Anda di halaman 1dari 35

1.

BIMBINGAN PRIBADI

Bimbingan pribadi Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam


hal memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat
rahasia/pribadi sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan
sebagainya.
Merupakan bimbingan yang diberikan pada individu dalam menghadapi
pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang, pengaturan nafsu seksual, dan sebagainya.
Misalnya pada siswa remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang lain
dari pada sebelumnya. Contoh: peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi
sangat gembira, ingin meraih cita-cita tapi tidak mengetahui caranya.
Kemudian seorang mahasiswa yang berhadapan dengan aku-nya yang
ditantang memikul tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi
realitas yang bertentangan dengan dirinya/keinginannya.
Klien, terutama para remaja pada umumnya malu untuk bertanya pada orang
tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila bertanya pada teman
sebaya juga tidak tahu. Bimbingan menekankan bagaimana sikap dalam
menghadapi masalah yang timbul. Bimbingan pribadi diberikan malalui
bimbingan individual maupun kelompok.

Sebelum membahas tujuan bimbingan pribadi-sosial, maka terlebih dahulu akan


dibahas mengenai tujuan bimbingan dan konseling itu sendiri yaitu sebagai berikut :
a) Tujuan bimbingan dan konseling
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa
agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek sosial, belajar, dan
karier. Bimbingan pribadi sosial dimaksud untuk mencapai tujuan dan tugas
perkembangan pribadi sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri , dan
bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan
pribadi pekerja yang produktif.
1) Dalam Aspek Tugas Perkembangan Pribadi – sosial. Dalam aspek tugas
perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan konseling membantu siswa agar:
a. Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan
mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.
b. Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan
orang-orang yang mereka senangi.
c. Membuat pilihan secara sehat.
d. Mampu menghargai orang lain.
e. Memiliki rasa tanggung jawab.
f. Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi.
g. Dapat menyelesaikan konflik.
h. Dapat membuat keputusan secara efektif.

2) Dalam Aspek Tugas Perkembangan Belajar, Dalam aspek tugas perkembangan


belajar, layanan bimbingan konseling membantu siswa agar:
a. Dapat melaksanakan ketrampilan atau tehnik belajar secara
efektif.
b. Dapat menempatkan tujuan dan perencanaan pendidikan.
c. Mampu belajar secara efektif.
d. Memiliki ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi
evaluasi atau ujian.

3) Dalam Aspek Tugas Perkembangan karier, layanan bimbingan dan konseling


,membantu siswa agar:
a. Mampu membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciriciri
pekerjaan di dalam lingkungan kerja.
b. Mampu merencanakan masa depan.
c. Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karir .
d. Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat.
2. BIMBINGAN SOSIAL
Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada di
sekolah. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1993: 11) mengungkapkan bahwa bimbingan
pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan
masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.
Sedangkan menurut pendapat Abu Ahmadi (1991: 109) Bimbingan pribadi-sosial
adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat mengahadapi
sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan
penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis
kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri
dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.
Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi
adalah, bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan kepada individu, agar mampu
menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. Hal
senada juga diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2005: 11) yang mengungkapkan
bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu
dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.
Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan
dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan
diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka
tinggal dan penyelesaian konflik.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi-sosial
merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu atau
kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan masalah-
masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.

3. BIMBINGAN BELAJAR
Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan pada siswa untuk
membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu dan
menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia
belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang
baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat
belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun
hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa
teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar
Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3)
Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif
konstruktivisme.
Secara lebih rinci materi pokok bimbingan belajar antara lain :
• Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar secara efektif dan efesien.
• Pengembangan kemampuan membaca dan menulis (meringkas) secara cepat.
• Pemantapan penguasaan materi pelajaran sekolah berupa remedial atau pengayaan
• Pemahaman tentang pemanfaatan hasil teknologi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
• Pemanfaatan kondisi sosial dan budaya bagi pengembangan pengetahuan.
• Pemahaman tentang pemanfaatan perpustakaan.
• Orientasi
Tujuan layanan bimbingan Belajar
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-
nya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara
optimal.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan
untuk:
1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian
tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga
tempat bekerja dan masyarakat.
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

4. BIMBINGAN KARIER
Bimbingan karier adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu
individu(peserta didik) dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk
didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki
suatu pekerjaan. Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada
masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu memperoleh
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan..
Bimbingan karier ,menurut para ahli :
• Menurut Herr bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program
yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu
individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan
kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang
bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Marsudi,
2003:113).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya
bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya,
mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk
kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan
secara tepat dan bertanggungjawab.
Peran bimbingan dan konseling karir sebagai pengintegrasi berbagai kemampuan dan
kemahiran intelektual dan keterampilan khusus hingga sampai pada kematangan karir
secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan karir sebagai berikut:
• Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat,nilai,
kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian) yang darinya peserta didik dapat
mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya.
• Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yag tersedia
yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian peserta didik
memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan (skill) yang
dituntut oleh peran-peran kerja tertentu,
• Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri,
merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir yang
realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan meminimalkan faktor dan
dampak negatif dan memaksimalkan faktor dan dampak positif dari proses pemilihan
karir
• Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan berfungsi
optimal dalam karir (studi dan kerja), Carney, 1987 dan Reihant, 1979 (dalam Fajar
Santoadi, 2007). Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk membantu siswa dalam
perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang
membentuk pola karir tertentu dan pola hidup yang ikan memberikan kepuasan bagi
dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai
Bimbingan Karir, terdapat beberapa persamaan.

Persamaan tersebut antara lain:


1. Bantuan layanan,
2. Individu,peserta didik, remaja,
Masalah karir, pekerjaan, penyesuaian diri, persiapan diri, pengenalan diri,
pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan, bentuk
kehidupan yang diambil oleh individu yang bersangkutan

DAFTAR PUSTKA
Tawil, Drs., 1999, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, Magelang, Universitas
Muhammadiyah Magelang,
Prayitno., Amti, erman. 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Rineka
Cipta.
Pustaka: Rahman, Hibana s. 2003, Bimbingan dan Konseling pola 17. UCY Press
Yogyakarta

 Fungsi dan Manfaat Bimbingan Konseling dalam Keluarga


1. Fungsi Pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan yang membantu klien agarmemiliki pemahaman terhadap
dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya
secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.

2. Fungsi Preventif
Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya
tidak dialami oleh klien. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada
klien tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan
orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para klien dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku
yang tidak diharapkan.
3. Fungsi Pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
yang memfasilitasi perkembangan klien. Konselor secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu
klien mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah
pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut
aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah
konseling, dan remedial teaching.

5. Fungsi Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien memilih kegiatan, atau program apa
dalam memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor
perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga.

6. Fungsi Adaptasi
Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan
staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat
membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih
dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran,
maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
7. Fungsi Penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dengan
diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

Sedangkan manfaat pelaksanaan bimbingan konseling dalam keluarga adalah :

1. Menurunkan bahkan menghilangkan stres dalam diri anggota keluarga.


2. Membuat diri lebih baik, tenang, nyaman, dan bahagia.
3. Lebih memahami diri sendiri dan orang lain khususnya anggota keluarga yang
lain.
4. Merasakan kepuasan dalam hidup.
5. Mendorong perkembangan personal.
6. Membangkitkan motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh,
berkarakter, dan percaya diri.
7. Anggota keluarga lebih merasa dirinya dipedulikan dan diperhatikan serta
lebih dihargai peranannya dalam keluarga.
8. Lebih menghargai makna dan hakikat kehidupan dan menerima semua
kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya.
9. Mengurangi bahkan menghilangkan konfilik/tekanan batin yang bergejolak
dalam diri individu dan dalam keluarga tersebut.
10. Meningkatkan hubungan yang lebih efektif dengan anggota keluarga yang lain
bahkan dengan orang lain diluar keluarganya.
1. Tujuan Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Tujuan dari konseling keluarga pada hakikatnya merupakan layanan yang bersifat
profesional yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika keluarga


merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota keluarga.
2. Membantu anggota keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah satu
anggota keluarga mengalami masalah, dia akan dapat memberikan pengaruh,
baik pada persepsi, harapan, maupun interaksi dengan anggota keluarga yang
lain.
3. Upaya melaksanakan konseling keluarga kepada anggota keluarga dapat
mengupayakan tumbuh dan berkembang suatu keseimbangan dalam
kehidupan berumah tangga.
4. Mengembangkan rasa penghargaan diri dari seluruh anggota keluarga kepada
anggota keluarga yang lain.
5. Membantu anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar fungsi keluarga
menjadi maksimal.
6. Membantu individu keluarga yang dalam keadaan sadar tentang kondisi
dirinya yang bermasalah, untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang
dirinya sendiri dan nasibnya sehubungan dengan kehidupan keluarganya.
1. Pentingnya Bimbingan Konseling dalam Keluarga
Bimbingan konseling memiliki arti penting untuk dilaksanakan karena alasa berikut :

1. Makin kompleksnya permasallahan pada keluarga modern


2. Adanya perbedaan iindividual antara suami-iisteri serta anggota keluarga yang
mengakibatkan ttimbulnya permasalahan dalam keluarga
3. Makin meningkatnya kebutuhan manusia sementara sumber pemenuhan
tterbatas
4. Adanya perkembangan iindividu akibat pengaruh lluar yang berdampak bagi
perilaku manusia dalam keluarga.
1. Asumsi Dasar Bimbingan Konseling Keluarga
Adapun inti dari pelaksanaan konseling keluarga sebagai salah satu layanan
profesional dari seorang konselor didasari oleh asumsi dasar sebagai berikut :

1. Terjadinya perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang anggota keluarga


bukan hanya disebabkan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh interaksi yang
tidak sehat dengan anggota keluarga yang lain.
2. Ketidak tahuan individu dalam keluarga tentang peranannya dalam menjalani
kehidupan keluarga.
3. Situasi hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.
4. Penyesuaian diri yang kurang sempurna dalam sebuah keluarga sangat
mempengaruhi situasi psikologis dalam keluarga.
5. Konseling keluarga diharapkan mampu membantu keluarga mencapai
penyesuaian diri yang tinggi diantara seluruh anggota keluarga
6. Interaksi kedua orang tua sangat mempengaruhi hubungan semua anggota
keluarga. Hal ini dikemukakan oleh Perez (1979) menyatakan sebagai berikut
: Family therapi is an interactive proses which seeks to aid the family in
regainnga homeostatic balance with all the members are confortable.
Terlaksananya konseling keluarga akan membantu anggota keluarga mencapai
keseimbangan psiko dan psikis sehingga terwujudnya rasa bahagia dan kenyamanan
bagi semua anggota keluarga.

1. Pihak – pihak yang Melaksanakan Bimbingan Konseling dalam Keluarga


Pihak – pihak yang melaksanakan bimbingan dalam keluarga adalah orang yang
paling mengerti dan memahami karakter anggota keluarga. Adapun pihak – pihak
yang dapat melaksanakan bimbingan dan konseling dalam keluarga, diantaranya :

1. Ayah/ibu (suami/istri)
Ayah/ibu adalah tumpuan utama keluarga, tanpa adanya ayah dan ibu suatu keluarga
tidak mungkin terbentuk. Ayah dan ibu adalah unit utama yang dapat mempengaruhi
perilaku anaknya.

2. Paman/bibi
Paman/bibi ini adalah kerabat dari pihak ayah maupun ibu. Peran paman/bibi hampir
sama dengan peran orang tua, walaupun terkadang terdapat perbedaan diantaranya.

