Anda di halaman 1dari 8

Nama : Keisha Alvera Herwina Sadie

Nim : 22053180

Resume “Asesmen dan Riset Konseling Kesehatan Mental”

A. Assesmen dalam Konseling Kesehatan Mental


1. Peran Asesmen Dalam Konseling Kesehatan Mental

Asesmen merupakan salah satu kegiatan pengukuran. Dalam konteks bimbingan


konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan
konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/
berlangsung
(Ratna Widiastuti, 2010). Asesmen merupakan salah satu bagian terpenting dalam
seluruh kegiatan yang ada dalam konseling (baik konseling kelompok maupun
konseling individual). Karena itulah asesmen dalam bimbingan dan konseling
merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan
bimbingan dan konseling itu sendiri.
Dalam pelaksanaannya, asesmen merupakan hal yang penting dan harus dilakukan
dengan berhati-hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi
masalah karena asesmen yang tidak memadai akan menyebabkan tritmen gagal;
atau bahkan dapat memicu munculnya konsekuensi dari tritmen yang merugikan
diri klien. Meskipun menjadi dasar dalam melakukan tritmen pada klien, tidak
berarti konselor harus menilai (to assess) semua latar belakang dan situasi yang
dihadapi klien pada saat itu jika tidak perlu. Kadangkala konselor menemukan
bahwa ternyata “hidup” klien sangat menarik. Namun demikian tidaklah efisien dan
tidak , etis untuk menggali semuanya selama hal tersebut tidak relevan dengan
tritmen yang diberikan untuk mengatasi masalah klien

2. Teknik Asesmen Dalam Konseling Kesehatan Mental


Dalam konseling assesmen memiliki Bentuk-bentuk asesmen yang mana

Dibedakan menjadi asesmen teknik tes dan asesmen teknik non tes. Menurut
Gronlund & Linn (1990: 5) tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik untuk
Mengukur perilaku sampel. Teknik tes biasanya dilakukan oleh guru bimbingan
Konseling yang sudah bersertifikat yang mana biasanya dilakukan dengan orang-
Orang yang berhubungan dengan psikologis, bentuk teknik tes sebagai berikut :
Kemudian teknik non tes biasanya sering digunakan oleh guru bimbingan dan

Konseling karena teknik non tes lebih praktis dibandingkan dengan teknik tes,

Bentuk-bentuk teknik non tes sebagai berikut :

a. Daftar cek masalah (DCM)


b. Alat ungkap masalah (AUM)
c. Alat ungkap masalah belajar (AUM PTSDL)
d. Sosiometri
e. Observasi

3. Fungsi Asesmen Dalam Konseling Kesehatan Mental


Hood & Johnson (1993) menjelaskan ada beberapa fungsi asesmen, diantaranya
Adalah untuk :
A. Menstimulasi klien maupun konselor mengenai berbagai isu permasalahan
B. Menjelaskan masalah yang senyatanya
C. Memberi alternatif solusi untuk masalah
D. Menyediakan metode untuk memperbandingkan alternatif sehingga dapat
Diambil keputusan.
E. Memungkinkan evaluasi efektivitas konseling

Dengan demikian asesmen akan benar-benar bisa memenuhi kriteria objektivitas


Dan keadilan, sehingga keputusan yang akan diambil oleh klien dapat benar-benar
Sesuai dengan kemampuan diri klien itu sendiri. Asesmen yang tidak dilakukan
Secara objektif, akan berpengaruh pada pelayanan konseling oleh konselor sekolah/
Guru BK. Hal ini akan berakibat tidak baik pada diri klien, bahkan terhadap
konselor Itu sendiri untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Asesmen dalam
bimbingan Dan konseling adalah asesmen yang berbasis individu dan
berkelanjutan. Semua Indikator bukan diukur dengan soal seperti dalam
pembelajaran, tetapi diukur secara Kualitatif, kemudian hasilnya dianalisis untuk
mengetahui kemampuan klien dalam Mengambil keputusan pada akhir konseling,
dalam melaksanakan keputusan setelah Konseling, serta melihat kendala/ masalah
yang dihadapi klien dalam proses Konseling maupun kendala dalam melaksanakan
keputusan yang telah ditetapkannya.
Selain itu, Menurut Hackney dan Cornier dalam Lahmuddin Lubis (2011),

Terdapat 12 tujuan assessment, yaitu:

a. Melancarkan proses pengumpulan informasi.


b. Memungkinkan konselor membuat diagnosis yang akurat.
c. Mengembangkan rencana tindakan yang efektif.
d. Menentukan tepat atau tidaknya konseli menjalani rencana tertentu.
e. Menyederhanakan pencapaian sasaran dan pengukuran kemajuan.
f. Meningkatkan wawasan insight mengenai diri konseling
g. Mampu menilai lingkungan.
h. Meningkatkan proses konseling dan diskusi yang lebih terfokus dan relevan.
i. Mengindikasikan kemungkinan peristiwa tertentu akan terjadi.
j. Meningkatkan minat, kemampuan, dan dimensi kepribadian.
k. Menghasilkan pilihan-pilihan.
l. Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan.
Hood & Johnson (1993) menjelaskan ada beberapa fungsi asesmen, diantaranya

Adalah untuk :

a. Menstimulasi klien maupun konselor mengenai berbagai isu


permasalahan

b. Menjelaskan masalah yang senyatanya

c. Memberi alternatif solusi untuk masalah


d. Menyediakan metode untuk memperbandingkan alternatif sehingga
dapat diiambil keputusan.
e. Memungkinkan evaluasi efektivitas konseling

