BIMBINGAN PRIBADI
3. BIMBINGAN BELAJAR
Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang diberikan pada siswa untuk
membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu dan
menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia
belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang
baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat
belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun
hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa
teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar
Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3)
Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif
konstruktivisme.
Secara lebih rinci materi pokok bimbingan belajar antara lain :
• Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar secara efektif dan efesien.
• Pengembangan kemampuan membaca dan menulis (meringkas) secara cepat.
• Pemantapan penguasaan materi pelajaran sekolah berupa remedial atau pengayaan
• Pemahaman tentang pemanfaatan hasil teknologi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
• Pemanfaatan kondisi sosial dan budaya bagi pengembangan pengetahuan.
• Pemahaman tentang pemanfaatan perpustakaan.
• Orientasi
Tujuan layanan bimbingan Belajar
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-
nya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara
optimal.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan
untuk:
1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian
tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga
tempat bekerja dan masyarakat.
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.
4. BIMBINGAN KARIER
Bimbingan karier adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu
individu(peserta didik) dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk
didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki
suatu pekerjaan. Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada
masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu individu memperoleh
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan..
Bimbingan karier ,menurut para ahli :
• Menurut Herr bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program
yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu
individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan
kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang
bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Marsudi,
2003:113).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya
bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya,
mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk
kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan
secara tepat dan bertanggungjawab.
Peran bimbingan dan konseling karir sebagai pengintegrasi berbagai kemampuan dan
kemahiran intelektual dan keterampilan khusus hingga sampai pada kematangan karir
secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan karir sebagai berikut:
• Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat,nilai,
kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian) yang darinya peserta didik dapat
mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya.
• Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yag tersedia
yang relevan dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian peserta didik
memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan (skill) yang
dituntut oleh peran-peran kerja tertentu,
• Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri,
merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir yang
realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yang realistik akan meminimalkan faktor dan
dampak negatif dan memaksimalkan faktor dan dampak positif dari proses pemilihan
karir
• Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan berfungsi
optimal dalam karir (studi dan kerja), Carney, 1987 dan Reihant, 1979 (dalam Fajar
Santoadi, 2007). Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk membantu siswa dalam
perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang
membentuk pola karir tertentu dan pola hidup yang ikan memberikan kepuasan bagi
dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai
Bimbingan Karir, terdapat beberapa persamaan.
DAFTAR PUSTKA
Tawil, Drs., 1999, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, Magelang, Universitas
Muhammadiyah Magelang,
Prayitno., Amti, erman. 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Rineka
Cipta.
Pustaka: Rahman, Hibana s. 2003, Bimbingan dan Konseling pola 17. UCY Press
Yogyakarta
2. Fungsi Preventif
Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya
tidak dialami oleh klien. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada
klien tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan
orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para klien dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku
yang tidak diharapkan.
3. Fungsi Pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
yang memfasilitasi perkembangan klien. Konselor secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu
klien mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah
pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut
aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah
konseling, dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien memilih kegiatan, atau program apa
dalam memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor
perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga.
6. Fungsi Adaptasi
Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan
staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat
membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih
dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran,
maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
7. Fungsi Penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dengan
diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
1. Ayah/ibu (suami/istri)
Ayah/ibu adalah tumpuan utama keluarga, tanpa adanya ayah dan ibu suatu keluarga
tidak mungkin terbentuk. Ayah dan ibu adalah unit utama yang dapat mempengaruhi
perilaku anaknya.
2. Paman/bibi
Paman/bibi ini adalah kerabat dari pihak ayah maupun ibu. Peran paman/bibi hampir
sama dengan peran orang tua, walaupun terkadang terdapat perbedaan diantaranya.
3. Kakek/nenek
Kakek/nenek adalah pihak yang juga memiliki peranan penting dalam melaksanakan
bimbingan, karena anak pada umumnya lebih dekat kepada kakek/nenek
dibandingkan ayah/ibu, terutama ayah/ibu yang sibuk dengan karirnya.
4. Kerabat dekat
Kerabat dekat ini biasanya lebih dikenal dengan sepupu. Anggota keluarga bisanya
lebih suka mencurahkan isi hatinya kepada sepupu karena biasanya sepupu memiliki
umur/sebaya dengan mereka, yang dianggap lebih memahami kondisi anggota
keluarga tersebut.
5. Mertua
Mertua berasal dari ayah/ibu pihak suami/istri. Walaupun ada anggapan ‘mertua
galak’ namun tidak semuanya seperti itu. Mungkin saja mertua dapat membantu anda
dalam menyelesaikan masalah di keluarga anda karena lebih memahami karakter
menantu/anaknya sendiri.
Bentuk konseling keluarga ini disesuaikan dengan keperluannya. Namun banyak ahli
yang mengajurkan agar anggota keluarga dapat ikut serta dalam konseling. Perubahan
pada sistem keluarga dapat dengan muda di ubah jika seluruh anggota keluarga
terlibat dalam konseling, karena mereka tidak hanya berbicara tentang keluarganya
tetapi juga terlibat dalam penyusunan rencana perubahan dan tindakannya.
2. Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien menerima dan
memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk
kepentingan klien.
1. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan proses untuk membantu anak mengatasi kesulitan
belajarnya. Orang tua dalam hal ini berperan mengajarkan dan membimbing, bukan
mengerjakan tugas si anak.
2. Bimbingan Ibadah/Agama
Dengan adanya bimbingan ini, anggota keluarga dapat mengenal agamanya sendiri,
kaidah ataupun ajaran yang berlaku dalam agamanya sehingga memungkinkan untuk
lebih mendekatkan diri kepada yang kuasa.
3. Bimbingan Akhlak
1. Perkataan akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan
tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi,
tingkah laku, atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini
penulis akan kemukakan beberapa pendapat diantaranya:
Al-Ghozali (Moh. Rifai, 1987: 40) mengemukakan bahwa “akhlak ialah yang
tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa
memerlukan pertimbangan.”
2. Ahmad Amin (Moh. Rifai, 1987: 41) mengemukakan bahwa “akhlak yang
dibiasakan, artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Secara umum bahwa akhlak dapat disamakan dengan budi pekerti, perangai atau
kepribadian dari hal tersebut setiap individu berangkat dalam mempertahankan jati
diri dari kesewenangan-wenangan individu lainnya, akhlak dapat mencerminkan
kepribadian sekaligus dapat menggambarkan karakteristik untuk senantiasa dibina
demi mempertahankan citra diri dan keluarga serta masyarakat sekitarnya.
Seorang individu mempunyai akhlak, awalnya adalah hasil dari bimbingan orang
tuanya dalam lingkungan keluarga, pengaruh yang tidak sengaja akan dapat diperoleh
melalui Pengamatan panca indera, yang tidak disadari masuk dalam pribadi anak atau
individu.
Oleh karena akhlak merupakan sebagian cermin dari tingkah laku individu, maka
keberadaan akhlak itu harus tetap dibina dan diarahkan karena akhlak sebagai
penuntun kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Disinilah letak
pentingnya pembinaan akhlak terhadap anak, guna mencapai tujuan yang
dikehendaki.
Adapun bimbingan yang menyangkut masalah akhlak ini antara lain adalah
mengajarkan anak untuk bersopan santun, berkata yang baik dan benar, menghormati
dan menghargai orang lain.
4. Bimbingan Orientasi
Bimbingan orientasi ini dimaksudkan untuk memberi arah atau gambaran kepada
anggota keluarga dalam kehidupan. Misalnya membimbing anak dalam mencapai cita
– cita dan keinginannya.
1. Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama
berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan
perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon
posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan
bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan
asertif ini.
2. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan
bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara
mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku
yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan
perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang
tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis
hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku
yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan
respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada
stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak
menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini
diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus
yang tidak menyenangkan.
5. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan
kecenderungan under dog, misalnya :
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien
akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko.
Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik
“kursi kosong”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab
atas ketidaktahuan itu”.
7. Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya
sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri
dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan
yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam
teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau
melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
8. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari
dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien
untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang
dikeluhkannya.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor
tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang
dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam
tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang
lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan
yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk
bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
1. Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih,
membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola
perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan
dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak
rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk
mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu
berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan
konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor.
Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung
jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri,
pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
1. Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk
secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan.
Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
2. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-
perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga
klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
3. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan
maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
1. Tahap persiapan:
2. Mengembangkan hubungan yang baik (good report) antar terapis dan
keluarga.
3. Mengembangkan penghargaan emosional terhadap hubungan dalam keluarga,
dinamika dan permasalahannya.
4. Tahap pelaksanaan
5. Mengembangkan alternatif pemecahan masalah.
6. Membahas/ mendiskusikan setiap alternatif pemecahan masalah.
7. Tahap akhir /penutup
Menerapkan salah satu alternatif pemecahan yang telah dipilih oleh keluarga.
Pendekatan bimbingan keluarga tepat digunakan minimal bila ada arah. Salah satu
terapis yang berpengalaman menyarankan tujuh langkah berikut ini :
Tahap ini mungkin saja memerlukan beberapa sesi sebelum Anda mulai memahami
permasalahannya. Kadang-kadang Anda akan harus terus menebak-nebak sampai
Anda benar-benar mendapatkan gambaran yang jelas dan cara-cara berinteraksi
mengenai masalah keluarga ini. Anda mungkin berulang kali harus mengatakan
“Saya tidak mengerti” atau “Ceritakan dengan lebih jelas lagi mengenai hal itu”
sampai Anda benar-benar paham. Seorang terapis secara berkala mengadakan
konsultasi pribadi dengan anggota keluarga lainnya, dengan berdasarkan asumsi
bahwa satu atau dua orang dalam keluarga, termasuk anak-anak atau kakek nenek,
mungkin bisa memberikan gambaran yang lebih jelas lagi tentang dinamika keluarga
itu.
Pada tahap ini, Anda telah bergerak dari stres yang menyebabkan krisis dan sedang
menghadapi titik yang merusak kebahagiaan keluarga. “Merundingkan
ketidakfleksibelan keluarga mungkin merupakan proses yang sulit dan lama — dan
mengancam keluarga.” Di sinilah konselor perlu mempertimbangkan kemampuan
orang lain yang memampukan Anda agar terus dapat memotivasi orang lain untuk
berubah meskipun mereka merasa terancam, bersalah, marah, atau tidak sabar.
1. Psikodinamik
Sebagian besar, pandangan psikodinamik berdasar pada model psikoanalitik,
memberikan perhatian terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota
keluarga sebanyak pada unit keluarga itu sendiri.
3. Bowen
Pendekatan Murray Bowen terkenal dengan teori sistem keluarga. Bowen
mengkonseptualisasikan keluarga sebagai sistem hubungan emosional. Landasan
teori Bowen adalah konsep diferensial diri.
4. Struktural
Pendekatan struktural dalam bimbingan keluarga dikaitkan dengan Salvador
Minuchin dan koleganya di pusat bimbingan anak Philadelphia. Pendekatan ini
dilandasi sistem teori keluarga yang memfokuskan pada kegiatan, keseluruhan yang
terorganisasi dari unit keluarga, dan cara – cara dimana keluarga mengatur dirinya
sendiri melalui pola – pola transaksional diantara mereka.
Secara khusus, sistem – sistem keluarga, batas – batas, blok – blok, dan kondisi –
kondisi di telaah dalam upaya memahami struktur keluarga. Tidak berfungsinya
struktur menunjukkan bahwa aturan – aturan yang tidak berjalan atau membutuhkan
negoisasi kembali aturan – aturan.
Tujuan akhir pendekatan ini adalah menyusun kembali aturan – aturan transaksi
keluarga dengan mengembangkan lebih tepat bagi batas – batas diantara sub – sub
sistem dan memperkuat aturan hierarki keluarga.
Menurut Jay Haley dan Cloe Madanes, keluarga bermasalah akibat dinamika dan
orang dan keluarga dapat berubah dengan cepat. Tujuan pendekatan ini untuk
mengatasi probelm – problem masa sekarang, mencarikan solusi – solusi yang
membawa perubahan – perubahan, menemukan target tujuan perilaku dan
menimbulkan insight.
6. Behavioral
Pendekatan ini mengambil prinsip – prinsip belajar manusia dan menekankan
lingkungan, situasi, faktor – faktor sosial dari perilaku.