3. Kakek/nenek
Kakek/nenek adalah pihak yang juga memiliki peranan penting dalam melaksanakan
bimbingan, karena anak pada umumnya lebih dekat kepada kakek/nenek
dibandingkan ayah/ibu, terutama ayah/ibu yang sibuk dengan karirnya.

4. Kerabat dekat
Kerabat dekat ini biasanya lebih dikenal dengan sepupu. Anggota keluarga bisanya
lebih suka mencurahkan isi hatinya kepada sepupu karena biasanya sepupu memiliki
umur/sebaya dengan mereka, yang dianggap lebih memahami kondisi anggota
keluarga tersebut.

5. Mertua
Mertua berasal dari ayah/ibu pihak suami/istri. Walaupun ada anggapan ‘mertua
galak’ namun tidak semuanya seperti itu. Mungkin saja mertua dapat membantu anda
dalam menyelesaikan masalah di keluarga anda karena lebih memahami karakter
menantu/anaknya sendiri.

6. Konselor diluar keluarga


Konselor diluar keluarga adalah orang ahli yang didatangkan di luar sistem keluarga
namun telah dipercaya oleh keluarga tersebu untuk membantu menyelesaikan
problematika yang terjadi didalam keluarganya.

1. Bentuk Bimbingan Konseling Keluarga


Kecenderungan pelaksanaan konseling keluarga adalah sebagai berikut :

1. Memandang klien sebagai pribadi dalam konteks sistem keluarga. Klien


merupakan bagian dari sistem keluarga, sehingga masalah yang dialami dan
pemecahannya tidak dapat mengesampingkan peran keluarga.
2. Berfokus pada saat ini, yaitu apa yang diatasi dalam konseling keluarga
adalah masalah-masalah yang dihadapi klien pada kehidupan saat ini, bukan
kehidupan yang masa lampaunya. Oleh karena itu, masalah yang diselesaikan
bukan pertumbuhan personal yang bersifat jangka panjang.
Dalam kaitannya dengan bentuknya, konseling keluarga di kembangkan dalam
berbagai bentuk sebagai pengembangan dari konseling kelompok. Bentuk konseling
keluarga dapat terdiri dari ayah, ibu, dan anak sebagai bentuk konvensionalnya. Saat
ini juga dikembangkan dalam bentuk lain, misalnya ayah dan anak laki-laki, ibu dan
anak perempuan, ayah dan anak perempuan, ibu dan anak laki-laki, dan sebagainya
(Ohlson, 19770.)

Bentuk konseling keluarga ini disesuaikan dengan keperluannya. Namun banyak ahli
yang mengajurkan agar anggota keluarga dapat ikut serta dalam konseling. Perubahan
pada sistem keluarga dapat dengan muda di ubah jika seluruh anggota keluarga
terlibat dalam konseling, karena mereka tidak hanya berbicara tentang keluarganya
tetapi juga terlibat dalam penyusunan rencana perubahan dan tindakannya.

1. Jenis Layanan Bimbingan Konseling dalam Keluarga


1. Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memahami
lingkungan yang baru dimasukinya, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya klien di lingkungan yang baru itu.

2. Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien menerima dan
memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk
kepentingan klien.

3. Layanan Penempatan dan penyaluran


Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di
dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang,
kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat serta kondisi pribadinya.
4. Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran yang cocok
dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan
belajar lainnya.

5. Layanan Konseling Individual


Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien mendapatkan
layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam
rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.

6. Layanan Bimbingan Kelompok


Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien secara bersama-
sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
tertentu dan/atau membahas secara bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang
berguna untuk menunjanguntuk pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari
dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun
sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau
tindakan tertentu.

7. Layanan Konseling Kelompok


Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya
melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah maalah-masalah
pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

8. Layanan Keagamaan dan Pembinaan Akhlak


Selain hal – hal diatas layanan keagaamaan dan pembinaan akhlak merupakan hal
yang terpenting diberikan kepada individu khususnya anggota keluarga. Karena
terbentuknya keluarga yang dinamis dan harmonis berlandaskan pada tiang agama.
Dengan adanya pembinaan akhlak, individu selaku anggota keluarga dapat
mengetahui bagaimana akhlak untuk berinteraksi dengan orang lain yang lebih tua
maupun yang lebih muda.

1. Jenis – jenis Bimbingan Konseling dalam Keluarga


Jenis bimbingan konseling yang biasanya dilakukan didalam keluarga diantaranya :

1. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan proses untuk membantu anak mengatasi kesulitan
belajarnya. Orang tua dalam hal ini berperan mengajarkan dan membimbing, bukan
mengerjakan tugas si anak.

2. Bimbingan Ibadah/Agama
Dengan adanya bimbingan ini, anggota keluarga dapat mengenal agamanya sendiri,
kaidah ataupun ajaran yang berlaku dalam agamanya sehingga memungkinkan untuk
lebih mendekatkan diri kepada yang kuasa.

3. Bimbingan Akhlak
1. Perkataan akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan
tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi,
tingkah laku, atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini
penulis akan kemukakan beberapa pendapat diantaranya:
Al-Ghozali (Moh. Rifai, 1987: 40) mengemukakan bahwa “akhlak ialah yang
tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa
memerlukan pertimbangan.”
2. Ahmad Amin (Moh. Rifai, 1987: 41) mengemukakan bahwa “akhlak yang
dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Secara umum bahwa akhlak dapat disamakan dengan budi pekerti, perangai atau
kepribadian dari hal tersebut setiap individu berangkat dalam mempertahankan jati
diri dari kesewenangan-wenangan individu lainnya, akhlak dapat mencerminkan
kepribadian sekaligus dapat menggambarkan karakteristik untuk senantiasa dibina
demi mempertahankan citra diri dan keluarga serta masyarakat sekitarnya.
Seorang individu mempunyai akhlak, awalnya adalah hasil dari bimbingan orang
tuanya dalam lingkungan keluarga, pengaruh yang tidak sengaja akan dapat diperoleh
melalui Pengamatan panca indera, yang tidak disadari masuk dalam pribadi anak atau
individu.