4. Klasifikasi instrumen konseling kesehatan mental


a. Wawancara
b. Observasi
c. Quisioner
5. Pengkomunikasian Hasil Asesmen

Pengkomunikasian hasil tes merupakan proses yang rasional dan objektif bagi
Konselor tetapi hasil tes tersebut belum tentu disukai klien. Bagi konselor skor hasil
Tes suatu diskripsi saja tetapi klien bisa saja menganggapnya sebagai Motivasi.
Konselor harus mampu menafsirkan perasaan yang ditampilkan klien Setelah
melihat hasil tes dalam usaha mengajak klien memahami dan menerima hasilbTes
tersebut. Contoh pengkomunikasian hasil tes seorang konselor akan memberikan
Hasil tes kepada kliennya yang bernama Joni, tetapi hasil tes tersebut tidak sesuai
Dengan apa yang diinginkan oleh Joni, sehingga joni merasa kecewa. Kemudian
Konselor tersebut memberikan motivasi kepada joni dan berkata “saya yakin kamu
Bisa mendapatkan hasil yang lebih baik daripada ini”. Diharapkan dengan
perkataan Konselor seperti itu membuat Joni lebih termotivasi.

B. Penilaian dalam konseling kesehatan mental


1. Relevansi riset
Relevansi adalah kesesuaian keberadaan sesuatu pada tempatnya atau yang
Diinginkan. Sedangkan riset merupakan sebuah proses untuk menginvestigasi
Masalah, memperluas ilmu pengetahuan, mengeksplorasi teori yang didapat,
Menemukan dan menginvestigasi masalah hingga medapatkan solusi terhadap
Permasalahan yang terjadi. Berbicara tentang relevansi penelitian bukan hal
baru.Hanya saja sampai sejauh ini, belum ada satupun definisi relevan yang
disepakati Bersama. Bagi orang pragmatis, yang kadang sangat mendekati kapitalis,
penelitian Yang relevan adalah yang menghasilkan produk yang bisa
dikomersilkan. Mazhab ini Menganggap penelitian dasar kurang mempunyai
relevansi karena tidak memecahkan Masalah secara langsung. Dampak sebagai
ukuran relevansi bisa dilihat dari berbagai Ini.

Aspek, dampak sebuah penelitian bisa diukur dari :

a. Pengembangan pengetahuan
b. Pengaruhnya dalam praktik
c. Penggunaannya dalam pembelajaran
d. Pengaruhnya dalam pembuatan kebijakan publik
e. Nilai ekonomi karena proses komersialisasi
f. Pengaruhnya secara umum bagi masyarakat dan lingkungan

2. Riset Konseling Kesehatan Mental


Pendekatan riset atau penelitian merupakan cara berpikir yang diadopsi peneliti
tentang bagaimana desain riset dibuat dan bagaimana penelitian akan dilakukan.
Dalam riset sosial, pendekatan penelitian meliputi tiga jenis, yaitu kualitatif,
kuantitaif, dan campuran atau gabungan yang juga dikenal dengan istilah mix
method. Proses analisis data dengan pendekatan salah satu dari ketiganya bisa
induktif, deduktif atau gabungan keduanya.Pendekatan penelitian adalah rencana
konsep dan prosedur untuk penelitian yang mencakup langkah-langkah mulai dari
asumsi luas hingga metode terperinci dalam pengumpulan data, analisis, dan
interpretasi. Keputusan keseluruhan melibatkan pendekatan mana yang harus
digunakan untuk mempelajari suatu topi.
Jenis pendekatan riset atau penelitian, terdapat 3 jenis pendekatan penelitian yaitu :

a. Pendekatan kualitataif

b. Pendekatan kuantitatif

c. Pendekatan campuran yang dapat dipilih oleh seoarang peneliti.


3. Metodologi Riset Konseling Kesehatan Mental
Metodologi riset atau penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan
data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan
analisis teoretis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian atau riset merupakan
suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan,
juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakikat penelitian dapat dipahami
dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan
penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya
dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian
secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan
refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu.
Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan
penelitian.
KESIMPULAN

Kompetensi yang dimiliki oleh klien dalam memecahkan masalah. Asesmen yang
dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi beberapa aspek yaitu kognitif,afektif,
dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator yang ditetapkan
dan dikembangkan oleh Guru BK/ Konselor sekolah. Asesmen yang diberikan kepada klien
merupakan pengembangan dari area kompetensi dasar pada diri klien yang akan dinilai, yang
kemudian akan dijabarkan dalam bentuk indikatorindikator. Pada umumnya asesmen
bimbingan konseling dapat dilakukan dalam bentuk laporan diri, performance test, tes
psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya, asesmen
merupakan hal yang penting dan harus dilakukan dengan berhati-hati sesuai dengan kaidahnya.
Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah karena asesmen yang tidak memadai akan
menyebabkan tritmen gagal; atau bahkan dapat memicu munculnya konsekuensi dari tritmen
yang merugikan diri klien.

Sumber bacaan:

Gronlund, Norman E. Dan Robert L. Linn. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching.
New York: Macmillan Publishing Company.

Hood, A. B & Johnson, R. W. 1993. Asessment in Counseling: a Guide to the Use


Psychological Asessment Procedures. American Counseling Assocition.

Lubis, Lahmudin. 2011. Landasan bimbingan konseling di Indonesia. Bandung: Citapustaka


Media Perintis.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.
Widiastuti, Ratna. 2010. Asesmen Instrumen Untuk Melakukan Asesmen dalam Bimbingan dan
Konseling.

Anda mungkin juga menyukai