PENDAHULUAN
Setiap peserta didik adalah pribadi unik yang memiliki perebadaan antara satu
sama lain (individual differences). Pengelanan dan pemahaman individu akan menjadi
kunci keberhasilan dalam belajar mengajar, sebab dengan mengenali dan memahami
peserta didik, seorang pendidik akan mampu menentukan cara atau metode yang akan
dipilih sesuai dengan karakteristik individu tersebut. Pengenalan dan pemahaman
yang baik terhadap peserta didik ini pada ujungnya akan membantu para peserta didik
agar dapat berkembang secara optimal dalam proses pendidikannya.
1
Ikrimatulhusna1.blogspot.co.id
B. Rumusan Masalah
2
Wibowo. Mungin, E Teknik Bimbingan dan konseling.2000.Semarang:FKIP
3
Anwar Sutoyo. Pemahaman Individu.2012.Semarang
dengan segala cirri-ciri dan sifat-sifat yang dimilikinya. Tanpa memahami individu
dengan ciri-ciri dan sifat-sifat yang ada pada dirinya sulit diharapkan bahwa konselor
atau psikolog akan dapat memberikan bantuan secara tepat dan baik.4
1. Memberikan warna professional pada layanan BK. Dalam hal ini setiap jenis dan
strategi layanan memiliki dasar yang kuat sehingga dapat dilakukan secara
sistematis. (Apabila terjadi kegagalan maka dapat ditelusuri kebelakang, ada
dasarnya, jika ada kesalahan ada letaknya). Setiap langkah dalam memberikan
layanan harus punya dasar. (misal diagnose butuh data).
2. Mendasari pelaksanaan setiap layanan BK karena dengan pemahaman individu
dapat diketahui karakteristik masalah dan kebutuhan bimbingan dari individu
yang bersangkutan.
3. Hasil dari Pemahaman individu menjadi tumpuan dari setiap layanan BK, dalam
hubungan dengan prediksi, diagnosis, evaluasi program layanan bagi individu
yang bersangkutan.
c. Suatu cara untuk memahami, menilai, menaksir, karakteristik potensi dan atau
masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok
individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview, skala penilaian,
daftar cek, inventory, tekhnik proyektif dan beberapa tekhnik tes.
4
Moh, Suryo, Bimbingan dan penyuluhan disekolah.Bandung:Cv Ilmu,1975
B. Memahami Manusia Dengan Tekhnik Non-Testing
Metode pengukuran psikologis pada dasarnya dapat dibedakan atas dua jenis
yaitu metode test dan non testing. Menurut Sumardi Suryobroto, metode yang tidak
termasuk kedalam metode test terdiri dari observasi, pengumpulan bahan (permainan
dan hasil karya), biografis, angket, dan wawancara. Pengukuran psikologis dengan
jalan membaca atau mendengar apa yang dikatakan oleh individu yang bersangkutan
merupakan pengukuran psikologis menggunakan metode self report atau laporan diri,
meliputi angket langsung, interview langsung, inventori, dan autobiogrfi.
Sedangkan apabila pengukuran tersebut dilakukan dngan jalan mendengar atau
membaca dari oranglain di namakan metode laporan orang lain (report by other),
meliputi angket tak langsung, interview tak langsung, sosiometri, dan biografi.
Macam-macam dokumentasi
1. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan
harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan
dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau
catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server
dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
Meleong (dalam Herdiansyah, 2010: 143) mengemukakan dua bentuk
dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, yaitu:
1. Dokumen harian
Diary berisi beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga unsur perasaan.
3. Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat dijadikan sebagai
materi dalam analisis dokumen dengan syarat, peneliti mendapat izin dari orang yang
bersangkutan.
2. Autobiografi
Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas gabungan tiga kata,
yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan grapein (menulis). Didefinisikan autobiografi
adalah tulisan atau pernyataan mengalami pengalaman hidup.
1. Dokumen Resmi
c. Untuk menyingkap suatu fakta secara lebih detail dan lebih kaya,
Case Study atau studi kasus adalah penelitian secara intensif terhadap suatu objek
yang bertujuan memberikan deskripsi yang mendetail tehadap subjek yang diteliti
tersebut. Peneliti melakukan wawancara, observasi, atau mempelajari biografinya.
Dengan demikian metode ini bukanlah metode yang berdiri sendiri, melainkan
penggabungan dari beberapa metode yang sudah ada sebagian dasar untuk melakukan
interprestasi dan diagnosa tentang tingkah laku seseorang. Metode ini bersifat
integratif (mengintegrasikan beberapa metode pengumpulan data) dan penggunaan
data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan
diagosis dan mengarikan tingkah laku peserta didik.
5
Sugiyon,. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D.(Bandung: Alfabeta,2010)
Disamping integratif, metode ini juga bersifat komprehensif, karena memuat
deskripsi yang lengkap tentang keadaan seseorang seperti identitas pribadi, latar
belakang keluarga, catatan masa kanak-kanak , kemampuan dasar, prestasi yang
dicapai, penyesuaian sosial persona, dan lain sebagainya.
Jadi studi kasus ini merupaka studi mendetail tentang individu dengan maksud
untuk memberikan bimbingan yang tepat ke arah pemecahan masalah yang baik.
Studi kasus juga mempelajari individu dalan proses tertentu secara terus
menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah:2000). Misalnya peserta didik
yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam
belajar.
Untuk itu konselor/psikolog menjawab tiga pertanyaan inti dalam studi kasus,
yaitu:
6
Wening Wihartati, Pemahaman Individu Paradigma Psikologi dan Agama, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,
2015) hal. 110
kehidupan masyarakat dapat berjalan sesai dengan nilai-nilai ajaran dalam konseling
islam. Teknik ini memiliki kemanfaatanlebih besar dibanding dengan teknik lainnya.
Hal ini dapat dilihat dari informasi kasus alternative problem solving yang
dihasilkan dalam proses ini. Oleh karena itu membahas teknik konferensi kasus (case
conferense) dalam konseling islam menjdi kajian yang lebih komprehensif.7
a. Karakteristik studi kasus
Hancock &Algozzine (2006) menyatakan beberapa karakteristik dari studi kasus
antara lain sebagai berikut :
1. Terfokus pada individu / subjek atau fenomena
Seringkali studi kasus ditujukan untuk meneliti subjek atau individu dalam
konteks sosial. Namun tidak jarang studi kasus juga ditujukan untuk meneliti
fenoma seperti kejadian khusus (event), situasi tertentu (situation), program yang
telah atau sedang dijalankan (program), atau aktifitas tertentu (activity).
2. Fenomena yang di teliti, dipelajari dalam konteks alamiah serta terkait ruang dan
waktu.
Apa yang di pelajari dalam studi kasus merupakan fenomena yang alamiah,
tanpa diberikan intervensi apapun oleh peneliti. Hal yang paling penting untuk
diperhatikan ketika melakukan studi kasus adalah kasus atau fenomena yang di
teliti harus terkait ruangwaktu. Artinya , yang di teliti haruslah berbatas waktu dan
tempat. Peneliti harus membatasi cakupan penelitiannya berdasarkan waktu dan
tempat tertentu.
3. Kaya akan penjelasan deskriptif
Fenoma yang diteliti menggunakan studi kasus haruslah dijelaskan secara
detail engan deskripsi yang sejelas-jelasnya. Hal ini dapat dicapai jika peneliti
menggabungkan beragam teknik penggalian data demi mendapatkan banyak
informasi atau data yang diperlukan. Hasil dari penggalian data dengan beragam
teknik tersebut memungkinkan peneliti mampu mengulas dan menjelaskan temuan
dengan sudut pandang yang beragam yang kaya akan penjelasan deskriptif.
Dari ketiga karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa melakukan studi
kasus berarti melakukan riset kualitatif dengan mengidentifikasi topik dengan
batasan yang jelas dengan cara melakukan analisis yang mendalam dalam konteks
yang natural dengan menggunakan beragam sumber informasi. ketiga
7
Jurnal : Hasanah,Hasyim,2015,TEKNIK CASE CONFERENCE DALAM KONSELING ISLAM, KONSELING RELIGI VOL
6, NO.1 (2015):KONSELING RELIGI page.193-2
karakteristik tersebut yang membedakan antara studi kasus dengan jenis riset
kualitatif lainnya. Namun demikian , penentuan fokus dari studi kasus apakah
akan terfokus pada individu, event, situasi , program, atau aktivitas, bergantung
pada tujuan penelitian yang diajukan oleh peneliti.
b. Fokus bahasan dalam studi kasus
Pada sub-bab ini akan membahas akan membahas contoh-contoh riset agar
pembaca menjadi lebih mudah membedakan satu persatu dari fokus yang bervariasi.
1. Individu
Individu yang layak untuk dijadikan fokus dalam studi kasus adalah individu
yang memiliki keunikan , kekhasan, dan keistimewaan tertentu yang ia miliki atau
yang melekat pada dirinya.
Keunikan atau kekhasan ini dapat berarti bahwa individu tersebut memiliki profesi
tertentu yang dianggap menarik dan layak dijadikan subjek dalam melakukan
studi kasus.
2. Kejadian
Untuk contoh fokus yang bersifat kejadian , penulis memberikan contoh riset
studi kasus yang dilakukan oleh asmussen & crewswell. Dalam penelitian
tersebut, mereka melakukan penelitian terkait dengan kejadian penembakan yang
dilakukan oleh mahasiswa. Yang di peroleh dekripsi yang sangat detail mengenai
kejadian, kronologi dan kondisi mengenai penembakan itu terjadi.
3. Situasi
Situasi yang terjadi adalah tingginya tingkat kriminalitas di amerika yang
dilakukan oleh anak anak muda yang menyebabkan banyak kerusakan dan
kerusuhan. Namun, ada sejumlah anak muda yang dahulu adalah pelaku kriminal
tersebut yang sudah menyadari kekeliruan yang telah di lakukan oleh anak-anak
pada masa silam, bersedia untuk berbagi pengalam untuk menyadarkan analanak
muda yang lain yag belum sadar untuk bangkit dan menghentikan perilaku
kriminalnya.
4. Program
Contoh dari kasus yang berfokus pada program adalah penelitian yang
dilakukan terhadap penerapan metode pembelajaran student central leraning
(SCL) terhadap mahasiswa perguruan tinggi. Program yang dilakukan oleh
universitas adalah mengganti metode pembelajaran sebelumnya , yaitu teacher
central leraning (TCL) dengan metode SCL ini, karena SCL dianggap lebih
efektif memotivasi mahasiswa untuk mau beajar lebih independen dan lebih
terfokus. Dalam penelitian ini metode , metode SCL diberikan sebagai pilot
project antara selama dua smester berturut-turut pada mahasiswa di lima fakultas
yang berbeda dan dengan angkatan yang berbeda. Kelima fakultas yang menjadi
pilot project antara lain fakultas hukum, fakultas teknik, fakultas filsafat, fakultas
ekonomi, dan fakultas psikologi.
5. Aktivitas
Contoh studi kasus yang memfokuskan pada aktifitas ini akan mengenai
pembelajaran koopertif terhadap aak-anak. Pembelajaran dan kolaboratif dikenal
sebagai komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dikelas, khusunya
pada anak-anak. Namun, masih banyak pertanyaan mengenai bagaimana cara guru
menerapkan metode pembelajaran ini dan memberikan pembelajaran langsung
kepada anak-anak.
Studi kasus sering digunakan dalam evalusai, bimbingan, dan penelitian. Studi
ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang pesrta
didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku
peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu
mengumpulkan data dari berbagi sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan
alat pengumpulan data. Salah satu alat yang digunakan aldalah depth-interview, yaitu
melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar
belakang kehidupan, latar belakang keluaraga, kesanggupan dan kebutuhan,
perkembangan kesehatan dan sebagainya.
Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempuyai
kelebihan da kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara
mendalam dan Navel O. Mangelep Sriwijaya University Komprehensif, sehingga
karakternya dapat diketahui selengkapnya. Sedangkan kelemahnnya adalah hasil studi
kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu
saja.
D. Teknik Non-Testing Sosiometri
Secara Umum
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial
seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan dan arah hubungan sosial
individu tersebut dalam suatu kelompok.
1. Pengertian Sosiometri
Sosiometri adalah suatu emtode untuk mengumpulkan data tentang pola dan
struktur hubungan antar individu-individu dalam suatu kelompok. Metode ini mula-
mula dikembangkan oleh Moreno dan Jenning.
Teknik sosiometri dapat dipakai dalam bidang psikologi, sosiologi, dan ilmu
pendidikan yang pada umumnya bertujuan meneliti hubungan sosio-psikologik yang
terdapat antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam suatu kelompok
ilmu sosial. Dengan kata lain, teknik sosiometri banyak digunakan untuk pengumplan
data tentang dinamika suatu kelompok sosial. Kelompok sosial ini, misalnaya adalah
kelas sekolah, regu kerja, pegawai kantor, karyawan organisasi produksi, kesatuan
tentara dan lain-lain. Tentunya terdapat-terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya,
tetapi secara garis besar dapat dikatakan bahwa teknik ini terdiri dari ertanyaan
khusus yang dikemukakan pada setiap anggota kelompok sosial untuk mengetahui
selera piihan anggota kelompok itu terhadap anggota lainnya dalam satu situasi
tertentu.
Beberapa hal yang perlu diingat dalam melaksanakan sosiometri adalah sebagai
berikut.
Sosiometri dibedakan atas tiga tipe, yaitu normative, tipe skala bertingkat, dan
tipe siapa dia.8
b. Saya menyenangi teman ini. Saya sering bekerja sama dengannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Saya juga sering berbincang-bincang
dengannya. Teman yang saya maksud adalah………..
c. Saya dapat bergaul secara baik dengan teman ini. Saya tidak keberatan kalau ia
masuk dalam anggota kelompok kami. Saya dapat bekerjasama dengan dia
disekolah walaupun diluar sekolah jarang berhubungan dengannya. Teman yang
saya maksud adalah………….
d. Saya tidak begitu akrab dengan teman ini. Disekolah saya hanya bicara seperlunya
saja. Kalau bertemu dijalan biasanya kami hanya saling mengangguk atau sekedar
senyum atau saling menegur dengan ucapan “hello” saja. Teman yang saya
maksud adalah………………
e. Saya tidak menyenangi teman ini, saya selalu menghindar pertemuan dengannya,
saya keberatan jika dia dimasukan dalam kelompok kami, teman yang saya
maksud adalah………………
Jawaban dari stetmen disusun dalam table, pilihan pertama,(a) diberi skor 2, pilihan
kedua (b) skor 1, pilihan ketiga (c) skor 0, pilihan keempat (d) -1, pilihan kelima €
skor -2.
Dalam tipe ini disediakan sejumlah statement tentang sifat-sifat individu, sebagian
sifat yang positif dan sebagian lagi sifat negative. Kepada masing- masing anggots
kelompok untuk memilih kawan-kawannya yang mempunyai sifat yang cocok dengan
yang digunakan statement tersebut contoh-contoh stetmennya antara lain:
a. Dalam kelasi ini ada teman yang hamper tidak pernah marah walaupun
diganggu oleh tenmannya. Teman tersebut adalah…………
b. Dalam kelas ini ada teman yang sering murung, ia jarang bergurau ata bercetita
yang lucu. Dia/mereka adalah………………
c. Dalam kelasi ini ada teman yang angkuh tidak mau menggahrai pendapat orang
lain, ia sering marah jika orang lain menyangkal pendapatnaya. Dia/mereka
adalah……………….
d. Dalam kelas ini ada teman yang dapat bekerja sama dengan baikdengan setiap
orang, ia bekerja dengan giat, dan penuh tenggung jawab. Dia/mereka
adalah……..
Seperti dalam sosiometri nomatif dan skala bertingkat, sosiometri ini juga
menggunakan table/tabulasi arah pilihan, namun bentuknya berbeda, pada
sosiometri ini, tabulasi tidak dicantumkan adalah item atau sistemnya, item
tersebut diklarifikasikan menjadi dia kelompok, yaitu positif dan negative. Piliha
pada item positif diberi skor 1, sedangkan negative -1.
Pelaksanaan
Analisis hasil
4. Merencanakan program yang konsturktif untuk menciptakan iklim sosial yang lebih
baik dan sekaligus mengatasi masalah penyesuaian kelas tertentu.
Baik tidaknya hubungan sosial individu dengan individu yang lain dapat dilihat dari
beberapa segi.
1. Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau imdividu tersebut bergaul.
Makin sering individu bergaul, pada umumnya individu itu makin baik dalam
hubungan sosialnya. Individu yang mengisolasi diri berarti induvidu itu kurang
bergaul. Tetapi sejauh mana frekuensi ini dapat dipastikan, hal ini merupkan yang
sulit untuk dapat diketahui. Apabila frekuensi digunakan sebagai ukuran untuk
menentukan baik tidaknya seorang dalam pergaulan sosial, orang akan kesulitan
untuk menentukan batas yang baik, kurang baik, tidak baik.
2. Intensitas hubungan, yaitu keintiman seorang anak atau individu dalam individu
dalam pergaulan, makin mendalam seorrang dalam hubungan sosialnya, hubungan
sosialnya pun biasanya semakin baik, teman yang intim, yang berarti mempunyai
intensitas yang mendalam, marupakan teman akrab, yang hubungannya lebih
baikdari pada teman yang kurang tau tidak intim. Namun demikian, kalau hal ini
digunakan sebagai kriteria untuk menentukan taraf baik tidaknya kontak sosial,
maka orang pun akan menghapi kesulitan untuk menentukan sampai sejauh mana
atau sedalam mana batas yang dapat digunakan sebgai ukuran. Oleh sebab itu,
kalau digunakan sebagai kriteria maka akan banyak dipati berbagai tendensi yang
bersifat objektif.
Untuk menentukan hubungan sosial ada dua macam bentuk, yaitu pilihan sebagai arah
yang positif, dan penolakan sebagai arah yang negatf. Tentang bentuk mana yang akan
digunakan tergantung pada yang akan dicapinya. Dengan cara ini dapat di ketahui siapa saja
yang popular, dan siapa yang terasing dan tertolak oleh teman-temannya. Hal ini teramat
penting, terlebih sebagai seorang guru.
kelebihan
Kelemahan
1. Hanya dapat diterapkan pada kelompok peserta didik yang sudah mengenal pada
waktu yang cukup lama
2. Akurasi data pada panggunaan sosiometri yang sesuai tujuan sangat ditentukan oleh
kemampuan guru pembimbing dalam menyusun angket sosiometri
3. Peserta didik tidak mudah menentikan pilihan teman meentukan intensitas hubungan
yang selama ini terjadi, maupun saat menentukan kriteria hubungan yang selama ini
terjadi, maupun saat menentukan kriteria pribdi atsu sifat-sifat anggota kelompok di
kelasnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi
dalam dunia pemdidikan kita tidak hanya semata dapat menggunakan instrument
tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument tes dalam kegiatan pengukuran
dan penilaian. Tekhik-tekhnik non-tes juga menempati kedudukan yang penting
dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubngan dengan
kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap mata pelajaran
tertentu, persepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya.
Tekhnik non-tes merupakan salah satu tekhnik dalam mengenali dan memahami
pribadi peserta didik. Tekhnik nontes berkaitan dengan prosedur pengumpulan
data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya yang bersifat kualitatif dan
tidak dapat digali melalui tekhnik tes. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi
dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya. Bentuk-bentuk instrument
evaluasi non-tes seperti wawancara (interview), pengamatan (observation), angket
( questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumen (documentary analysis),
sosiometri, dapat kita pakai sebagai alternative dalam melaksanakan evaluasi.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Apabila terdapat kesalaha
kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah kami
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA