Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Program Bimbingan dan Konseling


Program merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari beberapa harapan atau tujuan
yang saling bergantung dan saling terkait, untuk mencapai suatu sasaran yang sama. Biasanya suatu
program mencakup seluruh kegiatan yang berada di bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-
sasaran yang saling bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus dilaksanakan secara
bersamaan atau berurutan.
Sedangkan pengertian program dalam Bimbingan dan Konseling adalah suatu pelayanan
bimbingan di Sekolah/Madrasah merupakan usaha mambantu peserta didik dalam pengembangan
sesuai kebutuhan dan perkembangan peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga
mambantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Tohorin
(2007:259) mengemukakan bahwa “Program bimbingan dan konseling merupakan suatu rancangan
atau rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.” Rancangan atau
terancang kegiatan tersebut disusun secara sistematis, terorganisasi, dan terkoordinasi dalam jangka
waktu tertentu.
Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling, guru bimbingan konseling harus
berpanduan pada program bimbingan konseling yang telah disusun. Program bimbingan dan konseling
merupakan serangkaian kegiatan yang diselenggarakan sebagai pedoman dalam memberikan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam periode tertentu. Menurut Giyono (2010) program bimbingan
dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan
dilaksanakan pada periode tertentu, yakni periode bulanan, semester dan tahunan. Dapat disimpulkan
bahwa program bimbingan dan konseling adalah keseluruhan rencana kegiatan yang disusun dengan
memperhatikan kebutuhan peserta didik yang dilaksanakan pada periode tertentu. Dalam hal ini
periode tertentu yakni periode harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan periode tahunan.
Pelaksanaan program bimbingan konseling yang sesuai dengan periode-periode tersebut akan
membuat pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan konseling berkesinambungan

B. Komponen dalam Program Tahunan dan Semester Bimbingan dan Konseling


1. Program Tahunan
Program Tahunan merupakan program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah, berisi tentang garis-
garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan dikembangkan oleh guru yang
bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun
pelajaran dimulai, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-progran berikutnya,
yakni program semester, mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan sistem penilaian.
2. Program Semesteran
Semester adalah satuan waktu yang digunakan untuk penyelenggaraan program pendidikan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam semester itu ialah kegiatan tatap muka, pratikum, keraja
lapangan, mid semester, ujian semester dan berbagai kegiatan lainya yang diberi penilaian
keberhasilan. Satu semester terdiri dari 19 minggu kerja termasuk penyelenggaraan tatap muka,
mid semester dan ujian semester. Dalam program pendidikan semester dipakai satuan waktu
terkecil, yaitu satuan semester untuk menyatakan lamanya satu program pendidikan.Masing-
masing program semester sifatnya lengkap dan merupakan satu kebulatan dan berdiri sendiri.
Program semester adalah program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang
hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester merupakan
program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester
yang merupakan jabaran program tahunan.

3. Jenis-Jenis Komponen dalam Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Dalam buku penataan pendidikan Profesional konselor dan Layanan BK dalam Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas 2007) dijelaskan bahwa program BK mengandung
empat komponen pelayanan, yaitu 1) pelayanan dasar bimbingan; 2) pelayanan perencanaan
individual; 3) pelayanan resfonsif; dan 4) dukungan sisitem. Adapun pengertian tiap-tiap
komponen pelayanan tersebut sebagai berikut:
a. Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli
melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai
dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil
keputusan dalam menjalani kehidupannya.
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar
hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang di kembangkan
menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
b. Pelayanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan pemberi bantuan kepada konseli yang menghadapi
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak
segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangan. Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat memenuhi
kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang
mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan
pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah
atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dalam
masalah sosial pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.
Fokus pelayanan respontif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli.
Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal
karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Masalah lainnya adalah
yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau
menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal
dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli pada umumnya tidak diketahui
secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan cara asesmen dan
analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori
tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi, daftar hadir konseli,
leger, psikotes, dan daftar masalah konseli atau alat ungkap masalah (AUM).
c. Perancangan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan
peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Perencanaan individual bertujuan
untuk membantu konseli agar: 1) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, 2)
mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan 3) dapat melakukan
kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya. Fokus
pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik,
karir, dan sosial pribadi. Melalui pelayanan perencanaan individual, konseli diharapkan dapat:

1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan


mengembangkan kemampuan sosial pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan
dirinya, informasi tentang sekolah/madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.
3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4) Mengambil keputusan yang mereflesikan perencanaan dirinya.

d. Dukungan sistem
Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli
secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan
pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
konseli. Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar
penyelenggaraan pelayanan di atas. Sedangkan bagi personil pendidikan lainnya adalah untuk
memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem meliputi
aspek-aspek:

1) Pengembangan Jejaring (networking)


Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi: (a)
konsultasi dengan guru-guru; (b) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang
tua atau masyarakat; (c) berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan sekolah; (d) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam
rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan konseli; (e)
melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan
dan konseling; dan (f) melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait
dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
2) Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui
kegiatan-kegiatan: (a) pengembangan program, (b) pengembangan staff; (c)
pemanfaatan sumber daya; dan (d) pengembangan penataan kebijakan.
3) Pengembangan Profesionalitas
Konselor secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan pengetahuan
dan keterampilannya melalui: (1) inservice training; (2) aktif dalam organisasi profesi; (3)
aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar, workshop, atau (3) melanjutkan
studi ke program yang lebih tinggi (pascasarjana).[7]
4) Pemberian konsultasi dan berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua,
staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah untuk memperoleh informasi, dan
umpan balik tentang pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada para konseli,
menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan
referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain
strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-
unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan upaya peningkatan mutu layanan
bimbingan dan konseling. Pihak-pihak terkait, seperti: (1) instansi pemerintah, (2)
instansi swasta, (3) organisasi profesi seperti ABKIN, (4) para ahli dalam bidang tertentu
yang terkait seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua konseli, (5) MGP, dan (6)
Depnaker.
5) Manajemen Program
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen)
yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.
6) Riset dan Pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktivitas konselor yang
berhubungan dengan pengembangan profesional secara berkelanjutan, meliputi: (a)
merancang, melaksanakan dan memanfaatkan penelitian dalam bimbingan dan
konseling untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, sebagai
sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses
pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan unjuk kerja profesional
konselor; (2) merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pengembangan diri
konselor profesional sesuai dengan standar kompetensi konselor; (3) mengembangkan
kesadaran komitmen terhadap etika profesional; dan (4) berperan aktif di dalam
organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.
Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-
teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil, 1994). Sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama.
Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang
dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback,1980).
Berdasarkan batasan tersebut pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai
layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama
dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya.
Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan atau
akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa diskriminasi.

4. Prosedur Penyusunan Program Tahunan dan Semesteran BK


Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak akan berjalan efisien sesuai kebutuhan
keadaan siswa jika dalam pelaksanaannya tanpa suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang
bermutu, artinya dilakukan secara sistematis jelas dan terarah. Penyusunan program bimbingan
dan konseling sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan layanan
bimbingan di sekolah. Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati mengemukakan bahwa:
“Penyusunan program bimbingan dan konseling disekolah hendaknya berdasarkan masalah-
masalah yang dihadapi oleh siswa serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam mereka mencapai
tujuan pendidikan yaitu kedewasaan siswa itu sendiri”. Berdasarkan hal tesebut di atas, maka
perlulah disusun program bimbingan di sekolah agar usaha layanan bimbingan di sekolah betul
berdaya guna dan berhasil guna serta tepat sasaran.
Berkenaan dengan perencanaan program bimbingan dan konseling, perlu dilakukan dan
dipersiapkan hal sebagai berikut:
a. Studi Kelayakan.
Studi kelayakan merupakan refleksi tentang alasan-alasan mengapa diperlukan suatu
program bimbingan dan konseling Studi kelayakan juga perlu dilakukan untuk melihat program
mana yang lebih layak untuk dilaksanakan dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.
b. Penyediaan Sarana Fisik dan Teknik.
Program bimbingan dan konseling perlu didukung oleh sarana fisik dan teknis.
Sarana fisik adalah semua peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam rangka
penyusunan program bimbingan dan konseling seperti: ruangan kerja tenaga bimbingan
beserta peralatannya seperti: almari data, perpustakaan bimbingan dan konseling, ruang
konsultasi, peralatan administrasi dan lain-lain. Sarana teknis seperti: alat-alat atau instrument
yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan seperti tes baku, daftar check list,
angket, format, daftar penilaian, kartu pribadi dan lain sebagainya.
c. Penentuan Sarana Personil dan Pembagian Tugas
Selain sarana fisik dan teknis, penyusunan rencana program bimbingan dan
konseling juga membutuhkan sarana personil. Sarana personil dalam penyusunan rencana
program bimbingan dan konseling adalah orang-orang yang bisa dilibatkan dalam penyusunan
program bimbingan dan konseling dan pembagian tugas masing-masing.
d. Kegiatan-kegiatan Penunjang
Dalam penyusunan rencana program bimbingan dan konseling diperlukan kegiatan-
kegiatan pendukung terutama pertemuan komponen-komponen yang terlibat didalam rencana
program pelayanan bimbingan dan konseling.

Dalam merencanakan suatu program, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Proses Pembuatan Program
Dalam proses pembuatan program dapat kita kemukakan sebagai berikut :
1) Berdasarkan atas fakta yang objektif, rasional dan pertimbangan-pertimbangan terhadap
perkembangan kegiatan.
2) Sasaran yang ingin dicapai harus jelas.
3) 5W + H : What (Apa), Why (Kenapa), Who (Siapa), Where (Dimana), When (Kapan) dan
How (Bagaimana).
4) Harus dipertimbangkan kebijaksanaan organisasi.
5) Antara satu kegiatan dengan kegiatan yang saling mengisi dan berkaitan.
6) Tidak kaku dalam batas-batas tertentu sesuai dengan perkembangan.
7) Mudah dipahami dan penafsiran harus sama oleh pelaksana kegiatan

Penyusunan program bimbingan dan konseling umumnya mengikuti empat langkah


pokok, yaitu identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan dan
penilaian kegiatan. Keempat langkah di atas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan.
Pertama, identinfikasi kebutuhan. Program yang baik adalah program yang sesuai (match)
kebutuhan konseli seperti: Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self actualization
needs) seperti pengembangan potensi diri. Kebutuhan harga diri (esteem needs) seperti status
atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi, kehormatan diri dan penghargaan.
Kebutuhan social (social needs) seperti cinta, persahabatan, perasaan memiliki, kekeluargaan
dan asosiasi. Kebutuhan keamanan dan rasa aman (safety and security needs) seperti
perlindungan dan stabilitas. Kebutuhan fisiolgis (physiological needs) seperti makan, minum,
perumahan, seks dan istirahat, Semua kebutuhan di atas perlu di analisis untuk ditetapkan
kebutuhan mana yang akan diprioritaskan untuk diberikan pelayanan bimbingan konseling.
Kedua, penyusunan rencana kegiatan. Rencana kegiatan bimbingan disusun atas dasar
jenis-jenis dan prioritas kebutuhan konseli. Selain itu, rencana kegiatan bimbingan juga harus
disesuaikan dan diintegrasikan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta disusun
secara spesifik dan realistis.
Ketiga, pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana
program bimbingan yang telah disusun. Dalam kaitannya, buat format monitoring dan
kembangkan dalam rangka pencatatan proses kegiatan (proses bimbingan).
Keempat, penilaian kegiatan. Penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan bimbingan
dan konseling yang telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan pada setiap tahap kegiatan dalam
keseluruhan program. Hasil penilaian merupakan gambaran tentang proses seluruh hsil yang
dicapai disertai dengan rekomendasi tentang kegiatan berikutnya (follow up).
Penyusunan program bimbingan dapat dikerjakan oleh tenaga ahli bimbingan atau
konselor dan melibatkan tenaga bimbingan yang lain. Penyusunan program bimbingan harus
merujuk kepada kebutuhan konseli. Dalam menyusun rencana program bimbingan dan
konseling, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pola dasar yang mana yang sebaiknya dipegang dan strategi mana yang paling tepat
untuk diterapkan
2) Bidang-bidang atau jenis layanan mana yang sesuai untuk melayani kebutuhan konseling.
3) Pengaturan pelayanan konsultasi
4) Cara mengevaluasi program
5) Penetapan alih kasus atau tindak lanjut.
b. Identifikasi Program
Dari sekian banyak bidang atau seksi dalam perencanaan program harus diidentifikasi
menurut:
1) Bidang kegiatan
2) Jenis kegiatan
3) Sub.jenis kegiatan
4) Bentuk kegiatan
Contoh :
Bidang kegiatan : Pendidikan dan Penalaran
Jenis kegiatan : Pendidikan
Bentuk kegiatan : Diklat, dll
Jenis kegiatan : Penalaran
Bentuk kegiatan : Seminar, Lokakarya, Dll
c. Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Rencana Program
Dalam merencanakan suatu rencana program beberapa langkah yang harus kita
perhatikan, yaitu :
1) Sasaran yang ingin dicapai harus diketahui dan ditetapkan.
2) Kumpulkan data atau informasi yang diperlukan.
3) Analisa data dan informasi terhadap sasaran atau permasalahan yang terjadi.
4) Identifikasi faktor-faktor apa saja yang akan menjadi penghambat dan penunjang.
5) Buat alternatif rencana program, dari masing-masing alternatif tersebut tetapkan yang
terbaik.
6) Rencana program harus terperinci, yaitu terdiri dari waktu, pendanaan, pelaksanaan dan
lain-lain.
d. Penjadwalan Rencana Program
Penjadwalan program merupakan aspek penting dari suatu perencanaan program, karena
dalam suatu penjadwalan tersebut lebih memfokuskan kepada identifikasi terhadap sesuatu
yang harus atau ingin dilakukan, kapan untuk dimulai dan kapan harus selesai. Penjadwalan
ini sangat membantu dalam hal pelaksanaan, monitoring kegiatan, dan evaluasi suatu
program. Dalam penjadwalan suatu rencana program beberapa hal harus kita pedomani :
1) Identifikasi seluruh kegiatan yang direncanakan.
2) Prioritaskan program.
3) Tentukan kegiatan yang telah dirinci.
4) Tentukan lama waktu dan waktu pelaksanaan.
5) Jadwal kegiatan disesuaikan dengan tahun anggaran
6) Evaluasi jadwal yang telah disusun.

Anda mungkin juga menyukai