
garapan profesi bimbingan dan konseling, yang tercakup pada
layanan perencanaan individual. Layanan Perencanaan individual
adalah bantuan kepada peserta didik/konseli agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas aktivitas sistematik yang
berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman tentang kelebihan dan kekurangan dirinya, serta
pemahaman terhadap peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya.
c. layanan responsif; dan
Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada
peserta didik/konseli yang menghadapi masalah dan memerlukan
pertolongan dengan segera, agar peserta didik/konseli tidak
mengalami hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Strategi layanan responsif diantaranya
konseling individual, konseling kelompok, konsultasi, kolaborasi,
kunjungan rumah, dan alih tangan kasus (referral).

Layanan responsif bertujuan untuk membantu peserta


didik/konseli yang sedang mengalami masalah tertentu
menyangkut perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Bantuan yang diberikan bersifat segera, karena dikhawatirkan
dapat menghambat perkembangan dirinya dan berlanjut ke tingkat
yang lebih serius.
d. layanan dukungan sistem.
dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan
kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi
Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan
profesional konselor atau guru bimbingan dan konseling secara
berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan
kepada peserta didik/konseli atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan peserta didik/konseli dan mendukung efektivitas
dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

B. Membandingkan struktur organisasi dan struktur pelayanan BK di


sekolah/madrasah
Struktur organisasi BK merupakan kerangka kerjasama antara
berbagai komponen dalam pelaksanaan layanan BK, yang terdiri dari :
1. Kepala sekolah
2. Wakil kepala sekolah
3. Komite sekolah
4. Tenaga ahli/ instansi lain
5. Tata usaha
6. Koordinator BK
7. Guru pembimbing/ guru BK
8. Guru bidang studi
9. Wali kelas
Sementara struktur pelayanan BK merupakan kerangka atau acuan
guru pembimbing di sekolah/ madrasah dalam merancang, melaksanakan
dan mengevaluasi layanan yang diberikan kepada siswa diantaranya :
1. Pengertian BK
2. Visi pelayanan BK
3. Misi pelayanan,
4. Tujuan Pelayanan,
5. Arah dan bidang pelayanan,
6. Fungsi, asas
7. Prinsip Pelayanan BK
8. Komponem layanan
KOMPONEN – KOMPONEN BK DALAM PERMENDIKBUD NO
111. TAHUN 2014

Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Substansi dari permendikbud ini meliputi
komponen program, bidang layanan, struktur program layanan, serta kegiatan dan alokasi
waktu. Permendikbud tidak secara eksplisit membahas tentang bimbingan dan konseling
komprehensif, tetapi dilihat dari substansinya ini menunjukkan versi model bimbingan
dan konseling komprehensif (Lutfiyani et al., 2017).
Dalam Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014, layanan bimbingan dan konseling pada
satuan pendidikan secara keseluruhan dikemas dalam empat komponen layanan, yaitu
komponen: (a) layanan dasar, (b) layanan peminatan dan perencanaan individual, (c)
layanan responsif, dan (d) dukungan system (Permendikbud, 2014).
CONTOH PROGRAM BK BERDASARKAN KOMPONEN BK
KOMPREHENSIF

A. Layanan Dasar
Pelayanan dasar adalah salah satu komponen program Pelayanan
Bimbingan dan Konseling Komprehensif yang saat ini dikembangkan di
Indonesia.  Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada
seluruh konseling melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang
diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan
dalam menjalani kehidupannya.
Layanan dasar bertujuan membentuk beberapa karakter siswa dan mampu
mencegah terhadap timbulnya permasalahan dalam proses pendidikan di sekolah.
Layanan dasar menyiapkan pengalaman secara terprogram melalui pendekatan
kelompok untuk mengembangkan perilaku seperti yang dikehendaki oleh tugas-
tugas perkembangan. Dalam hal ini konseli dibekali berbagai ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan konseli. Layanan dasar dilakukan
secara berkelompok.

B. Layanan Responsif atau Terapeutik


Layanan responsif adalah layanan yang bertujuan membantu memenuhi
kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini. Layanan ini
bersifat preventif, atau mungkin kuratif.  Pelayanan responsif merupakan layanan
bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan
bantuan (pertolongan) dengan segera. Layanan ini bertujuan untuk membantu
siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang
dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya.
1. Tujuan Layanan Responsif
Pelayanan responsif bertujuan mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi peserta didik yang muncul segera dan dirasakan saat itu,
berkenaan dengan masalah pribadi-sosial, karier, dan atau masalah
pengembangan pendidikan.
2. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan
peserta didik. Masalah peserta didik pada umumnya tidak mudah diketahui secara
langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang tampak
seperti:
a. merasa cemas tentang masa depan
b. merasa rendah diri
c. berperilaku impulsif (kekanak-kanakan)
d. bolos sekolah
e. malas belajar
f. memiliki kebiasaan belajar yang kurang baik
g. kurang bisa bergaul
h. prestasi belajar rendah
i. malas beribadah
j. pergaulan bebas
k. tawuran
l. stress
m. masalah keluarga
Untuk memahami karakteristik dan kebutuhan serta masalah peserta didik,
konselor hendaknya menganalisis data peserta didik yang diperoleh melalui:
a. inventori tugas-tugas perkembangan/ ITP, menurut Sunaryo
dkk., yaitu satu instrumen yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat perkembangan peserta didik.
b. absensi peserta didik, yaitu dengan mengecek kehadiran peserta
didik yang bersangkuttan.
c. wawancara, yaitu dialog antar dua orang dalam suatu hubungan
interpersonal untuk mengumpulkan data yang kemudian
ditujukan untuk hal- hal tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
d. observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsurunsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
e. sosiometri, yaitu alat yang tepat untuk mengumpulkan data
mengenai hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku sosial
murid.
f. daftar nilai atau leger peserta didik,
g. psikotes,
h. catatan khusus yang dibuat guru pelajaran atau wali kelas.
Melihat materi dan tujuan layanan responsif, maka fungsinya tidak
seluruhnya kuratif tetapi bisa juga berfungsi preventif dan bisa dilakukan
secara individual maupun kelompok.

C. Layanan Perencanaan Individual


Perencanaan individual adalah suatu bantuan kepada mahasiswa yang
mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan
masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, dan
pemamahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia dilukungannya.
Menurut Yusuf (2005) layanana perencanaan individual dapat diartikan sebagai
layanan berupa bantuak kepada siswa agar mampu membuat dan melaksanakan
perencanaan dama depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan
kelemahaman dirinya sendiri. Perencanaan individual ini meliputi rencana
pendidikan, karir, dan social pribadisehingga rencana tersebut diharapkan dapat
diimplementasikan oleh siswa yang bersangkutan sesuai dengan kemampuannya.

D. Dukungan Sistem
Program ini memberikan dukungan kepada guru BK dalam memperlancar
penyelenggaraan pelayanan. Sedangkan bagi peserta pendidik lainnya adalah
memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah atau madrasah.
Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam
memperlancar penyelenggaraan layananan diatas. Sedangkanbagi peserta didik
lainnya adalah untuk memperlancara penyelenggaraan program pendidikan di
sekolah. Dukungan sistem meliputi dua aspek yaitu:
1. Pemberian layanan konsultasi atau kolaborasi
Pemberian layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing atau
konselor yang meliputi:
a) Konsultasi dengan guru-guru
b) Menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau
masyarakat
c) Berpartisispasi dalam merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah
d) Bekerjasama dengan personil sekolah lainnya dalam rangka
menciptakan lingkungansekolah yang kondusif bagi perkembangan
siswa
e) Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat
dengan bimbingan dan konseling.
2. Kegiatan menajemen
Kegiatan menajemen merupakan berbagai upaya untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program
bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiata sebagai berikut:
a) Pengembangan program
b) Pengembangan staf
c) Pemanfaatan sumberdaya
d) Pengembangan penata kebijakan
Secara operasional program disusun secara sistematis seperti
berikut:
a) Rasional berisi latar belakang penyusunan program bimbingan
didasarkan atas landasan konseptual hokum maupun empris
b) Visi dan misi berisi harapan yang diinginkan dari layanan BK
yang mendukung visi, misi dan tujuan sekolah
c) Kebutuhan layanan bimbingan berisi data kebutuhan siswa,
pendidik dan institusi terhadap layanan bimbingan. Data yang
diperoleh menggunkan instrument yang dapata
dipertanggujawabkan.
d) Tujuan berdasarkan kebutuhan ditetapkan kompetensi yang
dicapai siswa berdasarkan perkembangannya.
Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dalam BK

A. Pengertian
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Supriadi dalam E. Mulyasa
(2005:24-25) mengatakan “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan
berbagai aspek kehidupan seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan
menurunnya perilaku nakal peserta didik”. Oleh sebab itu, kepala sekolah
bertanggung jawab atas pengelolaan pendidikan secara mikro, yang secara
langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah.

B. Tugas Umum Kepala Sekolah


Kepala sekolah adalah agen berbagai komponen. Salah satu dari unsur
tersebut yaitu negara. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan dan haluan negara dalam mengupayakan pendidikan
paling baik bagi anak-anak di sekolah tertentu. Walaupun begitu, kepala sekolah
bukanlah robot yang tidak berpikir melainkan anggota komunitas pendidik.
Komunitas tersebut harus bertasipasi aktif mendiskusikan berbagai kebijakan
sebelum hal itu ditetapkan oleh negara melainkan anggota komunitas pendidik.
Penilaian kinerja kepala sekolah dilaksanakan berdasarkan tupoksinya.
Oleh sebab itu, tupoksi kepala sekolah mengacu pada tiga (3) butir di atas.
Tupoksi kepala sekolah juga harus mengacu pada Permendiknas Nomor 19 Tahun
2007 tentang standar pengelolaan sekolah, meliputi (1) perencanaan program, (2)
pelaksanaan rencana kerja, (3) pengawasan dan evaluasi, (4) kepemimpinan
sekolah.
1. Perencanaan Program
a. Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan visi sekolah.
b. Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan misi sekolah.
c. Merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan tujuan sekolah.
d. Membuat Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS).
e. Membuat perencanaan program induksi.
2. Pelaksanaan Rencana Kerja
a. Menyusun pedoman kerja
b. Menyusun struktur organisasi sekolah
c. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan sekolah per semester dan Tahunan
d. Menyusun pengelolaan kesiswaan yang meliputi
 melaksanakan penerimaan peserta didik baru;
 memberikan layanan konseling kepada peserta didik;
 melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta
didik;
 melakukan pembinaan prestasi unggulan;
 melakukan pelacakan terhadap alumni;
e. Menyusun KTSP, kalender pendidikan, dan kegiatan pembelajaran;
f. Mengelola pendidik dan tenaga kependidikan;
g. Mengelola sarana dan prasarana;
h. Membimbing guru pemula;
i. Mengelola keuangan dan pembiayaan;
j. Mengelola budaya dan lingkungan sekolah;
k. Memberdayakan peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah;
l. Melaksanakan program induksi.
3. Supervisi dan Evaluasi
a. Melaksanakan program supervisi.
b. Melaksanakan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)
c. Melaksanakan evaluasi dan pengembangan KTSP
d. Mengevaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan
e. Menyiapkan kelengkapan akreditasi sekolah.
4. Kepemimpinan Sekolah
Kepala sekolah melaksanakan tugas kepemimpinan sebagai berikut.
1. Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
2. Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;
3. Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan
sekolah/madrasah;
4. Membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk
pelaksanaan peningkatan mutu;
5. Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran
sekolah/madrasah;
6. Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting
sekolah atau madrasah. Dalam hal sekolah atau madrasah swasta,
pengambilan keputusan tersebut harus melibatkan penyelenggara sekolah
atau madrasah;
7. Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua
peserta didik dan masyarakat;
8. Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas
prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;
9. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik;
10.Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan
kurikulum;

C. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bimbingan Konseling


Program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya
ditentukan oleh keahlian dan keterampilan para petugas bimbingan dan konseling
itu sendiri, namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan keterampilan
seluruh staf sekolah,  terutama dari kepala sekolah
sebagai administrator dan supervisor.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis pahami bahwa program
bimbingan dan konseling yang dimaksud dalam makalah ini adalah suatu
perencanaan proses pemberian bantuan yang dilakukan secara sadar oleh guru
pembimbing kepada siswa yang dipantau atau melibatkan kepala sekolah baik itu
secara langsung ataupun tidak langsung yang dilaksanakan di sekolah tersebut.
Dinmeyer dan Caldwell (dalam Kusmintardjo, 1992) menguraikan
peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah, sebagai berikut:
1. Memberikan support administratif, memberikan dorongan dan
pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan konseling.
2. Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun
jumlahnya menurut keperluannya.
3. Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-
anggota stafnya.
4. Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” atau
konselor dalam hal pengembangan program bimbingan dan
konseling.
5. Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru, murid-
murid, orang tua murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat
sekolah, rapat orang tua murid atau dalam buletin-buletin
bimbingan dan konseling
6. Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang
kooperatif dan saling membantu antara para konselor, guru dan
pihak lain yang berkepentingan dengan layanan bimbingan dan
konseling
7. Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan
bimbingan dan konseling
8. Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang
dapat meningkatkan hubungan antar manusia untuk menggalang
proses bimbingan dan konseling yang efektif (dalam hal ini berarti
kepala sekolah hendaknya menyadari bahwa bimbingan dan
konseling terjadi dalam lingkungan secara global, termasuk
hubungan antara staf dan suasana dalam kelas);
9. Memberikan penjelasan kepada semua staf tentang program
bimbingan dan konseling dan penyelenggaraan “in-service
education” bagi seluruh staf sekolah;
10. Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan
penggunaan waktu belajar untuk pengalaman-pengalaman
bimbingan dan konseling, baik klasikal, kelompok maupun
individual;
11. Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan
memberdayakan para konselor dalam mengembangkan tingkah
laku siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.
MANAJEMEN ADMINSTRASI BK

1. Pengertian Administrasi BK
Dalam layanan bimbingan dan konseling, perlu memperhatikan hal-hal
yang menunjang proses bimbingan dan konseling satunya adalah Manajemen
administrasi BK. Administrasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu “ad” yang
artinya intensif, sedangkan “minidrasi” adalah melayani, membantu atau
mengerahkan secara intensif (terus menerus). Sedangkan administrasi dalam
arti sempit merupakan susunan-susunan keterangan-keterangan secara
sistematis dan pencatatanya secara tertulis, dan dalam arti luas administrasi
merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang merupakan suatu proses
pengelola dari rangkaian yang menyeluruh dan yang bersifat dinamis. Berikut
beberapa pengertian administrasi menurut ahli:

2. Jenis jenis administrasi BK


Administrasi BK terdiri dari seperangkat dokumen Program Kerja
Tahunan, Program Kerja Semester, lembar kerja pemberian layanan, rencana
pelaksanaan layanan (RPL). Dokumen Administrasi BK berfungsi untuk
mendukung kinerja guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan
layanan kepada siswa.
Dalam hal ini perlu melakukan tahapan proses yakni(Gajah, 2017)
1) Perencanaan (Planing). Perencanaan adalah sebuah proses
mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk dilakukannya
tindakan untuk mencapai tujuan organisasi. Proses penyusunan rencana
yang harus diperhatikan adalah menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam mencapai tujuan, yaitu dengan mengumpulkan data,
mencatat, dan menganalisis data serta merumuskan keputusan. Adapun
langkah-langkan dalam membuat perencanaan adalah sebagai berikut:
Menentukan tujuan yang akan dicapai. Mengadakan penelitian masalah.
Mengumpulkan data.Menentukan langkah yang akan ditempuh dalam
usaha pencapaian tujuan.Mencari upaya pemecahan masalah dan
penyelesaian pekerjaan.
2) Pengoranisasian (Organizining). Pada dasarnya, pengorganisasian
termasuk dalam kegiatan penyusunan rencana untuk menciptakan
hubungan kerja antar personal dalam suatu kegiatan organisasi.
3) Kepegawaian (Staffing).Fungsi kepegawaian ini sudah dijalankan sejak
penyusunan perencanaan dan pengorganisasian. Di dalam
pengorganisasian telah dipikirkan dan diusahakan agar untuk personel-
personel yang menduduki jabatan-jabatan tertentu di dalam struktur
organisasi itu dipilih dan di angkat orang-orang yang memiliki kecakapan
dan kesanggupan yang sesuai dengan jabatan yang dipegangnya.
4) Pengarahan (Directing). Pengarahan merupakan suatu usaha dalam
memberikan penjelasan, petunjuk serta pertimbangan, dan bimbingan
pada pelaksana proses dari administrasi ini baik secara structural maupun
funsional agar proses dari pelaksanaan administrasi dalam berjalan
dengan baik.
5) Pengawasan (Controlling). Menurut Hadari Nawawi, 1989, (Gajah, 2017)
pengawasan dalam dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat
efektifitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan
alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Adapun fungsi dan
pengontrolan adalah untuk mengetahui apakah semua kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan perencanaan semula di samping mengetahui
hasil-hasil yang telah dicapai dalam jangka waktu tertentu..
6) Pembiayaan (Budgeting). Pembiayaan adalah kegiatan yang berisi tentang
dana dan anggaran. Bagaimana penggunaannya sampai dengan
pengawasan agar dalam penggunaan dana tepat sasaran. Sesuatu
anggaran, baik APBN maupun APBD, menunjukkan dua hal: pertama
sebagai satu pernyataan fiskal dan kedua sebagai suatu mekanisme.

3. Kaitan administrasi dengan pelaksanaan Bimbingan konseling


adalah penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
adalah rangkaian dari berbagai komponen yang saling berhubungan
antara  satu dengan lainnya (sebagai suatiu sistem) dengan memiliki asas-asas
atas hubungan antar komponen dan juga memiliki prosedur dan teknik dalam
berhubungan antara satu dengan lainnya, Misalnya dalam kaitan proses
pemberian layanan informasi dan layanan konseling perorangan  atau layanan
lainnya memerlukan  asas, memiliki prosedur dan teknik tertentu dalam suatu
sistem. 
Konsep Administrasi menurut Syaiful Sagala menyatakan  adalah
segenap proses penyelenggaraan yang berkaitan dengan sistem,  asas,
prosedur, dan tehnik kerjasama dengan setepat-tepatnya. Proses adalah
rangkaian perbuatan manusia yang mengandung maksud tertentu yang
dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu. Perbuatan adalah suatu
kegiatan manusia yang mengandung maksud tertentu, jadi perbuatan dilihat
dari segi aktifnya sedangkan kejadian dilihat dari segi pasifnya.
MEKANISME PENGAWASAN PROGRAM BIMBINGAN DAN
KONSELING DISEKOLAH

     Kegiatan utama setiap pengawas satuan pendidikan dalam melaksanakan


pengawasan akademik dan pengawasan manajerial adalah; memantau, menilai, membina
dan melaporkan. Memantau atau monitoring artinya melakukan pengamatan, pemotretan,
pencatatan terhadap fenomena yang sedang berlangsung. Misalnya memantau proses
pembelajaran, artinya mengamati, memotret, mencermati, mencatat berbagai gejala yang
terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menilai artinya memberikan harga
atau nilai terhadap obyek yang dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Jadi setiap penilaian
ditandai adanya kriteria, adanya obyek yang dinilai dan adanya pertimbangan atau
judgemen. Hasil penilaian dijadikan bahan untuk pengambilan keputusan. Misalnya
menilai kemampuan guru mengajar. Membina artinya memberikan bantuan atau
bimbingan kearah yang lebih baik dan lebih berhasil. Tentunya sebelum membina
pengawas harus mengetahui terlebih dahulu kelemahan atau kekurangan dari orang-
orang yang dibinanya. (Suwidagdho et al., 2017)
Melaporkan artinya menyampaikan proses dan hasil pengawasannya kepada
atasan baik secara lisan maupun secara tertulis dengan harapan laporan tersebut bisa
ditindaklanjuti atasan baik berupa pembinaan selanjutnya maupun usaha lain untuk dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Demi kelancaran pelaksanaan dan tingginya tingkat
keberhasilan kegiatan bimbingan konseling di sekolah, perlu terus menerus mendapatkan
pembinaan serta dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang
mendasari pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu kegiatan pengawas yang
berintikan pembinaan mempunyai peranan penting. Pengawasan dituntut mendorong dan
mengangkat konselor untuk setiap kali meningkatkan wawasan, pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap serta keprofesionalannya. Untuk itu perlu adanya
pengawasan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. (Prayitno, 1997)
Begitu juga dengan pengawasan Bimbingan Konseling di Sekolah Pelaksanaan
bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan dalam
bimbingan konseling. Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan dan
konseling disekolah secara tepat diperlukan adanya pengawasan (supervisi) bimbingan
dan konseling baik secara teknis maupun administrative .Pengawasan yang dilakukan
terhadap keterlaksanaan pelayanan bimbingandan konseling disekolah secara sistematis,
objektif, realistis, antisipatif, konstruktif, kreatif, kooperatif, dan kekeluargaan akan
mampu memantau, menilai,memperbaiki, meningkatkan,dan mengembangkan pelayanan
bimbingan dankonseling disekolah.(Astuti, 2020) Ini semua bisa terlaksana dengan tepat
dan berkesinambungan apabila kepengawasan (supervisi) itu dilaksanakan oleh pengawas
-pengawas sekolah yang profesional dalam bidang bimbingan dankonseling, baik ditinjau
dari kualitas dan kuantitasnya, sehingga dapat dihindari
        Terkait dengan peran pengawas sekolah, pengawas dapat melakukan pembinaan dan
pengawasan “apakah sekolah memiliki program bimbingan dan konseling?”. Pimpinan
sekolah dan personil bimbingan (guru pembimbing/konselor) harus didorong untuk
menyusun program bimbingan. Jika program sudah ada personil bimbingan dan pimpinan
sekolah didorong untuk melakukan kajian apakah program sudah memfasilitasi
kebutuhan peserta didik dan mendukung ketercapaian visi, misi dan tujuan sekolah.
Pengawas juga mendorong pimpinan sekolah dan konselor untuk menyampaikan program
pada rapat dinas sekolah sehingga semua pendidik di lingkungan sekolah mengetahui,
memahami dan dapat mengembangkan jejaring dalam peran fungsinya masing-masing.
            Pengawasan program Bimbingan dan Konseling di sekolah dilakukan dengan
mekanisme-mekanisme tertentu, yakni sebagai berikut:
1. persiapan,
2. pengiriman bahan,
3. kegiatan pengawasan di sekolah,
4. evaluasi dan tindak lanjut
5. pengawasan berkesinambungan dan berkelanjutan
a. Pesiapan
      Kegiatan pengawasan pada tahap ini dilakukan oleh pengawas sekolah itu sendiri
bersama dengan para personel sekolah. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Pengawas Sekolah
 Pengawas sekolah mempersiapkan kegiatan pengawasan tahunan dan satu
semesteran yang disusunnya untuk setiap sekolah yang menjadi tanggung
jawab pengawasannya.
 Persiapan pengawasan ini difokuskan kepada hasil kegiatan bimbingan,
kemampuan guru, sumberdaya pendidikan, dan proses bimbingan.
1. Personel Sekolah
1. Guru
 Menyiapkan laporan tentang kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah.
 Menyapaikan laporan tersebut kepada kepala sekolah dan
membahasnya (antara kepala sekolah dan guru pembimbing).
 Penyusunan dan penyampaian laporan tersebut dikoordinasikan oleh
koordinator Bimbingan dan Konseling di tiap-tiap tingkatn sekolah
sekolah (SD, SMP, atau SMA).
 Laporan tersebut dapat dipergunakan untuk laporan kepada pengawas
sekolah.
2. Kepala Sekolah
 Meminta guru-guru untuk menyusun laporan tentang kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah.
 Menyiapkan guru pembimbing untuk memperoleh pengawasan dari
pengawas sekolah.
 Meminta guru-guru yang lain untuk bersedia membantu memberikan
informasi tentang peranannya dalam kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah.
 Kunjungan pengawas sekolah kesekolah menjadi tanggung jawabnya
dan hendaknya dapat disampaikan kepada guru-guru yang lainnya.
b. Pengiriman Bahan-bahan Pengawasan
      Bahan-bahan yang menyangkut kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah beserta
hasil-hasilnya merupakan materi utama dan pertama yang perlu mendapat perhatian
pengawas sekolah. Untuk itu perlu dicatat hal-hal berikut:
 Pengawas sekolah dapat meminta kepala sekolah yang diawasinya untuk
mengirimkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengawasan sekolah.
 Hasil pengawasan dapat dikirimkan kepada kepala sekolah yang bersangkutan.
 Bahan-bahan pengawasan dipergunakan dalam kunjungan pengawas sekolah
kesekolah-sekolah yang berkelanjutan.
c. Kegiatan Pengawas Sekolah di Sekolah
Kunjungan pengawas sekolah merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan
sesuai dengan program yang telah disusun. Dalam hal ini, kegiatan yang dapat dilakukan
oleh seorang pengawas sekolah adalah :
 Menerimam laporan, baik secara tertulis maupun lisan dari guru pembimbing atau
guru kelas tentang berbagai hal yang bersangkutan dengan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Mengamati secara langsung:
1. Ruangan, perlengkapan ruangan, dan perlengkapan bimbingan dan konseling.
2. Proses perencanaan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Lingkungan dan kondisi sekolah yang mempengaruhi proses pendidikan pada
umumnya serta bimbingan dan konseling pada khususnya.

d. Evaluasi dan Tindak Lanjut


      Hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh pengawas selanjutnya dievaluasi, dianalisis,
dan diberikan upaya tindak lanjut. Dalam hal ini pengawas sekolah mengevaluasi seluruh
bahan yang diperoleh dari kepala sekolah yang menjadi tanggung jawabnya, baik bahan-
bahan yang dikirim, maupun dari hasil pengawasan di sekolah. Hasil evaluasi tersebut
kemudian di analisis dan diberi tindak lanjut yang dikirimkan kepada pihak-pihak terkait
di sekolah terutama guru pembimbing, koordinator bimbingan dan konseling di sekolah,
guru kelas, dan kepala sekolah.

e. Pengawasan Berkesinambungan dan Berkelanjutan


      kegiatan pengawasan bukan hanya sesuatu kegiatan yang hanya dilakukan sekali saja,
namun merupakan kegiatan yang perlu dilakukan secara berkesinambungan dan
berkelanjutan. Dalam hal ini, materi, hasil, dan tindak lanjut pengawasan serta saran-
saran yang terdahulu menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan pengawasan
berikutnya, dalam rangka pengawasan berkesinambungan dari waktu ke waktu.
     
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PENGAWASAN DI SEKOLAH

A. PENYUSUNAN PROGRAM PENGAWASAN


1. Penyusunan program tahunan yang terdiri dari 2 (dua) program semester
meliputi langkah-langkah kegiatan-kegiatan berikut.
a. Identifikasi hasil pengawasan pada tahun sebelumnya
Identifikasi hasil pengawasan yang telah dilakukan pada tahun
sebelumnya melalui analisis kesenjangan dengan mengacu pada
kebijaksanaan di bidang pendidikan yang digunakan. Identifikasi hasil
pengawasan menggambarkan sejauhmana ketercapaian tujuan pengawasan
yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Sebagai acuan penyusunan
program pengawasan, dikemukakan pula berbagai kebijaksanaan di bidang
pendidikan.
b. Pengolahan dan analisis hasil dan evaluasi pengawasan tahun sebelumnya
Pengolahan dan analisis hasil pengawasan tahun sebelumnya
sebagai bahan evaluasi hasil pengawasan, merupakan tugas pokok dari
Pengawas Muda, Pengawas Madya atau Pengawas Utama. P
c. Perumusan rancangan program pengawasan tahunan
Perumusan rancangan program pengawasan tahunan merupakan
tugas pokok Pengawas Madya. Dilandasi oleh informasi yang diperoleh
atas dasar identifikasi serta analisis hasil pengawasan pada tahun
sebelumnya, dirumuskan rancangan program pengawasan tahunan untuk
semua sekolah binaan.
d. Pemantapan dan penyempurnaan rancangan program pengawasan tahunan
Pemantapan dan penyempurnaan rancangan program pengawasan
tahunan merupakan tugas pokok Pengawas Utama. Program pengawasan
tahunan yang telah dimantapkan dan disempurnakan adalah rumusan akhir
yang akan dijadikan sebagai acuan oleh pengawas dalam penyusunan
program pengawasan semester pada setiap sekolah binaannya dan seluruh
sekolah tingkat kabupaten/kota pada setiap jenjang dan satuan pendidikan.

2. Penyusunan program semester pengawasan pada setiap sekolah binaan.


Secara garis besar, rencana program pengawasan pada sekolah binaan disebut
Rencana Pengawasan Akademik (RPA) dan Rencana Pengawasan Manajerial
(RPM) dan Rencana Pengawasan Guru BK (RPBK). Komponen
RPA/RPM/RPBK sekurang-kurangnya memuat materi//aspek/ fokus masalah,
tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi),
skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrumen
pengawasan.
3. Berdasarkan program tahunan dan program semester yang telah disusun dan
untuk memudahkan pelaksanaan pengawasan, maka setiap pengawas
menyiapkan instrumen-instrumen yang dibutuhkan sesuai dengan
materi/aspek/fokus masalah yang akan disupervisi.

B. Menganilisis hasil penilaian


Kemendikbud 2013:288 memaparkan tentang penilaian, yang dijabarkan
sebagai berikut: 1 Penilaian proses, penilaian proses kegiatan pelayanan BK
dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana
tercantum di dalam RKLSATLAN dan RKPSATKUNG, untuk mengetahui
efektifitas dan efesinsi pelaksanaan kegitaan. 2 Penilaian hasil, penilaian hasil
kegiatan pelayanan BK dilakukan melalui, a penilaian segera LAISEG, yaitu
penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung BK untuk
mengetahui perolehan siswa yang dilayani. b penilaian jangka pendek
LAIJAPEN, yaitu penialain dalam waktu tertentu setelah satu jenis layanan dan
atau kegiatan pendukung BK diselenggarakan untuk mengetahui dampak
layanankegiatan terhadap siswa. cpenilaian jangka panjang LAIJAPANG, yaitu
penilaian dalam waktu tertentu setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan
pendukung BK diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan
atau kegiatan pendukung BK terhadap peserta didik yang bersangkutan dan arah
tindak lanjut. 3 Fokus penilaian, fokus penilaian hasil layanan BK adalah
dipahami dikuasainya tiga komponen yang disingkat UCA Understanding,

C. Melakasanakan Pembinaan
Kemendikbud 2013:289 menyebutkan pembinaan terhadap kinerja Konselor
diselenggarakan oleh: 1 Oleh pengawas ketika kegiatan pengawas dilaksanakan 2
Melalui kegiatan seperti penataran, lokakarya, seminar dan studi lanjut 3 Melalui
penilaian dan pembinaan berkelanjutan dalam rangka kenaikan pangkatjabatan
Konselor. Dengan pembinaan secara rutin kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah/madarasah diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan program yang
telah ditentukan, dengan pengarahan konselor dan pesonel lain di
sekolah/madarasah dapat melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai
tujuan yang telah dirumuskan serta mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang
harus dilaksanakan dan cara pelaksanaannya. Sehingga konselor dapat
melaksanakan proses bimbingan untuk materi dan jenis layanan tertentu dengan
tujuan agar konselor dapat mempraktikkan model bimbingan yang baik dan benar

D. Menyusun Laporan
CARA MENGELOLA SARANA DAN PRASARAN BIMBINGAN KONSELING

A. Sarana dan Prasarana Bimbingan Konseling


Pengelolaan sarana dan prasarana sangat penting karena dengan adanya
pengelolaan sarana dan prasarana yang ada di lembaga pendidikan akan
terpelihara dan jelas kegunaannya.dalam pengelolaan pihak sekolah harus dapat
bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana terutama kepala sekolah yang
langsung menangani tentang pengelolaan sarana prasarana tersebut.dan pihak
sekolah pun harus dapat memelihara dan memperhatikan sarana prasarana
pendidikan yang sudah ada.maka dengan diadakannya sarana prasarana siswa pun
dapat belajar dengan maksimal dan seefisien mungkin.jadi pengelolaan terhadap
sarana prasarana harus lebih ditekankan lagi dalam lembaga pendidikan dan harus
ada yang bertanggung jawab atas pengelolaan sarana prasarana tersebut.
Sarana dan prasarana Bimbingan Konseling adalah semua benda bergerak
atau tidak bergerak yang di butuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sarana dan
prasarana merupakan keseluruhan proses perencanaan pengadaan,
pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarananya yang digunakan agar
tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan efektif dan efesien.

B. Jenis-jenis Sarana Bimbingan Konseling


Sarana bimbingan konseling adalah perlengkapan secara langsung untuk
mencapai tujuan bimbingan konseling dan prasarana adalah perlengkapan dasar
untuk menjalankan fungsi layanan bimbingan konseling. Mengingat suatu
kegiatan bimbingan dan konseling disuatu lembaga pendidikan serta
penerapannya tidak akan terlaksana apabila tidak tersedianya sarana prasarana
yang memadai, maka dibutuhkan suatu sarana prasarana untuk membantu
kelancaran kegiatan tersebut. Pedoman bimbingan dan konseling pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah yang mengacu Permendikbud Tahun 2014
Nomor 111. Secara garis besar sarana dan prasarana bimbingan dan konseling
diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu, ruang bimbingan dan konseling,
instrumen pengumpulan data, kelengkapan penunjang teknis, dokumen program.

C. Pengelolaan Sarana dan Prasaran Bimbingan Konseling


Penentuan kebutuhan merupakan perencanaan sarana yang diperlukan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau
fasilitas pendidikan terlebih dahulu harus melalui prosedur yang benar, yaitu
melihat dan memeriksa kembali keadaan dan kekayaan yang telah ada, agar tidak
terjadi sarana yang mubazir, seperti pengadaan kembali sarana yang masih
memadai dari segi kuantitas maupun kualitas atau pengadaan alat-alat yang tidak
diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Setelah melalui prosedur yang
benar, baru bisa ditentukan jenis sarana yang diperlukan berdasarkan kepentingan
pendidikan di sekolah bersangkutan.
Penentuan sarana pendidikan sekolah juga harus mempertimbangkan
siapa-siapa saja yang memfasilitasi atau membiayai pengadaan sarana tersebut.
Pihak sekolah bisa mengajukan permohonan pengadaan sarana pendidikan kepada
istansi atasan seperti kepada pemerintah, bisa juga kepada pihak komite sekolah
mengajukan RAPBS (Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah) pada
waktu awal tahun pelajaran atau mungkin sumbangan dari masyarakat. Apabila
pengajuan pengadaan sarana bimbingan Konseling tersebut hanya sebagian yang
disetujui, maka harus menentukan skala prioritas atau sarana yang paling penting
dan mendesak diperlukan dalam penyelenggaraan Bimbingan Konseling. Untuk
memudahkan mengetahui sarana yang paling penting dan mendesak dalam
keperluan bimbingan Konseling, maka pada daftar pengadaan sarana harus diurut
dari nomor terkecil untuk sarana/fasiltas yang paling penting atau mendesak
kemudian diikuti sarana yang lain sesuai dengan tingkat kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai