Anda di halaman 1dari 16

MATERI KE 1 BIMBINGAN KLASIKAL

1. Pengertian ibadah
Menurut bahasa, kata ibadah  berarti patuh (al-tha’ah), dan tunduk (al-khudlu). Ubudiyah
artinya tunduk dan merendahkan diri . Menurut al-Azhari, kata ibadah tidak dapat
disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.
2. Tujuan Ibadah
Manusia, bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan berperasaan, adalah hamba-
hamba Allah. Hamba sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah mahluk yang
dimiliki. Kepemilikan Allah atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutklak dan sempurna,
oleh karena itu mahluk tidak dapat berdiri sendiri dalam kehidupan dan aktivitasnya
kecuali dalam hal yang oleh Alah swt.
Telah dianugerahkan untuk dimiliki mahluk-Nya seperti kebebasan memilih walaupun
kebebasan itu tidak mengurangi kepemilikan Allah. Atas dasar kepemilikan mutak Allah
itu, lahir kewajiban menerima semua ketetapan-Nya, serta menaati seluruh perintah dan
larangan-Nya.
3. Dampak Positif ibadah
 Masyarakat bisa saling menghargai sesama umat beragama.
 Terjadi kerukunan.
 Semakin percaya akan adanya Tuhan.
 Semakin tidak percaya pada unsur – unsur yang berbaur mistis.
 Iman pada Tuhan semakin kuat
4. Cara meningkatkan kualitas ibadah
Dalam Suatu agama yang ada di muka bumi ini, setiap agama memiliki ajaran dan aturan
untuk beribadah yang berbeda-beda, dan diantara semua agama itu salah satunya
termasuk agama Islam, di dalamagama Islam ibadah  bukan hanya Sholat, Zakat,Puasa,
Haji tetapi seluruh pekerjaan dan perbuatan itu semata-mata untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan semua bentuk perbuatan baik itu berguna juga untuk orang lain.
Untuk mengerjakan atau melaksanakan Ibadah tersebut memerlukan persiapan dalam
lahir maupun batin agar dalam meaksanakan ibadah di dalam agama islam setiap waktu-
kewaktu maka akan semakin meningkat dan di dalam menjalankan atau melaksanakan
ibadah ini ada beberapa upaya yang dapat dilaksanakan agar ibadah yang di kerjakan
semakin berkualitas :
a) Ibadah dengan khusuk dalam mejalankannya.
Dalam kata Khusuk di sini itu adalah sebuahkondisi kejiwaan yang sedang terpaut
kepada Allah SWT, dapat menyadari dan dapat merasakan atas kehadirannya Allah
SWT, karena bagi seorang muslim menyadari bahwa seluruh pekerjaan dan perbuatan
akan selalu dalam pengawasan Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
َ َّ‫د هَّللا َ َكأَن‬Mَ ُ‫ أَ ْن تَ ْعب‬:‫قَا َل‬
َ‫ك تَ َراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَإِنَّهُ يَ َراك‬
” Ikhsan yaitu engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya, walaupun
engkau tidak melihatnya tetapi sesungguhnya Dia (Allah) melihatmu”.
b) Ibadah dengan Kecintaan.
Dalam menjalankan suatu ibadah sangatlah memerlukan yang namanya Kerinduan
dan Kecintaan, tanpa yang namanya Kerinduan dan Kecintaan maka akan sulit untuk
merasakan yang namanya sebuah kenikmatan dalam beribadah. Seperti orang yang
sedang sakit tidak dapat merasakan lezatnya makanan. Maka dari itujalan yang dapat
di tempuh untuk memperoleh kenikmatan beribadah danagar terhindar dari sikap
malas, seharusnya sebagai ummat muslim kita hendaknya selalu mencari
danmenambah konsentrasi dalam beribadah.
‫من احب هلل وابغض هلل واعطى هلل ومنع هلل فقد استكمل االيمان‬
” Barang siapa yang cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah,
menahan karena Allah sesungguhnya orang itu mendapat kesempurnaan iman. (HR.
Abu Dawud)
c) Ibadah dengan kesadaran
Ibadah yang dilakukan dengan kesadaran mengandung maksud, bahwasanya ibadah
yang di laksanakan yang dikerjakannya tidak ada unsur paksaan di dalamnya, bias
juga melaksanakan ibadah tersebut paham dan tahu terhadap apa yang dia lakukan
dan dia kerjakan. Dan sedangkan orang yang mabuk sedang tidak sadarkan diri, maka
apapun yang dilaksanakannya di luar kontrol akal pikiran yang dia lakukan. Oleh
karena itu Allah melarang orang yang mabuk tidak sadarkan diri untuk melaksanakan
atau mengerjakan ibadah (Sholat) seperti yang tertera di dalam Ayat suci Al-Qur’an :
۟ ُ‫وا ما تَقُولُونَ َواَل جُ نُبًا إاَّل عَابرى َسبي ٍل َحتَّ ٰى تَ ْغتَ ِسل‬
۟ ۟ ُ‫ ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬ ۚ
۟ ‫وا اَل تَ ْق َرب‬
‫وا‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫صلَ ٰوةَ َوأَنتُ ْم ُس ٰ َك َر ٰى َحتَّ ٰى تَ ْعلَ ُم‬
َّ ‫ُوا ٱل‬ َ
” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu katakan (Annisa”: 43)”.
d) Ibadah secara sembunyi.
Dengan mana kita melaksanakan dan mengerjakan ibadah secara sembunyi
merupakan totalitas ibadah dan melepaskan segala perbuatan baik maupun buruknya
dihadapan Allah SWT, sehingga ibadah bukan untuk memperoleh pujian dari orang
lain. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
)‫ان صالتى ونسكى ومحياى ومماتى هلل رب العالمين (رواه مسلم‬
” Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah kepunyaan Allah yang
menguasai sekalian alam (HR. Muslim)”.
e) Ibadah dengan Ikhlas
Sebuah kegiatan dalam melaksanakan dan menjalankan suatu ibadah itu tidak hanya
di kerjakan dengan sia-sia, nilai sebuah keikhlasan dalam beribadah bukan hanya di
peroleh dengan tiba-tiba namun akan tetapi memerlukan upaya dan perjuangan secara
terus-menerus. Seperti kewajiban untuk menjalankan sholat lima waktu pada awal
kali menjalankan lima waktu sholat ini terasa berat dan bias jadi akan menambah
beban bahkan bisa juga sebagai penghambat setiap aktifitas sehari-hari. Hal yang
demikian ini akan hilang apabila dilaksanakanya secara terus menerus dan di tambah
juga dengan ibadah sholat sunah rawatib dan sholat Sunnah lainnya, maka sholat pun
tanpa kita sadari akan menjadi kebutuhan dan apabila dilaksanakan dan dikerjakan
dengan penuh keikhlasan, Ibadah pun dikerjakan hanya semata-mata karena Allah
SWT, sebagaimana Firman-Nya dalam Al-Qur’an :
۟ M‫انَ يَرْ ُج‬MM‫ ٌد ۖ فَمن َك‬M‫ هٌ ٰ َو ِح‬Mَ‫ى أَنَّمآ إ ٰلَهُ ُك ْم إ ٰل‬
َ ٰ ‫لْ َع َماًل‬MM‫آ َء َربِّ ِهۦ فَ ْليَ ْع َم‬MMَ‫وا لِق‬M َ ‫قُلْ ِإنَّ َمآ أَن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم ي‬
‫ ِر ْك‬M‫لِحًا َواَل ي ُْش‬M‫ص‬ َ ِ ِ َ َّ َ‫ُوح ٰ ٓى إِل‬
‫بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِٓۦه أَ َح ۢ ًدا‬
“Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal shalih dan janganlah ia menyekutukan sesuatupun dalam
beribadah kepada Tuhannya”.
MATERI KE 2 BIMBINGAN KLASIKAL

A. Pengertian berpikir positif


Menurut Najati (2005), kemampuan berpikir yang dimiliki oleh manusia akan
membantunya dalam mengkaji dan meneliti berbagai peristiwa, menarik kesimpulan
secara induktif, serta membuat kesimpulan secara deduktif. Dengan adanya kemampuan
berpikir itu maka Allah mempercayakan kepada manusia untuk mengemban amanah
kekhalifahan di bumi. Tujuan berpikir adalah untuk memecahkan permasalahan yang
dihadapi. Segala sesuatu yang ada di semesta ini dimulai dari pikiran, menjadi
kemungkinan, menjadi tujuan, melahirkan perbuatan, dan menjadi kenyataan (Elfiky,
2012). Lebih lanjut Wundt dan James (dalam Walgito, 1986) mengatakan bahwa
pentingnya untuk mempelajari proses berpikir, karena merupakan studi yang penting
sebagai salah satu cara manusia membuat strategi problem solving. Abraham (2004)
menjelaskan berpikir sebagai tindakan pikiran seseorang untuk memproduksi pemikiran.
Pemikiran yang diproduksi itu bisa positif atau negatif. Pemikiran positif diarahkan pada
perilaku pemecahan masalah, sedangkan pemikiran negatif terekspresi dalam bentuk
alasan-alasan atas kegagalan untuk menghidari perilaku pemecahan masalah. Orang yang
berpikir negatif akan terlihat pesimis sementara orang yang berpikir positif akan tampak
optimis dalam hidupnya.
B. Manfaat berfikir positif
Semakin kamu memberi makanan pada pikiranmu dengan pikiran-pikiran positif,
semakin kamu mendapatkan hal-hal menarik kedalam hidupmu;” – Roy T Bennett.
Hidup terasa lebih ringan jika kita selalu positif thinking. Berikut adalah beberapa
manfaat positif thinking, antara lain :
a. Manfaat berfikir positif dalam keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat seperti ayah, ibu, adik dan kakak.
Awal lingkupan yang pertama dan sering bertemu dengan keluarga dan lebih
dipercaya dari orang lain, dan apapun permasalahan keluarga akan menjadikan hal
yang paling utama untuk memberi dan menerima solusi pemikiran kita.
Salah satu berpikir positif di lingkungan keluarga adalah saling berdiskusi tentang
hal apapun baik suka / tidak suka, dan menjadi permasalahan itu diarahkan dengan
cara berpikir positif untuk mendapatkan jalan keluar yang lebih baik.
Saat berpikir positif di lingkup terkecil (keluarga), kita akan mengalir rasa
kehangatan, kekompakan, dan motivasi menjadi keluarga yang sejahtera dan
harmonis. Apalagi kita akan menerapkannya di luar lingkup yang lebih luas, yang
akan semakin harga diri kita lebih bernilai.
b. Manfaat berfikir positif di dalam karir
Siapa yang tidak ingin mendapatkan karir yang cemerlang? Bukankah semua orang
sebenarnya ingin sekali mendapatkan karir cemerlang? Betul sekali. Hanya saja
bagaimana sikap kita untuk menjembatani karir tersebut dengan cara yang memang
tidaklah mudah.
Diperlukan pengetahuan, pengalaman, bekerja keras dan kerja cerdas,
mengembangkan kreativitas / imajinasi menjadi prestasi, menjaga tingkah laku
sesama rekan kerja, dan semua itu jika kamu sadar terdapat dari dalam sikap positif
kita yang harus selalu diasah (dilatih).
Selain itu, fokus dengan niat dan tujuanmu apa yang ingin kamu gapai. Jika memang,
ada rekan kerja kita yang lebih dahulu misalkan naik jabatan tetapi sebenarnya kamu
bekerja lebih baik. Tenang, tidak usah marah.
Cukup lihat sisi positif apa yang ia punya. Cobalah untuk ikhlas, motivasi diri &
berpikir positif dan berusaha lebih sungguh-sungguh, karenausaha tidak
akan pernah mengkhianati keberhasilan. Ketika sudah berhasil, rasakanlah manfaat
dengan sebaik mungkin.
c. Manfaat berfikir psitif dalam rumah tangga
Saat berumah tangga bukanlah pencapaian tetapi keputusan. Saat mengambil
keputusan pun harus dengan cara yang matang. Karena pasang surut perjalanan
selalu hadir membawa cerita suka maupun duka.
Ketika ingin menjadikan keluarga yang harmonis dalam berumah tangga, langkah
awal  dasar yang dimulai adalah cara berpikir positif kedepan dengan penuh niat
yang baik.

C. Cara berfikir positif


Kalian pasti tau hal apa yang membuat dirimu senang? Seperti mendengarkan music,
berkumpul dengan teman, pergi mencari kesegaran alam, ke pantai untuk menikmati
keindahan pantai atau mungkin menghabiskan waktu dengan orang terdekat yang
membuatmu merasa bahagia yang membangun rasa positif pada diri sendiri.
MATERI KE 3 BIMBINGAN KLASIKAL
A. Pengertian Perilaku Menyontek
Perilaku menyontek secara sederhana dapat didefinisikan sebagai penipuan atau
melakukan perbuatan tidak jujur (Webster’s New World, dkk., dalam Hartanto, 2012).
Indarto & Masrun (dalam Agustin dkk., 2013) mendefinisikan menyontek sebagai
perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal dalam mendapatkan jawaban pada saat tes.
Purwadarminta (dalam Purwono, 2014) menyatakan bahwa perilaku menyontek adalah
mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.
Menurut Alhadza (dalam Musslifah, 2015) perilaku menyontek atau cheating adalah
suatu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang yang merupakan hasil belajar dari
interaksi dengan lingkungannya. Kemudian definisi yang lebih terperinci menurut Cizek
(dalam Anderman & Murdock, 2007) bahwa perilaku menyontek yaitu memberikan,
menggunakan ataupun menerima segala informasi, menggunakan materi yang dilarang
digunakan dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur ataupun suatu proses untuk
mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-tugas akademik. Laseti
(dalam Kushartanti, 2009) mengemukakan menyontek adalah suatu tindakan
memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan suatu yang terbaik walau dirinya tidak
mampu.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek Pada dasarnya perilaku
menyontek dapat merugikan banyak pihak, baik itu orang yang menyontek maupun orang
yang dicontek. Orang yang menyontek tidak dapat mengetahui seberapa besar
kemampuan dirinya dalam menguasai pelajaran yang didapat, sedangkan orang yang
dicontek secara tidak langsung haknya diambil oleh orang yang menyontek (Alawiyah,
2011). Menurut Hartanto (2012) faktor-faktor penyebab menyontek dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
 Faktor internal dalam perilaku menyontek adalah:
1) Kurangnya pemahaman tentang apa yang dimaksud plagiarism Siswa yang
menyontek mungkin belum memahami apa yang dimaksud dengan
menyontek dan apa dampak yang akan muncul dari perilaku menyontek
tersebut (Park; Iyer; Eastman, dalam Hartanto, 2012).
2) Rendahnya efikasi diri Studi yang dilakukan oleh Murdock & Weber
(2001) di sekolah menengah atas menemukan bahwa keyakinan diri yang
rendah menjadi salah satu indikasi perilaku menyontek. Di tingkat
perguruan tinggi rendahnya keyakinan diri mendorong terjadinya perilaku
menyontek (Finn & Frone, 2004). Hal ini selaras dengan pendapat Schunk
(dalam Rohana, 2015) menuturkan bahwa efikasi diri yang rendah
berkaitan dengan motivasi yang rendah seperti tidak bertahan pada tugas
atau tidak bekerja keras. Lebih lanjut Murdock (dalam Rohana, 2015)
melaporkan bahwa perilaku menyontek di sekolah sangat terkait dengan
siswa yang memiliki persepsi mengenai efikasi diri yang rendah.
3) Status Ekonomi Sosial (SES) Calabrese & Cochran (dalam Hartanto,
2012) menemukan bahwa Status Sosial Ekonomi menjadi penyebab
seseorang menyontek. Siswa dari sekolah swasta dilaporkan lebih sering
menyontek dibandingkan dengan siswa di sekolah negeri. Siswa dari
daerah perkotaan diketahui lebih banyak melakukan perilaku menyontek
dibandingkan dengan siswa yang tinggal di daerah pedesaan. Hal ini
selaras dengan Calabrese dan Cochran (dalam Rohana, 2015) juga
meneliti perilaku menyontek pada siswa berdasarkan status sosio-
ekonomi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa private school
(sekolah swasta) yang memiliki status sosio-ekonomi tinggi lebih banyak
menyontek dibandingkan dengan siswa yang berasal dari public school
(sekolah negeri).
4) Mendapatkan nilai yang tinggi Whitley (dalam Hartanto, 2012)
berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa siswa yang berpikir nilai
adalah segalanya akan menghalalkan segala macam cara untuk
mendapatkan nilai yang baik. Anderman & Murdock (dalam Hartanto,
2012) menuturkan bahwa keinginan untuk mendapatkan nilai yang tinggi
tersebut menjadi penyebab mahasiswa untuk menyontek. Lebih lanjut
Pujiatni & Lestari (2010) mengemukakan bahwa perilaku menyontek juga
dapat didorong oleh kehawatiran tidak mendapatkan nilai yang tinggi atau
tidak lulus, ingin cepat lulus, dan memperbaiki nilai agar orangtua senang.
5) Tingkat kecerdasan Meskipun sedikit pengaruhnya, tetapi tingkat
kecerdasan seseorang turut berperan dalam membentuk perilaku
menyontek. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah
diketahui lebih mudah terjebak dalam permasalahan menyontek (Finn &
Frone; Mc Crabe & Trevino; Michaels & Miethe; Newstead; Roig &
Tommaso; Anderman & Murdock, dalam Hartanto, 2012).
6) Nilai moral (personal values) Berdasarkan pendapat Payne & Nantz
(2006) menyatakan bahwa sebagian siswa menilai bahwa menyontek
merupakan perilaku yang biasa dan wajar dilakukan. Hal ini karena siswa
sering melihat teman-temannya melakukan kegiatan tersebut dan tidak
mendapatkan hukuman. Menurut Kaufman (dalam Mujahidah, 2009)
penilaian moral dipahami sebagai kemampuan seseorang untuk menilai
suatu tindakan dari sudut pandang kebaikan, keburukan, kebenaran dan
kesalahan serta memutuskan apa yang seharusnya dilakukan berdasarkan
penilaian yang telah dilakukan
 Faktor eksternal yang turut menyumbang terjadinya perilaku menyontek adalah:
1) Tekanan dari teman sebaya Teman sebaya di sekolah memiliki pengaruh
yang besar terhadap perilaku menyontek. Siswa yang tidak mau
memberikan jawaban atau mengikuti perilaku menyontek biasanya akan
dijauhi atau bahkan mendapatkan kekerasan baik secara lisan maupun
secara fisik (Payne & Nantz; Iyer; Eastman, dalam Hartanto, 2012).
Selaras dengan hasil penelitian Hartosujono & Sari (2015) faktor eksternal
perilaku menyontek yaitu pengaruh dari teman sebaya.
2) Tekanan dari orang tua Baker & Tendre; Nicholas & Good; Anderman &
Murdock (dalam Hartanto, 2012) terjadinya perilaku menyontek lebih
dikarenakan adanya tuntutan yang tinggi dari orangtua agar anak mereka
mendapatkan hasil (rangking) terbaik di kelas.
3) Peraturan sekolah yang kurang jelas Dalam studi yang dilakukan di
sekolah menengah pertama, siswa yang menyontek melihat bahwa guru
kurang atau tidak memiliki kompetensi, memiliki komitmen yang rendah
dalam mengajar dan tidak menghormati siswa (Murdock; Finn, dalam
Hartanto, 2012). Sementara di sekolah menengah atas, siswa menyontek
lebih karena tidak menyukai sekolah serta merasa bahwa sekolah dan guru
memperlakukan siswa dengan tidak adil (Celebras & Cochran; Finn,
dalam Hartanto, 2012). Hal ini selaras dengan yang dikemukakan
Mujahidah (2009), jika suasana pengawasan ketat, maka kecenderungan
menyontek kecil, sebaliknya jika suasana pengawasan longgar, maka
kecenderungan menyontek menjadi lebih besar.
4) Sikap guru yang tidak tegas Studi yang dilakukan oleh Peterson dan
Seligmen (dalam Warsiah, 2013) menyatakan bahwa menyontek terjadi
karena dosen membiarkan mahasiswa serta tidak mengawasi dengan baik.
Sementara itu Peterson & Seligman (dalam Hartanto, 2012) menyatakan
bahwa menyontek pada siswa terjadi karena guru membiarkan siswa dan
tidak mengawasi dengan lebih baik. Hal ini didukung pula oleh penelitian
Agustin dkk. (2013) bahwa bentuk perilaku menyontek dan faktor yang
melatar belakanginya berada pada kategori tinggi, serta upaya pencegahan
oleh guru Bimbingan Konseling masih rendah. Berdasarkan penjabaran di
atas, disimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku
menyontek menurut Hartanto (2012) ada dua, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya pemahaman tentang apa
yang dimaksud plagiarism, rendahnya efikasi diri, status ekonomi sosial,
mendapatkan nilai yang tinggi, tingkat kecerdasan, nilai moral, time
management, prokrastinasi. Lebih lanjut faktor eksternal meliputi tekanan
dari teman sebaya, tekanan dari orang tua, peraturan sekolah yang kurang
jelas serta sikap guru yang tidak tegas. Adapun faktor yang diteliti lebih
lanjut dalam penelitian ini adalah faktor internal yaitu efikasi diri.
MATERI KE 1 BIMBINGAN KELOMPOK
A. Pengertian agama
Agama bertitik tolak dari adanya suatu kepercayan terhadap suatu yang lebih berkuasa, lebih
agung, lebih mulia dari pada makhluk. Agama berhubungan dengan masalah ketuhanan,
dimana manusia yang mempercayainya harus menyerahkan diri kepada-Nya, mengabdikan
diri sepenuhnya karena manusia mempercayainya, ada 4 ciri yang dapat kita kemukakan
yaitu :
1) Adanya kepercayaan terhadap yang ghaib, kudus dan Maha Agung dan pencipta alam
semesta (Tuhan).
2) Melakukan hubungan dengan berbagai cara seperti dengan mengadakan upacara ritual,
pemujaan, pengabdian dan do'a.
3) Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.
4) Ajaran Islam ada Rasul dan kitab suci yang merupakan ciri khas daripada agama.
5) Agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk diterapkan dalam kehidupan dengan
segala aspeknya.
 Pengertian Agama Menurut KBBI:Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan/kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia lainnya.
 Pengertian Agama Menurut Para Ahli:Berikut ini beberapa Pengertian maupun
definisi tentang Agama yang telah dikemukakan oleh para ahli :
a) Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu
yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang
suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya.Sedangkan menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim
cendekiawan sekaligus seorang linguis, mengatakan bahwa definisi dan
pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya
adalah cara, jalan, The Way, dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa
Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan
kepada Tuhan.
b) Pengertian Agama Menurut Anthony F.C. Wallace: Agama sebagai seperangkat
upacara yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan kekuatan
supernatural dengan maksud untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan pada
manusia dan semesta.
c) Pengertian Agama Menurut Parsons & Bellah: Agama adalah tingkat yang paling
tinggi dan paling umum dari budaya manusia.
d) Pengertian Agama Menurut Luckmann: Agama adalah kemampuan organisme
manusia untuk mengangkat alam biologisnya melalui pembentukan alam-alam
makna yang objektig, memiliki daya ikat moral dan serba meliputi.
e) Menurut prof Dr.m. Drikarya definisi Agama adalah kenyakinan adanya suatu
kekuatan supranatural yang mengatur danmenciptakan alam dan isinya.
MATERI KE 9 KONSELING INDIVIDUAL
A. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja sering kali disebut juvenile deliquency ialah anak- anak muda yang
disebabkan oleh pengabaian sosial, sehingga mereka melakukan bentuk tingkah laku
yang menyimpang. Juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis yang memiliki arti anak-
anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda yang memiliki sifat khas pada masa
remaja. Sedangkan Delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti
terabaikan; mengabaikan yang artinya dapat diperluas menjadi pelanggar aturan, pembuat
ribut, menjadi jahat, dan lain-lain (Kartono, 2014:6-7)
B. Macam-Macam Kenakalan Remaja Kenakalan remaja terdapat berbagai macam bentuk
yang dilakukan. Memasuki era yang serba modern dan berbagai budaya luar yang masuk
dan mempengaruhi remaja Indonesia. Kartono (2014: 21-23) berbendapat bahwa bentuk-
bentuk kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
a) Kebut-kebutan di jalan yang dapat memnggau pengendara yang lain dan juga diri
sendiri.
b) Ugal-ugalan, urakan, mengacaukan ketentraman lingkungan.
c) Perkelahian antar gang, sekolah, maupun kelompok yang dapat menyebabka
korban jiwa.
d) Membolos sekolah hanya untuk bersembunyi di tempat terpencil (warung)
maupun hanya berkeliaran di sepanjang jalan.
e) Kriminalitas, remaja biasanya melakukan pencurian, memeras uang sesama
teman, membunuh, melakukan tindak kekerasan, dan lain-lain.
f) Minum-minuma keras yang dapat mengganggu lingkungan dan melakukan seks
bebas.
g) Pemerkosaan, emosi karena balas dendam, kekecewaan yang cinanya ditolak oleh
wanita
h) Kecanduan obat-obat terlarang (narkoba).
i) Melakukan tindak seksual dengan terang-terangan tanpa ada rasa malu.
j) Gangguan seksual lain pada anak remaja disertai tindakan yang sadis.
k) Perjudian dan bentuk permainan lain dengan taruhan.
l) Menggugurkan janin pada remaja wanita dari hasil seks bebas.
m) Penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh remaja.
n) Perbuatan anti-sosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan.
o) Tindak kejahatan juga dapat disebabkan karena luka di kepala dengan kerusakan
pada otak adakalanya membuahkan kerusakan mental, sehingga orang yang
bersangkutan tidak mampu melakukan kontrol- diri.
p) Penyimpangan tingkah-laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak.
Sedangkan pendapat lain yang menjelaskan tentang bentuk-bentuk kenakalan remaja
menurut Sunarwiyati (1985) dibagi menjadi tiga tingkatan:
a) Kenakalan Biasa: Kenakalan yang dilakukan oleh remaja meliputi, berkelahi,
kluyuran pada waktu pelajaran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
b) Kenakalan Yang Menjurus Pada Pelanggaran: Kenakalan yang dilakukan
meliputi, berkendara tanpa SIM, mengambil barang milik orang lain tanpa izin.
c) Kenakalan Khusus: Kenakalan khusus yakni kenakalan yang dilakukan meliputi,
penyalahgunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan, dan lain-
lain. Berdasarkan bentuk-bentuk kenakalan remaja menurut para ahli dapat
disimpulkan bahwa bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan pada remaja dapat
dibagi menjadi tiga, yakni kenakalan biasa, kenakalan yang menjurus
pelanggaran, dan kenakalan khusus. Kenakalan ini meliputi membolos sekolah,
perokok aktif, minum-minuman keras, balap liar, dan tawuran antar pelajar.
MATERI KE 10 KONSELING INDIVIDUAL
A. cara memulai berteman baik di media sosial
 Perlakukan teman secara wajar-wajar saja.
 Jangan membiarkan temanmu yang mengandalkan situasi.
 J angan teman pria saja yang banyak, teman wanita juga harus banyak.
 Jangan berekspetasi diperlakukan secara spesial.
MATERI KE 11 KONSELING INDIVIDUAL
MEBIASAKAN UNTUK MENGUCAPKAN KATA MAAF,
TOLONG DAN TERIKASIH
Kata Tolong, Maaf dan Terima kasih, sebenarnya merupakan kata-kata sederhana yang mudah
dilafalkan lidah namun tak jarang ada orang yang sulit mengucapkan kata-kata tersebut.Padahal
sejatinya, itu merupakan kata-kata yang paling ingin orang dengarkan dari orang yang
diharapkan sebagai bentuk saling menghargai antar sesama.
 Cara menviasakan untuk mencupakn kata maaf,tolong dan terimaksih di antaranya:
1) Ajarkan secara berulang
2) Biasakan dari kecil atau mulai biasakan dari sekarang
3) Meminta si anak untuk mencupkan kata tersebut.

Anda mungkin juga menyukai