Pendahuluan
A. Latar belakang
Konselor adalah pendidik seperti halnya guru mata pelajaran, namun
ekspektasi kinerja konselor berbeda dengan guru mata pelajaran. Konselor harus
tetap sadar bahwa rujukan normatif dari ekspektasi kinerjanya adalah
“memandirikan konseli” dalam perkembangan belajar, sosial, pribadi dan karir
melalui fasilitasi pengembangan berbagai kapasitasnya secara optimal (optimum
capacity development). Layanan bimbingan dan konseling yang diampu oleh
konselor bertujuan memandirikan individu yang normal dan sehat dalam
menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan berbagai keputusan terbaik
dalam perkembangan belajar, sosial, pibadi dan karir untuk mewujudkan
kehidupan yang produktif, sejahtera dan peduli terhadap kemaslahatan umum.
Dalam upaya pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah, konselor
menyusun program BK. Berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling,
konselor perlu membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
bimbingan dan konseling dalam penyelenggaraan layanan bimbingan bagi peserta
didik. Hal tersebut penting dilaksanakan karena program bimbingan dan
konseling terdiri atas berbagai elemen dan komponen serta melibatkan banyak
pihak yang harus disenergikan agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan secara
efektif dan efisien. Untuk itu, program tersebut perlu dikelola secara sistematis
melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (ABKIN, 2007; Gysbers &
Henderson, 2006; Bowers & Hatch, 2002; Schmidt, 19 99). Program layanan BK
tidak terlepas dari kegiatan pendidikan pada umumnya (menyangkut kurikulum,
aktivitas pembelajaran, aktivitas penugasan, aktivitas pengerjaan proyek/tugas
akademik, aktivitas pengembangan diri, dan sebagainya) yang kesemuanya
melibatkan proses-proses mental siswa. Bidang-bidang layanan BK yang dikemas
dalam ragam jenis layanan: pribadi, sosial, belajar, karier, Program BK
dikembangkan melalui serangkaian proses sistematis sejak dari perencanaan,
desain, implementasi, evaluasi, dan keberlanjutan. Melalui penerapan fungsi-
fungsi manajemen tersebut diharapkan kegiatan dan layanan BK dapat
diselenggarakan secara tepat sasaran dan terukur.
BAB II
Pembahasan
A. Pengukuran
Pengukuran (Measurement) merupakan suatu kegiatan pemberian atau
penetapan angka pada objek yang diukur yang disesuaikan dengan kriteria-
kriteria tertentu sesuai dengan objek tersebut. Figliola dan Beasley (1991)
menguraikan bahwa teknik pengukuran tidak sederhana hanya menyalakan
instrumen dan membaca hasil pengukurannya, tetapi diperlukan perencanaan
pengukuran yang meliputi identifikasi parameter dan variabel proses, pola
pengukuran untuk berbagai bentuk pengujian dalam suatu proses, pemilihan
teknik pengukuran dan peralatan yang dibutuhkan, serta perencanaan analisis data.
B. Assesmen
1. Hakikat Asesmen
Asssesmen adalah penilaian terhadap diri individu guna pemberian
pelayanan bimbingan dan konseling agar sesuai dengan kebutuhan, kondisi,
dan masalah konseli. Pemahaman diri konseli harus didasarkan pada adanya
keterangan tentang diri yang akurat dan sahih. Data diri yang tidak akurat
dapat menimbulkan pemahaman yang keliru. Data yang demikian hendaknya
juga dibarengi dengan pengamatan terhadap konseli. Oleh karena itu,
diperlukan untuk mengumpulkan informasi asesmen, baik dalam bentuk
interview, test, maupun dengan melakukan observasi (Drummond dan Jones,
2010). Cronbach (1990) mengatakan bahwa penggunaan tes dalam kegiatan
asesmen dimaksudkan untuk memajukan pemahaman diri. Disamping itu
penggunaan tes juga dimaksudkan untuk klasifikasi, evaluasi dan modifikasi
program atau perlakuan, dan penyelidikan ilmiah. Klasifikasi mengacu pada
penggolong-golongan seseorang berdasarkan hasil tes, termasuk dalam
pengertian klasifikasi ini adalah seleksi, skrining, sertifikasi, dan penempatan.
2. Pengertian Assesmen
Asesmen adalah suatu prosedur sistematis untuk mengumpulkan
informasi yang digunakan untuk membuat inferensi atau keputusan mengenai
karakteristik seseorang (American Educational Research Association [AERA],
American Psychological Association [APA], dan National Council on
Measurement in Education [NCME], 1999). Kegiatan asesmen dilakukan
untuk memperoleh gambaran berbagai kondisi individu dan lingkungannya
sebagai dasar pengembangan program layanan bimbingan dan konseling
Aasesmen dalam bimbingan dan konseling sebagai dasar penetapan program
layanan BK (Depdiknas, 2007).
3. Tujuan Asesmen
Mengapa konselor melakukan penilaian (asess)? Jawaban singkat dari
pertanyaan ini adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai klien,
termasuk dalam hal ini adalah para peserta didik di sekolah. Hasil-hasil kajian
memperlihatkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat 4 (empat) tujuan umum
dari asesmen. yaitu; (1) screening, (2) identifikasi dan diagnosis, (3)
perencanaan intervensi, (4) kemajuan dan evaluasi hasil (Bagby, Wild, dan
Turner, 2003; Erford, 2007; Sattler dan Hoge, 2006).
Selanjutnya Lidz (2003) mendefinisikan tujuan assesmen untuk
melihat kondisi anak saat itu. Hasil assesmen digunakan sebagai bahan untuk
menyusun program pelayanan bimbingan dan konseling yang tepat dan dapat
melakukan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat. Pada sisi lain
Robb (2006), menyebutkan tujuan assesmen sebagai berikut:
a. Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
b. Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak
c. Untuk merancang individualisasi pendidikan
d. Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
e. Untuk mengevaluasi keefektifan program.
4. Prosedur Asesmen
Prosedur melakukan kegiatan asesmen memerlukan prosedural yang
ketat. Hal ini disebabkan karena dilakukan kegiatan pemecahan masalah, yang
membutuhkan pengumpulan informasi yang terintegrasi mengenai individu
dalam hubungannya dengan pembuatan keputuan atau inferensi mengenai
individu.
Menurut Urbina (2004), untuk membantu konselor dalam melakukan
kegiatan asesmen, maka terdapat 4 (empat) langkah, dalam kegiatan ini, yakni:
a. Identifikasi masalah; merupakan langkah pertama dalam melakukan
asesmen, mengidentifikasimasalah yang ada dari individu yang akan
diasses.
b. Memilih dan mengimplementasikan metode asesmen; dalam hal ini
adalah langkah memilih dan mengimplementasikan metode pengumpulan
data (contoh, interview, tes, observasi).
c. Mengevaluasi informasi asesmen; dalam hal ini, kegiatan skoring,
interpretasi,
dan integrasi informasi dari keseluruhan metode asesmen dan sumber-
sumber
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
d. Laporan hasil asesmen dan pembuatan rekomendasi; langkah terakhir
dari proses asesmen adalah melaporkan hasil dan pembuatan
rekomendasi.
5. Fungsi Asesmen
Asesmen berfungsi sebagai dasar penetapan program layanan
bimbingan konseling, untuk:
a. Membantu melengkapi dan mendalami pemahaman tentang peserta didik
b. Merupakan salah satu sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan
BK terlaksana lebih cermat dan berdasarkan fakta di lapangan.
c. Sebagai salah satu sarana yang digunakan dalam membuat diagnosis
psikologis.
Selanjutnya, kegiatan asesmen dalam layanan bimbingan dan
konseling meliputi 2 (dua) bidang pokok, yakni:
a. Asesmen lingkungan, terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan
Sekolah/Madrasah dan masyarakat (orang tua peserta didik), sarana dan
prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi
konselor, dan kebijakan pimpinan Sekolah/madrasah.
b. Asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, menyangkut
karakteristik peserta didik, seperti asepek-aspek fisik (kesehatan dan
keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar,
minat-minatnya (pekerjaan, olah raga, seni, jurusan, dan keagamaan),
masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian; atau tugas-tugas
perkembangannya, sebagai acuan dasar untuk memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling. Terdapat 2 (dua) jenis asesmen dalam
bimbingan dan konseling, yakni asesmen teknik non tes, dan asesmen
teknik tes.
C. Penilaian
1. Dasar hukum dan definisi penilaian
A. Kesimpulan
Pengukuran, penilaian/assessment, dan evaluasi, merupakan istilah-istilah
yang saling berkaitan. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau
kapasitas dalam bentuk kuantitatif, biasanya terhadap suatu standar atau
satuan pengukuran, sedangkan penilaian adalah proses menentukan nilai
suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu yang
berbentuk kualitatif. Evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan
suatu alternatif keputusan.
Oleh karena itu untuk melakukan suatu evaluasi maka kita harus mengetahui
apa saja tujuan dari evaluasi, baik tujuan secara umum ataupun khusus. Kita
juga harus mengetahui fungsi, manfaat serta prinsip evaluasi, serta
persamaan dan perbedaannya agar evaluasi Bimbingan dan Konseling yang
mencakup pengukuran dan penilaian bisa berjalan dengan baik dan benar.
Semuanya itu sebagai satu kesatuan yang akan menentukan kualitas
pelayanan Bimbingan dan Konseling.
B. Saran
Kepada pembaca agar terus meningkatkan kompetensi dan kapasitas diri
yang berkaitan dengan bidang bimbingan dan konseling pada umumnya
serta pengukuran dan penilaian pada khususnya.
Kepustakaan:
Jading, Abadi, dkk. 2020. Buku Ajar Pengukuran dan Instrumentasi. Yogyakarta: CV.
Budi Utama
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.