Anda di halaman 1dari 10

DEFENISI ASESMEN, PERAN DAN FUNGSI ASESMEN PSIKOLOGI

DALAM LAYANAN BK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Mata Kuliah: Asesmen dalam BK

Oleh Kelompok 1 :

Silmi (2200153010)

Siti Muthmainnah (220015301034)

BIMBINGAN DAN KONSELING


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asesmen dinyatakan sebagai suatu cara yang tepat untuk mengungkap proses dan
kemajuan belajar. Asesmen dapat memberikan umpan balik secara berkesinambungan
tentang siswa perbaikan pembelajaran. Asesmen juga merupakan istilah yang belum dikenal
secara umum. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan
pendidikan pada setiap jenis, tingkat dan satuan pendidikan. Penyelenggara utama
bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling (BK) atau konselor.
Berbagai ketentuan, aturan dan pedoman resmi tentang keberadaan dan pelaksanaan tugas
guru BK atau konselor, antara lain dapat dirujuk pada Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar isi, Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, Permendiknas
Nomor 27 tahun 2008 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya, Peraturan Bersama
Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 03/V/Pb/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
(PK Guru) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 2010 (Buku 2: Pembinaan dan
Pengembangan Profesi Guru).

Penyelenggaraan tugas guru BK harus didukung oleh sejumlah kompetensi yang


dapat dikelompokkan ke dalam empat kompetensi utama dengan segenap penjabarannya,
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi
kepribadian. Salah satu kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling atau
konselor adalah menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah konseli (Permendiknas Nomor 27 tahun 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Asesmen?
2. Bagaimana Peran dan fungsi asemen psikologi dalam layanan BK dan pengambilan
keputusan

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi asesmen
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi asesmen dalam layanan BK dan pengambilan
keputusan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Assesmen
Istilah asesmen diartikan oleh Stiggins (1994) sebgai penilaian proses,
kemajuan, dan hasil belajar siswa. Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano
(2001) sebagai “The Procces Of Collecting dat which shows the development of
learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang
tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa
merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak
dikesampingkan.
Assesmen adalah suatu proses pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian
kinerja dan karya siswa serta bagaimana proses ia menghasilkan karya. Asesmen adalah
proses pengumpulan informasi tentang seorang yang akan digunakan dengan anak
tersebut. Tujuan utama dari suatu asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan merencanakan program
pembelajaran. Menurut Hargrove dan Poteet, asesmen merupakan salah satu dari tiga
aktivitas evaluasi belajar, ketiga aktivitas tersebut adalah asesmen, diagnotik, dan
preskriptif. Menurut Salvia dan Ysseldyke seperti dikutip oleh lerner, dalam kaitannya
dengan upaya penanggulangan kesulitan belajar, asesmen dilakukan untuk lima
keperluan, yaitu:
1) Penyaringan (screnning)
2) Pengalihtanganan (referral)
3) Klasifikasi (classification)
4) Perencanaan pembelajaran ( instruction planning)
5) Pemantauan kemajuan belajar ( monittoring pupil progress).

Assessment dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu yang


mendasari munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan assessment dalam
bimbingan dan konseling, yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi
konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang
ada pada masalah konseli. Assessment yang dilakukan sebelum, selama dan setelah
konseling berlangsung dapat memberi informasi yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi konseli. Dalam prakteknya, assessment dapat
digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan sebuah konseling, namun juga dapat
digunakan sebagai sebuah terapi untuk menyelesaikan masalah konseli. Assessment
merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/ kompetensi yang
dimiliki oleh konseli dalam memecahkan masalah. Assessment yang dikembangkan
adalah assessment yang baku dan meliputi beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator yang
ditetapkan dan dikembangkan konselor. Assessment yang diberikan kepada konseli
merupakan pengembangan dari area kompetensi dasar pada diri konseli yang akan
dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator. Pada
umumnya assessment bimbingan dan konseling dapat dilakukan dalam bentuk laporan
diri, performance test, tes psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya.

B. Peran dan Fungsi Asesmen dalam Psikologi dalam layanan BK dan pengambilan
keputusan
Asesmen psikologis mengumpulkan informasi tentang individu untuk
memberinya bimbingan dan konseling. Ini adalah langkah pertama dalam setiap situasi
bimbingan dan konseling. Prosesnya biasanya dimulai dengan keluhan utama atau
masalah yang muncul—biasanya inilah yang mendorong orang tersebut untuk mencari
bantuan. Penilaian psikologis yang lengkap harus mencakup: riwayat bio psikososial,
penilaian neurologis, tes psikologis dan pemeriksaan fisik. Setelah selesai, penilaian
akan membantu untuk menetapkan baik diagnosis tentatif atau definitif. Dengan
informasi ini, konselor dapat menginformasikan hasil kepada klien, dan
psikoterapi/konseling dapat diberikan.
Asesmen psikologis dalam konseling konselor menggunakan berbagai teknik
asesmen yang paling dikenal adalah alat standar yang disebut tes psikologi untuk
menilai perilaku klien. Penilaian formal direncanakan dan didasarkan pada kriteria
tertentu yang telah ditentukan sebelumnya sedangkan beberapa teknik penilaian tidak
standar seperti studi kasus, wawancara, observasi dll.
Asesmen psikologi memiliki kedudukan yang strategis dalam konseling. Ia
adalah dasar dari perencanaan program konseling sesuai dengan konsep diri dalam
psikologis dan kebutuhan konseli sebab hal ini akan mendorong tercapainya tujuan
pelayanan psikologi konseling. Gambaran permasalahan yang diperoleh dari asesmen
bisa dijadikan acuan untuk menyusun program layanan konseling.
Bentuk asesmen psikologi dalam konseling dibedakan menjadi asesmen teknik
nontes dan asesmen teknik tes. Yang paling sering digunakan oleh konselor adalah
asesmen teknik nontes sebab perancangan, pengadministrasian, pengolahan, analisis
dan penafsirannya tidak rumit seperti asesmen teknik tes.
Hasil asesmen sebagai dasar pengembangan program layanan BK di sekolah.
Menurut M. Ramli, dkk (2014:3) dapat berupa asesmen teknik non tes dan asesmen
teknik tes yang meliputi:
1. Teknik observasi sebagai salah satu teknik mengungkap merekam data tingkah laku
individu/siswa melalui proses pengamatan, hal ini bisa dilakukan dengan
menggunakan daftar cek, catatan anegdot, fotofoto.
2. wawancara sebagai berguna untuk mengklarifikasi berbegai data.
3. angket, sebagai salah satu alat yang dapat memberikan masukan tentang berbagai
hal.
4. dokumen berupa leger nilai, rekap absensi siswa yang berisi data tentang prestasi
belajar siswa baik yang hasil belajarnya sudah tuntas ataupun yang belum tuntas
dan harus mendapatkan remidi serta gambaran disiplin siswa dalam belajar. Teknik
tes meliputi hasil pengukuran psikologi yang menguangkapkan tingkat kecerdasan
siswa, kecenderungan bakat dan peminatan siswa dan minat serta kepribadian
siswa.

Tujuan pengukuran Asesmen psikologis bagi siswa bertujuan untuk menilai tingkah
laku, kecakapan mental, dan karakteristik kepribadian siswa dalam rangka membantu siswa
membuat keputusan. Komalasari dkk. (2011) menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan
dan konseling mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Orientasi masalah, yaitu untuk membuat siswa mengenali dan menerima
permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah
2. Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi siswa maupun konselor dalam
mengetahui masalah yang dihadapi siswa secara mendetil
3. Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat
dilakukan oleh siswa d. Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang
paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari
beberapa alternatif tersebut
4. Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah
mengurangi beban masalah siswa atau belum
5. Mengembangkan cara siswa merespon (verbal dan/atau non verbal) pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan oleh guru BK.
6. Melatih siswa untuk berpikir dalam upaya pemecahan masalah
7. Membentuk kemandirian siswa dalam berbagai masalah atau membentuk individu
menjadi mandiri.
8. Melatih siswa mengemukakan apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan. melalui
proses konseling.
9. Membentuk individu yang terbuka dalam berbagai hal, termasuk membuka diri
dalam konseling
10. Membina kerjasama yang baik dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
11. Membelajarkan siswa untuk menilai terhadap cara melaksanakan keputusannya
secara konsekuen.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang seorang yang akan
digunakan dengan anak tersebut. Tujuan utama dari suatu asesmen adalah untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
merencanakan program pembelajaran.
Asesmen psikologi memiliki kedudukan yang strategis dalam konseling. Ia
adalah dasar dari perencanaan program konseling sesuai dengan konsep diri dalam
psikologis dan kebutuhan konseli sebab hal ini akan mendorong tercapainya tujuan
pelayanan psikologi konseling. Gambaran permasalahan yang diperoleh dari asesmen
bisa dijadikan acuan untuk menyusun program layanan konseling. Tujuan pengukuran
Asesmen psikologis bagi siswa bertujuan untuk menilai tingkah laku, kecakapan
mental, dan karakteristik kepribadian siswa dalam rangka membantu siswa membuat
keputusan
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Stone, Geral. L., (1985), Counseling Psychology : Perpsective and Functions, Monterey,
California : Brooks/Cole Publishing Company
Prayitno. 1997. Buku II: Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Jakarta: Penebar Aksara.
Stiggins, R.J. (1994). Student-Contered Classroom Assesment. New York: Macmilan College
Publishing Company
Wahida, Cuntini, Fatimah.” Peran dan aplikasi asesmen dalam bimbingan konseling”. Vol.2,
no.2 maret 2019, P-ISSN: 46-49
Gita, Perianto,” Peran Guru Bimbingan Konseling untuk mengubah persepsi negatif siswa
SMP di Yogyakarta”. Bimbingan dan konseling, Vol.5, No1 desember tahun 2020
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031-
SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/PSIKOLOGI_KONSELING.pdf
3021-6610-3-PB.pdf
NColge_1373_Assessment in CounsellingGuidance (7) (3).pdf

Anda mungkin juga menyukai