Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN DAN POLA ORGANISASI BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Bimbingan dan Konseling ( 307 )

Dosen Pengampu:
Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 12
Fauzia Ulfa 1401419272
Nindya Ajeng Mandasari 4401419024
Sasetyo Komara 5202419013

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manajemen dan Pola
Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
perkuliahan Bimbingan dan Konseling. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra.
Kurniana Bektiningsih, M.Pd., selaku dosen pengampu pada mata perkuliahan Bimbingan dan
Konseling yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai manajemen dan pola organisasi bimbingan konseling di sekolah.

Disini kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Semarang, 28 November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan konseling merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses
pendidikan sebagai suatu sistem. Sebagai sebuah sistem, kehadirannya diperlukan dalam
upaya pembimbingan sikap perilaku siswa terutama dalam menghadapi perubahan-
perubahan dirinya menuju jenjang usia yang lebih lanjut. Manajemen bimbingan dan
konseling di sekolah merupakan upaya dengan berbagai cara yang digunakan untuk
mendayagunakan secara optimal dan efektif, semua komponen atau sumber daya (tenaga,
dana, sarana dan prasarana) dan sistem informasi yang meliputi himpunan data
bimbingan dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling untuk mencapai
tujuan. Dalam manajemen bimbingan dan konseling terkandung aspek-aspek
perancangan program, pelaksanaan dan pengarahan program, pengorganisasian, evaluasi
dan supervisi.

Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah menganut pola


pengorganisasian tertentu yang struktur hierarkisnya mengatur tugas dan tanggung jawab
personil yang terlibat antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator guru
pembimbing, guru pembimbing, guru, wali kelas dan staf administrasi atau tata usaha.
Dalam posisinya yang strategis, guru adalah mitra utama konselor di sekolah terutama
jika dilihat peranannya sebagai: informator, fasilitator, mediator, motivator dan
kolaborator bagi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Manajemen bimbingan dan konseling yang baik haruslah diwadahi oleh


sebuah organisasi bimbingan dan konseling yang baik pula. Organisasi bimbingan dan
konseling diperlukan untuk tujuan pembagian tugas dan wewenang setiap personil baik di
tingkat birokrasi di atas sekolah maupun di dalam sekolah itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini antara lain:

1. Bagaimana perencanaan program Bimbingan dan Konseling?


2. Bagaimana pelaksanaan dan pengarahan program Bimbingan dan Konseling?
3. Bagaimana evaluasi dan supervisi program Bimbingan dan Konseling?
4. Bagaimana pola organisasi Bimbingan dan Konseling Sekolah?
.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui perencanaan program Bimbingan dan Konseling.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan dan pengarahan program Bimbingan dan Konseling.
3. Untuk mengetahui evaluasi dan supervisi program Bimbingan dan Konseling.
4. Untuk mengetahui pola organisasi Bimbingan dan Konseling Sekolah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bimbingan dan Konseling

Istilah manajemen berasal dari kata management dalam bahasa Inggris. Banyak
pakar yang mengartikan istilah manajemen dalam berbagai versi. Namun pada prinsipnya
manajemen memuat makna segala upaya menggerakkan individu atau kelompok untuk
bekerja sama mendayagunakan sumber daya dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan.
Apabila diterapkan ke dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka
manajemen bimbingan dan konseling adalah segala upaya atau cara yang digunakan
Kepala Sekolah untuk mendaya gunakan secara dalam optimal komponen semua sumber
sarana/prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka atau daya(tenaga,
dana, mencapai tujuan.
Dalam manajemen bimbingan dan konseling mencakup beberapa aspek yakni
perencanaan dan pengorganisasian program, pelaksanaan dan pengarahan program,
evaluasi dan supervisi. Adapun penjelasanya adalah sebagai berikut.

B. Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling diselenggarakan di sekolah sebagai bagian dari


keseluruhan usaha sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Bimbingan
konseling dapat dikatakan sebagai "soko guru" yang ketiga dalam sistem pendidikan di
sekolah selain pembelajaran (instruksional) dan administrasi sekolah. Sebagai sub-sistem
pendidikan di sekolah, bimbingan dan konseling dalam gerak pelaksanaannya tidak
pernah lepas dari perencanaan yang seksama dan bersistem.
Sebagai suatu kegiatan, apabila dilakukan secara sembarang, tak terencana, dapat
dipastikan hasilnya tidak akan diketahui secara pasti. Apalagi bila kegiatan itu dilakukan
oleh sekelompok orang yang melakukan kerjasama, maka bisa jadi kegiatan itu tidak
lebih dari bekerja bersama. Demikian juga halnya dengan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah, apabila tidak dilakukan secara terencana dan sembarang saja maka
tidak akan dapat diketahui seberapa hasil yang telah dicapai dalam konteks kontribusinya
bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Maka di sinilah terlihat arti pentingnya
suatu program bagi penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Program dalam bahasa sehari-hari sering dipadankan dengan rencana kerja.
Definisi yang mendekati ketepatan konsep tentang apakah itu program antara lain
dikemukakan oleh T. Raka Joni (1981): "Program adalah seperangkat kegiatan yang
dirancang dan dilakukan secara kait mengkait untuk mencapai tujuan tertentu." Dari
definisi itu dapat diuraikan bahwa suatu program mengandung unsur-unsur:
a. Adanya seperangkat kegiatan, artinya kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
merupakan suatu kegiatan yang utuh.
b. Dirancang, artinya hal-hal yang akan dilakukan dirancang sedemikian rupa agar
tidak terjadi pelapisan atau akumulasi kegiatan, apalagi berbagai benturan akibat
kegiatan yang dilakukan berulang-ulang yang pada gilirannya berdampak pada
penurunan efektivitas dan efisiensi.
c. Dilakukan secara kait-mengkait, yaitu bahwa dalam melakukan kegiatan yang
sudah dirancang kegiatan itu tidak berdiri sendiri atau lepas-lepas melainkan ada
keterkaitan satu dengan yang lainnya. Keterkaitan itu tidak hanya terjadi antar
kegiatan saja tetapi juga pada tahap kesinambungan kegiatan satu dengan tahap
kegiatan selanjutnya.
d. Adanya tujuan tertentu, yaitu sebagai arah dan kendali agar semua aktivitas yang
terangkum dalam program selalu terfokus kepada satu titik tuju.

Secara sederhana dapat dirumuskan program bimbingan dan konseling adalah


seperangkat kegiatan yang dirancang oleh konselor sekolah. Pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah dalam penyelenggaraannya akan melibatkan seluruh personil
sekolah dan dalam berbagai jenis layanannya akan berurusan dengan bidang lain seperti
bidang pembelajaran dan administrasi sekolah. Oleh karena itu, agar tidak terjadi
tumpang tindih dan benturan antar kegiatan di masing- masing bidang, maka diperlukan
program yang sistematis. Adapun program yang sistematis selalu mengacu kepada
prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Program bimbingan dan konseling dirancang untuk melayani kebutuhan siswa.


b. Program bimbingan dan konseling merupakan bagian terpadu dari keseluruhan
program pendidikan di sekolah.
c. Tujuan program harus dirumuskan secara jelas dan eksplisit (operasional) dan
menunjang pencapaian keseluruhan tujuan program bimbingan dan konseling.
d. Pelaksanaan program perlu melibatkan seluruh staf sekolah.
e. Personil bimbingan dan konseling perlu diidentifikasi dan tugas-tugas serta
tanggung jawabnya harus dirumuskan.
f. Segala sumber daya perlu ditemukan untuk mencapai tujuan program.
g. Dari keperluan-keperluan untuk penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling, dua hal yang esensial adalah: data pribadi siswa untuk pemahaman diri
dan bahan informasi untuk perencanaan pendidikan dan pengambilan keputusan.
h. Perlu penerapan ancangan sistem dalam pengembangan program dan pemecahan
masalah pengelolaan.
i. Dukungan dan pelibatan masyarakat sekitar harus diusahakan sejauh mungkin
demi kelancaran penyelenggaraan program dan tercapainya tujuan (Munandir,
1996).

C. Pelaksanaan dan Pengarahan Program Bimbingan dan Konseling

Setiap sekolah sebagai satuan pendidikan perlu merancang program bimbingan


dan konseling sebagai bagian integral dari program sekolah cecara keseluruhan. Program
inilah yang akan dijadikan acuan pelaksanaan lavanan bimbingan dan sekolah di sekolah
tersebut. Ada dua jenis program yang perlu dirancang dan dikembangkan yaitu:

a. Program tahunan sebagai program sekolah. Program tahunan ini dijabarkan


menurut alokasi waktu pada setiap semester, program bulanan, bahkan program
mingguan. Oleh karena itu, perlu dibuat dalam satu matriks atau schedule. Dalam
program itu dicantumkan substansi kegiatan, jenis layanan menurut alokasi
waktu. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai program sekolah
antara lain:
1) Pemberian layanan informasi melalui ceramah yang mengundang
narasumber dari luar sekolah yang dijadikan sebagai career day.
2) Program pemberian layanan orientasi bagi siswa baru pada awal tahun
sebagai bagian dari program sekolah.
3) Mengadakan tes bakat atau inventori minat untuk bahan pertimbangan
penjurusan.
4) Mengadakan kunjungan ke tempat industri yang bermanfaat bagi
bimbingan karir.
5) Membentuk kelompok-kelompok group counseling.
6) Memberikan pelatihan keterampilan belajar akademik dan sebagainya.
b. Program kegiatan layanan bagi setiap guru pembimbing sesuai dengan pembagian
tugas layanan di sekolah. Setiap guru pembimbing perlu membuat program
berupa satuan layanan (satlan) dan satuan kegiatan pendukung (satkung)
setiapkali akan melakukan pelayanan kepada siswa berdasarkan jadwal yang
sudah dipetakan.
Dalam menyusun program, baik program tahunan maupun program setiap
kegiatan layanan bimbingan dan konseling, hendaknya mencakup bidang-bidang
yang menjadi garapan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Demikian
pula, penyusunan program pada masing-masing bidang itu hendaknya disesuaikan
dengan karakteristik satuan pendidikan atau jenis dan jenjang sekolah. Hal ini
disebabkan setiap sekolah atau satuan pendidikan tertentu mempunyai kurikulum
dan tugas pendidikan yang berbeda. Contoh: Sekolah Menengah Umum akan
berbeda dengan kurikulum dan misi Sekolah Menengah Kejuruan dalam hal
pendidikannya.
Dalam pelaksanaan program ini, agar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka diperlukan pengarahan agar terjadi suatu tata kerja yang
diwarnai oleh koordinasi dan komunikasi yang efektif di antara staf bimbingan
dan konseling. Pengarahan ini juga dilakukan untuk melakukan tugas-tugasnya
sehingga memotivasi staf dalam memungkinkan kelancaran dan efektivitas
pelaksanaan program yang telah direncanakan.

D. Evaluasi dan supervisi Program Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan untuk mencapai


tujuan-tujuan tertentu. Untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan mencapai tujuan
itu maka dibutuhkan upaya untuk mengumpulkan bukti berupa data yang
mengindikasikan keberhasilan itu untuk di analisis dan ditafsirkan. Upaya ini lazim
dinamakan evaluasi.
Dengan kata lain, evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
merupakan upaya menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah pada khususnya dan program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh staf
bimbingan dan konseling pada umumnya. Dengan demikian evaluasi bimbingan dan
konseling merupakan salah satu komponen sistem bimbingan dan konseling yang sangat
penting, karena mengacu pada hasil evaluasi itulah dapat diambil simpulan apakah
kegiatan yang telah direncanakan telah dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara
efektif dan efisien atau tidak, kegiatan itu dilanjutkan atau sebaliknya direvisi dan
sebagainya.
a. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pelaksanaan Programn Bimbingan dan Konseling.
Secara umum evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah bertujuan :
1) Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek
yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
2) Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program
dalam kurun waktu yang tertentu.
Secara khusus, evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
bertujuan untuk :
1) Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program yang telah dicapai.
2) Memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan
bimbingan dan konseling yang ada.
3) Mengetahui jenis layanan yang sudah ataupun belum dilaksanakan jenis
pengembangan.
4) Mengetahui tingkat partisipasi staf atau personil sekolah dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan program.
5) Mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan dan konseling
terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah
6) Memperoleh informasi yang cermat dan memadai untuk kepentingan dan
layanan yang memerlukan perbaikan atau perencanaan langkah-langkah
pengembangan program.
7) Membantu mengembangkan kurikulum sekolah yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik.
b. Prinsip-prinsip Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.
Agar diperoleh suatu hasil evaluasi pelaksanaan program yang diharapkan,
di samping menuntut pengelolaan yang baik, juga harus mengacu kepada prinsip-
prinsip evaluasi program. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1) Evaluasi program yang efektif menuntut pengenalan yang cermat dan rinci
terhadap tujuan yang akan dicapai.
2) Evaluasi program yang efektif membutuhkan kriteria pengukuran yang
jelas.
3) Evaluasi program memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak yang
memiliki kompetensi profesional.
4) Evaluasi program menuntut umpan balik dan tindak lanjut sehingga
hasilnya dapat dipakai untuk dasar pengambilan keputusan dan pembuatan
kebijakan.
5) Evaluasi program hendaknya terencana dan berkesinambungan.
c. Supervisi Kegiatan Bimbingan dan Konselin.
Supervisi merupakan aspek penting dalam manajemen program bimbingan
dan konseling. Manfaat pokok dari supervisi ini adalah untuk mengendalikan
personil pelaksana bimbingan dan konseling, memantau kemungkinan-
kemungkinan kendala yang muncul dan dihadapi personil dalam pelaksanaan
tugasnya, mencari jalan keluar terhadap hambatan dan permasalahan dalam
pelaksanaan program agar tercapai pelaksanaan yang lancar ke arah pencapaian
tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.

E. Peran Guru dalam Program Bimbingan dan Konseling

Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di sekolah,


guru memiliki posisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru pembimbing atau
konselor, misalnya, guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru
dapat mengamati secara rutin tentang perkembangan kepribadian siswa, kemajuan
belajarnya, dan bukan tidak mungkin akan langsung berhadapan dengan permasalahan
siswa. Oleh karena itu tidak salah jika dalam pelayanan bimbingan dan konseling guru
ditempatkan sebagai mitra kerja utama, di samping wali kelas.
Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru
ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling di sekolah.
1. Guru sebagai Informator
Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperanan sebagai informator,
terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor
dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada
umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang
layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi dan manfaatnya bagi siswa.
2. Guru sebagai Fasilitator
Guru dapat berperanan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan
layanan pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif.
Dibandingkan guru pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan
belajar yang perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarnya. Maka, pada
saat siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat merancang program perbaikan
(remedial teaching) dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami
dan menyesuaian dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang pandai
guru dapat memprogramkan tindak lanjut berupa kegiatan pengayaan
(enrichment).
3. Guru sebagai Mediator
Dalam kedudukannya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan
siswa, guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru
pembimbing. Hal itu tampak misalnya pada saat seorang guru diminta untuk
melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan
pengalihtanganan siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru
pembimbing atau konselor sekolah.
4. Guru sebagai Motivator
Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa
dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sekaligus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling,
misalnya pada saat siswa seharusnya mengikuti pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan
guru dalam memberi kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan
konseling perorangan akan sulit terlaksana mengingat terbatasnya jam khusus
bimbingan pada sekolah-sekolah kita.
5. Guru sebagai Kolaborator
Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di
sekolah, guru dapat berperanan sebagai kolaborator konselor di sekolah, misalnya
dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan
pembelajaran atau kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data
dan kegiatan lainnya yang relevan.
F. Pola Organisasi Bimbingan dan Konseling Sekolah

Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang
diharapkan antara lain perlu didukung oleh adanya organisasi yang jelas dan teratur.
Organisasi yang demikian itu secara tegas mengatur kedudukan, tugas dan tanggung
jawab para personil sekolah yang terlibat. Demikian pula, organisasi tersebut tergambar
dalam struktur atau pola organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan dan
karakteristik sekolah masing-masing. Sebagai contoh, untuk sebuah sekolah yang jumlah
siswanya sedikit dengan jumlah guru pembimbing yang terbatas maka pola organisasinya
bisa bersifat sederhana. Sebaliknya, jika sekolah tersebut siswanya berjumlah banyak
dengan didukung oleh personil sekolah yang memadai diperlukan sebuah pola organisasi
bimbingan dan konseling yang lebih kompleks. Namun demikian, pada umumnya pola
organisasi bimbingan dan konseling yang dewasa ini banyak disarankan adalah seperti
tampak pada gambar berikut ini:

Kadinas
Pendidikan dan
Kebudayaan

Kepala Sekolah

Komite Sekolah KA
TU/Admin

Guru Koordinator dan


Staff Guru Wali Kleas
Mapel/Praktik
BK/Konselor

Siswa

Gambar 1 Pola Organisasi BK di Sekolah

Keterangan :

a. Unsur Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah personil yang bertugas
melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah, dalam hal ini adalah Pengawas sebagaimana
dimaksudkan dalam petunjuk pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
b. Kepala Sekolah (bersama Wakil Kepala Sekolah) adalah penanggung jawab
pendidikan pada satuan pendidikan (SLTP,SMA, SMK) secara keseluruhan,
termasuk penanggung jawab dalam membuat kebijakan pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling.
c. Koordinator Bimbingan dan Konseling (bersama guru dan pembimbing/konselor
sekolah) adalah pelaksana utama pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Guru (Mata Pelajaran atau Praktik), adalah pelaksana pengajaran dan
praktik/latihan.
e. Wali kelas, adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengurusi pembinaan
dan administrasi (seperti nilai rapor, kenaikan kelas, kehadiran siswa) satu kelas
tertentu.
f. Siswa, adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran, praktik/latihan,
dan bimbingan di SLTP, SMA, dan SMK.
g. Tata Usaha, adalah pembantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan
administrasi dan ketatausahaan.
h. Komite Sekolah, adalah organisasi yang terdiri dari unsur sekolah, orang tua, dan
tokoh masyarakat, yang berperan membantu penyelenggaraan satuan pendidikan
yang bersangkutan.

Sifat hubungan seperti terlihat dalam gambar pola di atas bisa diartikan secara
variatif. Hubungan antara Unsur Kandepdiknas dengan Kepala Sekolah dan Koordinator
BK adalah hubungan administratif. Hubungan antara Koordinator BK dengan Guru dan
Wali kelas adalah hubungan kerjasama sekaligus koordinatif bila ditinjau dari garis
administrasi Kepala Sekolah ke bawah. Sedangkan hubungan Koordinator BK (dan Guru
pembimbing/Konselor Sekolah), Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas dengan siswa adalah
hubungan layanan.

1. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah


Sebagai penanggung jawab keseluruhan program pendidikan di sekolah,
seorang kepala sekolah juga memiliki tugas dan fungsi yang vital dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Tugas dan fungsi itu
meliputi:
a. Mengkoordinir segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan
berlangsung di Sekolah/Madrasah, sehingga pelayanan pengajaran,
latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang
terpadu, harmonis dan dinamis.
b. Menyediakan sarana dan prasarana, tenaga, dan berbagai fasilitas lainnya
untuk kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling
yang efektif dan efisien.
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan
bimbingan dan konseling.
d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling di Sekolah/Madrasah kepada pihak-pihak terkait, terutama
Dinas Pendidikan yang menjadi atasannya.
e. Menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan
kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Madrasah Bidang
Bimbingan dan Konseling.
2. Tugas dan Fungsi Koordinator Bimbingan dan Konseling
Koordinator Bimbingan dan Konseling adalah salah satu konselor
diantaranya, berperan sebagai pembantu kepala Sekolah/Madrasah bidang
pelayanan bimbingan dan konseling yang bertugas:
a. Mengkoordinasikan para konselor dalam menjalankan programnya.
b. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada segenap
warga Sekolah/Madrasah (peserta didik, guru, dan personil
Sekolah/Madrasah lainnya), orang tua peserta didik, dan masyarakat.
c. Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling (program
pelayanan dan kegiatan pendukung, program mingguan, bulanan,
semesteran, dan tahunan)
d. Melaksanakan program bimbingan dan konseling
e. Mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling
f. Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling
g. Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling
h. Memberikan tindak lanjut terhadap analisis hasil penilaian bimbingan dan
konseling
i. Mengusulkan kepada Kepala Sekolah/Madrasah dan mengusahakan bagi
terpenuhinya tenaga, prasana dan sarana, alat dan perlengkapan pelayanan
bimbingan dan konseling.
j. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada Kepala Sekolah/ Madrasah.
k. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh Pengawas
Sekolah/Madrasah Bidang Bimbingan dan Konseling.
3. Tugas Guru Bimbingan Konseling/ Konselor
Guru BK/Konselor adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi strata satu
(S1) program studi Bimbingan dan Konseling dan menyelesaikan Pendidikan
Profesi Konselor (PPK)., Guru BK/Konselor sebagai pelaksana utama, tenaga inti
dan ahli atau tenaga profesional, bertugas:
a. Melakukan studi kelayakan dan needs assessment pelayanan bimbingan
dan konseling.
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling untuk satuan-satuan
waktu tertentu. Program-program tersebut dikemas dalam program
harian/mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan.
c. Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
e. Menganalisis hasil penilaian pelayanan bimbingan dan konseling.
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling.
g. Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan
dankonseling yang dilaksanakannya.
h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas bimbingan dan konseling
secara menyeluruh kepada Koordinator Bimbingan dan Konseling serta
Kepala Sekolah/Madrasah.
i. Mempersiapkan diri, menerima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
kepengawasan oleh Pengawas Sekolah/Madrasah Bidang Bimbingan dan
Konseling.
j. Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak
dalam pelayanan terkait dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling.
k. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada konselor.
4. Tugas dan Fungsi Guru Mata Pelajaran
Sebagai pengampu mata pelajaran dan/atau praktikum, guru dalam
pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peran sebagai berikut: a. Membantu
konselor mengidentifikasi peserta didik-peserta didik yang memerlukan
pelayanan bimbingan dan konseling, serta membantu pengumpulan data tentang
peserta didik.
a. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada konselor.
b. Menerima peserta didik alih tangan dari konselor, yaitu peserta didik yang
menurut konselor memerlukan pelayanan pengajaran/latihan khusus
(seperti pengajaran/latihan perbaikan, program pengayaan).
c. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peserta didik yang
memerlukan pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
d. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah peserta didik,
seperti konferensi kasus.
e. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.
5. Tugas dan Fungsi Wali Kelas
Sebagai pembina kelas, dalam pelayanan bimbingan dan konseling Wali
Kelas berperan :
a. Melaksanakan peranannya sebagai penasihat kepada peserta didik
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
mengikuti/menjalani pelayanan dan/atau kegiatan bimbingan dan
konseling.
c. Berpartisipasi aktif dalam konferensi kasus.
d. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada konselor.
6. Staf Administrasi Staf administrasi memiliki peranan yang penting dalam
memperlancar pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Mereka
diharapkan membantu menyediakan format-format yang diperlukan dan
membantu para konselor dalam memelihara data dan serta sarana dan fasilitas
bimbingan dan konseling yang ada.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah merupakan upaya dengan


berbagai cara yang digunakan untuk mendayagunakan secara optimal dan efektif, semua
komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana dan prasarana) dan sistem informasi
yang meliputi himpunan data bimbingan dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling untuk mencapai tujuan. Manajemen bimbingan dan konseling yang baik
haruslah diwadahi oleh sebuah organisasi bimbingan dan konseling yang baik pula.
Organisasi bimbingan dan konseling diperlukan untuk tujuan pembagian tugas dan
wewenang setiap personil baik di tingkat birokrasi di atas sekolah maupun di dalam
sekolah itu sendiri. Di samping itu, dengan adanya organisasi yang tugas dan dan baik,
strukturnya akan menghindarkan dari tumpang tindih tugas dan fungsi setiap personal,
dengan demikian jelas garis komando dan koordinasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewa Ketut Sukardi. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakart: Dirijen Dikti Depdikbud.

Shetzer, Bruce dan Stone, Shelly. 1981. Fundamental of Guidance. Boston: Haoughton Mifflin
Company.

Thantawy R. 1998. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pamator Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai