Anda di halaman 1dari 2

Metode cross-sectional

Berbeda dengan metode longitudinal, metode cross-sectional merupakan metode pengembangan yang
tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama, dengan kata lain hanya menggunakan waktu yang relative
singkat dapat diperoleh data-data yang banyak dengan menggunakan sampel lebih dari satu konseli. Jadi
metode ini digunakan untuk mengembangakan psikologi konseling secara horizontal.

a. Metode intropeksi
Intropeksi atau mawas diri adalah penghayatan terhadap kehidupan psikisnya sendiri, ini
merupakan sumber pengenalan yang penting dalam psikologi konseling. Metode intropeksi dapat
dilakukan secara eksperimental dan noneksperimen. Sudah barang tentu penggunaan metode ini
dijalankan dengan penuh kesadaran dan sistematis menurut norma-norma ilmiah. Tetapi oleh karena
dalam penggunaan metode ini yang menjadi objek adalah dirinya konselor sendiri, maka metode ini
mengandung banyak kelemehan-kelemahan seperti kesulitan menjauhkan sifat objektif karena
orangs sering tidak jujur dalam mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri, apalagi mengenai hal-
hal yang mengenai kelemahan.
Sekalipun metode intropeksi merupakan metode yang mengandung kelemahan, penggunaan
metode ini sangat besar artinya dalam lapangan psikologi konseling. Dalam proses konseling, banyak
peristiwa kejiwaan dapat dimengerti yang didasarkan atas kesadaran dirinya sendiri, dan banyak hal
yang dapat dicapai dengan menggunakan metode introspeksi, seperti suasana psikis konselor ketika
memberi rasa senang (fun), rasa kecewa, rasa puas, rasa tidak puas, rasa empati, rasa dengki, rasa
rindu, rasa tulus, dan lainnya. Dengan menggunakan metode introspeksi konselor dapat
mengembangkan suasana psikis yang mendukung proses konseling dan menghilangkan suasan psikis
yang menghambat proses konseling.
b. Metode ekstrospeksi
Metode ekstospeksi adalah pengamatan yang sistematis terhadap kehidupan psikis orang lain untuk
memahami ciri-ciri khas individu tersebut. Dalam konseling, seorang konselor melakukan
pengamatan terhadap kehidupan koseling setelah diberikan layanan konseling. Hasil pengamatan
tersebut berguna sebagai balikan bagi konselor untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya dalam
memberikan layanan konseling kepada konseli menyimpulkan apa yang terjadi pada diri konseli, juga
berdasarkan keadaan pada dirinya sendiri. Konselor dapat menyatakan seorang konseli dalam
keadaan susah, gembira, tergesa-gesa dan sebagainya, oleh karena ia sendiri bila dalam keadaan
demikian ,mengalami hal-hal yang demikian itu, dengan demikian kelemahan-kelemahan yang
terdapat pada metode ekstrospeksi dapat dikurangi dengan kelebihan penguranagan introspeksi, dan
sebaliknya.
c. Metode kuesioner
Kuesioner atau sering disebut angket merupakan metode pengembangan psikologi konseling dengan
menggunakan daftar pernyataan yang harus dijawab secara tertulisoleh responden dari kegiatan
pengembangan tersebut. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner tergantung kepada maksud
serta tujuan yang ingin dicapai. Kuesinoer tergantung kepada maksud serta tujuan yang ingin dicapai.
Secara garis besar, isi kuesioner dapat digolongkan ke dalam dua bagian yakni: bagian yang
mengandung data identitas, dan bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan atau penyataan-
pernyataan.
d. Metode interview
Metode interview disebut juga metode wawancara, itu salah satu metode pengembangan psikologi
konseling yang dilaksanakan dengan melakukan wawancara pada sejumlah responden dengan
menggunakan metode wawancara. Pedoman wawancara disusun ke dalam bentuk tertutup dan
bentuk terbuka. Pedoman wawancara bentuk tertutup menghendaki jawaban yang disingkat dan
pendek, sedangkan pedoman wawancara bentuk terbuka membutuhkan jawaban responden yang
lebih meluas dan mendalam. Di bawah ini diberikan contoh pedoman wawancara bentuk terbuka
dan tertutup.
e. Metode dokumentasi
Secara harafiah dokumentasi artinya pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan
informasi dalam bidang pengetahuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Metode dokumetasi bisa
didefinisikan sebagai suatu teknik untuk memperoleh informasi dengan cara memperlajari berbagai
dokumen yang telah didokumentasikan. Data-data yang telah didokumentasikan mencakup cukup
banyak hal seperti: data aspek psikologi siswa (intelligence quotient bakat, minat, dan kepribadian),
data prestasi belajar siswa, data hasil konseling dan lainnya. Berbagai data tersebut sangat berharga
bagi kemajuan psikologi konseling.

Anda mungkin juga menyukai