Oleh karena akhlak merupakan sebagian cermin dari tingkah laku individu, maka
keberadaan akhlak itu harus tetap dibina dan diarahkan karena akhlak sebagai
penuntun kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Disinilah letak
pentingnya pembinaan akhlak terhadap anak, guna mencapai tujuan yang
dikehendaki.

Adapun bimbingan yang menyangkut masalah akhlak ini antara lain adalah
mengajarkan anak untuk bersopan santun, berkata yang baik dan benar, menghormati
dan menghargai orang lain.

4. Bimbingan Orientasi
Bimbingan orientasi ini dimaksudkan untuk memberi arah atau gambaran kepada
anggota keluarga dalam kehidupan. Misalnya membimbing anak dalam mencapai cita
– cita dan keinginannya.

5. Bimbingan Konseling Penyelesaian Masalah


Jika anggota keluarga mengalami masalah, jangan memarahinya. Karena hal ini akan
memperburuk keadaan. Usahakan untuk membantu anggota keluarga mencari jalan
keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.

6. Bimbingan Keterampilan Hidup


Bimbingan keterampilan hidup (lifeskillscounseling) disebut juga lifeskills
helping (LSH) atau lifeskills therapy merupakan “suatu pendekatan yang integratif
untuk membantu klien agar mampu mengembangkan keterampilan membantu dirinya
sendiri (self-helping)”.
Kata “skills” berkenaan dengan (1) wilayah (areas) keterampilan, seperti
keterampilan mendengarkan dan disklosur; (2) level of competence, seperti terampil
dan tidak terampil; dan (3) knowledge and sequence of choices. Keterampilan (skill)
ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat dan mengimplementasikan
sequensi pilihan untuk mencapai tujuan. Contohnya, apabila klien ingin memiliki
keterampilan asertif atau mengelola stres, maka dia harus membuat dan
mengimplementasikan pilihan-pilihan yang efektif untuk mencapai keinginan tersebut
(Yusuf, S., 2003: 1).
Sementara keterampilan hidup diartikan sebagai sikap dan kemampuan untuk
menghadapi berbagai problema kehidupan secara wajar, proaktif dan kreatif
menemukan solusinya. Kecakapan atau keterampilan hidup ini meliputi kecakapan
umum (general life skills) dan kecakapan spesifik (specific life skills). Kecakapan
umum terdiri dari atas (1) kecakapan pribadi (personal skills): kecakapan mengenal
diri, kecakapan belajar, kecakapan beradaptasi, kecakapan mengatasi masalah
(copeability), kecakapan berpikir, kemandirian dan bertanggung jawab; dan (2)
kecakapan sosial (social skills): kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja
kooperatif dan kolaboratif, serta sikap solidaritas. Sementara yang spesifik terdiri atas
(1) kecakapan akademik, dan (2) kecakapan vokasional (kareer).
Konseling keterampilan hidup dalam melaksanakan pendekatannya didasarkan
kepada empat asumsi, yaitu sebagai berikut :

 Banyak masalah yang dibawa kepada konselor merupakan refleksi hasil


belajar klien.
 Walaupun faktor-faktor eksternal berkontribusi terhadap masalah klien, tetapi
yang paling berpengaruh adalah kelemahan klien dalam berpikir dan bertindak
untuk mengatasi masalah tersebut (lemahnya keterampilan berpikir dan
bertindak).
 Konselor yang efektif adalah yang mampu menciptakan “supportive helping
relationship”, dan melatih klien agar memiliki keterampilan berpikir dan
bertindak.
 Tujuan utama konseling adalah membantu klien agar mampu membantu
dirinya sendiri (self-helping) dengan cara mengembangkan keterampilan
berpikir (thinking skills) dan keterampilan bertindak (action skills) sehingga
dapat mengatasi masalah yang dialaminya sekarang, dan mampu mencegah
terjadinya masalah di masa depan.
1. Teknik Konseling Keluarga
Dalam konseling, di samping menggunakan teknik-teknik umum, dalam hal-hal
tertentu dapat menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik-teknik khusus ini
dikembangkan dari berbagai pendekatan konseling, seperti pendekatan Behaviorisme,
Rational Emotive Theraphy, Gestalt dan sebagainya

Di bawah disampaikan beberapa teknik – teknik khusus konseling, yaitu :

1. Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama
berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan
perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon
posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan
bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan
asertif ini.

2. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan
bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara
mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku
yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan
perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang
tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis
hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku
yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan
respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.

3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada
stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak
menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini
diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus
yang tidak menyenangkan.

4. Pembentukan Perilaku Model


Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru pada klien, dan
memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan
kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik,
model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak
dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor.
Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

5. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan
kecenderungan under dog, misalnya :

Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak.

Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.


Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.

Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.

Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.

Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien
akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko.
Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik
“kursi kosong”.

6. Latihan Saya Bertanggung Jawab


Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan
menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada
orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan
dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan
saya bertanggung jawab atas hal itu”.

Misalnya :

“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”

“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab
atas ketidaktahuan itu”.

“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”

Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan


kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.

7. Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya
sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri
dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan
yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam
teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau
melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.

8. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari
dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien
untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang
dikeluhkannya.

Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran


“ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.

9. Bertahan dengan Perasaan


Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati
yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong
klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.

Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor
tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang
dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam
tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.

Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang
lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan
yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk
bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
1. Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih,
membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola
perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan
dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak
rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk
mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu
berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan
konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor.
Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung
jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri,
pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

1. Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk
secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan.
Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

2. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-
perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga
klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

3. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan
maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.

