MAKALAH
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling di SD
Yang Dibina Oleh
Dra. Sri Murdiyah, M.Pd
Anggota kelompok :
1. Jovanda Arviansyah (190151602575)
2. Khusnul Khotimah (190151602710)
3. Rachma Agustina Wulandari (190151602585)
Offering F9
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini untuk menyelesaikan
tugas penulisan makalah yang berjudul “Teknik Teknik Pemahaman Individu (Teknik Non Tes)”
Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan untuk junjungan Nabi Agung Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah untuk kita semua, yang merupakan petunjuk
yang benar sesuai Syariah Agama Islam dan merupakan karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.
Sekaligus kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Dra.Sri Murdiyah, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling di SD yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait kebutuhan dasar anak SD/MI.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mengharap kritik dan saran
untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di kemudian hari.
Di akhir kami berharap makalah kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Kami mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat penulisan yang tidak
berkenan di hati.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan Bimbingan dan Konseling tidak serta merta berjalan tanpa arah dan tujuan,
dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling ada cara dan teknik dalam memahami
individu yang akan melakukan bimbingan dan konseling agar mengetahui arah dan tujuan
dilakukannya bimbingan dan konseling. Setiap individu yang melakukan bimbingan dan
konseling memiiki masalah yang berbeda, maka konselor harus bisa memahami setiap individu
dengan berbagai teknik yang ada. Pemahaman yang dilakukan oleh konselor melalui beberapa
cara yang harus diperhatikan seperti Pendekatan dengan alat-alat yang digunakan Aspek-aspek
pribadi yang akan dikembangkan.
Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai pengalaman
diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka dengan menolong mereka
mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan bersumber dari diri
mereka dan bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang konselor dalam
pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu praktiknya
harus mengikuti teknik-teknik pemahaman individu yang baik, agar kedepannya Bimbingan dan
Konseling dapat memberikan kontribusi yang besar dalam pelaksanaanya
Setiap peserta didik adalah pribadi unik yang memiliki perbedaan antara satu sama lain
(individual differences). Pengenalan dan pemahaman individu akan menjadi kunci keberhasilan
dalam proses belajar mengajar, sebab dengan mengenali dan memahami peserta didik, seorang
pendidik akan mampu menentukan cara atau metode yang akan dipilih sesuai dengan
karakteristik individu peserta didik. Pengenalan dan pemahaman yang baik terhadap peserta
didik ini pada ujungnya akan membantu para peserta didik agar dapat berkembang secara
optimal dalam proses pendidikannya.
Usaha pengenalan dan pemahaman terhadap individu peserta didik dilakukan dengan
melakukan pengumpulan data/keterangan yang selengkap – lengkapnya mengenai peserta didik
dan lingkungannya. Proses pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu:
teknik tes dan teknik nontes. Dalam hal ini, teknis nontes menjadi penting sebab ada beberapa
data peserta didik yang tidak dapat digali dengan menggunakan teknik tes, misalnya: kebiasaan
belajar siswa dan lingkungan sekitar siswa.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang teknik nontes berikut metode – metode
pengumpulan data yang digunakan merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami dalam
usaha mengenali dan memahami peserta didik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan kita akan teknik pemahaman
individu yaitu teknik nontes
2. Makalah ini dapat menjadi sumber informasi tambahan tentang teknik nontes untuk
memahami peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
Pemahaman individu merupakan awal dari kegiatan bimbingan konseling. Tanpa adanya
pemahaman terhadap iondividu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk memberikan bantuan
karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi.
Pemahaman individu oleh Aiken (1997:454) diartikan sebagai “Appraising the presence or
magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human behavior and mental
processes includes such procedures as observations, interviews, rating scale, check list,
inventories, projective techniques, and tests”.
Pengertian tersebut diartikan bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk
memahami, menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan)
yang ada pada individu atau sekelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi,
interview, skala penilaian, daftar cek, inventori, teknik projektif, dan beberapa jenis tes.
Adapun hal-hal yang perlu dipahami dari seorang individu dalam rangka pelaksanaan
bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
· Identitas diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan pribadi.
· Kondisi jasmaniah dan kesehatan.
· Kapasitas (intelegensi) dan kecakapan.
· Sikap dan minat.
· Watak dan temperamen.
· Cita-cita sekolah dan pekerjaan
· Aktivitas sosial.
· Hobi dan pengisian waktu luang.
· Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki.
· Latar belakang keluarga siswa.
Dalam memahami individu dalam tahapan tahapan yang dilalui sebelum konselor
melakukan pendekatan. Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi masalah adalah langkah yang penting yang tidak boleh di tinggalkan
bagi seorang guru bimbingan dan konseling yang ingin berhasil dalam memberikan
bantuan kepada anak didiknya.
Melakukan Diagnosis adalah penentuan tempat tidur tersebut berdasarkan analisis latar
belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah pada anak didik.
Tetapkan Prognosis ini seorang guru bimbingan dari konseling memberikan alternatif
tindakan bantuan yang akan diberikan kepada anak didik. Prognosis berangkat dari
diagnosis atau masalah yang muncul oleh peserta didik. Dari rumusan jenis dan bentukm
masalah yang berada di dekat anak didik, selanjutnya dibuat alternatif tindakan bantuan,
seperti memberikan bimbingan dan konseling individu dengan tujuan untuk memperbaiki
perasaan rendah diri dankurang diperhatikan oleh peserta didik.
Bantuan Anggota adalah merealisasikan langkah - langkah alternatif bentuk bantuan
bedasarkan masalah dan latar belakang.
Teknik non-tes merupakan salah satu teknik dalam mengenali dan memahami peserta didik
sebagai individu. Teknis nontes berkaitan dengan prosedur pengumpulan data untuk memahami
pribadi siswa pada umumnya yang bersifat kualitatif. Teknik nontes menggunakan prosedur
pengumpulan data untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau
kepribadian siswa yang bersifat kualitatif. Dalam proses pembelajaran, pada umumnya kegiatan
penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan
dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan
siswa.
Sebagai dasar untuk menentukan jenis bantuan yang diberikan. Pemberian bantuan
layanan bk memerlukan dasar penentuan jenis layanan. Individu akan memperoleh bantuan yang
terarah sehingga apa yang diharapkannya tercapai.
1. Memberikan warna profesional pada layanan BK. Dalam hal ini setiap jenis dan
strategi layanan memiliki dasa yang kuay sehingga dapat dilakukan secara sistematis.
(Apabila terjadi kegagalan maka dapat ditelusuri kebelakang, ada dasarnya, jika ada
kesalahan ada letaknya. Setiap langkah dalam memberikan layanan harus punya dasar.
(misal diagnosis butuh data)
2. Mendasari pelaksanaan setiap layanan BK karena dng Pemahaman individu dapat
diketahui karakteristik masalah dan kebutuhan bimbingan dari individu yang
bersangkutan
3. Hasil menjadi tumpuan dari setiap layanan BK, dalam hubungan dengan prediksi,
diagnosis, evaluasi program layanan bg individu yang bersangkutan.
4. Tujuan Pemahaman Individu dalam Bimbingan dan Konseling
Perlunya pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan konseling adalah agar individu
memperoleh bantuan yang sesuai dengan kemampuan dan potensinya agar apa yang
diharapkannya dapat tercapai (yaitu individu dapat mencapai diri sendiri, lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat).
Pemahaman atau keputusan yang diserahkan untuk mempersembahkan bantuan bantuan yang
ada padanya dan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam melakukan
asesmen itu, lazim digunakan berbagai instrumen yang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu
dengan cara tes dan non-tes.
Kita semakin mampu menerima keadaan individu (siswa) seperti apa adanya dan
keberadaan siswa baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya.
Kita mampu melayani siswa yang seharusnya dalam arti lain yang mampu
memberikan bantuan seperti yang dikehendaki oleh siswa.
Kita terhindar dari gangguan komunikasi, sehingga mampu menciptakan relasi yang
semakin baik.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik data dengan cara penelusuran dan
mencatat perilaku-perilaku siswa. Pengamatan dapat dilakukan di sekolah maupun di luar
sekolah.
Ada dua macam observasi Yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah, yaitu observasi
partisipatif dan nonpartisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan oleh guru
atau pengamat lainnya dimana si pengamat turut serta dalam kegiatan yang sedang
dilakukan. Sedangkan dalam observasi non partisipatif observer tidak mengambil bagian atau
turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diobservasi.
Bagi yang jeli hal ini lebih meringankan dibandingkan dengan survei mereka disuruh
mengisi angket atau menjawab pertanyaan.
Teknik observasi memungkinkan dilakukan pencatatan yang serempak dengan kejadian
atau kejadian penting.
Observasi dapat merupakan teknik untuk mengecek data yang diperoleh dengan teknik
lain.
Dengan observasi dapat diperoleh data gejala atau kejadian yang sebenarnya dan
langsung.
Banyak hal yang tidak dapat dilewati dengan observasi, seperti mislanya Kehidupan
pribadi yang bersifat rahasia.
Apabila murid tahu bahwa ia sedang diobservasi mungkin sekali ia melakukan kegiatan
yang tidak wajar lagi.
Observasi banyak tergantung dari factor-faktor yang tidak terkontrol.
Faktor subjektivitas observer sukar untuk dihindarkan.
Observasi atau pengamatan merupakan teknik untuk merekam data atau keterangan atau
informasi tentang diri seseorang yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung terhadap
kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, sehingga diperoleh data tingkah laku seseorang
yang menampak (behavior observable), apa yang dikatakan dan apa yang diperbuatnya.
Observasi partisipatif, yaitu observasi yang dilakukan oleh observer (pengamat) dengan
turut mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diobservasi.
Observasi sistematis, yaitu observasi yang direncanakan terlebih dahulu aspek-aspek
yang akan diobservasi sesuai dengan tujuan, waktu, dan alat yang dipakai.
Observasi eksperimental, yaitu observasi yang dilakukan untuk mengetahui perubahan-
perubahan atau gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Partisipan penuh, yaitu observer manyamakan diri dengan orang yang diobservasi.
Observer sebagai pengamat, yaitu masing-masing pihak menyadari peranannya. Observer
sebagai pengamat membatasi diri dalam berpartisipasi sebagai pengamat, dan observee
menyadari bahwa dirinya adalah objek pengamatan.
Observer sebagai partisipan, yaitu observer hanya berpartisipasi sepanjang yang
dibutuhkan dalam penelitiannya.
Pengamat sempurna (complete observer), yaitu observer hanya menjadi pengamat tanpa
partisipasi dengan yang diamati.
Agar data yang dikumpulkan melalui observasi ini dapat dicatat dengan sebaik-baiknya,
maka diperlukan pedoman observasi. Bentuk-bentuk pedoman observasi antara lain.
Daftar cek adalah suatu daftar pernyataan yang memuat aspek-aspek yang mungkin
terdapat dalam suatu situasi, tingkah laku, atau kegiatan individu yang sedang diamati. Semua
aspek yang akan diobservasi dijabarkan dalam suatu daftar sehingga pada waktu observasi,
observer (pengamat) tinggal membubuhkan tanda cek terhadap ada atau tidak adanya aspek-
aspek yang menjadi pusat perhatian bagi diri individu atau kejadian yang diobservasi. Daftar cek
ini dapat digunakan untuk mengobservasi individu atau kelompok individu.
Gejala-gejala perilaku atau tingkah laku seseorang yang dapat diobservasi dengan teknik
ini antara lain: kebiasaan belajar, aktivitas belajar dan bekerja, kepemimpinan dan kerjasama,
pergaulan, dan topik lain yang relevan dengan kegiatan akademik dan nonakademik dalam
kehidupan sekolah.
Skala penilaian merupakan alat pengumpul data yang dipergunakan dalam observasi
untuk menjelaskan, menggolongkan, dan menilai individu atau situasi. Dalam skala penilaian,
aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk skala.
Skala penilaian pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku
atau sifat yang harus dicatat secara bertingkat sehingga observer hanya memberikan tanda cek
pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu muncul. Berdasarkan pada alternatif skala
yang dipakai untuk menilai dan menggolongkan gejala perilaku individu atau situasi, maka skala
penilaian dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: kuantitatif, deskriptif, dan grafis. Skala penilaian
deskriptif adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri
tingkah laku individu atau situasi dalam mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk kata-
kata. Skala penilaian grafis adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala
atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi di mana alternatif skalanya dijabarkan dalam
bentuk grafis (garis).
Catatan anekdot biasa juga dikenal dengan catatan berkala. Dalam catatan berkala,
observer tidak mencatat kejadian-kejadian yang luar biasa, melainkan mencatat kejadian pada
waktu-waktu yang tertentu. Apa yang dilakukan oleh observer adalah mengadakan observasi atas
cara anak bertindak dalam jangka waktu yang tertentu dan kemudian observer memberikan kesan
umum yang ditangkapnya. Setelah itu, observer menghentikan observasi untuk kemudian
melakukan observasi dengan cara yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu sebelumnya.
Catatan berkala dilakukan terhadap peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi yang
melukiskan perilaku dan kepribadian seseorang dalam bentuk pernyataan singkat dan objektif.
Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
1) Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
2) Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap tentang suatu
peristiwa mengenai murid
3) Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat.
Dengan adanya kemajuan di bidang teknik maka observer dapat menggunakan alat-alat
yang lebih baik di dalam melakukan observasi, misalnya dengan foto-foto/ slide, tape recorder,
dan sebagainya.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik analisis data yang dilakukan secara tatap muka,
pertanyaan yang diberikan secara lisan dan jawaban pun diterima secara lisan pula. Ada dua
wawancara, wawancara dan wawancara tidak langsung.
Wawancara langsung adalah pertanyaan yang diberikan kepada responden, dan meminta
informasi tentang dirinya. Wawancara tidak langsung, pertanyaan yang diberikan kepada
responden dan meminta informasi tentang orang lain yang mempunyai ikatan dengan dia.
Kelemahan, yaitu:
Wawancara terlalau banyak waktu dan mungkin pula tenaga dan biaya
Sangat tergantung kepada individu yang akan diwawancarai
Situasi wawancara mudah oleh situasi alam sekitar
Menuntut keterampilan dan penguasaan bahasa yang baik dari pembimbing.
a. Pewawancara . Keberhasilan pengumpulan data dengan teknik ini bergantung pula pada
peranan pewawancara, yaitu:
b. Responden. Dalam hal ini siswa turut mempengaruhi proses wawancara, utamanya proses
kemampuan menangkap pertanyaan, dan kemampuan menjawab pertanyaan.
c. Pedoman wawancara. Hendaknya tersusun pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan diajukan
dan tersedia tempat untuk mencatat jawabannya, sehingga dapat dipahami dan dapat dijawab
dengan baik oleh siswa atau responden.
d. Situasi. Pada dasarnya situasi wawancara perlu juga diperhatikan selam proses wawancara,
seperti: waktu, tempat, ada tidaknya pihak ketiga.
b. Inti wawancara. Bagian ini merupakan bagian dimana maksud serta tujuan wawancara harus
dapat dicapai.
a. Tahap persiapan
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini wawancara mempersiapkan pedoman wawancara yang akan dipakai.
Kemudian pewawancara mengadakan kontrak dengan siswa/ responden untuk menentukan
waktu dan tempat diadakan wawancara. Selanjutnya menentukan taktik wawancara.
Ada beberapa kode etik yang ditetapkan bagi pewawancara dalam melaksanakan
tugasnya, yaitu: Cermat, Obyektif, Jujur dalam mencatat jawaban, Netral, Menulis jawaban
responden secara lengkap, Menaruh perhatian dan penuh pengertian, Sanggup membuat
responden tenang dan bersedia untuk menjawab pertanyaan, Harus menghargai responden.
Pengelompokan variabel yang akan ditabulasi, seperti: variabel tempat belajar, waktu
belajar, strategi belajar, fasilitas belajar, dan sebagainya.
Pemberian skor jawaban, penyekoran ini tentu tidak lepas dengan bentuk pertanyaan
ataupun jawaban yang diharapkan. Kemudian ditabulasi terfhadap variabel masing-
masing.
Hasil tabulasi tersebut akn diketahui frekuensi setiap variabel, yang selanjutnya dapat
memberikan simpulan dan intrepetasinya.
3. Angket
Angket pada wawancara sama dengan wawancara, hanya perbedaannya pada wawancara
pertanyaan dan jawaban yang diberikan secara lisan, sedang pada angket yang diberikan secara
tertulis. Angket ada yang bersifat langsung yanitu menanyakan diri responden dan angket tak
langsung menanyakan orang lain yang ada hubungan dengan responden.
Angket dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data kepada sejumlah responden dalam
jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.
Dengan angket responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangannya
Responden mempunyai waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan
Angket belum menjamin jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban yang tepat
Pertanyaan yang diajukan dalam angket lebih bersifat terbatas, sehingga ada hal-hal yang
tidak dapat terungkap.
Angket langsung, yaitu angket tersebut diberikan kepada orang yang dimintai pendapat
atau jawabannya atau responden yang ingin diselidiki.
Angket tidak langsung, yaitu angket disampaikan kepada orang lain yang dimintai
pendapat tentang keadaan seseorang.
Jawaban tabuler, yaitu responden diminta menjawab dengan mengisi kolom-kolom pada
tabel yang sudah tersedia
Jawaban berskala, yaitu jawaban terhadap pertanyaan disusun berjenjang dimana
responden diminta menyatakan pembenaran atau penolakan terhadap setiap pertanyaan
sikap, sehingga diperoleh gambaran tentang derajat kecakapan, keadaan sikap, dan
keadaan diri responden
Jawaban dengan cek, yaitu responden menjawab dengan cara memilih salah satu dari
pilihan yang tersedia
1. Tahap persiapan
Langkah pertama yang dilakukan dalam menyusun angket ialah memerinci atau
menjabarkan variabel-variabel yang akan diukur. Langkah kedua menetapkan model jawaban
yang ditentukan oleh bentuk jawaban yang dikehendaki dari variabel angket tertentu. Adapun
langkah-langkah menyusun angket, yaitu :
Pengantar : Isi dari pengentar ini ialah mengadakan pendekatan terhadap responden agar
bersedia memberi keterangan yang dibutuhkan.
Petunjuk pengisian harus dirancang dengan baik dan jelas sebab akan mempermudan
responden dalam mengisi setiap butir pertanyaan. Petunjuk pengisian angket hendaknya
dirimuskan dengan bahasa yang sederhana, singkat dan mudah dimengerti, petunjuk
memuat tentang cara mengisi angke
Penyusunan butir pertanyaan adalah susunan kalimat hendaknya sederhana dan jelas,
gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti ganda, pertanyaan hendaknya disesuaikan
dengan kemampuan responden, hindarkan kata-kata yang bersifat sugestif, pertanyaan
jangan bersifat memaksa untuk dijawab, pertanyaan jangan menuntut siswa/ responden
untuk berpikir terlalu berat, gunakan kata-kata yang netral, hindarkan kata-kata yang
tidak berguna atau tidak perlu.
Penutup : Berisi ucapan terima kasih kepada responden atau siswa karena dedikasinya
dalam bekerja sama untuk kepentingan bimbingan
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini kita mempersiapkan instrumen angket dan lembar jawaban yang
diperlukan. Kemudian membagikan instrumen tersebut untuk diisi responden. Selanjutnya kita
membacakan petunjuk pengisiannya dan mengecek jumlah responden yang sudah
mengembalikan angket dan lembar jawabannya.
4. Sosiometri
Sosiometri merupakan alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan-
hubungan sosial dan tingkah laku sosial murid. Dengan teknik ini kita dapat memperoleh data
tentang susunan hubungan antar individu, struktur hubungan individu, dan arah hubungan sosial.
Hanya dapat diterapkan pada kelompok peserta didik yang sudah saling mengenal dalam
waktu yang cukup lama.
Akurasi data penggunaan sosiometri yang sesuai tujuan yang sangat ditentukan oleh
kemampuan guru pembimbing dalam menyusun sosiometri angket.
Peserta didik tidak mudah untuk menetapakan pilihan teman, kriteria hubungan yang
terjadi, atau saat menetapkan kriteria pribadi atau sifat-sifat anggota kelompok
dikelasnya.
Kriteria hubungan sosial / Baik tidaknya hubungan sosial individu dengan individu yang lain
dapat dilihat dari beberapa segi.
o Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau individu tersebut bergaul.
Makin sering individu bergaul, pada umumnya individu itu makin baik dalam segi
hubungan sosialnya. Individu yang mengisolasi diri berarti individu itu kurang
sekali bergaul.
o Intensitas hubungan, yaitu kemendalaman atau keintiman anak atau individu atau
pergaulan. Makin mendalam seseorang dalam hubungan sosialnya, hubungan
sosialnya pun biasanya semakin baik.
o Popularitas hubungan, yaitu jumlah teman bergaul digunakan sebagai kriteria
untuk melihat baik buruknya hubungan sosial. Semakin banyak teman yang
dimiliki seseorang dalm pergaulannya, biasanya semakin baik pula hubungan
sosialnya.
Untuk menentukan hubungan sosial ada dua macam bentuk, yaitu pemilihan sebagai arah
yang positif, dan penolakan sebagai arah yang negatif. Tentang bentuk mana yang akan
digunakan tergantung kepada apa yang akan dicapainya. Dengan cara ini dapat diketahui siapa
saja yang populer, dan siapa saja yang terasing atau ditolak oleh teman-temannya. Hal ini amat
penting, lebih-lebih bagi seorang guru dalam menyelidiki atau memahami keadaan masing-
masing siswa di dalam kelas. Siswa yang terasingkan merupakan problem child yang mungkin
sekali akan mengganggu kemajuan dalam pelajarannya. Untuk membantu siswa tersebut maka
guru harus mengetahui alasan teman-temannya menolak dia. Jawaban itu dapat diperoleh dari
alasan yang diajukan oleh setiap siswa dalam angket sosiometri itu. Berdasarkan alasan inilah
kemudian guru dapat mengambil langkah lebih lanjut dalam memberikan bimbingan kepada
siswa tersebut.
· Beberapa hal yang perlu diingat dalam melaksanakan sosiometri adalah sebagai
berikut:
Persiapan
Pelaksanaan
Analisis hasil
3. Membuat sosiogram
4. Membuat indeks pemilihan (i.p), yakni indeks pemilihan dibuat dengan rumus:
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir karakteristik,
potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok
individu
Teknik non-tes (tanpa tes) merupakan salah satu teknik dalam mengenali dan memahami
peserta didik. Teknis nontes berkaitan dengan prosedur pengumpulan data untuk memahami
pribadi siswa pada umumnya yang bersifat kualitatif dan tidak dapat digali melalui teknik tes.
Terdapat empat metode yang digunakan dalam mengumpulkan data melalui teknik nontes,
yaitu: observasi, angket, wawancara, dan sosiometri.
Keempat metode pengumpulan data tersebut memiliki ciri khas, cara, kelebihan, dan
kelemahan masing – masing. Penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi pewawancara,
responden, tujuan, dan jenis data yang ingin diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
http://ikrimatulhusna1.blogspot.com/2013/11/teknik-non-tes.html
http://idha-chemistry.blogspot.com/2016/09/jenis-jenis-teknik-nontes.html
https://peningginatural.wordpress.com/teknik-pemahaman-individu/#:~:text=Pemahaman
%20individu%20adalah%20merupakan%20awal,pada%20individu%20atau%20sekelompok
%20individu.
Moh. Surya (1975) Bimbingan dan Penyuluhan disekolah. Bandung: CV Ilmu
Sukmadinata. Nana Syaodah, (2005) Landasan Psikologi proses pendidikan . Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
http://hisyamjayuz.blogspot.com/2013/12/teknik-nontes-untuk-memahami-
peserta_8.html#:~:text=Teknik%20nontes%20yang%20akan%20kita,angket%2C%20wawancara
%2C%20dan%20sosiometri.&text=Pemahaman%20terhadap%20peserta%20didik%20dapat
%20dilakukan%20dengan%20berbagai%20teknik%20pengumpulan%20data.
http://idha-chemistry.blogspot.com/2016/09/jenis-jenis-teknik-nontes.html
https://satriasaep.blogspot.com/2018/08/bk-makalah-teknik-teknik-dasar.html
LAMPIRAN
Pertanyaan
1. Mengapa pemahaman individu penting untuk dilakukan?
2. Salah satu fungsi dari penilaian non tes adalah alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
instruksional. Apa yang dimaksud tujuan instruksional ?
3.Apa saja hal-hal yang dilakukan dalam melakukan observasi?
4. Apa yang dimaksud dengan teknik probing dalam wawancara?
5. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan angket?
6. Apa yang menjadi kunci keberhasilan dalam proses belajar mengajar? Dan mengapa?
7. Apa yang menjadi sasaran dari pemahaman individu?
8. Dari mana saja sumber teknik pemahaman individu?
9. Apa yang menjadi karakteristik dari observasi?
10. Apa yang menjadi tujuan dari pengukuran sosiometri?
Jawaban
1. Perlunya pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan konseling adalah agar individu
memperoleh bantuan yang sesuai dengan kemampuan dan potensinya agar apa yang
diharapkannya dapat tercapai (yaitu individu dapat mencapai diri sendiri, lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat).
2. Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku
yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Ada dua macam tujuan instruksional yaitu: Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan
Instruksional khusus (TIK).
3. Hal- hal yang dilakukan dalam melakukan observasi antara lain:
a. Memperoleh dahulu pengetahuan apa yang akan diobservasi. Penyelidik dapat
mengobservasi dan mengingat-ingat lebih banyak sifat-sifat khusus dari sesuatu jika dia
telah mempunyai pengetahuan lebih dahulu tentang apa yang akan diobservasi dan jenis
fenomena-fenomena apa yang perlu dicatat. Sebab itu ketahui dan tentukan lebih dahulu
apa-apa yang perlu diobservasi.
b. Menyelidiki tujuan-tujuan yang umum maupun khusus dari masalah-masalah reseach
untuk menentukan apa yang harus diobservasi. Perumusan masalah dan aspek-aspek
khusus dari penyelidikan akan menentukan apa yang harus diobservasi. Selidiki secara
mendalam dan gunakan penyelidikan-peyelidikan yang terdahulu yang mempunyai
hubungan dengan problematik reseach yang akan dilakukan untuk memperoleh petunjuk-
petunjuk tentang apa yang diobservasi dan dicatat.
c. Membuat suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi. Adalah penting sekali untuk
menetapkan lebih dahulu simbol-simbol statistik atau rumusan-rumusan deskriptif yang
akan digunakan untuk mencatat hasil-hasil observasi. Cara ini akan menghemat waktu
dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak peristiwa.
Banyak orang merasa perlu mencatat-catat hasil observasi, tetapi tidak berhasil untuk
melakukan itu karena ketiadaan cara pencatatn yang efisien.
d. Untuk melaksanakan itu umumnya digunakan check list. Check list akan menghemat
pencatatan sampai minimal dan jika dibuat secara cermat akan memungkinkan penyelidik
mencatat secara teliti unsur-unsur khusus dari gejala yang akan diselidiki.
e. Mengadakan dan membatasai dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan
digunakan, kecuali mencatat jumlah frekuensi dari suatu jenis tingkah laku, kerapkali
perlu sekali penyelidik mengetahui besar kecilnya jenis tingkah laku yang muncul.
f. Mengadakan observasi secermat-cermatnya.
g. Mencatat tiap-tiap gejala secara terpisah.
h. Mengetahu baik-baik alat-alat pencatatan dan data caranya mencatat sebelum melakukan
observasi.
4. Probing adalah teknik yang digunakan oleh pewawancara untuk merangsang pikiran responden
sehingga memperoleh informasi lebih banyak, dalam hal ini pewawancara harus mampu
komunikatif, rileks, interaktif, akrab dan kritis tapi tidak memojokkan responden dan tidak
bernada interogasi.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan angket:
a. Pertanyaan harus jelas, padat, berisi, dan mudah dipahami oleh responden. Pertanyaan itu
jangan sampai malah membuat responden bingung dan menjawab hal yang tidak sesuai
dengan maksud dari pertanyaan
b. Panjang pendeknya jumlah pertanyaan harus diperhatikan. Harus disesuaikan dengan target
yang akan dicapai. Jika target responden itu sepertinya tidak bisa cepat maka disesuaikan
dengan membuat pertanyaan yang pendek saja
c. Isi angket harus jelas. Pertanyaan-pertanyaan harus disajikan dengan bahasa yang mudah dan
jelas. Jangan sampai malah mempersulit responden
d. Jaminan kerahasiaan. Jawaban yang diberikan merupakan sebuah rahasia dari responden
sehingga tidak boleh diberitahukan kepada orang lain. Yang boleh diberitahukan itu adalah
hasil penelitian secara umum saja.
6. Pengenalan dan pemahaman individu akan menjadi kunci keberhasilan dalam proses belajar
mengajar, sebab dengan mengenali dan memahami peserta didik, seorang pendidik akan mampu
menentukan cara atau metode yang akan dipilih sesuai dengan karakteristik individu peserta
didik. Pengenalan dan pemahaman yang baik terhadap peserta didik ini pada ujungnya akan
membantu para peserta didik agar dapat berkembang secara optimal dalam proses
pendidikannya.
7. Sasaran Pemahaman Individu
Aspek Pribadi terkait dengan individu sbg pribadi, individu sebagai masyarakat sosial,
individu sbg peserta didik. Disamping individu sbg pribadi dalam P.I harus dilihat bahwa
individu dalam bimbingan dan konseling bisa bersatu sgb konseli/ klien dalam hal ini sasaran
pemahaman indivudu adalah kebutuhan konseli dan/atau permasalahan klien.
Aspek Rohani meliputi aspek kognitif (IQ, Bakat) dan aspek non kognitif ( SQ, EQ, sikap,
minat)
Aspek Sosial yang perlu dipahami adalah keadaan lingkungan, keluarga (status keluarga,
status ekonomi keluarga). Lingkungan tempat tinggal berpengaruh pada perilaku,
Aspek masalah yang berisi faktor penyebab masalah, gejala masalah, karakteristik masalah.
8. Pemahaman individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa sumber, yaitu:
Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri yang dapat dilakukan melalui wawancara, observasi
ataupun teknik pengukuran.
Sumber kedua yaitu orang tua siswa dan keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah
mengajar dan bergaul lama dengan siswa.
9. Kegiatan observasi juga memiliki karakteristik tersendiri. Secara umum, terdapat tiga ciri-ciri
dari observasi, yaitu:
Objektif, dilakukan dengan berdasarkan keadaan objek tunggal nyata yang diamati secara
langsung.
Faktual, pengamatan dilakukan sesuai fakta yang berasal dari pengamatan yang telah
dilakukan dan sudah terbukti kebenarannya tanpa ada dugaan yang tidak jelas.
Sistematik, kegiatan observasi dilakukan sesuai metode yang sudah ditentukan dari awal dan
tidak asal-asalan.
10. Tujuan Pengukuran Sosiometri
Sosiometri digunakan untuk:
Mengukur popularitas individu. Dalam suatu penelitian, peneliti meminta peserta
untuk menuliskan nama orang yang mereka suka atau tidak suka untuk menentukan
kategori popularitas untuk setiap individu.
Memahami sifat pada sejumlah teman. Sosometri merupakan pendekatan yang
didasarkan pada asumsi bahwa semua orang perlu dan ingin memahami sifat pada
sejumlah teman-teman melalui berbagai pengalaman sosial.
Membangun dan memperkuat kesulitan hubungan sosial yang terjadi. Hal ini sangat
bermanfaat terutama bagi anak-anak cacat. Ada satu titik kelemahan penggunaan
sosiometri yaitu: tidak mempertimbangkan peran lingkungan yang kemungkinan
menciptakan kesulitan-kesulitan, dan bila ada individu yang tidak disukai, maka
adanya kecenderungan menyalahkan individu. adanya kemungkinan pendekatan ini
memberi dampak merugikan pada perilaku dan interaksi yang kurang disukai dan
dapat mempengaruhi konteks sosial. Guna meminimalisir keadaan diatas, dapat
dilengkapi dengan dukungan teknik pengambilan data lainnya, misalnya secara
kualitatif.
Alat sosiometri sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi pemimpin informal, dan
penguatan jaringan hubungan informal.
Untuk mengeksplorasi hubungan intra-kelompok untuk melihat seseorang dalam
memproduksi suatu hasil.