Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING

“Manajemen dan Pola Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah”


Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu :

Ria Novianti

Disusun Oleh Kelompok 10 :

Julisa Fajriyanda 1905124262

Rafifah Ath Thahri 1905112257

Selmi Tri Nadia 1905112328

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan mengucap puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberi rahmat
serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa
pula mengucapkan shalawat beserta salam atas kehadiran baginda rasulullah yaitu nabi
Muhammad. S.A.W.

Dan rasa terima kasih kami kepada anggota kelompok sepuluh yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini, serta terlebih lagi kepada guru pembimbing ibu Ria Novianti yang
senantiasa membimbing dan memberi saran yang baik kepada kelompok kami sehingga dapat
menyelesaikan Makalah mata kuliah Bimbingan Dan Konseling.

Makalah ini di buat bukan hanya untuk menyelesaikan dan melengkapi tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling tapi juga di harapkan dapat memberi wawasan yang lebih luas guna
meningkatkan pengetahuan yang mendalam bagi para mahasiswa/i dalam bidang Bimbingan dan
Konseling, sehingga kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada dalam bidang menejemen
dan pola organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah .

Akhir kata, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami,
sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, 12 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................2


DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4


1.3 Tujuan .................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................6


2.1 Pengertian Manajemen Konseling .....................................................................................6
2.2 Makna dan tujuan manajemen bimbingan dan konseling .................................................7
2.3 Prinsip-prinsip manajemen bimbingan konseling .............................................................7

2.4 Pola manajemen bimbingan dan konseling .....................................................................12

2.5 Aspek-aspek manajemen bimbingan dan konseling ........................................................13

2.6 Pola Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah ..........................................................15

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................17


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................17
2.4 Saran ................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan BK


benar-benar memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah yang
bersangkutan. Kegiatan ini didukung oleh manajemen pelayanan yang baik pula guna
tercapainya peningkatan mutu manajemen bimbingan dan konseling di sekolah. Pengaturan
pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan. Suatu program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah tidak mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak
dikelolah dalam suatu sistem manajemen yang bermutu.

Manajemen yang bermutu sendiri akan banyak ditentukan oleh kemampuan manajer
pendidikan di sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan
mengendalikan sumber daya yang ada. Pelaksanakan manajemen bimbingan dan konseling harus
dirumuskan secara matang baik dari segi program pelayanan BK, meneliti hal-hal apa sajakah
yang dibutuhkan oleh para siswa, materi-materi yang harus diajarkan untuk membentuk
kematangan siswa, satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan dan konseling, dapat
merumuskan dengan baik tata laksana bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program
yang telah dilaksanakan.

Pelaksanaan manajemen bimbingan konseling harus dirumuskan secara matang baik dari segi
program pelayanan Bimbingan Konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh
para peserta didik, satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan konseling, dapat merumuskan
dengan baik pelaksanaan bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang telah
dilaksanakan dalam bimbingan konseling.

Makalah ini membahas tentang manajemen bimbingan konseling di sekolah. Semoga


makalah ini dapat membantu kita untuk memahami bagaimana manajemen Bimbingan dan
konseling di sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian sistem manajemen bimbingan dan konseling?


2. Apa makna dan tujuan manajemen bimbingan dan konseling?
3. Apa saja prinsip-prinsip manajemen bimbingan konseling?
4. Bagaimana pola manajemen bimbingan dan konseling?
5. Apa saja aspek-aspek manajemen bimbingan dan konseling?
6. Bagaimana pola organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah?

4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem manajemen bimbingan dan konseling
2. Untuk mengetahui makna dan tujuan manajemen bimbingan dan konseling
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip manajemen bimbingan konseling
4. Untuk mengetahui pola manajemen bimbingan dan konseling
5. Untuk mengetahui aspek-aspek manajemen bimbingan dan konseling
6. Untuk mengetahui pola organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Konseling

Manajemen berasal dari bahasa inggris “manajemen” dengan kata kerja “to manage”
yang artinya mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol. Manajemen adalah ilmu
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-
sumber lainnya dalam suatu organisasi yang mencapai tujuan tertentu.

Pengertian manajemen menurut beberapa ahli, diantaranya : Terry menyatakan


manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai yang ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Darft menyatakan bahwa manajemen adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara
efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
sumber daya organisasi.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
mempunyai beberapa esensi yaitu :

1. Manajemen sebagai suatu proses kegiatan,


2. Manajemen untuk mencapai tujuan,
3. Manajemen memanfaatkan sumber daya (manusia, lingkungan, fasilitas, sarana,
prasarana ,dll).

Sugiyo menyatakan manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang diawali
dari perencanaan kegiatan bimbingan dan konseling, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur
pendukung bimbingan dan konseling, menggerakkan sumber daya manusia untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan dan konseling, memotivasi sumber daya manusia agar kegiatan bimbingan
dan konseling mencapai tujuan.

Gibson menyatakan bahwa manajemen bimbingan dan konseling adalah aktivitas-


aktivitas yang memfasilitasi dan melengkapi fungsi-fungsi keseharian staf.

Konseling meliputi aktivitas administrative seperti pelaporan dan perekaman,


perencanaan dan control anggaran, manajemen fasilitas dan pengaturan sumber daya. Dari
pendapat di atas maka dapat disimpulkan manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan
manajemen yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan konseling
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi untuk mencapai tujuan

6
bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan berbagai sumber daya
yang ada.

2.2 Makna dan tujuan manajemen bimbingan dan konseling

Makna dari manajemen bimbingan dan konseling adalah suatu proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada individu melalui pertemuan
tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya agar individu memiliki kemampuan atau
kecakapan melihat dan menemukan masalah-masalahnya serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri. Atau bisa juga pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari
pembimbing (konselor) kepada individu melalui pertenmuan tatap muka atau hubungan timbal
balik antara keduanya untuk mengungkap masalah individu sehingga individu mampu melihat
masalahnya sendiri.

Tujuan utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memberikan


dukungan pada pencapaian kematangan kepribadian, ketrampilan sosial, kemampuan akademik,
dan bermuara pada terbentuknya kematangan karir individual yang diharapkan dapat bermanfaat
di masa yang akan datang.

Dalam kontek bimbingan dan konseling (BK) manajemen dapat berarti proses
perencanaan, pengorgaisasian, pengarahan dan pengawasan aktifitas-aktifitas yang berlangsung
dalam bimbingan dan konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Manajemen BK mengupayakan agar tercapainya efektivitas dan efisiensi
serta tercapainya tujuan.

Oleh karena itu, manajemen diperlukan dalam bimbingan dan konseling dengan tiga
alasan, yaitu :

a. Untuk mencapai tujuan,


b. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan (jika ada)
c. Untuk mencapai efektivitas dan efisien

Tujuan manajemen bimbingan dan konseling dalam aspek akademik (belajar) antara lain :

a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar positif,


b. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat,
c. Memiliki ketrampilan belajar yang efektif,
d. Memiliki ketrampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

2.3 Prinsip-prinsip manajemen bimbingan konseling

Agar dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah berjalan efektif
dan efisien diperlukan prinsip manajemen sebagai berikut:

7
a. Perencanaan

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan
menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien mungkin.
Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan.

Ketiga kegiatan itu adalah

1) perumusan tujuan adalah yang ingin dicapai,


2) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu,
3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.
Perencanaan merupakan kegiatan mengarahkan atau menggunakan sumber-sumber yang
terbatas secara berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan perencanaan ini diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil mungkin dalam
penggunaan.

Hubungannya dengan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah,


maka ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan yaitu:

a) Analisis kebutuhan dan permasalahan peserta didik.


b) Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai.
c) Analisis situasi dan kondisi di sekolah.
d) Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan.
e) Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan.
f) Penetapan personil personil yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah
ditetapkan.
g) Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan kegiatan bimbingan yang
direncanakan.
h) Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha apa yang akan
dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan.
Yang juga harus diperhatikan dalam merencanakan program bimbingan dan konseling
adalah faktor waktu, dalam perencanaan program bimbingan dan konseling, guru pembimbing
harus dapat mengatur waktu untuk menyusun, melaksanakan, menilai, menganalisis, dan
menindaklanjuti program kegiatan bimbingan dan konseling dengan memperhatikan :

a) semua jenis program bimbingan dan konseling (tahunan, semester, bulanan, mingguan,
dan harian).
b) kontak langsung dengan siswa yang dilayani.
c) kegiatan bimbingan dan konseling tidak merugikan waktu belajar disekolah.
d) kegiatan bimbingan dan konseling di luar jam sekolah seperti home visit dan lain-lain.

8
Di samping itu, guru pembimbing dalam merencanakan program bimbingan dan
konseling harus mampu membuat jadwal kegiatan bimbingan dan konseling di dalam dan di luar
jam belajar sekolah, dan sekolah agar mengusahakan ada waktu tertentu di dalam jam pelajaran
sekolah untuk kegiatan bimbingan. Dengan adanya perencanaan yang tersusun dengan baik
diharapkan program yang akan dilaksanakan menjadi sistematis.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang


efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien, dan memperoleh
kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu
guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Pengorganisasian dalam bimbingan dan konseling terdiri dari dua kegiatan yaitu
mengelompokkan macam-macam pekerjaan atau pelayanan (grouping of the work) dan
menetapkan hubungan antar organ, pekerjaan, individu yang terlibat dalam organisasi.

Secara umum organisasi bimbingan dan konseling di sekolah terdiri dari lima unsur,
kelima unsur tersebut menurut Hadari Nawawi adalah sebagai berikut :

1) Kepala sekolah

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan, meliputi kegiatan


pengajaran, pelatihan dan bimbingan di sekolah, kepala sekolah juga menetapkan kebijakan
bimbingan dan konseling disamping kebijakan yang lain, termasuk di dalamnya memberikan
fasilitas penunjang program dan mengawasi pelaksanaannya.

2) Koordinator bimbingan dan konseling

Tugas koordinator bimbingan dan konseling adalah menyusun perencanaan kegiatan


bimbingan dan konseling, bertanggung jawab terhadap terselenggaranya program bimbingan
dan konseling, mengkoordinasikan dan meneliti laporan kegiatan kepada kepala sekolah,
menganalisa dan menafsirkan data peserta didik yang diperlukan konselor dalam
merencanakan langkah-langkah dalam membantu peserta didik, dan membantu guru agar
mampu menyusun kegiatan belajar yang efektif bagi peserta didik.

3) Guru pembimbing

Adapun tugas guru pembimbing adalah : memasyarakatkan kegiatan bimbingan,


merencanakan program bimbingan, pelaksanaan persiapan kegiatan bimbingan, melaksanakan
layanan bimbingan terhadap sejumlah siswa yang menjadi tanggung jawabnya, melaksanakan
kegiatan penunjang bimbingan, menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan,
menganalisis hasil penilaian, melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian,

9
mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling, mempertanggungjawabkan tugas
dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing.

4) Guru mata pelajaran

Tugas guru adalah membantu secara aktif penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling, memberikan informasi tentang peserta didik mengenai bidangnya, mengusahakan
pelayanan instruksional, yang memberikan pengalaman sesuai dengan keperluan program
bimbingan dan konseling, berpartisipasi dalam pertemuan kasus, memberikan informasi
kepada peserta didik, meneliti kemajuan dan kecerdasan peserta didik dan
menginformasikannya kepada konselor, mengadakan konsultasi dengan pihak lain, ikut
membantu program konselor.

5) Staf administrasi

Tugas staf administrasi adalah membantu guru pembimbing (konselor) dan koordinator BK
dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling, membantu guru
pembimbing dalam menyiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling, membantu guru
pembimbing dalam menyiapkan sarana yang diperlukna dalam layanan bimbingan dan
konselor.

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah perwujudan dalam tindakan dari rencana yang telah digariskan guna
mencapai tujuan atau target organisasi yang telah digariskan. Telah dijelaskan bahwa sebaik
apapun rencana akan tetapi jika tidak diimplementasikan maka tidak akan ada gunanya. Di dalam
melaksanakan suatu rencana maka manajer harus membuat penjadwalan aktivitas. Penjadwalan
aktivitas mengacu kepada serangkaian dan waktu yang diperlukan dari aktivitas kerja sehingga
proses transformasi dapat disempurnakan seefektif dn seefisien mungkin.

Tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program, melaksanakan program


bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak
lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Unsur-unsur utama yang terdapat di dalam tugas pokok guru pembimbing meliputi : bidang-
bidang bimbingan, jenis layanan bimbingan dan konseling, jenis-jenis kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling, tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling, jumlah
peserta didik yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing untuk memperoleh layanan.

d. Pengawasan

Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa
rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pengawasan mencakup
kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana.

10
Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan
diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik.

Pengawasan atau juga biasa disebut dengan monitoring adalah kegiatan yang dilakukan
untuk memantau proses dan perkembangan pelaksanaan program. Monitoring dilakukan untuk
tujuan supervise yaitu untuk mengetahui apakah sebuah program berjalan sebagaimana yang
direncanakan, apa hambatan yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
Dengan kata lain monitoring menekankan pada proses pada pemantauan pelaksanaan dan hasil
monitoring digunakan sebagai umpan balik untuk penyempurnaan pelaksanaan program yang
sedang dilaksanakan.

Pengawasan penting dilaksanakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling, supaya


tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pelayanan tersebut dan hasilnya
dapat diukur. Pengawasan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan kepala sekolah atau kepala
madrasah. Implementasi pengawasan ini dilaksanakan kepala sekolah/kepala madrasah terhadap
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK dan atau pihak
terkait seperti guru, wali kelas, guru mata pelajaran, kerja sama guru BK dengan orang tua dan
tenaga ahli lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan pengawasan bimbingan
dan konseling di sekolah adalah kegiatan pengawas sekolah yang menyelenggarakan
pengawasan tugas pokok mengadakan penilaian dan pembinaan melalui arahan, contoh dan saran
kepada guru pembimbing dan tenaga lain dalam bimbingan dan konseling.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan


menginterpretasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program dengan
kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan keputusan. Evaluasi menekankan pada hasil (out
put). Konsekuensinya, evaluasi baru dapat dilakukan jika suatu program sudah berjalan satu
periode, sesuai dengan tahapan sasaran yang dirancang.

Evaluasi juga bisa dikatakan aktifitas untuk meneliti dan mengetahui sampai dimana
pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai
dengan rencana atau program yang telah ditetapkan.

Dalam melakukan proses evaluasi adalah dengan melakukan penelaahan kebutuhan


membantu kita untuk mengetahui apa yang seharusnya kita kerjakan untuk menutup
kesenjangan, yakni pada awal kegiatan, yang menjadi dasar untuk menyusun program,
sedangkan evaluasi membantu kita untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan pada saat
program sedang berlangsung. Evaluasi membantu untuk membuat sesuatu lebih baik karena
berkat hasil-hasil evaluasilah dapat diambil tindakan tertentu.

Dalam pelaksanaan evaluasi ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu : penentuan
fokus dan tujuan evaluasi, pengembangan komponen dan indikator, rancangan pengumpulan data

11
dan pengembangan instrumen, penyusunan rencana kerja. Fungsi evaluasi bimbingan dan
konseling yaitu memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing untuk
memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling; memberikan informasi
kepada pihak pimpinan sekolah; guru mata pelajaran; dan orang tua peserta didik tentang
perkembangan sikap dan perilaku; atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan peserta
didik; agar secara bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program
bimbingan dan konseling di sekolah.

Aspek kegiatan evaluasi program kegiatan bimbingan dan konseling ada dua macam
yaitu evaluasi proses (formatif) dan dapat berupa evaluasi hasil (sumatif). Penilaian proses
dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektifan pelayanan bimbingan dilihat
dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan
pelayanan bimbingan dilihat dari hasilnya.

Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:

1) kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;


2) keterlaksanaan program;
3) hambatan-hambatan yang dijumpai;
4) dampak pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
5) respon peserta didik, personil sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat terhadap
pelayanan bimbingan;
6) perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan pelayanan bimbingan,
pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar dan keberhasilan peserta didik
setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di
masyarakat.
Pelaksanaan evaluasi program ditempuh melalui langkah-langkah berikut : merumuskan
masalah atau mengembangkan atau menyusun nstrumen pengumpul data, mengumpulkan dan
menganalisis data, melakukan tindak lanjut (follow up).

2.4 Pola manajemen bimbingan dan konseling

Pola manajemen bimbingan dan konseling adalah kerangka hubungan struktural antara
berbagai bidang atau sebagai kedudukan dalam pelaksanaan disekolah dan madrasah kerangka
hubungan tersebut digambar dalam suatu struktur organisasi.

Sesuai dengan pola yang dianut oleh masing-masing sekolah, maka pola manajemen BK
ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Pola professional
Yang dimaksud pola professional disini adalah guru pembimbing di sekolah yang
bersangkutan direkrut dari alumni BK baik strata satu (S1), strata dua (S2) dan strata tiga (S3).

12
Contoh pola manajemen BK yang professional: Pola manajemen atau struktur organisasi
pelayanan BK diatas, ditunjuk koordinator manajemen BK dan Koordinator menetapkan tenaga-
tenaga bimbingan konseling (staf BK) yang lain dan tenaga penunjang. Koordinator bertanggung
jawab atas pelayanan bimbingan dan konseling disekolah yang bersangkutan.

2. Pola non professional


Pola non professional adalah guru pembimbing direkrut bukan dari alumni BK. Pola non
professional biasanya menetapkan kepala sekolah, guru mata pelajaran tertentu atau wali kelas
sebagai petugs bimbingan.

Contoh pola manajemen BK non-professional; pada pola manajemen atau struktur organisasi
BK diatas, kepala sekolah tidak bertugas sebagai pembimbing utama, namun pola diatas juga
menunjukkan bahwa sekolah yang bersangkutan belum atau tidak memiliki petugas atau tenaga
bimbingan khusus, karena manajemen bimbingan konseling dilaksanakan oleh wakil kepala
Sekolah urusan kesiswaan dan para wali kelas. Dengan pola diatas, wakil kepala sekolah urusan
kesiswaan dan para wali kelas memiliki tugas rangkap.

Penyusunan program bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya tidak mungkin sisa
dilaksanakan sendiri oleh kepala sekolah atau oleh petugas bimbingan sekolah, maka program
tersebut akan melibatkan berbagai pihak yang terkait disekolah (stakeholders) agar dapat
mencapai peningkatan muutu pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah.

2.5 Aspek-aspek manajemen bimbingan dan konseling

1. Perencanaan program bimbingan dan konseling

Untuk tercapainya program perencanaan BK yang efektif dan efisien, maka ada beberapa
hal yang harus dilakukan yaitu :

 Analisis kebutuhan siswa


 Penentuan tujuan BK
 Analisis situasi sekolah
 Penentuan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
 Penetapan metode pelaksanaan kegiatan
 Penetapan personel kegiatan
 Persiapan fasilitas dan biaya kegiatan, dan
 Perkiraan tentang hambatan kegiatan dan antisipasinya.

2. Pelaksanaan dan pengarahan program bimbingan dan konseling sekolah

Sebagai satuan pendidikan perlu merancang program bimbingan dan konseling sebagai
integral dari program sekolah secara keseluruhan. Program inilah yang akan dijadikan acuan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.

13
Terdapat dua jenis program yang perlu dirancang dan diprogramkan yaitu :

a) program tahunan sebagai program sekolah, program tahunan ini dijabarkan menurut
alokasi waktu setiap semester;
b) Program bulanan bahkan program mingguan.

Dalam program itu dicantumkan substansi kegiatan, jenis layanan menurut alokasi
waktu. Program kegiatan layanan bagi setiap guru pembimbing perlu membuat program
berupa satuan layanan (satlan) bahan satuan kegiatan pendukung (satkung) setiap kali
akan melakukan pelayanan kepada siswa berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.

3. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling

Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan upaya menilai


efisiensi dan efektifitas manajemen bimbingan dan konseling di sekolah pada khususnya dan
program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh staf bimbingan dan konseling pada
umumnya.

Tujuan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling secara umum, yaitu :

1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling,
2. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas strategi pelaksanaan program dalam
kurun waktu tertentu.

Tujuan bimbingan dan konseling secara khusus, antara lain :

1. Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan programyang telah dicapai,


2. Memperoleh informasi tentang tingkat efektivitas dan efisiensi layanan bimbingan
dan konseling yang ada,
3. Mengetahui jenis layanan yang sudah ataupun belum dilaksanakan dan jenis layanan
yang memerlukan perbaikan atau pengembangan,
4. Mengetahui tingkat partisi[asi staf atau personel sekolah dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan program,
5. Mengetahui seberapa besar kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap
ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah,
6. Memperoleh informasi yang cermat dan memadai untuk kepentingan perencanaan
langkah-langkah pengembangan program,
7. Membantu mengembangkan kurikulum sekolah yang disesuiakan dengan kebutuhan
peserta didik

4. Supervisi kegiatan Bimbingan dan Konseling

14
Manfaat pokok dari supervisi ini adalah untuk mengendalikan personel pelaksana
bimbingan dan konseling, memantau kemungkinan adanya kendala yang muncul dan
dihadapi oleh personil dalam pelaksanaan tugasnya, mencari jalan keluar terhadap hambatan
dan permasalahan delam pelaksanaan program agar tercapainya pelaksanaan yang lancar
kearah pencapaian tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.

2.6 Pola Organisasi Bimbingan Konseling di Sekolah

Dalam sebuah organisasi bimbingan dan konseling, terdapat-beberapa pola organisasi


bimbingan. Bentuk atau pola organisasi bimbingan dan konseling dikembangkan sesuai dengan
situasi dan kondisi sekolah dan besar kecilnya isi program. Ada beberapa kemungkinan pola
organisasi bimbingan dan konseling yang dapat diikuti.

Untuk penerapan di sekolah dasar dapat dipilih tiga pola organisasi, yaitu:

a. Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan guru kelas sebagai
tenaga pembimbing.
Dalam pola organisasi ini guru kelas berperan langsung menjadi pembimbing bagi
murid-murid di kelasnya. Dengan menerapkan pola ini setiap guru kelas berkewajiban
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap murid-muridnya.

b. Pola organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan seorang konselor untuk
beberapa sekolah terdekat.
Pola ini dapat diterapkan dila kondisi sekolah telah memungkinkan penempatan
tenaga khusus (konselor) untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam hal ini seorang konselor bertugas untuk melaksanakan kegiatan bimbingan pada
beberapa sekolah terdekat, atau secaha khusus bertugas pada setiap sekolah sekaligus,
struktur organisasi bimbingan dan konseling menggunakan pola ini.

c. Pola organisasi bimbingan dan konseling yang memakai seorang konselor untuk setiap
sekolah.
Bila pada setiap sekolah telas dapat ditempatkan tenaga khusus (konselor).Dalam
hal ini , kepala sekolah merupakan penanggung jawab tertinggi dalam melaksanakan
bimbingan dan konseling di sekolahnya.

Pola organisasi bimbingan dan konseling yang disarankan

 Kepala sekolah : adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling
di sekolah
 Guru pembimbing : adalah pelaksana utama yang mengkoordinir semua koordinator
bimbingan dan konseling kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah

15
 Guru mata pelajaran : guru mata pelajaran dan pelatih adalah pelaksana pengajaran dan
pelatihan serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang siswa untuk
kepentingan bimbingan dan konseling.
 Siswa : adalah peserta didik yang berhak menerima pengajaran, latihan, dan pelayanan
bimbingan dan konseling.
 Tata usaha : adalah pembantu kepala sekolah dalam penyelenggaraan administrasi,
ketatausahaan sekolah dan pelaksanaan administrasi bimbingan dan konseling.
 BP3 : badan pembantu penyelenggaraan pendidikan adalah organisasi orang tua siswa
yang berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan termasuk pelaksanaan
bimbingan dan konseling.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan manajemen yang dilakukan oleh
konselor untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan konseling mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling
yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Tujuan utama
layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memberikan dukungan pada pencapaian
kematangan kepribadian, ketrampilan sosial, kemampuan akademik, dan bermuara pada
terbentuknya kematangan karir individual yang diharapkan dapat bermanfaat di masa yang akan
datang.

Dalam konteks Bimbingan Konseling perlunya ada beberapa prinsip yaitu, perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Serta adanya pola Bimbingan
Konseling seperti pola professional dan pola non profesinal. Aspek yang mendukung dalam
kelancaran manajemen bimbingan dan konseling diantaranya ; perencanaan program bimbingan
dan konseling, evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, dan supervisi kegiatan
bimbingan dan konseling.

Untuk penerapan di sekolah dasar dapat dipilih tiga pola organisasi, yaitu: Pola organisasi
bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga pembimbing, Pola
organisasi bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan seorang konselor untuk beberapa
sekolah terdekat, serta Pola organisasi bimbingan dan konseling yang memakai seorang konselor
untuk setiap sekolah.

3.2 Saran
Saran bagi sekolah hendaknya dapat memiliki manajemen bimbingan dan konseling guna
untuk memberikan pengarahan, bimbingan, pengawasan, dan pengelolaan sumber daya manusia
yaitu peserta didik agar sesuai dengan tujuannya, yaitu menjadikan sumber daya yang
bermanfaat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gibson, Robert L dan Marianne. 2010. Bimbingan dan konseling. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hidayat

http://www.scribd.com/doc/34987024/Manajemen pelayanan bimbingan dan konseling di


sekolah Sabtu, 2 Juni 2018 jam 05.40

Robert L Gibson dan Marianne H. Mitchell, 2011. Bimbingan dan konseling. Yogyakarta:
pustakapelajar 2011

http://bkpemula.wordpress.com/2012/01/27/lisensi-sertifikasi-dan-akreditasi-organisasi-
profesional-konseling-di-amerika-aca/

Heru, Mugiarso. 2006. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Sugiyo. 2010. Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah. Semarang : Widya karya.

18

Anda mungkin juga menyukai