1. Tata Cara Pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam Keluarga


Adapun tata cara pelaksanaan bimbingan dalam keluarga, diantaranya :
1. Kenali pribadi individu terlebih dahulu, kenali karakter dan masalah –
masalah yang sedang dihadapi individu (anggota keluarga) tersebut.
2. Lakukan pendekatan, dengan pendekatan dan mendengar keluh kesah anggota
tersebut ia mungkin akan merasa lebih aman untuk mencurahkan isi hatinya.
3. Beri selang waktu agar anggota keluarga tersebut memiliki waktu luang yang
tepat untuk menceritakan masalah/petentangan batinnya.
4. Ciptakan suasana yang senyaman (kondusif) mungkin bagi individu, atau
anda dapat menggunakan ruangan khusus yang diberikan aroma terapi.
5. Hindari emosi dan rasa curiga serta rasa ingin tahu yang berlebihan.
Terkadang orang merasa jengkel jika seseorang ingin tahu apa saja yang
terjadi dalam dirinya secara berlebihan dan memaksakan.
6. Jika individu/anggota keluarga tersebut membutuhkan nasihat atau kritik yang
membangun maka berilah. Namun jangan berlebihan sehingga terkesan
menggurui.
7. Berikan motivasi dan bangkitkan rasa percaya dirinya dengan memberikan
contoh yang dapat menjadi teladan.
8. Sedapat mungkin bantulah ia mencari solusi/jalan keluar bagi masalah yang
dihadapinya.
9. Berikan pujian jika hal ini memang dibutuhkan.
10. Gunakan media yang dapat membantu anda untuk memberikan arahan agar
individu dapat memecahkan masalahnya.
11. Konsultasi dengan pihak – pihak terkait atau orang yang lebih ahli dalam
menangani individu tersebut.
12. Rahasiakan masalah/konflik yang terjadi dalam diri individu/anggota keluarga
tersebut.
13. Bimbingan tidak dapat dilakukan dengan jalan pintas atau backstreet dan
ditinggalkan begitu saja, tapi harus dilakukan secara berkala.
Untuk mencapai keberhasilan bimbingan keluarga maka prosedur yang harus
ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan mental klien untuk menghadapi anggota keluarga.
Alasannya karena ada sebagian anggota keluarga yang jengkel, marah, dan bosan
dengan kelakuan klien yang mereka anggap amat keterlaluan, merusak diri,
mencemarkan nama keluarga, dan biaya keluar jadi besar untuk pemulihan.
Mempersiapkan mental klien berarti dia harus berani menerima kritikan-kritikan
anggota keluarga dan siap untuk berubah kepada kebaikan sesuai harapan keluarga.

2. Memberi kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk menyampaikan


perasaan terpendam, kritikan-kritikan, dan perasaan-perasaan negatif lainnya
terhadap klien. Di samping itu, ada kesempatan untuk memberi saran-saran,
pesan, keinginan-keinginan terhadap klien agar dia berubah. Semuanya
bertujuan untuk menurunkan stres keluarga sebagai akibat kelakuan klien
sebagai anggota keluarga yang dicintai (Horne & Ohlsen, 1982).
3. Selanjutnya, konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
menyampaikan isi hatinya berupa kata-kata pengakuan jujur atas kesalahan-
kesalahannya, serta penyesalan terhadap masa lalu. Kemudian, klien
mengemukakan harapan hidup masa depan dan diberi kesempatan untuk
berbuat baik terhadap diri, keluarga, dan masyarakat.
4. Selanjutnya, konselor mengemukakan kepada keluarga tentang program
pemulihan klien secara keseluruhan. Maksudnya supaya keluarga klien
menaruh kepercayaan terhadap semua upaya konselor bersama klien.
Selanjutnya, keluarga akan mendorong penyembuhan klien dengan tulus dan
kasih sayang.
5. Konselor meminta tanggapan keluarga tentang program tersebut. Di samping
itu, diminta juga tanggapan mereka terhadap keadaan klien saat ini. Demikian
juga, tanggapan klien terhadap program yang telah disusun konselor, dan juga
tanggapan terhadap keluarganya. Tanggapan-tanggapan dari kedua pihak
terhadap program yang disusun konselor amat penting supaya semua pihak
terutama klien sungguh-sungguh didalam menjalani program pemulihan
dirinya.
Tahapan bimbingan konseling keluarga :

1. Tahap persiapan:
2. Mengembangkan hubungan yang baik (good report) antar terapis dan
keluarga.
3. Mengembangkan penghargaan emosional terhadap hubungan dalam keluarga,
dinamika dan permasalahannya.
4. Tahap pelaksanaan
5. Mengembangkan alternatif pemecahan masalah.
6. Membahas/ mendiskusikan setiap alternatif pemecahan masalah.
7. Tahap akhir /penutup
Menerapkan salah satu alternatif pemecahan yang telah dipilih oleh keluarga.

Pendekatan bimbingan keluarga tepat digunakan minimal bila ada arah. Salah satu
terapis yang berpengalaman menyarankan tujuh langkah berikut ini :

Langkah 1: Menanggapi keadaan darurat


Keluarga paling sering meminta konseling sebagai tanggapan atas suatu krisis atas
keadaan darurat. Tugas pertama konselor adalah menenangkan hati konseli dan
menunjukkan keinginan untuk membantu. Kadang-kadang Anda bisa memberikan
saran pada saat itu juga sehingga memampukan keluarga untuk bertahan hingga ada
waktu untuk bertemu. Pertemuan penting ini harus segera diadakan; kadang-kadang
Anda bisa memutuskan untuk segera bertemu dengan keluarga itu. Namun, meskipun
dalam keadaan krisis, cobalah untuk tidak mengambil alih atau membiarkan anggota
keluarga tergantung pada Anda. Tugas Anda adalah memberikan pengarahan tanpa
mengendalikan mereka.

