Anda di halaman 1dari 41

KECEMASAN ANAK DALAM MENGHADAPI UJIAN

BAB 1 PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut
perubahan sangat pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba
kompleksitasnya. Di bidang pendidikan sekolah-sekolah, perguruan tinggi, guru dan murid
banyak sekali mengalami perubahan banyak baik tuntutan standar pendidikan maupun
kelulusan siswa. Apalagi tuntutan kualitas pendidikan agar anak didik sukses setelah tamat,
baik bekerja maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Tugas yang berat
dan harus dilakukan adalah bagaiman mempersiapkan siswa untuk hidup dalam lingkungan
yang selalu dinamis dan penuh kompetitif dengan perubahan zaman yang luar biasa ini. Bagi
siswa (peserta didik) dengan kemiskinan ilmu pengetahuan sangat sulit ntuk beradaptasi dan
memahami perputaran roda zaman. Tidak seharusnya siswa terhindar dari tipu daya
kemunafikan dan terjebak pada zaman iptek yang serba pesat. Akibat dari beratnya beban
yang dipikul peserta didik terutama menghadapi masa-masa menentukan seperti ujian
semester, seringkali mengalami gangguan kejiwaan meskipun dalam kategori ringan. Pada
umumnya orang pernah mengalami stress, walaupun sering tidak dirasakan karena stres ini
berkisar dari sedikit dari kegelisahan rasa cemas yang melumpuhkan. Seseorang yang
mengalami sedikit rasa gelisah tidak mengadari kalau hal ini merupakan stress yang bisa
menjadi parah. Pada dasarnya stress merupakan sesuatu perasaan yang tidak mudah
digambarkan. Sters timbul karena ada masalah yang harus ditanggulangi. Stres yang
berkepanjangan memang selalu mengganggu jalannya kehidupan, namun demikian dalam
kehidupan sehari-hari tidak adanya stres sama sekali belum tentu dan bahkan bukan
merupakan sesuatu tanda kebahagiaan, tetapi malah menunjukan adanya kelesuan atau
ketidaktahuan apa yang terjadi (Anoraga 1992). Lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan
diri dari berbagai persolan tersebut, lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk
membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan
peserta didik agar mampu (berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Melalui kegiatan pembelajaran didalam kelas,
sekolah belum cukup untuk menyiapkan peserta didik untuk terjun kemasyarakat scara
berhasil. Peserta didik hendaknya dibantu agar apa yang mereka terima dari sekolah dapat
menjadi bekal guna menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu menghadapi
masalah- masalahnya. Dalam kondisi seperti inilah layanan bimbingan dan konseling (BK)
sangat diperlukan. Menurut Wibowo beranggapan bahwa profesi BK menjadi sangat penting
peranannya dalam dunia pendidikan di Indonesia. Mengingat dalam era globalisasi di segala
bidang terjadi berbagai perubahan mendasar yang mengguncang dunia sosial
kemasyarakatan. Pelanggaran terhadap nilai moral dan etik dalam masyarakat menjadi isu
yang hangat dibicarakan. Banyak fenomena sosial bisa dijadikan bukti, antara lain
perkelahian antara pelajar atau tauran, penyalah gunaan obat terlarang, hubungan seks bebas
dan penjambretan, pemerkosaan bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh oknum pelajar.
Dalam fenomena di atas banyak sekali masalah- masalah yang terjadi. Pada kondisi terebut
individu atau peserta didik dituntut untuk mampu menghadapi berbagai masalah. Pada
kenyataan yang ada tidak semua individu mampu menghadapi dan mengatasi masalahnya
sendiri. Dalam keadaan seperti inilan siswa perlu mendapatkan bimbingan dan konseling dari
orang lain atau biasa disebut konselor. Bimbingan dan konseling (BK) adalah proses bantuan
atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (klien) melaui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya. Firman Allah SWT
dalam Q.S Al-Asr ayat 3, sebagai berikut:

Ayat diatas tergolong dari surah Makiyyah. Tujuannya agar klien memiliki
kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri. Bimbingan dan konseling dapat juga di artikan sebagai proses pemberian
bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing kepada peserta didik melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk menggungkap
masalah klien sehingga klien mampu melihat masalahnya sendiri, mampu menerima dirinya
sendiri sesuai dengan potensinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Sekarang ini layanan bimbingan dan konseling dimasyarakat semakin popular dikenal
apalagi disekolah. Layanan bimbingan dan konseling (BK) terus digalakkan oleh pemerintah
disekolah- sekolah. Akan tetapi, fenomena yang ada sebagaian siswa masih belum
memahami fungsi BK itu sendiri, bahkan bukan saja siswa disekolah malah kepala sekolah,
para guru dan pihak yang terkait dengan sekolah juga salah dalam memahami fungsi dan
layanan dari bimbingan dan konseling atau biasa disebut BK. Dampaknya para siswa kurang
memamfaatkan layanan BK. Layanan BK sangat penting disekolah untuk dilaksanakan guna
membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Masalah- masalah itu antara
lain masalah- masalah pribadi,, masalah ujian (UAN) hal tersebut membuat orang tua murid
maupun para pendidik merasakan kekhawatiran maupun kecemasan, tegang emosi yang yang
di alami oleh seseorang. . Hal ini termanisfestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan,
frustasi, mogok sekolah, droup out,berhenti sekolah bahkan bunuh diri karena tidak lulus
skolah dan lain sebagainya. . Disinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan
konseling di samping dari kegiatan pengajaran. Dalam usaha bimbingan dan konseling peran
yang di lakukan oleh guru bimbingan dan konseling mengatasi berbagai permasalahan siswa
dalam mengurangi msalah kecemasan sebelum menhadapi ujian semester (UAN).
Permasalahan tersebut mencakup permaslahan yang terjadi dilingkungan sekolah maupun
diluar lingkungan sekolah. Hal ini akan menunjang terhadap tercapainya tujuan pendidikan
nasional sebagaimana tercantum dalam undang-undang RI No. 20 Th.2003 tentang system
pendidikan nasional yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi mengembankan
membentuk watak serta peradapan yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepad tuhan yang maha esa yang berakhlak manusia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling ada tiga bidang pelayanan yang harus diberikan
kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan Informasi. Adapaun
penanganan kecemasan menggunakan teknik-ternik dari psikologis yaitu pskoalisa,
RET,Behavioral yang diperlukan dalam mengurangi masalah-masalah dalam masalah
kecemasan sebelum menghadapi ujian pertengahan atau ujian akhir.. Oleh sebab itulah dalam
layanan bimbingan ini guru pembimbing hendaknya memberikan informasi dan menjelaskan
kepada para peserta didik mengenai cara yang mengurangi kecemasan secara efektif dan
efisien. Dengan menggunakan cara teknik RBT, maupun behavioral, psikoanalisa diharapkan
dapat mengurangi kecemsan-kecemsan yang di alami siswa dapat berkurang. Oleh karena itu,
untuk meneliti lebih dalam mengenai pengaruh layanan bimbingan pribadi, bimbingan sosial
dan bimbingan informasi beserta teknik penanganan dari mengurangi kecemasan itu sendiri
dengan menggunakan teknik-teknik psikologis kepada bagi para peserta didik maka penulis
menetapkan judul PERAN GURU BK DALAM MENGATASI KECEMASAN SEBELUM
MENGHADAPI UJIAN SISWA SEMESTER DI MTSN TAMBAN . A. Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul di atas maka dibuatkan definisi
operasional sebagai berikut: 1. Peran Peran adalah yang berarti kedudukan, yang dimaksud
disini adalah fungsi dan kedudukan serta usaha yang dilakukan konselor dalam mengurangi
maupun mengatasi kecemasan siswa sebelum menghadapi ujian semester. 2. Mengatasi
kecemasan kecemasan adalah sebagai suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan
mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman. 3. ujian semester ujian
yang di laksanakan di sekolahan baik ujian pertengahan maupun ujian akhir UAN. 4. MTSN
Tamban Maksudnya adalah sekolah menengah pertama negeri Tamban yang terletak dijalan
purwosari I. 2 , kecematan Tamban Jadi yang dimaksud judul diatas adalah suatu penelitian
yan menjelaskan tentang peran guru BK dalam mengatasi maupun mengurangi kecemasan
sebelum menghadapi ujian Semester (UAN) di MTSN Tamban Dari penjelasan diatas
dikemukan apa yang dimaksud judul diatas adalah suatu usaha yang dilakukan konselor
dalam membantu mengurangi kecemasan-kecemasan sebelum menghadapi ujian siswa
semester di MTSN Tamban.
B. Rumusan Masalah Masalah pokok yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru BK dalam mengatasi maupun mengurangi kecemasan sebelum
menghadapi ujian siswa semester di MTSN Tamban?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kecemasan siswa pada waktu ujian semester di
MTSN Tamban?
3. Apa saja yang menjadi Aspek aspek kecemasan siswa sebelum menhadapi ujian
semester di MTSN .
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui Bagaimana Peran guru BK dalam mengatasi kecemasan dalam
menghadapi ujian semester siswa di MTSN Tamban.
2. Untuk mengetahui apa saja faktorfaktor yang mempengaruhi peran guru BK dalam
mengatasi kecemasan siswa di MTSN Tamban.
3. Untuk mengetahui apa saja aspekaspek yang mempengaruhi peran guru BK dalam
mengatasi kecemasan siswa di MTSN Tamban.
D. Alasan Memilih Judul Adapun beberapa alasan yang melatarbelakangi penulis mengangkat
judul di atas, yaitu:
1. Peran adalah suatu bagian dari tugas dan kewajiban yang harus di lakukan seseorang .
oleh sebab itu perlu sekali diketahui agar diberikan penilaian dan tindak lanjut atas
kinerja yang bersangkutan.
2. Konselor sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab untuk membantu siswa,
memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan dan masukan berupa saran-saran
maupun informasi agar dapat menunjang pendidikan.
3. Dengan adanya peran guru BK dapat mengurangi kecemasan-kecemasan siswa sebelum
mengahadapi ujian semester dan dapat mempersiapkan dirinya sebelum menghadapi
ujian secara optimal.
E. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini penulis harapkan dapat bermanfaat sebagai
berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi lembaga pendidikan, Khususnya pihak MTSN Tamban
dalam mengatasi kecemasan pada waktu ujian semester.
2. Sebagai motivasi bagi guru bimbingan dan konseling dalam usaha meningkatkan kualitas
pendidikan disekolahnya dengan melaksanakan berbagai layanan bimbingan dan
konseling khususnya dalam menghadapi ujian (UAN) di sekolah.
3. Sumbangan karya ilmiah bagi guru bimbingan dan konseling khususnya dan guru mata
pelajaran pada umumnya.
4. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis, khususnya yang berkenaan
dengan masalah yang penulis bahas.
5. Untuk memperkaya khazanah Perpustakaan FKIP UNISCA Banjarmasin.
F. Sistematika Penulisan Agar mempermudah dalam memahami pembahasan ini, penulis
membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang memuat uraian dasar penelitian, berisikan tentang Latar Belakang
Masalah, Penegasan Judul, Rumusan Masalah, Alasan Memilih Judul, Tujuan Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Bab II Landasan teoritis, berisikan tentang Pengertian Kecemasan, Faktor dan Aspek yang
Mempengaruhi kecemasan-kecemasan sebelum ujian semester siswa di Sekolah.
Bab III Metode Penelitian, berisikan tentang Metode dan Jenis Pendekatan Penelitian, Subjek
dan Objek Penelitian, Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan
Data dan Analisis Data, Kerangka Dasar Penelitian, dan Prosedur Penelitian.
Bab IV Laporan Hasil Penelitian, membahas tentang Gambaran Umum Lokasi Penelitian,
Penyajian Data dan Analisis Data.
Bab V Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran-saran.

BAB 1 PEDAHULUAN
B. Latar Belakang
Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut perubahan sangat
pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. Di bidang
pendidikan sekolah-sekolah, perguruan tinggi, guru dan murid banyak sekali mengalami
perubahan banyak baik tuntutan standar pendidikan maupun kelulusan siswa. Apalagi tuntutan
kualitas pendidikan agar anak didik sukses setelah tamat, baik bekerja maupun untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Tugas yang berat dan harus dilakukan adalah bagaiman mempersiapkan siswa untuk
hidup dalam lingkungan yang selalu dinamis dan penuh kompetitif dengan perubahan zaman
yang luar biasa ini. Bagi siswa (peserta didik) dengan kemiskinan ilmu pengetahuan sangat sulit
ntuk beradaptasi dan memahami perputaran roda zaman. Tidak seharusnya siswa terhindar dari
tipu daya kemunafikan dan terjebak pada zaman iptek yang serba pesat. Akibat dari beratnya
beban yang dipikul peserta didik terutama menghadapi masa-masa menentukan seperti ujian
semester, seringkali mengalami gangguan kejiwaan meskipun dalam kategori ringan.
Pada umumnya orang pernah mengalami stress, walaupun sering tidak dirasakan karena
stres ini berkisar dari sedikit dari kegelisahan rasa cemas yang melumpuhkan. Seseorang yang
mengalami sedikit rasa gelisah tidak mengadari kalau hal ini merupakan stress yang bisa menjadi
parah. Pada dasarnya stress merupakan sesuatu perasaan yang tidak mudah digambarkan. Sters
timbul karena ada masalah yang harus ditanggulangi. Stres yang berkepanjangan memang selalu
mengganggu jalannya kehidupan, namun demikian dalam kehidupan sehari-hari tidak adanya
stres sama sekali belum tentu dan bahkan bukan merupakan sesuatu tanda kebahagiaan, tetapi
malah menunjukan adanya kelesuan atau ketidaktahuan apa yang terjadi (Anoraga 1992).
Lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari berbagai persolan tersebut,
lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membantu para siswa baik sebagai pribadi
maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah
bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu (berhasil)
menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Melalui kegiatan pembelajaran didalam kelas, sekolah belum cukup untuk menyiapkan peserta
didik untuk terjun kemasyarakat scara berhasil. Peserta didik hendaknya dibantu agar apa yang
mereka terima dari sekolah dapat menjadi bekal guna menjadi anggota masyarakat yang mandiri
dan mampu menghadapi masalah- masalahnya.
Dalam kondisi seperti inilah layanan bimbingan dan konseling (BK) sangat diperlukan.
Menurut Wibowo beranggapan bahwa profesi BK menjadi sangat penting peranannya dalam
dunia pendidikan di Indonesia. Mengingat dalam era globalisasi di segala bidang terjadi berbagai
perubahan mendasar yang mengguncang dunia sosial kemasyarakatan. Pelanggaran terhadap
nilai moral dan etik dalam masyarakat menjadi isu yang hangat dibicarakan. Banyak fenomena
sosial bisa dijadikan bukti, antara lain perkelahian antara pelajar atau tauran, penyalah gunaan
obat terlarang, hubungan seks bebas dan penjambretan, pemerkosaan bahkan pembunuhan yang
dilakukan oleh oknum pelajar.
Dalam fenomena di atas banyak sekali masalah- masalah yang terjadi. Pada kondisi
terebut individu atau peserta didik dituntut untuk mampu menghadapi berbagai masalah. Pada
kenyataan yang ada tidak semua individu mampu menghadapi dan mengatasi masalahnya
sendiri. Dalam keadaan seperti inilan siswa perlu mendapatkan bimbingan dan konseling dari
orang lain atau biasa disebut konselor. Bimbingan dan konseling (BK) adalah proses bantuan
atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (klien) melaui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya.
Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Asr ayat 3, sebagai berikut:

Ayat diatas tergolong dari surah Makiyyah. Tujuannya agar
klien memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu
memecahkan masalahnya sendiri.
Bimbingan dan konseling dapat juga di artikan sebagai proses pemberian bantuan atau
pertolongan yang sistematis dari pembimbing kepada peserta didik melalui pertemuan tatap
muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk menggungkap masalah klien sehingga
klien mampu melihat masalahnya sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan
potensinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Sekarang ini layanan
bimbingan dan konseling dimasyarakat semakin popular dikenal apalagi disekolah. Layanan
bimbingan dan konseling (BK) terus digalakkan oleh pemerintah disekolah- sekolah. Akan
tetapi, fenomena yang ada sebagaian siswa masih belum memahami fungsi BK itu sendiri,
bahkan bukan saja siswa disekolah malah kepala sekolah, para guru dan pihak yang terkait
dengan sekolah juga salah dalam memahami fungsi dan layanan dari bimbingan dan konseling
atau biasa disebut BK.
Dampaknya para siswa kurang memamfaatkan layanan BK. Layanan BK sangat penting
disekolah untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang
dihadapinya. Masalah- masalah itu antara lain masalah- masalah pribadi,, masalah ujian (UAN)
hal tersebut membuat orang tua murid maupun para pendidik merasakan kekhawatiran maupun
kecemasan, tegang emosi yang yang di alami oleh seseorang. . Hal ini termanisfestasi dalam
bentuk timbulnya kecemasan, frustasi, mogok sekolah, droup out,berhenti sekolah bahkan bunuh
diri karena tidak lulus skolah dan lain sebagainya. . Disinilah dirasakan perlunya pelayanan
bimbingan dan konseling di samping dari kegiatan pengajaran. Dalam usaha bimbingan dan
konseling peran yang di lakukan oleh guru bimbingan dan konseling mengatasi berbagai
permasalahan siswa dalam mengurangi msalah kecemasan sebelum menhadapi ujian semester
(UAN). Permasalahan tersebut mencakup permaslahan yang terjadi dilingkungan sekolah
maupun diluar lingkungan sekolah. Hal ini akan menunjang terhadap tercapainya tujuan
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam undang-undang RI No. 20 Th.2003 tentang
system pendidikan nasional yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi mengembankan
membentuk watak serta peradapan yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepad tuhan yang maha esa yang berakhlak manusia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling ada tiga bidang pelayanan yang harus diberikan
kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan Informasi. Adapaun
penanganan kecemasan menggunakan teknik-ternik dari psikologis yaitu pskoalisa,
RET,Behavioral yang diperlukan dalam mengurangi masalah-masalah dalam masalah kecemasan
sebelum menghadapi ujian pertengahan atau ujian akhir.. Oleh sebab itulah dalam layanan
bimbingan ini guru pembimbing hendaknya memberikan informasi dan menjelaskan kepada para
peserta didik mengenai cara yang mengurangi kecemasan secara efektif dan efisien. Dengan
menggunakan cara teknik RBT, maupun behavioral, psikoanalisa diharapkan dapat mengurangi
kecemsan-kecemsan yang di alami siswa dapat berkurang. Oleh karena itu, untuk meneliti lebih
dalam mengenai pengaruh layanan bimbingan pribadi, bimbingan sosial dan bimbingan
informasi beserta teknik penanganan dari mengurangi kecemasan itu sendiri dengan
menggunakan teknik-teknik psikologis kepada bagi para peserta didik maka penulis menetapkan
judul PERAN GURU BK DALAM MENGATASI KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI
UJIAN SISWA SEMESTER DI MTSN TAMBAN .

G. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul di atas maka dibuatkan
definisi operasional sebagai berikut:
1. Peran Peran adalah yang berarti kedudukan, yang dimaksud disini adalah fungsi dan
kedudukan serta usaha yang dilakukan konselor dalam mengurangi maupun mengatasi
kecemasan siswa sebelum menghadapi ujian semester.
2. Mengatasi kecemasan kecemasan adalah sebagai suatu pengalaman subjektif mengenai
ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman.
3. ujian semester ujian yang di laksanakan di sekolahan baik ujian pertengahan maupun
ujian akhir UAN.
4. MTSN Tamban Maksudnya adalah sekolah menengah pertama negeri Tamban yang
terletak dijalan purwosari I. 2 , kecematan Tamban Jadi yang dimaksud judul diatas
adalah suatu penelitian yan menjelaskan tentang peran guru BK dalam mengatasi maupun
mengurangi kecemasan sebelum menghadapi ujian Semester (UAN) di MTSN Tamban
Dari penjelasan diatas dikemukan apa yang dimaksud judul diatas adalah suatu usaha
yang dilakukan konselor dalam membantu mengurangi kecemasan-kecemasan sebelum
menghadapi ujian siswa semester di MTSN Tamban.
H. Rumusan Masalah Masalah pokok yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru BK dalam mengatasi maupun mengurangi kecemasan sebelum
menghadapi ujian siswa semester di MTSN Tamban?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kecemasan siswa pada waktu ujian semester di
MTSN Tamban?
3. Apa saja yang menjadi Aspek aspek kecemasan siswa sebelum menhadapi ujian
semester di MTSN .
I. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui Bagaimana Peran guru BK dalam mengatasi kecemasan dalam
menghadapi ujian semester siswa di MTSN Tamban.
2. Untuk mengetahui apa saja faktorfaktor yang mempengaruhi peran guru BK dalam
mengatasi kecemasan siswa di MTSN Tamban.
3. Untuk mengetahui apa saja aspekaspek yang mempengaruhi peran guru BK dalam
mengatasi kecemasan siswa di MTSN Tamban.
J. Alasan Memilih Judul Adapun beberapa alasan yang melatarbelakangi penulis mengangkat
judul di atas, yaitu:
1. Peran adalah suatu bagian dari tugas dan kewajiban yang harus di lakukan seseorang .
oleh sebab itu perlu sekali diketahui agar diberikan penilaian dan tindak lanjut atas
kinerja yang bersangkutan.
2. Konselor sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab untuk membantu siswa,
memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan dan masukan berupa saran-saran
maupun informasi agar dapat menunjang pendidikan.
3. Dengan adanya peran guru BK dapat mengurangi kecemasan-kecemasan siswa sebelum
mengahadapi ujian semester dan dapat mempersiapkan dirinya sebelum menghadapi
ujian secara optimal.
K. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini penulis harapkan dapat bermanfaat sebagai
berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi lembaga pendidikan, Khususnya pihak MTSN Tamban
dalam mengatasi kecemasan pada waktu ujian semester.
2. Sebagai motivasi bagi guru bimbingan dan konseling dalam usaha meningkatkan kualitas
pendidikan disekolahnya dengan melaksanakan berbagai layanan bimbingan dan
konseling khususnya dalam menghadapi ujian (UAN) di sekolah.
3. Sumbangan karya ilmiah bagi guru bimbingan dan konseling khususnya dan guru mata
pelajaran pada umumnya.
4. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis, khususnya yang berkenaan
dengan masalah yang penulis bahas.
5. Untuk memperkaya khazanah Perpustakaan FKIP UNISCA Banjarmasin.
L. Sistematika Penulisan Agar mempermudah dalam memahami pembahasan ini, penulis
membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang memuat uraian
dasar penelitian, berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Penegasan Judul, Rumusan
Masalah, Alasan Memilih Judul, Tujuan Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II
Landasan teoritis, berisikan tentang Pengertian Kecemasan, Faktor dan Aspek yang
Mempengaruhi kecemasan-kecemasan sebelum ujian semester siswa di Sekolah. Bab III
Metode Penelitian, berisikan tentang Metode dan Jenis Pendekatan Penelitian, Subjek dan
Objek Penelitian, Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan
Data dan Analisis Data, Kerangka Dasar Penelitian, dan Prosedur Penelitian. Bab IV Laporan
Hasil Penelitian, membahas tentang Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Penyajian Data dan
Analisis Data. Bab V Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran-saran.

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Bimbingan dan Konseling Sebelum membahas tentang definisi bimbingan belajar, ada
baiknya penulis mengemukakan definisi bimbingan secara umum menurut para ahli: Menurut
Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis
dari pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri,
penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan
yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Bimbingan merupakan terjemahan
dari kata guidance. Kata guidance yang kata dasarnya guide memiliki beberapa arti,
yaitu: (a) menunjukkan jalan (showing the way), (b) memimpin (leading), (c) memberikan
petunjuk (giving instruction), (d) mengatur (regulating), (e) mengarahkan (governing), dan
(f) memberi nasehat (giving advice). Sedangkan Jones, seperti yang dikutip oleh Musnamar
berpendapat bahwa bimbingan adalah sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan
problem-problem. Bimbingan dan konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan
yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (klien) melaui pertemuan tatap
muka atau hubungan timbal balik antara keduanya. Tujuannya agar klien memiliki
kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri. Bimbingan dan konseling dapat juga di artikan sebagai proses pemberian
bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing kepada peserta didik melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk menggungkap
masalah klien sehingga klien mampu melihat masalahnya sendiri, mampu menerima dirinya
sendiri sesuai dengan potensinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. B.
Pengertian Layanan Informasi, Pribadi dan Sosial 1. Layanan Informasi Layanan informasi
yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan dan
memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat
dipergunakan sebagai pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta
didik. Menurut Winkel (1991) layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya
memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Layanan informasi
yang juga bermakna uaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta
pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda. Dari
pengertian-pengertian tersebut dapat dipahami bahwa layanan informasi adalah pemberian
pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya, khususnya lingkungan hidup
siswa mencangkup lingkungan sekolahnya, keluarga, lingkungan sekolah lanjutan, dunia
pekerjaan, bahkan lingkungan masyarakat luas. Layanan informasi bertujuan untuk
membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang
berguna untuk mengenal diri, merencanakan mengembangkan pola kehidupan sebagai siswa,
anggota keluarga, dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh melalui layanan informasi,
digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar,
mengembangkan cita-cita, menyelanggarakan kehidupan sehari-hari dan mengambil
keputusan. Layanan informasi dapat diselenggarakan secara langsung dan terbuka oleh guru
pembimbing kepada seluruh siswa di sekolah dan madrasah. Berbagai teknik dan media yang
bervariasi serta fleksibel dapat digunakan melalui format klasikal dan kelompok. Pemberian
informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai teknik seperti: ceramah, diskusi,
karyawisata, buku panduan, konferensi karier, melalui Media dan acara khusus. 2.
Bimbingan Pribadi Bimbingan pribadi (personal guidance) sering disebut Personal Social
Guidence. Bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai suatu bantuan dari pembimbing kepada
terbimbing (individu) agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi
mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuiakan diri dengan
lingkungannya secara baik. Menurut Surya, bimbingan pribadi merupakan bimbingan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi. Relevan dengan proses bantuan
yang menyangkut keadaan batinnya sendiri, dan kejasmaniannya sendiri. Tujuan bimbingan
pribadi adalah agar individu mampu mengatasi masalah pribadi, sebagai akibat dari kurang
kemampunnya anak didik untuk mengadakan penyesuaiannya diri dengan aspek-aspek
perkembangan, keluarga, persahabatan, cita-cita, konflik pribadi, dan lain-lain. Bimbingan
pribadi juga bertujuan untuk memantapkan kepribadian dan mengembang kemampuan
individu dalam menangani masalah dirinya. Bimbingan ini mengarah pada pencapaian
pribadi yang seimbang dengan mempertahankan keunikan karakteristik pribadi serta ragam
permasalahan yang di alami individu. Ada dua aspek masalah bimbingan pribadi yaitu ada
yang berkenaan dengan Tuhannya dan ada yang berkenaan dengan dirinya sendiri. Menurut
Surya dan Winkel,aspek-aspek persoalan individu yang membutuhkan layanan bimbingan
pribadi adalah: kemampuan individu memahami dirinya sendiri, kemampuan individu
mengambil keputusan sendiri, kemampuan individu memmecahkan masalah yang
menyangkut keadaan bathinnya sendiri (hubungan dengan Tuhan). 3. Bimbingan sosial
Bimbingan sosial merupakan usaha bimbingan dalam membantu menghadapi dan
memecahkan masalah sosial anak sepeti penyesuaian diri, mengahadapi konflik dan
pergaulan. Bimbingan sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing
kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan secara baik. Menurut Andi Mapaire, suatu bimbingan
dikatakan bimbingan sosial apabila penekanan bimbingan sosial lebih diarahkan pada usaha-
usaha mengurangi masalah-masalah sosial. Tujuan layananan Bimbingan sosial adalah agar
individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya.
Bimbingan sosial Juga bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan
mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial sehingga individu dapat menyesuaikan
diri secara baik dan wajar dalam lingkungan sosialnnya. Aspek-aspek sosial yang
memerlukan layanan bimbingan sosial adalah: kemampuan individu melakukan sosialisasi
dalam lingkungannya, kemampuan individu melakukan adaptasi, kemampuan individu
melakukan hubungan sosial (interaksi sosial) dengan lingkunagannya baik lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. C. Dasar dalam Layanan Bimbingan dan Konseling 1.
Behavioral Sasaran konseling behavioristik pada umumnya adalah untuk menciptakan
kondisi belajar yang baru. Asumsinya adalah bahwa belajar bisa memperbaiki perilaku
bermasalah. Ada dua pelaku penting dalam konseling ini yaitu klien dan konselor bagi klien
konselor adalah belajar kembali atas segala kesalahannya dalam belajar sebelumnya.
Sedangkan bagi konselor konseling adalah mengajar kembali terhadap klien yang
bermasalah. Jadi konseling behavioral pada hakikatnya adalah proses belajar mengajar
kembali. Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respon-
respon yang lama merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat,
mengeleminasi perilaku yang maladaptive dan memperkuat serta memperhatikan perilaku
yang diinginkan. Menurut Corey, ada 3 fungsi tujuan dalam konseling behavioral: a. Sebagai
refleksi masalah klien dan dengan demikian sebagai arah bagi konseling. b. Sebagai dasar
pemilihan dan penggunaan strategi konseling. c. Sebagai kerangka untuk menilai hasil
konseling. Dalam kegiatan konseling klien harus ikut berpartisipasi, ia harus memiliki
motivasi untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan aktivitas konseling,
baik ketika berlangsung konseling maupun diluar konseling. Ada beberapa hal yang harus
dilakukan dalam hubungan konselor dengan klien: 1) Konselor memahami dan menerima
klien 2) Keduanya bekerja sama 3) Konselor memberikan bantuan dalam arah yang
diinginkan klien. Beberapa teknik-teknik konseling behavioral yang sering digunakan, antara
lain: a. Relaksasi (bersantai) adalah keadaan pada mana seseorang berada dalam keadaan
tenang, dalam suasana emosi yang tenang, tidak sebaliknya yakni misalnya tegang atau
bergelora. Oleh orang awam, relaksasi dapat diartikan sebagai partisipasi dalam aktivitas olah
raga, melihat TV, rekreasi, dan sebagainya. Sebaliknya ketegangan dapat menunjuk pada
suasana bermusuhan, perasaan negative terhadap individu lain dan sebagainnya. b. Terapi
implosive dan pembanjiran, teknik ini berlandaskan kepada pradigma penghapusan
eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus dalam kondisi berulang-ulang
tanpa memberikan penguatan. c. Desensitisasi sistematik, teknik ini digunakan untuk
menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan pemunculan tingkah
laku yang hendak dihapus. Wolpe mengajukan argumen bahwa segenap tingkah laku neurotic
adalah ungkapan dari kecemasan dan bahwa respons kecemasan bisa dihapus oleh penemuan
respons-respons yang secara inheren berlawanan dengan respons tersebut. Dengan
pengondisian klasik, kekuatan stimulus penghasil kecemasan bisa dilemahkan, dan gejala
kecemasan bisa dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus. d. Assertive
training, teknik ini diterapkan pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan
bahwa menegaskan diri adalah tindakan yang layak benar. Latihan atau teknik ini membantu
orang yang: 1) Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung. 2)
Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan dari
padanya. 3) Memiliki kesulitan untuk berkata tidak. 4) Mereka yang sukar menyatakan cinta
dan respon positif lainnya. 5) Mereka yang merasakan tidak punya hak untuk memiliki
perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri. Menurut Alberti, latihan asertif adalah
prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian social
melalaui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan, pendapat dan haknya. e. Aversion
Therapy, teknik ini digunakan untuk meredakan gangguan behavioral yang spesifik dengan
stimulus yang menyakitkan sampai stimulus yang tidak diinginkan terhambat
kemunculannya. Stimulus avensi ini biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau
pemberian ramuan yang memualkan. f. Pengkondisian Operan, tingkah laku operan adalah
tingkah laku yang memancar yang mencari ciri organisme yang aktif, yang beroperasi
dilingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat. Menurut Skinner, jika suatu tingkah laku
diganjar, maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang
akan tinggi. g. Metode modeling, teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru
pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model social yang
diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan
menginternalisasikan norma-norma dalam system model social dengan masalah tertentu yang
telah disiapkan oleh konselor. 2. Psikoanalisis Menurut Sigmun Freud dalam teori
psikoanalisis, pada dasarnya manusia adalah deterministik (sudah ditentukan). Penentuannya
adalah kekuatan-kekuatan irasional, motivasi yang tidak disadari, dorongan biologis serta
dorongan naluri, dan peristiwa seksual tertentu pada masa enam tahun pertama
kehidupannya. Kekuatan dan dorongan itu disebut insting. Kedudukan isting ini adalah
sentral (pokok). Ada tiga jenis insting dalam kehidupan manusia, yaitu (1). Libido untuk
menyatakan energi seksual, (2). Eros (insting hidup), adalah semua tindakan yang
menimbulkan kesenangan atau untuk mendapatkan kesenangan dan menghindari kesusahan
dan kepedihan, (3). Thanatos (insting mati) adalah dorongan atau keinginan yang tidak
disadari untuk mati atau mencederai diri sendiri atau orang lain, insting mati ini disebut juga
dorongan agresif. Tujuan insting adalah mendapatkan kesenangan, kepuasan, kenikmatan,
dan mnghindari segala bentuk kesusahan, ia merupakan sumber motivasi. Dorongan insting
ini akan mengarah kepada pembentukan kepribadian guna memenuhi kebutuhan insting itu
sendiri, yaitu melalui tiga sistem, yaitu: id, ego, dan superego.Oleh karena itu, merupakan
kekacauan apabila akal tidak berfungsi secara penuh.(Hayat, 2007:136) Firman Allh Swt
menerangkan : Dalam surah yunus:100


Id adalah komponen biologis yang merupakan
kepribadian manusia yang orisinal yang dibawa sejak lahir, dan berada dibawah kesadaran
manusia. Sifatnya tidak logis, tidak bermoral, dan bertindak atas sesuatu dorongan
memuaskan kebutuhan insting, tidak memiliki organisasi, buta banyak tuntutan, selalu
memaksakan bersifat insting. Tujuannya adalah mengurangi ketegangan, menghindari
penderitaan, dan mendapatkan kesenangan. (Corey, 1996:93). Ia tinggal pada bagian bawah
sadar atau di luar kesadaran. Ego adalah sistem kepribadian yang mengadakan kontak dengan
dunia realitas yang diluar dirinya, bersifat logis dan realistik. Fungsi atau perannya adalah
sebagai eksekutif yang memerintah, mengendalikan dan mengatur kepribadian, sebagai
polisi lalu lintas bagi id, superego dan dunia luar, sebagai penengah antara insting dan
lingkungan sekelilingnya (Corey, 1996: 94). Prinsip realitas, tujuan memformulasikan
rencana tindakan demi pemuasan kebutuhan, dan mengeram serta mengendalikan nafsu
membabi buta id. Kalau id hanya tahu akan realitas subjektif maka ego membedakan antara
sosok mental dan benda yang ada di dunia luar. Superego merupakan pemegang kendali dari
kepribadian. Ia bersifat moralistik dan idealis sehingga ia melihat kepada apakah tindakan itu
baik atau buruk, benar atau salah. Ia berfungsi mencegah impuls id, membujuk ego agar
menggantikan tujuan realistik dengan moralistik, serta memperjuangkan kesempurnaan (Hall
& Lindzey, 1970:35). Kedudukannya sebagai komponen sosiologis yang mewakili nilai serta
ideal yang tradisional dari masyarakat yang telah diwariskan oleh orang tua kepada anaknya.
Superego ini merupakan aspek diri yang berkembang melalui kultural dan bukan melalui
biologis. Ia tinggal pada bagian kesadaran jiawa (Cottone, 1992: 98). Berdasarkan uraian di
atas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah makhluk biologis, yaitu hidup
dan berkembang berdasarkan pemenuhan kebutuhan insting yang berkedudukan pada id,
walaupun dalam proses pemenuhan insting ini yang mendorong terbentuknya kepribadian
manusia melalui id, ego dan superego. Dari perkembangan ketiga segmen itu akan
menggambarkan kepribadian individu yang sehat ataupun sebaliknya. Berdasarkan uraian
perkembangan ketiga segmen tersebut seperti yang telah diuraikan terdahulu dan
memperhatikan hubungannya satu sama lain, maka yang namanya pribadi sehat itu adalah: 1)
Ego Berfungsi Penuh. Ego dapat menjalankan fungsinya dengan penuh sebagai eksekutif,
pengendali, pengatur kepribadian, sebagai posisi lalu lintas bagi id dan super ego, sebagai
penengah antara insting dan lingkungan sekelilingnya atau sebagai mediator rasional dan
pengaruh biologis (id) dan cultural. 2) Serasinya antara Fungsi Id, Ego dan Superego. Ego
sebagai komponen biologis, id sebagai komponen psikologis, dan Superego sebagai
komponen social, berjalan sesuai dengan fungsi-fungsi masing masing dan dapat mencapai
tujuan yang selaras. 3) Dapat Mengendalikan Kecemasan: Kecemasan Realita, Neurotik, dan
Moral. Dalam proses bekerjanya id, ego dan superego bahkan dengan dunia realitas sering
terjadi konflik satu dengan yang lain, dan akibat dari konflik ini berkembanglah kecemasan.
Maka pribadi yang sehat oleh dirinya sendiri dapat mengendalikan bentuk-bentuk kecemasan
yang terjadi, baik itu kecemasan realita (konflik antara ego dan dunia luar) sehingga
menimbulkan rasa takut akan datangnya bahaya dari luar Kebalikan dari pribadi yang sehat
adalah pribadi yang tidak sehat, yaitu pribadi yang memiliki simtom-simtom neurotik dan
penderitaan, sebagai akibat dari tidak berfungsinya ego sebagai pemegang kendari secara
baik,ataupun terjadinya ketidak serasian masing-masing kompomen penentu
kepribadia,id,ego,dan superego,hingga terjadilah konflik-konflik satu sama lain yang
mengakibatkan berbagiai kecemasan. Jadi pribadi yang tidak sehat itu pada intinya adalah: 1)
Ego tidak berfungsi dengan penuh (baik) Seperti telah dijelaskan bahwa fungsi ego ituadalah
sebagai eksekotif, pengendali, pengatur kepribadian, sebagai penengah antara insting dan
lingkungan sekelilingnya atau sebagai mediator rasional dari biologis (id) dan kultural, kalau
ini tidak berfungsi dengan baik maka akan terjadi ketegangan, sedang superego tidak
menghendaki id, maka individu tersebut nekad keluar meninggalkan kuliah walaupun ada
resiko yang mengancam. 2) Disintegrasi antara Id, Ego dan Superego. Dalam pribadi sehat
antara Id, Ego dan Superego terintegrasi dengan baik, masing berjalan bersama sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Apabila hal itu tidak terjadi atau terjadinya konflik antara satu
dengan yang lain, maka akan terjadi kecemasan, dan menghasilkan tindakan-tindakan yang
tidak terkontrol, melanggar norma hukum, ataupun merugikan diri sendiri. Misalnya id
memenuhi nafsu seksualnya tidak terkendali oleh ego, bahkan mereka dianalogikan sebagai
binatang yang paling buruk disisi Allah.(Hayat, 2007:136) Firman Allah Swt.Dalam surah
Al-Anfal 22.

Ego melakukan tindakan dalam memenuhi tuntutan id
tetapi tidak terkontrol oleh superego, maka akan terjadi perbuatan yang melanggar hokum
ataupun norma masyarakat. Jadi, apabila ketiga komponen tersebut tidak terintegrasi dengan
baik, maka mengakibatkan pola kepribadian yang menyimpang atau tidak sehat 3) Dikuasai
Kecemasan Kecemasan adalah akibat terjadinya konflik antara Id, Ego dan Superego dan
dunia luar. Ada tiga kecemasan yang sering terjadi yaitu kecemasan Realita, Neurotik, dan
Moral. Apabila kecemasan ini menguasai pribadi maka akan menimbulkan prilaku yang
berlebihan, tidak terarah, melanggar hokum, dan akan merugikan diri. Misalnya dikuasai
kecemasan realita, maka akan pada hal-hal tertentu selalu mengalami rasa takut yang
berlbihan, seperti takut dikegelapan, takut pada orang banyak, takut di tempat yang tinggi,
dan sebagainya. Dikuasai kecemasan neorutik, selalu cemas terhadap instingnya kalau-kalau
keluar jalur yang menyebabkan bahaya, seperti takut pada pisau yang tajam, jngan-jangan
pisau ini akan melukai dirinya. Dikuasai kecemasan moral, akan membuat diri selalu merasa
was-was dengan apa yang dilakukan, seperti was-was dengan setelah berwudu, jangan-
jangan wudunya masih belum benar/ yang salah kemudian cendrung untuk mengulangi lagi,
dan begitu juga pada hal-hal yang lain. Hati nuraninya selalu merasa takut dan was-was. 3.
Rasional Emotif Terapi (RET) RET adalah aliran yang berlandaskan asumsi bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun untuk berfikir
irasional dan jahat. Manusia memiliki kecendrungan-kecendrungan untuk memelihara diri,
berbahagia, berfikir dan mengatakan mencintai bergabung dengan orang lain, serta tumbuh
dan mengaktualkan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecendrungan-kecendrungan
kearah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat menyesali kesalahan-
kesalahan secara tak berkesudahan, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Dari
pandangan tersebut yang berarti bahwa manusia itu tidak sempurna yaitu memiliki potensi
positif dan negative, maka teori itu berusaha untuk menolong mereka untuk mau menerima
dirinya sebagai makhluk yang akan selalu membuat kesalahan, namun pada saat yang
bersamaan juga sebagai yang bisa belajar hidup damai dengan dirinya sendiri. Dengan kata
lain orang dapat belajar mengubah pikiran mereka sehingga pikiran mereka menjadi positif
dan tidak tertekan. Ellis 1979 dalam Corey (1996: 320) membuat daftar dari beberapa asumsi
teori ini sebagai berikut: 1) Orang mengkondisikan diri sendiri dan merasakan adanya suatu
gangguan, bukan dikondisikan oleh sumber yang berasal dari luar dirinya. 2) Orang ada
kecendrungan biologis dan budaya untuk berfikir berbelit-belit dan menimbulkan gangguan
pada diri sendiri, sesuatu yang sebenarnya tidak perlu terjadi. 3) Manusia itu unik dalam arti
bahwa mereka menemukan keyakinan yang mengganggu dan membiarkan dirinya terganggu
oleh adanya gangguan. 4) Orang ada kapasitas untuk mengubah proses kognitif, emotif dan
behavioral. Mereka bisa memilih untuk memberikan reaksi mereka secara berbeda dengan
pola yang biasanya mereka anut. Bisa menolak untuk memberikan dirinya menjadi marah
dan bisa melatih dari mereka sendiri sehingga pada akhirnya nanti mereka bisa bertabah
mengalami gangguan yang minim selama sisa hidupnya. Adapun tujuan dari RET yang lain
adalah untuk memperbaiki dan mengubah sikap persepsi, cara berpikir, keyakinan, serta
pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri
dan mencapai realisasi diri seperti benci, takut, rasa bersalah, cemas, was-was, marah sebagai
akibat berfikir irrasional dan melatih serta mendidik klien agar menghadapi kenyataan hidup
secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai dan kemampuan diri. Pada
hakikatnya konseling terapi rasional emotif adalah sebagai berikut: 1) Restrukturisasi
filosofis, Menurut Ellis 1988 dalam (Corey, 1996: 324-324) bahwa restrukturisasi filosofis
ini adalah untuk bisa mengubah kepribadian kita yang disfungsional mencangkup langkah-
langkah sebagai berikut: a) Mengakui sepenuhnya bahwa kitalah yang bertanggung jawab
atas terciptanya masalah yang kita alami. b) Mau menerima pendapat bahwa kita memiliki
kemampuan secara signifikan mengubah gangguan-ganggun ini. c) Mengakui bahwa masalah
emosional kita banyak berasal dari keyakinan yang irrasional. d) Melihat diri nilai dan sikap
meragukan keyakinan yang bodoh itu, dengan menggunakan metode yang tegas. e)
Menerima keyakinan bahwa apabila kita mengharapkan adanya perbaikan kita sebaiknya
kerja keras dengan cara emotif behavioral untuk mengadakan kontro aksi terhadap keyakinan
kita dan perasaan serta perbuatan yang disfungsional yang mengikutinya. f) Mempraktekkan
metode terapi rasional emotif untuk mencabut/ mengubah konsekuensi yang mengganggu itu
disisi kehidupan kita. 2) Revulusi filosofis, RET berjuang untuk melakukan Revulusi
filosofis yang cermat. Didasarkan pada asumsi bahwa masalah itu berakhir pada falsafah
(Corey 1990: 329). Jadi teori ini tidaklah diarahkan pada menghilangkan gejalanya, tetapi
didesain untuk menggugah orang agar mau meneliti dan mengubah beberapa nilai yang
paling mendasar, terutama nilai-nilai yang membuat mereka terganggu. 3) Redukasi, melalui
proses redukasi klien belajar cara mengaplikasikan pikiran yang logis pada penyelesaian
masalah dan perubahan emosi. Sebagian suatu bentuk hubungan yang bersifat membantu
(helping relationship) terapi rasional emotif mempunyai karakteristik; 4) Aktif directif:
bahwa dalam hubungan konseling/ terapeutik, terapis/ konselor lebih aktif membantu
mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya. 5) Kognitif
eksperiensial: hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan
berintikan pemecahan masalah yang rasional. 6) Emotif eksperiensial 7) Behavioristik:
bahwa hubungan yang di bentuk harus menyeluruh dan mendorong terjadinya perubahan
prilaku dalam diri klien. 8) Kondisional. Sikap peranan konselor dalam konseling RET yaitu:
1) Konselor Seperti juga terapi berpusat pada pribadi, RET juga menekankan pentingnya
sikap konselor dalam meghadapi klien, yaitu dengan sikap: a) Pandangan positif tanpa syarat.
b) Peneriamaan Sepenuhnya c) Toleransi dan terapis tidak mengevaluasi kliennya sebagai
pribadi. 2) Peranan/ fungsi konselor sebagai berikut: a) Sebagai ilmuan yang mampu
menunjukkan kepada klien bahwa mereka telah banyak mengikuti pemikiran yang irasional.
b) Sebagai guru yang mampu mengajarkan kepada klien cara-cara berpikir ilmiah dan
rasional. Secara garis besar Ellis menekankan sebagai berikut: a) Mendorong klien untuk
menemukan beberapa ide rasional yang memotifikasi banyak dari prilaku yang terganggu. b)
Menantang klien untuk membuat idenya itu shahih kalau bisa. c) Menggunakan humor dan
kekonyol-konyolan untuk berkonferensi dengan ketidak rasionalan pemikiran klien itu. d)
Menggunakan analisis yang logis untuk meminimkan keyakinan irrasionalnya. e) Dan lain-
lain. 3) Klien Dalam RET, klien tidak lain adalah sebagai siswa/ pelajar. Yaitu mereka belajar
kepada konselor masalah-masalah emosi dan prilaku yang mengganggu mereka apa
penyebabnya dan bagaimana mengurangi semaksimal mengkin. 4) Hubungan Konselor
dengan klien RET tidak memberikan arti utama pada kehangatan hubungan pribadi dan
pengertian empatik dengan asumsi bahwa hubungan yang terlalu hangat dan pengertian yang
terlalu empatik bisa menjadi kontro produktif, karena bisa memupuk rasa ketergantungan
akan persetujuan dari pihak terapis. Terapis bisa menerima kliennya sebagai orang yang tidak
sempurna tanpa harus menunjukkan kehangatan hubungan antar pribadi, melainkan berbagai
teknik non personal bisa digunakan seperti mengajar. Corey menggunakan 4 langkah yang
dilakukan terapis terapi rassional emotif dalam menghadapi klien yaitu: 1) Langkah pertama,
menunjukkan pada klien bahwa mereka telah menggunakan banyak hal seharusnya
seyogyanya dan harus yang irrasional. Klien belajar untuk memisahkan keyakinan mereka
yang irrasional dari yang rasional. 2) Langkah kedua, membawa klien melampaui tahap
kesadaran, ditunjukkan bahwa mereka membiarkan gangguan emosioanal mereka tetap aktif
dan terus berfikir tidak logis dan mengulang-ulang makna serta falsafah menggagalku diri
sendiri. 3) Langkah ketiga, menolong mereka memodifikasikan pemikiran mereka dan
meninggalkan ide mereka yang irrasional. 4) Langkah keempat, menantang klien untuk
mengembangkan falsafah hidup yang rasional sehingga dimasa depan mereka bisa
menghindarkan diri untuk menjadi korban dari keyakinan irrasional yang lain. Beberapa
komponen penting dalam prilaku irrasional dapat dijelaskan dengan symbol-simbol berikut:
A = Activating Event (peristiwa yang menggerakkan individu). IB = Irrasional Belief
(keyakinan irrasional terhadap A). IC = Irrasional Consequences (konsekwensi dari
pemikiran irrasional terhadap emosi melalui self verbalization). D = Dispute Irrasional Belief
(keyakinan yang saling bertentangan). CE = Cognitive Effect (efek kognitif yang terjadi
karena pertentangan dalam keyakinan irrasional. BE = Behavioral Effect (terjadi perubahan
prilaku karena keyakinan irrasional. RET menjelaskan bahwa orang-orang bisa mengalami
perubahan melalui banyak jalan yang berbeda, seperti memiliki pengalaman-pengalaman
hidup yang berarti, belajar tentang pengalaman-pengalaman orang lain, memasuki hubungan
dengan terapis, menonton film, mendengarkan rekaman-rekaman, menghabiskan waktu
sendirian untuk berfikir dan bermeditasi, dan dengan banyak cara lain untuk perubahan-
perubahan kepribadian yang telah lama. Adapun teknik-teknik dari RET ada 3, teknik-teknik
ini ditata sedemikian rupa agar sesuai dengan konseling individual dan dapat diaplikasikan
pada pemerlakuan masalah-masalah klien. Berikut ini akan diuraikan ketiga teknik ini antara
lain: 1) Metode kognitif Adalah mengajarkan kepada klien tentang bagaimana cara menagani
peryataan tentang diri sendiri, dan mereka dibangkitkan semangatnya untuk bisa menganut
falsafah yang didasarkan pada kenyataan. Beberapa teknik kognitif yang didapat oleh terapis
RET adalah: a) Mempertanyakan keyakinan irrasional b) Pekerjaan rumah kognitif, mereka
di beri pekerjaan rumah yaitu cara untuk melacak dan harus yang mutlak yang merupakan
bagian dari pesan diri mereka yang terintermalisasi. c) Mengubah gaya berbahasa seseorang
d) Penggunaan humor 2) Teknik emotif/ afektif Secara emotif para praktisi RET
menggunakan berbagai prosedur, termasuk didalamnya penerimaan tanpa syarat, bermain
peran rasional-emotif, permodelan, imajinasi rasional-emotif, dan latihan menyerang rasa
malu. Klien diajar tentang nilai dari penerimaan tanpa syarat. Meskipun perilaku mereka
mungkin susah untuk bisa diterima, mereka bisa memutuskan untuk melihat diri mereka
sebagai orang yang berguna. Mereka diajar untuk melihat kenyataan betapa merusaknya
tindakan untuk memperkecil arti dirinya karena kekurangan-kekurangan yang mereka
anggap ada. Adapun teknik ini terbagi 4 yaitu: a) Imajinasi Rasional-emotif Teknik ini
merupakan bentuk praktek mental yang intens yang didesain untuk menciptakan pola emosi
baru. Klien membayangkan mereka sedang berpikir, merasakan, dan berperilaku tepat seperti
yang akan mereka lakukan dalam imajenasi mereka dalam kehidupan nyata (Maultsby,
1984). Kepada mereka bisa juga ditunjukkan bagaimana caranya membayangkan salah satu
dari hal yang paling buruk yang bisa menimpa dirinya, bagaimana rasanya kalau tidak pada
tempatnya menjadi marah terhadap suatu situasi, bagaimana menghayati perasaannya secara
intens, dan kemudian bagaimana caranya mengubah pengalaman itu menjadi perasaan yang
pada tempatnya (Ellis & Yeager, 1989). b) Bermain peran Dalam bermain peran terdapat
komponen emosional dan juga behavioral. Terapis sering menginterupsi untuk menunjukkan
kepada klien apa yang mereka katakan tentang diri mereka sendiri yang menciptakan
gangguan mereka dan apa yang bisa mereka perbuat untuk mengubah perasaan mereka yang
tidak pada tempatnya menjadi yang sesuai dengan keadaannya. c) Latihan menyerang rasa
malu Ellis (1988) telah mengembangkan latihan untuk menolong orang menghilangkan rasa
malu yang tidak rasional akan perilakunya tertentu. Dia kira bahwa kita bisa bersikeras untuk
menolak rasa malu dengan mengatakan kepada diri kita masing-masing bahwa bukanlah
suatu mala petaka kalau orang mengira bahwa kita itu dungu. Maksud utama latihan ini
adalah bahwa klien berusaha untuk tidak merasa malu meskipun orang lain jelas-jelas tidak
menyetujuinya. d) Pengguanaan kekuatan dan ketegangan. Ellis telah menyarankan
dipakainya kekuatan dan energi sebagai cara untuk menolong klien beranjak dari pemahaman
intelektual ke emosional. 3) Teknik behavioral, antara lain: a) Teknik Reinforcement
(penguatan), yakni teknik yang digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih
rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment
(hukuman). b) Teknik social modeling (pemodelan social), yakni teknik yang di gunakan
untuk memberikan perilaku-perilaku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat
hidup dalam suatu model social yang diharapkan dengan cara imitasi (peniruan),
mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dengan model social yang dibuat itu. dalam teknik
ini, konselor mencoba mengamati bagaimana proses klien mempersepsi, menyesuaikan
dirinya dan menginternalisasi norma-norma dalam system model social dengan masalah
tertentu yang telah disiapkan oleh konselor atau terapis. c) Teknik live models (model dari
kehidupan nyata), yang digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu
khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan social,
interaksi dengan memecahkan masalah-masalah. D. Kecemasan Sebelum membahas tentang
definisi kecemasan, ada baiknya penulis mengemukakan definisi bimbingan secara umum
menurut para ahli: Kecemasan menrut Nietzal berpendapat bahwa kecemasan berasal dari
bahasa latin (anxius) dan dari bahasa jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk
menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologi. Muclas (1976) mendefinisikan istilah
kecemasan sebagai suatu kecemasan sebagai suatu pengalaman subjektif mengenai
ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman . Sementara
Lazarus (1976) membedakan perasaan cemas menurut penyebabnya menjadi dua. 1. State
Axiety State Axiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang
dirasakan sebagai ancaman , mialnya mengikuti tes , menjalani operasi, atau lainnya.
Keadaan ini ditentukan oleh persaan yang tegang yang subjktif. 2. Trait Anxiety Trait
Anxiety adalah disposisi untuk menjadi cemas dalam menghadapi berbagai macam situasi
( gambaran kepribadian). Ini merupakan ciri atau sifat yang cukup stabil yang mengarahkan
seseorang menginterprestasikan suatu keadaan menetap pada suaatu individu (bersifat
bawaan) dan berhubungan kepada kepribadian yang demikian. Menurut Ismira Dewi, anxiety
disorder atau gangguan kecemasan merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
sehingga menimbulkan perasaan cemas dan khawatir secara berlebihan dalam jangka waktu
yang cukup lama. Kecemasan dapat terjadi dalam berbagai situasi dan kondisi termasuk
didalamnya adalah ketakutan yang besar terhadap beberapa kondisi,yang kemudian dikenal
dengan sebutan gangguan kecemasan umum atau generalized anxiety disorder (GAD).
Gangguan kecemasan umum ini ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang yang
berlebihan. Dalam ini membuat seseorang akan sulit mengendalikan ketakutan yang muncul
pada saat itu. Dr. Evalina Asnawi Hutagalung, Sp.Kj. menjelaskan bahwa anxietas adalah
adalah perasaan yang difius yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur
tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi
badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini
dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak , jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit
kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar, Perasaan ini disertai dengan rasa ingin
bergerak dan gelisah.Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh
dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman,
keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.Di dalam
Rangkuman Mata Kuliah PGTK2404 Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan
Kebutuhan Khusus) yang diterbitkan Universitas Terbuka, diuraikan bahwa kecemasan
merupakan ketakutan akan hal-hal yang akan dialami di masa depan dan keadaan tersebut
mempengaruhi individu dalam berbagai area fungsional. Kecemasan memiliki tiga
komponen dasar, yaitu keadaan subjektif, respons tingkah laku, dan respons fisiologis.
Derajat kecemasan yang tinggi terjadi pada anak usia antara dua dan enam tahun. Dalam
jumlah tertentu, kecemasan adalah sesuatu yang normal. Kecemasan baru disebut sebagai
gangguan jika terdapat pengalaman yang intens, tidak rasional, dan perasaan tidak mampu
untuk mengatasi. Terdapat beberapa tipe gangguan kecemasan yaitu : 1.Fobia Fobia adalah
ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu,
sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami
individu. Fobia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Fobia Spesifik Ketakutan berlebih
yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap
kucing (ailurfobia),ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat
tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb. b. Fobia Sosial Ketakutan berlebih
pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman
yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. Misalnya
dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat
diluar rumah. 2.Obsesif Kompulsif Obsesif adalah pemikiran yang berulang dan terus-
menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaa dari pemikirannya tersebut. 3.Post
Traumatik-Stres Disorder (Gangguan Stress Pasca Trauma) PTSD merupakan kecemasan
akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang
mengalami bencana alam. 4.Generalized Disorder Anxiety (Gangguan Kecemasan
Tergeneralisasikan) Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup
(cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa
panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan
basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas hiperaktivitas system saraf
otonomik. 5.Gangguan Panik Tanda-tanda: sekonyong-sekonyong sesak nafas, detak jantung
keras, sakit di dada, merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan
teror, ketakutan akan ada hukuman. E. Gejala-gejala Gangguan Kecemasan Umum Anak dan
remaja dengan gangguan kecemasan secara umum atau generalized anxiety disorder (GAD)
sering terbelenggu dalam kekhawatiran terhadap kesuksesan dan kemampuan mereka guna
mendapatkan pengakuan dari 7 orang lain. Dalam hal ini anak menerapkan target yang cukup
tinggi dalam mengerjakan tugasnya agar diperoleh hasil yang sempurna. Pencapaian target
tersebut muncul karena adanya perasaan ketakutan yang cukup mendalam, ketakutan akan
gagal, ditolak, dihina taupun diejek oleh lingkungannya. Adanya tuntutan yang berlebih ini
kurang didukung dengan perasaan dan keadaan dirinya karena mereka memiliki keragu-
raguan yang besar dan tidak yakin atas kemampuannya, bahkan mengkritik dirinya dengan
menilai kelemahan yang ada dalam dirinya. Selain itu anak juga menunjukkan perilaku yang
kaku dan kekhawatiran yang berlebih terhadap suatu aturan. Sebagian anak menunjukkan
sikap pemalu, dan tidak merasa nyaman dengan suatu hobbi atau kegiatan rekreasi bersama.
Tidak jarang diantara mereka menyadari bahwa keadaan dan kekhawatiran yang dialami
lebih disebabkan karena situasi yang sedang terjadi, namun mereka tidak dapat menghentikan
kecemasannya tersebut. Berikut ini bentuk perilaku dari gangguan kecemasan umum atau
GAD (generalized anxiety disorder) pada anak-anak: -Gelisah, gemetar, berkeringat
-Jantungberdegup kencang,sesak nafas -Sulit berkonsentrasi -Sering buang air kecil
-Menangis, marah (tantrum),berdiam diri, ketakutan, ketergantungan. -Mudah merasa lelah.
-Pemalu yang berlebihan. -Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut -Menghindari
interaksi dengan orang baru, dan merasa menderita dengan lingkungan sosial yang baru.
Gangguan kecemasan umum pada anak ini biasanya terjadi dan Menetap selama enam bulan
dan berpengaruh pada perilaku sehari-hari baik di rumah, sekolah, atau dengan teman-
temannya F. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kecemasan Gangguan cemas mempunyai
penyebab multifaktorial, faktor biologis, psikologis, dan sosial. Faktor biologis kecemasan
akibat reaksi syaraf otonom yang berlebihan dan terjadi pelepasan katekholamine. Dilihat
dari aspek psikoanalisis kecemasan dapat terjadi akibat impuls-impuls bawah sadar yang
masuk ke alam sadar. Mekanisme pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya berhasil dapat
menimbulkan kecemasan yang mengambang, displacement dapat mengakibatkan reaksi
fobia, reaksi formasi, dan undoing dapat mengakibatkan gangguan obsesi kompulsif.
Sedangkan ketidakberhasilan represi mengakibatkan gangguan panik. Dari pendekatan sosial,
ansietas dapatdisebabkan karena frustasi, konflik, tekanan atau krisis. Menurut psikolog anak
dr. Devita Kusindiati, M.Psi. ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami
kecemasan antara lain : 1. Merasa tidak aman 2. Orang tua/guru tidak konsisten dalam
mendidik atau mengasuh anak sehingga membuat anak bingung dan cemas 3. Orangtua yang
perfeksionis, 4.Pola asuh permisif (permissiveness) 5.Banyak dikritik oleh orang tua atau
teman sebaya, 6.Frustasi yang berlebihan. Secara umum bisa disimpulkan bahwa kecemasan
timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik,
baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri akan menimbulkan respons dari sistem
saraf yang mengatur pelepasan hormone tertentu. Akibat pelepasan hormone tersebut, maka
muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah maupun
alat-alat gerak. Karena bentuk respons yang demikian, penderita biasanya tidak menyadari
hal itu sebagai hubungan sebab akibat. Apakah seseorang akan mengalami anxietas atau tidak
dan berapa beratnya, sangat tergantung pada berbagai faktor. Faktor itu ada yang bersumber
pada keadaan biologis, kemampuan beradaptasi/mempertahankan diri terhadap lingkungan
yang diperoleh dari perkembangan dan pengalamannya, serta adaptasi terhadap rangsangan,
situasi atau stressor yang dihadapi.Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan
gelisah. G. Tipe-tipe Gangguan Kecemasan Anxiety disorder memiliki bebrapa pembagian
yang lebih spesifik. diantaranya: A. Fobia Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang
disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional,
dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan
penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya
tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya. Fobia
simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah.Yang menderita banyak wanita,
dimulai semenjak kecil Agorafobia: kata yunani, agpra = tempat berkumpul, pasar.
Sekelompok ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut
kerumunan, takut bepergian. Banyak wanita yang menderita ini dimulai pada masa
remajadan permulaan dewasa. Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi,
merenung,depresi,ketakutan menjadi gila. 90% dari suatu sampel: takut tempat tinggi,tempat
tertutup, elevator. Fobia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: Ketakutan berlebih yang
disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap
kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat
tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju dan sebagainya. B. Fobia social Ketakutan
berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya
pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat
umum. misalnya dipermalukan didepan ataupun suatu kejadian di luar rumah. Penyebab:
teori Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id yang direpres.
Kecemasan: pindahan impuls id yang ditakuti ke objek/situasi, yang mempunyai hubungan
simbolik dengan hal tersebut, Menghindari konflik yang direpres. Cara ego untuk
mcnghadapi masalah yang sesungguhnya konflik pada masa kaaak-kanak yang direpres.
Teori Behavioral: hasil belajar kondisioning kfasik, kondisioning operan, modeling terikat
pada Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan
penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan
mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan
1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika Dari perspektif psikodinamika, kecemasan
merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk
membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan
klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini
ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian
ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberikan
peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki
sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungansekarang daripada hubungan masa
lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih
adaptif. 2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik Para tokoh humanistik percaya bahwa
kecemasan itu berasal dari represi social diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila
ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat
ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang
untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang
sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri
mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan
mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan merekamulai muncul kepermukaan.
3.Pendekatan-Pendekatan Biologis Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-
obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine Valium
dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi
dapat mengakibatkan depensi fisik. Obat antidepresi mempunyai efek anti kecemasan dan
anti panik selain jugamempunyai fekantidepresi. 4.Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh
beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi
lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan
tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya:
a)Pemaparan Gradual Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui
pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas
terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk
menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan
agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi
stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika
dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak
nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual
adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Caramenanggulangi ataupun cara membantu
memperkecil kecemasan: b) Rekonstruksi Pikiran Yaitu membantu individu untuk berpikir
secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap
penderita fobia. c) Flooding Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling
membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita
anxiety untuk menghadapinya sendiri. d) Terapi Kognitif Terapi yang dilakukan adalah
melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, Terapi kognitif menunjukkan kepada
individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-
penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam
interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam
penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang
disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada
seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka
akhirnya akan dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka
untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk
melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi
kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari
alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e)Terapi Kognitif Behavioral (CBT) Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti
pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan
kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial,
gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif
dan gangguan panik. Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama
percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien
mampu menghadapi sendiri situasi tersebut. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Metode dan Jenis Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan jenis pendekatan kualitatif, yaitu metode yang menggambarkan
secara objektif tentang bagaimana Peran Guru BK Dalam Mengatasi Kecemasan Sebelum
Menghadapi Ujian Semester Siswa di MTSN Tamban dalam bentuk uraian. B. Subjek dan
Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah orang
tua siswa, 1 orang guru yaitu: wali kelas, bidang kesiswaan, dan 3 orang guru bimbingan
konseling yang ada di MTSN Tamban 2. Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah peran guru BK Dalam Mengatasi Kecemasan Sebelum Menghadapi
Ujian Siswa Semester di MTSN Tamban. C. Data dan Sumber Data 1. Data a. Data Pokok 1)
Data tentang peran Guru BK dalam mengatasi kecemasan-kecemasan dalam menghadapi
ujian Siswa Semester di MTSN Tamban 2) Data tentang faktor yang mempengaruhi
kecemasan dalam menghadapi ujian Siswa Semester di MTSN Tamban. b. Data Penunjang
Data penunjang ini merupakan data pelengkap yang dianggap penting dan bersifat
mendukung data pokok, yang meliputi: 1) Gambaran umum lokasi penelitian. 2) Keadaan
guru dan staf tata usaha. 3) Keadaan siswa. 2. Sumber Data Untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan data sebagai berikut: a. Responden,
yaitu guru bimbingan dan konseling, wali kelas, dan bidang kesiswaan di MTSN Tamaban .
b. Informan, yaitu kepala sekolah, guru, dan staf tata usaha serta siswa MTSN Tamban. c.
Dokumen, yaitu catatan atau arsip sekolah yang memberikan kelengkapan informasi dalam
penelitian ini. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa teknik sebagai berikut: a. Observasi Teknik ini digunakan
dalam menggali data pokok dengan cara mengadakan observasi secara langsung terhadap
permasalahan yang akan diteliti, yaitu data yang berkenaan dengan peran guru BK dalam
mengatasi kecemasan-kecemasan siswa di MTSN Tamban. b. Wawancara Teknik ini
digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan mengadakan tanya jawab
dengan responden dan informan. c. Dokumenter Teknik ini digunakan untuk mendapatkan
data melalui dokumen yang ada di MTSN Tamban yang terkait dengan masalah yang diteliti.
Untuk lebih jelasnya mengenai data, sumber data, dan teknik pengumpulan data, dapat dilihat
pada table berikut: MATRIKS DATA, SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN
DATA No. Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 1. 2. 3. Peran guru BK dalam
mengatasi kecemasan menhadapi ujian siswa di MTSN Tamban meliputi: - Usaha guru BK
dalam mengatasi kecemasan melalui dengan cara memberikan motivasi belajar dan
memberikan ujian latihan-latihan, try out, ulangan harian - Usaha guru BK dalam
memberikan persepsi yang irasional menjadi rasional (IRET) - Usaha guru BK menangani
kecemasankecemasan sebelum menghadapi ujian semester. - Melaksanakan evaluasi dan
follow up meliputi analisis belajar dan Prestasi belajar dengan ujian harian tersebut. Faktor
yang mempengaruhi peran guru BK dalam mengatasi kecemasan dalam ujian semester di
MTSN Tamban menliputi : - Faktor guru bimbingan dan konseling meliputi latar belakang
pendidikan, pengalaman dalam bimbingan dan konseling dan keahlian dalam bimbingan dan
konseling. - Faktor siswa, yang meliputi potensi, serta kondisi pribadi siswa yang berbeda-
beda. - Sarana dan prasarana yang tersedia. - Dukungan dari pihak sekolah Gambaran umum
lokasi penelitian, keadaan guru, staf tata usaha dan siswa Guru BK dan Wali Kelas Guru
mata pelajaran Guru BK, Bidang Kesiswaan, dan Guru Pembimbing Guru BK Guru BK
Guru BK Guru BK dan Siswa Guru Mata pelajaran Kepala Sekolah dan Staf Tata Usaha
Observasi dan Wawancara Observasi, Wawancara dan Dokumentasi Wawancara dan
Dokumentasi Wawancara dan Dokumentasi Wawancara Wawancara dan Observasi Observasi
dan Wawancara Wawancara Observasi, Wawancara dan Dokumentasi E. Desain Pengukuran
Untuk memudahkan penyusunan dan analisis dalam penelitian, maka penulis memberikan
gambaran pengukuran dengan cara sebagai berikut. Untuk mengetahui tingkat kecemasan
yang di alami siswa di MTSN Tamban. Tahapan-tahapan program layanan dengan dengan
pengukuran sebagai berikut : 1. Sebelum menghadapi ujian: a. Takut tidak dapat menjawab
soal pada ujian berlangsung b. Pengalaman alumni yang telah lalu . 2. Sedang menghadapi
ujian: a. Soal yang berbeda dengan dengan yang lalu b. Prustasi kalau tidak dapat menjawab
soal-soal 3. Setelah selesai ujian semester: a. Khawatir tidak lulus b. Takut sama orang tua
dan malu pada teman sekelas F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan
Data Dalam penelitian ini teknik pengolahan data yang digunakan adalah: a. Editing, yaitu
penelitian mengecek kembali data yang terkumpul untuk mengetahuai apakah semua
jawaban responden dapat dimengerti lengkap atau belum, serta mengetahui lengkap atau
tidaknya data yang telah dikumpulkan, sehingga data yang dikumpulkan benar-benar telah
respresentive. b. Koding, yaitu mengklasifikasikan semua data dan hasil jawaban responden
dan informan menurut jenis dan macamnya dengan cara memberi kode-kode tertentu . c.
Klasifikasi, yaitu setelah data diberikan kode-kode tertentu kemudian diklasifikasikan sesuai
dengan jenisnya dengan data mengenal masalah-masalah yang tidak tercampur dengan data
yang lain. 2. Analisis Data Setelah data disajikan kemudaian dilanjutkan dengan analisis data
guna untuk mendapatkan kesimpulan dari masalah yang dikemukakan di atas yaitu
bagaimana peran guru BK dalam mengatasi kecemasan-kecemasan sebelum menghadapi
masalah ujian semester (UAN) di MTSN Tamban . Dalam rangka untuk analisis data penulis
menggunakan deskriptif kualitatif dan menarik kesimpulan dengan metode induktif yaitu
menarik kesimpulan yang bersifat khusus menjadi suatu simpulan umum. G. Prosedur
Penelitian Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini ditempuh tahapan-tahapan
sebagai berikut: 1. Tahap Pendahuluan a. Melakukan penjajakan awal kelokasi penelitian dan
berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing untuk pembuatan desain proposal. b. Mengajukan
desain proposal untuk mendapatkan persetujuan. 2. Tahapan Persiapan a. Menyusun angket
dan pedoman wawancara yang dilanjutkan dengan berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing.
b. Menghubungi sekolah yang bersangkutan dan meminta kesediaan para responden dan
informan untuk memberikan data. 3. Tahap Pelaksanaan a. Melakukan observasi,
membagikan angket dan melakukan wawancara kepada responden dan informan. b.
Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data yang terkumpul. 4. Tahap Penyusunan
Laporan Penelitian a. Laporan hasil penelitian disusun secara sistematis untuk dikoreksi dan
disetujui oleh dosen pembimbing. b. Laporan yang telah disetujui kemudian diperbanyak dan
selanjutnya siap diujikan dan dipertahankan didepan sidang munaqasyah Fakultas FKIP BK
UNISCA ARSAD AL BANJARI.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTSN Tamban MTSN
Tamban berlokasi di jalan Purwosari I II . Kecamatan Tamban Kabupaten Barito Kuala
Kalimantan Selatan dengan kode pos 70566. Pada awalnya MTSN Tamban dulu sebelum di
Negerikan, Sekolahan itu bernama MTS Lawirul Hidayah Yang didirikan oleh H.M. ladi
Nawidi dan pada saat itu yang menjabat menjadi kepala sekolah M.Sabri. dan MTS Lawirul
Hidayah berdiri pada tahun 1984. Dan pada saat itu keadaan sekolah tersebut masih
sederhana dan masih membutuhkan bantuan dari pemerintah , kemudian pada Tahun 1997
Sekolah tersebut diNegerikan oleh pemerintah dan kepala sekolahnya diganti oleh Drs. Imam
Mawardi, dan sekarang Drs. Rustam Efendi 2. Keadaan Siswa MTSN Tamban MTSN
Tamban memiliki 252 orang siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai hal tersebut dapat dilihat
pada table berikut: Tabel 4.1. Keadaan Siswa MTSN Tamban No Kelas L P Jumlah Jumlah
Kelas 1 VII 41 43 84 3 Kelas 2 VIII 42 46 88 3 Kelas 3 IX 50 50 100 3 Kelas JUMLAH
SISWA 133 139 272 9 Kelas Sumber Data: Dokumen MTSN Tamban 10 September 2011 3.
Keadaan Guru dan Staf Tata Usaha Sejak berdirinya MTSN Tamban tahun 1984 sampai
sekarang pernah mengalami Sembilan kali pergantian kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada susunan kepemimpinan dari yang pertama sampai sekarang, yaitu: No
Nama L/P Lama menjabat menjadi kepala sekolah 1. M. Sarbi L Dari tahun 1984-1997 2.
Drs. Imam Mawardi L Dari tahun 1997-2007 3. Abdul Basid.S.ag L Dari tahun 2007-2011 4.
Drs. Rustam Efendi L Sekarang 2011 Sumber Data: Dokumen MTSN Tamban 10 September
2011 MTSN Tamban memiliki 19 orang tenaga pengajar yang terdiri dari 13 orang guru tetap
dan 11 orang guru tidak tetap. Sedangkan bagian tata usaha ada 5 orang yang sudah diangkat
ada 13 orang dan 11 orang yang belum diangkat. Untuk guru pembimbing ada 1 orang. 4.
Keadaan Perkantoran a. Ruang Kepala Sekolah Ruang kepala sekolah terpisah dengan ruang
guru ataupun TU, ruang memiliki fasilitas lemari,meja dan kursi kerja, meja tamu,
komputer,televisi dan lemari piala penghargaan sekolah. b. Ruang TU Ruang kepala TU
beserta staf TU tersendiri terpisah dengan ruang guru, ruangnya memoliki fasilitas lemari,
meja dan kursi kerja,meja tamu,komputer, televisi selain itu diruangan nin juga terdapat
absen guru dan karyawan. c. Ruang guru Ruang guru sangat besa mengingat banyaknya guru
yang ada di sekolahn tersebut, fasilitas meja dan kursi, televisi dan kipas angin. Adapun
untuk lebih jelasnya mengenai keadaan guru dan staf tata usaha dapat dilihat pada table di
bawah ini: Tabel 4.2. Keadaan Guru MTSN Tamban Berdasarkan Jabatan, Jenis Kelamin,
Gol dan Mengajar Mata Pelajaran No Nama Jabatan L/P Gol Mengajar Mata Pelajaran 1 Drs.
Rustam Efendi Kep-Sek L IV/a B.Inggris 2 Suhartiningsih. S.pd GT P IV/a IPS 3 Ervia
Kasma Anisa, S.Pd GT P IV/a IPA 4 Siti Rahmah Fitriah, S.Ag, S. PdI GT P III/e B.Inggris 5
Suryadi, S.Ag, S.PdI GT L III/e MTK 6 Rudi Hartono Ahli Siddiq, S.Pd GT L III/e
B.Indonesia 7 Norlaila, S.Pdi GT P III/e MTK 8 Sri Handayani, S.Ag GT P III/a SKI,IPS 9
Siti Muliana, S.Pd GT P III/d IPA 10 Drs. Nor Efendi GTT L Fiqih 11 Kaspul Anwar GTT L
P.D 12 Abd.Rahman Sidiq, S.PdI GTT L B.Arab 13 Noor Bayti, S.Ag GTT P PKN. Aqidah
14 Al-Hadi, S.PdI GTT L Quran Hadis 15 Wardaniah, S.PdI GTT P B.Indo, Seni 16 Muamar,
A,Md GTT L IPS,Penjaskes 17 Awaludin Zamil, S.ThI GTT L Aqidah, Fiqih 18 Suriadi,
S.PdI GTT L TIK 19 H.Syahrani. S.PdI GTT L BK Sumber Data: Dokumen MTSN Tamban
10 September 2011 Tabel 4.3. Keadaan Tata Usaha MTSN Tamban Berdasarkan Jabatan, dan
Tugas No Nama Jabatan Tugas 1 H.Syahrani, S.PdI GT Tata Usaha 2 Ihya Ulumuddin GT
Keamanan 3 M .Yani GTT Teknisi 4 Bahrani GTT parker 5 M. Isnain GTT Penjaga
perpustakaan Sumber Data: Dokumen MTSN Tamban 10 September 2011 5. Keadaan Sarana
dan Prasarana MTSN Tamban memiliki sarana dan prasarana belajar yang cukup memadai,
yaitu Tabel 4.4 Luas tanah/persil yang dikuasai menurut status pemilikan dan penggunaan
MTSN Tamban Status kepemilikan Luas tanah seluruhnya Pengunaan Bangunan Hal taman
Lap. Olahraga Kebun Lain-lain 1 sertifikat 2.400 M 768 M 60 M 500 M 60 100 M 2 Belum
sertifikat - - - - - - 3 Hibah - - - - - - Milik - - - - - - Sumber Data: Dokumen MTSN Tamban
10 September 2011 6. Perlengkapan Dilihat dari keadaan perlengkapan, fisik sangat memadai
untuk kelangsungan dan pengadministrasian dalam kelacaran proses pendidikan yaitu adanya
ruang TU dan ruang kepala sekolah.ruamg administrasi sekolah, ruamg dewan guru dan lain-
lain. Untuk lebih jelas jondisi perlengkapan sekolah ini dapat dilihat table berikut: Tabel 4.5
Perlengkapan sekolah MTSN Tamban Mesin Brankas Filling cabit Lemari kayu Kulkas TV
Rak Buku Kompor Meja Guru& TU Kursi guru meja kursi Ketik Hitung Stensil Jahit Las
Fotocopy Komputer Siswa Siswa 2 2 1 1 1 1 20 -0 2 10 1 2 10 2 23 23 272 272 Sumber Data:
Dokumen MTSN Tamban 10 September 2011 a. Perpustakaan Perpustakaan merupakan
gudang ilmu pengetahuan, oleh karena itu MTSN Tamban sangat mengutamakan
pengololaan perpustakaan secara maksimal denganmemberikan pelayanan peminjaman, baik
itu dalam pengadaan bahan buku pelajaran , buku bahan bacaan seperti cerpen, kisah-kisah
komik dan lain-lainya. b. Ruang praktek Berdasarkan hasil dari observasi tehadap saran dan
prasarana maka penulis mendapatkan data berkaitan dengan lokal praktek siswasebagai
berikut: 1. Laboratorium IPA Laboratorium IPA memberikan keterampilan kepada siswa
untuk melakukan pembuktian dari teori yang didapat dari pelajaran di kelas, selain itu siswa
dapat mengadakan penelitian tehadap teori yang didapat dalam sebuah buku. 2. Laboratoriuk
bahasa Laboratorium bahasa untuk mendalami bahasa asing bagi siswa di kelas basaha,
bahasa yang di ajarkan dalah bahasa inggris dan basaha daerah. 3. Kamar WC Kamar WC
yang terdapat di MTSN Tamban sangat terpelihara dan dapat dijaga kebersihannya oleh
siswa, mereka sadar bahwa WC sangatlah penting bagi mereka. WC terdiri dari WC guru dan
WC untuk para siswa dan siswi. 4. Tempat parkir Tempat parkir terdapat didepan sekolah
namun masih dalam lingkungan MTSN Tamban yang dijag oleh seorang satpam
sekolah,tempat parkir terbagi menjadi dua yaitu satu untuk guru dan yang satunya lagi untuk
siswa. Tabel 4.7. Keadaan Sarana dan prasarana MTSN Tamban No Jenis Ruang Baik Rusak
Jumlah Luas (m2) Jumlah Luas (m2) 1 Ruang teori kelas 12 8x8 2 Laboratorium IPA 1 8x8 -
- 3 Ruang perpustakaan 1 12x8 - - 4 Ruang keterampilan 1 6x8 5 Ruang UKS 1 3x5 - - 6
Koperasi/took 1 2x8 - - 7 Ruang BK 1 3x8 - - 8 Ruang Kepsek 1 3x8 9 Ruang Guru 1 3x8 - -
10 Ruang tata usaha 1 8x8 - - 11 Ruang BP 3 1 4x4 - - 12 Kamar mandi /WC/Guru/TU 1 4x3
- - 13 Kamar mandi /WC/Siswa 1 3x3 - - 14 Ruang Ibadah 2 3x8 - - 15 Sanggar MGMP 1
12x8 - - 16 Laboratorium Bahasa 1 6x8 - - 17 Selasar 0 - - Sumber Data: Dokumen MTSN
Tamban 10 September 2011 7. Kegiatan Intra dan Ekstra Kurikuler Kegiatan Intra Kurikuler
pada MTSN Tamban disesuaikan dengan kurikulum yang ditetapkan oleh Kementrian
Pendidikan Nasional. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan mulai pukul 08.00 sampai
dengan pukul 14.00 WITA. Yang diawali dengan tadarus Al-Quran Mulai Jam 08.00-07.00
Di samping itu, MTSN Tamban juga melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler. Bentuk-bentuk
kegiatan ektra kurikuler sepertia: PMR, Pramuka, UKS, sanggar musik, pencak silat dan lain-
lain.
B. Penyajian data
1. Peran Guru BK Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK
A. Peran dalam mengatasi kecemasan sebelum menghadapi ujian semester adalah :
a. Mendatangkan primagama dari Jogja yaitu seorang ahli untuk pelatihan
meningkatkian motivasi.
b. Menggunakan teknik konseling islam dengan shalat hajat
c. Mempersiapkan anak didik. Sedangkan Menurut guru BK
B. Peran guru dalam mengatasi kecemasan sebelum menghafapi ujian semester adalah :
a. Mendatangkan seorang ahli skologis untuk persiapan menghadapi ujiantrik-trik
menghadapi ujian
b. Memberikan motivasi Menurut, peran guru BK
C. Peran dalam mengatasi kecemasan sebelum menghadapi ujian semester adalah :
a. memberikan arahan belajar yang rutin seperti jadwal belajar dirumah
b. memberian motivasi dengan dorongan belajar lebih giat.
c. Memberikan arahan agar bisa menggunakan les tambahan belajar untuk kelas IX.
Bahkan peran guru BK
D. menyatakan peran guru BK dalam mengatasi kecemasan sebelum menghadapi ujian
semester yaitu : a. mempersiapkan diri belajar fisik dan mental supaya tidak sakit atau
kondisi tubuh. b. Mengurangi kegiatan ektrakurikuler. c. Mengurangi kegiatn ektra keluar
daerah seperti mengikuti pertandingan bulu tangkis keBali. d. Mengurangi kebiasaan
kewarnet. e. Memberikan pengarahan agar ikut bimbingn belajar diluar sekolah dan
mengadakan kerja kelompok. 2. Peran Wali Kelas Dari hasil wawancara demgan guru
Wali kelas peran dalam mengatasi kecemasan sebelum menghadapi ujian semester yaitu :
a. Mengingatkan siswa selalu belajar b. Mengontrol buku catatan siswa akan kelengkapan
materi yang sudah diberrikan guru mata pelajaran. c. Mengngingatkan masalah kehadiran
disekolah (absensi) d. Memberikan latihan soal-soal dan memberikan tugas PR. e.
Memberi taukan materi yang diujikan atau kisi-kisi materi yang diujikan. 3. Siswa Yang
Mengalami Kecemasan Dari hasil penelitian wawancara dengan beberapa siswa bahwa
merekapun juga mengalami beberapa kecemasan sebelum menghadapi ujian semester
seperti halnya cemas karena tidak lulus ujian semester, karena apabila tidak lulus
otomatis siswa tersebut pindah dari sekolah atau berhenti dari sekolah tersebut, dan
apabila lulus siswa tersebut dengan nilai yang rendah otomatis juga tidak bias masuk
kesekolah yang favorit. Siswa juga sering cemas apabila saat berlangsungnya ulangan
semester ada pengawas dari guru lain sekolah yang menjadi pengawas, hal tersebut
mebuat siswa drof saat berlangsung ujian. Selain permasalahan ulangan siswa juga mersa
cemas apabila soal yang diberikan tidsk bis menjawab karena soal yang diberikan
berlainan dengan mari yang disampaikan oleh guru amta pelajaran pada saat proses
belajar. Adapun siswa yang bergelut dibidang ektra kurukulir dia seakan asyik dengan
kegiatan ektra tersebut apabila terbentur dengan jadwal ualangan semester otomatis siswa
akan disibukan dalam menghadapi ujian semerster dengan kegiatan ektra, kegiatan
tersebut bias keluar daerah bahkan biasa keluar kota. 4. Faktor-faktor a. Persiapan
belajar : persiapan dari tingkah laku seperti 1.Grogi,2.cemas,3. gelisah,4. gugup, 5. selalu
ingin kencing ke WC. b. Persepi soal-soal yang berbeda dengan tahun yang lalu. c.
Pengawas ulangan dari sekolahan lain. d. Soal yang diberikan dari pemerintah berlainan
dengan apa yang diajarkan. e. Kemampuan siswa yang berlaianan atau tingkat
kemampuan siswa yang berbeda-beda. 5. Aspek-aspek a. Keluar daerah. b. Guru lain
sekolah sebagai pengawas ulangan. c. Memberikan persepsi supaya tidak gugup
santai,rileks. d. Pengawas ulangan dari sekolahan lain. e. Siswa yang kurang siap dalam
hal belajar. f. Kegiatan ektrakurikuler yang berlebihan g. Masalah kehadiran disekolah.
C. Analisis Data
1. Peran Guru Wali Kelas Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan
dan konseling, Wali Kelas berperan : Membantu guru pembimbing/konselor
melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan
dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya; Membantu
memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi
tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan
konseling; Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti
konferensi kasus; dan Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan
dan konseling kepada guru pembimbing/konselor. Guru BK Dalam konseling, di samping
menggunakan teknik-teknik umum, dalam hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-
teknik khusus. Teknik-teknik khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan
konseling seperti pendekatan Behaviorisme , Rational Emotive Theraphy, Gestalt dan
sebagainya. Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan
tindakan , sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukan oleh individu lain. Peran
yang dimainkan individu oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain.
Oleh sebab itu, untuk dapat diperankan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap
peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakam, tetapi
pada faktor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Adapun peran guru BK
dalam mengatasi ataupun mengurangi kecemasan disekolah, Di bawah disampaikan
beberapa teknik-teknik khusus konseling, yaitu: A. Latihan Asertif Teknik ini digunakan
untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya
adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu
individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan
tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah
dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga
dapat diterapkan dalam latihan asertif ini. B. Desensitisasi Sistematis Desensitisasi
sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk
rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan
pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara
bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang
digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan
kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan
dihilangkan. C. Pengkondisian Aversi Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan
kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar
mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan
dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini
diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus
yang tidak menyenangkan. D. Pembentukan Perilaku Model Teknik ini dapat digunakan
untuk membentuk perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah
terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model,
dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati
dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh
memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran
sosial. E. Permainan Dialog Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk
mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog
dan kecenderungan under dog, misalnya : 5) Kecenderungan orang tua lawan
kecenderungan anak. 6) Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa
bodoh. 7) Kecenderungan anak baik lawan kecenderungan anak bodoh. 8)
Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung. 9) Kecenderungan kuat atau
tegar lawan kecenderungan lemah. Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut
pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di
mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan
dengan menggunakan teknik kursi kosong. F. Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan
menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada
orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan
dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : dan saya
bertanggung jawab atas hal itu.Misalnya : Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung
jawab atas kejenuhan itu Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan
saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan itu. Saya malas, dan saya bertanggung
jawab atas kemalasan itu Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan
membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama
ini diingkarinya G. Bermain Proyeksi Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain
perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya.
Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.
Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut
yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk
mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain. H. Teknik
Pembalikan Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan
dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien
untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang
dikeluhkannya.Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan
peran ekshibisionis bagi klien pemalu yang berlebihan. I. Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati
yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong
klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Kebanyakan
klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-
perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk
bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan
mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang
ingin dihindarinya itu. Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan
kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi
perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan
pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu. J.
Home work assigments Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut
pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan
dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional
dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah
aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan
tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor
dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini
dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab,
kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri
klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor. K. Adaptive Teknik yang
digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-
menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang
diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien. L. Bermain peran Teknik untuk
mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif)
melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara
bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu. M. Imitasi Teknik untuk
menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud
menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif. 2. Faktor-faktor
Beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kecemasan antara lain :1. Merasa
tidak aman,2. Orang tua/guru tidak konsisten dalam mendidik atau mengasuh anak
sehingga membuat anak bingung dan cemas,3. Orangtua yang perfeksionis, 4.Pola asuh
permisif (permissiveness),5.Banyak dikritik oleh orang tua atau teman sebaya, 6.Frustasi
yang berlebihan. 3. Aspek-aspek Deffenbacher dan Hazaleus dalam Register(1991)
mengemukakan bahwa sumber penyebab kecemasan,meliputi hal-hal: 1. Kekhawtiran
(worry) merupakan pikiran negative tentang dirinya sendiri perasaan negative terhadap
temannya-temanya. 2. Emosional (imosionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan
saraf otonomi,seperti jantung berdebar-debar,keringat dingin,dan tegang. 3. Gangguan
dan hambatan dalam menyelesaikan tugas(task generated interference) merupakan
kecenderungan yang dialami seseorang yang selaku tertekan karena pemikiran yang
rasioanal tehadap tugas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan Kecemasan merupakan suatu sensasi


aphrehensif atau takut yang menyeluruh. Dan hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal
saja, akan tetapi bila hal ini terlaluberlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Ciri
penderita gangguan kecemasan antara lain : Ciri Fisik : 1. Gelisah 2. Berkeringat 3. Jantung
berdegup kencang 4. Ada sensasi tali yang mengikat erat pada kepala 5. Gemetar 6. Sering buang
air kecil Ciri Perilaku : 1. Perilaku menghindar 2. Perilaku dependen Ciri Kognitif 1. Merasa
tidak bisa mengendalikan semua 2. Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut 3. Serasa
ingin mati. B. Saran Hendaknya orangtua dapat lebih peka terhadap keadaan atau perubahan
yang sedang dialami oleh anak. Berbicara secara langsung merupakan salah satu cara yang
paling efektif dan memiliki pengaruh luas terhadap jiwa anak. Membicarakan mengenai
kekhawatiran dan ketakutan yang dirasakan mereka, diharapkan akan sangat membantu
meringankan beban yang dialami. Orangtua dapat pula menyampaikan pada mereka bahwa orang
lain juga pernah mengalami hal yang serupa. Disamping itu juga orangtua dapat memberikan
dorongan dan semangat dengan menggali potensi atau keahlian dalam diri anak. Sehingga
mereka dapat mengembangkan kemampuannya dan tidak lagi merasa malu atau minder dengan
keadaannya. Melalui berbicara ataupun berinterkasi dengan anak diharapkan nantinya kecemasan
yangmuncul dapat berkurang bahkan hilang. Gangguan kecemasan umum hendaknya ditangani
dengan melibatkan bantuan terapis, dokter, pihak sekolah, maupun keluarga. Adanya
keterbukaan dan komunikasi baik antara keluarga, sekolah, dan professional yang lain dapat
meningkatkan kualitas hidup pada anak dan remaja yang sedang mengalami kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA Tim Penyusun Alquran Terjemah, Departemen Agama RI, Gunarsa,
Singgih D. 2000. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Gunung Mulia. Surya, Muhammad.
2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka bani Quraisy Hayat, Abdul. 2005. Modul Teori
dan Teknik Konseling: Banjarmasin. IAIN Antasari. . Willis, S. Sofyan. 2004. Konseling
Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Corey, Gerald. 2005. Teori dan Paktek
konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Supriadi. 05/24/06. Terapi Tingkah Laku
http//www. andragogi.com/ document2 Terapi%/ 20tingkah%20laku.htm.. Hayat, Abdul. 2007.
Konsep-konsep Konseling Berdasarkan Ayat-ayat Al- q uran Banjarmasin. IAIN Antasari.

Anda mungkin juga menyukai