Langkah 2: Memberikan fokus keluarga itu


Sering kali, keluarga menyimpulkan bahwa yang menjadi sumber masalah adalah
salah satu anggota keluarga. Setiap orang mendorong Anda untuk menyelesaikan
dengan anggota keluarga tersebut. Mereka mungkin terkejut saat Anda menyarankan
bahwa seluruh keluarga harus terlibat dalam konseling. Kadang-kadang Anda harus
memulai dengan orang yang bermasalah dan pelan-pelan memasukkan anggota
keluarga yang lainnya. Anak-anak tidak selalu didorong untuk hadir karena mereka
cenderung ribut. “Dasar dari pengumpulan anggota keluarga adalah kuasa, bukan
hubungan darah, kedekatan, atau kesalahan. Siapa pun yang memiliki kuasa untuk
mendukung atau melarang terjadinya perubahan harus ikut dalam konseling.”

Langkah 3: Menetapkan krisis


Saat Anda mendengarkan anggota keluarga menjelaskan masalah, cobalah mencari
jawaban atas beberapa pertanyaan. Apa yang menyebabkan krisis? Mengapa hal itu
sekarang terjadi? Kapan terakhir kali ada kedamaian di dalam keluarga sebelum krisis
terjadi? Apakah hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya?

Tahap ini mungkin saja memerlukan beberapa sesi sebelum Anda mulai memahami
permasalahannya. Kadang-kadang Anda akan harus terus menebak-nebak sampai
Anda benar-benar mendapatkan gambaran yang jelas dan cara-cara berinteraksi
mengenai masalah keluarga ini. Anda mungkin berulang kali harus mengatakan
“Saya tidak mengerti” atau “Ceritakan dengan lebih jelas lagi mengenai hal itu”
sampai Anda benar-benar paham. Seorang terapis secara berkala mengadakan
konsultasi pribadi dengan anggota keluarga lainnya, dengan berdasarkan asumsi
bahwa satu atau dua orang dalam keluarga, termasuk anak-anak atau kakek nenek,
mungkin bisa memberikan gambaran yang lebih jelas lagi tentang dinamika keluarga
itu.

Langkah 4: Menenangkan seluruh anggota keluarga


Sebelum keluarga yang melakukan konseling ini bisa mengatasi situasinya, mungkin
konselor perlu menenangkan hati mereka, menunjukkan ketenangan, dan
membangkitkan harapan. Pada tahap ini, Anda bisa membagikan beberapa
kesimpulan awal tentang apa yang menyebabkan masalah muncul dalam keluarga
tersebut.

Langkah 5: Menyarankan perubahan


Langkah ini meliputi pemberian saran dan tuntunan perlahan-lahan ketika orang-
orang memutuskan perubahan apa yang harus dilakukan.

Anda bisa membantu keluarga tersebut merundingkan beberapa perjanjian perilaku


yang akan disetujui oleh setiap anggota keluarga untuk dilakukan setelah sesi
konseling selesai. Anda bisa memberikan waktu untuk mendiskusikan masalah
komunikasi atau menunjukkan bagaimana anggota keluarga melakukan komunikasi
yang salah saat mereka bersama-sama. Mungkin perlu mempertimbangkan kembali
peraturan, peran, dan harapan yang tidak realistis, batasan-batasan atau cara-cara
yang lebih baik untuk bergaul satu dengan yang lainnya dalam keluarga. Orang tua
mungkin membutuhkan bantuan dalam belajar untuk lebih asertif. Anggota keluarga
yang bermasalah memerlukan tuntunan dalam mengubah perilaku, dan keluarga
membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Keluarga
mungkin membutuhkan bantuan dalam belajar berelasi satu dengan y ang lainnya
dengan cara-cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Semuanya ini
membutuhkan waktu untuk berdiskusi dan mempraktikkan perilaku-perilaku baru,
baik dalam ruang konseling maupun dalam sesi konseling.

Langkah 6: Menghadapi sikap menolak perubahan


Setelah Anda mulai membuat saran, Anda dengan cepat menemukan siapa yang mau
bekerja sama dan siapa yang menolak perubahan. Sering kali, orang yang paling
menolak perubahan bukanlah anggota keluarga yang pada awalnya dinilai
bermasalah. Kadang-kadang satu atau beberapa orang akan sangat kritis, mencoba
menarik diri dari konseling atau berusaha (mungkin dengan tidak sadar)
memanipulasi anggota keluarga yang lain sehingga perubahan itu tidak bisa terjadi.
Pada saat seperti ini, Anda perlu menunjukkan bagaimana sikap bercabang tiga dan
berbelit-belit menghambat kemajuan konseling.

Pada tahap ini, Anda telah bergerak dari stres yang menyebabkan krisis dan sedang
menghadapi titik yang merusak kebahagiaan keluarga. “Merundingkan
ketidakfleksibelan keluarga mungkin merupakan proses yang sulit dan lama — dan
mengancam keluarga.” Di sinilah konselor perlu mempertimbangkan kemampuan
orang lain yang memampukan Anda agar terus dapat memotivasi orang lain untuk
berubah meskipun mereka merasa terancam, bersalah, marah, atau tidak sabar.

Langkah 7: Menghentikan konseling


Krisis yang membawa keluarga untuk konseling sepertinya bisa berlalu dalam waktu
yang singkat. Tugas Anda sebagai konselor adalah membantu keluarga menghadapi
situasi yang tidak terduga dan belajar bagaimana menemukan masalah yang
sebenarnya. Akan lebih baik untuk melengkapi mereka untuk saling berelasi satu
dengan yang lainnya dan belajar bagaimana menghadapi krisis di masa yang akan
datang. Saat Anda atau mereka merasa bahwa tidak ada kemajuan, itu berarti saatnya
untuk menghentikan konseling. Tetapi, cobalah untuk tetap membuka pintu sehingga
anggota keluarga itu bisa kembali lagi meminta bantuan bila mereka memutuskan
untuk melakukannya di masa yang akan datang.

1. Hal – hal yang Harus Dihindari dalam Konseling Keluarga


Dalam dunia konseling, beberapa hal yang harus dihindari konselor supaya tidak
menghambat keefektifan kerjanya adalah :

1. Memihak/menitikberatkan pada informasi sepihak


Biasanya problema yang didengar konselor merupakan salah satu aspek persoalan
yang dilihat dari sudut pandang konsele itu sendiri. Sebagai contoh, dalam konseling
pernikahan, suami maupun istri bias mempunyai pandangan berbeda mengenai satu
persoalan. Tentunya konselor tidak dapat menyelesaikan persoalan dengan baik jika
problema hanya didengar dari satu pihak, apalagi kalau sampai berpihak kepada salah
satu konsele.

2. Mengambil kesimpulan yang premature/tergesa-gesa/ceroboh


Seringkali yang dikemukakan oleh konsele hanya merupakan gejala atau akibat dari
inti persoalannya dan belum tentu merupakan persoalan yang sebenarnya. Oleh
karena itu seorang konselor harus menjadi pendengar yang baik dan cermat, tidak
terlalu cepat mengambil kesimpulan, atau langsung memberi jalan keluar.

3. Terlalu banyak ikut campur


Terjerat dan ikut campur dalam banyak hal mengenai permasalahan konsele sering
dialami oleh konselor. Hal ini membuat konselor tidak obyektif terhadap inti
persoalannya dan banyak waktu maupun tenaga terkuras yang seharusnya kita
gunakan untuk hal-hal lain. Konsele biasanya menuntut perhatian penuh tanpa peduli
bahwa konselor mempunyai tanggung jawab kepada keluarga dan konsele lainnya.
Untuk menghindarinya konselor harus dapat menemukan cara yang tepat untuk
mengatasinya tanpa merusak hubungan baik yang mungkin sudah terbina.

4. Akrab dengan konsele lawan jenis


Konseling membutuhkan pendekatan yang terkadang sampai pada kebutuhan pribadi
konsele yang sangat mendalam. Seringkali diantara konselor dengan konsele muncul
perasaan cinta. Untuk itu konselor dianjurkan untuk tidak mengadakan pertemuan di
tempat-tempat tertutup, tersembunyi, atau di tempat-tempat sunyi.

5. Kegagalan menyimpan rahasia


Harapan para konsele jika mereka mengutarakan segala persoalan dan isi hatinya
kepada konselor adalah agar apa yang mereka katakan itu tidak akan bocor. Namun
tanpa disadari, konselor sering mengungkap hal-hal tersebut dalam diskusi formal
atau dijadikan ilustrasi.

6. Pelayanan yang tidak seimbang


Menjadi konselor yang profesional memang tidak mudah, tetapi kita dapat
mencobanya dengan menjadi konselor yang efektif dalam membagi waktu, baik itu
untuk dunia konseling, keluarga, pelayanan, dan hubungan pribadi dengan Sang
Pencipta.

1. Strategi Bimbingan Konseling dalam Keluarga


1. Anjurkan para orangtua untuk menciptakan suasana rumah tangga yang
menghasilkan kerohanian yang kokoh dan perkembangan mental yang
baik.
2. Bimbing orangtua untuk mengakui bahwa anak pun memiliki hak-hak
mereka, tetapi hak-hak itu harus dijalin kepada seluruh isi keluarga.
3. Anjurkan orangtua untuk membuka kesempatan berkomunikasi seluas-
luasnya, apa pun resikonya.
1. Peranan Agama dalam Bimbingan Konseling Keluarga
Agama merupakan landasan dasar terbentuknya keluarga yang sakinah. Agama juga
yang mengatur tentang kosep kehidupan berkeluarga. Pendidikan agama harus
dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil. Pendidikan tidak hanya berarti
memberi pelajaran agama kepada anak-anak yang belum lagi mengerti dan dapat
menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Akan tetapi yang terpokok adalah
penanaman jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi dan menjaga nilai-
nilai dan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama.

Berbicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik,


khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang
membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para
Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan
permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia
keluar dari tipu daya syaiton.
Dengan berpijak pada landasan agama bimbingan dan konseling akan mengarahkan
seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat
nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui
pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “homo divians” yaitu
mahluk yang berke-Tuhan-an, berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa
memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya
atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau
mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas
bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh
karena itu memiliki naluri agama (instink religious).

Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-


fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya didasarkan atas
ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan
psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan
jalan hidup yang di ridai Allah SWT.

1. Prinsip Bimbingan Konseling dalam Keluarga


Prinsip bimbingan dalam keluarga diantaranya :

1. Bukan metode baru untuk mengatasi human problem.


2. Setiap anggota adalah sejajar, tidak ada satu yang lebih penting dari yang lain.
3. Situasi saat ini merupakan penyebab dari masalah keluarga dan prosesnyalah
yang harus diubah.
4. Tidak perlu memperhatikan diagnostik dari permasalahan keluarga, karena hal
ini hanya membuang waktu saja untuk di telusuri.
5. Selama intervensi berlangsung, konselor merupakan bagian penting dalam
dinamika keluarga, jadi melibatkan dirinya sendiri.
6. Konselor memberanikan anggota keluarga untuk mengutarakan dan
berinteraksi dengan setiap anggota keluarga dan menjadi “intra family
involved”.
7. Relasi antara konselor merupakan hal yang sementara. Relasi yang permanen
merupakan penyelesaian yang buruk.
8. Supervisi dilakukan secara riil/nyata (Perez, 1979).
1. Alat yang digunakan dalam Bimbingan Konseling Keluarga
Tentunya banyak cara untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli
dan salah satunya dapat dilakukan melalui penggunaan Alat Ungkap Masalah atau
biasa disebut AUM. Alat Ungkap Masalah adalah sebuah instrumen standar yang
dikembangkan oleh Prayitno, dkk. yang dapat digunakan dalam rangka memahami
dan memperkirakan (bukan memastikan) masalah-masalah yang dihadapi konseli.
Alat Ungkap Masalah ini didesain untuk mengungkap 10 bidang masalah yang
mungkin dihadapi konseli, Kesepuluh bidang masalah tersebut mencakup: (1)
Jasmani dan Kesehatan (JDK); (2) Diri Pribadi (DPI); (3) Hubungan Sosial (HSO);
(4) Ekonomi dan Keuangan (EKD); (5) Karier dan Pekerjaan (KDP); (6) Pendidikan
dan Pelajaran (PDP); (7) Agama, Nilai dan Moral (ANM); (Hubungan Muda Mudi
(HMM); (9) Keadaan dan Hubungan dalam Keluarga (KHK); dan (10) Waktu
Senggang (WSG).
1. Pendekatan yang digunakan dalam Bimbingan Konseling Keluarga
Adapun pendekatan yang dapat digunakan dalam bimbingan keluarga adalah :

1. Psikodinamik
Sebagian besar, pandangan psikodinamik berdasar pada model psikoanalitik,
memberikan perhatian terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota
keluarga sebanyak pada unit keluarga itu sendiri.

Nathan Acherman, pelopor konselor keluarga memandang ketidakberfungsian


keluarga akibat hilangnya peran yang saling melengkapi diantara para anggota, akibat
konflik yang tetap yang tidak terselesaikan, dan akibat korban yang merugikan.
Pendekatan ini menggunakann cara dan strategi psikoterapi individual dalam situasi
keluarga dengan :

 Mendorong munculnya cara pandang tentang diri sendiri dan anggota


keluarga.
 Membantu keluarga dalam pertukaran emosi.
2. Eksperensial/Humanistik
Pendekatan ini digunakan untuk membantu memudahkan keluarga itu berkembang
dan memenuhi potensi – potensi individunya. Pendekatan ini lebih menekankan pada
pendekatan. Pendekatan ini memberikan pengalaman – pengalaman dalam
meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara konselor dan keluarga.

3. Bowen
Pendekatan Murray Bowen terkenal dengan teori sistem keluarga. Bowen
mengkonseptualisasikan keluarga sebagai sistem hubungan emosional. Landasan
teori Bowen adalah konsep diferensial diri.

Konsep pendekatan ini berkembang dimana anggota keluarga dapat memisahkan


fungsi intelektualnya dengan emosionalnya.

Tujuannya adalah memaksimalkan diferensi diri setiap orang di dalam sistem


keluarga inti dan dari keluarga asalnya.

4. Struktural
Pendekatan struktural dalam bimbingan keluarga dikaitkan dengan Salvador
Minuchin dan koleganya di pusat bimbingan anak Philadelphia. Pendekatan ini
dilandasi sistem teori keluarga yang memfokuskan pada kegiatan, keseluruhan yang
terorganisasi dari unit keluarga, dan cara – cara dimana keluarga mengatur dirinya
sendiri melalui pola – pola transaksional diantara mereka.
Secara khusus, sistem – sistem keluarga, batas – batas, blok – blok, dan kondisi –
kondisi di telaah dalam upaya memahami struktur keluarga. Tidak berfungsinya
struktur menunjukkan bahwa aturan – aturan yang tidak berjalan atau membutuhkan
negoisasi kembali aturan – aturan.

Tujuan akhir pendekatan ini adalah menyusun kembali aturan – aturan transaksi
keluarga dengan mengembangkan lebih tepat bagi batas – batas diantara sub – sub
sistem dan memperkuat aturan hierarki keluarga.

5. Strategi dan Komunikasi


Teori – teori komunikasi, muncul dari penelitian lembaga penelitian mental (MRI) di
Palo Alto pada tahun 1950 – an. Teori – teori komunikasi ini mempunyai pengaruh
yang besar terhadap bimbingan keluarga dengan menyusun kembali masalah –
masalah manusia sebagai masalah interaksi dan sifatnya situasional.

Menurut Jay Haley dan Cloe Madanes, keluarga bermasalah akibat dinamika dan
orang dan keluarga dapat berubah dengan cepat. Tujuan pendekatan ini untuk
mengatasi probelm – problem masa sekarang, mencarikan solusi – solusi yang
membawa perubahan – perubahan, menemukan target tujuan perilaku dan
menimbulkan insight.
6. Behavioral
Pendekatan ini mengambil prinsip – prinsip belajar manusia dan menekankan
lingkungan, situasi, faktor – faktor sosial dari perilaku.

Tujuan pendekatan ini adalah untuk menimbulkan perubahan, mengajarkan


keterampilan sosial dan mencegah problem – problem melalui mengingatkan
kembali, meningkatkan kompetensi individu dan pasangan – pasangan serta
memberikan pengertian tentang dinamika perilaku.

1. Media Pendukung Pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam Keluarga


Media pendukung pelaksanaan bimbingan dalam keluarga diantaranya :
1. Televisi merupakan salah satu media yang membuat hubungan rumah tangga
harmonis. Dengan adanya media ini ayah/ibu dapat melaksanakan bimbingan
kepada anak – anaknya dengan memberikan contoh dari film tentang mana hal
yang baik dan yang buruk, yang harus dilakukan dan harus ditinggalkan.
2. CD/DVD pembelajaran interaktif. Misalnya CD/DVD berisi kisah – kisah
teladan do’a sehari – hari, pelajaran disekolah dan sebagainya. Dengan media
ini mungkin saja dapat mempermudah anak dalam menyerap pelajaran. Serta
dapat menanamkan pemahaman agama kepada anak.
3. Lingkungan sekitar; seperti taman bermain, taman rekreasi, pusat
perbelanjaan, perpustakaan, dan sebagainya.
4. Media massa dan internet.
Media massa dan internet memberikan banyak informasi kepada para anggota
keluarga anda.

5. Buku cerita bergambar atau majalah


Media ini dapat digunakan untuk semua anggota keluarga anda. Misalnya saja buku –
buku agama, majalah motivasi, ataupun buku cerita bergambar. Biasanya anak lebih
mudah memahami gambar dibandingkan dengan membaca. Karenanya dengan media
ini akan mempermudah anak untuk mengingat pelajaran yang ia dapatkan dari buku
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai