Anda di halaman 1dari 425

i

PENGARUH MODEL SELF REGULATED LEARNING


TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DAN KECERDASAN
EMOSIONAL SISWA SMA
TESIS

OLEH
NI NYOMAN WIDIYANINGSIH
NIM 1229061012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
JULI 2014

ii

iii

PENGARUH MODEL SELF REGULATED LEARNING


TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DAN KECERDASAN
EMOSIONAL SISWA SMA

TESIS
Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan IPA

Oleh
NI NYOMAN WIDIYANINGSIH
NIM 1229061012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
JULI 2014

iv

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas asung waranugraha-Nya, tesis yang berjudul Pengaruh Model Self
Regulated Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kecerdasan
Emosional Siswa SMA dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan
studi di Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Program Studi
Pendidikan IPA. Kerja keras bukan satu-satunya jaminan terselesaikannya tesis
ini, namun uluran tangan dari berbagai pihak, baik secara material maupun non
material, telah menjadi energi tersendiri, sehingga tesis ini dapat terwujud,
walaupun belum sempurna. Oleh sebab itu, pada lembar-lembar awal tesis ini,
ijinkan penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada:
1). Dr. rer. nat. I Wayan Karyasa, S.Pd, M.Sc., selaku pembimbing I, yang telah
dengan sabar membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi yang
demikian bermakna, sehingga penulis mampu melewati berbagai hambatan
dalam perjalanan studi dan penyelesaian tesis ini;
2). Dr. I Nyoman Suardana, M.Si., selaku pembimbing II, yang dengan gaya dan
pola komunikasi yang khas, telah melecut semangat, motivasi, dan harapan
penulis selama penelitian dan penulisan naskah, sehingga tesis ini dapat
terwujud dengan baik sesuai harapan;
3). Prof. Dr. Nyoman Dantes, selaku Direktur Pascasarjana Undiksha, Prof. Dr. I
Wayan Sadia, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan IPA, dan Dr. I
Nyoman Tika, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan IPA yang
i

ii

telah

yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan selama

penulis mengikuti pendidikan, serta memberikan rekomendasi-rekomendasi


guna kelancaran penyusunan tesis.
4). Drs. I Made Ngawi, selaku kepala SMA Negeri 1 Banjar dan I Gede Damar,
S.Pd, M.Ag., selaku kepala SMA Negeri 2 Banjar, yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang
dipimpinnya.
5). Purwanto, S.Pd., selaku guru bidang studi mata pelajaran kimia yang
mengajar di kelas XI SMA Negeri 1 Banjar dan Drs. Putu Sarjana, M.Pd.,
selaku guru bidang studi mata pelajaran kimia yang mengajar di kelas XI
SMA Negeri 2 Banjar atas segala bantuan dan kerjasamanya selama penulis
mengadakan penelitian.
6). Rekan-rekan seangkatan di program studi Pendidikan IPA yang dengan
karakternya

masing-masing

telah

banyak

berkontribusi

membentuk

kepribadian penulis selama menjalani studi dan penyelesaian tesis ini.


Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam tesis
ini masih belum sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Sebagai akhir kata,
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Singaraja, Juli 2014
Penulis
ABSTRAK

ii

iii

Widiyaningsih, Ni Nyoman (2014). Pengaruh Model Self Regulated Learning


Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kecerdasan Emosional Siswa
SMA. Tesis, Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Ganesha.
Tesis ini sudah dikoreksi dan diperiksa oleh: Pembimbing I:. Dr. rer.nat. I Wayan
Karyasa,S.Pd, M.Sc dan Pembimbing II: Dr. I Nyoman Suardana,M.Si.
Kata kunci: Model Self Regulated Learning, Kemampuan Pemecahan Masalah,
Kecerdasan Emosional.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perbedaan: 1) kemampuan
pemecahan masalah dan kecerdasan emosional antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model self regulated learning dan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung, 2) kemampuan pemecahan
masalah antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated
learning dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
langsung, dan 3) kecerdasan emosional antara kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan model self regulated learning dan kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran langsung. Penelitian ini merupakan eksperimen semu
dengan rancangan post-test only control group design. Populasi penelitian adalah
siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Kecamatan Banjar yang berjumlah 159 siswa.
Sampel penelitian berjumlah 130 siswa yang dibagi menjadi 2 kelas kelompok
eksperimen dan 2 kelas kelompok kontrol yang diambil dengan teknik cluster
sampling. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemecahan masalah dan kecerdasan emosional. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan statistik deskriptif dan MANOVA satu jalur dengan taraf
signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan yang
signifikan antara kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional
antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated learning
dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung, 2)
terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated learning dan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung, 3)
terdapat perbedaan yang signifikan antara kecerdasan emosional antara kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated learning dan kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.

ABSTRACT

iii

iv

Widiyaningsih, Ni Nyoman (2014). The Effect Of Self Regulated Learning To


Problem Solving Ability and Emotional Intelligence. Thesis, Science Education,
Post Graduate Program, Universitas Pendidikan Ganesha.
This thesis has been corrected and checks by: advisor I: Dr. rer.nat. I Wayan
Karyasa,S.Pd, M.Sc. and advisor II: Dr. Dr. I Nyoman Suardana,M.Si.
Keywords: self-regulated learning model, problem solving, and emotional
intellegence.
This research was aimed describe the differences of: 1) problem-solving
ability and emotional intelligence between group of students who studied with
self-regulated learning model and direct learning model, 2) problem-solving
ability between group of students who studied with self-regulated learning model
and direct learning model, and 3) emotional intelligence between group of
students who studied with self-regulated learning model and direct learning
model. This quasi-experimental research used a post-test only control group
design. The 11th grade science students SMA Negeri at Banjar district which 159
students were used as the research population. The samples consisted of 130
students were divided into two classes for experiment group and two classes for
control group taken by cluster sampling. Two main variables in this research
were problem-solving ability and emotional intelligence. The data were analyzed
by using descriptive statistics and a one-way MANOVA at the significant level of
5 %. The result of this research showed that: 1) there are significant differences
problem-solving ability and emotional intelligence between group of students who
studied with self-regulated learning model and direct learning model, 2) there is
significant differences problem-solving ability intelligence between group of
students who studied with self-regulated learning model and direct learning
model, 3) there is significant differences emotional intelligence between group of
students who studied with self-regulated learning model and direct learning
model.

DAFTAR ISI
iv

PRAKATA...........................................................................................................i
ABSTRAK. ........................................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ..............................................................................10
1.3 Pembatasan Masalah .............................................................................11
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................12
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................13
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................13
1.6.1
1.6.2

Manfaat Teoritis. .....................................................................13


Manfaat Praktis. ......................................................................14

1.7 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ........................................15


BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ......................16
2.1 Landasan Teori. .....................................................................................16
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6

Karakteristik Ilmu Kimia . ......................................................16


Konstruktivisme dalam Pembelajaran......................................19
Model Self Regulated Learning...............................................22
Model Pembelajaran Langsung................................................33
Kemampuan Pemecahan Masalah...........................................39
Kecerdasan Emosional.............................................................43

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan. .................................................48


2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................50
2.4 Hipotesis Penelitian...............................................................................61
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................63
3.1 Rancangan Penelitian ...........................................................................63
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................64
v

vi

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel..............................................67


3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................70
3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data............................76
3.6 Validasi Instrumen Penelitian.................................................................84
3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ......................................................90
3.8 Metode Analisis Data .............................................................................94
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ......................................................... 100
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................100
4.1.1 Distribusi Umum Hasil Penelitian.............................................100
4.1.2 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Pemecahan Masalah... 101
4.1.3 Profil Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah...................103
4.1.4 Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional.....................105
4.1.5 Deskripsi Profil Indikator Kecerdasan Emosional.....................106
4.1.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis.....................................108
4.1.6.1 Uji Prasyarat ..................................................................108
4.1.6.2 Pengujian Hipotesis........................................................112
4.2 Pembahasan.........................................................................................120
4.3

Implikasi Penelitian........................................................................... 141

BAB V PENUTUP..............................................................................................143
5.1 Rangkuman ..........................................................................................143
5.2 Simpulan ............................................................................................. 146
5.3 Saran-saran ......................................................................................... 147
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 149

DAFTAR TABEL
Tabel
2.1
3.1
3.2
3.3

Sintaks Model Pembelajaran Langsung.....................................................


Komposisi Anggota Populasi Penelitian SMA Negeri 1 Banjar...............
Komposisi Anggota Populasi Penelitian SMA Negeri 2 Banjar...............
Ringkasan Hasil Uji ANOVA Satu Jalur Nilai UAS Kimia Kelas XI
IA...............................................................................................................
vi

Hal
35
64
64
66

vii

3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
3.13
3.14

77
78
79
81
82
83
83
86
86
91
92

3.15

Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah yang Diujicobakan ......


Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah yang Digunakan..........
Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional yang Diujicobakan..............
Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional yang Digunakan...................
Kriteria Skor Kuesioner Kecerdasan Emosional.......................................
Kisi-kisi Lembar Observasi Kecerdasan Emosional..................................
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data.................................................
Tabulasi Silang Gregory............................................................................
Kriteria Penilaian Validitas Isi...................................................................
Ringkasan Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Masalah..........................
Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen Kecerdasan Emosional..............
Klasifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kecerdasan

95

4.1

Emosional Siswa......................................................................................
Hasil Analisis Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah dan

100

4.2

Kecerdasan Emosional siswa ...................................................................


Distribusi frekuensi dan Persentase Nilai Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa...........................................................................................
Nilai Rata-rata Pada Masing-masing Indikator Kemampuan Pemecahan

102

4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12

Masalah Siswa..........................................................................................
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Nilai Kecerdasan Emosional Siswa .
Nilai Rata-rata Pada Masing-masing Indikator Kecerdasan Emosional....
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Sebaran Data..........................................
Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Varians...............................................
Ringkasan Hasil Analisis Uji Boxs M......................................................
Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas......................................................
Ringkasan Hasil MANOVA Satu Jalur.....................................................
Ringkasan Hasil Test of Between-Subjects Effects....................................
Skor Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Skor Kemampuan

103
105
107
109
110
110
111
113
114

Pemecahan Masalah Siswa........................................................................


Signifikansi Perbedaan Skor Rata-rata Kemampuan Pemecahan

115

4.13

Masalah Siswa Kelompok MSRL dan Kelompok MPL............................


Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Kecerdasan Emosional

116

4.14

118

4.15

Siswa........................................................................................
Signifikansi Perbedaan Nilai Rata-rata Kecerdasan Emosional Siswa
Kelompok MSRL dan Kelompok MPL.....................................................

119

vii

viii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Triadic Regulasi diri tentang suatu pandangan kognisi sosial
dari sef regulated learning
25
Gambar 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Self Regulated
Learning
31
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Post-test Only Control Group Design
63
Gambar 3.2 Hubungan

antara

variabel-variabel

penelitian

68
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi dan persentase Skor Kemampuan
Pemecahan

Masalah

102

viii

Siswa

ix

Gambar 4.2 Nilai Rata-rata Pada Masing-masing Indikator Kemampuan


pemecahan masalah siswa
104
Gambar 4.3 Sebaran Frekuensi Data Nilai Kecerdasan Emosional Siswa
Untuk Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
106
Gambar 4.4 Nilai Rata-rata Pada Masing-masing Indikator Kecerdasan
Emosional
107

ix

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Instrumen Penelitian

Lampiran 1.1

Contoh RPP Model SRL...................................................... 155

Lampiran 1.2

LKS Model SRL................................................................... 204

Lampiran 1.3

Contoh RPP Pembelajaran Langsung................................... 224

Lampiran 1.4

LKS Model Pembelajaran Langsung................................... 237

Lampiran 1.5

Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah yang


Diujicobakan ......................................................................
239

Lampiran 1.6

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah yang Diujicobakan.. 241

Lampiran 1.7

Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah yang


Digunakan..........................................................................
..............................................................................................
247

Lampiran 1.8

Tes

Kemampuan

Pemecahan

Masalah

yang

Digunakan..........................................................................
..............................................................................................
249
Lampiran 1.9

Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah


yangDigunakan

..............................................................

253
Lampiran 1.10

Kisi-Kisi

Kuesioner

Kecerdasan

Emosional

yang

Diujicobakan....................................................................
273
Lampiran 1.11

Kuesioner Kecerdasan Emosional yang Diujicobakan......... 275

Lampiran 1.12

Kisi-Kisi

Kuesioner

Kecerdasan

Emosional

yang

Digunakan.........................................................................
282
x

xi

Lampiran 1.13

Kuesioner

Kecerdasan

Emosional

yang

Digunakan..........................................................................
284
Lampiran 1.14

Kisi-Kisi Lembar Observasi Kecerdasan Emosional yang


Digunakan............................................................................
288

Lampiran 1.15

Lembar Kuesioner Kecerdasan Emosional yang Digunakan.

289
Lampiran 2........Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
Lampiran 2.1

Hasil Uji Validitas Tes Pemecahan Masalah........................ 291

Lampiran 2.2

Hasil Uji Reliabilitas Tes Pemecahan Masalah.................... 301

Lampiran 2.3

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes Pemecahan Masalah....... 309

Lampiran 2.4

Hasil Uji Daya Pembeda Tes Pemecahan Masalah............. 319

Lampiran 2.5

Hasil Uji Uji Validitas Kuesioner Kecerdasan Emosional.. .325

Lampiran 2.6

Hasil Uji Reliabiltas Kuesioner Kecerdasan Emosional...... 339

Lampiran 2.7

Perhitungan Gregory Tes Pemecahan Masalah dan


Kuesioner Kecerdasan Emosional....................................
355

Lampiran 3........Hasil Uji Prasyarat Dan Uji Hipotesis


Lampiran 3.1

Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol.... 358

Lampiran 3.2

Data Post-test Tes Pemecahan Masalah .............................. 364

Lampiran 3.3

Data Post-test Kecerdasan Emosional.................................. 372

Lampiran 3.4

Analisis Deskriptif ............................................................... 380

Lampiran 3.5

Uji Normalitas Data ............................................................. 385

Lampiran 3.6

Uji Homogenitas Data ......................................................... 389

Lampiran 3.7

Uji Homogenitas Data Matriks Varian................................. 390

Lampiran 3.8

Uji Multikolinieritas............................................................. 391

Lampiran 3.9

Hasil Analisis Manova Satu Jalur......................................... 392


394
xi

xii

Lampiran 3.10

Hasil Analisis LSD Berdasarkan Kelompok Perlakuan ....

Lampiran 3.11

Hasil Analisis Uji Kesetaraan................................................396

Lampiran 4

Dokumentasi

Lampiran 4.1

Dokumentasi Penelitian......................................................... 403

Lampiran 5

Surat Keterangan

Lampiran 5.1

Surat Keterangan ..............................................................404

xii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke-21
menyebabkan perubahan yang sangat cepat dan dramatis dalam berbagai bidang
kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan suatu kemampuan untuk memperoleh,
memilih, dan mengelola informasi tersebut agar mampu bertahan pada keadaan
yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Individu yang mampu bersaing
dan menyesuaikan diri terhadap perubahan di era globalisasi ini adalah individu
yang memiliki kompetensi handal dalam berbagai bidang kehidupan sesuai
dengan minat, bakat, dan kemampuan.
Sumber daya manusia yang berkualitas dapat tercapai jika pendidikan IPA
dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, dan
pengembangan lebih lanjut pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada
standar isi mata pelajaran IPA, kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang
termasuk rumpun IPA. Peran ilmu kimia sebagai salah satu bagian dari pendidikan
IPA sama penting dengan IPA itu sendiri. Ilmu kimia dibangun atas dasar produk
ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Kimia sebagai suatu proses merupakan
keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan untuk memperoleh
dan mengembangkan pengetahuan. Oleh karena itu, proses pembelajaran kimia
1

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan


kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Hal inilah yang akan menimbulkan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap siswa terhadap ilmu kimia sehingga
berimplikasi pada hasil belajar siswa.
Hasil belajar digunakan sebagai salah satu indikator mutu pendidikan di
sekolah menengah atas (SMA). Hasil belajar ditentukan oleh nilai akademik yang
dicapai oleh siswa sehingga masalah hasil belajar siswa menjadi salah satu
permasalahan yang tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, antara lain: faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri meliputi minat, kemampuan pemecahan masalah, perhatian,
cita-cita, kecerdasan emosi, dan kondisi fisik (Sudjana, 2005). Sementara itu,
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa atau lingkungan,
meliputi kurikulum, sarana pembelajaran, metode pembelajaran, perangkat
pembelajaran, strategi, model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam
kelas, materi pelajaran, dan lingkungan belajar siswa.
Kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki
siswa ketika meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan aktivitas dunia
nyata. Seseorang harus memiliki konsep-konsep dan aturan-aturan untuk
memecahkan masalah serta suatu strategi untuk memberikan arah kepada
pemikirannya agar produktif. Melalui pemecahan masalah, siswa dapat

menstransfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata serta


dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi terhadap hasil maupun
terhadap proses belajarnya (Aka et al., 2010).
Senada dengan hal tersebut, Santyasa (2012) menyatakan kemampuan
pemecahan masalah merupakan upaya siswa untuk menemukan jawaban masalah
yang dihadapi didasari oleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang
telah dimiliki sebelumnya. Pernyataan ini didukung oleh Seluk et al. (2008) yang
menyatakan sesuai harapan pendidikan melalui proses pembelajaran yang sering
menghadapkan siswa dalam suatu permasalahan maka kemampuan pemecahan
masalah siswa akan berkembang. Target yang paling utama dari pendidikan
modern adalah mendidik siswa agar mampu memecahkan permasalahan yang
ditemui pada kehidupan sehari-hari dan siswa mampu mengelola kecerdasan
emosi. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, bergelut dengan ide-ide, dan
mengelola kecerdasan emosinya (Rahayu, et al., 2010).
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengungkapkan perasaan,
kesadaran, pemahaman tentang emosi, dan kemampuan untuk mengatur serta
mengendalikannya (Goleman, 2005). Kecerdasan emosional terdiri atas lima
komponen utama, yaitu: mengenali emosi diri yang merupakan kemampuan
seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dari waktu ke waktu sebagai
wawasan psikologi dan pemahaman diri, mengelola emosi diri merupakan
kemampuan menangani emosinya sendiri, motivasi merupakan kemampuan
menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga,

empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain,
dan keterampilan sosial merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosional sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil
belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat menghambat proses
belajar (Yuliani, 2013). Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat
dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya dengan menyediakan lingkungan
belajar yang menyenangkan dan pemberian pengalaman langsung kepada siswa.
Pengetahuan siswa yang diperoleh melalui konstruksi dengan pengalaman dan
lingkungan, akan diterima oleh siswa dengan pendapatnya masing-masing. Siswa
dapat memperoleh pengetahuan yang baik apabila dapat mengelola emosinya.
Pembelajaran kimia yang terjadi saat ini di sekolah masih banyak yang
berorientasi pada upaya pengembangan dan menguji daya ingat siswa.
Pembelajaran masih cenderung berbasis hafalan teori dan tidak didasarkan pada
pengalaman siswa sehingga kemampuan siswa sekedar dipahami sebagai
kemampuan menghapal (Tjalla, 2007). Proses pembelajaran seperti ini akan sulit
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan kecerdasan
emosional. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengenali perasaan diri,
mengendalikan diri, memotivasi diri, mengenali perasaan orang lain, keterampilan
sosial, dan menginterpretasikan gejala alam dari sudut prinsip-prinsip ilmiah. Hal
ini akan berdampak pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan
kecerdasan emosional siswa.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah sejalan dengan temuan hasil


studi internasional. Hasil penelitian Program for International Student Assesment
(PISA) Tahun 2009 prestasi literasi membaca siswa Indonesia berada pada tingkat
ke-57 dari 65 negara (Elianur, 2011). Ini berarti Indonesia menduduki peringkat
sepuluh besar terbawah dari negara-negara peserta PISA. Selain itu, hasil survey
dari Trend International Mathematics Sciences tahun 2011 melaporkan bahwa
bahwa rata-rata skor prestasi sains pada domain kognitif yang merupakan aspek
penting dalam kemampuan pemecahan masalah adalah sebesar 406 yang
mengalami penurunan dari Tahun 2007. Sementara itu, kecerdasan emosional
siswa juga masih rendah. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chicago Tribune US Dept of Health & Human Services tentang
faktor-faktor resiko gagal sekolah pada anak-anak bukan disebabkan pada
kemampuan kognitifnya, melainkan psikososialnya (kecerdasan emosi dan sosial),
rasa percaya diri (confidence), ingin tahu (curiosity), motivasi diri, kontrol diri
(self control), bekerjasama (cooperation), mudah bergaul, konsentrasi, empati, dan
kemampuan berkomunikasi (Megawangi, 2004).
Adanya kasus-kasus di lapangan yang menunjukkan keterpurukan jati diri
siswa seperti kebocoran soal ujian nasional, perilaku menyontek dalam tugas
maupun ujian, frustasi karena tidak bisa ngerjakan soal yang diberikan, dan
adanya tawuran antar siswa. Permasalahan lain dalam hal perhatian dan berpikir,
yaitu diantara siswa yang tidak mampu memusatkan perhatian dengan baik atau
duduk tenang, seringkali melamun, bertindak tanpa berpikir, bersikap selalu
tegang sehingga tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar, gugup dalam menjawab

soal dan seringkali mendapatkan nilai buruk di sekolah serta tidak mampu
membuat pikiran menjadi tenang. Kondisi ini didukung oleh penelitian Santoso
(2000) mengenai kenakalan remaja di Bali dengan jumlah responden sebesar 877
remaja di provinsi Bali yang memperoleh hasil sebanyak 37,1% perilaku tidak
mengikuti pelajaran di sekolah (membolos), 52,7% perilaku meninggalkan rumah
tanpa seizin orang tua, dan 19,6% perilaku melakukan mencorat-coret di dinding.
Hal ini mengindikasikan masih rendahnya kecerdasan emosional siswa.
Berbagai faktor dipandang dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah dan kecerdasan emosional siswa. Salah satu faktor penting adalah model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru masih monoton dengan mengimplementasikan model pembelajaran
yang berorientasi pada pemerosesan informasi. Guru lebih sering memberikan
informasi yang sudah jadi seperti konsep-konsep atau rumus-rumus yang sudah
ada di buku, selanjutnya memberikan contoh soal dan memberikan latihan soal.
Pada proses pembelajaran, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat dalam kegiatan pengamatan atau observasi, melakukan refleksi diri
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan sehingga kegiatan pembelajaran
kurang bermakna bagi siswa. Guru juga biasanya mengajar dengan menggunakan
metode ceramah yang diselingi dengan tanya jawab. Hal ini menunjukkan proses
belajar yang terjadi di lingkungan sekolah cenderung didominasi oleh guru
sebagai sumber belajar, dan kurang memperhatikan peran siswa sehingga proses
belajar siswa kurang mengoptimalkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dan kurang cerdasnya siswa dalam menggunakan emosi dalam belajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, pola


pembelajaran kimia yang selama ini dilaksanakan di sekolah adalah pembelajaran
diawali dengan penjelasan singkat dari guru tentang teori, konsep, prinsip,
pemberian contoh soal, dan diakhiri dengan latihan soal. Pada latihan soal guru
cenderung kurang memperhatikan proses untuk memperoleh hasil dan sangat
jarang memberikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan dunia nyata
siswa. Hal ini tentunya kurang melatih kemampuan pemecahan masalah terhadap
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan siswa kurang mampu
menerapkan konsep kimia yang dipelajari pada dunia nyata siswa. Selain itu,
faktor internal siswa yang berupa kecerdasan emosional siswa kurang
diperhatikan dalam proses pembelajaran yang berdampak pada kurang cerdasnya
siswa menggunakan emosinya sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan
kurang optimal.
Model pembelajaran di sekolah secara umum masih menekankan pada
aspek penerimaan informasi secara penuh dari informasi yang disampaikan guru.
Walaupun sudah ditetapkan Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang
kegiatan inti pembelajaran yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi tetapi penerapannya kurang optimal. Guru memang membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
yang terdiri dari tahap eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi (EEK) tetapi dalam
penerapannya di kelas guru sering mengabaikan tahap-tahap tersebut dan lebih
mengacu pada pembelajaran langsung (direct instruction). Hal ini mengakibatkan
kondisi pelaksanaan pembelajaran menjadi komunikasi praktis searah dan

interaksi menjadi berkurang. Hasil penelitian Robertson dan Abdulrahman (2012)


menunjukkan bahwa pembelajaran langsung tidak dapat meningkatkan motivasi
siswa. Jadi, diperlukan model pembelajaran yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan aspek psikologi dari siswa seperti kecerdasan emosional.
Berdasarkan pemaparan di atas, guru hendaknya memperhatikan model
pembelajaran yang digunakan agar mencapai kemampuan pemecahan masalah
dan kecerdasan emosional yang optimal. Model pembelajaran yang perlu dibenahi
adalah melakukan pergeseran dari model pembelajaran langsung ke model
pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk
memecahkan masalah berdasarkan pengalaman nyata siswa dan mampu
meningkatkan kecerdasan siswa dalam menggunakan emosi. Salah satu model
pembelajaran yang diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan pemecahan
masalah dan kecerdasan emosional siswa adalah model self regulated learning
yang selanjutnya disingkat menjadi model SRL. Hal ini disebabkan oleh
pembelajaran SRL menempatkan siswa berproses secara aktif dan membangun,
yang dimulai dengan merencanakan pembelajaran kemudian mencoba untuk
merefleksi pembelajaran, memotivasi diri, serta mengatur pembelajaran yang
diarahkan pada beberapa tujuan pembelajaran (Santyasa, 2012). Philips (2006)
mengemukan bahwa refleksi diri merupakan bagian terpenting dan merupakan
salah satu keunggulan model SRL. Refleksi diri harus dipegang oleh siswa dalam
proses belajar sehingga mampu mengetahui kekurangan dan kelebihan diri
sendiri. Rasa kekurangan pada diri yang dimilikinya akan menjadi tujuan

perbaikan. Proses ini memberikan tanggungjawab kepada diri siswa bersangkutan


untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Model SRL memiliki beberapa tahapan (Philips, 2006), yaitu: 1) guru
membangkitkan minat belajar siswa terhadap materi yang diajarkan dan siswa
menganalisis tujuan pembelajarannya (analyze), 2) menyusun dan merencanakan
semua kegiatan pembelajaran (plan), 3) memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan penggunaan alat peraga,
analisis tugas maupun telaah literatur (implement), 4) siswa melakukan
penyempurnaan terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari serta mengatur diri
untuk meningkatkan tingkat pencapaian mereka (comprehend), 5) memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi terhadap konsep-konsep yang belum dimengerti
(problem solving), 6) siswa mengevaluasi kemampuan diri sejauh mana tingkat
pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari (evaluate), dan 7)
memodifikasi tingkah laku berdasarkan hasil evaluasi diri dengan membuat
kesimpulan terhadap pembelajaran (modify). Model SRL merupakan perwujudan
dari filosofi konstruktivisme yang pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa.
Keunggulan diterapkannya model SRL ini adalah 1) siswa secara personal
dapat meningkatkan kemampuannya untuk belajar melalui motivasi diri, 2)
meningkatkan kualitas pemecahan masalah siswa yang secara implisit berdampak
pada peningkatan hasil belajar siswa, 3) melatih siswa belajar mandiri,
bertanggung jawab, dan termotivasi untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang
telah ditetapkannya (Nugroho, 2003). Selain itu, dengan penerapan model ini

10

diharapkan dapat memaksimalkan peranan guru dalam pembelajaran sesuai


tuntutan KTSP, yaitu sebagai motivator, fasilitator, mediator, dan evaluator.
Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran SRL
dapat meningkatkan hasil belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2009)
dalam penelitiannya membandingkan hasil belajar siswa yang difasilitasi dengan
model SRL dan model pembelajaran konvensional. Simpulan dari penelitian
tersebut adalah siswa yang difasilitasi dengan model SRL menunjukkan hasil
belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang difasilitasi dengan model
pembelajaran konvensional.
Dari paparan di atas, pembelajaran yang selama ini diterapkan, yaitu model
pembelajaran langsung memiliki karakteristik yang berbeda dengan model SRL.
Perbedaan tersebut akan berdampak pada perbedaan kemampuan pemecahan
masalah dan perbedaan kecerdasan emosional antara siswa yang dibelajarkan
dengan model SRL dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
langsung. Dengan demikian, dapat diprediksi ada pengaruh model pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan pemecahan
masalah dan kecerdasan emosional siswa khususnya siswa SMA.

1.2 Identifikasi Masalah


Mutu pendidikan yang tinggi sangat diperlukan untuk mendukung
terciptanya sumber daya manusia yang cerdas, berkualitas, dan mampu bersaing
di era globalisasi. Pendidikan IPA sebagai salah satu bagian dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi harus mampu menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas, memiliki ketangguhan dalam berpikir dan bertindak.

11

Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu dikembangkan terutama dalam


penggunaan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa. Berdasarkan latar belakang
penelitian yang telah diuraikan terkait dengan kemampuan pemecahan masalah
dan kecerdasan emosional siswa dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
Pertama, kemampuan pemecahan masalah siswa khususnya pada mata pelajaran
kimia masih rendah. Kedua, rendahnya kecerdasan emosional siswa disebabkan
oleh pola pembelajaran selama ini belum mampu secara maksimal meningkatkan
kecerdasan emosional siswa. Ketiga, pembelajaran kimia yang terjadi saat ini di
sekolah masih banyak yang berorientasi pada upaya pengembangan dan menguji
daya ingat siswa. Pembelajaran masih cenderung berbasis hafalan teori dan tidak
didasarkan pada pengalaman siswa sehingga kemampuan siswa sekedar dipahami
sebagai kemampuan menghapal. Keempat, kegiatan pembelajaran masih
cenderung menekankan pada aspek penerimaan informasi secara penuh dari
informasi yang disampaikan guru. Meskipun sudah ditetapkannya Permendiknas
RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang kegiatan inti pembelajaran meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi tetapi pelaksanaannya kurang optimal.

1.3 Pembatasan Masalah


Masalah-masalah yang telah diidentifikasi tersebut hendaknya dikaji secara
tuntas agar diperoleh peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
kecerdasan emosional siswa yang optimal. Berdasarkan masalah yang telah
teridentifikasi dan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, kemampuan,
keterampilan, serta fasilitas maka perlu dilakukan pembatasan agar pengkajian

12

mencakup masalah-masalah utama yang harus dipecahkan untuk memperoleh


hasil yang optimal. Fokus penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran
terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa.
Begitu banyaknya model pembelajaran maka peneliti membatasi model
pembelajaran tersebut, yaitu model SRL dan model pembelajaran langsung.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah
dan kecerdasan emosional antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model SRL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
langsung?
2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah
antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung?
3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kecerdasan emosional antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan
emosional antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.

13

2) Mendeskripsikan perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara kelompok


siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan kelompok siswa yang
dibelajarkan model pembelajaran langsung.
3) Mendeskripsikan perbedaan kecerdasan emosional antara kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan model SRL dan kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran langsung.
1.6 Manfaat Penelitian
Secara umum, ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini.
Pertama adalah manfaat teoretis yang memiliki akses jangka panjang dalam
pengembangan teori pembelajaran yang berpusat pada siswa. Kedua adalah
manfaat praktis yang memberikan dampak langsung pada segenap komponen
pembelajaran.
1.6.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini merupakan manfaat
jangka panjang dalam pengembangan teori dan aktivitas pembelajaran. Manfaat
teoritis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Hasil penelitian ini akan memberikan justifikasi teoritis dan empiris terhadap
keefektifan model SRL terhadap kemampuan pemecahan masalah dan
kecerdasan emosional.
2. Justifikasi ini akan memperkuat konsep dan teori model SRL. Dari hasil
justifikasi ini akan menambah pengetahuan tentang model pembelajaran dan
memberikan dorongan atau motivasi bagi guru-guru untuk melakukan inovasi
dalam pembelajaran.

14

3. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dari para peneliti sehingga mendapatkan hasil
penelitian yang lebih akurat.

1.6.2 Manfaat Praktis


1) Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam
memilih

model

pembelajaran

inovatif

dalam

upaya

meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa.


2) Bagi Siswa
Model SRL dapat menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang memberikan
peluang bagi siswa untuk mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah
dan kecerdasan emosional siswa dalam meraih hasil belajar yang optimal.
3) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran mengenai
kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa sehingga
memberikan masukan atau pertimbangan kepada peneliti untuk meningkatkan
kompetensi sebagai seorang guru IPA. Selain itu, penelitian ini dapat
memberikan pengalaman dalam menerapkan model SRL untuk menambah
pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam mewujudkan suatu karya ilmiah.
1.6.3 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri di Kecamatan Banjar semester
genap tahun pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran kimia dengan materi koloid.
Materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemecahan masalah dan kecerdasan emosional, sedangkan variabel independen
adalah model pembelajaran. Variabel model pembelajaran memiliki dua dimensi,

15

yaitu: model SRL dan model pembelajaran langsung. Kemampuan pemecahan


masalah diperolah dari skor tes kemampuan pemecahan masalah. Sementara itu,
kecerdasan emosional diperoleh dari skor kuesioner dan lembar observasi
kecerdasan emosional.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Karakteristik Ilmu Kimia
Kimia memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan
karena kimia merupakan alat dalam penemuan pengetahuan dengan jalan
observasi, eksperimen, dan pemecahan masalah. Kimia merupakan bagian dari
IPA yang mempelajari struktur materi, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi
menjadi materi lain, dan energi yang menyertai materi. Dengan demikian, seluruh
materi yang ada di alam adalah kumpulan macam zat. Kimia sebagai bagian dari
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) harus memperhatikan keempat hakikat IPA dalam
pembelajarannya. Carin dan Sund (1975) mendefinisikan

IPA sebagai

pengetahuan yang sistematis, tersusun secara teratur, berlaku umum (universal),


dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Menurutnya, hakikat
sains ada empat unsur, yaitu: 1) sikap merupakan rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, mahluk hidup, dan hubungan sebab akibat yang menimbulkan
masalah baru yang dapat dipecahkan melalui proses yang benar, 2) Proses
merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah (hipotesis,
eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan), 3) Produk berupa

16

17

fakta, prinsip, teori dan hukum, dan 4) aplikasi merupakan penerapan metode
ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai sebuah aplikasi, kimia memberikan kontribusi yang penting
terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian, kesehatan,
perikanan, dan teknologi serta mempunyai kedudukan yang sangat penting di
antara ilmu-ilmu lain karena dapat menjelaskan secara mikro tentang fenomena
makro. Secara umum, kimia merupakan produk (pengetahuan sains kimia yang
berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum) temuan para saintis serta proses (kerja
ilmiah). Atas dasar itu, dalam pembelajaran dan penilaian kimia harus
memperhatikan karakteristik sains kimia sebagai produk dan proses (Suja, 2006).
Sebagai produk, kimia telah banyak didokumentasikan dalam buku-buku teks,
kamus atau ensiklopedia. Dalam bentuk produk, kimia dapat dipelajari melalui
sumber-sumber belajar tersebut. Sementara itu, sebagai proses, kimia dapat
dipelajari melalui aktivitas-aktivitas langsung dalam bentuk demonstrasi
eksperimen yang didalamnya berbagai kemampuan pemecahan masalah
dipraktekkan.
Pembahasan tentang struktur materi mencakup struktur partikel yang
menyusun materi (mikroskopis) dan bagaimana partikel-partikel yang sangat kecil
tersebut bergabung membentuk materi dengan ukuran yang lebih besar sehingga
bisa diamati (makroskopis). Pembahasan susunan materi mencakup komponenkomponen penyusun materi (mikroskopis) dan perbandingan jumlah komponen
penyusunnya. Sifat materi dideskripsikan sebagai sifat fisika yang berhubungan
dengan sifat makroskopis, dan sifat kimia yang berhubungan dengan jenis partikel

18

materinya (mikroskopis). Perubahan materi dideskripsikan menjadi perubahan


fisika dan perubahan kimia yang fenomenanya bisa diamati (makroskopis), tetapi
apa yang terjadi di tingkat partikel materi merupakan kajian mikroskopis.
Pembahasan energi yang menyertai perubahan materi mencakup jenis dan
kuantitasnya serta perubahan energi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain
(makroskopis) (Kirna et al., 2007).
Bahan kajian kimia ada yang bersifat kasat mata (visible), tetapi banyak
pula yang tidak kasat mata (invisible). Aspek sains kimia yang kasat mata dapat
dibuat fakta kongkritnya. Sementara itu, yang tidak kasat mata tidak dapat dibuat
fakta kongkritnya. Namun, tetap bersifat kasat logika, artinya kebenarannya
dapat dibuktikan dengan logika matematika atau kajian teoritik sehingga
rasionalitasnya dapat diformulasikan. Secara umum, kimia dalam hal-hal tertentu
bersifat teoritis menggunakan teori kebenaran koherensi, dan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan fakta kongkrit (data empiris) menggunakan teori kebenaran
korespondensi (Depdiknas, 2006).
Pembelajaran kimia menghendaki adanya jalinan konseptual antara
representasi makroskopis, mikroskopis, dan simbol.

Beberapa kajian empiris

menunjukkan bahwa mempelajari representasi mikroskopis dan simbolik kimia


merupakan hal yang sulit bagi siswa. Kesulitan mempelajari sains kimia terkait
dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri (Kirna et al., 2007), yaitu sebagian besar
bahan kajiannya bersifat abstrak. Banyak siswa belum mampu memaknai konsep
kimia yang abstrak. Banyak siswa mengalami miskonsepsi sebagai akibat dari
proses internalisasi yang keliru karena terminologi kimia maupun pengamatan

19

terhadap materi secara makroskopis (dunia nyata) berbeda, bahkan bertentangan


dengan pengamatan secara mikroskopis. Miskonsepsi inilah yang menyebabkan
pelajaran kimia dianggap sulit.

2.1.2 Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Konstruktivisme adalah suatu paham yang menganut filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan)
oleh individu itu sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan yang
ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif
kenyataan melalui kegiataan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori,
konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pemahamannya. Menurut
Piaget (dalam Suparno, 1997) proses konstruksi atau pembentukan ini
berlangsung terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena
adanya suatu pemahaman yang baru.
Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat/sarana yang tersedia
bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indra. Seseorang berinteraksi
dengan objek dan lingkungan dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium,
dan merasakan. Dari sentuhan indrawi itu seseorang membangun gambaran
dunianya. Filsafat ini juga meyakini bahwa pengetahuan itu berada dalam diri
seseorang yang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
pikiran guru ke pikiran siswa maka salah satu konsep penting dalam psikologi
pendidikan adalah guru tidak dapat hanya semata-mata mentransfer pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam benaknya sendiri.

20

Fosnot (dalam Sadia, 1997) mengemukakan empat prinsip dasar konstruktivisme


tentang pengetahuan adalah sebagai berikut.
(1) Pengetahuan
construction)

terdiri
bahwa

atas

konstruksi-konstruksi masa

manusia

membangun

atau

silam (past

mengkonstruksi

pengalamannya tentang dunia melalui suatu kerangka logis yang


mentransformasi, mengorganisasi, dan menginterpretasi pengalamannya.
(2) Pengkonstruksian pengetahuan terjadi melalui asimilasi dan akomodasi.
Manusia menggunakan asimilasi sebagai suatu kerangka logis dalam
rangka

menginterpretasikan

informasi

baru

sedangkan

akomodasi

digunakan dalam rangka memecahkan kontradiksi-kontradiksi sebagai


bagian dari proses regulasi diri yang lebih luas.
(3) Mengacu kepada belajar sebagai suatu proses organik dari proses regulasi
diri dan penemuan dari proses mekanik akumulasi. Siswa harus
mendapatkan pengalaman berhipotesis, memprediksi, memanipulasi objek,
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, berimajinasi, dan menemukan
dalam upaya mengembangkan konstruksi-konstruksi baru.
(4) Mengacu pada mekanisme yang menyebabkan perkembangan kognitif
dapat berlangsung. Konflik kognitif terjadi hanya jika pebelajar
mengalami ketidaksesuaian antara dua skema yang kontradiktif. Meskipun
guru dapat membantu menengahi proses tersebut, namun perubahannya
hanya dapat membantu menengahi proses tersebut.
Implikasi konstruktivisme terhadap proses belajar mengajar adalah
mengajar bukan lagi kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa,

21

melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri


pengetahuannya. Implikasi tersebut mengalihkan peran guru dalam proses
pembelajaran, yaitu guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang
membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik (Sadia & Suma, 2006).
Peran guru menurut konstruktivisme adalah sebagai fasilitator dan mediator
dalam usaha siswa mengkonstruk pengetahuannya. Guru dalam hal ini berperan
sebagai pengajar yang membuat segala informasi menjadi bermakna dan sangat
relevan bagi siswa. Peran dan tugas tersebut dapat berjalan dengan optimal,
apabila guru memperhatikan beberapa hal (Suparno, 1997), yaitu sebagai berikut.
(1) Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa
yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.
(2) Membicarakan tujuan dan apa yang akan dilakukan dalam aktivitas di
kelas dengan siswa agar siswa benar-benar terlibat dalam pembelajaran.
(3) Guru perlu mengerti pengalaman belajar yang lebih sesuai dengan
kebutuhan siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai
pelajar juga di antara pelajar.
(4) Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan
kepercayaan terhadap mereka bahwa mereka dapat belajar.
(5) Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan
menghargai pemikiran siswa karena kadang siswa berpikir berdasarkan
pengandaian yang tidak diterima guru.
Dari paparan di atas maka terlihat jelas bahwa pengajar konstruktivistik
sangat perlu memahami hakikat sains, yaitu sains yang tidak hanya sebagai

22

produk tapi lebih sebagai proses dan sikap sains. Akibatnya, setiap pembelajaran
dapat menciptakan suasana yang memungkinkan siswa terlibat langsung dalam
proses belajarnya. Pengetahuan yang dikonstruksi siswa akan menjadi lebih
bermakna jika pengetahuan itu didapat dari pengalaman belajar penemuannya.

2.1.3 Model Self Regulated Learning


1. Pengertian Self Regulated Learning

Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar selama proses


pembelajaran. Trianto dan Joyce (2010) menyatakan model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di dalam kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Dengan demikian, model pembelajaran
adalah kerangka dan arahan bagi guru untuk melakukan proses belajar mengajar.
Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan (autonomi) kepada
pebelajar untuk melakukan dan mengelola sendiri pembelajarannya adalah model
SRL.
Menurut Santyasa (2012) model SRL adalah suatu model pembelajaran
yang memberikan keleluasaan kepada pebelajar untuk mengelola secara efektif
pembelajarannya sendiri dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar
yang optimal. Pernyataan tersebut sejalan dengan Zimmerman (2002) yang
mendefenisikan model SRL sebagai proses belajar yang terjadi karena pengaruh

23

dari pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri yang berorientasi pada
pencapaian tujuan.
Model SRL merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh paham
konstruktivisme yang menyatakan bahwa pembelajaran dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa untuk mengorganisasi
pengalamannya sendiri menjadi suatu pengetahuan baru yang bermakna (Gagne
dan Marzano dalam Nugroho, 2003). Pada proses pembelajaran siswa tidak hanya
menerima begitu saja apa yang disajikan oleh guru melainkan juga membangun
hubungan-hubungan baru dari konsep dan prinsip yang dipelajari berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Model SRL dilaksanakan dalam tiga fase, yaitu fase perencanaan, kinerja,
dan refleksi diri (Santyasa, 2012). Pada fase perencanaan, siswa mengadakan
perencanaan mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Perencanaan
berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pada fase kinerja
merupakan penerapan dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Kinerja
melibatkan proses berpikir, menulis, dan berbicara dalam memecahkan masalah
serta membangun pengetahuan. Fase ini dilakukan dengan penstrukturan
lingkungan belajar yang tepat. Penstrukturan lingkungan ini bertujuan agar siswa
dapat memilih lingkungan belajar yang tepat serta mencari bantuan dalam belajar.
Siswa bisa meminta bantuan kepada siswa lain atau guru bila mengalami
kesulitan. Jika ada masalah yang tidak terpecahkan akan diadakan diskusi
pemecahan masalah (problem solving). Pada fase terakhir adalah refleksi diri
dilakukan dengan mengadakan penilaian terhadap diri sendiri. Penilaian diri

24

merupakan proses membandingkan antara hasil dari kinerja yang telah dilakukan
dengan tujuan pembelajaran. Philip (2006) menyatakan bahwa refleksi diri atau
penilaian diri merupakan bagian yang terpenting yang menjadi salah satu
keunggulan model SRL. Refleksi diri dilakukan oleh siswa dalam proses belajar
untuk mencapai hasil yang optimal.
Model SRL menyediakan peluang kepada siswa untuk menjalani proses
aktif

untuk

melakukan

regulasi

diri, mengarahkan

diri sendiri

untuk

mengembangkan tujuan pembelajaran, mengontrol sendiri proses pembelajaran


yang

dilakukan,

menumbuhkan

motivasi

sendiri

(self

motivation),

mengembangkan kepercayaan diri (self efficacy), dan memilih atau mengatur


sendiri lingkungan belajarnya untuk mendukung keefektifan belajar. Lingkungan
belajar yang diatur oleh siswa dalam pembelajaran mencakup lingkungan fisik
dan nonfisik. Regulasi diri mengacu pada pikiran yang dihasilkan oleh diri
sendiri, perasaan, dan tindakan yang direncanakan untuk pencapaian-pencapaian
tujuan pribadi.
Zimmerman (1989) mendefinisikan secara komprehensif karakteristik dari
siswa yang menggunakan self regulated learning, yaitu: tingkah lakunya aktif
dalam belajar, melakukan aktivitas seperti mengikuti kegiatan pembelajaran,
memproses informasi, menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
sebelumnya, membuat latihan, peningkatan hubungan sosial, dan menata
lingkungan dengan tujuan mencapai tujuan belajar mereka. Regulasi diri dalam
belajar juga merupakan kemampuan individu yang aktif secara metakognitif yang
mempunyai dorongan untuk belajar dan berpartisipasi aktif. Hal senada juga

25

dinyatakan oleh Paris dan Winograd (dalam Marhaeni, 2007) menyebutkan


beberapa karakteristik siswa yang memiliki SRL, yaitu: 1) kesadaran tentang
pikiran yang menyangkut kesadaran siswa tentang kebiasaan berpikirnya dan
bagaimana berpikir yang efektif, 2) penggunaan strategi belajar, yaitu strategi
yang digunakan dan menjadi orang yang strategis, dan 3) motivasi yang
terpelihara merupakan dorongan secara terus menerus untuk melakukan suatu hal
dan mencapai hasil yang tinggi dari usaha yang dilakukan.
Umpan balik dari kinerja sebelumnya digunakan untuk membuat
penyesuaian selama proses regulasi diri. Penyesuaian-penyesuaian tersebut
diperlukan karena faktor-faktor pribadi, perilaku, dan lingkungan yang terus
berubah selama proses belajar dan kinerja berlangsung. Ketiga faktor tersebut
harus diamati dan dimonitor dengan menggunakan tiga feedback yang berorientasi
pada diri, yaitu: strategi untuk mengontrol perilaku (behavioral self regulation),
proses dalam diri (convert self regulation), dan lingkungan (enviromental self
regulation) (Bookaerts., 2000). Ketiga komponen tersebut dapat disajikan seperti
Gambar 2.1

(Sumber: Boekaerts et al., 2000)


Gambar 2.1.Triadic Regulasi Diri tentang Suatu Pandangan Kognisi Sosial dari
Self Regulated Learning

26

Behavioral self regulation merupakan penggunaan secara proaktif strategi


evaluasi diri untuk memperoleh informasi mengenai keakuratan dan apakah
pemeriksaan harus dilanjutkan dengan umpan balik (Zimmerman, 2000).
Hubungan

timbal

balik

ini,

individu

merupakan

penyebab

awal

diimplementasikan melalui penggunaan strategi dan melakukan regulasi


berdasarkan persepsi self efficacy. Pada proses ini self efficacy bertindak sebagai
penyeimbang yang meregulasi upaya strategis untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan melalui umpan balik. Convert self regulation merupakan
penggunaan berbagai strategi metakognitif dan proses personal lainnya
(Zimmerman, 2000). Regulasi diri ini diasumsikan dapat memberikan umpan
balik terhadap proses personal itu sendiri sehingga umpan balik terhadap personal
tidak hanya berasal dari lingkungan tetapi juga berasal dari sendiri. Sementara itu,
enviroment self regulation merupakan penggunaan secara proaktif strategi
pengaturan lingkungan berupa rangkaian perilaku mengatur lingkungan belajar
(Zimmerman, 2000). Regulasi lingkungan dilakukan siswa berdasarkan persepsi
keefektifan daya dukung lingkungan terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Bentuk

regulasi

lingkungan

ini

mengindikasikan

kemungkinan

strategi

pembelajaran yang berasal dari lingkungan tetapi tidak dapat dinyatakan sebagai
self-regulated jika tidak berasal dari proses personal.
Hal senada juga dinyatakan oleh Singer dan Bashir (dalam Masril, 2011)
bahwa proses regulasi diri meliputi tiga subproses, yakni: perilaku monitoring
diri, evaluasi diri, dan penyesuaian diri. Proses regulasi diri siswa dapat dilihat

27

pada cara siswa mempersiapkan diri untuk belajar tetap terlihat dalam tugas-tugas
dan pendekatan yang dipakai dalam pemecahan masalah yang mereka alami.
Pada bidang pendidikan, guru memiliki tantangan untuk meningkatkan
pembelajaran akademik siswa. Penggunaan teori sosial kognitif sebagai kerangka
tindakan guru dapat bekerja untuk meningkatkan keadaan emosional siswa dan
untuk mengoreksi kesalahan. Teori sosial kognitif menyatakan manusia memiliki
beberapa kemampuan, yaitu: merencanakan strategi-strategi alternatif, belajar
melalui pengalaman, regulasi diri, dan refleksi diri (Pajares, 2002). Melalui
pemikiran awal, manusia dapat merencanakan tindakan, mengantisipasi
konsekuensi tindakan, dan merancang tujuan dan tantangan bagi dirinya untuk
dapat memotivasi, menuntun dan meregulasi aktivitas diri, manusia dapat belajar
dari pengalaman diri dan melalui pengamatan orang lain. Manusia memiliki
mekanisme regulasi diri yang memungkinkan manusia mengubah perilaku. Cara
dan tingkat regulasi diri seseorang melibatkan akurasi dan konsistensi
pengamatan, monitoring, keputusan, pilihan, sifat, dan reaksi evaluatif nyata yang
dibuat dari tindakannya. Refleksi diri merupakan bagian terpenting dari teori
sosial kognitif (Pajares, 2002). Melalui refleksi diri, manusia dapat merasakan
pengalamannya,

mengeksplorasi

kognisi,

melakukan

evaluasi

diri,

dan

membentuk pemikiran serta perilaku.


Sejalan dengan pernyataan tersebut, teori konstruktivis sosial dari Vygotsky
menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran perlu mengembangkan self-regulation
siswa

(Slavin,

2008).

Self-regulation

merupakan

kemampuan

untuk

mengobservasi pemahaman diri, menguji pemahaman tersebut, dan memberikan

28

penguatan atau penggantian lebih lanjut guna mendapatkan pemahaman yang


lebih kompleks dan mendalam dalam bentuk perilaku (Him, 2006). Jika siswa
memiliki self-regulation yang baik maka siswa akan mengalami perkembangan
metakognitif, memiliki motivasi yang tinggi, dan berperilaku yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran (Zimmerman, 2000). Pada keadaan ini siswa dikatakan
telah mampu mengendalikan pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai satu
tujuan.
Potensi kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh siswa hendaknya
diberdayakan secara optimal dan selalu ditumbuhkembangkan. Salah satu potensi
kecerdasan yang perlu dikembangkan, yaitu kemampuan pemecahan masalah.
Marchis (2011) menyatakan pada model SRL guru perlu membantu siswa untuk
menemukan strategi yang efektif untuk memecahkan permasalahan yang ditemui
dalam pembelajaran. Sementara itu, dorongan psikologis yang bersifat mendidik
(pysco-educative) sangatlah penting untuk menumbuhkembangkan potensi
kecerdasan dan bakat sehingga mencapai keberhasilan dalam suatu proses
pembelajaran (Santyasa, 2012). Selain potensi kecerdasan dan bakat, SRL dapat
mengoptimalkan proses dan hasil belajar secara optimal disebabkan karena
bersinerginya tiga komponen SRL, yaitu self motivation, self efficacy, dan self
evaluation.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa SRL adalah model
pembelajaran yang menyiratkan proses aktif dan konstruktif ketika peserta didik
membentuk

tujuan

pembelajaran

yang

dilanjutkan

dengan

mengamati,

mengawasi, dan mengevaluasi proses kognitif, motivasi dan perilaku sesuai

29

dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, serta menghasilkan karakteristik


dari lingkungan belajar mereka sendiri.

2. Sintaks Model Self Regulated Learning

Prinsip

model

SRL

adalah

adanya

keluasaan

dalam

mengelola

pembelajaran. Langkah model SRL memberikan peluang seluas-luasnya kepada


siswa untuk berkreasi dengan mengelola pembelajaran sendiri sehingga
menimbulkan kebermaknaan dalam belajar. Langkah-langkah model SRL secara
lebih rinci adalah sebagai berikut (Santyasa, 2012).
1) Analyze (menganalisis materi dan tujuan pembelajaran), yaitu: siswa
menganalisis materi dan tujuan pembelajaran berdasarkan LKS yang
diberikan oleh guru. Siswa juga mengorganisasikan materi pembelajaran serta
konsep-konsep sebelumnya yang terkait agar lebih mudah memahami
pembelajaran yang akan dilakukan. Pengorganisasian materi ini melibatkan
pengetahuan awal siswa. Pada waktu mengintroduksi pembelajaran, guru
menarik perhatian siswa serta memotivasi siswa.
2) Plan (perencanaan), yaitu: siswa menyusun dan merancang semua kegiatan
pembelajarannya untuk memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKS
dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Siswa
menetapkan hipotesis terhadap permasalahan yang diberikan. Peranan guru,
yaitu mendiskusikan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Guru memberikan pandangan terhadap langkah-langkah yang

30

akan dilaksanakan oleh siswa. Guru sifatnya memberi penguatan kepada


siswa.
3) Implement (mengimplementasikan perencanaan pembelajaran), yaitu: siswa
memilih

dan

pembelajaran.

mengimplementasikan
Siswa

melakukan

perencanaanya

pembelajaran

secara

dalam

proses

berkelompok.

Pembentukan kelompok diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Proses


implementasi dapat berupa diskusi ataupun praktikum untuk menunjang
pembelajaran yang mengacu pada LKS yang telah diberikan.
4) Comprehend

(penyempurnaan

terhadap

pemahaman),

yaitu:

siswa

menyempurnakan pemahaman sendiri terhadap konsep-konsep yang telah


dipelajari. Siswa mengatur diri untuk meningkatkan tingkat pencapaian
mereka.
5) Problem solving (pemecahan masalah), yaitu: siswa memecahkan masalahmasalah yang dihadapi serta konsep-konsep yang belum dimengerti selama
pembelajaran. Selama proses pemecahan masalah ini, siswa dapat melakukan
diskusi dengan siswa lain dalam satu kelompok, diskusi antar kelompok,
maupun diskusi kelas. Peran guru adalah mendiskusikan masalah-masalah
yang tidak terpecahkan serta mengarahkan siswa untuk berdiskusi.
6) Evaluate (evaluasi), yaitu siswa mengevaluasi mutu atau kemampuan diri
tentang kegiatan yang telah dikerjakan dalam proses pembelajaran (self
evaluation). Dasar dari evaluasi diri adalah kesesuaian antara tujuan
pembelajaran dengan kinerja serta hasil yang dicapai. Siswa memperbaiki
kesalahan serta melengkapi kekurangan selama pembelajaran.

31

7) Modify (modifikasi). Pada tahap modify memodifikasi tingkah laku siswa


sendiri berdasarkan hasil dari evaluasi diri tersebut dengan membuat
kesimpulan terhadap pembelajaran.
Langkah-langkah model pembelajaran SRL dapat dilihat pada Gambar 2.2

Penyempurnaan pemahaman

Penganalisaan
(analyze) dan
Perencanaan

Implement

(comprehend)
Pemecahan masalah
(Problem Solving)

Modifikasi (modify)
Evaluasi diri (evaluate)

Hasil

Belajar
(plan)2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Self Regulated Learning
Gambar
(diadaptasi dari Philip, 2006)

Ketujuh langkah tersebut akan memberikan peluang seluas-luasnya pada


siswa untuk berkreasi dalam mengelola pembelajarannya sendiri. Siswa akan
termotivasi untuk belajar dan mengalami sendiri proses pembelajarannya,
sehingga menimbulkan kebermaknaan dalam belajar. Pengembangan keterampilan
regulasi diri siswa melalui model SRL sangat penting dilakukan demi
terbentuknya karakter siswa yang mandiri, bertanggungjawab, percaya diri,
kontrol diri yang baik, dan memiliki motivasi diri dalam belajar. Langkah-langkah
dalam pembelajaran model SRL menunjukkan bahwa terjadi perubahan peran
guru dalam pembelajaran. Guru dalam hal ini hanya menjadi motivator dan
fasilitator pembelajaran di kelas. Reis (dalam Arnawa, 2011) mendeskripsikan
peran guru dalam model SRL adalah sebagai berikut.
1) Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran dengan memberikan pilihan. Ketika akan memulai pembelajaran

32

siswa diberikan kesempatan untuk memilih tujuan pembelajaran atau tugastugas yang ingin dikerjakan sehingga pembelajaran yang dilaksanakan akan
menjadi menarik bagi siswa dan meningkatkan motivasi serta keyakinan
terhadap kemampuan diri siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2) Antisipatif terhadap pernyataan yang diberikan oleh siswa terkait dengan
informasi yang diperoleh, strategi yang digunakan, dan lain sebagainya. Guru
harus antisipatif agar dapat memberikan mediasi dan fasilitas yang tepat.
3) Guru perlu mengetahui bahwa siswa yang masih muda perlu tuntunan dalam
merumuskan tujuan pembelajaran.
4) Guru memberikan petunjuk mengenai keterampilan atau strategi yang
diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan.
5) Guru merekam perkembangan siswa. Merekam perkembangan siswa penting
untuk mengetahui tingkat kesesuaian strategi yang digunakan siswa terhadap
tujuan yang dirancang. Guru dapat memfasilitasi siswa dengan jurnal refleksi
diri, siswa diminta menuliskan kegiatan, dan hasil pembelajaran yang telah
diperoleh.
6) Guru memberikan petunjuk dan motivasi kepada siswa saat strategi yang
digunakan oleh siswa tidak efektif. Guru dapat memberikan petunjuk kepada
siswa melalui hasil refleksi diri.
7) Guru memberikan petunjuk mengenai tujuan pembelajaran yang harus siswa
pelajari lebih lanjut sehingga tujuan pembelajaran yang dirancang tidak
menyimpang terhadap kurikulum.

33

8) Memberikan umpan balik yang positif kepada siswa pada setiap langkah yang
dikerjakan. Hal penting yang dilakukan agar siswa dapat mengetahui tingkat
perkembangan strategi yang dilaksanakan sehingga siswa dapat merencanakan
lebih lanjut langkah yang akan dilaksanakan. Umpan balik yang positif
terhadap setiap keberhasilan siswa juga akan mendorong tumbuhnya keyakinan
diri siswa akan kemampuan yang dimilikinya dalam mengerjakan sesuatu.
9) Menilai kinerja siswa dengan menggunakan penilaian yang autentik. Dengan
melaksanakan penilaian yang menyeluruh terhadap aspek belajar siswa, maka
akan turut memotivasi siswa dalam melaksanakan pembelajaran dan
meningkatkan keyakinan diri siswa terhadap kemampuannya.
Proses pembelajaran dengan model SRL memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuan metakognitif, kontrol terhadap aspek
personal, perilaku, dan pengaruh lingkungan, serta kemampuan reflektif diri.
Balikan (feedback) yang diterima oleh siswa baik hasil regulasi diri selama proses
pembelajaran atau balikan dari guru dan lingkungan tentunya akan dapat
mempengaruhi motivasi personal dari siswa.

2.1.4 Model Pembelajaran Langsung


Model Pembelajaran Langsung (MPL) adalah salah satu pendekatan
mengajar yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan selangkah demi
selangkah (Arends, 2004). Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang
sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang

34

bagaimana melakukan sesuatu. Aliran psikologi belajar yang mempengaruhi


model pembelajaran langsung adalah paham behavioristik (Sanjaya, 2008), yaitu
suatu paham yang lebih menekankan pada pemahaman bahwa perilaku manusia
pada dasarnya merupakan keterkaitan antara stimulus dan respon. Oleh karena itu,
dalam implementasi model pembelajaran langsung, peran guru sebagai pemberi
stimulus merupakan faktor yang sangat penting.
MPL merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).
Guru lebih senang memberikan ilmu dan biasanya mengharapkan siswa untuk
meniru dengan benar ilmu yang diberikan tersebut (Ledoux et al., 2004).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa siswa hanya perlu mengetahui,
sedangkan guru perlu menjelaskan atau menyampaikan informasi kepada siswa
sebanyak-banyaknya. Akibatnya, informasi dan pengetahuan yang diperoleh siswa
bukan hasil mengkonstruksi sendiri. Selain itu, peran siswa untuk terlibat secara
langsung dalam proses belajar mengajar menjadi sangat kurang.
Pada MPL terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali
pembelajaran dengan menyampaikan tujuan dan latar belakang pembelajaran,
serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan
motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau
demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran tersebut termasuk juga
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian
umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian
umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam

35

situasi nyata (Arends, 2004). Sintaks pembelajaran langsung adalah sebagai


berikut.
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Tahapan

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

Tahap 1
Menyampaikan tujuan
dan
mempersiapkan
siswa.

Guru menyampaikan
indikator pencapaian
pembelajaran, informasi latar
belakang pembelajaran,
pentingnya pembelajaran,
mempersiapkan siswa untuk
belajar

Siswa mendengarkan
penjelasan guru, dan
mempersiapkan diri
untuk belajar.

Tahap 2
Mendemonstrasikan
pengetahuan atau
keterampilan

Guru mendemonstrasikan
keterampilan dengan benar
atau menyajikan informasi
tahap demi tahap.

Siswa memperhatikan
sajian informasi
secara bertahap.

Tahap 3
Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan


memberi bimbingan pelatihan
awal

Siswa melatih diri


dengan dibantu oleh
guru.

Tahap 4
Mengecek pemahaman
dan memberikan umpan
balik

Mengecek apakah siswa telah


berhasil melakukan tugas
dengan baik, memberi umpan
balik.

Siswa mengerjakan
tugas yang diberikan
oleh guru.

TAHAP 5
Memberi kesempatan
untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan.

Guru mempersiapkan
Siswa melakukan
kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan,
pelatihan lanjutan, dengan
yang berhubungan
perhatian khusus terhadap
dengan penerapan
penerapan materi pada situasi materi pelajaran pada
lebih kompleks dan
situasi yang lebih
kehidupan sehari-hari.
kompleks.
(Diadaptasi dari Trianto, 2007)

Langkah-langkah pelaksanaan MPL menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto,


2007) adalah sebagai berikut.
1)

Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

36

Pada tahapan ini siswa perlu mengetahui dengan jelas tujuan partisipasi
mereka dalam suatu pembelajaran dan hal-hal yang dapat mereka lakukan
setelah berperan serta dalam pembelajaran tersebut. Penyampaian tujuan
kepada siswa dapat dilakukan oleh guru melalui rangkuman rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan cara menulis di papan tulis atau
menempelkan informasi tertulis pada papan. Penyampaian tujuan dilanjutkan
dengan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan ini
bertujuan untuk menarik perhatian siswa agar memusatkan perhatian mereka
pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang
2)

telah dimiliki, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.
Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan
Pada tahapan ini guru melakukan presentasi dan demonstrasi pengetahuan dan
keterampilan.

Kunci

agar

tahapan

ini

berhasil

adalah

dengan

mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah


demonstrasi yang efektif. Caranya adalah dengan menguasai konsep atau
keterampilan

yang

akan

didemonstrasikan

serta

berlatih

melakukan

demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya. Untuk menjamin


agar siswa mencapai pemahaman dan penguasaan yang benar, guru harus
benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahapan dalam
3)

demonstrasi.
Membimbing Pelatihan
Salah satu tahapan penting dalam pembelajaran langsung ialah cara guru
mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing. Keterlibatan siswa
secara aktif dalam pelatihan dapat membuat pembelajaran berlangsung dengan
lancar dan memungkinkan siswa menerapkan konsep pada situasi yang baru.

37

Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam membimbing pelatihan, yaitu:


1) menugaskan siswa melakukan latihan yang singkat dan bermakna, 2)
memberikan latihan kepada siswa sampai konsep yang telah dipelajari
dikuasai,

3)

hati-hati

terhadap

latihan

berkelanjutan

karena

dapat

meningkatkan kejenuhan pada siswa, dan (4) memperhatikan tahapan-tahapan


awal pelatihan.
4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Tahapan ini disebut juga sebagai tahapan resitasi, yaitu guru mengajukan
beberapa pertanyaan lisan, atau tertulis kepada siswa untuk memberikan
respon terhadap jawaban siswa. Tahapan ini merupakan aspek penting dalam
pembelajaran langsung karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak
banyak manfaatnya bagi siswa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan umpan balik pada siswa adalah 1) memberikan umpan balik
segera mungkin setelah pelatihan, 2) mengupayakan agar umpan balik jelas
dan spesifik, 3) umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku dan bukan
pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut, (4) umpan balik sesuai
dengan perkembangan siswa, 5) memberikan pujian dan umpan balik pada
kinerja yang benar, 6) umpan balik negatif harus diikuti dengan jawaban yang
benar, 7) membantu siswa memusatkan perhatian pada proses, bukan pada
5)

hasil, dan 8) mengajari siswa cara memberikan umpan balik pada diri sendiri.
Memberikan Kesempatan untuk Pelatihan Lanjutan dan Penerapan
Pada tahapan ini guru memberikan tugas untuk menerapkan keterampilan
yang baru diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dapat dilakukan di rumah
atau di luar jam pelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah
dalam memberikan tugas-tugas mandiri, yaitu 1) tugas rumah yang diberikan

38

bukan

kelanjutan

dari

proses

pembelajaran,

tetapi

kelanjutan

dari

pembelajaran berikutnya, 2) guru memberikan umpan balik tentang hasil tugas


rumah siswa.
Ciri-ciri MPL adalah: (1) memiliki tujuan pembelajaran, (2) sintaks atau
pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran, dan (3) sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
baik (Kardi & Nur, dalam Trianto, 2007). Selain itu, Nurhadi (2003) menyatakan
bahwa beberapa karakteristik MPL, yaitu: 1) siswa adalah penerima informasi
secara pasif, 2) siswa belajar secara individual, 3) pembelajaran sangat abstrak
dan teoritis, 4) rumus yang ada di luar diri siswa harus diterangkan, diterima,
dihafalkan, dan dilatihkan, 5) siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah
(membaca, mendengarkan, mencatat, dan menghafal) tanpa memberikan
kontribusi ide dalam proses pembelajaran, 6) keterampilan dikembangkan atas
dasar latihan-latihan, 7) guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, dan
(8) pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman pembelajaran.
MPL memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan
model pembelajaran lainnya.
1) Keunggulan MPL adalah sebagai berikut
a) Bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas.
b) Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah besar.
c) Pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang
ditetapkan.
d) Target materi relatif mudah dicapai

39

2) Kelemahan MPL dapat dijabarkan sebagai berikut.


a) Pembelajarannya cenderung membosankan.
b) Kesuksesan pembelajaran bergantung pada cara mengajar guru karena
guru merupakan pusat pembelajaran (teacher centered)
c) Pembelajarannya sangat bergantung pada cara guru berkomunikasi.
d) Kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan relatif rendah
karena guru sering hanya mengejar target waktu menghabiskan target
materi pembelajaran, dan kebanyakan menggunakan ceramah dan tanya
jawab.

2.1.5 Kemampuan Pemecahan Masalah


Salah satu tujuan pendidikan di Indonesia adalah menjadikan peserta didik
mampu menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan ini
menjadikan pembelajaran tidak hanya sebatas pengetahuan terhadap konsep saja
melainkan

siswa

mampu

menggunakan

konsep-konsep

tersebut

untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada disekitarnya.


Pemecahan masalah merupakan aspek penting dalam pendidikan IPA.
Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa dilakukan manusia
setiap hari. Seseorang harus memiliki konsep-konsep dan aturan-aturan untuk
memecahkan masalah serta suatu strategi untuk memberikan arah kepada
pemikirannya agar produktif. Ditinjau dari konteksnya, masalah IPA dapat
dibedakan atas masalah akademik (academic problems standard problems) dan
masalah dunia nyata (real world problem/context rich problem). Memecahkan

40

masalah-masalah IPA khususnya kimia digunakan untuk membelajarkan siswa


dalam menerapkan pengetahuan kimia dan kemampuan yang siswa peroleh dalam
proses pembelajaran. Permasalahan akademik merujuk pada masalah-masalah
dalam buku teks yang mengandung objek dan kejadian yang diidealkan yang tidak
memiliki kaitan dengan realita siswa. Masalah realistik/kontektual adalah masalah
yang terdiri dari objek-objek atau kejadian-kejadian yang akrab dengan siswa
(Heller dan Hollabaugh, 1992).
Menurut John Dewey (dalam Trianto, 2007) pada pemecahan masalah
metode reflektif merupakan suatu proses berpikir aktif yang dilandasi proses
berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan defenit melalui enam langkah, yaitu
sebagai berikut.
1) Siswa mengenali masalah, masalah itu datang dari luar diri siswa itu
sendri.
2) Siswa selanjutnya akan menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan
menentukan masalah yang akan dihadapi.
3) Siswa menghubungkan uraian-uraian hasil analisanya itu satu sama lain,
dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah
tersebut. Siswa dalam bertindak dipimpin oleh pengalamannya sendiri.
4) Siswa menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan
akibatnya masing-masing.
5) Siswa mencoba mempraktekkan salah satu kemungkinan pemecahan
masalah yang dipandangnya terbaik. Hasilnya akan membuktikan betul
atau tidaknya pemecahan masalah itu. Bilamana pemecahan masalah itu

41

salah atau kurang tepat, maka akan dicoba kemungkinan yang lain
sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah
yang benar, yaitu yang dapat berguna untuk hidup mereka.
Pemecahan masalah merupakan keterampilan berpikir yang banyak
ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsikan, menganalisis,
mengklasifikasikan, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan,
dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah.
Menurut Polya (1985) untuk memecahkan suatu masalah ada empat langkah yang
dapat dilakukan, di antaranya: 1) memahami masalah, yaitu apa yang dicari, apa
yang diketahui, apa syarat-syarat bisa dipenuhi dan cukup untuk mencari yang
tidak diketahui, membuat gambar atau grafik, 2) merencanakan pemecahannya,
yaitu: apakah soal tersebut pernah dibuat sebelumnya, apakah masalah yang sama
pernah dilihat dalam bentuk yang berbeda, apakah diketahui soal lain yang terkait
dengan soal yang diberikan, memperlihatkan unsur yang tidak diketahui dan
memikiirkan soal yang sudah dikenal yang mempunyai unsur yang tidak diketahui
sama, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana, yaitu melaksanakan
penyelesaiannya, mengecek setiap langkah, apakah langkah sudah benar, dan 4)
memeriksa kembali dan menuliskan penyelesaian yang benar terhadap
permasalahan, yaitu apakah hasil tersebut didapat dengan cara lain dan menelaah
kembali proses penyelesaian yang telah dibuat.
Penelitian yang dilakukan oleh Tao (dalam Suma, 2004) menunjukkan
bahwa melatih siswa memecahkan masalah kuantitatif dan kualitatif dengan
menghadapkannya dengan berbagai solusi akan mendatangkan tiga efek positif,
yaitu: 1) meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, 2) dapat melibatkan

42

siswa untuk melakukan refleksi tidak hanya pada konten materi (prinsip-prinsip,
dan strategi pemecahan masalah), tetapi juga terhadap pendekatan belajar mereka,
dan memungkinkan siswa melihat sesuatu yang berbeda bahwa terdapat beberapa
macam solusi dari suatu masalah yang sama.
Terkait dengan penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah diadaptasi dari Polya (1985), yaitu: memahami
masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, serta
memeriksa kembali dan menuliskan

penyelesaian yang benar terhadap

permasalahan (menyimpulkan).

2.1.6 Kecerdasan Emosional


Kata

emosi

berasal

dari

bahasa

latin

movere

yang

berarti

menggerakkan, bergerak memberi arti cenderung bertindak dan merupakan hal


mutlak dalam emosi. Oxford English Dictionary (dalam Goleman, 2005)
mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan,
nafsu, setiap kegiatan mental yang hebat atau meluap-luap. Emosi merujuk pada
suatu perasaa dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dari serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2005).
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan

dari luar dan dalam

individu.
Kecerdasan emosional secara tradisional diartikan sebagai kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka
yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah). Kecerdasan emosi atau
Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan,

43

kesadaran, pemahaman tentang emosi, kemampuan untuk mengatur, dan


mengendalikannya. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi
diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan
tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir (Goleman, 2005).
Menurut Shapiro (1997) kecerdasan emosional adalah himpunan bagian dari
kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi,
baik pada diri sendiri atau orang lain. Kemudian, memilah-milah dan
menggunakan informasi untuk membimbing pikiran dan tindakan. Kualitaskualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan hidup antaralain:
empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah,
kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan menangani
masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat.
Pernyataan yang senada juga dinyatakan oleh Cooper dan Swaf (1999) bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi,
koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional yang dijadikan
sumber energi, informasi, dan koneksi membantu siswa menghadapi berbagai
persoalan dalam pembelajaran.
Menurut Paramitha (dalam wahyuningsih, 2004) kecerdasan emosional
yang dimiliki individu dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu sedangkan
faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu.

44

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi kecerdasan


emosional dilihat dari aspek jasmani. Aspek jasmani yang dimaksud adalah
kesehatan dan fisik individu. Kesehatan memudahkan individu untuk beraktivitas
dan mampu menimbulkan pikiran yang positif sehingga permasalahan emosi yang
muncul mampu ditangani dengan lebih baik. Kecacatan fisik cenderung
mengakibatkan individu menjadi kurang percaya diri dan lebih sensitif. Mental
individu dapat mempengaruhi kecerdasan emosional yang dimiliki.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional adalah
pengalaman dan stimulus yang ada. Jika individu memiliki keinginan menjadi
pribadi yang lebih baik, maka ia akan belajar lebih banyak dari pengalaman yang
didapatnya. Stimulus dapat mempengaruhi kecerdasan emosional. Ketika melihat
orang lain menjadi sukses, individu termotivasi untuk berusaha lebih keras
menjadi orang sukses. Kecerdasan emosional bukan didasarkan kepada kepintaran
seseorang melainkan pada suatu karakteristik pribadi atau karakter. Penelitianpenelitian sekarang menemukan bahwa keterampilan sosial ini mungkin bahkan
lebih penting bagi keberhasilan hidup dibandingkan dengan kemampuan
intelektual (Shapiro, 1997). Jadi, kecerdasan emosional dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu seperti
aspek jasmani dan faktor eksternal berasal dari luar individu seperti pengalaman
individu.
Goleman (2005) membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian,
yaitu:

tiga

komponen

berupa

kompetensi

emosional

(pengenalan

diri,

pengendalian diri, dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi sosial

45

(empati dan keterampilan sosial). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut


adalah sebagai berikut.
1) Pengenalan Diri (Self Awareness)
Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan
dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri,
memiliki tolak ukur yang realitas atas kemampuan diri dan memiliki
kepercayaan yang kuat. Menurut Mayer (dalam Goleman, 2005) kesadaran
diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran, bila kurang
waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasi
oleh emosi. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk tidak larut dalam
emosi dan tidak bereaksi berlebihan terhadap apa yang dirasakan, dapat
mengontrol perasaan marah, sedih, senang, dan kecewa, dan dapat
menenangkan ketenangan jiwa.
2) Mengelola Emosi (Self Management)
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi terkendali merupakan
kunci menuju kesuksesan beremosi. Emosi yang berlebihan dengan itensitas
terlampau lama akan berdampak negatif terhadap kestabilan individu itu
sendiri (Goleman, 2005). Kemampuan ini mencangkup kemampuan untuk
memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri, mampu mengendalikan
emosi, memiliki kepekaan terhadap kata hati, menghibur diri sendiri dan
melepaskan kecemasan, dan mampu bangkit dari kondisi yang tertekan.
3) Motivasi (Motivation)
Motivasi merupakan penggunaan hasrat yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu

46

mangambil inisiatif, dan bertindak sangat efektif untuk bertahan menghadapi


kegagalan dan frustasi. Untuk mencapai tujuan harus memiliki memiliki
motivasi dalam diri individu yang berarti memilki ketekunan untuk manahan
diri terhadap kepuasaan dan mengendalikan dorongan hati serta mempunyai
perasaan motivasi yang positif, yaitu: antusianisme, gairah, optimis dan
keyakinan diri. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk berusaha
sunggh-sungguh untuk menyusun langkah mencapai sasaran, membangkitkan
semangat untuk menjadi lebih baik, mengambil inisiatif dan bertindak efektif,
dan berpikir optimis.
4) Empati (Emphaty)
Empati merupakan kemampuan menangkap isyarat-isyarat sosial yang
digunakan yang tersembunyi dan menunjukkan apa yang dibutuhkan atau
diinginkan orang lain. Seseorang yang memiliki kepekaan tinggi atas
perasaan orang lain maka akan dapat mengambil keputusan-keputusan secara
mantap dan membentuk kepribadian yang tangguh. Kemampuan ini
mencangkup kemampuan untuk memiliki empati terhadap perasaan orang
lain, mampu memahami perspektif orang lain, peka terhadap perasaan orang
lain, dan menimbulkan hubungan saling percaya terhadap orang lain.
5) Keterampilan Sosial (Social Skills)
Keterampilan sosial merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi.
Orang yang hebat dalam keterampilan sosial ini akan berhasil dalam bergaul
dengan orang lain. Keberhasilan seseorang dalam bergaul ditentukan oleh
kemampuannya dalam berkomunikasi, ramah tamah, baik hati, hormat, dan
menciptakan hubungan yang nyaman dengan orang lain. Kemampuan ini

47

mencakup kemampuan untuk tegas dan terampil dalam berkomunikasi,


menciptakan hubungan dengan orang lain, dan ramah tamah, baik hati, dan
selalu hormat.
Terkait dengan penelitian ini dimensi yang digunakan untuk mengukur
kecerdasan emosional diadaptasi dari Goleman (2005), yaitu: 1) kemampuan
mengenali emosi diri, 2) mengelola emosi sendiri, 3) motivasi, 4) empati dan 5)
keterampilan sosial. Indikator yang digunakan untuk mengukur kecerdasan
emosional di antaranya: 1) tidak larut dalam emosi dan tidak bereaksi berlebihan
terhadap apa yang dirasakan, 2) dapat mengontrol perasaan marah, sedih senang,
dan kecewa, 3) dapat menenangkan ketegangan jiwa, 4) memiliki perasaan yang
positif tentang diri sendiri, orang lain, dan keluarga, 5) mampu mengendalikan
emosi, 6) memiliki kepekaan terhadap kata hati, 7) menghibur diri sendiri dan
melepaskan kecemasan, 8) mampu bangkit dari kondisi yang tertekan, 9) berusaha
sungguh-sungguh

untuk

menyusun

langkah

mencapai

sasaran,

10)

membangkitkan semangat untuk menjadi lebih baik, 11) Mengambil inisiatif dan
bertindak efektif, 12) berpikir optimis, 13) memiliki empati terhadap perasaan
orang lain, 14) mampu memahami perspektif orang lain, 15) peka terhadap
perasaan orang lain, 16) menimbulkan hubungan saling percaya terhadap orang
lain, 17) tegas dan terampil dalam berkomunikasi, 18) menciptakan hubungan
dengan orang lain, dan 19) ramah tamah, baik hati dan selalu hormat
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Usaha-usaha pendidikan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan kecerdasan emosional banyak dilaporkan akhir-akhir ini oleh
beberapa penulis. Kebanyakan dari hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil

48

yang positif. Marcou dan Philippou (2005) yang meneliti tentang hubungan antara
model SRL, motivasi, dan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran
matematika memperoleh hasil kemampuan siswa dalam meregulasi diri dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Dengan kata lain
SRL memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika. Motivasi dipandang sebagai bagian dari pembelajaran yang
tidak berdiri sendiri melainkan terintegrasi dalam proses pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan Marchis (2012) melaporkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa memiliki hubungan yang tinggi dengan
ketertarikan mereka belajar matematika, cara siswa menganalisis tugas
kemampuan kontrol diri dan persepsi siswa dalam mengerjakan tugas yang sulit,
komponen-komponen tersebut merupakan bagian dari model SRL.
Hidayat dan Budiman (2009) melakukan penelitian pada siswa kelas V SD
Negeri 1 Cisitu memperoleh hasil, yaitu model SRL memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan salah satu
aspek dari kecerdasan emosional. Dengan demikian, model SRL secara teoritis
dapat memfasilitasi motivasi siswa untuk belajar yang berimplikasi pada
kecerdasan emosional siswa. Pekrun et al. (2002) telah mengkaji bagaimana
pengaruh self regulated learning terhadap emosi-emosi siswa yang akhirnya dapat
berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi akademik.
DeWall et al. (2007) mengadakan penelitian kepada beberapa mahasiswa di
Amerika. Hasilnya menyatakan regulasi diri yang kurang efektif dapat
menimbulkan perilaku yang agresif, sedangkan seseorang yang memiliki regulasi
diri yang efektif akan lebih mampu mengendalikan dirinya. Dengan demikian
regulasi diri mempengaruhi keberhasilan seseorang melalui pengendalian perilaku

49

yang dimunculkannya. Pengendalian perilaku ini merupakan bagian dari


kecerdasan emosional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nicola, John, dan
Einar (2013) menunjukkan kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui
pelatihan.
2.3 Kerangka Berpikir
2.3.1 Hubungan Model Self Regulated Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Kecerdasan Emosional
Kualitas pembelajaran merupakan cerminan dari kualitas pendidikan.
Perubahan pola pikir ke arah yang lebih baik dan inovatif perlu terus diupayakan
oleh para praktisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya pembelajaran IPA. Pola pikir pendidik yang inovatif menganut
pandangan konstruktivisme. Paradigma konstruktivis memandang siswa sebagai
pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu.
Pembentukan pengetahuan harus dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang
halhal yang dipelajari sehingga memberikan hasil belajar yang optimal.
Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
internal meliputi minat, kemampuan pemecahan masalah, perhatian, cita-cita,
kecerdasan emosi dan kondisi fisik (Sudjana, 2005). Sementara itu, faktor
eksternal meliputi kurikulum, sarana pembelajaran, metode pembelajaran,
perangkat pembelajaran, strategi dan model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru dalam kelas, materi pelajaran, dan lingkungan belajar siswa.
Model pembelajaran sangat berpengaruh pada pemecahan masalah karena
pemecahan masalah terdapat pada ranah kognitif. Model pembelajaran dapat
membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan kognitifnya termasuk berpikir

50

tingkat tinggi dan kecakapan siswa sehingga siswa dapat bersaing secara positif
setelah terjun di masyarakat. Model pembelajaran yang diberikan oleh guru dapat
membantu siswa mengerjakan soal-soal yang tidak hanya mengandalkan ingatan,
tetapi siswa diharapkan mampu mengaitkan dengan dunia nyata.
Pemecahan-pemecahan masalah sains khususnya kimia merupakan aspek
penting di sekolah. Kemampuan pemecahan masalah akan membantu siswa
menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada kehidupan nyata

karena

pemecahan masalah digunakan untuk membelajarkan siswa dalam menerapkan


pengetahuan sains dan kemampuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran.
Jika siswa tidak diberikan peluang untuk belajar tentang fakta-fakta dan teori yang
mapan maka siswa itu tidak dapat mengembangkan kebiasaan untuk menemukan
dan memperbaharui kembali praktek dan kemampuan penalarannya dalam
memecahkan masalah.
Selain kemampuan pemecahan masalah, hasil belajar juga dipengaruhi oleh
kecerdasan emosional. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan
mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat
menghambat proses belajar (Yuliani, 2013). Untuk menciptakan emosi positif
pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya dengan
menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan pemberian pengalaman
langsung kepada siswa.
Lingkungan belajar yang menyenangkan dan pemberian pengalaman belajar
secara bermakna dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
kecerdasan emosional. Hal tersebut dapat diakomodasi oleh model self regulated
learning. Model SRL merupakan sebuah konstruk terkait kemampuan seseorang

51

mengontrol, memonitor diri, motivasi, kognisi, dan perilaku untuk mencapai


tujuan yang ditetapkan sendiri sebelumnya. Model SRL memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menentukan target serta menentukan langkah yang akan
diambil berdasarkan konstruksi pengalaman hasil refleksi dari proses belajar yang
telah dilakukan. Proses seperti ini akan melatihkan kemampuan metakognitif
siswa. Kemampuan metakognitif ini memberikan keterampilan kepada siswa
untuk melatih strategi yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi
karena siswa telah memiliki kemandirian dalam hal apa strategi yang tepat untuk
dijalankan, mengapa, dan bagaimana strategi tersebut dapat berhasil dilakukan.
Tahapan model pembelajaran self regulated learning yang memberikan
kontribusi

kepada

pengembangan

kemampuan

pemecahan

masalah

dan

kecerdasan emosional (Philips, 2006), yaitu: 1) Tahapan analyze memberikan


peluang pada siswa memanfaatkan pengetahuan awalnya dalam mengkaitkan
materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya yang terkait, 2) tahapan
plan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan diskusi yang
seluas-luasnya dalam mengungkapkan ide ataupun gagasan dalam menyusun
hipotesis untuk menjelaskan suatu permasalahan yang diberikan, 3) tahapan
implement, melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Kegiatan pembelajaran pada tahap ini dilakukan dengan eksperimen dan diskusi
yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan penuntun, selanjutnya menyusun
sendiri langkah-langkah untuk menjawab permasalahan yang diberikan, 4)
Tahapan comprehend memberikan peluang pada siswa untuk menyempurnakan
pemahamannya sekaligus menemukan permasalahan atau menemukan konsepkonsep yang belum dipahami, kemudian dicatat untuk didiskusikan selanjutnya.

52

Kegiatan penyempurnaan terhadap pemahaman akan memberikan pemahaman


yang mendalam pada siswa, 5) Tahap problem solving, memberikan kesempatan
pada siswa memecahkan masalah-masalah yang dialami serta konsep-konsep yang
belum dimengerti selama pembelajaran. Pemecahan masalah ini dilakukan dengan
mengadakan diskusi dengan siswa lain dalam satu kelompok, diskusi antar
kelompok, maupun diskusi kelas. Kegiatan pembelajaran ini akan merangsang
siswa untuk melatih kemampuan pemecahan masalah, melatih penggalian
informasi dan meningkatkan pemahaman siswa, 6) tahap evaluate, akan membuat
siswa mampu untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki,
pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat melatih kecerdasan emosional
siswa, dan 7) Tahap modify, membuat siswa mampu untuk memodifikasi tingkah
lakunya bersarkan hasil pembelajaran dan menarik suatu kesimpulan berdasarkan
yang telah dipelajari pada proses pembelajaran.
Rangkaian tahapan pada model self regulated learning memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
dan kecerdasan emosional dalam pembelajaran kimia. Berbeda dengan siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung yang lebih cenderung bersifat
teacher centered. Guru sebagai pengajar mempresentasikan materi pembelajaran
dengan tujuan menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan kepada siswa
sebagai peserta didik. Smith (dalam Sanjaya, 2008) mengemukan pendekatan
pembelajaran langsung memiliki karakteristik, yaitu: 1) proses pembelajaran
berorientasi pada guru (theacer oriented), 2) siswa sebagai objek belajar, 3)
kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu, dan 4) tujuan
berorientasi pada materi pelajaran. Pembelajaran langsung menempatkan siswa

53

sebagai objek belajar yang hanya berperan sebagai penerima informasi secara
pasif. Pada kegiatan pembelajaran lebih banyak belajar secara individual dengan
menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran yang tidak dikaitkan dengan
kehidupan nyata secara riil.
Tindakan atau perilaku individu dalam pembelajaran langsung didasarkan
oleh faktor dari luar dirinya seperti rasa ketakutan untuk tidak melakukan sesuatu.
Siswa kurang memaknai konsep atau materi pelajaran yang dipelajarinya karena
pembelajaran konsep-konsep kimia yang cenderung dekontekstual. Kondisi ini
cenderung membuat siswa tidak termotivasi mengikuti pembelajaran yang
bermuara pada kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa
yang tidak optimal.
Berdasarkan paparan hubungan antara model SRL dan model pembelajaran
langsung terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional
siswa, diduga terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan
emosional antara siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
2.3.2 Hubungan Model Self Regulated Learning Terhadap Kemampun
Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting untuk ditingkatkan dalam
perkembangan sains ke depan. Memecahkan masalah didefinisikan sebagai suatu
proses untuk mendapatkan jawaban terbaik terhadap suatu yang dianggap masalah
atau sesuatu yang belum diketahui. Perkembangan IPTEKS menuntut siswa agar
mampu mengenali informasi secara cermat, melakukan evaluai, bersikap terbuka,
mampu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Oleh karena itu,

54

keterampilan memecahkan masalah sangat penting dilatihkan kepada siswa dalam


proses pembelajaran.
Polya (1985) menyebutkan bahwa terdapat empat langkah yang digunakan
dalam memecahkan masalah. Keempat langkah tersebut, yaitu: memahami
masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, dan
memeriksa kembali dan menuliskan

penyelesaian yang benar terhadap

permasalahan (menyimpulkan).
Model pembelajaran yang selama ini digunakan di sekolah adalah model
pembelajaran langsung. Tahap awal model pembelajaran langsung didasarkan
pada penyajian informasi, ilustrasi, contoh soal yang dilengkapi dengan cara
penyelesaiannya dan latihan soal. Hal ini akan mampu melatih memahami
masalah, namun tidak memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
rencana solusi yang diajukan. Selanjutnya dilanjutkan dengan latihan terbimbing,
dan tahap latihan mandiri untuk melatih

siswa menyelesaikan masalah yang

diberikan.
Dilain pihak, model pembelajaran SRL merupakan model pembelajaran
yang memberikan keleluasaanya

kepada siswa untuk mengatur proses

pembelajarannya sesuai dengan lingkungan belajar yang terbaik bagi dirinya. Hal
ini sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran, setiap materi pembelajaran
yang diberikan pada hakikatnya dikembangkan dalam lingkungan yang
memberikan keleluasaan pada siswa untuk bereksplorasi dalam belajar dan tidak
dapat berkembang pada lingkungan yang otoriter. Pada lingkungan seperti ini
siswa memiliki keleluasaan mengembangkan konsep-konsep dan pemikiran
ilmiahnya.

55

Model SRL memiliki hubungan satu sama lain dengan tahapan pemecahan
masalah yang dikemukakan oleh Polya (1985). Pernyataan ini didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Johnson (2012) yang menyelidiki effectiveness of
self regulatory strategies in science problem solving among the high school
students memperoleh hasil kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat
setelah penerapan model self regulated learning.
Tahap pertama pembelajaran SRL dimulai dengan analysis, pada tahapan ini
siswa menganalisis materi dan tujuan yang diberikan berdasarkan LKS yang
diberikan oleh guru. Pada tahap analysis ini melibatkan pemahaman kualitatif
tentang prinsip dan konsep kimia untuk menganalisis tujuan dan rencana masalah
yang dicermati. Tahap kedua adalah plan, yaitu siswa menyusun dan merancang
semua kegiatan pembelajaran untuk memecahkan permasalahan yang terdapat
pada LKS dan mencapai tujuan yang telah direncanakan. Tahap ini melibatkan
rencana pemecahan masalah dari masalah yang disajikan yang merupakan dasar
untuk menentukan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Tahap ketiga, yaitu
implement, yaitu siswa mengimplementasikan perencanaannya dalam proses
pembelajaran. Tahap keempat adalah comprehend, siswa menyempurnakan
pemahaman sendiri tentang konsep-konsep yang telah dipelajari. Tahap kelima
adalah problem solving, pada tahap ini siswa memecahkan masalah yang disajikan
serta konsep-konsep yang belum dimengerti selama pembelajaran. Tahap
implement, comprehend, dan problem solving bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang disajikan dan menghasilkan solusi yang masuk akal terhadap
masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Tahap keenam adalah evaluate, yaitu
pada tahap ini siswa mengevaluasi mutu atau kemampuan diri tentang kegiatan

56

yang telah dikerjakan dalam proses pembelajaran. Tahap ketujuh adalah modify.
Pada tahap ini, siswa memodifikasi tingkah laku berdasarkan hasil dari evaluasi
diri dengan membuat kesimpulan terhadap pembelajaran. Tahap evaluate dan
modify ini merupakan tahap untuk menyimpulkan kembali pemecahan masalah
yang digunakan karena solusi yang telah diperoleh pada langkah problem solving
dievaluasi untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan solusi yang diberikan.
Pengintegrasian ketujuh langkah model SRL memberikan kesempatan
kepada

siswa

untuk

belajar

menganalisis,

merencanakan,

mengamati,

menerapkan, memecahkan masalah, dan memonitoring pembelajaran sehingga


siswa tidak hanya sekedar menghafal konsep. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
tidak hanya sebagai penerima yang pasif intruksi guru melainkan aktif
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Berdasarkan paparan hubungan antara model SRL dan model pembelajaran
langsung terhadap kemampuan pemecahan masalah, diduga terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang dibelajarkan dengan model
SRL dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
3.3 Hubungan Model Self Regulated Learning Terhadap Kecerdasan
Emosional
Model pembelajaran

langsung

yang

dilakukan

oleh

guru

dalam

pembelajaran IPA selama ini lebih menekankan pada cerdas secara intelektul
sedangkan cerdas dalam beremosi belum banyak mendapat perhatian. Padahal
dalam kehidupan nyata kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh
kecerdasan intelektual tetapi juga dipengaruhi oleh kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional siswa dapat dilatih dengan menerapkan model yang tepat.
Hal tersebut dapat diakomodasi oleh model SRL. Menurut Nugroho (2003) self

57

regulated learning dalam proses pembelajaran dapat memberikan kontribusi yang


positif kepada siswa, yaitu 1) siswa secara personal dapat meningkatkan
kemampuannya untuk belajar melalui motivasi diri dan kepercayaan diri, 2) siswa
secara proaktif dapat memilih struktur dan mengkreasikan lingkungan belajar
yang meliputi aspek fisik dan non fisik yang menguntungkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran, dan 3) siswa dapat memainkan peran yang signifikan dalam
memilih bentuk dan aktivitas belajar sesuai dengan kebutuhan.
Tahapan-tahapan model pembelajaran SRL dapat

mengembangkan

indikator-indikator kecerdasan emosional siswa. Pernyataan ini didukung oleh


Pekrun et al. (2002) telah mengkaji bagaimana pengaruh self regulated learning
terhadap emosi-emosi siswa yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap
meningkatnya prestasi akademik.
Pada tahap pertama, analyze. Pada tahap ini, siswa menganalisis materi dan
tujuan pembelajaran. Siswa juga mengorganisasi materi pelajaran serta konsepkonsep sebelumnya yang terkait agar lebih mudah memahami pembelajaran yang
akan dilakukan.
Tahap kedua adalah perencanaan. Pada tahap ini, siswa menyusun dan
merancang semua kegiatan pembelajarannya untuk memecahkan permasalahan
yang

diberikan dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Siswa menetapkan hipotesis terhadap permasalahan yang diberikan. Kegiatan


pada tahap pertama dan kedua akan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar.
Motivasi diri merupakan daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang
menimbulkan,

menjamin

kelangsungan,

dan

memberikan

arah

kegiatan

pembelajaran sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Pada kegiatan


pembelajaran, motivasi diri memberikan manfaat penting bagi siswa, yaitu

58

menentukan hal-hal yang bisa dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan


belajar yang hendak dicapai, dan menentukan ketekunan belajar.
Tahap ketiga adalah implement (implementasi), yaitu siswa memilih dan
mengimplementasikan

perencanaanya

dalam

proses

pembelajaran.

Siswa

melakukan pembelajaran secara berkelompok. Pembentukan kelompok diserahkan


sepenuhnya kepada siswa. Proses implementasi dapat berupa diskusi ataupun
praktikum untuk menunjang pembelajaran yang mengacu pada permasalahan
yang telah diberikan. Kegiatan ini dituntut saling berinteraksi satu sama lain
dalam merencanakan, sehingga melatih keterampilan sosial siswa.
Tahap keempat adalah comprehend (penyempurnaan terhadap pemahaman),
pada tahap ini siswa menyempurnakan pemahaman sendiri terhadap konsepkonsep yang telah dipelajari. Siswa mengatur diri untuk meningkatkan tingkat
pencapaian mereka. Kegiatan ini akan memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengenali emosinya sendiri. Bila pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
yanng dipelajari belum sesuai siswa tidak langsung merasa kecewa sehingga dapat
mengatur diri untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep yang dipelajari.
Tahap kelima adalah problem solving (pemecahan masalah). Pada tahap ini siswa
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi serta konsep-konsep yang belum
dimengerti selama pembelajaran. Selama proses pemecahan masalah ini, siswa
dapat melakukan diskusi dengan siswa lain dalam satu kelompok, diskusi antar
kelompok, maupun diskusi kelas. Pada tahap ini lebih dikembangkan empati
siswa terhadap siswa lain.
Tahap keenam adalah evaluate (evaluasi), pada tahap ini siswa
mengevaluasi mutu atau kemampuan diri tentang kegiatan yang telah dikerjakan
dalam proses pembelajaran (self evaluation). Dasar dari evaluasi diri, yaitu

59

kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan kinerja serta hasil yang dicapai.
Siswa memperbaiki kesalahan dan melengkapi kekurangan selama pembelajaran.
Pada tahap evaluasi diri siswa menilai keberhasilan atau kegagalan yang hasilnya
dapat dijadikan bahan untuk melaksanakan regulasi diri selanjutnya. Tahap
ketujuh adalah modify (modifikasi). Pada tahap modify mengevaluasi tingkah laku
berdasarkan hasil dari evaluasi diri tersebut dengan membuat kesimpulan terhadap
pembelajaran. Pada tahap ini lebih dikembangkan mengelola emosinya sendiri,
menyadari kelebihan dan kekuranggannya dalam proses pembelajaran yang
dilakukan.
Pengintegrasian ketujuh tahapan model SRL dapat memberikan ruang bagi
sumber kecerdasan emosional siswa. Pada semua tahapan dari model SRL
memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kecerdasan dalam mengelola
emosi dalam pembelajaran. Adanya regulasi diri akan melatih siswa menggunakan
kecerdasan emosional yang secara tidak langsung akan menyentuh aspek-aspek
kepribadian dalam diri siswa. Hal ini menunjukkan bahwa suatu proses
pembelajaran yang menekankan regulasi diri dapat membagun kecerdasan
emosional yang optimal. Kesuksesan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan seseorang untuk mengelola emosinya.
Berdasarkan paparan hubungan antara model SRL dan model pembelajaran
langsung terhadap kecerdasan emosional siswa, diduga terdapat perbedaan
kecerdasan emosional antara siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
2.4 Hipotesis Penelitian
1) Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah dan
kecerdasan emosional antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

60

SRL dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model


pembelajaran langsung.
2) Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
3) Terdapat perbedaan yang signifikan kecerdasan emosional antara kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini tergolong eksperimen semu (quasi experiment) karena
pada kenyataannya tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur serta
dikontrol secara ketat. Random hanya dapat dilakukan pada penentuan kelompok
eksperimen dan kontrol, bukan pada penentuan subjek penelitian. Penelitian
eksperimen merupakan penelitian ilmiah yang variabel-variabelnya sudah
ditentukan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian (Sukardi, 2008).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah post-test only control group
design. Rancangan ini dipilih karena kemampuan awal siswa dianggap setara.
Rancangan penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1.
eksperimen

X1

kontrol

X2

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Post-test Only Control Group Design


(diadaptasi dari Creswell, 2012)
Keterangan:
X1: Model pembelajaran SRL.
X2: Model pembelajaran langsung.
O: Observasi Post-test masing-masing untuk kelompok eksperimen dan kontrol
Pada penelitian ini terdapat dua kelompok yang diberi perlakuan, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan
63

64

perlakuan model SRL dan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa MPL.
Pemberian tes dilakukan sesudah perlakuan (post-test).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas sebelas yang
terdapat di Kecamatan Banjar, yaitu SMA Negeri 1 Banjar dan SMA Negeri 2
Banjar. Jumlah populasi keseluruhan adalah 159 siswa dengan komposisi pada
masing-masing sekolah disajikan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Komposisi Anggota Populasi Penelitian SMA Negeri 1 Banjar
No
1
2

Sumber Populasi
Kelas XIA1
Kelas XIA2
Jumlah total

Jumlah Siswa
34 orang
36 orang
70 orang
(Sumber: SMAN 1 Banjar)

Tabel 3.2 Komposisi Anggota Populasi Penelitian SMA Negeri 2 Banjar


No
1
2
3

Sumber Populasi
Kelas XIA1
Kelas XIA2
Kelas XIA3
Jumlah total

Jumlah Siswa
30 orang
30 orang
29 orang
89 orang
(Sumber: SMAN 2 Banjar)

3.2.2 Sampel Penelitian


Sampel adalah sebagian kelompok individu yang diambil dari populasi
dengan menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana & Ibrahim, 2004). Pengambilan
sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cluster sampling
dengan melibatkan seluruh siswa yang terdapat dalam kelas tersebut. Pada teknik

65

pengambilan sampel ini, sampel penelitian tetap terdistribusi dalam kelas-kelas


yang utuh karena tidak memungkinkan mengubah kelas yang ada sehingga
peneliti tidak menentukan sampel penelitian secara perseorangan melainkan
melibatkan seluruh siswa yang terdapat dalam kelas tersebut.
Untuk mengetahui setara atau tidak antar kelas dalam populasi dilakukan
analisis dengan menggunakan uji ANOVA satu jalur. Persyaratan uji kesetaraan
kelas dengan menggunakan uji anova adalah uji normalitas sebaran data dan
homogenitas varians. Kriteria pengujian dengan taraf signifikansi () sebesar 0,05.
Jika nilai signifikansi dalam perhitungan lebih besar dari 0,05 maka kelima kelas
dinyatakan tidak berbeda secara signifikan atau setara. Data yang digunakan
dalam uji ANOVA satu jalur ini adalah nilai kimia siswa kelas XI pada tes akhir
semester ganjil sekolah SMA di Kecamatan Banjar, yaitu SMA Negeri 1 Banjar
dan SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2013/2014. Uji kesetaraan kelas
dilakukan pada semua kelas XI yang berjumlah 5 kelas untuk mencari kelas
setara.
Untuk memenuhi syarat uji statistik parametrik terhadap hasil pelaksanaan
eksperimen, dilakukan uji normalitas sampel dan uji homogenitas varians. Uji
normalitas dan homogenitas varians terhadap data nilai tes akhir semester ganjil.
Berdasarkan hasil uji normalitas, harga signifikansi Kolmogorov-Smirnov untuk
kelima kelas yang terdiri dari kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Banjar sebesar 0,181,
kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Banjar sebesar 0,145, kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2
Banjar sebesar 0,147, kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Banjar sebesar 0,200, dan
kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Banjar sebesar 0,200. Hasil Analisis secara lengkap

66

disajikan pada Lampiran 3.11. Harga siginifikansi untuk kelima kelas lebih besar
dari taraf signifikansi 0,05 sehingga populasi berdistribusi normal. Sementara itu,
berdasarkan hasil uji homogenitas populasi, harga signifikansi Levene statistic
based on mean 0,158 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga varians
antar kelompok tidak berbeda (homogen).
Kedua uji persyaratan telah terpenuhi maka uji ANOVA dapat dilanjutkan.
Adapun hipotesis nol (Ho) adalah varians antar kelompok tidak berbeda secara
signifikan. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai F hitung kurang dari F tabel atau
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, atau sebaliknya.
Ringkasan Uji ANOVA satu jalur untuk kelima varians ini dilakukan dengan
bantuan program SPSS 20.0 for Windows yang hasilnya disajikan pada Tabel 3.3.
Analisis secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.11.
Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Uji ANOVA Satu Jalur Nilai UAS Kimia Kelas
XI IPA
Sum of
Squares

Df

Mean
Square

Sig.

Between
Groups

232,716

58,741

1,334

0,260

Within Groups

6716,718

157

43,615

Total

6949,434

158

Berdasarkan hasil ANOVA satu jalur pada Tabel 3.3 diperoleh nilai sig
sebesar 0,260 lebih besar dari 0,05, artinya Ho diterima. Hal ini mengindikasikan
kelima kelas tidak berbeda secara signifikan (setara).
Penentuan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan
teknik undian. Undian dapat dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu: (1) daftar

67

semua anggota dalam populasi pada kertas yang berbeda, (2) lipat kertas yang
telah diisi nama kelas dan masukkan pada sebuah kotak, (3) kocok kotak tersebut
dan ambil satu lipatan kertas, (4) kelas yang tertulis pada kertas yang diambil
adalah kelas yang ditunjuk sebagai sampel penelitian, (5) langkah 1, 2, 3, dan 4
diulangi sampai jumlah sampel yang diperlukan tercapai (Sukardi, 2008). Kelas
yang muncul dalam undian dijadikan kelas sampel (Hazan, 2008). Selanjutnya,
dua sampel yang muncul pada undian diundi lagi untuk menetapkan kelas yang
menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil
pengundian, terpilih kelas XI IA1 SMA Negeri 1 Banjar dan kelas XI IA1 SMA
Negeri 2 Banjar sebagai kelompok eksperimen, sedangkan sebagai kelompok
kontrol adalah kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Banjar dan kelas XI IA2 SMA Negeri
2 Banjar.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel


3.3.1 Variabel Penellitian
Variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable)
(Sugiyono, 2010). Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran.
Variabel bebas tersebut memiliki dua level, yaitu model SRL dan MPL.
Sementara itu, kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa
merupakan variabel terikat.
Hubungan antara variabel independent dan variabel dependent dapat dilihat
pada Gambar 3.2

68

Model Pembelajaran
self regulated learning

Model Pembelajaran
Langsung

Kemampuan
Pemecahan Masalah

Kecerdasan Emosional

Gambar 3.2. Hubungan antara variabel-variabel penelitian

3.3.2 Definisi Variabel


1. Definisi Konseptual
1) Model SRL merupakan model pembelajaran yang memberikan keleluasaan
pada siswa untuk memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi tingkah
lakunya (Zimmerman, 2000).
2) Model pembelajaran langsung merupakan salah satu model pembelajaran
yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural
yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 2004).
3) Kemampuan pemecahan masalah merupakan

kemampuan

siswa

mengembangkan solusi untuk memecahkan suatu permasalahan yang


mencakup 1) memahami masalah, 2) merencanakan pemecahan masalah, 3)
menyelesaikan masalah, dan 4) memeriksa kembali dan menuliskan
penyelesaian yang benar terhadap permasalahan (Polya,1985).
4) Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban
stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir (Goleman, 2005).

69

2. Definisi Operasional
1) Model SRL merupakan model pembelajaran yang memiliki tujuh sintaks
pembelajaran, yaitu: 1) menganalisis tujuan dan materi pelajaran, 2)
menyusun dan merancang kegiatan pembelajaran, 3) memilih dan
mengimplementasikan
menyempurnakan

perencanaan

pemahaman

dalam

mengenai

proses

pembelajaran,

konsep-konsep

yang

4)
telah

dipelajari, 5) memecahkan permasalahan, 6) mengevaluasi mutu atau


kemampuan diri, dan 7) mengelaborasi hasil evaluasi diri tersebut dengan
membuat kesimpulan terhadap pembelajaran.
2) Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang memiliki
lima

sintaks

pembelajaran,

yaitu:

1)

menyampaikan

tujuan

dan

mempersiapkan siswa, 2) mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan,


3) membimbing pelatihan, 4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan
balik, dan 5) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan.
3) Kemampuan pemecahan masalah merupakan skor yang diperoleh siswa dari
hasil tes kemampuan pemecahan masalah yang mencakup 4 indikator, yaitu
1)

memahami

masalah,

2) merencanakan

pemecahan

masalah,

3)

menyelesaikan masalah, dan 4) menyimpulkan. Tes yang digunakan berupa


tes essay berjumlah 8 soal yang terdiri dari 23 butir dengan rentang skor 0
sampai 3.
4) Kecerdasan emosional merupakan skor yang diperoleh siswa dari hasil
menyelesaikan kuesioner yang mencangkup 4 indikator, yaitu 1) mengenali
emosi diri, 2) mengelola emosi, 3) motivasi, dan 4) empati. Kuesioner yang
digunakan berjumlah 34 butir pernyataan dengan rentang skor 1 sampai 5.

70

Kecerdasan

emosional

untuk

indikator

keterampilan

sosial

diukur

menggunakan lembar observasi yang terdiri dari 6 pernyataan dengan rentang


skor 1 sampai 5.

3.4 Prosedur Penelitian


Langkah-langkah yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian ini mencakup klasifikasi segala keperluan
yang digunakan dalam pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.
1) Peneliti melakukan observasi dan berkoordinasi dengan guru mata pelajaran
kimia di sekolah tempat penelitian dilakukan.
2) Penyusunan dan Penyiapan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS),
yang masing-masing perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) berorientasi
kepada model pembelajaran yang digunakan baik pada kelas kontrol maupun
eksperimen.

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa
dalam

upaya

mencapai

kompetensi

dasar

(KD).

Penelitian

ini

menggunakan dua model pembelajaran, yaitu: SRL dan MPL. Kedua


model ini memiliki RPP masing-masing. Secara umum langkah-langkah
yang dilakukan dalam menyusun RPP, yaitu: menganalisis materi

71

pelajaran, menetapkan standar kompetensi, menetapkan kompetensi dasar,


menetapkan indikator, menetapkan tujuan pembelajaran, menetapkan
materi pelajaran, merancang kegiatan pembelajaran, dan menyusun
evaluasi pembelajaran untuk mengukur pencapaian indikator yang
ditetapkan.
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan untuk memfasilitasi RPP yang
digunakan.

LKS

tersebut

menuntun

siswa

dalam

melaksanakan

pembelajaran.
3) Menyusun tes kemampuan pemecahan masalah, kuesioner, dan lembar
observasi kecerdasan emosional yang kemudian diujicobakan agar memperoleh
instrumen yang baik.
4) Meminta pertimbangan ahli isi dan ahli desain.
5) Melakukan revisi dan penyempurnaan instrumen yang telah diujikan melalui
konsultasi dengan dosen pembimbing.
6) Melaksanakan uji coba instrumen. Uji coba instrumen terutama tes kemampuan
pemecahan masalah pada kelas XII IPA bertujuan untuk menganalisis lebih
lanjut tentang validitas, reliabelitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
Sementara, kuesioner kecerdasan emosional diujicobakan pada kelas XII IPA
bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut validitas dan reliabelitas.
7) Menentukan populasi dan sampel.
2) Tahap Pelaksanaan

72

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah implementasi


model pembelajaran yang dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Guru melaksanakan model SRL pada kelompok eksperimen dan MPL pada
kelompok kontrol. Pembelajaran pada kelompok kontrol dilakukan secara
klaksikal. Sementara itu, pada kelompok eksperimen menekankan pada proses
pembelajaran yang menuntut siswa untuk mengatur sendiri pembelajarannya
yang dilakukan melalui diskusi maupun eksperimen. Pada proses pembelajaran
model SRL menempatkan guru sebagai fasilitator dan mediator. Penerapan
model pembelajaran pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
memerlukan keluasan dan kedalaman materi pelajaran yang sama. Langkahlangkah model SRL kelompok eksperimen secara rinci dapat dipaparkan
sebagai berikut.

a) Tahap 1: Analyse
Siswa mencermati SK, KD, indikator dan tujuan yang disampaikan oleh
guru.
Mengaitkan dan mengorganisasi materi yang akan dipelajari dengan
materi pelajaran sebelumnya yang terkait.
Menerima LKS yang diberikan oleh guru.
b) Tahap 2: Plan
Membentuk kelompok
Mengadakan diskusi dalam kelompoknya
Merumuskan hipotesis terhadap permasalahan yang ada pada LKS
Mengarahkan perhatian dan kegiatan kepada tercapainya tujuan.

73

Merencanakan sumber dan sarana belajar yang dapat mendukung


kegiatan belajar
Membaca buku-buku penunjang yang relevan
Merencanakan kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan.
c) Tahap 3: Implement
Mengadakan kegiatan praktikum atau diskusi bersama kelompoknya.
Pada kegiatan praktikum siswa dipandu dengan LKS yang telah
diberikan sebelumnya. Siswa melakukan praktikum sesuai dengan
permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam LKS.
Mencatat hasil pengamatan selama kegiatan praktikum.
d) Tahap 4: Comprehend
Siswa menyempurnakan pemahamannya
Siswa mengatur diri untuk meningkatkan tingkat pencapaiannya
Siswa mengulang materi yang dianggap sulit
Siswa mencatat hal-hal yang dianggap penting
Mencatat permasalahan yang belum terpecahkan untuk didiskusikan
pada tahap selanjutnya.
e) Tahap 5: Problem Solving
Memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS
Siswa mendiskusikan permasalahan kepada teman maupun guru jika
mengalami kesulitan.
f) Tahap 6: Evaluate

74

Mencermati kembali dan merenungkan kesalahan, kekurangan, serta


kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan masalah.
Mengadakan

perbaikan-perbaikan

terhadap

kesalahan

dan

kekurangannya.
Mengadakan perbaikan jika masih ada konsep-konsep yang salah.
g) Tahap 7: Modify
Menyimpulkan pembelajaran
Mengumpulkan LKS
Sementara itu, langkah-langkah MPL pada kelas kontrol secara rinci dapat
dipaparkan sebagai berikut.
a) Tahap 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas kepada siswa.
Guru menyiapkan siswa untuk memusatkan perhatian pada pelajaran
yang akan disajikan oleh guru.
Guru memotivasi siswa agar siap menerima materi pelajaran.
b) Tahap 2: Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru menjelaskan materi kepada siswa sehingga siswa memperoleh
informasi sejelas mungkin
c) Tahap 3: Membimbing pelatihan
Guru memberikan latihan soal-soal mengenai materi yang dipelajari dan
membahas cara memecahkan soal-soal tersebut.
d) Tahap 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

75

Guru memberikan beberapa pertanyaan secara lisan atau tertulis kepada


siswa
Guru memberikan umpan balik yang positif dan penguatan terhadap
jawaban yang diberikan siswa.
e) Tahap 5: Memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk menerapkan konsep
atau keterampilan yang telah diperoleh.
3) Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi dilakukan penilaian terhadap kemampuan pemecahan
masalah dan kecerdasan emosional siswa dengan menggunakan instrumen yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Pada tahapan ini, guru memberikan post-test pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan pada
post-test, yaitu tes kemampuan pemecahan masalah, kuesioner kecerdasan
emosional dan lembar observasi kecerdasan emosional.
3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini didasarkan atas data yang
diperlukan. Oleh karena data yang diperlukan berupa kemampuan pemecahan
masalah dan kecerdasan emosional siswa maka instrumen penelitian yang perlu
dibuat atau disediakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah, kuesioner dan
lembar observasi kecerdasan emosional.
1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

76

Pada penelitian ini digunakan instrumen pengumpul data berupa tes


kemampuan pemecahan masalah. Tes kemampuan pemecahan masalah mencakup
kompetensi dasar membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada
disekitarnya, dan mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Tes kemampuan pemecahan masalah

disusun dalam

bentuk tes uraian yang berjumlah 12 soal. Sementara itu, kriteria penilaian tes
kemampuan pemecahan masalah menggunakan rubrik yang memiliki rentangan 03. Indikator tes kemampuan pemecahan masalah dikembangkan dari Polya
(1985). Tes kemampuan pemecahan masalah digunakan untuk mengumpulkan
kemampuan pemecahan masalah siswa setelah perlakuan (post-test).
Kisi-kisi tes kemampuan pemecahan masalah yang diujicobakan dan yang
digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel

3.4. dan 3.5. Kisi-kisi

intrumen yang diujicobakan dan digunakan secara lengkap disajikan pada


Lampiran 1.5 dan Lampiran 1.7.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah yang Diujicobakan
Kompetensi
Dasar

Sub Pokok
Bahasan

Membuat
berbagai
sistem
koloid
dengan
bahanbahan yang
ada di
sekitarnya.
Mengelomp
okkan sifatsifat koloid

Pembuatan
sistem
koloid

Larutan,
suspensi,
dan koloid

Indikator
Menjelaskan
pembuatan
koloid secara
dispersi.
Menjelaskan
pembuatan
koloid secara
kondensasi
Membedakan
koloid,
larutan, dan

Komponen
Pemecahan
Masalah (*)
1 2
3
4

No. Item Jumlah

1a, 1b,
1c, 1d

2a, 2b,
2c, 2d

3a, 3b

77

Kompetensi
Dasar
dan
penerapann
ya dalam
kehidupan
sehari-hari.

Sub Pokok
Bahasan

Indikator

Komponen
Pemecahan
Masalah (*)
1 2
3
4

No. Item Jumlah

suspensi
Jenis-jenis
koloid

Sifat-sifat
koloid

Koloid
pelindung
Koloid
liofob dan
koloid liofil
Penerapan
koloid

Menentukan
jenis koloid
berdasarkan
medium
pendispersi
dan
zat
terdispersi.
Menjelaskan
sifat-sifat
koloid
Menjelaskan
koloid
pelindung.
Menjelaskan
koloid liofob
dan liofil
Menjelaskan
peranan
koloid dalam
kehidupan
sehari-hari

5a, 5b,
5c

8a,8b,8c,
7d

9a, 9b,
9c, 9d
10 a,
10b, 10c
11a, 11b
12a, 12b,
12c, 12d

Jumlah Total

4
3
2
4
33

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah yang Digunakan


Kompetensi
Dasar

Sub Pokok
Bahasan

Membuat
berbagai
sistem
koloid
dengan
bahan-

Pembuatan
sistem
koloid

Indikator
Menjelaskan
pembuatan
koloid secara
dispersi.
Menjelaskan
pembuatan

Komponen
Pemecahan
Masalah (*)
1 2
3
4

No. Item Jumlah

1a, 1b,
1c, 1d
2a, 2b,
2c, 2d

4
4

78

Kompetensi
Dasar
bahan yang
ada di
sekitarnya.
Mengelomp
okkan sifatsifat koloid
dan
penerapann
ya dalam
kehidupan
sehari-hari.

Sub Pokok
Bahasan

Indikator

Komponen
Pemecahan
Masalah (*)
1 2
3
4

No. Item Jumlah

koloid secara
kondensasi
Larutan,
suspensi,
dan koloid
Jenis-jenis
koloid

Sifat-sifat
koloid
Koloid
pelindung
Koloid
liofob dan
koloid liofil
Penerapan
koloid

Membedakan
koloid,
larutan, dan
suspensi
Menentukan
jenis koloid
berdasarkan
medium
pendispersi
dan
zat
terdispersi.
Menjelaskan
sifat-sifat
koloid
Menjelaskan
koloid
pelindung.
Menjelaskan
koloid liofob
dan liofil
Menjelaskan
peranan
koloid dalam
kehidupan
sehari-hari
Jumlah Total

3a, 3b

5a, 5b,
5c

7a,7b,7c,
7d

8a, 8b,
8c, 8d

4
23

2. Kuesioner dan Lembar Observasi Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional diukur menggunakan kuesioner dan lembar
observasi. Instrumen ini disusun berpedoman pada indikator kecerdasan
emosional yang dikembangkan dari Goleman (2005). Aspek yang diukur dalam
kuesioner kecerdasan emosional meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi,

79

motivasi, dan empati. Pengamatan menggunakan lembar observasi meliputi 1


aspek, yaitu keterampilan sosial. Kuesioner kecerdasan emosional disusun dalam
bentuk pernyataan positif dan negatif yang berjumlah 54 butir. Sementara itu,
lembar observasi disusun dalam bentuk pernyataan yang berjumlah 7 butir. Skor
maksimum yang diberikan terhadap kuesioner dan lembar observasi pada masingmasing butir adalah 5 dan skor minimum yang diberikan terhadap kuesioner dan
lembar observasi kecerdasan emosional adalah 1. Setiap item pernyataan memiliki
rentang skor antara 1 sampai 5. Kisi-kisi kuesioner kecerdasan emosional yang
diujicobakan dan yang digunakan disajikan pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7. Kisi-kisi
kuesioner yang diujicobakan dan digunakan secara lengkap disajikan pada
Lampiran 1.10 dan Lampiran 1.12.

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional yang Diujicobakan


No.
1

Dimensi
Mengenali
emosi sendiri
(self
awareness)

Pengendalian
emosi sendiri
(self

Indikator Kecerdasan
Emosional

Nomor Butir
Pernyataan
(+)
(-)

1. Tidak larut dalam


emosi
dan tidak
bereaksi berlebihan
1,2, 3
terhadap apa yang
dirasakan
2. Dapat
mengontrol
perasaan marah, sedih
5
senang, dan kecewa.
3. Dapat menenangkan
9
ketegangan jiwa.
1. Memiliki
perasaan 12,13, 14
yang positif tentang
diri sendiri, orang

Jumlah
Butir

6,7,8

10,11

15

80

No.

Dimensi
regulation)

Indikator Kecerdasan
Emosional

Memotivasi
diri
(Motivation)

4. Menghibur
diri
sendiri
dan
melepaskan
kecemasan
5. Mampu bangkit dari
kondisi yang tertekan
1. Berusaha sungguhsungguh
untuk
menyusun langkah
mencapai sasaran.
2. Membangkitkan
semangat
untuk
menjadi lebih baik.
3. Mengambil inisiatif
dan bertindak efektif
4. Berpikir optimis.

Empati
(Emphaty)

Jumlah Butir

Jumlah
Butir

lain, dan keluarga.


2. Mampu
mengendalikan
emosi
3. Memiliki kepekaan
terhadap kata hati.

Nomor Butir
Pernyataan
(+)
(-)

16, 17,

18,19, 20

21, 22

23

24, 25

26

27, 28

29

30,31

32, 33

34, 35

36

37,38

39

40, 41

42

1. Memiliki
empati
terhadap
perasaan
orang lain.
2. Mampu memahami
perspektif orang lain.

43,44

45

46, 47

48

3. Peka
terhadap
perasaan orang lain.

49,50

51,52

4. Menimbulkan
hubungan
saling
percaya
terhadap
orang lain.

53

54

31

23

54

81

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional yang Digunakan


No.
1

Dimensi

Indikator Kecerdasan
Emosional

Mengenali
emosi sendiri
(self
awareness)

1. Tidak larut dalam


emosi
dan tidak
bereaksi berlebihan
terhadap apa yang
dirasakan
2. Dapat
mengontrol
perasaan marah, sedih
senang, dan kecewa.
3. Dapat menenangkan
ketegangan jiwa.
Mengelola
1. Memiliki
perasaan
emosi
yang positif tentang
(self
diri sendiri, orang
management))
lain, dan keluarga.
2. Mampu
mengendalikan emosi

Memotivasi
diri
(Motivation)

Empati
(Emphaty)

Jumlah
Butir

4, 5

8,9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

4. Berpikir optimis.

25

26

1. Memiliki
terhadap
orang lain.

27

28

3. Memiliki kepekaan
terhadap kata hati.

Nomor Butir
Pernyataan
(+)
(-)

4. Menghibur
diri
sendiri
dan
melepaskan
kecemasan
5. Mampu bangkit dari
kondisi yang tertekan
1. Berusaha sungguhsungguh
untuk
menyusun
langkah
mencapai sasaran.
2. Membangkitkan
semangat
untuk
menjadi lebih baik.
3. Mengambil inisiatif
dan bertindak efektif
empati
perasaan

82

No.

Dimensi

Nomor Butir
Pernyataan
(+)
(-)

Indikator Kecerdasan
Emosional

Jumlah
Butir

2. Mampu memahami
perspektif orang lain.

29

30

3. Peka
terhadap
perasaan orang lain.

31

32

4. Menimbulkan
hubungan
saling
percaya
terhadap
orang lain.

33

34

34
Jumlah Butir
Kriteria penilaian kuesioner kecerdasan emosional disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Kriteria Skor Kuesioner Kecerdasan Emosional
Pernyataan
Respon
Positif

Negatif

5
4
3
2
1

1
2
3
4
5

Sangat Sering
Sering
Kadang-Kadang
Jarang
Sangat Jarang

Kisi-kisi lembar observasi kecerdasan emosional yang digunakan disajikan


pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kecerdasan Emosional
No
1

Aspek

Indikator

Keterampilan Tegas dan Terampil dalam


Sosial

berkomunikasi
Menciptakan

hubungan

dengan orang lain


Ramah tamah, baik hati dan
selalu hormat
TOTAL

Pernyataan

Jumlah

1,2

3,4

5, 6,7

3
7

83

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sesudah perlakuan
dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah, kuesioner dan lembar
observasi kecerdasan emosional siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini sesuai dengan jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan
instrumen yang digunakan disajikan dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
No

Teknik
Sumber
Jenis Data
Pengumpulan
Data
Data
Kemampuan Siswa
Pemecahan
Masalah

Tes

Validitas Instrumen
Waktu
Jenis
Validator
Validitas
Tes
Validitas isi Expert
Setelah
Kemampuan
judgement perlakuan
Pemecahan Validitas
Korelasi (post-test)
Masalah
Butir
product
moment
Reliabelitas Alpha
Instrumen

Cronbach
Daya
pembeda
Tingkat
Kesukaran
2

Kecerdasan
emosional

Siswa

Kuesioner

Kuesioner
Kecerdasan
emosional

IDB
IKB

Validitas isi Expert


Setelah
judgement perlakuan
Validitas
Korelasi (post-test)
Butir

product
moment
Reliabelitas Alpha
Lembar
Observasi

Lembar
observasi
Kecerdasan
emosional

Cronbach
Validitas isi Expert
judgement

84

3.6 Validasi Instrumen Penelitian


Sebelum digunakan dalam penelitian, perangkat pembelajaran dan
instrumen penelitian terlebih dahulu diuji coba. Tujuan uji coba instrumen adalah
untuk melakukan validasi terhadap instrumen dan mendeskripsikan derajat
estimasi yang mampu ditampilkan oleh masing-masing instrumen. Data yang
diperoleh dari uji coba instrumen dianalisis dengan menggunakan uji validitas tes
reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran tes. Untuk pembelajaran yang
meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS)
dilakukan konsultasi ke tim ahli (dosen pembimbing).
3.6.1 Validitas Instrumen Perangkat Pembelajaran
Validasi isi perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS tidak
dapat dikuantifikasi, tetapi dapat diestimasi berdasarkan pertimbangan ahli isi dan
ahli desain. Prosedur yang ditempuh dalam menguji validitas isi RPP dan LKS
yang dikembangkan adalah mempertimbangkan dengan ahli isi dan ahli desain,
yaitu dua orang dosen pembimbing.
3.6.2 Validitas Isi Instrumen Penelitian
Sebelum alat ukur atau instrumen yang diujicobakan kepada responden,
item-item tes yang telah disusun berdasarkan kisi-kisi tes kemampuan pemecahan
masalah dan angket kecerdasan emosional. Penilaian ini dilakukan untuk
menentukan validitas isi (content validity) dari tes kemampuan pemecahan
masalah, kuesioner, dan lembar observasi kecerdasan emosional siswa yang telah
disusun.

85

Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh derajat representatif itemitem yang disusun telah mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur
tersebut. Pada penentuan koefisien validitas ini, hasil penelitian dari kedua pakar
dimasukkan ke dalam tabulasi silang (22) yang terdiri dari kolom A, B, C, dan
D. Kolom A adalah sel yang menunjukkan ketidaksetujuan antara kedua penilai.
Kolom B dan C adalah sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara penilai
pertama dan kedua (penilai pertama setuju, penilai kedua tidak setuju, atau
sebaliknya). Kolom D adalah sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara
kedua penilai (judges). Validitas isi adalah kolom D dibagi dengan A+B+C+D
(Gregory, 2000). Hasil penilaian dari dua orang pakar dimasukkan dalam tabulasi
silang yang terdiri dari empat kolom sesuai dengan Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Tabulasi Silang Gregory

Penilai 2 Kurang relevan (Skor 1-2)


Sangat relevan (Skor 3-4)

Penilai 1
Kurang relevan
(Skor 1-2)
A
C

Sangat relevan
(Skor 3-4)
B
D

Rumus untuk menghitung validitas tes kemampuan pemecahan masalah,


kuesioner, dan lembar observasi kecerdasan emosional siswa adalah sebagai
berikut.

Validasi Isi

D
A BCD

Koefisien bergerak dari + 0,0 s/d 1,0 dengan kriteria pada Tabel 3.12 sebagai
berikut.
Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Validitas Isi
Nilai
0, 8 1,0
0,6 7, 9
0,4 0,59
0,2 0, 39
0,0 0, 19

Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

86

Berdasarkan data penilaian kedua pakar (judges) dilanjutkan dengan


menghitung koefisien validitas isinya dengan menggunakan formula Gregory
diperoleh koefisien validitas isi untuk kemampuan pemecahan masalah sebesar
1,0 dengan kategori sangat tinggi. Sementara itu, untuk instrumen kecerdasan
emosional seber 1,0 dengan kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan validitas isi
dengan menggunakan formula Gregory secara lengkap disajikan pada Lampiran
2.7.
3.6.3 Validitas Butir Instrumen
Validitas menunjukkan tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk
mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Suatu tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes
memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria.
Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada
butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor setiap soal dinyatakan
skor x dan skor total, dapat diketahui butir-butir soal yang memenuhi syarat
dilihat dari indeks validitasnya. Rumus korelasi yang digunakan untuk menguji
validitas butir tes kemampuan pemecahan masalah dan kuesioner kecerdasan
emosional adalah rumus korelasi product moment sebagai berikut.
rxy

N X

N XY X Y
2

X N Y 2 Y

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
N = Jumlah sampel
X = Skor butir

87

Y = Skor total
Penentuan validitas butir tes ditentukan dengan membandingkan koefisien
korelasi hitung dengan tabel harga kritik r product moment yang bergantung pada
jumlah sampel. Butir tes dinyatakan valid apabila r

hitung

> r

tabel

. Perhitungan

validitas tes dengan product moment nantinya akan dihitung menggunakan


bantuan Microsoft Excel 2007 for windows.

3.6.4 Uji Reliabilitas


Reliabilitas tes adalah derajat konsistensi dari tes dalam melakukan
pengukurann. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
pemecahan masalah dan kuesioner kecerdasan emosional yang skor butir bersifat
non dikotomis (skornya bukan 0 dan 1), sehingga koefisien reliabilitasnya
diestiminasi berdasarkan koefisien Alpha Cronbach.
Reliabilitas tes uraian dicari dengan menghitung harga Alpha Cronbach,
yaitu sebagai berikut.

r11
n 1

2
i

t2

Keterangan:
n = jumlah butir tes
i2 = jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal

t2 = varians total

Menurut Arikunto (2002), harga koefisien korelasi yang diperoleh dapat


dikategorikan sebagai berikut.
r11= 0,00-0,20
r11= 0,21-0,40
r11= 0,41-0,60
r11= 0,61-0,80
r11 = 0,81-1,00

berarti derajat reliabelitas sangat rendah;


berarti derajat reliabelitas rendah;
berarti derajat reliabelitas sedang;
berarti derajat reliabelitas tinggi;
berarti derajat reliabelitas sangat tinggi

88

Tes dengan indeks reliabilitas lebih rendah dari 0,70 ditoleransi untuk
diterima sebagai perangkat tes yang relatif baku. Perhitungan reliabelitas tes
dengan Alpha Cronbach nantinya akan dihitung menggunakan bantuan Microsoft
Excel 2007 for windows.
3.6.5 Uji Daya Beda
Daya beda tes mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui
kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong pandai dan siswa
yang tergolong kurang pandai. Daya beda tes menunjukkan keefektifan butir soal
untuk memisahkan siswa yang memperoleh skor tinggi dan siswa yang
memperoleh skor rendah pada suatu tes. Butir soal berdaya beda tinggi dijawab
dengan benar oleh siswa dengan skor total tinggi dan dijawab salah oleh siswa
dengan skor rendah. Tes yang memiliki daya pembeda dapat memberikan
gambaran hasil yang sesuai dengan siswa yang sebenarnya. Oleh karena itu, dasar
pemikiran dari daya beda tes adalah adanya kelompok pandai dan kelompok
kurang pandai. Untuk mencari daya beda, subjek peserta tes dipisahkan menjadi
dua bagian yang sama berdasarkan atas skor total yang mereka peroleh (Arikunto,
2002).
Pada penelitian ini, daya beda untuk tes kemampuan pemecahan masalah
yang berupa tes uraian diperiksa dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Sukiman, 2012).
DP

Mean kelompok atas Mean kelompok bawah


Skor maksimum soal

89

Indeks daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Butir-butir soal
yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks 0,4 sampai 0,69
(Sukiman, 2012). Daya pembeda dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
0,00 0,19 termasuk kategori kurang baik
0,20 0,39 termasuk kategori cukup baik
0,40 0,70 termasuk kategori baik
0,71 1,00 termasuk kategori sangat baik

3.6.6 Tingkat Kesukaran


Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
suatu soal. Butir-butir soal yang baik adalah apabila butir soal tersebut tidak
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran (T.K) untuk tes uraian
dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut (Sukiman, 2012).
Mean

TK

Jumlah skor siswa pada suatu soal


Banyaknya siswa yang mengikuti tes

Mean
skor maksimum bagi setiap butir soal

Indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00 (Sudjana, 2005). Daya
pembeda dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
0,00 0,30 termasuk kategori soal sukar
0,31 0,70 termasuk kategori soal sedang
0,71 0,9 termasuk kategori soal mudah
3.7. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen penelitian untuk tes kemampuan pemecahan masalah
dan kecerdasan emosional dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banjar pada kelas XII
IA1, dan XII IA2, dengan jumlah responden sebanyak 55 siswa. Semua kegiatan
uji coba instrumen dilaksanakan pada siswa yang telah memperoleh pelajaran

90

terkait materi koloid pada saat kelas XI. Analisis butir (indeks daya beda butir dan
tingkat kesukaran butir), validitas butir, dan reliabilitas tes untuk tes kemampuan
pemecahan masalah. Sementara untuk kuesioner kecerdasan emosional diuji
validitas butir, dan reliabilitas tes. Analisis dilakukan dengan bantuan program
komputer program SPSS 20.0 for Windows dan Microsoft Office Exel 2007.
Ringkasan hasil analisis uji coba kemampuan pemecahan masalah dan kuesioner
kecerdasan emosional disajikan pada Tabel 3.13 dan Tabel 3.14.

Tabel 3.13 Ringkasan Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Butir
keX1a
X1b
X1c
X1d
X2a
X2b
X2c
X2d
X3a
X3b
X4
X5a
X5b
X5c
X6
X7
X8a
X8b

Konsistensi Internal
Indeks Daya Beda
butir
(IDB)
rtabel
=
0,266
Kualifikasi
Kualifikasi
rhitung
0,816
Valid
0,476
Baik
0,727
0,711
0,682
0,815
0,641
0,740
0,752
0,732
0,714
0,638
0,752
0,782
0,840
0,284
0,806
0,548
0,675

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,560
0,548
0,452
0,679
0,405
0,405
0,417
0,560
0,427
0,417
0,452
0,464
0,500
0,095
0,464
0,405
0,429

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Baik
Baik
Baik

Indeks Kesukaran Keputusan


Butir (IKB)
Kualifikasi
0,636

Tinggi

Diterima

0,582
0,545
0,564
0,448
0,400
0,558
0,582
0,448
0,593
0,630
0,576
0,545
0,570
0,382
0,539
0,558
0,364

Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang

Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Gugur
Diterima
Diterima
Diterima

91

Butir
keX8c
X8d
X9a
X9b
X9c
X9d
X10a
X10b
X10c
X11a

Konsistensi Internal
butir
rtabel
=
0,266
Kualifikasi
rhitung
0,770
Valid
0,671
Valid
0,760
Valid
0,771
Valid
0,710
Valid
0,767
Valid
0,477
Valid
0,528
Valid
0,553
Valid
Tidak
0,213
valid

Indeks Daya Beda


(IDB)

Indeks Kesukaran Keputusan


Butir (IKB)

Kualifikasi

Kualifikasi

0,452
0,452
0,452
0,488
0,417
0,417
0,202
0,226
0,202

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup Baik
Cukup Baik
Cukup Baik

0,412
0,400
0,448
0,576
0,545
0,479
0,739
0,521
0,545

Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang

Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Gugur
Gugur
Gugur

0,060

Kurang Baik

0,636

Sedang

Gugur

X11b

0,354

Valid

0,155

Kurang
baik

0,655

Sedang

Gugur

X12a
X12b
X12c
X12d

0,631
0,461
0, 602
0,266

Valid
Valid
Valid
Valid

0,357
0,310
0,333
0,333

Cukup Baik
Cukup Baik
Cukup Baik
Cukup Baik

0,642
0,588
0,606
0,612

Sedang
Sedang
Sedang
Sedang

Gugur
Gugur
Gugur
Gugur

Tabel 3.14 Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen Kecerdasan Emosional


No. Butir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Konsistensi Internal Butir


Kualifikasi
0,296
Valid
0,331
Valid
0,286
Valid
0,362
Valid
0,292
Valid
0,364
Valid
0,599
Valid
0,284
Valid
0,307
Valid
0,331
Valid
0,309
Valid
0,600
Valid
0,373
Valid
0,439
Valid
0,347
Valid
0,482
Valid
0,280
Valid
0,376
Valid
0,526
Valid
0,417
Valid

Keterangan
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima

92

No. Butir
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

Konsistensi Internal Butir


Kualifikasi
0,290
Valid
0,297
Valid
0,324
Valid
0,302
Valid
0,073
Tidak Valid
0,291
Valid
0,411
Valid
0,369
Valid
0,327
Valid
0,383
Valid
0,273
Valid
0,319
Valid
0,384
Valid
0,341
Valid
0,250
Tidak Valid
0,340
Valid
0,278
Valid
0,616
Valid
0,297
Valid
0,269
Valid
0,305
Valid
0,569
Valid
0,452
Valid
0,353
Valid
0,486
Valid
0,501
Valid
0,186
Tidak Valid
0,367
Valid
0,371
Valid
0,310
Valid
0,024
Tidak valid
0,402
Valid
0,279
Valid
0,326
Valid

Keterangan
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Gugur
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Gugur
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Gugur
Diterima
Diterima
Diterima
Gugur
Diterima
Diterima
Diterima

Berdasarkan hasil analisis data uji coba maka dari 12 soal yang terdiri 33
butir soal untuk tes kemampuan pemecahan maslah, diputuskan 8 soal terdiri dari
23 butir yang dipakai dan 4 soal yang terdiri dari 10 butir tidak dipakai,
sedangkan untuk kuesioner kecerdasan emosional siswa, diputuskan 34 butir
kuesioner yang dipakai dan 20 butir kuesioner tidak dipakai. Keputusan tersebut
diampbil berdasarkan pertimbangan validitas isi dan jumlah jam pelajaran yang
tersedia di SMA Negeri 1 Banjar dan SMA negeri 2 Banjar, yaitu maksimal jam

93

pelajaran adalah selama 2 jam pelajaran (2x45 menit). Pertimbangan validitas isi
diperoleh dari dua orang dosen pembimbing dengan pertimbangan relevansi
masing-masing butir kemampuan pemecahan masalah dan kuesioner kecerdasan
emosional dengan indikator pembelajaran. Hal lain yang perlu dicermati juga
adalah konsistensi internal butir, indeks daya beda, tingkat kesukaran, dan
reliabilitas tes. Reliabelitas untuk tes kemampuan pemecahan masalah adalah
sebesar 0,961. Nilai ini berkategori sangat tinggi, sedangkan reliabelitas kuesioner
kecerdasan emosional adalah sebesar 0,869 dan nilai ini juga berkategori sangat
tinggi. Dengan demikian, tes kemampuan pemecahan masalah dan kuesioner
kecerdasan emosional dapat digunakan sebagai instrumen peneliitian.

3.8 Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu analisis deskriptif
dan analisis multivarian (MANOVA) satu jalur. Analisis deskriptif digunakan
untuk menganalisis data kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan
emosional siswa. Analisis MANOVA) satu jalur digunakan untuk menguji
hipotesis.
3.8.1 Teknik Analisis Deskriptif
Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu skor
kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional. Teknik Analisis
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor rata-rata dan simpangan baku
kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa. Skor rata-rata
diperoleh dan simpangang baku yang diperoleh dari hasil post-test kemampuan

94

pemecahan masalah dan kecerdasan emosional. Deskripsi menggunakan lima


jenjang kualifikasi dengan kriteria seperti yang disajikan pada Tabel 3.15.
Tabel 3.15. Kriteria Kualifikasi Nilai Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Kecerdasan Emosional Siswa
No.

Kriteria

1
2
3
4
5

85 100
70 84
55 69
40 54
0 39

Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
(Sumber: Sudjana, 2005)

3.8.2 Teknik Analisis Multivariat (MANOVA)

Data dianalisis dengan statistik inferensial Multivariate Analysis of Variance


(MANOVA) pada taraf signifikansi 5%. Semua uji dilakukan dengan bantuan
software komputer SPSS versi 20 for windows. Sebelum pengujian dengan
MANOVA, perlu dilakukan uji prasyarat atau uji asumsi ini terlebih dahulu. Uji
prasyarat yang dilakukan meliputi: uji normalitas multivariat, uji homogenitas
varians, uji homogenitas matriks varians kovarians, dan uji multikolinieritas.
(1) Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan statistik
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk (Candiasa, 2010). Kriteria pengujiannya
adalah data memiliki sebaran normal jika angka signifikansi yang diperoleh lebih
besar dari 0,05. Uji normalitas sebaran data bertujuan untuk meyakinkan bahwa
data hasil penelitian benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal
sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Pada penelitian ini, pengujian normalitas

95

sebaran data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 20 for


windows.
(2)

Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians antar kelompok digunakan untuk mengetahui

apakah varians antar kelompok tersebut homogen. Uji homogenitas varians antar
kelompok dilakukan dengan menggunakan Levenes test of equality of error
variance (Candiasa, 2010). Kriteria pengujiannya adalah data memiliki varians
yang sama jika angka signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Uji
homogenitas varians ini dilakukan dengan program SPPS 20.0 for Windows.
(3)

Pengujian Homogenitas Varians


Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji kesamaan matriks varians

melalui uji Boxs M. Kriteria pengujian adalah data memiliki matriks varians yang
sama (homogen) jika angka signifikansi dalam uji Boxs M lebih besar dari 0,05
(Santoso, 2010).
(4)

Uji Multikolinearitas
Pada uji manova sangat penting untuk mengukur korelasi antara variabel

dependen. Uji ini dimaksudkan untuk mencari hubungan antara variabel terikat.
Jika variabel terikat yang digunakan ternayata mempunyai korelasi yang tinggi
satu sama lain (r >0,8) maka salah satu variabel tersebut sebaiknya dijadikan
kovariat atau diganti. Teknik ini dimaksudkan agar analisis manova yang
digunakan tidak sia-sia. Selain itu, nilai korelasi yang bagus antar variabel terikat
adalah < 0,8. Uji multikolinearitas variabel dependen menggunakan uji korelasi
product moment (Pallant, 2007).
(5)

Pengujian Hipotesis

96

Hipotesis 1 menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada


kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional antara siswa yang
dibelajarkan dengan model SRL dan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran langsung. Perhitungan untuk menguji hipotesis 1 menggunakan uji
F dalam MANOVA dengan bantuan SPSS 20.0 for Windows. Kriteria pengujian
adalah menolak H0 jika harga F varians menghasilkan angka signifikansi kurang
dari 0,05. Pengujian hipotesis statistik tersebut dijabarkan menjadi pengujian
hipotesis nol (H0) melawan hipotesis alternatif (H1), yaitu tidak terdapat perbedaan
yang signifikan kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa
antara kelompok siswa yang belajar dengan model SRL dan MPL.

melawan
Hipotesis 2 menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada
kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang dibelajarkan dengan model
SRL dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
Perhitungan untuk menguji hipotesis 2 ini menggunakan MANOVA melalui
statistik F varians. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika angka signifikansi
kurang dari 0,05. Pengujian hipotesis statistik tersebut dijabarkan menjadi
pengujian hipotesis nol (H0) melawan hipotesis alternatif (H1), yaitu tidak terdapat
perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah antara kelompok
siswa yang belajar dengan model SRL dan MPL.
H0 : [A1y1] = [A2y1], melawan

H1: [ A1y1] [ A2y1],

97

Hipotesis 3 menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan kecerdasan


emosional antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran SRL dan
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. Perhitungan untuk
menguji hipotesis 3 ini menggunakan MANOVA melalui statistik F varians.
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika angka signifikansi kurang dari 0,05.
Pengujian hipotesis statistik tersebut dijabarkan menjadi pengujian hipotesis nol
(H0) melawan hipotesis alternatif (H1),yaitu tidak terdapat perbedaan yang
signifikan

kecerdasan emosional siswa antara kelompok siswa yang belajar

dengan model SRL dan MPL.


H0 : [A1y2] = [A2y2], melawan H1 : [ A1y2] [ A2y2],
Keterangan:
A1 y1 : rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelompok SRL.

A 2 y1 : rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelompok MPL.


A1 y 2 : rata-rata kecerdasan emosional siswa kelompok SRL
A 2 y 2 : rata-rata kecerdasan emosional siswa kelompok MPL.
Untuk menguji ketiga hipotesis tersebut digunakan uji F melalui analisis
MANOVA satu jalur. Uji multivariat akan menampilkan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen yaitu kemampuan pemecahan masalah
dan kecerdasan emosional. Uji multivariat atau pengujian antar subjek yang
dilakukan terhadap angka-angka signifikansi dari nilai F statistik Pillais Trace,
Wilks Lambda, Hotelling Trace, Roys Largest Root (Candiasa, 2010). Angka
signifikansi lebih kecil dari 0,05 berarti H0 ditolak yang artinya terdapat
perbedaan variabel dependen antar kelompok menurut sumber. Tindak lanjut
MANOVA adalah uji signifikansi nilai rata-rata antar kelompok dengan

98

menggunakan least significant Diference (LSD) atau selisih signifikan terkecil


(Montgomery, 2001).
LSD t

, N a

1
1

n1 n 2

MS

Keterangan:

= taraf signifikansi
N
= jumlah sampel total
a
= jumlah kelompok
n
= jumlah sampel dalam kelompok
MSE = Mean Square Error
Kriteria yang digunakan adalah tolak H0 jika harga mutlak

i j LSD,

yang artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata variabel dependen antar kelompok.
Teknik analisis ini menggunakan bantuan sofware SPSS 20.0 for Windows, dan
semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi Umum Hasil Penelitian
Deskripsi umum hasil penelitian memaparkan tentang nilai rerata (Mean),
standar deviasi (SD), varians, range, nilai minimun, dan nilai maksimum dari hasil
post-test kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ringkasan hasil perhitungan
deskriptif disajikan pada Tabel 4.1 dan hasil perhitungan deskriptif secara lengkap
disajikan pada Lampiran 3.4.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
dan Kecerdasan Emosional Siswa
Deskripsi
Jumlah Siswa
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
Varians
Range
Nilai Minimum
Nilai Maksimum

Kelompok Eksperimen
KPM
EI
64
64
77,17
77,30
78,26
77,00
76,81
77
9,77
6,65
95,43
44,16
43,48
29
50,72
65
94,20
94

Keterangan:
KPM
: Kemampuan Pemecahan Masalah
EI
: Kecerdasan Emosional
100

Kelompok Kontrol
KPM
EI
66
66
70,18
73,58
71,01
73,50
65,22
73,50
8,82
6,39
77,87
40, 86
43,48
28,50
43,48
59
86,96
87,50

101

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dinyatakan bahwa kemampuan pemecahan

masalah siswa yang dibelajarkan model SRL ( = 77,17 berkualifikasi baik) lebih

baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung ( =


70,18 berkualifikasi baik). Demikian juga, kecerdasan emosional siswa yang

dibelajarkan dengan model SRL (

= 77,30 berkualifikasi baik) lebih baik

daripada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung (

73,58 berkualifikasi baik).

4.1.2 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Pemecahan Masalah


Data kemampuan pemecahan masalah pada kelompok eksperimen dan
kontrol disajikan pada Tabel 4.1 Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui
bahwa nilai kemampuan pemecahan masalah siswa untuk kelompok eksperimen
berkisar antara 50,72 sampai dengan 94,20 sedangkan nilai siswa kelompok
kontrol berkisar antara 43,48 sampai dengan 86,96. Rata-rata nilai kemampuan
pemecahan masalah untuk kelompok eksperimen adalah 77,17 dengan standar
deviasi 9,77 dan untuk kelompok kontrol rata-ratanya 70,18 dengan standar
deviasi 8,82. Hasil selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.4.
Distribusi frekuensi dan kualifikasi nilai kemampuan pemecahan masalah
hasil post-test siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, disajikan
pada Tabel 4.2.

102

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kemampuan Pemecahan


Masalah Siswa
Kelompok Eksperimen
Fo
Persentase (%)
Sangat Baik
16
25
85 100
70 84
Baik
33
51,56
55 69
Cukup
14
21,88
40 54
Kurang
1
1,56
Sangat Kurang
0
0
0 39
Jumlah
64
100,00

Kriteria

Kualifikasi

Kelompok Kontrol
Fo Persentase (%)
2
3,03
35
53,03
26
39,39
3
4,55
0
0
100,00

Keterangan: fo adalah frekuensi observasi

Sebaran frekuensi data nilai kemampuan pemecahan masalah siswa untuk


kelompok eksperimen dan kelompok kontrol jika disajikan dalam bentuk diagram
batang, maka diperoleh seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.

0-39

40-54

55-69

70-84

85-100

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kemampuan


Pemecahan Masalah Siswa

103

Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1, tampak bahwa pada kelompok
model SRL, 1,56% nilai kemampuan pemecahan masalah siswa berkualifikasi
kurang, 21,88% berkualifikasi cukup, 51,56% berkualifikasi baik, dan 25%
berkualifikasi sangat baik. Pada kelompok MPL, 4,55% kemampuan pemecahan
masalah siswa berkualifikasi kurang, 39,39% nilai kemampuan pemecahan
masalah siswa berkualifikasi cukup, 53,03% berkualifikasi baik, dan 3,03%
berkualifikasi sangat baik.
4.1.3 Profil Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah yang diukur terdiri dari empat aspek di
antaranya: 1) memahami masalah, 2) merencanakan pemecahan masalah, 3)
menyelesaikan masalah, dan 4) memeriksa kembali dan menuliskan penyelesaian
yang benar terhadap permasalahan (menyimpulkan). Penilaian tiap indikator
memiliki rentang skor 0-3, skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah 3.
Nilai rata-rata maksimum untuk tiap indikator adalah 3. Deskripsi nilai rata-rata
siswa pada masing-masing indikator disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Nilai Rata-rata Pada Masing-masing Indikator Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Indikator
No.
Mean
Kualifikasi
Mean Kualifikasi
1 Memahami masalah
80,34
Baik
70,7
Baik
2 Merencanakan
78,39
Baik
69,4
Cukup
pemecahan masalah
3 Menyelesaikan masalah 79,74
Baik
73,38
Baik
4 Menyimpulkan
68,54
Cukup
64,04
Cukup
Berdasarkan, Tabel 4.3 nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada masingmasing indikator kemampuan pemecahan masalah untuk masing-masing
kelompok perlakuan secara visual disajikan pada Gambar 4.3.

104

Gambar 4.2 Nilai Rata-rata Pada Masing-masing Indikator Kemampuan


Pemecahan Masalah
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 tampak bahwa nilai rata-rata
kelompok eksperimen lebih tinggi untuk setiap aspek kemampuan pemecahan
masalah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen
indikator memahami masalah menempati nilai rata-rata yang paling tinggi sebesar
80,34 dengan kualifikasi baik dibandingkan dengan indikator yang lain. Data ini
menunjukkan dengan adanya evaluasi diri mendorong siswa untuk menetapkan
tujuan yang lebih tinggi sehingga siswa dilatih memahami permasalahan yang
diberikan. Pada kelompok kontrol indikator menyelesaikan masalah menempati
nilai rata-rata yang paling tinggi sebesar 73,38 dengan kualifikasi baik
dibandingkan dengan indikator yang lainnya. Hal ini menunjukkan walaupun
siswa dikelompok kontrol diberikan pembelajaran langsung, tetapi siswa dapat
menyelesaikan masalah dengan kualifikasi baik. Namun, nilai rata-rata kelompok
kontrol pada indikator menyelesaikan masalah lebih rendah jika dibandingkan

105

dengan kelompok eksperimen. Sementara itu, indikator menyimpulkan memiliki


nilai rata-rata terendah dibandingkan dengan indikator lainnya pada kedua
kelompok. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa membuat kesimpulan dari
jawaban dan permasalahan yang diberikan.
4.1.4 Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional
Data kecerdasan emosional pada kelompok eksperimen dan kontrol
disajikan pada Tabel 4.1 Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai
kecerdasan emosional siswa untuk kelompok eksperimen berkisar antara 65
sampai dengan 94, sedangkan nilai siswa kelompok kontrol berkisar antara 59
sampai dengan 87,50. Rata-rata nilai kecerdasan emosional untuk kelompok
eksperimen adalah 77,30 dengan standar deviasi 6,65, dan untuk kelompok
kontrol rata-ratanya 73,58 dengan standar deviasi 6,39. Hasil selengkapnya
disajikan pada Lampiran 3.4.
Distribusi frekuensi dan kualifikasi nilai kecerdasan emosional hasil posttest siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, disajikan pada Tabel
4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Kecerdasan Emosional Siswa
Model SRL
MPL
(Kelompok Eksperimen) (Kelompok Kontrol)
Kriteria
Kualifikasi
fo
Persentase (%) Fo Persentase (%)
9
14,06
4
6,06
85 100 Sangat Baik
70 84
Baik
48
75
44
66,67
55 69
Cukup
7
10,94
18
27,27
40 54
Kurang
0
0
0
0
Sangat Kurang
0
0
0
0
0 39
Jumlah
64
100,00
66
100,00
Keterangan: fo adalah frekuensi observasi

106

Sebaran frekuensi data nilai kecerdasan emosional siswa untuk kelompok


eksperimen dan kelompok kontrol jika disajikan dalam bentuk diagram batang,
maka diperoleh seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.

0-39

40-54

55-69

70-84

85-100

Gambar 4.3 Sebaran Frekuensi Data Skor Kecerdasan Emosional Siswa


Untuk Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.3, tampak bahwa pada kelompok
model SRL, 10,94% nilai kecerdasan emosional siswa berkualifikasi cukup, 75%
berkualifikasi baik, dan 14,06% berkualifikasi sangat baik. Pada kelompok MPL,
27,27% nilai kecerdasan emosional siswa berkualifikasi cukup, 66,67%
berkualifikasi baik, dan 6,06% berkualifikasi sangat baik.
4.1.5 Deskripsi Profil Indikator Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional yang diukur terdiri dari lima aspek, yaitu mengenali
emosi sendiri (self awareness), mengelola emosi (self management), memotivasi
diri (motivation), dan empati (emphaty). Data kecerdasan emosional dikumpulkan
dengan kuesioner dan lembar observasi yang mengacu pada indikator kecerdasan
emosional. Masing-masing indikator penilaian memiliki rentang skor 1-5, skor

107

minimal adalah 1 dan skor maksimal adalah 5. Skor rata-rata maksimum untuk
tiap indikator adalah 5. Berdasarkan kuesioner dan lembar observasi kecerdasan
emosional yang telah diberikan diperoleh gambaran nilai siswa pada masingmasing indikator seperti disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Nilai Rata-rata Pada Masing-masing Indikator Kecerdasan Emosional
No.
1
2
3
4
5

Indikator
Mengenali emosi diri
Mengelola emosi
Memotivasi diri
Empati
Keterampilan Sosial

Kelompok
Eksperimen
Mean Kualifikasi
79,06
Baik
81,85
Baik
75,31
Baik
77,62
Baik
72,92
Baik

Kelompok
Kontrol
Mean Kualifikasi
69,00
Cukup
77,82
Baik
72,50
Baik
76,52
Baik
68,74
Cukup

Berdasarkan Tabel 4.5, nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada masingmasing indikator kecerdasan emosional untuk masing-masing kelompok
perlakuan secara visual disajikan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Nilai Rata-Rata Pada Masing-Masing Indikator


Kecerdasan Emosional
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.4 dapat ditunjukkan bahwa nilai ratarata kelompok eksperimen lebih unggul untuk setiap aspek kecerdasan emosional

108

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen indikator


mengelola emosi menempati nilai rata-rata yang paling tinggi sebesar 81,85
dengan kualifikasi baik dan indikator keterampilan sosial memperoleh nilai ratarata yang paling kecil sebesar 72,92 dengan kualifikasi baik. Pada kelompok
kontrol indikator mengelola emosi juga menempati nilai rata-rata yang paling
tinggi sebesar 77,82 dengan kualifikasi baik dan indikator keterampilan sosial
juga memproleh nilai rata-rata yang paling kecil sebesar 68,74 dengan kualifikasi
cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa pada kelompok model SRL maupun MPL
kecerdasan emosional siswa masih menunjukkan nilai yang rendah pada aspek
keterampilan sosial.

4.1.6

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Multivariate Analysis of Variance (MANOVA). Sebelum dilakukan pengujian


hipotesis dengan analisis MANOVA terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis. Uji prasyarat analisis meliputi 1) uji normalitas, 2) uji homogenitas
varians antar kelompok, 3) uji homogenitas matrik varians, dan 4) uji
multikolinieritas.
4.1.6.1 Uji Prasyarat
1. Pengujian Normalitas Sebaran Data
Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk masing-masing unit anlisis
dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov dan/atau Shapiro-Wilk. Data
berdistribusi normal, jika angka signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05.

109

Ringkasan hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 4.6. Hasil analisis secara
lengkap disajikan pada Lampiran 3.5.
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Sebaran Data
Kolmogorov-Smirnova
Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic

Df

Sig.

Statistic Df

Sig.

Kemampuan
Eksperimen
Pemecahan Masalah Kontrol

0,098

64

0,200

0,970

64 0,118

0,098

66

0,187

0,972

66 0,150

Kecerdasan
Emosional

Eksperimen

0,098

64

0,200

0,982

64 0,465

Kontrol

0,099

66

0,174

0,977

66 0,246

Berdasarkan Tabel 4.6, setiap unit analisis menunjukkan angka signifikansi


lebih besar dari 0,05, baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data post-test siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal.
2. Pengujian Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan terhadap antarunit analisis. Uji
homogenitas varians antar kelompok menggunakan Levenes Test of Equality of
Error Variance. Data memiliki varians yang sama apabila angka signifikansi yang
diperoleh lebih besar dari 0,05. Ringkasan hasil uji homogenitas varians antar
kelompok untuk keseluruhan unit analisis ditunjukkan pada Tabel 4.7. Hasil
analisis secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.6.

Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Varians

110

Kemampuan
Pemecahan
Masalah

Kecerdasan
Emosional

Based on Mean
Based on Median
Based on Median and with
adjusted df
Based on trimmed mean
Based on Mean
Based on Median
Based on Median and with
adjusted df
Based on trimmed mean

Levene
Statistic df1
0,600
1
0,668
1

df2
128
128

Sig.
0,440
0,415

0,668

127,16

0,415

0,645
0,297
0,246

1
1
1

128
128
128

0,423
0,587
0,621

0,246

12,.99

0,621

0,274

128

0,602

Berdasarkan Tabel 4.7, hasil uji homogenitas varians untuk kelompok


model pembelajaran menunjukkan angka-angka signifikansi statistik Levene lebih
besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa varians antar model pembelajaran
pada semua unit analisis adalah homogen. Dengan kata lain, kedua kelompok data
berasal dari sampel yang homogen.
3. Uji Homogenitas Matrik Varians
Uji homogenitas matrik varians dilakukan dengan uji Boxs M. Matriks
varians variabel terikat akan homogen jika signifikansi pada uji Boxs M lebih
besar daripada 0,05. Ringkasan hasil uji homogenitas matrik varians disajikan
pada Tabel 4.8. Hasil analisis secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.7.
Tabel 4.8.Ringkasan Hasil Analisis Uji Boxs M
Box's M
2,058
F
0,674
df1
3
df2
3042247,496
Sig.
0,568

111

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa Boxs M memiliki nilai 2,058


dengan signifikansi sebesar 0,568. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
matriks varians variabel terikat adalah homogen.

4. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara
beberapa atau semua variabel terikat. Jika tidak terdapat hubungan yang cukup
tinggi, maka tidak ada aspek yang sama diukur pada variabel tersebut. Salah satu
cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah Pearson Correlation.
Ringkasan hasil uji multikolinieritas disajikan pada Tabel 4.9. Hasil analisis secara
lengkap disajikan pada Lampiran 3.8.
Tabel 4.9. Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Kecerdasan
Emosional

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Kecerdasan
Emosional
1

130
0,491
0,000
130

0,491
0,000
130
1
130

Berdasarkan Tabel 4.9, korelasi Pearson Product Moment rhitung = 0,491


dan Sig.(2-tailed) = 0,00. Karena rhitung lebih kecil dari 0,8, dapat disimpulkan
bahwa variabel kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional tidak
mengalami multikolinearitas. Dengan demikian, uji MANOVA satu jalur dapat
dilanjutkan.

4.1.6.2 Pengujian Hipotesis

112

Berdasarkan uji prasyarat yang telah dilakukan, terlihat bahwa data hasil
penelitian telah memenuhi prasyarat untuk dilakukan uji hipotesis. Analisis yang
digunakan untuk menguji ketiga hipotesis yang diajukan adalam MANOVA satu
jalur.
1. Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat
perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated learning dan
model pembelajaran langsung. Dengan demikian, dapat diuraikan hipotesishipotesis secara statistik sebagai berikut.

1Y Y12
H0(1):
Y21 Y22

: tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan

kecerdasan emosional antara kelompok siswa yang


dibelajarkan dengan model self regulated learning dan
model pembelajaran langsung.
melawan

113

Y11 Y12
H 1 (1) :
Y21 Y22

: terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan

emosional antara kelompok siswa yang dibelajarkan


dengan model self regulated learning dan model
pembelajaran langsung.
Hipotesis yang diuji secara statistik adalah H 0. Kriteria penolakan H0 jika
taraf signifikansi untuk Pillai's Trace, Wilks' Lambda, Hotelling's Trace, atau
Roy's Largest Root lebih kecil dari 0,05. Ringkasan hasil uji MANOVA satu jalur
tersaji pada Tabel 4.10. Analisis secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.9 .
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil MANOVA Satu Jalur
Effect
Intercept

Group

Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest Root
Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest Root

Value

0,993
0,007
146,336
146,336
0,139
0,861
0,162
0,162

9292,099
9292, 099
9292,099
9292,099
10,286
10,286
10,286
10,286

Hypothesis
df
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000

Error df

Sig.

127,000
127,000
127,000
127,000
127,000
127,000
127,000
127,000

0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000

Berdasarkan ringkasan analisis MANOVA satu jalur yang disajikan pada


Tabel 4.10, dapat diinterpretasikan bahwa taraf signifikansi untuk Pillai's Trace,

114

Wilks' Lambda, Hotelling's Trace, dan Roy's Largest Root lebih kecil dari 0,05,
sehingga H0 ditolak. Jadi, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
dan kecerdasan emosional antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model self regulated learning dan model pembelajaran langsung.

2. Uji Hipotesis 2
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat
perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model self regulated learning dan model pembelajaran
langsung. Dengan demikian, dapat diuraikan hipotesis-hipotesis secara statistik
sebagai berikut.
H 0 (2) : 1Y1 2 Y1 : tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah

antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self


regulated learning dan model pembelajaran langsung.
melawan
H1 (2) : 1Y1 2 Y1 : terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self


regulated learning dan model pembelajaran langsung.
Pengujian hipotesis kedua dengan test of between-subjects effects.
Hipotesis yang diuji secara statistik adalah H0. Kriteria penolakan H0 jika harga F
memiliki angka signifikansi lebih kecil dari 0,05. Ringkasan hasil test of betweensubjects effects disajikan pada Tabel 4.11. Analisis secara lengkap disajikan pada
Lampiran 3.9 .

115

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Test of Between-Subjects Effects


Source
Corrected
Model
Intercept
Group
Error
Total
Corrected
Total

Dependent
Variable
KPM
EI
KPM
EI
KPM
EI
KPM
EI
KPM
EI
KPM
EI

Type III Sum of


Squares
1589,563b
449,969a
705512,662
739758,700
1589,563
449,969
11073,737
5438,100
717312,715
745260,500
12663,301
5888,069

df

Mean
Square
1
1589,563
1
449,969
1
705512,662
1
739758,700
1
1589,563
1
449,969
128
86,514
128
42,485
130
130
129
129

F
18,374
10,591
8154,936
17412,168
18,374
10,591

Sig.
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,001

Keterangan:
KPM : Kemampuan Pemecahan Masalah
EI
: Kecerdasan Emosional
Berdasarkan ringkasan hasil test of between-subjects effects yang disajikan
pada Tabel 4.11, dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh model pembelajaran
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa ditunjukkan dengan harga
statistik F sebesar

18,374 dengan angka signifikansi lebih kecil dari 0,05,

sehingga H0 ditolak. Jadi, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah


antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated learning
dan model pembelajaran langsung.
Sebagai tindak lanjut dari pengujian hipotesis kedua dilakukan analisis
signifikansi perbedaan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah antara
kelompok model self regulated learning dengan siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran langsung. Nilai rata-rata terestimasi () dan simpangan baku
dari nilai kelompok self regulated learning dan kelompok model pembelajaran

116

langsung disajikan pada Tabel 4.12. Hasil analisis secara lengkap dari nilai
terestimasi () dan simpangan baku nilai kemampuan pemecahan masalah siswa
masing-masing kelompok disajikan pada Lampiran 3.9.
Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Nilai Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa
Dependent
Variable

Group

Mean

Std. Error 95% Confidence Interval

KPM

Eksperimen

77,174

1,163

74,874

79,475

Kontrol

70,180

1,145

67,914

72,445

Lower Bound Upper Bound

Berdasarkan Tabel 4.12, kemudian dianalisis signifikansi perbedaan nilai


rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelompok model SRL dan
kelompok MPL dengan menggunakan metode Least Significant Difference (LSD).
Pada taraf signifikansi sebesar 0,05, jumlah sampel kelompok model SRL dan
kelompok MPL berturut-turut adalah 64 dan 66, jumlah sampel total (N) adalah
130, jumlah kelompok model pembelajaran (a) adalah 2, diperoleh skor statistik
ttabel = t(0,025;128) sebesar 1,980. Dengan menggunakan skor ttabel dan MS sebesar
86,514 untuk variabel terikat kemampuan pemecahan masalah siswa, diperoleh
batas penolakan LSD sebesar 3,231. Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan
nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah antara kelompok model SRL dan
kelompok MPL disajikan pada Tabel 4.13. Perhitungan LSD disajikan pada
Lampiran 3.10.
Tabel 4.13 Signifikansi Perbedaan Nilai Rata-Rata Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Kelompok Model SRL dan Kelompok MPL
Dependent
Variabel

(I) group
Eksperimen

(J) group
Kontrol

Mean Difference (IJ)


6,994*

Std.
Error
1,632

Sig.a
0,000

117

Dependent
Variabel
Kemampuan

(I) group
Kontrol

(J) group
Eksperimen

Mean Difference (IJ)


-6,994*

Pemecahan
Masalah

Std.
Error

Sig.a

1,632

0,000

Berdasarkan Tabel 4.13, tampak perbedaan nilai rata-rata kemampuan


pemecahan masalah siswa model SRL dan MPL adalah (KPM) = [(Model
SRL) - (MPL)] sebesar 6,994 dengan simpangan baku 1,632 dan angka
signifikansi 0,000. Angka signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Nilai lebih
besar daripada batas penolakan LSD. Jadi, nilai rata-rata kemampuan pemecahan
masalah siswa kelompok model SRL dan MPL berbeda secara signifikan pada
taraf signifikansi 0,05. Nilai rata-rata kelas model SRL lebih tinggi dibandingkan
nilai rata-rata MPL secara statistik. Ini berarti terdapat perbedaan nilai rata-rata
kemampuan pemecahan masalah yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan
dengan model self regulated learning dengan siswa yang dibelajarkan dengan
model

pembelajaran

langsung.

Kemampuan

pemecahan

masalah

yang

dibelajarkan dengan model self regulated learning lebih baik dibandingkan


dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.

3. Uji Hipotesis 3

Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan terdapat


perbedaan kecerdasan emosional antara kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan model self regulated learning dan model pembelajaran langsung. Dengan
demikian, dapat diuraikan hipotesis-hipotesis secara statistik sebagai berikut.

118

H 0 (3) : 1Y2 2 Y2 :

tidak terdapat perbedaan kecerdasan emosional antara


kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self
regulated learning dan model pembelajaran langsung.

melawan
H1 (3) : 1Y2 2 Y2 : terdapat perbedaan kecerdasn emosional antara kelompok

siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated


learning dan model pembelajaran langsung.
Pengujian hipotesis ketiga dengan test of between-subjects effects.
Hipotesis yang diuji secara statistik adalah H0. Kriteria penolakan H0 jika harga F
memiliki angka signifikansi lebih kecil dari 0,05. Ringkasan hasil test of betweensubjects effects disajikan pada Tabel 4.11. Berdasarkan ringkasan hasil test of
between-subjects effects, dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh model
pembelajaran terhadap kecerdasan emosional siswa ditunjukkan dengan harga
statistik F sebesar 10,591 dan angka signifikansi 0,001. Angka signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05, sehingga H0 ditolak. Jadi, terdapat perbedaan kecerdasan
emosional antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated
learning dan model pembelajaran langsung.
Sebagai tindak lanjut dari pengujian hipotesis ketiga, maka dilakukan
analisis signifikansi perbedaan nilai rata-rata kecerdasan emosional antara
kelompok model pembelajaran. Nilai rata-rata terestimasi () dan simpangan baku
dari nilai rata-rata kelompok model SRL dan kelompok MPL disajikan pada Tabel
4.14. Analisis secara lengkap dari nilai terestimasi () dan simpangan baku nilai

119

kecerdasan emosional siswa masing-masing kelompok disajikan pada Lampiran


3.9.
Tabel 4.14 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Kecerdasan
Emosional Siswa
Dependent
Variable
Kecerdasan
Emosional

95% Confidence Interval


Group

Mean

Std. Error Lower Bound Upper Bound

Eksperimen

77,305

0,815

75,693

78,917

Kontrol

73,538

0,802

71,996

75,171

Berdasarkan Tabel 4.14, kemudian dianalisis signifikansi perbedaan nilai


rata-rata kecerdasan emosional siswa pada kelompok model SRL dan kelompok
MPL dengan menggunakan metode Least Significant Difference (LSD). Pada taraf
signifikansi sebesar 0,05, jumlah sampel kelompok model SRL dan kelompok
MPL berturut-turut adalah 64 dan 66, jumlah sampel total (N) adalah 130, jumlah
kelompok model pembelajaran (a) adalah 2, diperoleh nilai statistik t tabel = t(0,025;128)
sebesar 1,980. Dengan menggunakan nilai ttabel dan MS sebesar 42,485 untuk
variabel terikat kecerdasan emosional siswa, diperoleh batas penolakan LSD
sebesar 2,264. Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan nilai rata-rata
kecerdasan emosional antara kelompok model SRL dan kelompok MPL disajikan
pada Tabel 4.15. Perhitungan LSD disajikan pada Lampiran 3.10.
Tabel 4.15 Signifikansi Perbedaan Nilai Rata-rata Kecerdasan Emosional Siswa
Kelompok Model SRL dan Kelompok MPL
Dependent
Variable
Kecerdasan
Emosional

(I) group

(J) group

Eksperimen

Kontrol

Kontrol

Eksperimen

Mean Difference
(I-J)

Std.
Error

Sig.a

3,721*

1,143

0,001

-3,721*

1,143

0,001

120

Berdasarkan Tabel 4.15, tampak perbedaan nilai rata-rata kecerdasan


emosional siswa model SRL dan MPL adalah = [(Model SRL) - (MPL)]
sebesar 3,721 dengan simpangan baku 1,143 dan angka signifikansi 0,001. Angka
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Nilai lebih besar daripada penolakan
LSD. Jadi, nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelompok model
SRL dan MPL berbeda secara signifikan pada taraf signifikansi 0,05. Nilai ratarata kelas model SRL lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata MPL secara
statistik. Ini berarti terdapat perbedaan nilai rata-rata kecerdasan emosional yang
signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated learning
dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
Kecerdasan emosional siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated
learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran langsung.

4.2 Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini memaparkan dan menginterpretasikan hasil
analisis deskriptif dan hasil pengujian hipotesis. Pembahasan hasil-hasil penelitian
dan pengujian hipotesis menyangkut pembahasan tentang kemampuan pemecahan
masalah dan kecerdasan emosional siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
pemecahan masalah dan kecerdasan emosional yang signifikan antara siswa yang
dibelajarkan dengan model self regulated learning dibandingkan dengan siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung dengan nilai Fhitung sebesar

121

10,286 dengan p< 0,05. Berdasarkan hasil statistik deskriptif dapat dilihat bahwa

rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah siswa kelompok model self


regulated learning sebesar 77,17 lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran
langsung (MPL) yang memiliki rata-rata sebesar 70,18. Hal ini menunjukkan
bahwa model self regulated learning lebih unggul dibandingkan dengan model
pembelajaran langsung dalam pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa.
Untuk nilai rata-rata kecerdasan emosional, dilihat dari statistik deskriptif rata-rata
nilai kelompok model self regulated learning sebesar 77,30 dan kelompok model
pembelajaran langsung (MPL) sebesar 73,58. Berdasarkan nilai ini secara
deskriptif dapat dijelaskan bahwa model self regulated learning memberikan hasil
kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional yang lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran langsung.
Model self regulated learning mampu memberikan nilai yang lebih baik
karena beberapa alasan. Secara teoritis, model self regulated learning merupakan
model

pembelajaran

yang

berlandaskan

paham

konstruktivisme

yang

menempatkan siswa melakukan proses secara aktif dalam membangun


pengetahuannya berdasarkan data, informasi, pengalaman, dan pengetahuan yang
telah dimilikinya. Yamin (2011) menyatakan bahwa paradigma kontruktivisme
melahirkan prinsip reflection in action. Berdasarkan teori ini menunjukkan bahwa
proses belajar diawali dengan pengalaman nyata yang dialami oleh seseorang,
pengalaman tersebut direfleksikan secara individu. Selama proses refleksi
seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi serta apa yang dialaminya.
Refleksi ini menjadi dasar proses konseptualisasi dalam memahami dan
mengaplikasikan pengalaman yang didapat pada situasi dan konteks yang lain.

122

Model SRL adalah suatu model pembelajaran yang memberikan kebebasan


pada siswa untuk mengelola secara efektif proses pembelajarannya dalam
berbagai cara (Nugroho, 2003). Pada model SRL siswa bertindak secara aktif
untuk membangun tujuan belajar, mencoba untuk memonitor, memotivasi diri,
dan mengatur (regulate) pembelajaran yang diarahkan serta dibatasi oleh beberapa
tujuan belajar yang telah ditetapkan. Model SRL mampu meregulasi cara belajar
siswa menjadi lebih aktif, membangun sendiri pengetahuan yang dimiliki,
mengarahkan siswa untuk lebih berperan aktif mempresentasikan atau
mengkomunikasikan pemahamannya sendiri serta mampu mendorong siswa untuk
mengembangkan daya nalar. Daya nalar yang berupa kemampuan metakognisi
dilatihkan kepada siswa pada setiap tahapan model SRL. Tahapan-tahapan ini
memberikan keterampilan kepada siswa untuk memilih strategi yang tepat dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pada akhirnya, siswa dapat memiliki
kemandirian dalam memilih strategi yang tepat untuk dijalankan, mengapa, dan
bagaimana strategi tersebut dapat berhasil dilakukan. Selain itu, pengalaman
untuk setiap kegagalan dan keberhasilan strategi yang dikuatkan melalui feedback
pada tahap terakhir model pembelajaran ini mampu meningkatkan kecerdasan
emosional siswa.
Tahapan model pembelajaran self regulated learning yang memberikan
kontribusi

kepada

pengembangan

kemampuan

pemecahan

masalah

dan

kecerdasan emosional, yaitu: 1) tahapan analyze memberikan peluang pada siswa


memanfaatkan pengetahuan awalnya dalam mengkaitkan materi yang akan
dipelajari dengan materi sebelumnya yang terkait, 2) tahapan plan, memberikan

123

kesempatan kepada siswa untuk mengadakan diskusi yang seluas-luasnya dalam


mengungkapkan ide ataupun gagasan dalam menyusun hipotesis untuk
menjelaskan suatu permasalahan yang diberikan, 3) tahapan implement, melatih
siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Kegiatan pembelajaran
pada tahap ini dilakukan dengan eksperimen dan diskusi yang dipandu dengan
pertanyaan-pertanyaan penuntun, selanjutnya menyusun sendiri langkah-langkah
untuk menjawab permasalahan yang diberikan, 4) Tahapan comprehend
memberikan peluang pada siswa untuk menyempurnakan pemahamannya
sekaligus menemukan permasalahan atau menemukan konsep-konsep yang belum
dipahami, kemudian dicatat untuk didiskusikan selanjutnya. Kegiatan pada tahap
ini memberikan pemahaman yang mendalam pada siswa, 5) Tahap problem
solving, memberikan kesempatan pada siswa memecahkan masalah-masalah yang
diberikan dengan konsep-konsep telah dimiliki. Pemecahan masalah ini dilakukan
dengan mengadakan diskusi dengan siswa lain dalam satu kelompok, diskusi antar
kelompok, maupun diskusi kelas. Kegiatan pembelajaran ini akan merangsang
siswa untuk melatih kemampuan pemecahan masalahnya, melatih penggalian
informasi serta meningkatkan pemahaman siswa, 6) tahap evaluate, akan
membuat siswa mampu mampu untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan
yang dimiliki, pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat melatih kecerdasan
emosional siswa, dan 7) Tahap modify, membuat siswa mampu untuk
memodifikasi tingkah laku berdasarkan hasil pembelajaran dan menarik suatu
kesimpulan berdasarkan yang telah dipelajari pada proses pembelajaran.

124

Peran guru dalam model SRL adalah sebagai fasilitator dan motivator,
sedangkan siswa memiliki tanggung jawab untuk melakukan sendiri kegiatan
pembelajarannya. Sebagai seorang fasilitator, guru memfasilitasi siswa dalam
merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan belajarnya. Sebagai seorang
motivator, guru mendorong siswa untuk menumbuhkan motivasi dan melatih
kecerdasan siswa dalam mengelola emosinya dalam belajar. Motivasi dan
kecerdasan mengelola emosi yang tinggi akan merangsang siswa terus berupaya
semaksimal mungkin untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Berbeda dengan model pembelajaran langsung, pembelajaran lebih
dipusatkan pada penyajian informasi. Guru umumnya menyampaikan materi yang
dibelajarkan secara detail kepada siswa. Hal ini tercermin dari tahapan
pembelajaran dari model MPL, yaitu: 1) fase persiapan, guru mengawali pelajaran
dengan menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa untuk menarik dan
memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi siswa untuk berperan serta dalam
pembelajaran, 2) demonstrasi pengetahuan dan keterampilan, guru harus
menguasai pengetahuan yang akan dipresentasikan dan harus menguasai teknik
berkomunikasi yang baik sehingga siswa memperoleh informasi sejelas mungkin,
3) memberikan bimbingan dan pelatihan awal dengan tujuan untuk mengetahui
penguasaan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, 4) mengecek pemahaman
dan pemberian umpan balik yang menuntut guru untuk memberikan pertanyaan
baik lisan atau tertulis untuk mengetahui hasil bimbingan dan latihan yang telah
dilakukan pada fase sebelumnya, dan 5) memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam situasi nyata.

125

Kemampuan guru untuk menyajikan materi dalam pembelajaran MPL ini


sangat berperan penting. Siswa hanya mengikuti penjelasan yang telah
disampaikan oleh guru dan jarang berusaha menyelidiki penjelasan yang
disampaikan oleh guru tersebut benar atau salah. Oleh sebab itu, siswa kurang
mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah. Selanjutnya, siswa diberikan
latihan soal setelah semua materi berhasil disampaikan oleh guru. Latihan soal ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap penjelasan yang
disampaikan oleh guru. Pada kegiatan ini, siswa memang melakukan penyelesaian
masalah namun masih bersifat hafalan. Hal ini disebabkan oleh soal yang
diberikan hanya bersifat mengulang materi yang disajikan sebelumnya dan
diambil dari akhir bab buku. Ingatan siswa itu sendiri yang berperan penting
dalam pembelajaran ini. Penyataan tersebut didukung oleh pendapat Sungur et al.
(2006) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang cenderung tradisional tidak
dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah secara
optimal.
Secara operasional empiris, kedua model pembelajaran menggunakan LKS
dan penyajian materi yang sama mencangkup pokok bahasan sistem koloid.
Perbedaannya terletak pada cara siswa melaksanakan proses pembelajaran dan
menyelesaikan masalah yang disajikan. LKS yang digunakan pada kelompok
eksperimen dirancang lebih membangun aktivitas kemampuan pemecahan
masalah dan membangun kreativitas siswa karena siswa diberikan kebebasan
melakukan praktikum sendiri dan membuktikan hipotesis yang telah dibuat.
Masalah-masalah pada LKS disusun berdasarkan konteks kehidupan sehari-hari

126

sehingga membuat siswa mampu melaksanakan diskusi maupun praktikum tanpa


banyak campur tangan guru. Guru hanya berperan sebagi fasilitator dalam
memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk belajar lebih optimal. Selain itu,
pembelajaran dengan model self regulated learning, siswa tidak diberikan
langkah-langkahnya secara konkrit, tetapi hanya diberikan pertanyaan-pertanyaan
penuntun. Melalui pertanyaan-pertanyaan siswa merancang sendiri desain maupun
langkah eksperimen yang dilakukan. Kegiatan ini memberikan peluang bagi siswa
untuk lebih berkreasi dan mengeksplorasi kemampuannya secara optimal dalam
kegiatan pembelajaran. Sementara itu, LKS pada model MPL yang dikemas
secara terstruktur. Pembelajaran dengan LKS ini tidak memberikan kebebasan
kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuannya awal yang dimilikinya.
Siswa menyelesaikan LKS hanya berdasarkan pada materi ajar serta instruksiinstruksi yang jelas dari guru. Dengan demikian, pembelajaran melalui LKS yang
sifatnya terstruktur cenderung tidak dapat memberikan pengaruh yang maksimal
terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa.
Hasil test of between-subjects effects terhadap hipotesis penelitian kedua
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated learning dan
model pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari hasil analisis yang telah
dilakukan, pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan pemecahan
masalah siswa mempunyai nilai statistik F sebesar 18,374 dengan signifikansi
0,000. Angka signifikansi ini lebih kecil daripada taraf signifikansi 0,05. Sebagai
tindak lanjut dari hasil uji hipotesis kedua dilakukan analisis signifikansi

127

perbedaan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah antar kelompok model


pembelajaran dengan menggunakan uji Least Significant Difference (LSD). Hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan pemecahan
masalah berbeda secara signifikan pada taraf signifikansi 0,05.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
kemampuan pemecahan masalah siswa kelompok model SRL adalah 77,17
dengan kualifikasi baik dan untuk Standar Deviasi (SD) = 9,77 lebih baik
dibandingkan dengan kelompok MPL yang memiliki nilai rata-rata sebesar 70,18
dengan kualifikasi baik dan untuk standar deviasi (SD) = 8,82. Dapat dikatakan
bahwa model SRL lebih baik dibandingkan dengan MPL dalam pencapaian
kemampuan pemecahan masalah siswa. Jadi, nilai rata-rata dan kualifikasi
kemampuan pemecahan masalah siswa yang mengikuti model self regulated
learning lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran langsung.
Polya (1985) menyebutkan bahwa terdapat empat komponen kemampuan
pemecahan masalah, yaitu 1) memahami masalah, 2) merencanakan pemecahan
masalah, 3) menyelesaikan masalah, dan 4) memeriksa kembali dan menuliskan
penyelesaian yang benar terhadap permasalahan (menyimpulkan). Hal ini berarti
kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan seseorang untuk
memecahkan suatu permasalahan yang dikaitkan dengan konsep-konsep yang
diperoleh sebelumnya. Model pembelajaran yang kurang memberikan gambaran
terhadap kehidupan nyata siswa, akan menyebabkan siswa menjadi kurang
mampu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Arnyana, 2004).
Siswa akan memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan baik jika

128

diterapkan suatu model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas kegiatan


pemecahan masalah.
Keempat aspek kemampuan pemecahan masalah kelompok eksperimen
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan aspek kemampuan pemecahan
masalah pada kelompok kontrol berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Pada
kelompok kontrol secara umum aspek kemampuan pemecahan masalah tergolong
kategori baik. Namun, nilai rata-rata setiap aspek kemampuan pemecahan masalah
kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata setiap aspek
kemampuan

pemecahan

masalah

kelompok

eksperimen.

Aspek

yang

menunjukkan kategori paling baik adalah menyelesaikan masalah. Hal ini


menunjukkan model pembelajaran langsung kurang memberikan kesempatan
pada siswa untuk melatihkan aspek-aspek pemecahan masalah yang lain. Siswa
hanya dibiasakan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konsep-konsep
materi yang kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran
langsung menekankan siswa hanya menghafal konsep-konsep, lebih memusatkan
pada penyajian informasi secara detail kepada siswa, dan kurang mengkonstruksi
pengetahuannnya sendiri. Pada kelompok eksperimen aspek kemampuan
pemecahan masalah siswa secara umum tergolong baik, dan aspek yang terbaik
adalah memahami masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan dengan menerapkan model self regulated learning yang melatih
kemampuan metakognitif dimulai dengan analisis tujuan pembelajaran maka
siswa di kelompok eksperimen lebih tertantang untuk memahami pembelajaran
yang akan dilakukan. Analisis tujuan mengajak siswa untuk mengkaitkan materi

129

dengan pengetahuan awal yang dimiliki sehingga siswa dituntut memahami


materi sebelum kegiatan pembelajaran.
Pada tiga aspek kemampuan pemecahan masalah, yaitu merencanakan
pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, dan menyimpulkan menunjukkan
nilai rata-rata yang lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan kategori baik pada
ketiga aspek, dan kategori cukup pada aspek menyimpulkan pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan aspek kemampuan pemecahan
masalah, yaitu menyimpulkan dan ketiga aspek yang lainnya tidak cukup dengan
menyelesaikan satu topik materi dalam pembelajaran melainkan diperlukan materi
yang lebih banyak sehingga siswa dapat berlatih lebih banyak. Disamping itu, hal
ini juga dapat disebabkan pembagian kelompok yang kurang heterogen antara
siswa yang memiliki kemanpuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan
rendah sehingga diskusi dalam kelompok siswa tersebut tidak berjalan lancar
akibatnya siswa tidak dapat mengerjakan tugas secara optimum.
Nilai keempat aspek kemampuan pemecahan masalah pada kelompok
eksperimen lebih tinggi dikarenakan keunggulan dari tahapan model SRL. Pada
tahap pertama, yaitu analyze siswa menganalisis materi dan tujuan pembelajaran,
mengorganisasi materi pelajaran serta konsep-konsep sebelumnya yang terkait
sebagai langkah awal memahami pembelajaran yang dilakukan. Tahapan ini
sesuai dengan komponen pemecahan masalah, yaitu memahami masalah. Pada
saat memamahi masalah siswa dituntut untuk menentukan variabel-variabel yang
diketahui dan tidak diketahui serta merumuskan suatu permasalahan dari wacana
yang disajikan. Dengan demikian, memahami masalah merupakan tahapan yang

130

dapat melatih pemahaman konsep untuk selanjutnya dapat mengkaitkan


komponen permasalahan dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip kimia ke
tahap penyelesaian masalah. Dengan kata lain, memahami konsep pada
permasalahan yang disajikan merupakan kunci penting dalam memecahkan
masalah.
Tahapan kedua adalah siswa menyusun dan merancang sebagian kegiatan
pembelajaran, merencanakan alat serta bahan yang digunakan, dan menetapkan
hipotesis terhadap permasalahan yang diberikan. Pada tahapan ini menunjukkan
pemahaman yang dimiliki untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan, dugaan
sementara, dan penalaran yang logis terhadap suatu permasalahan. Tahapan
memberikan jawaban sementara mampu melatih siswa untuk menentukan
informasi berupa konsep, prinsip esensial, dan sejauh mana konsep kimia
diperlukan untuk memecahkan masalah. Jadi penyusunan hipotesis pada tahap
kedua

dapat

mengembangkan

komponen

pemecahan

masalah,

yaitu

merencanakan pemecahan masalah.


Tahap

ketiga

adalah

siswa

memilih

dan

mengimplementasikan

perencanaannya dalam proses pembelajaran. Siswa melakukan sharing untuk


menguji kebenaran hipotesis yang diajukan pada tahap kedua. Hipotesis yang
diajukan disesuaikan dengan hasil implementasi pada tahap ketiga ini. Tahap
ketiga ini diiringi dengan tahap keempat, yaitu penyempurnaan pemahamannya
sendiri

terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Pada saat menyempurnakan

pemahamannya

siswa

mencatat

kendala

yang

ditemui

dalam

mengimplementasikan perencanaan, serta mendiskusikan hal-hal yang belum

131

dipahami dalam memecahkan masalah dan mencari solusi untuk mengatasi


masalah yang dialami. Sementara itu, pada tahapan kelima adalah memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi. Pada langkah ini siswa menyelesaikan masalah,
sesuai dengan rencana untuk menerapkan konsep-konsep kimia. Tahap implement,
comprehend, dan problem solving dapat mengembangkan komponen pemecahan
masalah, yaitu menyelesaikan pemecahan masalah sesuai dengan rencana.
Tahap keenam adalah siswa mengevaluasi mutu atau kemampuan diri
mengenai yang telah dikerjakan selama proses memecahkan masalah. Dasar dari
evaluasi diri ini adalah kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan kinerja
yang telah dicapai. Kegiatan evaluasi diri bermanfaat untuk mengetahui
kekurangan serta konsep-konsep yang belum dimengerti sehingga siswa belajar
lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri proses belajarnya. Selanjutnya,
siswa memodifikasi tingkah laku berdasarkan hasil pembelajaran melalui evaluasi
diri pada tahap keenam dan menarik suatu

kesimpulan. Pada langkah ini

menekankan kembali pada konsep-konsep penting yang telah dipelajari. Tahap


evaluasi dan modify ini sesuai dengan komponen terakhir kemampuan pemecahan
masalah, yaitu menyimpulkan.
Pengintegrasian ketujuh langkah model SRL dapat melatih kemampuan
pemecahan masalah siswa. Model SRL memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar mengalami, mengungkapkan, menerapkan, dan mengkaitkan
konsep-konsep. Akibatnya, siswa tidak hanya sekedar mengafal konsep-konsep.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak hanya sebagai penerima pasif
berdasarkan intruksi yang diberikan oleh guru melainkan aktif mengkonstruksi

132

pengetahuannya sendiri.
Keterampilan-keterampilan yang digunakan dalam memecahkan masalah
diperoleh dari pengalaman yang menunjukkan bahwa esensi kehidupan sehari-hari
dihadapkan pada situasi pemecahan masalah. Dengan latihan mengidentifikasi
masalah dan memecahkannya, siswa akan terlatih untuk dapat menemukan
keterampilan-keterampilan metakognisi atau keterampilan tingkat tinggi. Untuk
kepentingan hal tersebut, diperlukan pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, yaitu model self regulated
learning.
Bila dikaitkan dengan pembelajaran koloid maka siswa akan dibiasakan
untuk menganalisis permasalahan sehari-hari tentang fenomena alam dan
mengkaitkannya agar dapat memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan
sehari-hari. Hal ini dapat dirasakan sebagai pemberi semangat sehingga siswa
menjadi aktif dan tertarik pada materi yang dipelajari. Dengan demikian, siswa
menjadi lebih mudah memahami konsep-konsep materi yang dipelajarinya.
Ditinjau dari teori pembelajaran yang dikemukan oleh Piaget menyatakan
bahwa perkembangan intelegensi anak mengandung tiga aspek, yaitu struktur,
konten, dan fungsi. Intelegensi anak yang mengalami perkembangan adalah
struktur dan konten. Aspek fungsi dan adaptasi tersusun sedemikian rupa yang
melahirkan rangkaian perkembangan dan masing-masing mempunyai struktur
psikologis khusus yang menentukan kecakapan pikiran anak. Tahap-tahap
perkembangan menurut Piaget adalah kematangan, pengalaman fisik atau
lingkungan, transmisi sosial, dan equilibrium atau self regulation (Djaali, 2008).

133

Selanjutnya, Piaget membagi tingkat perkembangan menjadi empat tahap, yaitu


tahap sensori motor, berpikir praoperasional, berpikir operasional konkrit, dan
berpikir operasional formal. Siswa SMA berada pada tahap operasional formal.
Pada tahap ini struktur siswa SMA matang secara kualitas, siswa mulai dapat
menerapkan berpikir logis dari masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas.
Siswa pada tahapan ini dapat menggunakan logika apabila didukung oleh
kebebasan beragumen. Tahap perkembangan siswa ini sangat didukung oleh
model SRL yang memberikan kebebasan kepada siswa beragumen dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Selain itu, model SRL merupakan
pembelajaran mandiri yang menekankan kebermaknaan siswa dalam belajar. Jadi,
model SRL sangat sesuai dengan perkembangan anak pada tahap operasional
formal berbeda dengan model pembelajaran langsung.
Skinner (dalam Suparno, 1997) menyatakan bahwa model pembelajaran
langsung mengacu pada psikologi behavioristik yang menempatkan guru sebagai
pusat informasi (teacher centered). Model pembelajaran ini cenderung pada
pembelajaran yang bersifat hafalan, menekankan informasi konsep, latihan soal,
serta penilaiannya masih bersifat tradisional dengan paper dan pencil test yang
hanya menuntut pada satu jawaban yang benar. Hal tersebut akan menyebabkan
situasi kelas menjadi pasif. Siswa juga jarang mendapat kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan atau bertukar pikiran dengan siswa lain dalam kelas. Bila
dikaitkan dengan teori Piaget proses pembelajaran MPL kurang sesuai dengan
tahapan perkembagan siswa. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran
cenderung kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

134

sendiri konsep yang akan dikaji dan kebebasan beragumen sehingga MPL ini
kurang optimal untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Hasil test of between-subjects effects terhadap hipotesis penelitian ketiga
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecerdasan emosional antara kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated learning dan model
pembelajaran langsung. Hal ini terlihat dari hasil analisis yang telah dilakukan,
pengaruh model pembelajaran terhadap kecerdasan emoisonal siswa mempunyai
nilai statistik F sebesar 10,591 dengan signifikansi 0,001. Angka signifikansi ini
lebih kecil daripada taraf signifikansi 0,05. Sebagai tindak lanjut dari hasil uji
hipotesis ketiga dilakukan analisis signifikansi perbedaan nilai rata-rata
kecerdasan emosional antar kelompok model pembelajaran dengan menggunakan
metode Least Significant Difference (LSD). Hasil analisis tersebut menunjukkan
bahwa nilai rata-rata kecerdasan emosional siswa berbeda secara signifikan pada
taraf signifikansi 0,05.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
kecerdasan emosional siswa kelompok model SRL adalah 77,30 dengan
kualifikasi baik dan untuk Standar Deviasi (SD) = 6,65 lebih baik dibandingkan
dengan kelompok MPL yang memiliki nilai rata-rata sebesar 73,58 dengan
kualifikasi baik dan SD =6,39. Dapat dikatakan bahwa model SRL lebih baik
dibandingkan dengan MPL dalam pencapaian kecerdasan emosional siswa. Jadi,
nilai rata-rata dan kualifikasi kecerdasan emosional siswa yang dibelajarkan
dengan model self regulated learning lebih tinggi dibandingkan siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.

135

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, kelima aspek kecerdasan


emosional kelompok eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan
aspek kecerdasan emosional kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol secara
umum aspek kecerdasan emosional tergolong baik. Namun, rata-rata setiap aspek
kecerdasan emosional lebih rendah dibandingkan rata-rata setiap aspek
kecerdasan emosional pada kelompok eksperimen. Aspek kecerdasan emosional
yang terbaik pada kelompok kontrol adalah mengelola emosi, dan aspek yang
terendah adalah keterampilan sosial. Data ini menunjukkan walaupun siswa
dikelas kontrol diberikan model pembelajaran langsung menunjukkan pengelolaan
emosi siswa yang baik. Pada kelompok eksperimen, secara umum aspek
kecerdasan emosional berkualifikasi baik, dan kecerdasan emosional yang terbaik
terlihat adalah mengelola emosi sedangkan yang terendah adalah keterampilan
sosialnya. Hal ini menunjukkan model SRL yang menekankan adanya regulasi
diri dalam pelaksanaannya dimulai dari menganalisis tujuan pembelajaran dan
perencanaan pembelajaran secara mandiri maka siswa tertantang untuk mengelola
emosinya apabila mengalami kegagalan dan kesuksesan dalam mengkontruksi
pengetahuan melalui permasalahan yang diberikan. Sementara itu, keterampilan
sosial memiliki nilai rata-rata terendah karena model SRL merupakan
pembelajaran yang mandiri sehingga siswa menjadi kurang mampu menciptakan
hubungan yang baik dengan teman yang lain. Pada ketiga aspek kecerdasan
emosional, yaitu mengenali emosi sendiri, motivasi diri, dan empati pada
kelompok eksperimen menunjukkan nilai rata-rata yang lebih tinggi dari
kelompok kontrol, tetapi memiliki kategori yang hampir sama, yaitu baik dikedua

136

kelompok tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan aspek


kecerdasan emosional diperlukan materi yang lebih banyak dan waktu yang lebih
lama sehingga siswa dapat berlatih lebih banyak.
Peningkatan kelima aspek kecerdasan emosional siswa tidak terlepas dari
tahapan model pembelajaran self regulated learning yang diterapkan di kelas.
Pada tahapan pertama, siswa menganalisis materi dan tujuan pembelajaran. Ketika
penetapan tujuan siswa terlihat dapat menumbuhkan motivasi yang penting dalam
pembelajaran. Siswa yang mampu menganalisis tujuaan cenderung aktif
melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas yang diyakini akan mengarah pada
pencapaian pembelajaran yang optimal. Sementara itu, pada model pembelajaran
langsung tahapan ini kurang dikembangkan, karena siswa hanya bersifat pasif bila
dihadapkan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Siswa hanya menunggu tuntunan dalam menganalisis tujuan dan mengorganisasi
materi yang diberikan oleh guru.
Pada tahapan kedua, plan yaitu penyusunan dan perancangan sebagian besar
atau semua kegiatan pembelajarannya. Pada tahap ini siswa meningkatkan
motivasi dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada tahap ini siswa diberikan
kesempatan merancang sendiri pembelajaran yang dilakukannya. Dilain pihak,
model pembelajaran langsung tahap perencanaan kurang dikembangkan, siswa
hanya dituntut untuk mampu mengerjakan tugas dengan baik tanpa melalui
perencanaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Tahap implement, yaitu siswa memilih dan mengimplementasikan
perencanaannya dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini, siswa bekerja secara

137

kolaboratif sehingga melatih siswa saling berinteraksi satu sama lain


(keterampilan sosial) dalam mengimplementasikan perencanaannya. Pada model
pembelajaran langsung, tahapan ini kurang dikembangkan, karena siswa jarang
dituntut mengimplementasikan perencanaan yang berasal dari siswa sendiri dan
hanya sebatas mengimplementasikan kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan
oleh guru.
Tahap comprehend, yaitu pemantauan proses dan penyempurnaan sendiri
terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari. Siswa dituntut untuk mengatur diri
dalam meningkatkan pencapaian mereka. Kegiatan ini akan memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengenali emosinya sendiri. Bila pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep yang dipelajari belum sesuai siswa tidak langsung merasa
kecewa sehingga dapat mengatur diri untuk meningkatkan pemahaman terhadap
konsep yang dipelajari. Sementara itu, pada model pembelajaran langsung aspek
ini hampir tidak diperhatikan, karena kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh
penyampaian materi.
Tahap problem solving, yaitu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
serta konsep-konsep yang belum dimengerti. Pada tahap ini, siswa dituntut untuk
bekerja secara kelompok sehingga dapat melatih empati terhadap siswa lain dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan. Pada model pembelajaran langsung
tahapan ini kurang dilakukan dengan optimal, karena guru hanya mementingkan
jawaban singkat dari permasalahan yang diberikan.
Tahap evaluate, yaitu pengevaluasian mutu atau kemampuan diri mengenai
yang telah dikerjakan dalam proses pembelajaran. Tahap ini melatih mengelola

138

emosinya sendiri, menyadari kelebihan dan kekuranggannya dalam proses


pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dikarenakan pada tahap evaluasi diri siswa
menilai keberhasilan atau kegagalan yang hasilnya dapat dijadikan bahan untuk
melaksanakan regulasi diri selanjutnya. Pada model pembelajaran langsung tahap
ini kurang dikembangkan, karena siswa hanya menerima evaluasi guru mengenai
kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Tahap modify, yaitu memodifikasi tingkah laku berdasarkan hasil dari
evaluasi diri dengan membuat kesimpulan terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Pada tahap ini akan lebih dikembangkan mengelola emosi diri. Hal ini
dikarenakan siswa dituntut mampu mengendalikan diri bila kesimpulan yang
disampaikan berbeda dengan kesimpulan yang disampaikan oleh rekannya yang
lain. Pada model pembelajaran langsung, siswa hanya menyimak kesimpulan
yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan rangkaian tahapan tersebut, model self regulated learning
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengalamannya sendiri
secara menyeluruh yang dimulai dari proses analisis tujuan sampai mengelaborasi
hasil mengevaluasi sendiri pengalamnnya seperti halnya model pembelajaran self
regulated learning dapat lebih melatih kecerdasan siswa dalam beremosi
dibandingkan dengan guru yang mengatur secara ketat proses pembelajarannya
seperti yang terjadi pada model pembelajaran langsung. Sementara itu, model
pembelajaran langsung yang pada proses pembelajarannya selalu diawali dengan
penjelasan guru, langkah demi langkah sampai pada pemberian contoh soal dan
pembahasannya. Hal ini kurang memberikan peluang bagi siswa mengembangkan
kecerdasan emosionalnya sehingga siswa hanya mengandalkan teman-teman yang

139

mempunyai kemampuan lebih akibatnya siswa akan terbiasa melakukan prilakuprilaku yang negatif dalam proses pembelajaran.
Model SRL berkaitan erat dengan teori sosial kognitif Bandura. Model SRL
didefenisikan sebagai triadic definition of self regulated learning yang meliputi
interaksi antara personal self-regulation yang meliputi penyesuaian keadaan
kognitif dan afektif, 2) behavioral self regulation yang meliputi self-observing dan
penyesuaian kinerja, dan 3) enviromental self regulation yang meliputi
pengamatan dan penyesuaian kondisi lingkungan (Zimmerman, 2000). Sementara
itu, teori sosial kognitif Bandura menyatakan perilaku manusia merupakan
interaksi dari faktor-faktor personal individu, perilaku, dan lingkungan. Interaksi
ketiga aspek tersebut membangun pengalaman belajar siswa. Pengalaman yang
dialami dalam proses belajar dapat mempengaruhi kerbahasilan diri sendiri,
keberhasilan orang lain, persuasi verbal, dan keadaan emosional. Proses
pembelajaran yang dilakukan dalam meningkatkan pengalaman keberhasilan diri
tergantung pada bagaimana proses tersebut dijalankan. Pembelajaran yang
memfasilitasi perolehan pengalaman belajar siswa (hands on minds on)
memberikan peluang lebih banyak untuk diingat dan dialami keberhasilan pribadi
siswa sendiri, keberhasilan orang lain yang diamati siswa, balikan yang diberikan
berupa persuasi verbal dan pengalaman melibatkan emosi. Jadi model SRL yang
dilandasi oleh teori sosial kognitif Bandura dapat digunakan untuk meningkatkan
kecerdasan emosional siswa.
Ditinjau dari teori Piaget, siswa SMA berada pada tahapan operasional
formal dan masa remaja. Pada masa remaja ini, siswa berpikir secara formal yang
ditandai dengan adanya egosentris (Djaali, 2008). Pada masa ini, siswa mencoba

140

mengembalikan semua prilaku pemikirannya adalah logis dan mengalami


koordinasi dengan dunia yang dihadapi. Jika dihubungkan dengan model SRL,
maka model ini sesuai dengan perkembangan intelegensi anak pada tahap ini. Hal
ini dikarenakan adanya regulasi diri dari siswa sehingga siswa dituntut untuk
meminamilisir egosentris dalam proses pembelajaran. Akibatnya, siswa akan
mampu melatih mengelola emosinya dalam melakukan pengkonstruksian
pembelajarannya secara mandiri dan tercermin pada temuan penelitian ini aspek
mengelola emosi memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi dibandingkan aspek
kecerdasan emosional yang lainnya.
Berkembang atau tidaknya kecerdasan emosional siswa di kelas sangat
bergantung dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Siswa belum
mampu sepenuhnya cerdas dalam beremosi dan cenderung meminta bantuan guru
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Melatih kecerdasan emosional
siswa bukan suatu hal yang mudah, apalagi dilakukan dalam waktu yang singkat.
Kecerdasan emosional siswa dapat dikembangkan dengan baik apabila guru
mampu mengkemas pembelajaran yang mampu memfasilitasi dan mendukung
kegiatan-kegiatan pengembangan kecerdasan emosional siswa seperti mengenali
emosi sendiri, pengelolaan emosi yang baik, meningkatkan motivasi belajar,
meningkatkan rasa empati serta membina hubungan yang baik antara siswa
dengan guru. Kecerdasan emosional siswa akan lebih baik daripada pembelajaran
yang menekankan kegiatan pada proses kognitif dapat berkembang dengan baik
jika dilakukan dalam waktu tertentu.

141

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa siswa


yang dibelajarkan dengan model self regulated learning lebih baik kemampuan
pemecahan masalah dan kecerdasan emosionalnya dibandingkan dengan siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaporkan oleh Morcou
dan Philippou (2005) yang meneliti tentang hubungan antara model SRL,
motivasi, dan kemampuan memecahkan masalah. Penelitian ini memperoleh hasil
kemampuan siswa dalam meregulasi diri dalam belajar akan meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah. Marchis (2012) menemukan bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa memiliki hubungan yang tinggi dengan ketertarikan
siswa belajar, cara menganalisis tugas, kemampuan kontrol diri dan persepsi siswa
dalam mengerjakan tugas yang sulit. Komponen-komponen tersebut terdapat
dalam model SRL. Pekrun et al. (2002) yang mengkaji bagaimana pengaruh self
regulated learning terhadap emosi-emosi siswa yang akhirnya dapat berpengaruh
terhadap meningkatnya prestasi akademik. Hidayat dan Budiman (2009)
menyatakan model SRL memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi
belajar siswa. Motivasi belajar merupakan salah satu aspek dari kecerdasan
emosional. DeWall et al. (2007) menyatakan bahwa regulasi diri yang kurang
efektif dapat menimbulkan perilaku yang agresif sedangkan seseorang yang
memiliki regulasi diri yang efektif akan lebih mampu mengendalikan dirinya.
Dengan demikian, regulasi diri mempengaruhi keberhasilan seseorang melalui
pengendalian perilaku yang dimunculkannya. Pengendalian perilaku ini
merupakan bagian dari kecerdasan emosional.

142

4.3 Implikasi Penelitian


Berdasarkan temuan penelitian terkait dengan model SRL dengan MPL
berimplikasi pada pembelajaran kimia dalam pencapaian kemampuan pemecahan
masalah dan kecerdasan emosional siswa. Implikasi temuan penelitian tersebut
adalah sebagai berikut.
Pertama, hasil penelitian menunjukkan bahwa model SRL lebih cocok
diterapkan

dibandingkan

dengan

model

pembelajaran

langsung

dalam

peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa.


Model SRL lebih menekankan pada aktivitas pembelajaran dengan melibatkan
dan memfasilitasi siswa dalam proses penentuan tujuan pembelajaran, memonitor
keefektifan proses pembelajaran, dan menggunakan strategi belajar yang berbeda
dapat memantau siswa untuk mengontrol dan meregulasi kognisi.
Kedua, pembelajaran kimia dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa yang optimal jika selalu disertai dengan penyajian-penyajian
permasalahan yang merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini
menyebabkan siswa termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Oleh karena itu, siswa secara aktif mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Ketiga, kecerdasan emosional merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan

dalam

pembelajaran.

Kecerdasan

emosional

siswa

dapat

dikembangkan dengan menekankan proses pembelajaran melalui diskusi


kelompok, evaluasi diri, dan regulasi diri. Sebagai konsekuensinya, proses

143

pembelajaran di sekolah seyogianya guru menekankan kecerdasan emosional


siswa melalui proses regulasi diri.

BAB V
PENUTUP

5.1 Rangkuman
Pembelajaran kimia yang terjadi saat ini di sekolah masih banyak yang
berorientasi pada upaya pengembangan dan menguji daya ingat siswa.
Pembelajaran masih cenderung berbasis hafalan teori dan tidak didasarkan pada
pengalaman siswa sehingga kemampuan siswa sekedar dipahami sebagai
kemampuan

menghapal.

Proses

pembelajaran

seperti

ini

akan

sulit

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan kecerdasan


emosional. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengenali perasaan diri,
mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali perasaan orang lain, keterampilan
sosial, dan menginterpretasikan gejala alam dari sudut prinsip-prinsip ilmiah. Hal
ini akan berimplikasi pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan
kecerdasan emosional siswa.
Berbagai faktor dipandang dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah dan kecerdasan emosional siswa yang berdampak pada hasil belajar
kimia siswa. Salah satu faktor penting adalah model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih
monoton dengan mengimplementasikan model pembelajaran yang berorientasi
143

144

pada pemerosesan informasi. Guru lebih sering memberikan informasi yang sudah
jadi seperti konsep-konsep atau rumus-rumus yang sudah ada di buku, selanjutnya
memberikan contoh soal dan memberikan latihan soal. Pada proses pembelajaran,
guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kegiatan
pengamatan atau observasi, melakukan refleksi diri terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas pembelajaran yang efektif dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan kecerdasan emosional
siswa, diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu menantang siswa untuk
bernalar dan menggugah kecerdasan siswa dalam beremosi. Model pembelajaran
yang diyakini mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah model self
regulated learning.
Berdasarkan permasalahan mengenai pemecahan masalah dan kecerdasan
emosional siswa yang telah dipaparkan, penelitian ini difokuskan pada pengujian
model pembelajaran. Untuk mengoptimalkan pemecahan masalah dan kecerdasan
emosional siswa diperlukan memilih model pembelajaran yang tepat.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan
perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa
kelompok yang dibelajarkan dengan model SRL dan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. 2) Mendeskripsikan
perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model SRL dan model pembelajaran langsung. 3)

145

Mendeskripsikan perbedaan kecerdasan emosional antara kelompok siswa yang


dibelajarkan dengan model SRL dan model pembelajaran langsung.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI Semester II tahun ajaran
2013/2014. Rancangan penelitian ini menggunakan posttest only control group
design. Populasi penelitian ini berjumlah 159 orang siswa. Sampel penelitian
diambil menggunakan teknik cluster sampling dan penentuan kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen dilakukan dengan teknik undian. Berdasarkan hasil
pengundian, terpilih kelas XI IA1 SMA Negeri 1 Banjar dan kelas XI IA1 SMA
Negeri 2 Banjar sebagai kelompok eksperimen, sedangkan sebagai kelompok
kontrol adalah kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Banjar dan kelas XI IA2 SMA Negeri
2 Banjar.
Hasil analisis data menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut. Temuan
pertama, hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
pemecahan masalah dan kecerdasan emosional antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model self regulated learning dan model pembelajaran
langsung. Temuan kedua, hasil analisis data menunjukkan terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah antara kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan model self regulated learning dan model pembelajaran langsung. Temuan
ketiga, hasil analisis data menunjukkan terdapat perbedaan kecerdasan emosional
antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model self regulated learning
dan model pembelajaran langsung.

146

5.2 Simpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dianalisis secara
mendalam pada keseluruhan hasil dan pembahasan sebagaimana yang telah di
deskripsikan pada bab sebelumnya maka secara lebih spesifik, simpulan hasil
penelitin ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan

yang signifikan kemampuan pemecahan masalah dan

kecerdasan emosional siswa antara kelompok yang dibelajarkan dengan model


SRL dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran langsung. Rata-rata nilai pemecahan masalah dan kecerdasan
emosional siswa yang dibelajarkan dengan model SRL lebih tinggi
dibandingkan rata-rata nilai pemecahan masalah dan kecerdasan emosional
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah siswa
antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan model
pembelajaran langsung. Rata-rata nilai pemecahan masalah siswa yang
dibelajarkan dengan model SRL lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai
pemecahan masalah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
langsung.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan kecerdasan emosional antara kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model SRL dan model pembelajaran langsung.
Rata-rata nilai kecerdasan emosional siswa yang dibelajarkan dengan model
SRL lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai kecerdasan emosional siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
5.3 Saran

147

Berdasarkan temuan-temuan pada penelitian ini, diajukan empat saran


guna nantinya dapat mengoptimalkan pemecahan masalah dan kecerdasan
emosional siswa.
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan
kecerdasan emosional antara siswa yang dibelajarkan dengan model SRL lebih
baik

dibandingkan

dengan

siswa

yang

dibelajarkan

dengan

model

pembelajaran langsung. Implementasi model SRL dapat dijadikan sebagai


salah satu alternatif model pembelajaran oleh guru untuk mengoptimalkan
pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa.
2. Pemberian permasalahan (soal) hendaknya guru harus memunculkan
permasalahan-permasalahan yang bersifat kontekstual yang dekat dengan
lingkungan siswa agar natinya terbentuk suatu pembelajaran yang menarik dan
bermakna.
3. Bagi guru yang akan menerapkan model pembelajaran self regulated learning
agar pembelajaran berlangsung dengan efektif dan mendapatkan hasil yang
optimal perlu memberikan perhatian yang lebih pada kecerdasan emosional
siswa. Kecerdasan emosional siswa dapat berkembang secara optimal apabila
proses pembelajaran dikemas untuk memfasilitasi dan mendukung kegiatankegiatan pengembangan kecerdasan emosional dan kecerdasan siswa
menggunakan emosinya dilatihkan secara berkelanjutan.
4. Penelitian ini hanya difokuskan untuk menyelidiki pengaruh model SRL
terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kecerdasan emosional siswa.
Bagi peneliti yang nantinya akan melakukan penelitian terkait model SRL,
disarankan mengambil variabel-variabel lain. Misalnya, keterampilan berpikir

148

kritis, keterampilan berpikir kreatif, pemahaman konsep kimia, dan lain


sebagainya. Selain itu, jenjang pendidikan dalam penelitian ini terbatas hanya
pada jenjang SMA, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil-hasil penelitian
terbatas hanya pada jenjang pendidikan tersebut. Oleh karena itu, disarankan
diadakan penelitian lebih lanjut terkait dengan model SRL pada jenjang
pendidikan yang berbeda, misalnya SMP.

149

DAFTAR PUSTAKA

Aka, I. E., Guven, E., & Aydogdu, M. 2010. Effect of Problem Solving Method on
Science Process Skills and Academic Achievment. Journal of Turkish
Science Education. 7 (4). 13-15.
Arends, R. I. 2004. Learning to Teach. 5th Ed. Boston: McGraw Hill.
Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arnawa, I. N. 2011. Pengaruh Model Self Regulated Learning Terhadap Self
Efficacy Siswa SMP Ditinjau Berdasarkan Gender. Tesis (Tidak
Diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Arnyana, I. B. P. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan
Masalah Dipandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah
Menengah Atas Pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi Tesis (Tidak
Diterbitkan). Universitas Negeri Malang.
Boekaerts, M. et al. 2000. Handbook of Self Regulation. USA: Academic Press
Candiasa, I M. 2010. Statistik Multivariat. Disertasi Aplikasi dengan SPSS. Buku
Pendukung Mata Kuliah Statistik Multivariat. IKIP Negeri Singaraja.
Carin, A. A., & Sund R. B. 1975. Theacing Science Through Discovery. Colombus
Ohio: CE Merril.
Cooper, K. et al. 1999. Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan Organisasi. Terjemahan Alex Trikuntjoro Widodo. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Creswell, J. W. 2012. Educational Research : Planning, Conducting, and Evalua
ting Quantitative And Qualitative Research. Boston: Pearson Education.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.
DeWall, C. N. et al. 2007. Violance Restained: Effect of Self Regulatin and it
Depletasion on Agression. Journal of Experimental Sosial Psychology,
43(1). 62-76.

150

Djaali,H. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


Elianur, R. 2011. Indonesia Peringkat 10 Besar Terbawah dari 65 Negara Peserta
PISA. Artikel. Tersedia pada http://www.kompasiana. Com/dekros.
Diakses pada tanggal 27 November 2013.
Goleman. 2005. Working with Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional
Untuk mencapai Puncak Prestasi. Alih Bahasa: oleh Alex Tri K. Widodo.
Jakarta: PT Gramedia.
Gregory, R. J. 2000. Psycologycal testing, history, principles, and applications.
Boston: Allyn & Bacon, Inc.
Hazan, M. I. 2008. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Heller, P & Hollaabough, M. 1991. Theacing Problem Solving Through
Cooperative Grouping: Part 2 Designing Problem and Structuring Groups.
American Journal of Physics. 60 (1) 637-644. Tersedia pada: http://www.
Physics emory. edu. Diakses pada tanggal 27 November 2013.
Hidayat, Y. & Budiman, D. 2009. Pengaruh Penerapan Pendekatan Model Self
Regulated Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Penjas di Sekolah Dasar. Artikel . Universitas Pendidikan Indonesia.
Him, N.M. 2006. Self Regulated Learning Strategies of Mathematucally Gifted
Students. Disertasi (tidak diterbitkan). Master of Education, The
University Hongkong.
Johnson, N. 2012. Efectiness of Self Regulatory Strategies in Science Problem
Solving Among to High School Students. International multidiciplinary
ejournal. 1 (2). 10-16.
Kirna, I M et.al. 2007. Model Pembelajaran Berorientasi Konteks dan Struktur
(Contextual and Structure Oriented Learning) pada Kompetensi Dasar
Kimia di SMP. Laporan Penelitian Hibah Bersaing (Tidak diterbitkan).
Singaraja: Undiksha.
Ledoux, M., & Mc.Henry, N. 2004. Constructivist Approach Interdisiplinary
Instruction Of Science and Laguage. Journal Teaching Education, 15 (4).
385-399.
Lee, S.W. 2009. The Effects of Self Regulated Learning Strategies and System
Satisfaction Regarding Learners Performance in E-Learning Enviroment.
Journal of Instructional Pedagogies. 5 (2). 147-156.

151

Marcou, A. & Philippou, G. 2005. Motivational beliefs, Self Regulated Learning


and a Mathematical Problem Solving . Procediing of the 29 th converence
on the international group of psychology of matematic education 3. 297304.
Marchis, I. 2012. Self Regulated Learning and Mathematics Problem Solving.
The New Educatioal Review. 27(1). 195-208
Marhaeni, A. A. I. N. 2007. Menggunakan CTL dan Assesmen Otentik dalam
Rangka Implementasi KTSP di Sekolah Dasar. Makalah. Disampaikan
pada pelatihan Para Kepala Sekolah Dasar kabupaten Karangasem Dana
DBEP, Tanggal 29-31 Juli 2007.
Masril. 2011. Konseling Regulasi Diri Berbasis Teori Pilihan (suatu telaah teoritis
praktis dan peluang implementasinya bagi persiapan karir siswa di
sekolah). Makalah. Disampaikan pada seminar dan workshop internasional
tgl 29-30 Oktober bertempat di UPI Bandung.
Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa. Bogor: Indonesian Heritage Foundation.
Montgomery, D. C. 1996. Design and analysis of experiment: Third edition. New
York: John Wiley & Sons.
Nicola, John, & Einar. 2013. Increasing Emotional Intelligence thourgh Training:
Current Status and Future Directions. The International Journal of
Emotional Education. 5 (1). 56-72
Nugroho. 2003. Self Regulated Learning Anak Berbakat. Artikel. Tersedia dalam
www.ditplb.or.id. Diakses pada tanggal 28 November 2013.
Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang:
UM Press.
Pajares, F. 2005. Self Efficacy during Childhood and Adolescene: Implication for
Theacher and Parents. Dalam F. Pajares (Ed), Self-Efficacy Beliefs of
Adolescents, page 339-367. Charlotte: Information Age Publishing.
Pallant, J. 2007. A Step by Step Guide to Data Analysis using SPSS for Windows
third edition. New York: Open University Press.
Pekrun, R. dan Schutz. 2009. Emotion in Education. United Stated America:
Academic Press Publications.

152

Philips, B. 2006. Self Regulated Approach to Strategic Learning (SRSL): A Socio


Cognitive Perspektive. Journal of laguage Theaching, Lingusitic, and
Literature.
Tersedia
pada
http://myais.fsktm.um.edu.my/9518/1/
Bromeley_ Philip_p.8-21.pdf Diakses pada tanggal 17 Oktober 2013.
Polya. 1985. How To Solve It, Second Edition. New Jersey: Princeton University
Press.
Rahayu, E.S.R & Nuryata, I. M. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta:
Sekarmita.
Sadia, I.W. 1997. Efektivitas Strategi Konflik dalam Pembelajaran Fisika di
Sekolah Menengah Umum (SMU). Laporan Penelitian (Tidak
Diterbitkan). STKIP Singaraja
Sadia, I. W & Suma, K. 2006. Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa
SMA di Kabupaten Buleleng Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Learning Cycle dan Problem Based Learning dalam pelajaran Fisika.
Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). IKIP Negeri Singaraja.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santoso. 2000. Kenakalan Remaja di Propinsi Jawa Barat dan Bali. Artikel.
Tersedia pada http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppkgdlgrey-2000-siti-105-kenakalan. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014.
Santoso. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Plus Aplikasi Program Spss.
Ponorogo:P2FE UMP.
Santyasa, I.W. 2012. Pembelajaran Inovatif. Buku Ajar (tidak diterbitkan).
Jurusan Teknologi Pembelajaran. Universitas Pendidikan Ganesha.
-------. 2012. Pengembangan Model-Model student centered learning untuk
meningkatkan Penalaran dan Karakter Siswa Menengah Atas. Laporan
Penelitian (tidak diterbitkan). Lembaga Penelitian Undiksha.
Seluk, G. S., alikan, S., & Erol, M. 2008. The Effects of Problem Solving
Instruction on Physics Achievment, Problem Solving Performance and
Strategy Use. Latin American Journal of Physics Education. 2 (3).151-166
Shapiro. 1997. Mengajarkan Emotional Inteligensi Pada Anak. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Slavin, R. E. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Indeks.

153

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Sudjana, N. & Ibrahim. 2004. Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Bandung.
Suja, I W. 2006. Pengembangan dan Validasi Alat Ukur Keterampilan Proses
Sains Siswa Sekolah Dasar untuk Mendukung Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jurnal IKA Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, 4 (2). 45-54
Sukardi. 2008. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.
Suma, K. 2004. Pengembangan Proses Berpikir dan Keterampilan Problem
Solving dalam Pembelajaran Fisika. Makalah. Jurusan Pendidikan Fisika
FMIPA IKIP Negeri Singaraja.
Sungur, S., Tekkaya, C., & Geban, O. 2006. Improving Achievement Through
Problem Based Learning. JBE, 40(4), 155-160. Tersedia pada:
http://www.iob.org/ userfiles/File/ JBBE 404Sungur.pdf. Diakses tanggal
12 Mei 2014.
Suparno, P. 1997. Filsafat kontruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Tjalla, A. & Elvina, A. 2007. Hubungan antara Self Regulated Learning dengan
Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika
Siswa SMUN 53 di Jakarta Timur. Artikel. Fakultas Psikolog Universitas
Gunadarma.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
Konsep Landasan teoritis-praktis dan implementasinya. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Trianto & Joyce. 2010. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi
konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wahyuningsih, A. 2004. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi
Belajar Pada Siswa Kelas II SMU LAB School. Artikel. Tersedia dalam
www.univalabuhanbatu.ac.id. Diakses pada tanggal 28 November 2013.
Yamin, H. M. 2001. Pradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.

154

Yuliani, R. 2013. Emosi Negatif Siswa Kelas XI SMAN 1 Sungai Limau. Jurnal
Ilmiah Konseling Universitas Negeri Padjajaran, 2 (1). 151-155
Zimmerman, B.J. 1989. A Social Cognitive View of Self Regulated Academic
Learning. Journal of Educational Psychology. 8(2): 204-212. Tersedia
pada http:///www.eric.ed.gov/ERICWenPortal/search. Diakses pada
tanggal 25 November 2013
-------. 2000. Becoming a self regulated learner: An Overview. Theory into
practice journal. 41 (2). 1-7.

155

Lampiran 1.1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


MODEL SELF REGULATED LEARNING
(RPP/Kim/SRL/SMA)
Satuan Pendidikan

: SMA Negeri Banjar

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/Semester

: XI/Genap

Pokok Bahasan

: Koloid

Alokasi Waktu

: 10 x 45 menit (5 x pertemuan)

I. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
II. Kompetensi Dasar
1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di
sekitarnya.
2. Mengelompokkan sistem dan sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
III.Indikator Pembelajaran
1.
Menjelaskan pembuatan koloid secara dispersi.
2.
Menjelaskan pembuatan koloid secara kondensasi.
3.
Membedakan suspensi, larutan sejati, dan koloid.
4.
Menentukan jenis koloid berdasarkan medium
pendispersi dan zat terdispersi.
5.
Menjelaskan sifat-sifat koloid (efek tyndall, gerak
6.
7.
8.

brown, adsorpsi, dan koagulasi).


Menjelaskan koloid pelindung
Menjelaskan koloid liofob dan liofil.
Menjelaskan peranan koloid di industri kosmetik,
makanan dan farmasi.

IV. Tujuan Pembelajaran


1.
Siswa dapat menjelaskan pembuatan koloid secara
dispersi melalui percobaan dan diskusi kelompok.

156

2.

Siswa dapat menjelaskan pembuatan koloid secara

3.

kondensasi melalui percobaan dan diskusi kelompok.


Siswa mampu membedakan suspensi, larutan sejati, dan

koloid melalui percobaan dan diskusi kelompok.


4.
Siswa mampu menentukan jenis koloid berdasarkan
medium pendispersi dan zat terdispersi melalui diskusi kelompok.
5.
Siswa mampu menjelaskan sifat-sifat koloid (efek
tyndall, gerak brown, adsorpsi, dan koagulasi) melalui percobaan diskusi
kelompok
6.

Siswa mampu menjelaskan koloid pelindung melalui


diskusi kelompok.

7.

Siswa mampu menjelaskan koloid liofob dan liofil

melalui diskusi kelompok.


8.
Siswa mampu menjelaskan peranan koloid di industri
9.

kosmetik, makanan dan farmasi melalui diskusi kelompok.


Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa memiliki
nilai-nilai karakter seperti santun, rasa ingin tahu, mampu bekerjasama,
berpikir logis, kreatif, bertanggung jawab, tekun, jujur, disiplin dan inovatif.

V. MATERI PEMBELAJARAN
Pembuatan Sistem Koloid
Sistem koloid dibuat dengan dua metode, yaitu metode mengelompokkan
(agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan kasar kemudian
mendispersikan ke dalam medium pendispersi. Metode pertama disebut
kondensasi dan kedua disebut pendispersi.
1. Cara dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel-partikel
kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil, dapat dilakukan secara
mekanik, peptisasi, homogenisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur
Bredig).
a. Pembuatan Koloid dengan Cara mekanik
Zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi partikel berukuran
koloid melalui penggilingan, pengadukan, penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat
yang sudah berukuran koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium
pendispersi. Pembuatan koloid dengan cara mekanik, contohnya penggilingan

157

kacang kedelai pada pembuatan tahu dan kecap, pembuatan cat, pembuatan kue
tart dan mayones. Pada pembuatan cat di industri dilakukan dengan cara bahan
digiling kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi seperti air.
Sementara itu, pada pembuatan makanan seperti kue tart dan mayones dilakukan
dengan teknik penumbukan dan pengadukan. Kuning telur, margarin, dan gula
pasir yang sudah dihaluskan kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi koloid.
Industri makanan, yaitu pada pembuatan es krim, jus buah, selai, cincau, dan
lainnya. Industri kimia, yaitu pada pembuatan cat, zat pewarna, pasta gigi, dan
detergen. Selain itu, pada pembuatan cincau merupakan aplikasi pembuatan
koloid secara dispersi. Cincau ditunjukkan oleh Gambar 01.

Gambar 01. Cincau


b. Cara peptisasi
Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi kasar dengan cara
memecah partikel-partikel suspensi secara kimia. Kemudian, menambahkan ionion sejenis yang dapat diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid sampai koloid
menjadi stabil. Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk partikel-partikel
bermuatan koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion yang teradsorpsi pada
permukaan partikel koloid. Contohnya, tanah lempung pecah menjadi partikelpartikel berukuran koloid jika ditambah NaOH dan didispersikan ke dalam air.
Partikel-partikel silikat dari tanah lempung akan mengadsorpsi ion-ion OH- dan
terbentuk koloid bermuatan negatif yang stabil. Selain itu, contoh-contoh peptisasi
adalah endapan Al(OH)3, endapan NiS dipeptisasi dengan H2S, agar-agar
dipeptisasi dengan air, dan serat selulosa asetat dipeptisasi dengan aseton.
c. Cara Busur Bredig

158

Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium
dispersi, kemudian diberi loncatan listrik diantara kedua ujungnya. Arus listrik
bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah elektrode logam (bahan
terdispersi). Kemudian, kedua elektrode tersebut dicelupkan ke dalam air hingga
kedua ujung elektrode itu hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga api
listrik. Loncatan bunga api listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan
membentuk atom-atom dan larut di dalam medium pendispersi membentuk sol.
Alat Busur Bredig ditunjukkan oleh Gambar 02.

Gambar 02. Skema alat busur Bredig


d. Cara Homogenisasi
Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
penghomogenan sampai berukuran koloid. Cara ini digunakan dalam pembuatan
susu. Partikel lemak dari susu diperkecil sampai berukuran koloid dengan cara
melewatkan melalui lubang berpori dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel
sudah sesuai ukuran koloid, selanjutnya didispersikan ke dalam medium
pendispersi.
2. Pembuatan Koloid dengan Metode Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus (molekuler)
menjadi partikel yang lebih besar (partikel berukuran koloid). Pembuatan koloid
dengan cara ini dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, reaksi
hidrolisis, reaksi penggaraman, dan reaksi penjenuhan.
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui
mekanisme perubahan bilangan oksidasi. Contoh pembuatan koloid dengan reakdi
redoks adalah sebagai berikut.

159

1) Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida (H2S)


2 H2S ke dalam larutan belerang dioksida (SO2)
2H2S(g) + SO2 (aq)

3 S (s) + 2 H2O (l)

2) Pembuatan sol emas dengan cara mereduksi larutan AuCl 3 dan zat
pereduksi formaldehida atau besi (II) sulfat.
2 AuCl3 (Aq) + 3 HCOH (aq) + 3 H2O (l)

2 Au(s) + 6 HCl (aq) + 3 HCOOH(aq)


Atau

AuCl3 (Aq) + 3FeSO4(aq)

b.

Au(s) + Fe2(SO4)3 (aq)+ FeCl3 (aq)

Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis merupakan

reaksi

pembentukan

koloid

dengan

menggunakan pereaksi air. Misalnya, pembuatan sol Al(OH)3 atau sol Fe (OH)3
1) Pembuatan sol Al (OH)3 dari larutan AlCl3, Al2(SO)4, PAC, atau tawas
AlCl3 (aq) + 3 H2O (l)

Al (OH)3 (s) + 3 HCl (aq)

2) Pembuatan sol Fe(OH)3 dari larutan FeCl3 dengan air panas.


FeCl3 (aq) + 3H2O(l)
c.

Fe(OH)3 (s) + 3 HCl(aq)

Reaksi penggaraman
Garam-garam yang sukar larut dapat dibuat menjadi koloid melalui reaksi

pembentukan garam. Untuk menghindari pengendapan biasnya digunakan suatu


zat pemecah.
AgNO3(aq) + NaCl(aq)

AgCl (s) + NaNO3 (aq)

Na2SO4 (aq) + Ba(NO3)2(aq)


d.

BaSO4(s) + 2NaNO3 (aq)

Penjenuhan Larutan
Pembuatan kalsium asetat merupakan contoh pembuatan koloid dengan cara

penjenuhan larutan ke dalam larutan jenuh kalsium asetat dalam air. Penjenuhan
dilakukan

dengan

cara

menambahkan

pelarut

alkohol

sehingga

akan

menghasilkan koloid yang berupa gel. Kalsium asetat bersifat lebih mudah larut
dalam air, namun sukar larut dalam alkohol.
Sistem Dispersi
Campuran adalah suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi
penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain. Zat yang didispersikan
disebut

fase

terdispersi,

sedangkan

medium

yang

digunakan

untuk

mendispersikan disebut medium pendispersi. Berdasarkan ukuran partikelnya,

160

sistem dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu suspensi, koloid,dan


larutan.
1. Larutan
Larutan adalah campuran homogen yang partikel-partikel molekul
terdistribusi secara merata di seluruh cairan sekitarnya. Ukuran partikel zat
terlarut di dalam suatu larutan sangat kecil kurang dari 1 nm (1 nm = 10 -9)
sehingga tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop ultra dan tidak dapat
dibedakan antara zat terlarut dan medium pendispersinya. Zat dalam larutan tidak
dapat dipisahkan dengan penyaringan. Contoh : Larutan gula, larutan garam,
alkohol 70%, dan larutan cuka. Jika larutan ini disaring dengan menggunakan
kertas saring maka tidaka ada zat yang tersaring.
2. Suspensi
Suspensi merupakan campuran heterogen yang mengandung partikel cukup
besar untuk dilihat dengan mata telanjang dan jelas berbeda dari cairan sekitarnya.
Ukuran partikel suspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat disaring dengan
menggunakan kertas saring biasa. Contoh suspensi adalah campuran antara pasir
dan air. Jika campuran pasir dan air dituangkan kedalam gelas menggunakan
penyaring, pasir dan air akan terpisah.

Gambar1. Air sungai yang keruh


2. Koloid
Koloid adalah sistem dispersi yang terdiri dari zat terdispersi dan medium
pendispersi dengan ukuran partikel koloid berkisar 1 nm 100 nm. Sistem koloid
tampak homogen, bila dilihat tanpa mikroskop tetapi dengan mikroskop tampak
adanya partikel-partikel fase terdispersi. Partikel koloid dapat disaring
menggunakan suatu kertas saring dengan menggunakan suatu kertas saring yang

161

berpori-pori sangat halus (penyaring ultra). Contoh sistem koloid adalah tinta,
yang terdiri dari serbuk-serbk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta,
masih terdapat sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, susu, dan
lain sebagainya seperti ditunjukkan oleh Gambar 01.

Gambar 01. Berbagai Contoh Koloid


Secara garis besar, perbandingan antara larutan, koloid, dan suspensi dapat dilihat
pada Tabel 01.

Tabel 01. Perbedaan Larutan, Suspensi, dan Koloid


Larutan
(Dispersi Molekuler)
1) Homogen, tidak dapat
dibedakan walaupun
menggunakan
mikroskop ultra.

Koloid
(Dispersi Koloid)

Suspensi
(Dispersi Kasar)

Secara
makroskopis Heterogen
bersifat homogen, tetapi
heterogen jika diamati
dengan mikroskop ultra.

2) Semua
partikel Partikel
berdimensi Salah satu atau semua
berdimensi (panjang, antara 1 nm sampai 100 dimensi partikelnya lebih
lebar,
atau
tebal) nm.
besar dari 100 nm.
kurang dari 1 nm
3) Satu fase

Dua fase

Dua fase

4) Stabil

Pada umumnya stabil

Tidak stabil

5) Tidak dapat disaring

Tidak dapat disaring,


kecuali dengan
penyaringan ultra

Dapat disaring

b). Jenis Sistem Koloid

162

Sistem koloid terdiri atas dua komponen, yaitu fase terdispersi (fase yang
tersebar halus) dan fase pendispersi (medium tempat penyebaran fase terdispersi).
Dari ketiga fase zat (padat, cair, dan gas) dapat dibuat sembilan kombinasi
campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Hal
ini dikarenakan kombinasi campuran fase gas dengan fase gas selalu
menghasilkan campuran homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk
sistem koloid. Kedelapan kombinasi campuran fase zat adalah sebagai berikut.
1) Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)
Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi
berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Koloid jenis sol banyak kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. Contoh-contoh
sistem koloid fase padat-cair adalah agar-agar, gelatin, cairan kanji, air sungai, cat
tembok, tinta, dan lain-lain. Tinta ditunjukkan pada Gambar 02.

Gambar 02. Tinta


2) Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)
Sistem koloid fase padat-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase
pendispersi yang sama-sama berwujud zat padat sehingga dikenal dengan nama
sol padat. Contoh sistem koloid fase padat-padat adalah logam campuran,
misalnya stainless steel yang terbentuk dari campuran logam besi, kromium
seperti ditunjukkan pada Gambar 02., dan nikel.

Gambar 02. Kromium


3) Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)

163

Sistem koloid fase padat-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan
fase pendispersi berupa gas. Contohnya adalah asap dari pembakaran sampah atau
dari kendaraan bermotor. Asap merupakan partikel padat yang terdispersi di dalam
medium pendispersi berupa gas (udara) seperti ditunjukkan pada Gambar 03.

Gambar 03: Asap Pabrik


4) Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)
Sistem koloid fase cair-gas terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair
dan fase pendispersi berupa gas. Contoh aerosol adalah hairspray, parfum, obat
nyamuk semprot dan lain-lain. Obat nyamuk semprot seperti ditunjukkan pada
Gambar 04.

Gambar 04. Obat Nyamuk Semprot


5) Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)
Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair
dan medium pendispersi yang juga berupa cairan. Campuran yang terbentuk
bukan berupa larutan, melainkan bersifat heterogen misalnya campuran antara
minyak dan air. Minyak dan air dapat bercampur jika ditambahkan emulgator
berupa sabun atau detergen. Contoh emulsi lainnya dalam kehidupan sehari-hari
yaitu susu, air santan, dan lain-lain. Susu ditunjukkan oleh Gambar 05.

164

Gambar 05. Susu

6) Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)


Sistem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair
dan medium pendispersi berupa zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi
padat. Contohnya, yaitu keju dan mentega seperti ditunjukkan pada Gambar 06.

(a)

(b)
Gambar 06. Keju (a) dan Mentega (b)

7) Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)


Sistem koloid fase gas-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan
medium pendispersi berupa zat cair. Contohnya adalah busa sabun seperti
ditunjukkan pada Gambar 07.

Gambar 07. Busa Sabun


8) Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)
Sistem koloid fase gas-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan
medium pendispersi berupa zat padat. Busa padat yang sering ditemukan dalam

165

kehidupan sehari-hari yaitu karet busa dan batu apung seperti ditunjukkan pada
Gambar 08.

Gambar 08. Karet Busa


Sifat-Sifat Sistem Koloid
1) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah suatu efek penghamburan berkas sinar oleh partikelpartikel yang terdapat pada sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat.
Efek Tyndall terjadi karena partikel koloid yang berupa molekul atau ion dengan
ukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya yang diterimanya ke segala
arah, meskipun partikel koloidnya tidak tampak. Namun, pada larutan sejati efek
Tyndall ini tidak terjadi karena ukuran partikelnya terlalu kecil untuk
meghamburkan cahaya. Contoh efek tyndall dalam kehidupan sehari-hari adalah
terlihatnya debu-debu beterbangan karena sinar matahari yang masuk melalui
celah ke dalam ruangan, sorot lampu mobil pada malam hari yang berdebu,
berasap, atau berkabut tampak jelas, sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop
yang berasap atau berdebu akan tampak jelas sehingga gambar film di layar
menjadi tidak jelas, sorot lampu pada malam hari akan terlihat dihamburkan
seperti ditunjukkan oleh Gambar 01.

Gambar 01. Sorot Lampu Pada Malam yang Berkabut

166

2) Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak tidak beraturan, gerak acak atau gerak zig-zag
partikel koloid. Gerak Brown ini terjadi karena adanya tumbukan partikel-partikel
medium pendispersi terhadap partikel-partikel terdispersinya Arah gerak partikel
koloid bergantung pada jumlah partikel medium pendispersi yang menabrak. Jika
jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari arah bawah banyak, maka partikel
koloid akan bergerak ke atas. Sementara itu, jika jumlah partikel pendispersi yang
menabrak dari atas banyak, maka partikel koloid bergerak ke bawah. Gerak zigzag akibat tabrakan dari partikel pendispersi menyebabkan sistem koloid tetap
stabil, homogen, dan tidak mengendap.
Koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikelpartikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,
maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang, dan terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel, sehingga
terjadi zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin
cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel
koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Gerak Brown ditunjukkan pada
Gambar 02.

Gambar 02. Gerak Brown

167

3) Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penyerapan zat/partikel/molekul pada permukaan
dari zat tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik. Ketika partikelpartikel suatu koloid mengadsorpsi ion-ion bermuatan positif, maka koloid
tersebut bermuatan positif. Sebaliknya, ketika partikel-partikel suatu koloid
mengadsorspi ion-ion bermuatan negatif, maka koloid tersebut akan bermuatan
negatif. Antara partikel koloid dengan ion-ion yang diadsorpsi akan membentuk
beberapa lapisan, yaitu lapisan pertama adalah lapisan yang bersifat netral, terdiri
atas partikel koloid netral, lapisan ion dalam ialah lapisan ion-ion yang diadsorpsi
oleh koloid, dan lapisan ion luar. Salah contoh penerapan adsorpsi adalah pada
pemurnian gula seperti ditunjukkan oleh Gambar 03.

Gambar 03. Pemurnian Gula


4) Elektroforesis
Pada elektroforesis, partikel koloid yang bermuatan akan mengalami
pergerakan. Partikel koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke elektrode
positif sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke elektrode yang
bermuatan negatif. Elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis
muatan dari suatu partikel koloid. Aplikasi elektroforesis adalah pada pegecatan
badan mobil seperti ditunjukkan oleh Gambar 04.

Gambar 04. Aplikasi Elektroforesis pada Pengecatan Badan Mobil

168

5) Koagulasi
Koagulasi koloid merupakan proses bergabungnya partikel-partikel koloid
secara bersama membentuk zat dengan massa yang lebih besar. Koagulasi koloid
dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi. Cara mekanik, misalnya
pemanasan, pendinginan, dan pengadukan. Secara kimiawi, koagulasi koloid
dapat terjadi sebagai hasil dari pencampuran suatu koloid dengan koloid lain atau
beberapa zat elektrolit. Salah satu aplikasi dari koagulasi adalah pada lateks
seperti Gambar 05.

Gambar 05. Lateks menggumpal ditambahkan Asam Formiat


Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang medium pendispersinya cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang
cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Sebaliknya, suatu koloid
disebut liofob jika gaya tarik menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Jika
medium pendispersi yang dipakai dalam air, maka kedua jenis koloid di atas
disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Perbandingan sifal sol hidrofil dan
hidrofob ditunjukkan oleh Tabel 01.
Tabel 1. Perbandingan Sifat Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob
Sel Hidrofil
Sel Hidrofob
Mengadsorpsi mediumnya
Tidak mengadsorpi mediumnya
Dapat dibuat dengan konsentrasi yang Hanya stabil pada konsentrasi kecil
relatif besar
Tidak mudah

menggumpal

penambahan elektrolit
Viskositas lebih besar
mediummnya

pada Mudah menggumpal pada penambahan

elektrolit
daripada Viskositas
mediumnya.

hampir

sama

dengan

169

Bersifat reversibel
Efek tyndal lemah
Koloid organik
Gerak Brown tidak jelas

Tidak reversibel
Efek tyndal lebih jelas
Umumnya koloid anorganik
Gerak Brown Jelas

Pemanfaatan sifat hidrofob dan sifat hidrofil terlihat pada penggunaan


deterjen dalam proses pencucian pakaian. Kotoran yang menempel pada kain ada
yang mudah larut dalam air, tetapi banyak yang tidak larut dalam air misalnya
lemak dan minyak. Proses pencucian bertujuan agar lemak dan minyak dapat
teremulsi di dalam air. Dengan bantuan deterjen atau sabun maka minyak akan
tertarik oleh deterjen.
Kemampuan deterjen menarik lemak dan minyak disebabkan pada molekul
deterjen terdapat ujung-ujung liofil yang larut dalam air dan ujung liofob yang
berpegang erat pada lemak dan minyak. Akibat adanya gaya tarik menarik
tersebut, tegangan permukaan lemak dan minyak dengan kain menurun sehingga
lebih kuat tertarik oleh molekul-molekul air yang mengikat deterjen.
Peranan Koloid Pada Kehidupan Sehari-Hari
Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam
(tanah, air, dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian.
Diindustri sendiri, aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan
sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur
zat-zat yang tidak saling melarutkan secara heterogen dan bersifat stabil untuk
produksi skala besar.
Tabel 2. Aplikasi Koloid
Jenis Industri
Industri Makanan
Industri Kosmetik dan perawatan tubuh
Industri cat
Industri Kebutuhan Rumah Tangga
Industri Pertanian
Industri Farmasi

Contoh Aplikasi
Keju, mentega, susu, dan saus salad
Krim, pasta gigi, sabun
Cat
Sabun, deterjen
Peptisida dan Insektisida
Minyak Ikan, penisilin untuk suntikan

170

171

VI. Metode Pembelajaran


Pertemuan 1, 2,3,dan 4
1. Model pembelajaran : Self Regulated Learning
2. Pendekatan

: Induktif

3. Metode

: Diskusi, Eksperimen

4. Teknik

: Diskusi kelas, Eksperimen dan Diskusi Kelompok

Pertemuan 5
1. Model pembelajaran : Self Regulated Learning
2. Pendekatan

: Induktif

3. Metode

: Diskusi

4. Teknik

: Diskusi kelas, dan Diskusi Kelompok

VII. Langkah-Langkah Pembelajaran


Pertemuan 1
Tahapan Kegiatan
Pendahuluan
Tahap Analyze

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Mengucapkan
salam Mengucapkan salam pembuka
pembuka.
dengan santun.
Guru memperkenalkan model Memperhatikan
penjelasan
pembelajarn
SRL
(Self
guru dan menanyakan apabila

Alokasi Waktu
20 menit

172

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru
Regulated Learning)

Kegiatan Siswa
ada yang belum dipahami

Menyampaikan SK, KD, Mencermati SK, KD dan


indikator,
dan
tujuan indikator yang disampaikan
pembelajaran
serta guru,
kemudian
siswa
menyampaikan pokok materi menganalisa
tujuan
pembelajaran.
pembelajaran yang harus
dicapai dengan rasa ingin
tahu.
Membangkitkan minat dan
Merespon
dan
memberi
motivasi dengan mengajukan
tanggapan terhadap apersepsi
pertanyaan: kalian pernah
yang diberikan oleh guru
makan agar-agar? Bagaimana
dengan rasa ingin tahu,
teksturnya? Pernahkah kalian
berpikir logis, kreatif, dan
membuat agar-agar?
inovatif.
Mengarahkan siswa untuk Membentuk kelompok secara
heterogen. Pada kelompok
membentuk
kelompok.
siswa bertanggung jawab atas
Pembentukan
kelompok
tugas yang diberikan.
secara
heterogen
dan
diserahkan sepenuhya kepada Mencermati
LKS
yang
siswa.
diberikan oleh guru dan
Membagikan
LKS menganalisis masalah yang
(terlampir) kepada siswa .
terdapat pada LKS tersebut
dengan rasa ingin tahu.
Kegiatan Inti

Alokasi Waktu

173

Tahapan Kegiatan
Plan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Alokasi Waktu

Memberikan
kesempatan Melakukan diskusi dengan 60 menit
kepada
siswa
untuk komunikatif dan menerima
bersdiskusi.
Diskusi pendapat dari rekannya serta
diarahkan untuk menentukan saling
bekerjasama
tujuan dan rencana kegiatan menentukan
tujuan
dan
pembelajaran yang akan rencana
kegiatan
ditempuh. Guru ikut terlibat pembelajaran.
dalam diskusi dengan tujuan
menuntun
siswa
dalam
memilih strategi belajar yang
sesuai.
Siswa merencanakan sumber Mengarahkan siswa untuk
sumber serta sarana belajar
untuk mendukung proses
memanfaatkan sumber dan
pembelajarannya.
Sumber
sarana belajar yang tersedia
belajar
dapat
berupa
bukuuntuk mendukung proses
buku penunjang yang relevan
pembelajarannya.
dengan rasa ingin tahu dan
bertanggung jawab.
Mengumpulkan
informasi
Meminta
siswa
untuk
berkaitan dengan masalah
yang dipecahkan dengan rasa
mempelajari materi yang
ingin tahu.
berkaitan dengan masalah
yang akan dipecahkan sesuai
dengan LKS.
Membimbing
siswa
menghasilkan hipotesis yang Melakukan diskusi kelompok
untuk merumuskan hipotesis

174

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru
akan diuji lebih lanjut.

Kegiatan Siswa

Alokasi Waktu

yang akan diuji dengan rasa


ingin
tahu,
menghargai
perbedaan, kerjasama dan
berpikir kritis, kreatif dan
inovatif.

dalam
kelompok
Menyediakan alat dan bahan Siswa
menyepakati
rencana
praktikum. Hal ini bertujuan
kegiatan
pembelajaran
yang
untuk memfasilitasi siswa
akan dilakukan dengan rasa
yang
memiliki
rencana
ingin tahu dan bertanggung
praktikum. Alat dan bahan
jawab.
yang digunakan telah tersedia
pada LKS.
kegiatan

Membimbing
siswa Merancang
praktikum
yang
akan
merancang
kegiatan
dilakukan
untuk
menguji
praktikum untuk siswa yang
hipotesis
yang
diajukan
memiliki rencana praktikum.
dengan rasa ingin tahu dan
bertanggung jawab
Penutup

Menyuruh siswa
menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
Mengajak siswa melakukan
refleksi terhadap apa yang
telah dipelajari
Memberikan
pekerjaan
rumah kepada siswa untuk

Menyimpulkan materi yang


telah dipelajari
Melakukan refleksi terhadap
apa yang telah dipelajari.
Mencermati tugas
diberikan oleh guru

yang

10 menit

175

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Alokasi Waktu

Kegiatan Siswa

Alokasi Waktu

membuat
hipotesis
dan
merancang
kegiatan
praktikum pada pertemuan
selanjutnya
serta
mengerjakan tugas sesuai
dengan LKS.
Pertemuan 2
Tahapan Kegiatan
Pendahuluan
Tahap Analyze

Kegiatan Guru
Mengucapkan
pembuka.

salam Mengucapkan salam pembuka


dengan santun.

Menyampaikan SK, KD, Mencermati SK, KD dan


indikator,
dan
tujuan indikator yang disampaikan
kemudian
siswa
pembelajaran
serta guru,
menganalisa
tujuan
menyampaikan pokok materi
pembelajaran yang harus
pembelajaran.
dicapai dengan rasa ingin
tahu.
Mengaitkan materi
sebelumnya mengenai
pembuatan koloid dengan
materi yang akan dipelajari

Menyimak informasi yang


disampaikan oleh guru.
Siswa bergabung
kelompok
yang

dengan
telah

5 menit

176

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Alokasi Waktu

terbentuk sebelumnya.
Mengarahkan siswa untuk
duduk pada kelompok yang Siswa mengeluarkan LKS
telah terbentuk sebelumnya.
yang diberikan oleh Guru.
Meminta
siswa
untuk
mengeluarkan LKS yang
telah
diberikan
pada
pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Inti
Implement

Mengarahkan siswa untuk Melakukan


praktikum 40 menit
melakukan
praktikum
mengenai pembuatan agarpembuatan agar-agar dan
agar dan pembuatan sol
pembuatan sol Al(OH)3
Al(OH)3 secara berkelompok
sesuai dengan LKS 1 untuk
dengan dengan rasa ingin
menguji hipotesis yang
tahu, menghargai perbedaan,
diajukan.
dan berpikir kritis, kreatif
dan inovatif.
Membimbing diskusi siwa Melakukan diskusi mengenai
pembuatan koloid secara
mengenai pembuatan koloid
dispersi
dan
kondensasi
secara
dispersi
dan
dengan rasa ingin tahu,
kondensasi.
menghargai perbedaan, dan
berpikir kritis, kreatif dan
inovatif.
Membimbing diskusi siswa Melakukan diskusi mengenai
pembuatan susu kemasan
mengenai pembuatan susu
dengan rasa ingin tahu,

177

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru
kemasan.

Kegiatan Siswa

menghargai
perbedaan,kerjasama
dan
berpikir kritis, kreatif dan
inovatif.
Melakukan kegiatan belajar
berupa pengamatan atau
diskusi dipandu dengan LKS
yang telah disediakan dengan
tekun dan kerja keras.
Setiap
siswa
bertukar
pendapat
untuk
memformulasikan
jawaban
pada
LKS
dengan
menghargai perbedaan, dan
berpikir kritis, kreatif dan
inovatif.
Mengadakan diskusi untuk 10 menit
mengamati pemahamannya
dengan mengadakan koreksi
terhadap apa yang telah
dikerjakan dengan jujur
Mencatat hal-hal yang belum
terpecahkan atau yang tidak
dimengerti dan kendalakendala yang ditemui selama
proses implementasi dengan
teliti.
[

Mengamati kinerja siswa


selama mengerjakan tugas.
Mengobservasi dan
mendengarkan interaksi para
siswa.

Comprehend

Memberikan
semangat
kepada siswa agar tekun
dalam usaha mencapai tujuan
dan konsep dari materi yang
telah dipelajari.
Memberikan bimbingan untuk
mengatasi
kendala-kendala
dan
permasalahan
yang
ditemui
selama
proses
pemecahan masalah

Alokasi Waktu

178

Tahapan Kegiatan
Problem Solving

Evaluate

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Memberikan
kesempatan Memecahkan permasalahan
berdiskusi diantara siswa
yang terdapat pada LKS
untuk
memecahkan
berdasarkan hasil diskusi dan
permasalahan yang tersedia
percobaan dengan tekun.
pada LKS. Diskusi diarahkan
untuk
meningkatkan
pemahaman.
Mempersilakan siswa untuk Menyampaikan hasil
pemecahan masalah dan halmenyampaikan hasil diskusi
hal yang belum dimengerti
dalam memecahkan masalah
dengan jujur.
dan hal-hal yang belum
dimengerti.
Memberikan solusi terhadap Mencatat hal-hal penting
masalah siswa yang belum
terkait dengan permasalahan
terpecahkan.
yang belum dipecahkan
dengan tekun.
Mengajak siswa mencermati Mencermati kembali dan
kembali dan merenungkan
merenungkan kesalahan,
kesalahan, kekurangan, dan
kekurangan serta kesulitan
kesulitan yang dialami selama
yang dialami selama proses
proses pemecahan masalah.
pemecahan masalah dengan
rasa ingin tahu
Mengarahkan siswa pada Mengadakan pembenahan
konsep-konsep yang benar terhadap kesalahan dan
apabila masih ada siswa yang kekurangannya dengan jujur.
mengalami miskonsepsi.

Alokasi Waktu
20 menit

5 menit

179

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Modify

Penutup

Kegiatan Siswa

Mengadakan perbaikan jika


masih ada konsep-konsep
yang salah dengan tekun

Menyimpulkan pembelajaran
Membimbing siswa untuk
sesuai dengan tujuan
menyimpulkan pembelajaran.
pembelajaran dengan disiplin.
Memberikan kuis kepada
Menyelesaikan kuis kepada
siswa.
siswa dengan jujur.
Memberikan tugas kelompok
Mencermati tugas yang
untuk dikerjakan di rumah
(soal 1-3 dalam LKS)
diberikan oleh guru.
Memberikan informasi
Menyimak penjelasan dari
mengenai materi
guru.
pembelajaran yang akan
dibahas pada pertemuan
berikutnya
Mengucapkan salam penutup
Membalas salam guru

Alokasi Waktu

5 menit

5 menit

180

Pertemuan 3
Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Alokasi
Waktu

Pendahuluan
Analyze

Mengucapkan salam pembuka


Menyampaikan SK, KD, indikator, dan tujuan
pembelajaran serta menyampaikan pokok materi
pembelajaran.

Memberikan apersepsi dengan mengingatkan


siswa tentang pembuatan koloid secara dispersi
dan kondensasi.

Membangkitkan minat dan motivasi dengan

5 menit
Mengucapkan salam pembuka dengan santun
Mencermati SK, KD dan indikator yang disampaikan
guru, kemudian siswa menganalisa tujuan
pembelajaran yang harus dicapai dengan rasa ingin
tahu.

Mencermati dan merenungkan dan/atau menjawab


pertanyaan yang disampaikan oleh guru dengan rasa
ingin tahu, berpikir logis, kreatif, dan inovatif.

Merespon dan memberi tanggapan terhadap apersepsi


yang diberikan oleh guru dengan rasa ingin tahu,
berpikir logis, kreatif, dan inovatif

mengajukan pertanyaan: ibu mempunyai tiga


buah gelas. Gelas I berisi air garam, gelas II,
berisi santan, dan gelas III berisi campuran air
dengan kopi. Coba kalian perhatikan apakah ada
kesamaan atau perbedaan antara ketiga cairan
dalam gelas? Salah satu dari kalian mungkin
bisa menemukan kesamaan atau perbedaannya, Menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru
dengan rasa ingin tahu, berpikir logis, kreatif, dan
coba sebutkan!
inovatif
Memberikan pertanyaan pada siswa Sebutkan
salah satu contoh koloid dan tentukan jenis
koloidnya! Apakah susu merupakan koloid?
Jika iya, apa medium pendispersi dan fase Bergabung dengan kelompok yang telah terbentuk
sebelumnya.
terdispersi dari susu?

Mengarahkan siswa untuk duduk pada

181

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Alokasi
Waktu

kelompok yang telah terbentuk sebelumnya. Siswa mengeluarkan LKS yang diberikan oleh
Meminta siswa untuk mengeluarkan LKS
Guru.
yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya.
Kegiatan Inti
Plan

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Melakukan diskusi dengan komunikatif dan 10 menit
bersdiskusi.
Diskusi
diarahkan
untuk
menerima pendapat dari rekannya serta
menentukan tujuan dan rencana kegiatan
bekerjasama menentukan tujuan dan rencana
pembelajaran yang akan ditempuh. Guru ikut
kegiatan pembelajaran.
terlibat dalam diskusi dengan tujuan menuntun
siswa dalam memilih strategi belajar yang
sesuai.
Mengarahkan siswa untuk memanfaatkan
sumber dan sarana belajar yang tersedia untuk
mendukung proses pembelajarannya.

Meminta siswa untuk mempelajari materi yang


berkaitan dengan masalah yang akan
dipecahkan.
Membimbing siswa menghasilkan hipotesis
yang akan diuji lebih lanjut

Menyediakan alat dan bahan praktikum. Hal


ini bertujuan untuk memfasilitasi siswa
yang memiliki rencana praktikum. Alat dan

Siswa merencanakan sumber-sumber serta sarana


belajar untuk mendukung proses pembelajarannya.
Sumber belajar dapat berupa buku-buku penunjang
yang relevan dengan rasa ingin tahu dan
bertanggung jawab.
Mengumpulkan informasi berkaitan dengan masalah
yang dipecahkan dengan rasa ingin tahu.

Melakukan diskusi kelompok untuk merumuskan


hipotesis yang akan diuji dengan rasa ingin tahu,
menghargai perbedaan, dan berpikir kritis, kreatif
dan inovatif.

Siswa

dalam kelompok menyepakati rencana


kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
rasa ingin tahu dan bertanggung jawab.

182

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

bahan yang digunakan telah tersedia pada


LKS.
Meminta siswa untuk mengeluarkan LKS
yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya.
Implement

Kegiatan Siswa

Alokasi
Waktu

Mengeluarkan LKS yang diberikan oleh guru.

Memberikan bimbingan kepada siswa untuk Mendengarkan dan mencermati apa yang 40 menit
menjalankan kegiatan belajar sesuai dengan disampaikan oleh guru dan berusaha mengerjakan
tugas yang diberikan dengan tekun dan bertanggung
rencana yang telah ditetapkan siswa,
jawab.
termasuk kegiatan praktikum dan diskusi.
Mengarahkan siswa melakukan praktikum Melakukan praktikum untuk membedakan larutan,
suspensi, dan koloid secara berkelompok dengan
untuk membedakan larutan, koloid, dan
rasa ingin tahu, menghargai perbedaan, dan
suspensi sesuai dengan LKS.
berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

Membimbing diskusi siswa mengenai ciri- Melakukan diskusi mengenai ciri-ciri sistem koloid
dengan rasa ingin tahu, menghargai perbedaan,
ciri sistem koloid.
Membimbing diskusi siswa mengenai jenis
sistem koloid berdasarkan zat terdispersi
dan medium pendispersi.
Mengamati kinerja siswa selama mengerjakan
tugas.
Mengobservasi dan mendengarkan interaksi
para siswa.

kerjasama dan berpikir kritis, kreatif dan inovatif..


Melakukan diskusi mengenai jenis sistem koloid
berdasarkan zat terdispersi dan medium pendispersi
dengan rasa ingin tahu, menghargai perbedaan, dan
berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
Melakukan kegiatan belajar berupa pengamatan atau
diskusi dipandu dengan LKS yang telah disediakan
dengan tekun dan kerja keras
Setiap
siswa
bertukar
pendapat
untuk
memformulasikan jawaban pada LKS dengan
menghargai perbedaan, dan berpikir kritis, kreatif
dan inovatif.

183

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Comprehend

Memberikan semangat kepada siswa agar Mengadakan


diskusi
untuk
mengamati
tekun dalam usaha mencapai tujuan dan
pemahamannya dengan mengadakan koreksi
konsep dari materi yang telah dipelajari.
terhadap apa yang telah dikerjakan dengan jujur.
Memberikan bimbingan untuk mengatasi Mencatat hal-hal yang belum terpecahkan atau yang
kendala-kendala dan permasalahan yang
tidak dimengerti dan kendala-kendala yang ditemui
selama proses implementasi dengan teliti..
ditemui selama proses pemecahan masalah

Problem Solving

Memberikan kesempatan berdiskusi diantara Memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKS

Alokasi
Waktu
5 menit

15 menit

siswa untuk memecahkan permasalahan pada


berdasarkan hasil diskusi dan percobaan dengan
LKS. Diskusi diarahkan untuk meningkatkan
tekun.
pemahaman.
.
Mempersilakan siswa untuk menyampaikan Menyampaikan hasil pemecahan masalah dan hal-hal
hasil diskusi dalam memecahkan masalah dan
yang belum dimengerti dengan jujur.
hal-hal yang belum dimengerti.
Memberikan solusi terhadap masalah siswa Mencatat hal-hal penting terkait dengan
yang belum terpecahkan.
permasalahan yang belum dipecahkan dengan tekun.

Mengajak siswa mencermati kembali dan

Evaluate

merenungkan kesalahan, kekurangan, dan


kesulitan yang dialami selama proses
pemecahan masalah.

Mengarahkan siswa pada konsep-konsep yang

Modify

Mencermati kembali dan merenungkan kesalahan,

5 menit

kekurangan serta kesulitan yang dialami selama


proses pemecahan masalah dengan rasa ingin tahu.
.

Mengadakan pembenahan terhadap kesalahan dan


kekurangannya dengan jujur

benar apabila masih ada siswa yang


mengalami miskonsepsi.

Mengadakan perbaikan jika masih ada konsep-

Membimbing siswa untuk menyimpulkan

Menyimpulkan pembelajaran sesuai dengan tujuan

konsep yang salah dengan tekun


5 menit

184

Tahapan Kegiatan
Penutup

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

pembelajaran.
Memberikan kuis kepada siswa

pembelajaran dengan disiplin..


Menyelesaikan kuis dengan jujur.

Memberikan tugas kelompok untuk dikerjakan

Mencermatit tugas yang diberikan oleh guru.

Alokasi
Waktu
5 menit

di rumah (soal 4-6dalam LKS)

Memberikan informasi mengenai materi

Menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru.

pembelajaran yang akan dibahas pada


pertemuan berikutnya
Mengucapkan salam penutup

Membalas salam guru dengan santun.

Pertemuan 4
Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Alokasi
Waktu

Kegiatan Pendahuluan
Analyze

Mengucapkan salam pembuka


Menyampaikan SK, KD, indikator, dan tujuan
pembelajaran serta menyampaikan pokok materi
pembelajaran.

Membimbing siswa untuk menghubungkan materi


pelajaran sebelumnya mengenai konsep koloid
melalui kegiatan tanya jawab.
.

Membangkitkan minat dan motivasi dengan


mengajukan pertanyaan: Pernahkah kalian
mengamati berkas sinar matahari yang melalui

5 menit
Mengucapkan salam pembuka dengan santun
Mencermati SK, KD dan indikator yang disampaikan
guru,kemudian
siswa
menganalisa
tujuan
pembelajaran yang harus dicapai dengan rasa ingin
tahu.
Mencermati dan merenungkan dan/atau menjawab
pertanyaan yang disampaikan oleh guru dengan rasa
ingin tahu, berpikir logis, kreatif, dan inovatif

Menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh guru


dengan rasa ingin tahu, berpikir logis, kreatif, dan
inovatif.

185

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru
celah daun pepohonan pada pagi yang berkabut.
Mengarahkan siswa untuk duduk pada kelompok
yang telah terbentuk sebelumnya.

Kegiatan Inti
Plan

Kegiatan Siswa

Meminta siswa untuk mempelajari materi yang


berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.
Membimbing siswa menghasilkan hipotesis yang
akan diuji lebih lanjut.

Waktu

Bergabung dengan kelompok yang telah terbentuk


sebelumnya.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Melakukan


bersdiskusi. Diskusi diarahkan untuk menentukan
tujuan dan rencana kegiatan pembelajaran yang
akan ditempuh. Guru ikut terlibat dalam diskusi
dengan tujuan menuntun siswa dalam memilih
strategi belajar yang sesuai.
Mengarahkan siswa untuk memanfaatkan sumber
dan sarana belajar yang tersedia untuk mendukung
proses pembelajarannya.

Alokasi

diskusi dengan komunikatif dan


menerima pendapat dari rekannya dengan rasa ingin
tahu dan bertanggung jawab

Siswa merencanakan sumber-sumber serta sarana


belajar untuk mendukung proses pembelajarannya.
Sumber belajar dapat berupa buku-buku penunjang
yang relevan dengan rasa ingin tahu dan
bertanggung jawab.
Mengumpulkan informasi berkaitan dengan masalah
yang dipecahkan dengan rasa ingin tahu.

Melakukan diskusi kelompok untuk merumuskan

hipotesis yang akan diuji dengan rasa ingin tahu,


menghargai perbedaan, dan berpikir kritis, kreatif
dan inovatif.
Guru menyediakan alat dan bahan praktikum. Siswa dalam kelompok menyepakati rencana
Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi siswa
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
yang memiliki rencana praktikum. Alat dan
rasa ingin tahu dan bertanggung jawab.

bahan yang digunakan telah tersedia pada


LKS.
Merancang kegiatan praktikum yang akan dilakukan
Membimbing siswa merancang kegiatan
untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan rasa
praktikum untuk siswa yang memiliki rencana
ingin tahu dan bertanggung jawab

10 menit

186

Tahapan Kegiatan
Implement

Kegiatan Guru

Alokasi
Waktu

praktikum.
Memberikan bimbingan kepada siswa untuk Mendengarkan dan mencermati apa yang 40
menjalankan kegiatan belajar sesuai dengan disampaikan oleh guru dan berusaha mengerjakan menit
tugas yang diberikan dengan tekun dan bertanggung
rencana yang telah ditetapkan siswa, termasuk
jawab.
kegiatan praktikum dan diskusi.
Mengarahkan siswa melakukan praktikum Melakukan praktikum untuk membuktikan gejala
untuk membuktikan gejala efek Tyndall sesuai
efek Tyndall sesuai dengan LKS 3
secara
dengan LKS.
berkelompok dengan rasa ingin tahu, menghargai
Membimbing diskusi siswa mengenai efek
tyndall, gerak brown, adsorpsi, koagulasi, dan
koloid pelindung.
Mengamati kinerja siswa selama mengerjakan
tugas.
Mengobservasi dan mendengarkan interaksi para
siswa.

Comprehend

Kegiatan Siswa

perbedaan, dan berpikir kritis, kreatif dan inovatif.


Melakukan diskusi mengenai efek tyndall, gerak
brown, adsorpsi, koagulasi, dan koloid pelindung
dengan rasa ingin tahu, menghargai perbedaan, dan
berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
Melakukan kegiatan belajar berupa pengamatan atau
diskusi dipandu dengan LKS yang telah disediakan
dengan tekun dan kerja keras.
Setiap
siswa
bertukar
pendapat
untuk
memformulasikan jawaban pada LKS dengan
menghargai perbedaan, dan berpikir kritis, kreatif
dan inovatif.

Memberikan semangat kepada siswa agar tekun Mengadakan


diskusi
untuk
mengamati
dalam usaha mencapai tujuan dan konsep dari
pemahamannya dengan mengadakan koreksi
materi yang telah dipelajari.
terhadap apa yang telahh dikerjakan dengan jujur.
Memberikan bimbingan untuk mengatasi Mencatat hal-hal yang belum terpecahkan atau yang
tidak dimengerti dan kendala-kendala yang ditemui
kendala-kendala dan permasalahan yang
selama proses implementasi dengan teliti.
ditemui selama proses pemecahan masalah

5 menit

187

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Memberikan kesempatan berdiskusi diantara Memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKS

Problem Solving

siswa untuk memecahkan permasalahan pada


berdasarkan hasil diskusi dan percobaan dengan
LKS. Diskusi diarahkan untuk meningkatkan
tekun.
pemahaman.
.
Mempersilakan siswa untuk menyampaikan hasil Menyampaikan hasil pemecahan masalah dan hal-hal
diskusi dalam memecahkan masalah dan hal-hal
yang belum dimengerti dengan jujur.
yang belum dimengerti.
Memberikan solusi terhadap masalah siswa yang Siswa mencatat hal-hal penting terkait dengan
belum terpecahkan.
permasalahan yang belum dipecahkan tekun..
Mengajak siswa mencermati kembali dan Mencermati kembali dan merenungkan kesalahan,
merenungkan kesalahan, kekurangan, dan
kekurangan serta kesulitan yang dialami selama
kesulitan yang dialami selama proses pemecahan
proses pemecahan masalah dengan rasa ingin tahu.
masalah.
Mengadakan pembenahan terhadap kesalahan dan
kekurangannya dengan juujur.
Mengarahkan siswa pada konsep-konsep yang Mengadakan perbaikan jika masih ada konsepbenar apabila masih ada siswa yang mengalami
konsep yang salah dengan tekun.
miskonsepsi.

Evaluate

Modify

Penutup

Guru memberikan kuis kepada siswa

Membimbing
pembelajaran.

siswa

untuk

menyimpulkan

Menyimpulkan pembelajaran sesuai dengan tujuan


pembelajaran dengan disiplin.

Siswa menyelesaikan kuis yang diberikan oleh guru

dengan jujur
Memberikan Memberikan tugas kelompok untuk Siswa mencermati tugas yang diberikan oleh guru.
dikerjakan di rumah (soal 7-9dalam LKS) kepada
siswa
Guru memberikan informasi mengenai materi Menyimak penjelasan guru.
pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan

Alokasi
Waktu
15 menit

5 menit

5 menit

5 menit

188

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru
berikutnya
Mengucapkan salam penutup

Kegiatan Siswa

Alokasi
Waktu

Membalas salam guru dengan santun

Pertemuan 5
Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Alokasi
Waktu

Kegiatan Pendahuluan
Analyze

Mengucapkan salam dengan santun


Menyampaikan SK, KD, indikator, dan tujuan
pembelajaran serta menyampaikan pokok materi
pembelajaran.

Membimbing siswa untuk menghubungkan


materi pelajaran sebelumnya mengenai sifatsifat koloid dengan materi yang akan dipelajari,
melalui kegiatan tanya jawab.

Membangkitkan minat dan motivasi dengan


mengajukan pertanyaan: Pernahkah kalian
mencuci baju menggunakan deterjen?.

Mengarahkan siswa untuk duduk pada


kelompok yang telah terbentuk sebelumnya.

Meminta siswa untuk mengeluarkan LKS yang


telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.

10 menit
Mengucapkan salam
Mencermati SK, KD dan indikator yang disampaikan
guru,kemudian
siswa
menganalisa
tujuan
pembelajaran yang harus dicapai dengan rasa ingin
tahu.
Mencermati dan merenungkan dan/atau menjawab
pertanyaan yang disampaikan oleh guru dengan rasa
ingin tahu, berpikir logis, kreatif, dan inovatif.

Merespon dan memberi tanggapan terhadap apersepsi


yang diberikan oleh guru dengan rasa ingin tahu,
berpikir logis, kreatif, dan inovatif.

Bergabung dengan kelompok yang telah terbentuk


sebelumnya.

Siswa mengeluarkan LKS yang diberikan oleh Guru.

189

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Inti
Plan

Kegiatan Guru

Alokasi
Waktu

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Melakukan diskusi dengan komunikatif dan 10 menit
bersdiskusi.
Diskusi
diarahkan
untuk
menerima pendapat dari rekannya.
menentukan tujuan dan rencana kegiatan
pembelajaran yang akan ditempuh. Guru ikut
terlibat dalam diskusi dengan tujuan menuntun
siswa dalam memilih strategi belajar yang
sesuai.
Mengarahkan siswa untuk memanfaatkan
sumber dan sarana belajar yang tersedia untuk
mendukung proses pembelajarannya.

Implement

Kegiatan Siswa

Siswa merencanakan sumber-sumber serta sarana

belajar untuk mendukung proses pembelajarannya.


Sumber belajar dapat berupa buku-buku penunjang
yang relevan dengan rasa ingin tahu dan
bertanggung jawab
Meminta siswa untuk mengumpulkan informasi Mengumpulkan informasi berkaitan dengan masalah
yang dipecahkan dengan rasa ingin tahu.
berkaitan dengan masalah yang dipecahkan.
.
30 menit
Memberikan bimbingan kepada siswa untuk Mendengarkan dan mencermati apa yang
menjalankan kegiatan belajar sesuai disampaikan oleh guru dan berusaha mengerjakan
tugas. Pada proses pembelajaran siswa dipandu
permasalahan yang diberikan.
dengan LKS yang telah disediakan dengan tekun dan
bertanggung jawab.
Membimbing siswa dalam diskusi untuk
membedakan koloid liofil dan koloid liofob. Siswa melakukan diskusi utuk membedakan koloid
liofob dan liofil dengan rasa ingin tahu, menghargai
Menugaskan siswa untuk mendiskusikan
perbedaan, dan berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa mendiskusikan peranan koloid pada

19
2

190

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru

Alokasi

Kegiatan Siswa

Waktu

kehidupan sehari-hari dengan rasa ingin tahu,


menghargai perbedaan, dan berpikir kritis, kreatif
dan inovatif.

Mengamati kinerja siswa selama mengerjakan


tugas.
Mengobservasi dan mendengarkan interaksi Melakukan kegiatan belajar berupa diskusi dipandu
para siswa.
dengan LKS yang telah disediakan dengan tekun dan
kerja keras.

Setiap

Comprehend

Problem Solving

siswa
bertukar
pendapat
untuk
memformulasikan jawaban pada LKS dengan
menghargai perbedaan, dan berpikir kritis, kreatif
dan inovatif.
Memberikan semangat kepada siswa agar tekun Mengadakan
diskusi
untuk
mengamati
dalam usaha mencapai tujuan dan konsep dari
pemahamannya dengan mengadakan koreksi
materi yang telah dipelajari.
terhadap apa yang telahh dikerjakan dengan jujur.
Memberikan bimbingan untuk mengatasi Mencatat hal-hal yang belum terpecahkan atau yang
tidak dimengerti dan kendala-kendala yang ditemui
kendala-kendala dan permasalahan yang
selama proses implementasi dengan teliti.
ditemui selama proses pemecahan masalah

5 menit

Memberikan kesempatan berdiskusi diantara Memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKS 20 menit
siswa untuk memecahkan permasalahan pada
mengenai sifat koloid yang berperan dalam
LKS mengenai sifat koloid yang berperan dalam
pencucian pakaian dan peranan koloid pada bidang
pencucian pakaian dan peranan koloid dalam
farmasi berdasarkan hasil diskusi dengan tekun..
bidang farmasi. Diskusi diarahkan untuk
meningkatkan pemahaman.
Mempersilakan siswa untuk menyampaikan Menyampaikan hasil pemecahan masalah dan hal-hal
hasil diskusi dalam memecahkan masalah dan
yang belum dimengerti dengan jujur.
hal-hal yang belum dimengerti.

Memberikan solusi terhadap masalah siswa Mencatat

hal-hal

penting

terkait

dengan

191

Tahapan Kegiatan

Kegiatan Guru
yang belum terpecahkan.

Evaluate

Mengarahkan siswa pada konsep-konsep yang

Penutup

benar apabila masih ada siswa yang mengalami


miskonsepsi.
Membimbing siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran.
Memberikan kuis kepada siswa

Memberikan tugas kelompok untuk dikerjakan


di rumah (soal 10 dan 11 dalam LKS)
kepada
siswa
pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan posttes
topik koloid
Mengucapkan salam penutup dengan santun

Menginformasikan

POSTEST

Melaksanakan postes

Alokasi
Waktu

permasalahan yang belum dipecahkan engan tekun.

Mengajak siswa mencermati kembali dan Mencermati kembali dan merenungkan kesalahan,
merenungkan kesalahan, kekurangan, dan
kesulitan yang dialami selama proses
pemecahan masalah.

Modify

Kegiatan Siswa

5 menit

kekurangan serta kesulitan yang dialami selama


proses pemecahan masalah rasa ingin tahu.

Mengadakan pembenahan terhadap kesalahan dan


kekurangannya dengan jujur
Mengadakan perbaikan jika masih ada konsepkonsep yang salah dengan tekun
Menyimpulkan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran dengan disiplin.
Menyelesaikan kuis yang diberikan oleh guru dengan
jujur.

5 menit
5 menit

Mencermati tugas yang diberikan oleh guru.


Siswa menyimak penjelasan guru .
Membalas salam guru dengan santun.
Menjawab soal-soal dalam tes

90 menit

193

VIII. MEDIA / SUMBER BELAJAR


1.

Lembar Kerja Siswa (LKS),

2.

Papan tulis, spidol dan penghapus papan.

3.

Alat dan bahan praktikum

4.

Buku:
Permana, Irvan. 2009. Memahami kimia 2 : SMA/MA untuk Kelas
XI, Semester 1 dan 2. Bandung: Armico Bandung.
Purba, M. (2007). Kimia Untuk SMA Kelas II Semester 2. Jakarta:
Erlangga.
Utami, Budi. 2009. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: CV. Haka MJ

XI. Penilaian
Aspek yang dinilai
Kemampuan Pemecahan Masalah
Kecerdasan Emosional

Instrumen penelitian
Tes kemampuan Pemecahan Masalah
Kuisioner Kecerdasan Emosional
Lembar Observasi

Singaraja,

Februari 2014

Peneliti

Ni Nyoman Widiyaningsih

Lampiran 1.

194

Soal 1
1.

Jelaskan perbedaan pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi

2.

secara singkat! (25)


Pembuatan koloid dengan cara dispersi dan kondensasi dapat dilakukan

dengan beberapa cara, sebutkan dan berilah contohnya! (25)


3. Pembuatan koloid agar-agar termasuk pembuatan koloid dispersi atau
kodensasi? Jelaskan! (Skor 25)
Jawaban
1.

2.

3.

Kunci Jawaban Soal 1


1.

Perbedaannya antara pembuatan koloid secara dispersi dan


kondensasi adalah cara dispersi merupakan pemecahan partikel-partikel kasar

195

menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil, dapat dilakukan secara mekanik,
peptisasi, homogenisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig)
sedangkan cara kondensasi merupakan penggabungan partikel-partikel halus
(molekuler) menjadi partikel yang lebih besar (partikel berukuran koloid).
Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia,
seperti reaksi redoks, reaksi hidrolisis, reaksi penggaraman, dan reaksi
penjenuhan. (Skor 25)
2. Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara dispersi
dan kondensasi. Pembuatan koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan secara
mekanik, peptisasi, homogenisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara
busur Bredig). Penjelasan masing-masing cara tersebut sebagai berikut.
a. Pada pembuatan koloid dengan cara mekanik. Contohnya pembuatan
makanan seperti kue tart dan mayones. Kuning telur, margarin, dan gula
pasir yang sudah dihaluskan kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi
koloid. Industri makanan, yaitu pada pembuatan es krim, jus buah, selai,
cincau, dan lainnya. Industri kimia, yaitu pada pembuatan cat, zat pewarna,
pasta gigi, dan detergen.
b. Pada pembuatan koloid dengan cara peptisasi. Contohnya Contohnya, tanah
lempung pecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid jika ditambah
NaOH dan didispersikan ke dalam air. Partikel-partikel silikat dari tanah
lempung akan mengadsorpsi ion-ion OH- dan terbentuk koloid bermuatan
negatif yang stabil. Selain itu, contoh-contoh peptisasi adalah endapan
Al(OH)3, endapan NiS dipeptisasi dengan H2S, agar-agar dipeptisasi dengan
air, dan serat selulosa asetat dipeptisasi dengan aseton.
c. Cara Busur Bredig. Contoh : Pembuatan sol logam seperti Ag, Au dan Pt
d. Cara Homogenisasi contohnya Pembuatan susu kental manis yang bebas
kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air
dengan menggunakan mesin homogenisasi.
Sementara itu, pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan melalui reaksireaksi kimia seperti reaksi oksidasi reduksi, reaksi hidrolisis, reaksi penggaraman,
dan reaksi penjenuhan.
a. Reaksi Redoks. Contoh pembuatan koloid dengan reakdi redoks adalah
Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida (H 2S). Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut.
2H2S(g) + SO2 (aq)

3 S (s) + 2 H2O (l)

b. Reaksi Hidrolisis. Reaksi hidrolisis merupakan reaksi pembentukan koloid


dengan menggunakan pereaksi air. Misalnya, pembuatan sol Al(OH)3 atau sol
Fe (OH)3. Pembuatan sol Al (OH)3 dari larutan AlCl3, Al2(SO)4, PAC, atau
tawas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
AlCl3 (aq) + 3 H2O (l)

Al (OH)3 (s) + 3 HCl (aq)

c. Reaksi penggaraman
Garam-garam yang sukar larut dapat dibuat menjadi koloid melalui reaksi
pembentukan garam. Contohnya adalah sebagai berikut.
AgNO3(aq) + NaCl(aq)

AgCl (s) + NaNO3 (aq)

196

d. Penjenuhan Larutan
Pembuatan kalsium asetat merupakan contoh pembuatan koloid dengan cara
penjenuhan larutan ke dalam larutan jenuh kalsium asetat dalam air.
Penjenuhan dilakukan dengan cara menambahkan pelarut alkohol sehingga
akan menghasilkan koloid yang berupa gel. Kalsium asetat bersifat lebih
mudah larut dalam air, namun sukar larut dalam alkohol.
3. Pembuatan koloid agar-agar termasuk ke dalam pembuatan koloid secara
dispersi. Hal ini dikarenakan campuran serbuk agar-agar dan air merupakan
suspensi. Campuran tersebut setelah dipanaskan dan diaduk (cara mekanik)
terbentuk sistem koloid. (Skor 25)

Keterangan: Skor total = 75


Nilai = Skor /Skor total x 100

Soal 2
1.

Salah satu contoh suspensi adalah air dicampur dengan tepung terigu. Air
dengan tepung terigu akan membentuk suatu suspensi. Walaupun dikocok dan
bercampur, lama-kelamaan endapan pasti akan terbentuk kembali. Berbeda

197

halnya dengan koloid. Salah satu contohnya adalah susu. Jika kita
mendiamkan susu beberapa saat, maka tidak akan ditemukan terbentuknya
endapan pada susu tersebut. Apakah yang membedakan antara suspensi dan
koloid? (Skor 25)
2.
Tipe-tipe koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan
fase pendispersi. Isilah kolom-kolom kosong pada tabel di bawah ini! (skor
50)
No. Zat terdispersi Medium Pendispersi
Nama
Contoh
1

Padat

Sol

Padat

4
5

Gas
Sol emas, sol
belerang, tinta,
cat
Sol padat
Gas

Aerosol Cair

Cair

Susu, santan,
minyak ikan

Kunci Jawaban Soal 2


1. Suspensi umumnya tidak stabil dan ukuran partikelnya lebih besar dari koloid
sedangkan koloid umumnya stabil dan ukuran partikelnya lebih kecil jika
dibandingkan dengan suspensi. (Skor 25)
2. (Skor 50)
Medium
No. Zat terdispersi
Nama
Contoh
Pendispersi
1

Padat

Gas

Aerosol

Asap
(smoke),
debu
buangan
knalpot

Padat

Cair

Sol

Sol emas, sol


belerang, tinta,
cat

Padat

Padat

Sol padat

Paduan logam,
kaca berwarna,
gelas
warna,
kuningan, intan

Cair

Gas

Aerosol Cair

Kabut,

awan,

198

No.

Zat terdispersi

Medium
Pendispersi

Nama

Contoh
pengeras rambut,
obat semprot

Cair

Cair

Emulsi cair

Susu,
santan,
minyak ikan

Keterangan: Skor total = 75


Nilai = Skor /Skor total x 100
Soal 3
1. Pada kehidupan sehari-hari, Anda tentu sering melihat langit tampak biru
disiang hari, debu-debu terlihatnya beterbangan karena sinar matahari yang
masuk melalui celah ke dalam ruangan. Mengapa peristiwa tersebut bisa
terjadi? Jelaskan! (Skor 25)
2.
Berikut disediakan beberapa contoh pemanfaatan sifat koloid dalam
kehidupan sehari-hari.
a. Butiran-butiran halus air dalam margarin distabilkan dengan lesitin
b. Proses penjernihan air dengan menggunakan tawas.
c. Penyembuhan sakit perut yang disebabkan oleh bakteri patogen dengan
serbuk karbon atau norit.
d. Pemisahan tepung tapioka dari ion-ion sianida yang terkandung dalam
sianida.
e. Warna-warna dalam cat harus distabilkan dengan oksida logam dengan
menambahkan minyak silikon.
Manakah diantara kelima contoh di atas yang memanfaatkan sifat-sifat koloid
koagulasi dan koloid pelindung? (Skor 25)
Jawaban
1.

2.

199

Kunci Jawaban Soal 3


1. Hal tersebut terjadi karena partikel koloid dapat menghamburkan cahaya, yaitu
memiliki sifat efek Tyndall. Partikel koloid yang berupa molekul atau ion
dengan ukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya yang diterimanya ke
segala arah, meskipun partikel koloidnya tidak tampak.
2. a. Koloid pelindung
b. Koagulasi
c. koloid pelindung.
Keterangan: Skor total = 50
Nilai = Skor /Skor total x 100
Soal 4
1. Jelaskan perbedaan koloid liofob dan koloid liofil! (skor 25)
2. Jelaskan peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari! (skor 25)
Jawaban
1.

2.

Jawaban soal 4
1. Perbedaan koloid liofob dan liofil adalah pada koloid liofob terdapat gaya
tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya.

200

Sebaliknya, pada koloid liofob jika gaya tarik menarik tersebut tidak ada atau
sangat lemah. Jika medium pendispersi yang dipakai dalam air, maka kedua
jenis koloid di atas disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. (Skor 25)
2. Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam
(tanah, air, dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian.
Diindustri sendiri, aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini
disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk
mencampur zat-zat yang tidak saling melarutkan secara heterogen dan bersifat
stabil untuk produksi skala besar.
Tabel 2. Aplikasi Koloid
Jenis Industri
Industri Makanan
Industri Kosmetik dan perawatan tubuh
Industri cat
Industri Kebutuhan Rumah Tangga
Industri Pertanian
Industri Farmasi

Contoh Aplikasi
Keju, mentega, susu, dan saus salad
Krim, pasta gigi, sabun
Cat
Sabun, deterjen
Peptisida dan Insektisida
Minyak Ikan, penisilin untuk suntikan
(Skor 25)

Keterangan: Skor total = 50


Nilai = Skor /Skor total x 100

204

Lampiran 1.2

LKS MODEL SELF REGULATED LEARNING


Materi Pokok
Kelas
Semester

: Koloid
: XI

Waktu

: 10 x 45
menit

Kelompok :
Anggota Kelompok :

Lembar kerja siswa ini menggunakan masalah-masalah kontekstual untuk


memulai pembelajaran. Anda perlu mempelajari materi kimia yang berhubungan,
yang selanjutnya diaplikasikan untuk memecahkan masalah-masalah yang
disebutkan di atas.
Tujuan Pembelajaran
1.
Siswa dapat menjelaskan pembuatan koloid secara
dispersi melalui percobaan dan diskusi kelompok .
2.
Siswa dapat menjelaskan pembuatan koloid secara
kondensasi melalui percobaan dan diskusi kelompok.
3.
Siswa mampu membedakan suspensi, larutan sejati,
dan koloid melalui percobaan dan diskusi kelompok.
4.
Siswa mampu menentukan jenis koloid berdasarkan
medium pendispersi dan zat terdispersi melalui diskusi kelompok.
5.
Siswa mampu menjelaskan sifat-sifat koloid (efek
tyndall, gerak brown, adsorpsi, dan koagulasi) melalui percobaan diskusi
kelompok
6.
Siswa mampu menjelaskan koloid pelindung
melalui diskusi kelompok.
7.
Siswa mampu menjelaskan koloid liofob dan liofil
melalui diskusi kelompok.
8.
Siswa mampu menjelaskan peranan koloid di
industri kosmetik, makanan dan farmasi melalui diskusi kelompok.

205

I. Analisis dan Perencanaan (Analyse dan Plan)


Pada bagian ini terdapat beberapa permasalahan yang di dalamnya
terkandung konsep-konsep kimia yang akan kalian pelajari. Silahkan
cermati permasalahan yang diberikan, kemudian rencanakan kegiatan
pembelajaran dan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang
diberikan. Silahkan mengadakan diskusi dengan teman sekelompok.
Pertemuan 1
Pelajari juga materi yang telah direncanakan dan buatlah hipotesis untuk
masalah 1 dan 2.
Masalah 1
Pada suatu hari Yanti terpesona dengan kue agar-agar yang dimakannya.
Agar-agar tersebut memliki tekstur yang kenyal dan lembut. Berdasarkan hal
tersebut, ia berinisiatif untuk mencari informasi di internet mengenai pembuatan
agar-agar dan diperoleh informasi bahwa pembuatan kue agar-agar merupakan
salah satu aplikasi dari pembuatan koloid. Selain itu, pada informasi tersebut
dinyatakan juga bahwa pembuatan koloid dapat dilakukan secara dispersi dan
kondensasi. Namun, dibenak Yanti masih terbesit sebuah pertanyaan, Apakah
pembuatan koloid agar-agar tergolong cara dispersi atau kondensasi?

(a)
(b)
Gambar 01. Serbuk Agar-Agar (a) dan Agar-agar (b)
a. Buatlah suatu hipotesis mengenai masalah yang disajikan!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................
b. Alat dan Bahan yang Disediakan
Alat:
1. 1 rak tabung reaksi
2. Gelas kimia 100 mL
3. Spatula
4. 1 buah pipet tetes
5. 1 buah pengaduk
6. Cawan porselen
7. Gelas ukur

206

Bahan:
a) Serbuk agar-agar
b) Air
c. Diskusikan dalam kelompok dan rancanglah prosedur percobaan dalam
menentukan pembuatan sol agar-agar................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
......................................
Masalah 2.
Andi akan melakukan praktikum pembuatan koloid berdasarkan LKS yang
diberikan oleh gurunya. Di atas mejanya telah disediakan rak tabung reaks, gelas
kimia 100 mL, spatula
, pipet tetes, pengaduk, cawan porselen, gelas ukur,
air dan tawas. Guru Andi menugaskan untuk membuat sol Al(OH) 3 dan pada LKS
yang diberikan terdapat pertanyaan. apakah pembuatan sol Al(OH)3 tergolong
pembuatan koloid secara dispersi atau kondensasi?. Andi terlihat kebingungan
sekali mendapat tugas dan menjawab pertanyaan tersebut.
a. Buatlah suatu hipotesis mengenai permasalahan yang disajikan!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.................................................................................
b.

c.

Alat dan Bahan yang Disediakan


Alat:
a) 1 rak tabung reaksi
b) Gelas kimia 100 mL
c) Spatula
d) 1 buah pipet tetes
e) 1 buah pengaduk
f) Cawan porselen
g) Gelas ukur
Bahan:
a) Air
b) Tawas
Diskusikan dalam kelompok dan rancanglah prosedur percobaan dalam
menentukan
pembuatan
sol
Al(OH)3.....................................................................
..........................................................................................................................

207

............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
...........................................
Masalah 3
Yoga senang sekali dengan susu. Susu merupakan minuman yang sangat
baik untuk kesehatan tubuh. Susu yang sering dikonsumsi oleh Yoga ada dalam
bentuk kemasan. Susu kemasan yang dikonsumsi tersebut diperoleh dari susu
segar yang diolah melalui beberapa tahapan. Yoga sangat penasaran dengan susu
kemasan tersebut dan terbesit sebuah pertanyaan Pembuatan susu kemasan
termasuk ke dalam cara dispersi atau kondensasi?

(a)
(b)
Gambar 02. Susu Segar (a) dan Susu Kemasan(b)
a. Silahkan cari informasi terkait permasalahan yang disajikan dengan kelompok
melalui membaca buku maupun media yang lainnnya.
Pertemuan 2
II. Implementasi
Lakukan praktikum atau diskusi yang mengacu pada permasalahanpermasalahan yang disajikan. Anda diperkenankan menggunakan strategi
selain yang terdapat pada LKS ini selama strategi yang digunakan mengacu
pada masalah yang disajikan dan semua yang dibutuhkan untuk menerapkan
strategi tersebut dapat difasilitasi oleh sekolah. Dalam melakukan praktikum
atau diskusi bisa dilakukan bersama kelompok anda.

Eksperimen 1
1. Alat dan Bahan
Alat:
a) 1 rak tabung reaksi
b) Gelas kimia 100 mL

208

c) Spatula
d) 1 buah pipet tetes
e) 1 buah pengaduk
f) Cawan porselen
g) Gelas ukur
Bahan:
a) Serbuk agar-agar
b) Air
2. Prosedur Kerja
Pembuatan agar-agar.
a) Sediakan tabung reaksi. Pada tabung reaksi masukkan 5 mL air.
b) Ambil 1 sendok spatula serbuk agar-agar dan masukkan ke dalam tabung
reaksi.
c) Panaskan tabung reaksi sampai agar-agar dan air dalam tabung mendidih
sambil terus diaduk rata.
d) Tuangkan campuran tersebut ke dalam cawan porselen yang telah
disediakan. Diamkan hingga dingin.
e) Catat dan amati perubahan campuran setelah tabung dipanaskan.
Eksperimen 2
Pembuatan Sol Al(OH)3
1. Alat dan Bahan yang Disediakan
Alat:
a) 1 rak tabung reaksi
b) Gelas kimia 100 mL
c) Spatula
d) 1 buah pipet tetes
e) 1 buah pengaduk
f) Cawan porselen
g) Gelas ukur
Bahan:
c) Air
d) Tawas
2. Prosedur Kerja
a) Sediakan tabung reaksi. Pada tabung reaksi masukkan 5 mL air.
b) Ambil 1 sendok spatula tawas dan masukkan ke dalam tabung reaksi.
c) Aduk campuran tersebut perlahan-lahan sampai terbentuk sol Al(OH)3.
d) Catat dan amati hasilnya.
Diskusi
a. Diskusi dengan panduan sumber lain yang relevan.
Silahkan cari informasi terkait permasalahan yang disajikan dengan kelompok
melalui membaca buku maupun media yang lainnnya.

209

III. Pengamatan terhadap pemahaman selama pembelajaran (Comprehend)


Cermati kegiatan yang anda lakukan, jika anda menemui kendala atau
terdapat hal yang belum dimengerti diperkenankan bertanya kepada
teman atau guru. Jika menurut anda penting silakan catat dan sampaikan
pada saat diskusi.

Kendala-Kendala/ Hal yang belum dimengerti


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
IV. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Silahkan pecahkan masalah berdasarkan percobaan, diskusi, dan sumbersumber yang telah dibaca. Pertanyaan di bawah ini akan menuntun
memecahkan permasalahan yang disajikan. Anda bisa mengadakan
diskusi dengan teman kelompok atau bertanya kepada guru.

1. Agar-agar sebenarnya tidak larut dalam air. Apa yang terjadi ketika suspensi
agar-agar dan kanji dipanaskan?
2. Bagaimanakah definisi pembuatan koloid secara dispersi?
3. Pembuatan Agar-agar termasuk cara dispersi atau kondensasi? Jelaskanlah!
4. Tulislah reaksi yang terjadi pada pembuatan Al(OH)3!
5. Bagaimanakah definisi pembuatan koloid secara kondensasi?
6. Pembuatan sol Al (OH) cara dispersi atau kondensasi? Jelaskanlah!
7. Bagaimanakah langkah-langkah pembuatan susu kemasan?
8. Susu kemasan termasuk ke dalam cara dispersi atau kondensasi? Jelaskan!
V. Evaluasi Diri (Evaluate)
Silahkan renungkan kembali kegiatan yang sudah anda lakukan, kemudian
isi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah anda lakukan!
1. Adakah kesalahan yang telah anda lakukan selama pembelajaran? Jika ada
tuliskanlah!............................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
..................................

210

2. Coba cermati kembali tujuan pembelajaran yang telah diberikan, apakah ada
tujuan pembelajaran yang belum tercapai? Jika ada, strategi apa yang akan
anda
lakukan
agar
semua
tujuan
tersebut
tercapai?.................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.......................................
3. Berdasarkan kegiatan eksperimen atau diskusi yang dilakukan tadi, jika
diberikan kesempatan untuk melakukan eksperimen ini lagi, apa yang anda
lakukan agar hasil eksperimen atau diskusi menjadi lebih baik dari
sebelumnya?..........................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.............................................
VI. Menyimpulkan (Modify)
Silahkan simpulkan materi pembelajaran hari ini berdasarkan hasil diskusi
dan percobaan yang telah dilakukan.
i evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah anda lakukan!
Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.....................................
Pertemuan 3
I. Analisis dan Perencanaan (Analyse dan Plan)
Pada bagian ini terdapat beberapa permasalahan yang di dalamnya
terkandung konsep-konsep kimia yang akan kalian pelajari. Silahkan
cermati permasalahan yang diberikan, kemudian rencanakan kegiatan
pembelajaran dan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan
yang diberikan. Silahkan mengadakan diskusi dengan teman
sekelompok. Pelajari juga materi yang telah direncanakan dan buatlah
hipotesis untuk masalah 1.

Masalah 1
Di sebuah meja makan nenek menyediakan susu hangat, kopi hangat, dan
air garam. Sementara itu, di dapur ibu mencampur tepung dan air untuk membuat
adonan kue. Di halaman rumah bapak mencampur pasir dan air untuk membuat
pagar. Sementara itu, Windu mengamati kegiatan yang dilakukan oleh orang

211

tuanya. Kemudian Windu ingin menentukan campuran yang termasuk larutan,


suspensi, dan koloid. Namun, Windu kebingungan mengdentifikasi campuran
tersebut. Bantulah Windu memecahkan masalah yang dihadapi!
Buatlah suatu hipotesis mengenai masalah yang disajikan!
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.....................................
Masalah 2
Pada hari raya Galungan Dila menggunakan santan untuk membuat kue.
Santan dibuat dengan memarut kelapa, kemudian ditambahkan air, diperas dan
diambil airnya disebut dengan santan seperti ditunjukkan pada Gambar 01. Dila
mengamati santan yang dibuatnya dan mencoba mengaplikasikan materi koloid
yang dipelajarinya di sekolah. Dila tampak kebingungan dengan santan yang
diamatinya dan terbesit pertanyaan Apakah santan merupakan sistem koloid
apabila dilihat berdasarkan ciri-ciri sistem koloid?

Gambar 01. Santan


Masalah 3
Pada kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan berbagai bahan yang
termasuk koloid. Carilah bahan yang termasuk koloid dan kelompokkan menurut
fase terdispersi dan medium pendispersinya serta sebutkan jenis koloidnya.
No.

Nama Bahan

Fase Terdispersi

Medium Pendispersi

Jenis Koloid

1
Susu
2
Buih
3
Tinta
4
Lotion
5
Awan
6
7
8
9
Lakukan praktikum atau diskusi yang mengacu pada permasalahan10
permasalahan yang disajikan. Anda diperkenankan menggunakan strategi
II. Implementasi
selain yang terdapat pada LKS ini selama strategi yang digunakan mengacu
pada masalah yang disajikan dan semua yang dibutuhkan untuk menerapkan
strategi tersebut dapat difasilitasi oleh sekolah. Dalam melakukan praktikum
atau diskusi bisa dilakukan bersama kelompok anda.

212

Eksperimen
1. Alat dan Bahan
Alat:
a) Gelas kimia 100 mL
b) Pengaduk 1 buah
c) Corong 1 buah
d) Kertas saring
Bahan:
a) Susu instan/susu kental manis 1 gram/mL
b) Pasir
c) Aquades
d) Tepung terigu
e) Kopi
f) Garam
2.

Prosedur Percobaan
a) Isilah 5 gelas kimia masing-masing dengan kira-kira 50 mL aquades
b) Ditambahkan ke dalam gelas kimia:
1 gram susu instant/ 1 mL susu kental manis kedalam gelas ke-1
1 gram tepung terigu kedalam gelas ke- 2
1 gram pasir kedalam gelas ke-3
1 gram garam ke dalam gelas ke- 4
1 gram kopi ke dalam gelas ke-5
c) Aduklah setiap campuran (batang pengaduk harus dibilas dan dikeringkan
lebih dahulu sebelum digunakan untuk mengaduk isi gelas yang berbeda).
Perhatikan dan catat apakah zat yang dilarutkan larut atau tidak larut.
d) Campuran tersebut didiamkan. Perhatikan apakah campuran stabil atau tidak
stabil; bening atau keruh.
e) Campuran disaring pada setiap gelas masing-masing ke dalam gelas kimia
yang bersih. Perhatikan dan catat, campuran manakah yang meninggalkan
residu; apabila hasil penyaringan bening atau keruh.
Catatan: corong harus dibilas dan dikeringkan sebelum digunakan untuk
menyaring campuran yang berbeda.

213

3.

Data Pengamatan
Sifat
Campuran

Susu

Campuran dengan Air


Tepung
Pasir
Garam
terigu

Kopi

Larut/ tidak
Stabil/ tidak
Bening/ keruh
Meninggalkan
residu/ tidak
Filtrat bening/
keruh
Filtrat bening/
keruh
4. Buatlah kesimpulan berdasarkan percobaan tersebut.
Diskusi
Silahkan cari informasi terkait permasalahan yang disajikan dengan
kelompok melalui membaca buku maupun media yang lainnnya.
III. Pengamatan terhadap pemahaman selama pembelajaran (Comprehend)
Cermati kegiatan yang anda lakukan, jika anda menemui kendala atau
terdapat hal yang belum dimengerti diperkenankan bertanya kepada
teman atau guru. Jika menurut anda penting silakan catat dan sampaikan
pada saat diskusi.
Kendala-Kendala/ Hal yang Belum Dimengerti
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

IV. Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Silahkan pecahkan masalah berdasarkan percobaan, diskusi, dan
sumber-sumber yang telah dibaca. Pertanyaan di bawah ini akan
menuntun memecahkan permasalahan yang telah . Anda bisa
mengadakan diskusi dengan teman kelompok atau bertanya kepada
guru.

214

1. Berdasarkan data pengamatan kelompokkan campuran tersebut ke dalam


larutan, koloid, dan suspensi
2. Jelaskan perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi!
3. Sebutkan ciri-ciri sistem koloid
4. Sebutkan fase terdispersi dan medium pendispersi dari susu dan tepung
terigu?
5. Apakah santan termasuk kedalam sistem koloid? Jelaskan!.
6. Tentukanlah jenis koloid susu dan santan!
V. Evaluasi Diri (Evaluate)
Silahkan renungkan kembali kegiatan yang sudah anda lakukan, kemudian
isi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah anda lakukan!

1. Adakah kesalahan yang telah anda lakukan selama pembelajaran? Jika ada
tuliskanlah!............................................................................................................
...............................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Coba cermati kembali tujuan pembelajaran yang telah diberikan, apakah ada
tujuan pembelajaran yang belum tercapai? Jika ada, strategi apa yang akan
anda
lakukan
agar
semua
tujuan
tersebut
tercapai?.................................................................................................................
...............................................................................................................................
.........................................................................................................................
3. Berdasarkan kegiatan eksperimen atau diskusi yang dilakukan tadi, jika
diberikan kesempatan untuk melakukan eksperimen ini lagi, apa yang anda
lakukan agar hasil eksperimen atau diskusi menjadi lebih baik dari
sebelumnya?..........................................................................................................
...............................................................................................................................
.....................................................................................................................

VI. Menyimpulkan (Modify)


Silahkan simpulkan materi pembelajaran hari ini berdasarkan hasil diskusi
dan percobaan yang telah dilakukan.
i evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah anda lakukan!

215

Kesimpulan
....................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Pertemuan 4
I. Analisis dan Perencanaan (Analyse dan Plan)
Pada bagian ini terdapat beberapa permasalahan yang di dalamnya
terkandung konsep-konsep kimia yang akan kalian pelajari. Silahkan
cermati permasalahan yang diberikan, kemudian rencanakan kegiatan
pembelajaran dan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan
yang diberikan. Silahkan mengadakan diskusi dengan teman
sekelompok. Pelajari juga materi yang telah direncanakan dan buatlah
hipotesis untuk masalah 1.

Masalah 1
Pada hari minggu, Intan bangun sangat pagi. Hari minggu merupakan hari
yang paling disukai oleh Intan. Udara yang sangat sejuk dan sinar matahari yang
begitu cerah, menggugah Intan untuk membuka jendela kecil di kamar. Ketika
sinar matahari melewati celah kecil jendela kamar Intan, pada sinar tersebut
terlihat debu-debu berterbangan , sedangkan pada daerah yang tidak dilewati sinar
matahari tidak terlihat adanya debu.

Gambar 1. Cahaya Pada Ruangan Berdebu.


Kemudian Intan berpikir dan ingin mengetahui mengapa jika sinar matahari
masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar tersebut terlihat debu-debu
berterbangan. Mengapa hal yang sama tidak terjadi pada daerah yang tidak
terlewati sinar matahari tersebut? Bantulah Intan menyelidiki fenomena yang ia
alami!
Buatlah suatu hipotesis mengenai masalah yang disajikan!
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

216

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..................
Masalah 2
Pada Suatu hari Dian pergi ke tempat kakeknya dan melewati lautan. Pada
laut yang dilewatinya tersebut terdapat sungai yang bermuara di laut dan
membentuk sebuah delta sungai. Dian nampak penasaran dan terbelisit pertanyaan
bagaimana terbentuknya delta sungai. Bantulah Dian untuk mencarikan solusi atas
pertanyaannya tersebut.

Gambar 2. Delta Sungai


Masalah 3
Bagus adalah anak yang baik, dia selalu mengikuti perintah orang tuanya.
Suatu pagi bagus diminta ibunya untuk membeli gula di warung. Bagus pergi ke
warung untuk membeli gula. Sesampainya di warung Bagus nampak kebingungan
karena mendapat dua jenis gula dengan harga yang sama. Gula A adalah gula yang
putih dan bersih sedangkan gula B adalah gula yang berwarna kecoklatan seperti
Gambar 03. Bagus tampak kebingungan mengapa ada gula pasir yang putih dan
bersih. Bantulah Bagus agar dia tidak kebingungan.

(a)
(b)
Gambar 03. Gula Pasir Coklat (a) dan Gula Pasir Putih Bersih (b)
Masalah 4
Risa selalu menggunakan pulpen untuk menulis. Pada suatu hari Risa
mengamati tulisan yang ada pada catatannya. Risa adalah siswa yang kritis.

217

Kemudian terbesit pertanyaan di pikirannya mengapa tinta dapat bertahan lama


menempel pada kertas.
II. Implementasi
Lakukan praktikum atau diskusi yang mengacu pada permasalahanpermasalahan yang disajikan. Anda diperkenankan menggunakan strategi
selain yang terdapat pada LKS ini selama strategi yang digunakan mengacu
pada masalah yang disajikan dan semua yang dibutuhkan untuk menerapkan
strategi tersebut dapat difasilitasi oleh sekolah. Dalam melakukan praktikum
atau diskusi bisa dilakukan bersama kelompok anda.

1. Eksperimen
a. Alat dan Bahan
Alat:
Gelas kimia 100 mL
Batang pengaduk
Gelas kimia 250 mL
Lampu senter
Bahan
Gula pasir
Tepung terigu
Susu cair

: 3 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah

b. Prosedur Percobaan
b) Susu cair, gula pasir dan tepung terigu dilarutkan dengan air dalam gelas
kimia 100 mL
c) Arahkan sinar lampu senter pada masing-masing larutan tersebut dari arah
samping dan letakkan kertas putih di depan sinar lampu (di depan gelas)
d) Amati perbedaan yang terlihat dari ketiga larutan tersebut.
e) Catat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan.
c. Data Hasil Pengamatan
Larutan
Susu cair
Gula
Tepung
terig

Lapisan

Partikel

**

Menghamburkan
/ meneruskan
sinar

Keterangan***

218

* ada berapa lapisan pada larutan


** apakah masih ada partikel-partikel zat terlarut yang terlihat
*** termasuk ke dalam larutan, sistem koloid atau suspensi
d. Buatlah kesimpulan berdasarkan percobaan tersebut.
9. Diskusi dengan panduan sumber lain yang relevan.
Silahkan cari informasi terkait permasalahan yang disajikan dengan kelompok
melalui membaca buku maupun media yang lainnnya
III. Pengamatan terhadap pemahaman selama pembelajaran (Comprehend)
Cermati kegiatan yang anda lakukan, jika anda menemui kendala atau
terdapat hal yang belum dimengerti diperkenankan bertanya kepada
teman atau guru. Jika menurut anda penting silakan catat dan sampaikan
pada saat diskusi.
Kendala-Kendala/ Hal yang belum dimengerti
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................
IV. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Silahkan pecahkan masalah 1 dan 2 berdasarkan percobaan, diskusi, dan
sumber-sumber yang telah dibaca. Pertanyaan di bawah ini akan
menuntun memecahkan permasalahan 1 dan 2. Anda bisa mengadakan
diskusi dengan teman kelompok atau bertanya kepada guru.
1. Apakah yang dimaksud dengan efek Tyndall?
2. Apa kesimpulan dari hasil pengamatan A dihubungkan dengan Efek
Tyndal?
3. Bagaimanakah sifat koloid terhadap cahaya? Jelaskan jawabanmu!
4. Apakah yang dimaksud dengan koagulasi?
5. Apakah yang dimaksud dengan adsorpsi?
6. Mengapa jika sinar matahari masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada
sinar tersebut terlihat debu-debu berterbangan, sedangkan pada daerah yang
tidak dilewati sinar matahari tidak terlihat adanya debu?
7. Bagaimanakah terbentuknya suatu delta sungai? Jelaskan!
8. Bagaimanakah cara pemurnian gula pasir menjadi gula pasir yang bersih
dan putih? Jelaskan!
9. Mengapa tinta dapat bertahan lama menempel pada kertas? Jelaskan!
V. Evaluasi Diri (Evaluate)
Silahkan renungkan kembali kegiatan yang sudah anda lakukan, kemudian
isi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah anda lakukan!

219

1. Adakah kesalahan yang telah anda lakukan selama pembelajaran? Jika ada
tuliskanlah!............................................................................................................
...............................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Coba cermati kembali tujuan pembelajaran yang telah diberikan, apakah ada
tujuan pembelajaran yang belum tercapai? Jika ada, strategi apa yang akan
anda
lakukan
agar
semua
tujuan
tersebut
tercapai?.................................................................................................................
...............................................................................................................................
.........................................................................................................................
3. Berdasarkan kegiatan eksperimen atau diskusi yang dilakukan tadi, jika
diberikan kesempatan untuk melakukan eksperimen ini lagi, apa yang anda
lakukan agar hasil eksperimen atau diskusi menjadi lebih baik dari
sebelumnya?..........................................................................................................
...............................................................................................................................
.....................................................................................................................
VI. Menyimpulkan (Modify)
Silahkan simpulkan materi pembelajaran hari ini berdasarkan hasil diskusi
dan percobaan yang telah dilakukan.
Kesimpulan
i evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah anda lakukan!
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Pertemuan 5
I. Analisis dan Perencanaan (Analyse dan Plan)

Pada bagian ini terdapat beberapa permasalahan yang di dalamnya


terkandung konsep-konsep kimia yang akan kalian pelajari. Silahkan
cermati permasalahan yang diberikan, kemudian rencanakan kegiatan
pembelajaran dan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan
yang diberikan. Silahkan mengadakan diskusi dengan teman
sekelompok. Pelajari juga materi yang telah direncanakan.

220

Masalah 1
Diana mencuci pakaiannya menggunakan deterjen. Deterjen merupakan
salah satu jenis koloid yang sering digunakan sebagai pembersih kotoran pada
pakaian. Diana tampak penasaran dan terbesit pertanyaan dipikirannya Sifat
koloid apa yang digunakan dalam proses mencuci pakaian kotor? dan mengapa
deterjen dapat digunakan untuk mencuci pakaian.

Gambar 1. Deterjen
Masalah 2
Pada saat batuk Nanik sering mengkonsumsi obat batuk (sirup). Obat batuk
yang dikonsumsi pada saat batuk merupakan salah satu aplikasi dari sistem
koloid. Jenis koloid yang terdapat pada obat batuk (sirup) merupakan contoh
koloid jenis emulsi. Ketika melihat obat batuk yang berupa sirup tersebut, muncul
pertanyaan mengapa bentuk koloid dipilih untuk industri farmasi?

Gambar 02. Sirup Batuk


II. Implementasi
Lakukan diskusi yang mengacu pada permasalahan-permasalahan yang
disajikan. Anda diperkenankan menggunakan strategi selain yang
terdapat pada LKS ini selama strategi yang digunakan mengacu pada
masalah yang disajikan dan semua yang dibutuhkan untuk menerapkan
strategi tersebut dapat difasilitasi oleh sekolah. Dalam melakukan
diskusi bisa dilakukan bersama kelompok anda.
1. Diskusi dengan panduan sumber lain yang relevan.
Silahkan cari informasi terkait permasalahan yang disajikan dengan kelompok
melalui
membaca
buku
maupun
media
yang
lainnnya.................................................................................................................
...............................................................................................................................

221

...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
..............................................................................
III. Pengamatan terhadap pemahaman selama pembelajaran (Comprehend)
Cermati kegiatan yang anda lakukan, jika anda menemui kendala atau
terdapat hal yang belum dimengerti diperkenankan bertanya kepada
teman atau guru. Jika menurut anda penting silakan catat dan sampaikan
pada saat diskusi.
Kendala-Kendala/ Hal yang belum dimengerti
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
IV. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Silahkan pecahkan masalah 1 dan 2 berdasarkan diskusi, dan sumbersumber yang telah dibaca. Pertanyaan di bawah ini akan menuntun
memecahkan permasalahan 1 dan 2. Anda bisa mengadakan diskusi
dengan teman kelompok atau bertanya kepada guru.
1.
2.
3.
4.

Jelaskanlah mengenai sifat koloid liofob!


Jelaskanlah mengenai sifat koloid liofil!
Sifat koloid apa yang digunakan dalam proses mencuci pakaian kotor ?
Jelaskan secara kimia cara kerja deterjen dalam proses pencucian pakaian
kotor.
5. Jelaskan mengapa bentuk koloid dipilih untuk industri kosmetik dan
farmasi?
V. Evaluasi Diri (Evaluate)
Silahkan renungkan kembali kegiatan yang sudah anda lakukan, kemudian
isi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah anda lakukan!
1. Adakah kesalahan yang telah anda lakukan selama pembelajaran? Jika ada
tuliskanlah!............................................................................................................
...............................................................................................................................
........................................................................................................................

222

2. Coba cermati kembali tujuan pembelajaran yang telah diberikan, apakah ada
tujuan pembelajaran yang belum tercapai? Jika ada, strategi apa yang akan
anda
lakukan
agar
semua
tujuan
tersebut
tercapai?.................................................................................................................
...............................................................................................................................
.........................................................................................................................
3. Berdasarkan kegiatan eksperimen atau diskusi yang dilakukan tadi, jika
diberikan kesempatan untuk melakukan eksperimen ini lagi, apa yang anda
lakukan agar hasil eksperimen atau diskusi menjadi lebih baik dari
sebelumnya?..........................................................................................................
...............................................................................................................................
.....................................................................................................................
VI. Menyimpulkan (Modify)
Silahkan simpulkan materi pembelajaran hari ini berdasarkan hasil diskusi
dan percobaan yang telah dilakukan.
i evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah anda lakukan!
Kesimpulan
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.........

Tugas
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

Bagaimana cara pembuatan sol Fe(OH)3?


Bagaimana pembuatan sol emas dengan cara busur Bredig?
Bagaimana cara pembuatan gel kalium asetat?

Jelaskan persamaan dan perbedaan antara:


b. Larutan dan koloid
c. Koloid dan suspensi.
Mengapa pencampuran gas dengan gas tidak dapat membentuk sistem koloid?
Apa yang dimaksud dengan zat emulgator dan bagaimana peran zat emulgator
tersebut dalam emulsi?
Bagaimana terjadinya gerak Brown pada sistem koloid?
Mengapa pada saat menonton film dibioskop dilarang merokok?

223

9. Sifat-sifat koloid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai


contoh penggunaan deodorant yang dapat meminimalisasi bau keringat pada
tubuh.
a. Diantara berbagai sifat koloid yang ada, manakah yang berperan pada
deodorant yang digunakan?
b. Mengapa deodorant dapat meminimalisasi bau keringat pada badan?
Jelaskan!
10. Pada pembuatan mayonaise, minyak ditambahkan ke dalam air yang
bercampur dengan kuning telur. Apakah fungsi dari kuning telur?
11. Bagaimanakah tawas dapat mengendapkan lumpur?

224

Lampiran 1.3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP/Kim/Langsung/SMA)
Satuan Pendidikan

: SMA

Mata Pelajaran

: Kimia

Kelas/Semester

: XI/Genap

Pokok Bahasan

: Koloid

Pertemuan Ke

: 1 dan 2

Alokasi Waktu

: 4 x 45 menit (2 x pertemuan)

I. Standar Kompetensi
Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
II. Kompetensi Dasar
1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di
sekitarnya.
2. Mengelompokkan sistem dan sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
III.Indikator Pembelajaran
1.
Menjelaskan pembuatan koloid secara dispersi.
2.
Menjelaskan pembuatan koloid secara kondensasi.
IV. Tujuan Pembelajaran
1.

Siswa dapat menjelaskan pembuatan koloid secara

2.

dispersi diskusi kelompok.


Siswa dapat menjelaskan pembuatan koloid secara

kondensasi melalui diskusi kelompok.


3.
Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa memiliki
nilai-nilai karakter seperti jujur, tekun, kreatif, rasa ingin tahu,
bertanggung jawab dan kerja keras.
V. Materi Pembelajaran
Pembuatan Sistem Koloid
Sistem koloid dibuat dengan dua metode, yaitu metode mengelompokkan
(agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan kasar kemudian

225

mendispersikan ke dalam medium pendispersi. Metode pertama disebut


kondensasi dan kedua disebut pendispersi.
3. Cara dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikelpartikel kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil, dapat dilakukan secara
mekanik, peptisasi, homogenisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur
Bredig).
e. Pembuatan Koloid dengan Cara mekanik
Zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi partikel berukuran
koloid melalui penggilingan, pengadukan, penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat
yang sudah berukuran koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium
pendispersi. Pembuatan koloid dengan cara mekanik, contohnya penggilingan
kacang kedelai pada pembuatan tahu dan kecap, pembuatan cat, pembuatan kue
tart dan mayones. Pada pembuatan cat di industri dilakukan dengan cara bahan
digiling kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi seperti air.
Sementara itu, pada pembuatan makanan seperti kue tart dan mayones dilakukan
dengan teknik penumbukan dan pengadukan. Kuning telur, margarin, dan gula
pasir yang sudah dihaluskan kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi koloid.
Industri makanan, yaitu pada pembuatan es krim, jus buah, selai, cincau, dan
lainnya. Industri kimia, yaitu pada pembuatan cat, zat pewarna, pasta gigi, dan
detergen. Selain itu, pada pembuatan cincau merupakan aplikasi pembuatan
koloid secara dispersi. Cincau ditunjukkan oleh Gambar 01.

Gambar 01. Cincau


f. Cara Peptisasi
Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi kasar dengan cara
memecah partikel-partikel suspensi secara kimia. Kemudian, menambahkan ion-

226

ion sejenis yang dapat diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid sampai koloid
menjadi stabil. Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk partikel-partikel
bermuatan koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion yang teradsorpsi pada
permukaan partikel koloid. Contohnya, tanah lempung pecah menjadi partikelpartikel berukuran koloid jika ditambah NaOH dan didispersikan ke dalam air.
Partikel-partikel silikat dari tanah lempung akan mengadsorpsi ion-ion OH- dan
terbentuk koloid bermuatan negatif yang stabil. Selain itu, contoh-contoh peptisasi
adalah endapan Al(OH)3, endapan NiS dipeptisasi dengan H2S, agar-agar
dipeptisasi dengan air, dan serat selulosa asetat dipeptisasi dengan aseton.
g. Cara Busur Bredig
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium
dispersi, kemudian diberi loncatan listrik diantara kedua ujungnya. Arus listrik
bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah elektrode logam (bahan
terdispersi). Kemudian, kedua elektrode tersebut dicelupkan ke dalam air hingga
kedua ujung elektrode itu hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga api
listrik. Loncatan bunga api listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan
membentuk atom-atom dan larut di dalam medium pendispersi membentuk sol.
Alat Busur Bredig ditunjukkan oleh Gambar 02.

Gambar 02. Skema alat busur Bredig


h. Cara Homogenisasi
Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
penghomogenan sampai berukuran koloid. Cara ini digunakan dalam pembuatan

227

susu. Partikel lemak dari susu diperkecil sampai berukuran koloid dengan cara
melewatkan melalui lubang berpori dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel
sudah sesuai ukuran koloid, selanjutnya didispersikan ke dalam medium
pendispersi.
4. Pembuatan Koloid dengan Metode Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus (molekuler)
menjadi partikel yang lebih besar (partikel berukuran koloid). Pembuatan koloid
dengan cara ini dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, reaksi
hidrolisis, reaksi penggaraman, dan reaksi penjenuhan
e. Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui
mekanisme perubahan bilangan oksidasi. Contoh pembuatan koloid dengan reakdi
redoks adalah sebagai berikut.
3) Pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida (H2S)
2 H2S ke dalam larutan belerang dioksida (SO2)
2H2S(g) + SO2 (aq)

3 S (s) + 2 H2O (l)

4) Pembuatan sol emas dengan cara mereduksi larutan AuCl 3 dan zat
pereduksi formaldehida atau besi (II) sulfat.
2 AuCl3

(Aq)

+ 3 HCOH

(aq)

+ 3 H2O

(l)

2 Au(s) + 6 HCl

(aq)

+ 3

HCOOH(aq)
Atau
AuCl3 (Aq) + 3FeSO4(aq)
f.

Au(s) + Fe2(SO4)3 (aq)+ FeCl3 (aq)

Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis merupakan

reaksi

pembentukan

koloid

dengan

menggunakan pereaksi air. Misalnya, pembuatan sol Al(OH)3 atau sol Fe (OH)3
3) Pembuatan sol Al (OH)3 dari larutan AlCl3, Al2(SO)4, PAC, atau tawas
AlCl3 (aq) + 3 H2O (l)

Al (OH)3 (s) + 3 HCl (aq)

4) Pembuatan sol Fe(OH)3 dari larutan FeCl3 dengan air panas.


FeCl3 (aq) + 3H2O(l)
g.

Fe(OH)3 (s) + 3 HCl(aq)

Reaksi penggaraman
Garam-garam yang sukar larut dapat dibuat menjadi koloid melalui reaksi
pembentukan garam. Untuk menghindari pengendapan biasnya digunakan
suatu zat pemecah.

228

AgNO3(aq) + NaCl(aq)
Na2SO4 (aq) + Ba(NO3)2(aq)
h.

AgCl (s) + NaNO3 (aq)


BaSO4(s) + 2NaNO3 (aq)

Penjenuhan Larutan
Pembuatan kalsium asetat merupakan contoh pembuatan koloid dengan cara

penjenuhan larutan ke dalam larutan jenuh kalsium asetat dalam air. Penjenuhan
dilakukan

dengan

cara

menambahkan

pelarut

alkohol

sehingga

akan

menghasilkan koloid yang berupa gel. Kalsium asetat bersifat lebih mudah larut
dalam air, namun sukar larut dalam alkohol.

229

VI. METODE PEMBELAJARAN


Model
: model pembelajaran langsung
Pendekatan
: deduktif
Metode
: Tanya-jawab, ceramah, ekperimen.
VII.Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah-Langkah Pokok

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Waktu

Kegiatan Pendahuluan
Tahap 1
Menyampaikan tujuan
mempersiapkan siswa.

dan

Menyampaikan salam pembuka


Menyampaikan tujuan pembelajaran
Memberikan apersepsi dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada


gambaran tentang konsep yang akan dipelajari
apakah pernah melihat atau membuat koloid
dalam kehidupan sehari-hari?.

Menyampaikan salam pembuka


Menyimak penjelasan dan motivasi
yang diberikan guru
Menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru

5 menit

Tahap 2
Mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan

Menjelaskan pembuatan koloid secara dispersi Menyimak penjelasan guru


Menjelaskan pembuatan koloid secara
kondensasi

Tahap 3

20 menit

Menyimak penjelasan guru

20 menit
229

230

Membimbing pelatihan

Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok


belajar yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang.
Membagikan LKS yang berisi permasalahan
terkait pembuatan koloid
Menugaskan siswa melakukan diskusi terkait
permasalahan yang disajikan pada LKS.
Menugaskan siswa untuk mempresentasikan
hasil diskusinya

Membentuk kelompok belajar


dengan anggota 4-5 orang.
Mencermati LKS yang diberikan
oleh guru
Melakukan diskusi sesuai dengan
prosedur pada LKS
Mempresentasikan hasil diskusi
yang diperolehnya.

Tahap 4
Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik

Memberikan beberapa pertanyaan terhadap


materi yang telah dipelajari
Memberikan umpan balik jika masih terdapat
pertanyaan dari siswa
Memberikan penekanan kembali pada
konsep-konsep yang esensial dari materi yang
telah dikaji dalam kegiatan pembelajaran

Menjawab pertanyaan yang diajukan


oleh guru
Mengajukan pertanyaan jika masih
ada yang kurang dipahami

TAHAP 5

Menugaskan siswa mempelajari kembali


materi yang telah dijelaskan oleh guru
mengenai pembuatan koloid

Mendengarkan tugas-tugas yang


diberikan oleh guru

Memberikan kuis kepada siswa

Mengerjakan kuis yang diberika oleh


guru.
Menyimpulkan materi yang telah
dipelajari

Memberi kesempatan untuk


pelatihan lanjutan dan
penerapan.
Kegiatan Penutup

Menugaskan siswa menyimpulkan materi


yang telah dipelajari

15 menit

10 menit

Menyimak tugas yang diberikan oleh


guru
5 menit

230

231

Melakukan refleksi terhadap pembelajaran


yang telah dilakukan
Menginformasikan materi yang dipelajari
pada pertemuan berikutnya
Pertemuan 2
Langkah-Langkah Pokok

Kegiatan Guru

Melakukan refleksi terhadap


pembelajaran yang telah dilakukan
Mendengarkan penjelasan yang
disampaikan oleh guru
Kegiatan Siswa

Tahap 1
Menyampaikan tujuan
mempersiapkan siswa.

dan

Menyampaikan salam pembuka


Menyampaikan tujuan pembelajaran

Menyampaikan salam pembuka


Menyimak penjelasan dan motivasi
yang diberikan guru

Waktu
5 menit

Mengaitkan materi yang dipelajari sebelumnya Menjawab pertanyaan yang diajukan


oleh guru
terkait pembuatan koloid secara dispersi dan
kondensasi.
Memotivasi siswa untuk melakukan praktikum
dengan mengajukan pertayaan: Bagimana
cara membuat koloid agar-agar?
Tahap 3
Membimbing pelatihan

Tahap 4

Menugaskan siswa melakukan praktikum


yang terdapat pada LKS terkait pembuatan
koloid dengan cara dispersi dan kondensasi.
Meminta siswa mencatat data hasil percobaan
Mendiskusikan hasil praktikum dalam kelas.

Melaksanakan praktikum

Memberikan beberapa pertanyaan terhadap

Menjawab pertanyaan yang diajukan

50 menit

Mencatat hasil pengamatan


Mengolah data hasil percobaan
20 menit
231

232

Mengecek pemahaman dan


memberikan umpan balik

hal-hal yang telah dipelajari.


Memberikan umpan balik jika masih terdapat
pertanyaan dari siswa.
Memberikan penekanan kembali pada
konsep-konsep yang esensial dari materi yang
telah dikaji dalam kegiatan pembelajaran.

Tahap 5

Memberikan tugas individu kepada siswa


Mencatat tugas yang diberikan oleh
untuk dikerjakan di rumah
guru
Menugaskan siswa mempelajari kembali
Mendengarkan tugas-tugas yang
materi yang telah dijelaskan oleh guru
diberikan oleh guru.
mengenai bahan tambahan makanan
Menugaskan siswa mempelajari materi sistem Menyimak tugas yang diberikan oleh
dispersi.
guru

10 menit

Menugaskan siswa menyimpulkan materi


yang telah dipelajari
Memberikan kuis kepada siswa.

5 menit

Memberi kesempatan untuk


pelatihan lanjutan dan
penerapan.

Kegiatan Penutup

Melakukan refleksi terhadap pembelajaran


yang telah dilakukan
Menginformasikan materi yang dipelajari
pada pertemuan berikutnya

oleh guru.
Mengajukan pertanyaan jika masih
ada yang kurang dipahami.
Menyimak penjelasan yang
disampaikan oleh guru

Menyimpulkan materi yang telah


dipelajari
Siswa mengerjakan kuis yang
diberikan oleh guru.
Melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan
Mendengarkan penjelasan yang
disampaikan oleh guru.

232

233

VIII. MEDIA / SUMBER BELAJAR


1. Lembar Kerja Siswa (LKS),
2. Papan tulis, spidol dan penghapus papan.
3. Alat dan bahan praktikum
4. Buku:

Anshory, I. dan H. Achmat.(1998). Kimia SMU kelas


2.Jakarta:Erlangga.
Purba, M. (2007). Kimia Untuk SMA Kelas II Semester 2.
Jakarta: Erlangga.
IX. Penilaian
Aspek yang dinilai
Instrumen penelitian
Kemampuan Pemecahan Masalah Tes kemampuan Pemecahan Masalah
Kecerdasan Emosional
Kuisioner Kecerdasan Emosional
Lembar Observasi

Singaraja,

Februari 2014

Peneliti

Ni Nyoman Widiyaningsih

233

234

Soal 1
1. Pembuatan koloid agar termasuk pembuatan koloid dispersi atau kodensasi?
Jelaskan! (Skor 25)
2. Jelaskan cara-cara pembuatan koloid! (Skor 25)
Jawaban
1.

2.

Kunci Jawaban Soal 1


1. Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara dispersi
dan kondensasi. Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan
partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil, dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, homogenisasi atau dengan loncatan bunga
listrik (cara busur Bredig). Penjelasan masing-masing cara tersebut sebagai
berikut.
a. Pada pembuatan koloid dengan cara mekanik, zat-zat yang berukuran besar
dapat direduksi menjadi partikel berukuran koloid melalui penggilingan,
pengadukan, penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat yang sudah berukuran
koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.
b. Pada pembuatan koloid dengan cara peptisasi, pembuatan koloid dapat
diperoleh dari suspensi kasar dengan cara memecah partikel-partikel
suspensi secara kimia. Kemudian, menambahkan ion-ion sejenis yang dapat
diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid sampai koloid menjadi stabil.
Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk partikel-partikel
bermuatan koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion yang teradsorpsi
pada permukaan partikel koloid.
c. Cara Busur Bredig, cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, logam
yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan
dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik diantara kedua
ujungnya. Arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah

234

235

elektrode logam (bahan terdispersi). Kemudian, kedua elektrode tersebut


dicelupkan ke dalam air hingga kedua ujung elektrode itu hampir
bersentuhan agar terjadi loncatan bunga api listrik. Loncatan bunga api
listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan membentuk atom-atom
dan larut di dalam medium pendispersi membentuk sol.
d. Cara Homogenisasi, pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin penghomogenan sampai berukuran koloid. Cara ini
digunakan dalam pembuatan susu. Partikel lemak dari susu diperkecil
sampai berukuran koloid dengan cara melewatkan melalui lubang berpori
dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel sudah sesuai ukuran koloid,
selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.
Sementara itu, kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus
(molekuler) menjadi partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan
cara ini dilakukan melalui dua cara, yaitu secara kimia dan fisika. Secara
kimia, partikel koloid dibentuk melalui reaksi-reaksi kimia seperti reaksi
hidrolisis dan reaksi oksidasi reduksi. Sementara itu, secara fisika
pembuatan koloid dilakukan dengan cara menurunkan kelarutan dari zat
terlarut, yaitu dengan jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga
terbentuk satu sol koloid.
2. Pembuatan koloid agar termasuk ke dalam pembuatan koloid secara dispersi.
Hal ini dikarenakan campuran serbuk agar dan air merupakan suspensi.
Campuran tersebut setelah dipanaskan dan diaduk (cara mekanik) terbentuk
sistem koloid. (Skor 25)

Keterangan: Skor total = 50


Nilai = Skor /Skor total x 100

235

236

Soal 1
1.

Pembuatan koloid agar termasuk pembuatan koloid dispersi atau


kodensasi? Jelaskan! (Skor 25)
2.
Jelaskan cara-cara pembuatan koloid! (Skor 25)
Jawaban
1.

2.

Kunci Jawaban Soal 1

237

1. Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara dispersi
dan kondensasi. Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan
partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil, dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, homogenisasi atau dengan loncatan bunga
listrik (cara busur Bredig). Penjelasan masing-masing cara tersebut sebagai
berikut.
a. Pada pembuatan koloid dengan cara mekanik, zat-zat yang berukuran besar
dapat direduksi menjadi partikel berukuran koloid melalui penggilingan,
pengadukan, penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat yang sudah berukuran
koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.
b. Pada pembuatan koloid dengan cara peptisasi, pembuatan koloid dapat
diperoleh dari suspensi kasar dengan cara memecah partikel-partikel
suspensi secara kimia. Kemudian, menambahkan ion-ion sejenis yang dapat
diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid sampai koloid menjadi stabil.
Koagulasi agregat-agregat yang telah membentuk partikel-partikel
bermuatan koloid dapat dihambat karena adanya ion-ion yang teradsorpsi
pada permukaan partikel koloid.
c. Cara Busur Bredig, cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam, logam
yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan
dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik diantara kedua
ujungnya. Arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah
elektrode logam (bahan terdispersi). Kemudian, kedua elektrode tersebut
dicelupkan ke dalam air hingga kedua ujung elektrode itu hampir
bersentuhan agar terjadi loncatan bunga api listrik. Loncatan bunga api
listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan membentuk atom-atom
dan larut di dalam medium pendispersi membentuk sol.
d. Cara Homogenisasi, pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin penghomogenan sampai berukuran koloid. Cara ini
digunakan dalam pembuatan susu. Partikel lemak dari susu diperkecil
sampai berukuran koloid dengan cara melewatkan melalui lubang berpori
dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel sudah sesuai ukuran koloid,
selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.
Sementara itu, kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus
(molekuler) menjadi partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan
cara ini dilakukan melalui dua cara, yaitu secara kimia dan fisika. Secara
kimia, partikel koloid dibentuk melalui reaksi-reaksi kimia seperti reaksi
hidrolisis dan reaksi oksidasi reduksi. Sementara itu, secara fisika
pembuatan koloid dilakukan dengan cara menurunkan kelarutan dari zat
terlarut, yaitu dengan jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga
terbentuk satu sol koloid.
2. Pembuatan koloid agar termasuk ke dalam pembuatan koloid secara dispersi.
Hal ini dikarenakan campuran serbuk agar dan air merupakan suspensi.

238

Campuran tersebut setelah dipanaskan dan diaduk (cara mekanik) terbentuk


sistem koloid. (Skor 25)

Keterangan: Skor total = 50


Nilai = Skor /Skor total x 100

239

Lampiran 1.4

LKS MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG


Kelompok :
Anggota Kelompok :

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat menjelaskan pembuatan koloid secara dispersi melalui percobaan


dan diskusi kelompok.
2. Siswa dapat menjelaskan pembuatan koloid secara kondensasi melalui diskusi
kelompok.
II. Pertanyaan
a. Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara dispersi dan

b.

kondensasi. Jelaskan kedua cara pembuatan tersebut! (Skor 10)


Jawaban.
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
...............................................................
Sol belerang dapat dibuat dengan dua cara, yaitu kondensasi dan dispersi.

c.

Jelaskan perbedaan keduanya ! (skor 10)


Jawaban.
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................
Koloid agar-agar dibuat dengan cara dispersi. Sebutkan tahap-tahap
pembuatan koloid agar! (skor 10).
Jawaban.

240

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................

Pertemuan 2
III. Alat dan Bahan
Gelas kimia 100 mL : 2 buah
Batang pengaduk : 1 buah
Spatula
: 1 buah
Pipet tetes
: 1 buah
Tepung agar-agar
Aquades
Penyangga kaki tiga
Spritus
Korek api
Prosedur Kerja
Ambil gelas kimia 100 mL. Isi dengan satu sendok spatula tepung agaragar. Kemudian tambahkan 70 mL air dan panaskan sampai mendidih.
Dinginkan campuran itu untuk memperoleh gel agar-agar.
IV. Hasil Pengamatan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
.....................................

241

Lampiran 1.5

KISI-KISI TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH YANG DIUJICOBAKAN

Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah


Standar Kompetensi : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar

: 1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya.


2. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar

Sub Pokok Bahasan

Membuat berbagai
sistem koloid
dengan bahanbahan yang ada di
sekitarnya.
Mengelompokkan
sifat-sifat koloid
dan penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.

Pembuatan
koloid

Indikator

sistem Menjelaskan pembuatan


koloid secara dispersi.
Menjelaskan pembuatan
koloid secara kondensasi

Larutan, suspensi, dan Membedakan


koloid,
koloid
larutan, dan suspensi
Jenis-jenis koloid
Menentukan jenis koloid
berdasarkan
medium
pendispersi
dan
zat
terdispersi.
Sifat-sifat koloid
Menjelaskan
sifat-sifat

Komponen
Pemecahan Masalah
(*)
1
2
3
4

No. Item

Jumlah

1a, 1b, 1c, 1d

2a, 2b, 2c, 2d

3a, 3b

5a, 5b, 5c

242

Kompetensi Dasar

Sub Pokok Bahasan

Indikator
koloid

Koloid pelindung
Koloid liofob dan
koloid liofil
Penerapan koloid

Menjelaskan
koloid
pelindung.
Menjelaskan koloid liofob
dan liofil
Menjelaskan peranan
koloid dalam kehidupan
sehari-hari

Komponen
Pemecahan Masalah
(*)
1
2
3
4

3. Menyelesaikan masalah
4. Menyimpulkan

8a,8b,8c, 7d

9a, 9b, 9c, 9d

10 a, 10b, 10c

11a, 11b
12a, 12b, 12c,
12d

Keterangan:
1. Memahami masalah
2. Merencanakan pemecahan masalah

Jumlah

Jumlah Total

No. Item

4
33

243

Lampiran 1.6

TES UJI COBA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


Pokok Bahasan

: Sistem Koloid

Waktu

: 2 Jam Pelajaran (2 x 45 menit)

PETUNJUK
1. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan Anda memecahkan
masalah.
2. Bacalah paragraf setiap soal kemudian jawablah pertanyaan di bawahnya
pada kertas yang telah disediakan dari yang dianggap paling mudah!
3. Pada lembar jawaban di pojok kanan atas ditulis identitas Anda!
4. Tidak diperkenankan mencorat-coret lembar soal ini.
5. Bekerjalah dengan jujur.

Hari , tanggal
:................................................................
Sekolah
: ...............................................................
Kelas
: ...............................................................
Nama
: ...............................................................
No. Absen

: ..............................................................

1. Komang Agung memiliki pengetahuan mengenai pembuatan koloid secara


dispersi dan kondensasi. Pada suatu hari ia mendapat tugas membuat majalah
dinding yang harus dipasang keesokan harinya. Pada saat ia mau menempel
kertas mading ternyata persediaan lem telah habis dan toko terdekat yang
menjual lem pun telah tutup. Di rumahnya hanya tersedia tepung kanji.
Komang Agung kesulitan memanfaatkan tepung kanji agar bisa digunakan
untuk menempel kertas madingnya.

244

a. Rumuskanlah satu permasalahan yang harus dipecahkan oleh Komang


Agung!
b. Ajukan rencana solusi untuk memecahkan masalah tersebut!
c. Apakah solusi yang diajukan pada point b termasuk pembuatan koloid
secara dispersi atau kondensasi? Jelaskan!
d. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan yang terdapat pada wacana dan
jawaban yang Anda berikan!
2. Pada suatu hari Andi mendapat pelajaran kimia dari Bu Winda dengan topik
pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi. Kegiatan pembelajaran
dilakukan di laboratorium. Di atas meja Andi telah disiapkan larutan FeCl 3
jenuh, aquades, gelas kimia, dan pemanas. Bu Winda menugaskan Andi untuk
membuat sistem koloid menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan.
Andi terlihat kebingungan sekali mendapat tugas tersebut.
a. Rumuskanlah suatu masalah yang harus dipecahkan oleh Andi!
b. Ajukan rencana solusi untuk memecahkan masalah tersebut!
c. Apakah solusi yang diajukan pada point b termasuk pembuatan koloid
secara dispersi atau kondensasi? Jelaskan!
d. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan yang terdapat pada wacana dan
jawaban yang Anda berikan!
3. Bu Evi mempunyai 3 buah gelas yang berisi campuran yang berbeda-beda.
Gelas I berisi air gula, gelas II berisi campuran air dan pasir, dan gelas III berisi
santan. Bu Evi mengamati ketiga cairan yang ada di dalam gelas tersebut dan ia
teringat dengan pelajaran kimia di SMA dulu tentang larutan, suspensi, dan
koloid. Bu Evi ingin membedakan larutan, suspensi, dan koloid yang terdapat
pada ketiga gelas tersebut.
a. Berdasarkan wacana di atas, tentukanlah campuran di dalam gelas yang
termasuk koloid, larutan, dan suspensi! Jelaskan !
b. Tindakan apa yang dilakukan oleh Bu Evi untuk membedakan larutan,
suspensi, dan koloid pada ketiga bahan tersebut!
4. Tinta, susu cair, obat nyamuk semprot, dan lem kanji merupakan contoh koloid.
Berdasarkan data tersebut medium pendispersi dan zat terdispersinya disajikan
sebagai berikut.
Tabel 1. Zat Terdispersi dan Medium Pendispersi
Data
Zat
Medium
Terdispersi Pendispersi
Tinta
Susu cair
Obat nyamuk semprot
Cair
Gas
Lem kanji

245

Lengkapilah tabel di atas dan tentukanlah jenis-jenis koloid yang sesuai!


5. Eka bersama keluarganya pulang kampung ke Gianyar melewati Kintamani.
Pada perjalanan dari Singaraja sampai di Tajun, jalan aspal dapat terlihat jelas.
Warna langit pun tampak biru sebagai akibat adanya hamburan cahaya biru
dari sinar matahari oleh partikel debu. Pada saat tiba di kawasan Kintamani
terjadi kabut yang tebal sehingga jalan mulai tidak jelas kemudian Eka
menyalakan lampu mobilnya. Namun, cahaya lampu menjadi terhamburkan.
Pada umumnya, lampu yang digunakan pada mobil ada dua jenis, yaitu lampu
berwarna kuning dan lampu berwarna putih.

a.

Gambar 01. Sorot Lampu Pada Jalan berkabut.

Mengapa
cahaya

lampu mobil dapat terhamburkan ketika terjadi kabut tebal?


b. Lampu manakah yang Eka nyalakan agar cahaya mobilnya mampu
menembus kabut tebal tersebut? Jelaskan!
c. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan yang terdapat pada wacana dan
jawaban yang Anda berikan!
6. Suatu pagi Dwi melihat neneknya menggunakan kerak nasi untuk mengobati
sakit perut. Dwi bertanya kepada neneknya mengapa kerak nasi tersebut dapat
digunakan untuk mengobati sakit perut. Neneknya hanya menjawab kerak
nasi tersebut merupakan obat tradisional yang paling mujarab yang digunakan
secara turun-temurun. Dwi tampak kebingungan mendengarkan penjelasan
neneknya dan terbesit pertanyaan dipikirannya mengapa kerak nasi dapat
digunakan sebagai obat sakit perut?

Gambar 02. Kerak Nasi


7. Putu senang sekali mengkonsumsi es cendol di siang hari. Dia memiliki
langganan khusus untuk membeli es cendol favoritnya. Suatu hari setelah
pulang sekolah dia ingin membeli es cendol untuk menghilangkan dahaganya,
tetapi warung langganannya tutup. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli

246

es krim. Setelah sampai di rumah Putu langsung memakan es krim yang


dibelinya, Putu heran kenapa es krim memiliki struktur yang halus berbeda
dengan es batu yang memiliki struktur kristal es pada es cendol yang sering dia
beli seperti pada Gambar 03.

(a)
(b)
Gambar 03. Es Krim (a) dan Es Batu (b)
Apakah yang membuat es krim tidak memiliki stuktur kristal es seperti es
batu? Jelaskan!
8. Kadek mencuci pakaian di sungai. Kemudian, Kadek merendam pakaian
dengan deterjen yang banyak karena ia beranggapan apabila mencuci pakaian
dengan deterjen yang banyak dan busa yang melimpah akan lebih efektif dalam
mengangkat noda. Namun, tanpa disadari busa yang banyak mencemari sungai
tersebut.
a. Rumuskan suatu permasalahan dari wacana di atas !
b. Ajukan rencana solusi untuk memecahkan masalah tersebut!
c. Berikanlah solusi untuk memecahkan permasalahan pada wacana di atas
berdasarkan rencana solusi yang diajukan dan jelaskan secara kimia cara
kerja deterjen dalam proses pencucian baju kotor!
d. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan pada wacana dan jawaban yang
Anda berikan!
9. Ketika musim liburan tiba, siswa SMA Negeri di Kecamatan Banjar diberikan
kesempatan untuk melakukan rekreasi dan berkemah di sekitar Gunung Batur.
Mereka memasak nasi dan air minum menggunakan air sungai yang keruh dan
berlumpur, mereka tidak terbiasa menggunakan air keruh. Akibatnya, nasi dan
air minum yang dihasilkan berwarna coklat dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Melihat situasi tersebut, guru menugaskan siswa mendiskusikan tentang teknik
penjernihan air untuk memasak besok. Ditempat perkemahan telah disediakan
tawas, pasir, kerikil, ijuk, dan karbon aktif.
a. Rumuskan satu masalah yang harus dipecahkan dalam diskusi!
b. Ajukan rencana solusi untuk memecahkan masalah tersebut!
c. Berikanlah solusi sesuai dengan rencana yang diajukan untuk
memecahkan masalah penjernihan air untuk memasak!
d. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan pada wacana dan jawaban yang
Anda berikan!

247

10.Akhir-akhir ini banyak dihasilkan asap hitam dari knalpot mobil maupun dari
pabrik-pabrik industri. Asap hitam tersebut tersebar di udara. Asap dari mobil
berasal dari hasil pembakaran bahan bakar yang kurang sempurna. Partikelpartikel halus dari karbon yang hitam ikut keluar dengan gas CO 2 dan uap air
menyebabkan pencemaran udara seperti pada Gambar 04.

(a)
(b)
Gambar 04. Asap Hitam dari Kendaraan (a) dan Pabrik Industri
mengandung gas-gas beracun seperti CO, SO3, dan NO2.
a. Rumuskan suatu masalah yang harus dipecahkan dalam wacana tersebut!
b. Berikanlah solusi untuk memecahkan permasalahan pada wacana di atas!
c. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan pada wacana dan jawaban yang
Anda berikan!
11. Intan adalah seseorang yang sangat modis. Dia sangat memperhatikan
penampilannya terutama kulitnya. Dia selalu memakai lotion untuk merawat
kulitnya. Lotion Intan ditunjukkan pada Gambar 05.

Gambar 05. Lotion Pemutih


Menurut informasi dari temannya lotion dan produk yang kecantikan yang
digunakannya mengaplikasikan sistem koloid. Intan tampak kebingungan
mendengar informasi tersebut.
a. Menurut Anda jenis koloid apa yang digunakan pada lotion pemutih
tersebut?
b. Mengapa produk industri kosmetik berbentuk koloid!
12.Winda sangat gemar memasak. Suatu hari Winda memasak nasi goreng untuk
sarapan sebelum ke sekolah. Ketika mengiris bawang tanpa sengaja tangan
teriris oleh pisau dan keluar banyak darah dari tangannya seperti Gambar 06.

248

Gambar 06. Luka


Setelah sekian lama darahnya tidak mau juga mengumpal. Winda berinisiatif
mengambil obat merah untuk mengobati lukanya. Namun, obat merahnya telah
habis. Di rumah Winda hanya ada tawas.
a. Rumuskanlah suatu masalah yang harus dipecahkan dalam wacana tersebut!
b. Ajukan rencana solusi untuk memecahkan masalah tersebut!
c. Jelaskan rencana solusi yang telah diajukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut!
d. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan pada wacana dan jawaban yang
Anda berikan!

249

Lampiran 1.7

KISI-KISI TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH YANG DIGUNAKAN

Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah


Standar Kompetensi

: Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Kompetensi Dasar

: 1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya.


2. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar

Sub Pokok Bahasan

Membuat berbagai
Pembuatan sistem koloid
sistem koloid dengan
bahan-bahan yang ada
di sekitarnya.

Indikator

Menjelaskan
pembuatan
koloid
secara dispersi.
Menjelaskan
pembuatan koloid
secara kondensasi
Mengelompokkan
Larutan, suspensi, dan Membedakan koloid,
sifat-sifat koloid dan
koloid
larutan, dan suspensi
penerapannya dalam
Jenis-jenis koloid
Menentukan
jenis
kehidupan sehari-hari.
koloid
berdasarkan
medium
pendispersi
dan zat terdispersi.
Sifat-sifat koloid
Menjelaskan sifat-sifat
koloid

Komponen Pemecahan
Masalah (*)
1
2
3
4

No. Item

Jumlah

1a, 1b, 1c, 1d

2a, 2b, 2c, 2d

3a, 3b

5a, 5b, 5c

250

Kompetensi Dasar

Sub Pokok Bahasan


Koloid pelindung
Koloid liofob dan koloid
liofil
Penerapan koloid

Keterangan:
Memahami masalah
2. Merencanakan pemecahan masalah

Indikator
Menjelaskan
koloid
pelindung.
Menjelaskan koloid
liofob dan liofil
Menjelaskan peranan
koloid dalam kehidupan
sehari-hari
Jumlah Total

3. Menyelesaikan masalah
4. Menyimpulkan

Komponen Pemecahan
Masalah (*)
1
2
3
4

No. Item

Jumlah

7a,7b,7c, 7d

8a, 8b, 8c, 8d

4
23

251

Lampiran 1.8

TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


Pokok Bahasan

: Sistem Koloid

Waktu

: 2 Jam Pelajaran (2 x 45 menit)

PETUNJUK
1. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan Anda memecahkan
masalah.
2. Bacalah paragraf setiap soal kemudian jawablah pertanyaan di bawahnya
pada kertas yang telah disediakan dari yang dianggap paling mudah!
3. Pada lembar jawaban di pojok kanan atas ditulis identitas Anda!
4. Tidak diperkenankan mencorat-coret lembar soal ini.
5. Bekerjalah dengan jujur.

Hari , tanggal
:................................................................
Sekolah
: ...............................................................
Kelas
: ...............................................................
Nama
: ...............................................................
No. Absen

: ..............................................................

1. Komang Agung memiliki pengetahuan mengenai pembuatan koloid secara


dispersi dan kondensasi. Pada suatu hari ia mendapat tugas membuat majalah
dinding yang harus dipasang keesokan harinya. Pada saat ia mau menempel
kertas mading ternyata persediaan lem telah habis dan toko terdekat yang
menjual lem pun telah tutup. Di rumahnya hanya tersedia tepung kanji.
Komang Agung kesulitan memanfaatkan tepung kanji agar bisa digunakan
untuk menempel kertas madingnya.
a. Rumuskanlah satu permasalahan yang harus dipecahkan oleh Komang
Agung!

252

b. Ajukan rencana solusi untuk memecahkan masalah tersebut!


c. Apakah solusi yang diajukan pada point b termasuk pembuatan koloid
secara dispersi atau kondensasi? Jelaskan!
d. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan yang terdapat pada wacana dan
jawaban yang Anda berikan!
2. Pada suatu hari Andi mendapat pelajaran kimia dari Bu Winda dengan topik
pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi. Kegiatan pembelajaran
dilakukan di laboratorium. Di atas meja Andi telah disiapkan larutan FeCl 3
jenuh, aquades, gelas kimia, dan pemanas. Bu Winda menugaskan Andi untuk
membuat sistem koloid menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan.
Andi terlihat kebingungan sekali mendapat tugas tersebut.
a. Rumuskanlah suatu masalah yang harus dipecahkan oleh Andi!
b. Ajukan rencana solusi untuk memecahkan masalah tersebut!
c. Apakah solusi yang diajukan pada point b termasuk pembuatan koloid
secara dispersi atau kondensasi? Jelaskan!
d. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan yang terdapat pada wacana dan
jawaban yang Anda berikan!
3. Bu Evi mempunyai 3 buah gelas yang berisi campuran yang berbeda-beda.
Gelas I berisi air gula, gelas II berisi campuran air dan pasir, dan gelas III berisi
santan. Bu Evi mengamati ketiga cairan yang ada di dalam gelas tersebut dan ia
teringat dengan pelajaran kimia di SMA dulu tentang larutan, suspensi, dan
koloid. Bu Evi ingin membedakan larutan, suspensi, dan koloid yang terdapat
pada ketiga gelas tersebut.
a. Berdasarkan wacana di atas, tentukanlah campuran di dalam gelas yang
termasuk koloid, larutan, dan suspensi! Jelaskan !
b. Tindakan apa yang dilakukan oleh Bu Evi untuk membedakan larutan,
suspensi, dan koloid pada ketiga bahan tersebut!
4. Tinta, susu cair, obat nyamuk semprot, dan lem kanji merupakan contoh koloid.
Berdasarkan data tersebut medium pendispersi dan zat terdispersinya disajikan
sebagai berikut.
Tabel 1. Zat Terdispersi dan Medium Pendispersi
Data
Zat
Medium
Terdispersi
Pendispersi
Tinta
Susu cair
Obat nyamuk semprot
Cair
Gas
Lem kanji
Lengkapilah tabel di atas dan tentukanlah jenis-jenis koloid yang sesuai!

253

5. Eka bersama keluarganya pulang kampung ke Gianyar melewati Kintamani.


Pada perjalanan dari Singaraja sampai di Tajun, jalan aspal dapat terlihat jelas.
Warna langit pun tampak biru sebagai akibat adanya hamburan cahaya biru
dari sinar matahari oleh partikel debu. Pada saat tiba di kawasan Kintamani
terjadi kabut yang tebal sehingga jalan mulai tidak jelas kemudian Eka
menyalakan lampu mobilnya. Namun, cahaya lampu menjadi terhamburkan.
Pada umumnya, lampu yang digunakan pada mobil ada dua jenis, yaitu lampu
berwarna kuning dan lampu berwarna putih.

Gambar 01. Sorot Lampu Pada Jalan berkabut.


a. Mengapa cahaya lampu mobil dapat terhamburkan ketika terjadi kabut
tebal?
b. Lampu manakah yang Eka nyalakan agar cahaya mobilnya mampu
menembus kabut tebal tersebut? Jelaskan!
c. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan yang terdapat pada wacana dan
jawaban yang Anda berikan!
6. Putu senang sekali mengkonsumsi es cendol di siang hari. Dia memiliki
langganan khusus untuk membeli es cendol favoritnya. Suatu hari setelah
pulang sekolah dia ingin membeli es cendol untuk menghilangkan dahaganya,
tetapi warung langganannya tutup. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli
es krim. Setelah sampai di rumah Putu langsung memakan es krim yang
dibelinya, Putu heran kenapa es krim memiliki struktur yang halus berbeda
dengan es batu yang memiliki struktur kristal es pada es cendol yang sering dia
beli seperti pada Gambar 03.

(a)
(b)
Gambar 03. Es Krim (a) dan Es Batu (b)
Apakah yang membuat es krim tidak memiliki stuktur kristal es seperti es
batu? Jelaskan!

254

7. Kadek mencuci pakaian di sungai. Kemudian, Kadek merendam pakaian


dengan deterjen yang banyak karena ia beranggapan apabila mencuci pakaian
dengan deterjen yang banyak dan busa yang melimpah akan lebih efektif dalam
mengangkat noda. Namun, tanpa disadari busa yang banyak mencemari sungai
tersebut.
a. Rumuskan suatu permasalahan dari wacana di atas !
b. Ajukan rencana solusi untuk memecahkan masalah tersebut!
c. Berikanlah solusi untuk memecahkan permasalahan pada wacana di atas
berdasarkan rencana solusi yang diajukan dan jelaskan secara kimia cara
kerja deterjen dalam proses pencucian baju kotor!
d. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan pada wacana dan jawaban yang
Anda berikan!
8. Ketika musim liburan tiba, siswa SMA Negeri di Kecamatan Banjar diberikan
kesempatan untuk melakukan rekreasi dan berkemah di sekitar Gunung Batur.
Mereka memasak nasi dan air minum menggunakan air sungai yang keruh dan
berlumpur, mereka tidak terbiasa menggunakan air keruh. Akibatnya, nasi dan
air minum yang dihasilkan berwarna coklat dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Melihat situasi tersebut, guru menugaskan siswa mendiskusikan tentang teknik
penjernihan air untuk memasak besok. Ditempat perkemahan telah disediakan
tawas, pasir, kerikil, ijuk, dan karbon aktif.
a. Rumuskan satu masalah yang harus dipecahkan dalam diskusi!
b. Ajukan rencana solusi untuk memecahkan masalah tersebut!
c. Berikanlah solusi sesuai dengan rencana yang diajukan untuk memecahkan
masalah penjernihan air untuk memasak!
d. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan pada wacana dan jawaban yang
Anda berikan!

Lampiran 1.9

255

KUNCI JAWABAN DAN RUBRIK PENILAIAN


TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Soal

Kunci Jawaban

1. Komang Agung memiliki pengetahuan a. Komang Agung memiliki pengetahuan


mengenai pembuatan koloid secara
mengenai pembuatan koloid secara dispersi
dispersi dan kondensasi. Pada suatu hari
dan kondensasi. Di rumah Komang Agung
ia mendapat tugas membuat majalah
hanya tersedia tepung kanji. Bagaimanakah
dinding yang harus dipasang keesokan
cara membuat lem dari tepung kanji?
harinya. Pada saat ia mau menempel
kertas mading ternyata persediaan lem
telah habis dan toko terdekat yang
menjual lem pun telah tutup. Di
rumahnya hanya tersedia tepung kanji.
Komang Agung kesulitan memanfaatkan
tepung kanji agar bisa digunakan untuk
menempel kertas madingnya.
a. Rumuskanlah satu permasalahan yang
harus dipecahkan oleh Komang
Agung!
b. Ajukan
rencana
solusi
untuk
memecahkan masalah tersebut!
c. Apakah solusi yang diajukan pada point b. Pembuatan lem dari tepung kanji dilakukan
b termasuk pembuatan koloid secara
dengan langkah-langkah, yaitu sebagai

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Menuliskan
apa
yang
diketahui dengan benar dan
merumuskan masalah sesuai
dengan permasalahan yang
ada
dalam
wacana
menggunakan kalimat yang
baik dan efektif
Menuliskan
apa
yang
diketahui dengan benar,
tetapi saat merumuskan
masalah
masih
salah/menyimpang
dan
sebaliknya.
Menuliskan
apa
yang
diketahui dan merumuskan
masalah masih salah dan
menyimpang.
Tidak ada jawaban
Memilih
strategi
penyelesaian dengan tepat

0
3

256

Soal
dispersi atau kondensasi? Jelaskan!
d. Simpulkanlah
berdasarkan
permasalahan yang terdapat pada
wacana dan jawaban yang anda
berikan!

Kunci Jawaban
berikut.
1) Mencampurkan tepung kanji dengan air.
2) Campuran tersebut dipanaskan dan diaduk
hingga terbentuk gumpalan yang dapat
digunakan sebagai lem.

Rubrik Penilaian
Skor

0
f. Pembuatan koloid lem kanji merupakan salah

satu penerapan dari pembuatan koloid secara


dispersi. Hal ini dikarenakan campuran
tepung kanji dan air merupakan suspensi.
Campuran tersebut setelah dipanaskan dan
diaduk (cara mekanik) terbentuk sistem
koloid.
2

Deskriptor
dan memaparkan langkahlangkahnya dengan benar
Memilih strategi/ rencana
penyelesaian dengan tepat
dalam
memaparkan
langkah-langkahnya masih
salah
Memilih
strategi/rencana
penyelesian dan pemaparan
langkah-langkahnya masih
salah
Tidak ada jawaban
Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori,
konteks dalam wacana, dan
menggunakan kalimat yang
menunjukkan jalan pikiran
yang runut dengan bahasa
yang baik dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori,
dan menggunakan kalimat
yang tidak menunjukkan
jalan pikiran yang runut

257

Soal

Kunci Jawaban

Rubrik Penilaian
Skor

j. Jadi, Komang Agung dapat menyelesaikan

masalahnya dengan menggunakan tepung


kanji yang ada di rumahnya untuk membuat
lem kanji. Pembuatan lem kanji tergolong
pembuatan koloid secara dispersi.

2. Pada suatu hari Andi mendapat pelajaran a. Di atas meja Andi telah disiapkan larutan
kimia dari Bu Winda dengan topik
FeCl3, aquades, gelas kimia, dan pemanas.
pembuatan koloid secara dispersi dan
Bagaimanakah cara membuat koloid dari
kondensasi.
Kegiatan
pembelajaran
FeCl3?
dilakukan di laboratorium. Di atas meja
Andi telah disiapkan larutan FeCl3 jenuh,
aquades, gelas kimia, dan pemanas. Bu
Winda menugaskan Andi untuk membuat
sistem koloid menggunakan alat dan bahan

0
3
2
1
0
3

Deskriptor
dengan bahasa yang baik
dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori yang sesuai, dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut.
Tidak ada jawaban
Menyimpulkan
dengan
benar dan lengkap.
Menyimpulkan benar dan
kurang lengkap
Menyimpulkan masih salah
dan kurang lengkap
Tidak ada jawaban
Menuliskan
apa
yang
diketahui dengan benar dan
merumuskan masalah sesuai
dengan permasalahan yang
ada
dalam
wacana
menggunakan kalimat yang
baik dan efektif
Menuliskan
apa
yang
diketahui dengan benar,

258

Soal

Kunci Jawaban

yang telah disediakan. Andi terlihat


kebingungan sekali mendapat tugas
tersebut.
e. Rumuskanlah suatu masalah yang harus
dipecahkan oleh Andi!
f. Ajukan
rencana
solusi
untuk
memecahkan masalah tersebut!
g. Apakah solusi yang diajukan pada point
b termasuk pembuatan koloid secara
dispersi atau kondensasi? Jelaskan!
h. Simpulkanlah
berdasarkan
permasalahan yang terdapat pada e. Pembuatan koloid yang dapat dilakukan
wacana dan jawaban yang anda
dengan menggunakan alat dan bahan yang
berikan!
disiapkan, yaitu membuat sol Fe(OH)3.
Langkah-langkah
pembuatannya
adalah
sebagai berikut!
1) Aquades dituangkan ke dalam gelas kimia
100 mL, kemudian dipanaskan sampai
mendidih.
2) Larutan FeCl3 jenuh ditambahkan ke dalam
campuran tersebut.
3) Campuran tersebut dipanaskan sambil
diaduk perlahan-lahan sambil terbentuk
sol coklat merah.

Rubrik Penilaian
Skor

0
3

Deskriptor
tetapi saat merumuskan
masalah
masih
salah/menyimpang
dan
sebaliknya.
Menuliskan
apa
yang
diketahui dan merumuskan
masalah masih salah dan
menyimpang.
Tidak menuliskan apa yang
diketahui dan merumuskan
masalah.
Memilih
strategi
penyelesaian dengan tepat
dan memaparkan langkahlangkahnya dengan benar.
Memilih strategi/ rencana
penyelesaian dengan tepat
dalam
memaparkan
langkah-langkahnya masih
salah.
Memilih
strategi/rencana
penyelesaian dan pemaparan
langkah-langkahnya masih
salah.
Tidak ada jawaban

259

Soal

Kunci Jawaban
i. Pembuatan
sol
Fe(OH)3
merupakan
penerapan
pembuatan
koloid
secara
kondensasi melalui reaksi hidrolisis. Reaksi
hidrolisis yang terjadi adalah reaksi antara
FeCl3 dengan air. Reaksi yang terjadi yaitu
sebagai berikut.
FeCl3(aq) + 3 H20(l)
Fe(OH)3 (s)+ 3 HCl(aq)
Pada cara kondensasi partikel-partikel larutan
yang berupa atom, ion, atau molekul diubah
menjadi partikel yang lebih besar seperti
partikel koloid.

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang sesuai, konteks dalam
wacana, dan menggunakan
kalimat yang menunjukkan
jalan pikiran yang runut
dengan bahasa yang baik
dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang
sesuai,
dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut dengan
bahasa yang baik dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori yang sesuai, dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut.
Tidak ada jawaban
Menyimpulkan
dengan
benar dan lengkap.

j. Jadi, pembuatan koloid yang harus dibuat


oleh Andi adalah membuat sol Fe(OH)3.

0
3

260

Soal

Kunci Jawaban
Pembuatan sol Fe (OH)3 merupakan
pembuatan koloid secara kondensasi.

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Menyimpulkan benar dan


kurang lengkap
Menyimpulkan masih salah
dan kurang lengkap
Tidak ada jawaban
Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori,
konteks dalam wacana, dan
menggunakan kalimat yang
menunjukkan jalan pikiran
yang runut dengan bahasa
yang baik dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori,
dan menggunakan kalimat
yang tidak menunjukkan
jalan pikiran yang runut
dengan bahasa yang baik
dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori, dan menggunakan
kalimat
yang
tidak
menunjukkan jalan pikiran
yang runut.

1
18.
Bu Evi mempunyai 3 buah gelas yang a.Gelas I : berisi air gula merupakan larutan
berisi campuran yang berbeda-beda. Gelas
Gelas II : campuran air dan pasir merupakan
I berisi air gula, gelas II berisi campuran
suspensi
air dan pasir, dan gelas III berisi santan. Bu
Gelas III : berisi santan merupakan koloid
Evi mengamati ketiga cairan yang ada di - Gelas I yang berisi air gula merupakan
dalam gelas tersebut dan ia teringat dengan
larutan. Hal ini dikarenakan Pencampuran
pelajaran kimia di SMA dahulu tentang
kedua zat tersebut membentuk fase yang
larutan, suspensi, dan koloid. Bu Evi ingin
homogen yang tidak dapat dibedakan lagi
membedakan larutan, suspensi, dan koloid
antara pelarut dan zat pelarut. Ukuran partikel
yang terdapat pada ketiga gelas tersebut.
zat terlarut di dalam suatu larutan lebih kecil
c. Berdasarkan
wacana
di
atas,
dari 10-7 (<1 nm) sehingga sangat sulit untuk
tentukanlah campuran di dalam gelas
diamati walaupun dengan menggunakan
yang termasuk koloid, larutan, dan
mikroskop ultra.
suspensi! Jelaskan !
- Gelas II yang berisi campuran air dan pasir
d. Tindakan apa yang dilakukan oleh Bu
merupakan suspensi. Hal ini dikarenakan
Evi untuk membedakan larutan,
campuran tersebut tidak larut dan bersifat
suspensi, dan koloid pada ketiga bahan
heterogen sehingga merupakan sistem dua
tersebut!
fase. Pasir memiliki ukuran yang sangat besar
sehingga air tidak mampu menahannya
sehingga padatan tersebut dapat mengendap.

0
3

261

Soal

Kunci Jawaban
- Gelas III yang berisi santan merupakan
koloid. Hal ini dikarenakan ukuran partikel
zat terdispersi lebih besar dari ukuran partikel
di dalam larutan tetapi lebih kecil daripada
ukuran partikel zat terdispersi di dalam
suspensi. Sistem koloid tampak homogen jika
dilihat tanpa mikroskop tetapi dengan
menggunakan mikroskop tampak adanya
partikel-partikel fase terdispersi.
e. Tindakan yang dilakukan untuk membedakan
ketiga jenis campuran tersebut, yaitu
melakukan filtrasi dan menggunakan
penyinaran dengan lampu senter. Filtrasi
digunakan untuk membedakan antara larutan
dengan suspensi. Larutan tidak memisah
ketika disaring sedangkan pada suspensi
dapat dipisahakan dengan penyaringan.
Sedangkan
penyinaran
lampu
senter
digunakan untuk membedakan koloid dengan
larutan. Sementara itu, larutan ketika disinari
tidak menghamburkan cahaya sedangkan
koloid menghamburkan cahaya.

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Tidak ada jawaban

Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang sesuai, konteks dalam
wacana, dan menggunakan
kalimat yang menunjukkan
jalan pikiran yang runut
dengan bahasa yang baik
dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang
sesuai,
dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut dengan
bahasa yang baik dan benar.

262

Soal

Kunci Jawaban

26.
Tinta, susu cair, obat nyamuk Tabel. Zat Terdispersi dan Medium Pendispersi
semprot, dan lem kanji merupakan contoh
koloid. Berdasarkan data tersebut medium
pendispersi
dan
zat
terdispersinya
Tinta merupakan jenis koloid sol karena
disajikan sebagai berikut.
medium pendispersinya adalah cair dan zat
Data
Medium
Zat
terdispersinya adalah padat.
pendispersi
terdispersi
Susu cair merupakan jenis koloid emulsi
Tinta
karena medium pendispersinya adalah cair
Susu cair
Obat
Gas
Cair
Data
Zat terdispersi
Medium
nyamuk
pendispersi
semprot
Tinta
Padat
Cair
Lem
Susu cair
Cair
Cair
kanji
Obat
Cair
Gas
nyamuk
semprot
Lem kanji
Padat
Cair

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori yang sesuai, dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut
Tidak ada jawaban
Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang sesuai, konteks dalam
wacana, dan menggunakan
kalimat yang menunjukkan
jalan pikiran yang runut
dengan bahasa yang baik
dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang
sesuai,
dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut dengan
bahasa yang baik dan benar.

0
3

263

Soal

Kunci Jawaban

Lengkapilah tabel di atas dan tentukanlah


jenis-jenis koloid yang sesuai!

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

dan zat terdispersinya adalah cair.


Obat nyamuk semprot merupakan jenis
koloid aerosol karena medium pendispersinya
adalah gas dan zat terdispersinya adalah cair.
Lem kanji merupakan jenis koloid sol karena
medium pendispersinya adalah cair dan zat
terdispersinya adalah padat.

Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori yang sesuai, dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut
Tidak ada jawaban

30.
Eka bersama keluarganya pulang a.Peristiwa yang dialami Eka merupakan salah
kampung ke Gianyar melewati Kintamani.
satu fenomena alam (kabut) yang berkaitan
Pada perjalanan dari Singaraja sampai di
dengan peristiwa efek Tyndall. Efek Tyndall
Tajun, jalan aspal dapat terlihat jelas.
merupakan fenomena sifat koloid, jika
Warna langit pun tampak biru sebagai
seberkas cahaya dilewatkan melalui sistem
akibat adanya hamburan cahaya biru dari
koloid maka berkas cahaya tersebut tidak
sinar matahari oleh partikel debu. Pada
kelihatan dengan jelas. Hal ini disebabkan
saat tiba di kawasan Kintamani terjadi
penghamburan cahaya oleh partikel-partikel
kabut yang tebal sehingga jalan mulai
koloid. Fase terdispersi dari kabut adalah zat
tidak jelas kemudian Eka menyalakan
cair dan medium pendispersinya adalah gas.
lampu mobilnya. Namun, cahaya lampu
menjadi terhamburkan. Pada umumnya,
lampu yang digunakan pada mobil ada dua
jenis, yaitu lampu berwarna kuning dan
lampu berwarna putih.

Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang sesuai, konteks dalam
wacana, dan menggunakan
kalimat yang menunjukkan
jalan pikiran yang runut
dengan bahasa yang baik
dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang
sesuai,
dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut dengan
bahasa yang baik dan benar.

264

Soal

Kunci Jawaban

Gambar 01. Sorot Lampu Pada Jalan berkabut.

d. Mengapa cahaya lampu mobil dapat e. Tindakan yang dapat dilakukan Eka adalah
terhamburkan ketika terjadi kabut?
adalah menyalakan lampu yang berwarna
e. Lampu manakah yang Eka nyalakan
kuning. Sinar lampu yang berwarna kuning
agar
cahaya
mobilnya
mampu
lebih sedikit dihamburkan. Hal ini
menembus kabut? Jelaskan!
dikarenakan sinar tersebut memiliki panjang
f. Simpulkanlah
berdasarkan
gelombang sekitar 560-590 nm lebih
permasalahan yang terdapat pada
panjang dari warna ungu, biru, dan hijau.
wacana dan jawaban yang anda
Penghamburan cahaya oleh partikel-partikel
berikan!
koloid seperti kabut berbeda-beda sesuai
dengan panjang gelombang sinar. Sementara
itu, sinar lampu berwarna putih merupakan
cahaya polikromatik dan sinar kuning
merupakan cahaya monokromatik sehingga
sinar lampu berwarna kuning mampu
menembus kabut yang tebal.

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori yang sesuai, dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut.
Tidak ada jawaban
Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang sesuai, konteks dalam
wacana, dan menggunakan
kalimat yang menunjukkan
jalan pikiran yang runut
dengan bahasa yang baik
dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang
sesuai,
dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut dengan
bahasa yang baik dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori yang sesuai, dan

0
3

265

Soal

Kunci Jawaban

i. Jadi, sinar lampu yang terhamburkan


merupakan peristiwa Efek Tyndal. Untuk
menembus
kabut,
Eka
seharusnya
menyalakan lampu kuning.

Rubrik Penilaian
Skor

0
3
2
1
0
2

Deskriptor
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut.
Tidak ada jawaban
Menyimpulkan
dengan
benar dan lengkap.
Menyimpulkan benar dan
kurang lengkap
Menyimpulkan masih salah
dan kurang lengkap
Tidak ada jawaban
Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang
sesuai,
dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut dengan
bahasa yang baik dan benar
Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori yang sesuai, dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut

266

Soal

Kunci Jawaban

9. Putu senang sekali mengkonsumsi es Gelatin digunakan mencegah pembentukan


cendol di siang hari. Dia memiliki kristal es yang kasar sehingga diperoleh kristal
langganan khusus untuk membeli es es yang lebih lembut.
cendol favoritnya. Suatu hari setelah
pulang sekolah dia ingin membeli es
cendol untuk menghilangkan dahaganya,
tetapi warung langganannya tutup.
Akhirnya dia memutuskan untuk membeli
es krim. Setelah sampai di rumah Putu
langsung memakan es krim yang
dibelinya, Putu heran kenapa es krim
memiliki struktur yang halus berbeda
dengan es batu yang memiliki struktur
kristal es pada es cendol yang sering dia
beli seperti pada Gambar 03.

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Tidak ada jawaban

Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang sesuai, konteks dalam
wacana, dan menggunakan
kalimat yang menunjukkan
jalan pikiran yang runut
dengan bahasa yang baik
dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang
sesuai,
dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut dengan
bahasa yang baik dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori yang sesuai, dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut.

267

Soal

Kunci Jawaban

(a)
(b)
Gambar 03. Es Krim (a) dan Es Batu (b)
Apakah yang membuat es krim tidak
memiliki stuktur kristal es seperti es
batu? Jelaskan!
13.
Kadek mencuci pakaian di sungai. a. Kadek menggunakan deterjen yang
Kemudian, Kadek merendam pakaian
melebihi takarannya. Pemakaian deterjen
dengan deterjen yang banyak karena ia
yang berlebihan tidak efektif mengangkat
beranggapan apabila mencuci pakaian
noda dan mencemari sungai. Bagaimanakah
dengan deterjen yang banyak dan busa yang
cara kadek mencuci pakaian agar efektif
melimpah akan lebih efektif dalam
mengurangi pencemaran sungai?
mengangkat noda. Namun, tanpa disadari
busa yang banyak mencemari sungai
tersebut.
e. Rumuskan suatu permasalahan dari
wacana di atas !
f. Ajukan
rencana
solusi
untuk
memecahkan masalah tersebut!
g. Berikanlah solusi untuk memecahkan
permasalahan pada wacana di atas dan
Jelaskan secara kimia cara kerja deterjen
dalam proses pencucian baju kotor!
h. Simpulkanlah berdasarkan permasalahan
pada wacana dan jawaban yang anda e. Pencucian pakaian yang efektif mengangkat
berikan!
noda dan tidak mencemari sungai dilakukan

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Tidak ada jawaban

Menuliskan
apa
yang
diketahui dengan benar dan
merumuskan masalah sesuai
dengan permasalahan yang
ada
dalam
wacana
menggunakan kalimat yang
baik dan efektif
Menuliskan
apa
yang
diketahui dengan benar,
tetapi saat merumuskan
masalah
masih
salah/menyimpang
dan
sebaliknya.
Menuliskan
apa
yang
diketahui dan merumuskan
masalah masih salah dan
menyimpang.
Tidak ada jawaban
Menuliskan dua atau lebih
rencana solusi dan kesemua

0
3

268

Soal

Kunci Jawaban
dengan beberapa cara, yaitu penggunaan
deterjen yang sesuai dengan takarannya dan
memilih deterjen yang sedikit menghasilkan
busa.

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor
rencana
solusi
relevan
dengan permasalahan yang
akan dipecahkan
Menuliskan dua atau lebih
rencana
solusi
tetapi
kesemua rencana solusi
tidak relevan permasalahan
yang akan dipecahkan
Tidak menuliskan dua atau
lebih rencana solusi atau
kesemua rencana solusi
tidak
relevan
dengan
pemasalahan yang akan
dipecahkan
Tidak ada jawaban

269

Soal

Kunci Jawaban
Penggunaan deterjen yang sesuai dengan
takarannya dan pemilihan deterjen yang
sedikit menghasilkan busa sangat efektif
mengangkat noda pakaian dan mengurangi
pencemaran air sungai dibandingkan
penggunaan deterjen yang banyak akan
menghasilkan residu dan membuat noda
yang seharusnya menghilang menempel lagi
pada pakaian. Kombinasi tidak seimbang
antara banyak deterjen dan sedikit air bisa
membuat bakteri berkembang biak, dan
menimbulkan bau tidak sedap pada pakaian
jika didiamkan. Selain itu, busa yang
dihasilkan
tidak
dapat
dipecahkan
mikroorganisme, akibatnya jika busa masuk
ke sungai akan terapung di atas air sungai
yang menyebabkan sinar matahari tidak
dapat menembus ke dalam air sungai.
Cara kerja deterjen dalam mengangkat
kotoran pada pakaian, yaitu detergen yang
larut dalam air dapat menarik kotoran pada
pakaian. Hal ini dikarenakan pada molekul
detergen terdapat ujung-ujung liofil yang

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori,
rencana
solusi
yang
diajukan dan menggunakan
kalimat yang menunjukkan
jalan pikiran yang runut
dengan bahasa yang baik
dan benar.

Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori,
tidak sesuai dengan rencana
solusi yang diajukan, dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut dengan
bahasa yang baik dan benar

270

Soal

Kunci Jawaban

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

larut dalam air dan ujung liofob yang dapat


menarik lemak dan minyak. Akibat adanya
tarik-menarik tersebut, tegangan permukaan
lemak dan minyak dengan kain menjadi
turun sehingga lebih kuat tertarik oleh
molekul-molekul air yang mengikat kuat
detergen Ujung liofil yang larut dalam air
bersifat hidrofilik dan bagian yang polar.

Sementara itu, ujung liofob yang dapat menarik


lemak dan minyak bersifat hidrofobik dan
bagian yang nonpolar. Kotoran yang bersifat
polar biasanya larut dalam air, kotoran yang
bersifat nonpolar, seperti minyak atau lemak
tidak akan hilang jika hanya dibersihkan
menggunakan air. Ujung hidrofob detergen yang
bersifat nonpolar mudah larut dalam minyak
atau lemak pada pakaian. Ketika pakaian
diperas dan digosok membuat minyak atau
lemak menjadi butiran-butiran lepas yang
dikelilingi oleh lapisan molekul detergen. Gugus
polarnya berada di luar lapisan sehingga butiran
itu larut di air. Struktur molekul deterjen

Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori, tidak sesui dengan
rencana
solusi
yang
diajukan dan menggunakan
kalimat
yang
tidak
menunjukkan jalan pikiran
yang runut
Tidak ada jawaban

adalah sebagai berikut.

271

Soal

Kunci Jawaban
i. Jadi, pemakaian deterjen yang sesuai
dengan takarannya dan pemilihan deterjen
yang sedkit menghasilkan busa dapat
mengangkat noda secara efektif dan
mengurangi pencemaran air sungai.

29. Ketika musim liburan tiba, siswa SMA a. Air sungai di sekitar danau Gunung Batur
Negeri di Kecamatan Banjar diberi
keruh dan berlumpur. Di tempat perkemahan
kesempatan untuk melakukan rekreasi dan
disediakan tawas, pasir, ijuk, karbon aktif,
berkemah di sekitar Gunung Batur.
kapur tohor, dan kaporit. Bagaimana caranya
Mereka memasak nasi dan air minum
mengolah air sungai yang keruh dan
menggunakan air sungai yang keruh dan
berlumpur menjadi air yang layak untuk
berlumpur,
mereka
tidak
terbiasa
dikonsumsi?
menggunakan air keruh. Akibatnya, nasi
dan air minum yang dihasilkan berwarna
coklat dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Melihat situasi tersebut, guru menugaskan
siswa mendiskusikan tentang teknik
penjernihan air untuk memasak besok.
Ditempat perkemahan telah disediakan
tawas, pasir, kerikil, ijuk, dan karbon
aktif.
e. Rumuskan satu masalah yang harus

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Menyimpulkan
dengan
benar dan lengkap.
Menyimpulkan benar dan
kurang lengkap
Menyimpulkan masih salah
dan kurang lengkap
Tidak ada jawaban
Menuliskan
apa
yang
diketahui dengan benar dan
merumuskan masalah sesuai
dengan permasalahan yang
ada
dalam
wacana
menggunakan kalimat yang
baik dan efektif
Menuliskan
apa
yang
diketahui dengan benar,
tetapi saat merumuskan
masalah
masih
salah/menyimpang
dan
sebaliknya.
Menuliskan
apa
yang
diketahui dan merumuskan
masalah masih salah dan
menyimpang.

2
1
0
3

272

Soal

Kunci Jawaban

dipecahkan dalam diskusi!


Ajukan
rencana
solusi
untuk
e. Pengolahan air minum yang berlumpur dapat
memecahkan masalah tersebut!
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
g. Berikanlah solusi sesuai dengan
sebagai berikut.
rencana
yang
diajukan
untuk
- Tawas digunakan sebagai koagulan.
memecahkan masalah penjernihan air
- Pasir, kerikil, dan ijuk digunakan sebagai
untuk memasak!
penyaring.
h. Simpulkanlah
berdasarkan
- Karbon aktif digunakan sebagai adsorpsi
permasalahan pada wacana dan
dan desinfektan.
jawaban yang anda berikan!
f.

Rubrik Penilaian
Skor
0

Tidak ada jawaban

Menuliskan dua atau lebih


rencana solusi dan kesemua
rencana
solusi
relevan
dengan permasalahan yang
akan dipecahkan
Menuliskan dua atau lebih
rencana
solusi
tetapi
kesemua rencana solusi
tidak relevan permasalahan
yang akan dipecahkan
Tidak menuliskan dua atau
lebih rencana solusi atau
kesemua rencana solusi
tidak
relevan
dengan
pemasalahan yang akan
dipecahkan
Tidak menjawab

0
i. Air sungai mengandung partikel-partikel
koloid lumpur yang bermuatan negatif. Agar
diperoleh air bersih, maka partikelpartikel
pengotor harus dinetralkan dengan beberapa
cara, yaitu sebagai berikut.
- Proses
pengumpalan
(koagulasi)

Deskriptor

Menyelesaikan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang sesuai, konteks dalam
wacana, dan menggunakan
kalimat yang menunjukkan
jalan pikiran yang runut

273

Soal

Kunci Jawaban
dilakukan dengan menggunakan tawas
(KAl(SO4)2. Tawas mengandung ion Al 3+
yang akan terhidrolisis membentuk
koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif
dan menghasilkan koloid Al (OH)3 yang
akan mengadsorpsi pengotor tanah dan
mengumpalkannya sehingga terbentuk
endapan.
- Proses
penyaringan
menggunakan
penyaring dilakukan setelah terjadi
pengumpalan. Penyaring terdiri dari
pasir, kerikil dan ijuk.
- Adsorpsi atau penyerapan terjadi pada
tahap awal. Proses adsorpsi juga
digunakan menggunakan karbon aktif
yang menyerap bau, dan zat-zat kimia,
dan sisa kaporit yang berlebih.
- Penambahan
kaporit
bertujuan
membunuh kuman-kuman. Kaporit ini
menimbulka bau unsur klorin yang
kurang sedap sehingga digunakan karbon
aktif untuk menyerap klorin tersebut.

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor
dengan bahasa yang baik
dan benar.

Melaksanakan penyelesaian
masalah sesuai dengan teori
yang
sesuai,
dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut dengan
bahasa yang baik dan benar.
Melaksanakan penyelesaian
masalah tidak sesuai dengan
teori yang sesuai, dan
menggunakan kalimat yang
tidak menunjukkan jalan
pikiran yang runut.
Tidak ada jawaban

274

Soal

Kunci Jawaban

Jadi, air sungai di sekitar Gunung Batur yang


keruh dan berlumpur dapat dijernihkan dengan
cara koagulasi dengan menggunakan tawas,
penyaringan dengan pasir, kerikil, dan ijuk,
adsorpsi dengan karbon aktif, desinfeksi
dengan karbon aktif, dan adsorpsi dengan
karbon aktif.

Nilai = Skor/Skor total x 100

Rubrik Penilaian
Skor

Deskriptor

Menyimpulkan
dengan
benar dan lengkap.
Menyimpulkan benar dan
kurang lengkap
Menyimpulkan masih salah
dan kurang lengkap
Tidak ada jawaban

2
1
0

Lampiran 1.10

19

KISI-KISI KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL YANG


DIUJICOBAKAN

No.
1

Dimensi
Mengenali
emosi sendiri
(self
awareness)

Pengendalian
emosi sendiri
(self
regulation)

Indikator Kecerdasan
Emosional

Tidak larut dalam emosi


dan
tidak
bereaksi
1,2, 3
4
berlebihan terhadap apa
yang dirasakan
Dapat
mengontrol
perasaan marah, sedih
5
6,7,8
senang, dan kecewa.
Dapat
menenangkan
9
10,11
ketegangan jiwa.
Memiliki perasaan yang
positif
tentang
diri
12,13, 14
15
sendiri, orang lain, dan
keluarga.
Mampu mengendalikan
16, 17, 18,19, 20
emosi
Memiliki
kepekaan
terhadap kata hati.

Memotivasi
diri
(Motivation)

Empati
(Emphaty)

Nomor Butir
Pernyataan
(+)
(-)

Jumlah
Butir

4
3
4

21, 22

23

24, 25

26

27, 28

29

30,31

32, 33

34, 35

36

37,38

39

Berpikir optimis.

40, 41

42

Memiliki
empati
terhadap perasaan orang
lain.

43,44

45

Menghibur diri sendiri


dan
melepaskan
kecemasan
Mampu bangkit dari
kondisi yang tertekan
Berusaha
sungguhsungguh
untuk
menyusun
langkah
mencapai sasaran.
Membangkitkan
semangat untuk menjadi
lebih baik.
Mengambil inisiatif dan
bertindak efektif

20

No.

Dimensi

Jumlah Butir

Indikator Kecerdasan
Emosional

Nomor Butir
Pernyataan
(+)
(-)

Jumlah
Butir

Mampu
memahami
perspektif orang lain.

46, 47

48

Peka terhadap perasaan


orang lain.

49,50

51,52

Menimbulkan hubungan
saling percaya terhadap
orang lain.

53

54

31

23

54

Lampiran 1.11

21

KUESIONER UJI COBA KECERDASAN EMOSIONAL

Nama

Kelas

No. Absen

Sekolah

Petunjuk Pengisian
1. Pada kuesioner ini terdiri dari 34 butir pernyataan. Pertimbangkan baikbaik setiap pertanyaan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran
Kimia yang Anda pelajari dan tentukan kebenarannya.
2. Berilah Jawaban sesuai dengan hati nurani Anda. Tidak ada jawaban yang
benar atau salah dalam pernyataan ini.
3. Catat Respon anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberi
tanda () dan ikuti petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan
lembar jawaban.
4. Ketentuan
SS (Sangat Sering)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam
pernyataan itu antara 86%100%
S (Sering)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam pernyataan itu antara 66%-85%
K (Kadang-Kadang)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam pernyataan itu antara 36%-65%
J (Jarang)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam pernyataan itu antara 17%-35%
SJ (Sangat Jarang)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam pernyataan itu antara 0%-16%
Jawaban
Pernyataan
SS
S K J
SJ
1. Saya berusaha mendengarkan dan melaksanakan
saran yang baik dari teman-teman.
2. Apabila saya berdebat dengan teman sekelas
sampai menjurus kepada kata-kata yang kasar
yang menyinggung masalah pribadi, saya segera
berhenti dan mengajaknya saling memaafkannya
3. Saya lebih memilih untuk diam dan menghindar
ketika terlibat konflik dengan teman
4. Saya memukuli teman sehingga rasa marah

22

Pernyataan
terlampiaskan apabila diejek dan diusili karena
kurang mampu dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru
5. Saya tidak akan membuat pesta yang besar atau
hadiah mewah dari orang tua tetapi hanya
bersyukur kepada TMYE dan berterima kasih
atas dukungan orang tua jika saya mendapat juara
kelas.
6. Saya merasa kecewa apabila Bapak/Ibu guru saya

memuji siswa lain didepan saya.


7. Saya akan marah-marah pada teman jika
diberikan saran pada tugas-tugas sekolah yang
saya laksanakan karena saya tidak memerlukan
saran darinya
8. Saya sulit mempertimbangkan suatu hal apabila
dalam keadaan marah
9. Saya akan bersabar memberikan penjelasan pada
teman yang bertanya tentang suatu hal meskipun
sangat menjemukan
10. Saya sering gugup dalam menghadapi tes
sehingga sering keliru padahal sebenarnya tes itu
bisa saya kerjakan.
11. Ketika saya merasa sedih atau tertekan saya
cenderung memilih diam dan tidak tahu apa
yang harus saya lakukan.
12. Saya akan memberikan maaf apabila ada teman
yang merasa berbuat kesalahan kepada saya.
13. Saya berusaha menyesuaikan keinginan saya
dengan kemampuan yang ada.
14. Saya akan menawarkan bantuan saya kepada
kepada orang yang saya lihat memerlukan
bantuan.

Jawaban
SS

SJ

23

Pernyataan
15. Apabila saya melihat teman saya melakukan
yang tidak baik maka saya akan menegurnya
dengan cara tidak baik pula
16. Jika saya biasa mendapat peringkat pertama di
kelas, tetapi suatu ketika prestasi saya merosot
dan teman yang saya benci mendapatkan
peringkat pertama
maka saya akan
mengucapkan selamat kepadanya dan semakin
termotivasi untuk belajar.
17. Saya tidak merasa sedih bila guru berkomentar
jelek terhadap materi kimia yang saya
presentasikan tetapi semakin termotivasi untuk
melakukan presentasi yang maksimal pada
pertemuan selanjutnya
18. Saya sering terburu-buru dalam membuat suatu
keputusan
19. Kadang-kadang saya tanpa sengaja membanting
barang-barang didekat saya apabila saya sedang
marah.
20. Jika ada teman yang membuat kesal karena

selalu menyontek tugastugas sekolah, saya


mengajak teman lain untuk ikut memusuhi
teman saya itu
21. Jika saya dihadapkan pada beberapa pilihan,
yaitu mengikuti siswa penggemar mata
pelajaran, maka saya akan memilih berdasarkan
hati nurani dan logika agar diketahui
keuntungan atau kerugian yang diperoleh
22. Jika di sekolah setiap siswa diberikan kebebasan

untuk memilih ketua osis maka saya akan


memilih ketua osis yang sesuai dengan hati
nurani saya.

Jawaban
SS

SJ

24

Jawaban

Pernyataan

SS

23. Saya akan memilih ekstrakurikuler yang sedikit

peminatnya sehingga
mengerjakan yang lain.

saya

bebas

untuk

24. Jika pada saat ulangan kimia saya melihat teman


yang mencotek dan mendapat nilai besar maka
saya akan membiarkannya dan berkata dalam
hati bahwa saya lain baik darinya karena
memperoleh nilai dengan jujur
25. Saya bercanda dengan teman-teman ketika
sedang menghadapi kesulitan dalam belajar
kimia untuk menenangkan pikiran saya
26. Saya sama sekali tidak ingin belajar jika ada
masalah yang menganggu saya
27. Saya menjadi lebih bersemangat untuk
mengulangi mengerjakan soal-soal yang
diberikan guru jika mengalami kegagalan
sehingga memperoleh hasil yang baik
28. Jika nilai ulangan kimia saya tidak memenuhi

KKM maka saya akan belajar lebih giat dan


mencari sumber-sumber materi yang belum
dipahami.
29. Saya bermalas-malasan ketika bosan dan jenuh
dalam melakukan kegiatan belajar
30. Jika besok diadakan ulangan kimia, maka saya

akan belajar dengan sebaik-baiknya.


31. Ketika mendapat PR kimia yang sangat sulit
maka berusaha sendiri untuk mengerjakan
semuanya dan mengumpulkannya tugas tersebut
tepat waktu
32. Saya tidak pernah memikirkan dan mengerjakan
setiap tugas dengan baik karena saya tidak
begitu mementingkan hasilnya baik atau jelek

SJ

25

Jawaban

Pernyataan

SS

yang penting selesai.


33. Sebelum pergi, saya tidak pernah membuat
rencana perjalanan dengan mendetail.
34. Jika sahabat saya lolos olimpiade kimia nasional
maka saya akan merasa bangga dan
bersemangat untuk mengikuti jejaknya
35. Saya selalu mengingat kebiasaan kakak-kakak
saya dalam belajar karena keberhasilannya dan
ingin mengikuti caranya dalam belajar.
36. Jika saya mendapat peringkat terakhir di kelas
maka saya akan cuek dan menjadi malas belajar
37. Untuk mempermudah pemahaman terhadap
materi pelajaran, saya membuat catatan serapih
mungkin.
38. Jika teman sekelas tidak masuk sekolah padahal
teman saya mendapat giliran piket untuk
membersihkan kelas maka saya akan mengajak
teman yang lain untuk menggantikan tugas
teman yang piket dengan senang hati
39. Jika saya ingin menjadi terbaik di kelas maka
saya akan menghalalkan berbagai cara agar
menjadi yang terbaik
40. Saya yakin pada diri saya dapat mengerjakan
tugas dengan baik tanpa bantuan orang lain.
41. Saya yakin bahwa saya akan mendapat nilai
baik karena saya selalu mengerjakan tugas
dengan baik dan sempurna.
42. Saya tidak senang dan selalu tidak ingin
mencoba mengerjakan tugas yang teman saya
tidak bisa mengerjakannya karena sulit.
43. Saya

dengan

sukarela

menuntun,

apabila

SJ

26

Jawaban

Pernyataan
bertemu seorang tuna
menyebrangi jalan.

SS
netra

yang

akan

44. Jika saya makan di kantin dan melihat teman


yang tidak makan karena tidak membawa uang
jajan maka saya akan membagi makanan yang
saya makan dengan teman sayan
45. Saya akan merasa sedih dan kecewa jika salah
seorang teman saya memenangkan undian
berhadiah
46. Selama diskusi saya mempertimbangkan
pendapat teman sekecil apapun
47. Saya senang berbagi pendapat dengan orang lain
48. Saya menunjukkan perasaan tegang apabila
berbeda pendapat dengan orang lain
49. Saya akan membantu semampunya pada teman
yang kehilangan uang untuk membayar buku
pegangan dan mengajak teman yang lain untuk
ikut membantu
50. Ketika saya menemui orang lain yang sedang
susah, saya selalu menempatkan diri saya
diposisi tersebut.
51. Jika saya menjadi ketua kelompok maka saya
akan menggunakan pendapat sendiri dalam
diskusi kelas apabila ada perbedaan pendapat
52. Saya akan membiarkan teman tetap terlarut
dalam kesedihan karena baru saja kehilangan
uang untuk membayar SPP di sekolah
53. Jika mendapat tugas kelompok dengan beberapa
permasalahan yang diberikan oleh guru maka
saya akan membagikan permasalahan kepada
tiap-tiap anggota untuk dikaji dan selanjutnya
dibicarakan secara bersama-sama dalam

SJ

27

Pernyataan

Jawaban
SS

SJ

kelompok
54. Saya tidak mau memberikan saran atau
pertimbangan kepada teman yang mendapat
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru karena itu bukan masalah
saya.
Rekapitulasi skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyataan
dalam kuesioner kecerdasan emosional dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
Alternatif Jawaban
Sangat Sering
Sering
Kadang-Kadang
Jarang
Sangat Jarang

Skor
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
5
1
4
2
3
3
2
4
1
5

28

Lampiran 1.12

KISI-KISI KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL YANG


DIGUNAKAN
Nomor Butir
No.
1

Dimensi
Mengenali
emosi sendiri
(self
awareness)

Pengendalian
emosi sendiri
(self
regulation)

Memotivasi
diri
(Motivation)

Indikator Kecerdasan
Emosional
1. Tidak larut dalam
emosi
dan tidak
bereaksi berlebihan
terhadap apa yang
dirasakan
2. Dapat
mengontrol
perasaan marah, sedih
senang, dan kecewa.
3. Dapat menenangkan
ketegangan jiwa.
1. Memiliki
perasaan
yang positif tentang
diri sendiri, orang
lain, dan keluarga.
2. Mampu
mengendalikan
emosi
3. Memiliki kepekaan
terhadap kata hati.
4. Menghibur
diri
sendiri
dan
melepaskan
kecemasan
5. Mampu bangkit dari
kondisi yang tertekan
1.Berusaha sungguhsungguh
untuk
menyusun
langkah
mencapai sasaran.
2. Membangkitkan
semangat
untuk
menjadi lebih baik.
3. Mengambil inisiatif
dan bertindak efektif

Pernyataan

Jumlah
Butir

(+)

(-)

4, 5

8,9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

29

Nomor Butir
No.

Dimensi

Indikator Kecerdasan
Emosional

Empati
(Emphaty)

Jumlah Butir

Jumlah
Butir

(+)

(-)

25

26

27

28

29

30

3. Peka
terhadap
perasaan orang lain.

31

32

4. Menimbulkan
hubungan
saling
percaya
terhadap
orang lain.

33

34

4. Berpikir optimis.
4

Pernyataan

1. Memiliki
empati
terhadap
perasaan
orang lain.
2. Mampu memahami
perspektif orang lain.

34

30

KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL

Nama

Kelas

No. Absen

Sekolah

Petunjuk Pengisian
1. Pada kuesioner ini terdiri dari 34 butir pernyataan. Pertimbangkan baikbaik setiap pertanyaan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran
Kimia yang Anda pelajari dan tentukan kebenarannya.
2. Berilah Jawaban sesuai dengan hati nurani Anda. Tidak ada jawaban yang
benar atau salah dalam pernyataan ini.
3. Catat Respon anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberi
tanda () dan ikuti petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan
dengan lembar jawaban.
4. Ketentuan
SS (Sangat Sering)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam
pernyataan itu antara 86%100%
S (Sering)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam pernyataan itu antara 66%-85%
K (Kadang-Kadang)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam pernyataan itu antara 36%-65%
J (Jarang)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam pernyataan itu antara 17%-35%
SJ (Sangat Jarang)
: Bila Anda menghayati/ mengalami yang
dilukiskan dalam pernyataan itu antara 0%-16%
Pernyataan
5. Apabila saya berdebat dengan teman sekelas
sampai menjurus kepada kata-kata yang kasar yang
menyinggung masalah pribadi, saya segera berhenti
dan mengajaknya saling memaafkannya.
6. Saya memukuli teman sehingga rasa marah
terlampiaskan apabila diejek dan diusili karena
kurang mampu dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru.
7. Saya tidak akan membuat pesta yang besar atau
hadiah mewah dari orang tua tetapi hanya

SS

Jawaban
S K J

SJ

31

Pernyataan
bersyukur kepada TMYE dan berterima kasih atas
dukungan orang tua jika saya mendapat juara kelas.
8. Saya merasa kecewa apabila Bapak/Ibu guru saya
memuji siswa lain didepan saya.
9. Saya sulit mempertimbangkan suatu hal apabila
dalam keadaan marah
10.
Saya akan bersabar memberikan penjelasan
pada teman yang bertanya tentang suatu hal
meskipun sangat menjemukan
11.
Saya sering gugup dalam menghadapi tes
sehingga sering keliru padahal sebenarnya tes itu
bisa saya kerjakan.
12.
Saya akan memberikan maaf apabila ada
teman yang merasa berbuat kesalahan kepada saya.
13.
Saya akan menawarkan bantuan saya kepada
kepada orang yang saya lihat memerlukan bantuan.
14. Apabila saya melihat teman saya melakukan yang
tidak baik maka saya akan menegurnya dengan
cara tidak baik pula
15. Jika saya biasa mendapat peringkat pertama di
kelas, tetapi suatu ketika prestasi saya merosot
dan teman yang saya benci mendapatkan
peringkat pertama maka saya akan mengucapkan
selamat kepadanya dan semakin termotivasi untuk
belajar.
16. Kadang-kadang saya tanpa sengaja membanting
barang-barang didekat saya apabila saya sedang
marah.
17. Jika saya dihadapkan pada beberapa pilihan, yaitu
mengikuti siswa penggemar mata pelajaran,
maka saya akan memilih berdasarkan hati nurani
dan logika agar diketahui keuntungan atau
kerugian yang diperoleh
18. Saya akan memilih ekstrakurikuler yang sedikit
peminatnya sehingga saya bebas untuk
mengerjakan yang lain.
19. Jika pada saat ulangan kimia saya melihat teman
yang mencotek dan mendapat nilai besar maka
saya akan membiarkannya dan berkata dalam hati

SS

Jawaban
S K J

SJ

32

Pernyataan

20.
21.

22.
23.

24.
25.

26.
27.

28.

29.

30.

31.

32.

bahwa saya lain baik darinya karena memperoleh


nilai dengan jujur
Saya sama sekali tidak ingin belajar jika ada
masalah yang menganggu saya
Jika nilai ulangan kimia saya tidak memenuhi
KKM maka saya akan belajar lebih giat dan
mencari sumber-sumber materi yang belum
dipahami.
Saya bermalas-malasan ketika bosan dan jenuh
dalam melakukan kegiatan belajar
Ketika mendapat PR kimia yang sangat sulit maka
berusaha sendiri untuk mengerjakan semuanya
dan mengumpulkannya tugas tersebut tepat waktu
Sebelum pergi, saya tidak pernah membuat
rencana perjalanan dengan mendetail.
Jika sahabat saya lolos olimpiade kimia nasional
maka saya akan merasa bangga dan bersemangat
untuk mengikuti jejaknya
Jika saya mendapat peringkat terakhir di kelas
maka saya akan cuek dan menjadi malas belajar.
Jika teman sekelas tidak masuk sekolah padahal
teman saya mendapat giliran piket untuk
membersihkan kelas maka saya akan mengajak
teman yang lain untuk menggantikan tugas teman
yang piket dengan senang hati
Jika saya ingin menjadi terbaik di kelas maka saya
akan menghalalkan berbagai cara agar menjadi
yang terbaik
Saya yakin bahwa saya akan mendapat nilai baik
karena saya selalu mengerjakan tugas dengan baik
dan sempurna.
Saya tidak senang dan selalu tidak ingin mencoba
mengerjakan tugas yang teman saya tidak bisa
mengerjakannya karena sulit.
Jika saya makan di kantin dan melihat teman yang
tidak makan karena tidak membawa uang jajan
maka saya akan membagi makanan yang saya
makan dengan teman saya.
Saya akan merasa sedih dan kecewa jika salah
seorang teman saya memenangkan undian

SS

Jawaban
S K J

SJ

33

Pernyataan

SS

Jawaban
S K J

SJ

berhadiah.
33. Selama diskusi saya mempertimbangkan pendapat
teman sekecil apapun.
34. Saya menunjukkan perasaan tegang apabila
berbeda pendapat dengan orang lain.
35. Saya akan membantu semampunya pada teman
yang kehilangan uang untuk membayar buku
pegangan dan mengajak teman yang lain untuk
ikut membantu.
36. Saya akan membiarkan teman tetap terlarut dalam
kesedihan karena baru saja kehilangan uang untuk
membayar SPP di sekolah
37. Jika mendapat tugas kelompok dengan beberapa
permasalahan yang diberikan oleh guru maka saya
akan membagikan permasalahan kepada tiap-tiap
anggota untuk dikaji dan selanjutnya dibicarakan
secara bersama-sama dalam kelompok
38. Saya tidak mau memberikan saran atau
pertimbangan kepada teman yang mendapat
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru karena itu bukan masalah
saya.
Rekapitulasi skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyataan
dalam Kuisioner Kecerdasan Emosional dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
Skor
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
Sangat Sering
5
1
Sering
4
2
Kadang-Kadang
3
3
Jarang
2
4
Sangat Jarang
1
5
KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI KECERDASAN EMOSIONAL
Alternatif Jawaban

No
1

Aspek

Indikator

Keterampilan Tegas dan Terampil dalam


Sosial
berkomunikasi
Menciptakan
hubungan

Pernyataan

Jumlah

1,2

3,4

34

No

Aspek

Indikator

Pernyataan

Jumlah

dengan orang lain


Ramah tamah, baik hati dan
selalu hormat

5, 6

TOTAL

35

LEMBAR OBSERVASI KECERDASAN EMOSIONAL


Sekolah
Kelas
Semester
Hari/Tanggal
No

: SMA Negeri di Kecamatan Banjar


: XI
: II
:

Pernyataasn

No Urut Siswa
1

Siswa
mengemukakan
pendapat dengan
baik dan benar
Siswa
bertanya
terkait materi yang
belum
dimengerti
dengan bahasa yang
lugas
Siswa tidak menolak
apabila
dibagi
menjadi kelompok
secara acak
Siswa melaksanakan
dengan
sungguhsungguh tugas yang
dibagikan oleh ketua
kelompok
Siswa
berkomunikasi

10

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

36

No

Pernyataasn

No Urut Siswa
1

10

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

dengan bahasa yang


sopan kepada siswa
lain
Siswa
berkomunikasi
dengan bahasa yang
sopan kepada guru

TOTAL

Rubrik Penilaian Lembar Observasi Kecerdasan Emosional


Rekapitulasi skor yang diberikan oleh guru terhadap pernyataan-pernyataan dalam lembar observasi kecerdasan emosional
dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
Pernyataan
1-6

SMI

Kriteria
Sangat Sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Sangat Jarang

Skor
5
4
3
2
1
30

Lampiran 2.1

37

HASIL UJI VALIDITAS TES PEMECAHAN MASALAH

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36

X1a
2
1
2
3
1
2
1
0
3
3
3
2
1
3
2
1
3
1
1
3
1
2
1
0
1
1
1
3
2
0
3
1
2
3
1
1

X1b
2
1
1
3
3
1
2
2
3
3
3
1
2
1
0
1
3
0
1
3
1
1
0
0
0
1
0
3
1
0
3
2
0
3
2
1

X1c
3
0
0
3
3
0
3
0
3
3
2
1
3
2
1
1
3
2
2
3
0
0
1
0
0
0
0
3
0
2
3
1
1
3
0
1

No Soal
X1d
X2a
3
2
1
0
0
0
3
2
1
0
0
0
0
0
2
0
2
3
1
3
1
3
1
0
1
2
2
2
1
0
2
0
3
3
2
0
1
1
3
3
1
0
0
1
0
2
2
0
0
0
0
1
1
0
3
3
1
0
2
1
2
3
1
0
2
0
2
1
2
0
0
0

X2b
1
0
1
0
0
1
1
0
3
0
2
2
2
1
1
1
2
1
1
3
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0

X2c
1
0
3
1
3
0
0
0
3
3
3
1
2
2
2
0
3
1
1
3
1
1
1
1
0
1
2
3
1
2
3
0
2
2
0
1

X2d
1
0
3
3
3
0
0
0
3
3
3
3
2
3
2
1
3
1
2
3
1
2
1
0
0
1
2
3
1
2
3
0
1
1
0
1

38

Responden

X1a X1b X1c


R37
1
1
2
R38
1
0
1
R39
1
1
0
R40
2
3
3
R41
3
3
3
R42
3
1
0
R43
2
3
3
R44
3
3
0
R45
3
3
3
R46
2
1
3
R47
2
3
1
R48
2
1
0
R49
3
3
2
R50
2
3
3
R51
3
2
3
R52
2
2
3
R53
3
3
2
R54
3
3
2
R55
3
3
3
rhitung
0,816 0,727 0,711
r tabel
0,266 0,266 0,266
Keterangan Valid Valid Valid

No Soal
X1d
X2a
1
0
1
0
1
1
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
1
3
1
2
1
2
3
2
1
3
2
2
2
3
3
3
2
2
3
0,682 0,815
0,266 0,266
Valid Valid

X2b
2
0
0
3
2
0
2
1
3
2
0
3
2
3
2
3
3
2
3
0,641
0,266
Valid

X2c
1
2
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
0,740
0,266
Valid

X2d
2
1
0
3
3
1
3
2
3
2
1
1
1
2
2
2
3
3
3
0,752
0,266
Valid

39

Responden
R1

X3a
3

X3b
3

X4
1

No Soal
X5a
X5b
3
3

X5c
3

X6
3

X7
1

40

Responden
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X3a
0
0
3
2
0
0
0
3
3
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1
0
3
0
0
1
1
0

X3b
0
0
1
1
0
0
0
3
3
1
`
2
1
2
1
3
1
2
3
2
2
1
3
0
0
2
3
0
0
3
1
3
2
2
2
2
0
2

X4
0
4
3
3
2
0
1
3
3
3
1
1
3
1
1
3
1
3
3
1
0
1
2
1
1
0
3
2
1
3
1
2
1
1
1
0
2
0

No Soal
X5a
X5b
0
0
0
2
3
3
3
3
0
0
0
0
0
2
3
2
3
3
3
3
2
2
3
2
2
1
2
1
3
2
3
3
0
0
2
2
3
3
1
0
1
2
1
1
1
0
1
1
1
1
2
0
3
3
0
0
1
1
3
3
0
0
1
1
2
3
2
0
0
0
2
2
0
0
2
2

X5c
0
1
3
3
0
0
0
3
3
3
1
1
1
2
1
3
1
1
3
1
1
1
1
0
1
1
3
1
1
3
0
2
2
0
1
1
1
2

X6
0
2
0
1
1
3
0
0
0
1
2
2
2
3
2
0
2
2
1
1
2
1
0
1
1
0
2
0
0
1
0
1
0
2
0
0
0
0

X7
0
1
2
0
0
0
0
2
2
1
2
3
2
1
2
3
2
2
3
1
1
1
0
0
1
1
3
1
1
3
0
2
2
1
1
1
1
1

41

Responden
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
rhitung
r tabel
Keterangan

Responden
R1

X3a
1
3
1
3
2
2
3
3
0
3
2
2
3
3
2
3
0,732
0,266
Valid

X8a
2

X3b
X4
2
3
3
2
1
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
2
1
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
0,714 0,638
0,266 0,266
Valid Valid

No Soal
X5a
X5b
2
2
1
3
1
1
0
1
2
2
3
2
2
2
2
1
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
0,752 0,782
0,266 0,266
Valid Valid

X5c
3
2
2
3
3
3
2
2
1
3
2
3
2
2
3
2
0,840
0,266
Valid

X6
2
1
1
0
2
2
2
2
1
2
2
3
1
1
2
0
0,284
0,266
Valid

X7
1
2
2
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
2
0,806
0,266
Valid

X8b
2

No Soal
X8d
X9a
1
1

X9b
2

X9c
1

X9d
3

X8c
3

42

Responden
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X8a
0
1
3
1
3
2
0
0
3
3
3
2
3
1
2
3
2
1
3
0
0
1
2
0
1
0
1
3
1
3
0
1
3
2
0
0
1
0

X8b
0
0
3
2
0
1
0
1
1
1
1
3
2
2
0
2
0
0
3
0
0
1
0
0
1
0
3
0
0
3
0
2
1
2
0
0
0
0

X8c
0
1
2
2
2
0
0
0
0
3
2
2
2
2
0
1
0
1
3
0
0
0
0
0
0
0
3
1
0
3
0
2
2
1
0
0
0
0

No Soal
X8d
X9a
0
0
0
1
1
3
2
2
0
0
0
0
0
0
1
2
1
2
1
2
2
3
1
1
3
2
2
1
2
1
1
3
1
2
2
2
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
0
0
0
3
3
1
1
0
0
3
1
0
0
0
1
1
2
1
1
0
0

X9b
0
2
2
0
0
0
0
3
3
3
1
2
1
2
2
3
1
1
2
1
1
2
0
0
1
1
3
0
1
3
0
2
2
0
1
3
1
3

X9c
0
0
3
2
0
0
1
1
2
3
1
1
2
1
0
3
1
3
2
1
1
1
0
1
2
1
3
2
0
3
1
2
1
1
1
1
1
1

X9d
0
2
2
0
0
0
0
1
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
3
1
1
2
1
0
0
0
3
1
1
3
0
2
2
0
1
2
0
1

43

Responden

X8a
R40
1
R41
2
R42
2
R43
3
R44
3
R45
2
R46
1
R47
2
R48
3
R49
3
R50
3
R51
2
R52
3
R53
2
R54
2
R55
1
rhitung
0,548
r tabel
0,266
Keterangan Valid

X8b
1
3
0
0
0
3
3
0
1
2
0
2
1
2
3
2
0,675
0,266
Valid

X8c
2
2
2
1
2
2
1
0
1
2
2
2
3
3
2
3
0,770
0,266
Valid

No Soal
X8d
X9a
1
1
3
3
0
2
3
3
3
0
0
3
0
0
3
1
1
1
3
2
2
1
3
3
3
3
1
2
2
3
3
3
0,671 0,760
0,266 0,266
Valid Valid

X9b
3
2
2
3
3
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
3
0,771
0,266
Valid

X9c
1
3
3
2
2
3
2
3
2
1
3
3
3
2
3
3
0,710
0,266
Valid

X9d
3
1
2
2
3
3
1
1
1
3
1
2
2
3
2
3
0,767
0,266
Valid

44

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37

X10a X10b X10c X11a


2
3
3
2
3
0
0
1
2
2
2
2
2
0
0
2
2
2
1
1
1
0
2
3
2
0
2
2
2
0
0
1
3
0
0
3
3
0
3
1
2
1
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
0
2
1
1
2
1
2
2
2
3
2
3
2
2
0
0
1
3
1
1
3
3
1
2
2
1
0
0
2
2
1
1
2
3
2
1
2
2
2
2
2
3
2
2
2
1
2
2
2

X11b
3
0
3
1
0
0
0
0
0
0
1
3
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
0
0
0
3
3
3
2
0
3
2
3
3
3
3
3

X12a X12b
3
3
0
0
0
0
3
3
3
0
0
2
0
0
3
3
3
2
3
1
3
2
2
1
2
1
3
2
2
1
1
1
3
1
1
1
2
2
3
2
2
1
2
1
1
1
2
2
0
1
0
2
2
1
3
3
3
2
0
3
3
1
1
1
3
2
2
1
2
1
2
1
1
1

X12c
3
0
2
1
2
3
3
0
3
3
3
2
2
2
2
1
2
2
1
3
1
1
1
1
1
1
2
3
0
1
1
0
1
2
2
2
1

45

Responden

X10a
R38
2
R39
1
R40
3
R41
2
R42
3
R43
2
R44
3
R45
2
R46
2
R47
2
R48
2
R49
3
R50
2
R51
1
R52
2
R53
3
R54
3
R55
3
rhitung
0,477
r tabel
0,266
Keterangan Valid

X10b
0
2
2
3
1
0
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
2
0,528
0,266
Valid

X10c X11a
0
2
2
2
2
2
3
2
1
2
0
2
2
2
2
2
2
1
1
3
1
2
2
2
2
2
3
2
2
1
3
3
2
2
3
1
0,553 0,213
0,266 0,266
Valid Drop

X11b X12a X12b


1
0
2
3
2
1
3
1
1
2
2
3
3
2
3
3
2
2
3
2
2
1
3
3
3
2
3
2
3
3
2
2
2
3
2
1
3
2
3
2
3
3
1
2
3
3
3
3
2
1
3
2
3
3
0,354 0,631 0,461
0,266 0,266 0,266
Valid Valid Valid

X12c
0
2
2
1
2
1
2
3
2
3
3
2
3
2
3
3
2
3
0,602
0,266
Valid

46

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38

No Soal
X12d
TOTAL
3
75
0
7
2
42
3
70
1
53
2
25
2
24
0
17
1
66
3
70
3
74
1
53
2
64
1
65
1
51
2
47
3
80
2
40
2
55
3
89
1
29
2
36
1
29
1
25
1
12
1
30
2
31
3
89
0
27
1
30
3
86
0
18
2
49
2
63
2
37
2
33
2
43
0
23

47

Responden
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
rhitung
r tabel
Keterangan

No Soal
X12d
TOTAL
2
36
2
69
2
77
3
58
3
66
2
73
2
81
2
63
1
63
2
59
2
73
2
72
3
80
2
76
3
88
2
80
3
85
0,721
0,266
Valid

47

Lampiran 2.2

HASIL UJI RELIABILITAS TES PEMECAHAN MASALAH

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35

X1a
2
1
2
3
1
2
1
0
3
3
3
2
1
3
2
1
3
1
1
3
1
2
1
0
1
1
1
3
2
0
3
1
2
3
1

X1b
2
1
1
3
3
1
2
2
3
3
3
1
2
1
0
1
3
0
1
3
1
1
0
0
0
1
0
3
1
0
3
2
0
3
2

X1c
3
0
0
3
3
0
3
0
3
3
2
1
3
2
1
1
3
2
2
3
0
0
1
0
0
0
0
3
0
2
3
1
1
3
0

No Soal
X1d X2a X2b
3
2
1
1
0
0
0
0
1
3
2
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
2
0
0
2
3
3
1
3
0
1
3
2
1
0
2
1
2
2
2
2
1
1
0
1
2
0
1
3
3
2
2
0
1
1
1
1
3
3
3
1
0
1
0
1
1
0
2
1
2
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
3
3
1
1
0
0
2
1
0
2
3
1
1
0
0
2
0
1
2
1
0
2
0
0

X2c
1
0
3
1
3
0
0
0
3
3
3
1
2
2
2
0
3
1
1
3
1
1
1
1
0
1
2
3
1
2
3
0
2
2
0

X2d
1
0
3
3
3
0
0
0
3
3
3
3
2
3
2
1
3
1
2
3
1
2
1
0
0
1
2
3
1
2
3
0
1
1
0

X3a
3
0
0
3
2
0
0
0
3
3
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1
0
3
0

48

Responden
R36
R37
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
k
x
x2
SDi
SDi2
Varians
Total
r11

X1a
1
1
1
1
2
3
3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
3
3
3
32
105
11025
0,95
0,899

526,846
0,961
Sangat
Keterangan Tinggi

X1b
1
1
0
1
3
3
1
3
3
3
1
3
1
3
3
2
2
3
3
3

X1c
1
2
1
0
3
3
0
3
0
3
3
1
0
2
3
3
3
2
2
3

No Soal
X1d X2a X2b
0
0
0
1
0
2
1
0
0
1
1
0
3
3
3
2
3
2
3
3
0
3
3
2
3
3
1
2
3
3
3
1
2
3
1
0
2
1
3
2
3
2
2
1
3
3
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3

96
9216
1,14
1,304

90
8100
1,27
1,606

93
8649
1,02
1,032

74
5476
1,27
1,601

66
4356
1,08
1,163

X2c
1
1
2
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2

X2d
1
2
1
0
3
3
1
3
2
3
2
1
1
1
2
2
2
3
3
3

X3a
0
1
1
0
1
3
1
3
2
2
3
3
0
3
2
2
3
3
2
3

92
8464
0,98
0,965

96
9216
1,11
1,230

74
5476
1,22
1,490

49

Responde
n
R1

X3b
3

X4
1

X5a
3

No Soal
X5b
X5c
X6
3
3
3

X7
1

X8a
2

X8b
2

50

Responde
n
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X3b
0
0
1
1
0
0
0
3
3
1
`
2
1
2
1
3
1
2
3
2
2
1
3
0
0
2
3
0
0
3
1
3
2
2
2
2
0
2

X4
0
4
3
3
2
0
1
3
3
3
1
1
3
1
1
3
1
3
3
1
0
1
2
1
1
0
3
2
1
3
1
2
1
1
1
0
2
0

X5a
0
0
3
3
0
0
0
3
3
3
2
3
2
2
3
3
0
2
3
1
1
1
1
1
1
2
3
0
1
3
0
1
2
2
0
2
0
2

No Soal
X5b
X5c
X6
0
0
0
2
1
2
3
3
0
3
3
1
0
0
1
0
0
3
2
0
0
2
3
0
3
3
0
3
3
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
2
3
2
1
2
3
3
0
0
1
2
2
1
2
3
3
1
0
1
1
2
1
2
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
3
3
2
0
1
0
1
1
0
3
3
1
0
0
0
1
2
1
3
2
0
0
0
2
0
1
0
2
1
0
0
1
0
2
2
0

X7
0
1
2
0
0
0
0
2
2
1
2
3
2
1
2
3
2
2
3
1
1
1
0
0
1
1
3
1
1
3
0
2
2
1
1
1
1
1

X8a
0
1
3
1
3
2
0
0
3
3
3
2
3
1
2
3
2
1
3
0
0
1
2
0
1
0
1
3
1
3
0
1
3
2
0
0
1
0

X8b
0
0
3
2
0
1
0
1
1
1
1
3
2
2
0
2
0
0
3
0
0
1
0
0
1
0
3
0
0
3
0
2
1
2
0
0
0
0

51

Responde
n
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
k
x
x2
SDi
SDi2

X3b
2
3
1
2
3
2
2
2
3
2
3
3
2
3
3
3
96
9216
1,09
1,195

X4
3
2
3
2
2
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3
104
1081
6
1,10
1,210

X5a
2
1
1
0
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3

No Soal
X5b
X5c
X6
2
3
2
3
2
1
1
2
1
1
3
0
2
3
2
2
3
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
1
3
2
1
2
3
2
3
2
0

95

90

94

9025 8100 8836


1,11 1,09 1,05
1,239 1,199 1,099

63

X7
1
2
2
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
2
89

X8a
1
2
2
3
3
2
1
2
3
3
3
2
3
2
2
1
92

X8b
1
3
0
0
0
3
3
0
1
2
0
2
1
2
3
2
60

3969 7921 8464 3600


0,97 0,99 1,12 1,14
0,941 0,981 1,261 1,306

52

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37

No Soal
X8c
3
0
1
2
2
2
0
0
0
0
3
2
2
2
2
0
1
0
1
3
0
0
0
0
0
0
0
3
1
0
3
0
2
2
1
0
0

X8d
1
0
0
1
2
0
0
0
1
1
1
2
1
3
2
2
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
3
1
0
3
0
0
1

X9a
1
0
1
3
2
0
0
0
2
2
2
3
1
2
1
1
3
2
2
3
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
3
1
0
1
0
1
2

X9b
2
0
2
2
0
0
0
0
3
3
3
1
2
1
2
2
3
1
1
2
1
1
2
0
0
1
1
3
0
1
3
0
2
2
0
1
3

X9c
1
0
0
3
2
0
0
1
1
2
3
1
1
2
1
0
3
1
3
2
1
1
1
0
1
2
1
3
2
0
3
1
2
1
1
1
1

X9d
3
0
2
2
0
0
0
0
1
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
3
1
1
2
1
0
0
0
3
1
1
3
0
2
2
0
1
2

X10a
2
3
2
2
2
1
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
2
3
3
1
2
1
2
1
2
1
3
2
3
3
1
2
3
2
3
1

X10b X10c
3
3
0
0
2
2
0
0
2
1
0
2
0
2
0
0
0
0
0
3
1
3
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
3
0
0
1
1
1
2
0
0
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2

53

Responden
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
k
x
x2
SDi
SDi2

No Soal
X8c
0
0
2
2
2
1
2
2
1
0
1
2
2
2
3
3
2
3

X8d
1
0
1
3
0
3
3
0
0
3
1
3
2
3
3
1
2
3

X9a
1
0
1
3
2
3
0
3
0
1
1
2
1
3
3
2
3
3

X9b
1
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
3

X9c
1
1
1
3
3
2
2
3
2
3
2
1
3
3
3
2
3
3

X9d
0
1
3
1
2
2
3
3
1
1
1
3
1
2
2
3
2
3

X10a
2
1
3
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
1
2
3
3
3

68
4624
1,12
1,258

66
4356
1,18
1,385

74
5476
1,17
1,378

95
9025
1,08
1,165

90
8100
1,02
1,051

79
6241
1,01
1,028

122
14884
0,71
0,507

X10b X10c
0
0
2
2
2
2
3
3
1
1
0
0
2
2
3
2
2
2
2
1
3
1
2
2
2
2
2
3
3
2
3
3
3
2
2
3
86
7396
1,00
0,991

90
8100
0,91
0,828

54

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37

No Soal
X11b
3
0
3
1
0
0
0
0
0
0
1
3
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
0
0
0
3
3
3
2
0
3
2
3
3
3
3
3

X12a
3
0
0
3
3
0
0
3
3
3
3
2
2
3
2
1
3
1
2
3
2
2
1
2
0
0
2
3
3
0
3
1
3
2
2
2
1

X12b
3
0
0
3
0
2
0
3
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
3
2
3
1
1
2
1
1
1
1

X12c
3
0
2
1
2
3
3
0
3
3
3
2
2
2
2
1
2
2
1
3
1
1
1
1
1
1
2
3
0
1
1
0
1
2
2
2
1

X12d
3
0
2
3
1
2
2
0
1
3
3
1
2
1
1
2
3
2
2
3
1
2
1
1
1
1
2
3
0
1
3
0
2
2
2
2
2

TOTAL
75
7
42
70
53
25
24
17
66
70
74
53
64
65
51
47
80
40
55
89
29
36
29
25
12
30
31
89
27
30
86
18
49
63
37
33
43

55

Responden
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
k
x
x2
SDi
SDi2

No Soal
X11b
1
3
3
2
3
3
3
1
3
2
2
3
3
2
1
3
2
2

X12a
0
2
1
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
3
1
3

X12b
2
1
1
3
3
2
2
3
3
3
2
1
3
3
3
3
3
3

X12c
0
2
2
1
2
1
2
3
2
3
3
2
3
2
3
3
2
3

X12d
0
2
2
2
3
3
2
2
2
1
2
2
2
3
2
3
2
3

TOTAL
23
36
69
77
58
66
73
81
63
63
59
73
72
80
76
88
80
85

108
11664
1,17
1,369

106
11236
1,03
1,069

97
9409
0,96
0,925

100
10000
0,94
0,892

101
10201
0,90
0,806

36,375

55

Lampiran 2.3

HASIL UJI TINGKAT KESUKARAN TES PEMECAHAN MASALAH

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36

X1a
2
1
2
3
1
2
1
0
3
3
3
2
1
3
2
1
3
1
1
3
1
2
1
0
1
1
1
3
2
0
3
1
2
3
1
1

X1b
2
1
1
3
3
1
2
2
3
3
3
1
2
1
0
1
3
0
1
3
1
1
0
0
0
1
0
3
1
0
3
2
0
3
2
1

X1c
3
0
0
3
3
0
3
0
3
3
2
1
3
2
1
1
3
2
2
3
0
0
1
0
0
0
0
3
0
2
3
1
1
3
0
1

No Soal
X1d
3
1
0
3
1
0
0
2
2
1
1
1
1
2
1
2
3
2
1
3
1
0
0
2
0
0
1
3
1
2
2
1
2
2
2
0

X2a
2
0
0
2
0
0
0
0
3
3
3
0
2
2
0
0
3
0
1
3
0
1
2
0
0
1
0
3
0
1
3
0
0
1
0
0

X2b
1
0
1
0
0
1
1
0
3
0
2
2
2
1
1
1
2
1
1
3
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0

X2c
1
0
3
1
3
0
0
0
3
3
3
1
2
2
2
0
3
1
1
3
1
1
1
1
0
1
2
3
1
2
3
0
2
2
0
1

56

Responden
R37
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
Mean
ITK
Keterangan

X1a
1
1
1
2
3
3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
3
3
3

X1b
1
0
1
3
3
1
3
3
3
1
3
1
3
3
2
2
3
3
3

X1c
2
1
0
3
3
0
3
0
3
3
1
0
2
3
3
3
2
2
3

No Soal
X1d
1
1
1
3
2
3
3
3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
3
2

1,909
0,636
SEDANG

1,745
0,582
SEDANG

1,636
0,545
SEDANG

1,691
0,564
SEDANG

X2a
0
0
1
3
3
3
3
3
3
1
1
1
3
1
2
2
3
2
3

X2b
2
0
0
3
2
0
2
1
3
2
0
3
2
3
2
3
3
2
3

X2c
1
2
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2

1,345
0,448
SEDANG

1,200
0,400
SEDANG

1,673
0,558
SEDANG

57

Responden
R1

X2d
1

X3a
3

X3b
3

No Soal
X4
1

X5a
3

X5b
3

X5c
3

58

Responden
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X2d
0
3
3
3
0
0
0
3
3
3
3
2
3
2
1
3
1
2
3
1
2
1
0
0
1
2
3
1
2
3
0
1
1
0
1
2
1
0

X3a
0
0
3
2
0
0
0
3
3
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
1
0
3
0
0
1
1
0

X3b
0
0
1
1
0
0
0
3
3
1
`
2
1
2
1
3
1
2
3
2
2
1
3
0
0
2
3
0
0
3
1
3
2
2
2
2
0
2

No Soal
X4
0
4
3
3
2
0
1
3
3
3
1
1
3
1
1
3
1
3
3
1
0
1
2
1
1
0
3
2
1
3
1
2
1
1
1
0
2
0

X5a
0
0
3
3
0
0
0
3
3
3
2
3
2
2
3
3
0
2
3
1
1
1
1
1
1
2
3
0
1
3
0
1
2
2
0
2
0
2

X5b
0
2
3
3
0
0
2
2
3
3
2
2
1
1
2
3
0
2
3
0
2
1
0
1
1
0
3
0
1
3
0
1
3
0
0
2
0
2

X5c
0
1
3
3
0
0
0
3
3
3
1
1
1
2
1
3
1
1
3
1
1
1
1
0
1
1
3
1
1
3
0
2
2
0
1
1
1
2

59

Responden
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
Mean
ITK
Keterangan

X2d
3
3
1
3
2
3
2
1
1
1
2
2
2
3
3
3

X3a
1
3
1
3
2
2
3
3
0
3
2
2
3
3
2
3

X3b
2
3
1
2
3
2
2
2
3
2
3
3
2
3
3
3

No Soal
X4
3
2
3
2
2
3
2
3
3
1
3
3
3
2
3
3

1,745
0,582
SEDANG

1,345
0,448
SEDANG

1,778
0,593
SEDANG

1,891
0,630
SEDANG

X5a
2
1
1
0
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3

X5b
2
3
1
1
2
2
2
1
2
2
2
3
2
3
2
3

X5c
3
2
2
3
3
3
2
2
1
3
2
3
2
2
3
2

1,727
0,576
SEDANG

1,636
0,545
SEDANG

1,709
0,570
SEDANG

60

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37

X6
3
0
2
0
1
1
3
0
0
0
1
2
2
2
3
2
0
2
2
1
1
2
1
0
1
1
0
2
0
0
1
0
1
0
2
0
0

X7
1
0
1
2
0
0
0
0
2
2
1
2
3
2
1
2
3
2
2
3
1
1
1
0
0
1
1
3
1
1
3
0
2
2
1
1
1

X8a
2
0
1
3
1
3
2
0
0
3
3
3
2
3
1
2
3
2
1
3
0
0
1
2
0
1
0
1
3
1
3
0
1
3
2
0
0

No Soal
X8b
2
0
0
3
2
0
1
0
1
1
1
1
3
2
2
0
2
0
0
3
0
0
1
0
0
1
0
3
0
0
3
0
2
1
2
0
0

X8c
3
0
1
2
2
2
0
0
0
0
3
2
2
2
2
0
1
0
1
3
0
0
0
0
0
0
0
3
1
0
3
0
2
2
1
0
0

X8d
1
0
0
1
2
0
0
0
1
1
1
2
1
3
2
2
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
3
1
0
3
0
0
1

X9a
1
0
1
3
2
0
0
0
2
2
2
3
1
2
1
1
3
2
2
3
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
3
1
0
1
0
1
2

61

Responden

X6
0
0
2
1
1
0
2
2
2
2
1
2
2
3
1
1
2
0

X7
1
1
1
2
2
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
3
3
2

X8a
1
0
1
2
2
3
3
2
1
2
3
3
3
2
3
2
2
1

No Soal
X8b
0
0
1
3
0
0
0
3
3
0
1
2
0
2
1
2
3
2

X8c
0
0
2
2
2
1
2
2
1
0
1
2
2
2
3
3
2
3

X8d
1
0
1
3
0
3
3
0
0
3
1
3
2
3
3
1
2
3

X9a
1
0
1
3
2
3
0
3
0
1
1
2
1
3
3
2
3
3

R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
Mean
1,145
1,618
1,673
1,091
1,236
1,200
1,345
ITK
0,382
0,539
0,558
0,364
0,412
0,400
0,448
Keterangan SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG

62

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37

X9b
2
0
2
2
0
0
0
0
3
3
3
1
2
1
2
2
3
1
1
2
1
1
2
0
0
1
1
3
0
1
3
0
2
2
0
1
3

X9c
1
0
0
3
2
0
0
1
1
2
3
1
1
2
1
0
3
1
3
2
1
1
1
0
1
2
1
3
2
0
3
1
2
1
1
1
1

X9d
3
0
2
2
0
0
0
0
1
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
3
1
1
2
1
0
0
0
3
1
1
3
0
2
2
0
1
2

No Soal
X10a
2
3
2
2
2
1
2
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
2
3
3
1
2
1
2
1
2
1
3
2
3
3
1
2
3
2
3
1

X10b
3
0
2
0
2
0
0
0
0
0
1
2
3
2
2
3
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
0
1
1
0
1
2
2
2
2

X10c
3
0
2
0
1
2
2
0
0
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
2
3
0
1
2
0
1
1
2
2
2

X11a
2
1
2
2
1
3
2
1
3
1
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
0
2
2
2
1
3
2
2
2
2
2
2
2

63

Responden
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
Mean
ITK
Keterangan

X9b
1
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
3

X9c
1
1
1
3
3
2
2
3
2
3
2
1
3
3
3
2
3
3

X9d
0
1
3
1
2
2
3
3
1
1
1
3
1
2
2
3
2
3

No Soal
X10a
2
1
3
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
1
2
3
3
3

1,727
0,576
SEDANG

1,636
0,545
SEDANG

1,436
0,479
SEDANG

2,218
0,739
MUDAH

X10b
0
2
2
3
1
0
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
2

X10c
0
2
2
3
1
0
2
2
2
1
1
2
2
3
2
3
2
3

X11a
2
2
2
2
2
2
2
2
1
3
2
2
2
2
1
3
2
1

1,564
0,521
SEDANG

1,636
0,545
SEDANG

1,909
0,636
SEDANG

64

Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37

X11b
3
0
3
1
0
0
0
0
0
0
1
3
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
0
0
0
3
3
3
2
0
3
2
3
3
3
3
3

X12a
3
0
0
3
3
0
0
3
3
3
3
2
2
3
2
1
3
1
2
3
2
2
1
2
0
0
2
3
3
0
3
1
3
2
2
2
1

No Soal
X12b
X12c
3
3
0
0
0
2
3
1
0
2
2
3
0
3
3
0
2
3
1
3
2
3
1
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
1
2
3
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
2
3
3
2
0
3
1
1
1
1
0
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1

X12d
3
0
2
3
1
2
2
0
1
3
3
1
2
1
1
2
3
2
2
3
1
2
1
1
1
1
2
3
0
1
3
0
2
2
2
2
2

TOTAL
75
7
42
70
53
25
24
17
66
70
74
53
64
65
51
47
80
40
55
89
29
36
29
25
12
30
31
89
27
30
86
18
49
63
37
33
43

65

Responden
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
Mean
ITK
Keterangan

X11b
1
3
3
2
3
3
3
1
3
2
2
3
3
2
1
3
2
2

X12a
0
2
1
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
3
1
3

1,964
0,655
SEDANG

1,927
0,642
SEDANG

No Soal
X12b
X12c
2
0
1
2
1
2
3
1
3
2
2
1
2
2
3
3
3
2
3
3
2
3
1
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
1,764
0,588
SEDANG

1,818
0,606
SEDANG

X12d
0
2
2
2
3
3
2
2
2
1
2
2
2
3
2
3
2
3
1,836
0,612
SEDANG

TOTAL
23
36
69
77
58
66
73
81
63
63
59
73
72
80
76
88
80
85

63

Lampiran 2.4

HASIL UJI DAYA PEMBEDA TES PEMECAHAN MASALAH


Kelas Atas
Responden
R20
R28
R53
R31
R55
R45
R17
R51
R54
R41
R52
R1
R11
R44
R49
R50
R10
R4
R40
R9
R43
R14
R13
R34
R46
R47
R48
R42
Ma

No Soal
X1a X1b X1c X1d X2a X2b X2c
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
1
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
2
2
2
3
3
2
3
2
2
3
3
3
3
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
1
1
3
3
2
1
3
2
3
3
3
0
3
3
1
3
3
3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
1
3
2
3
3
3
1
3
0
3
3
3
3
3
2
0
1
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
1
2
2
2
1
2
1
2
3
1
2
2
2
3
3
3
2
1
0
2
2
1
3
3
1
2
2
2
3
1
3
1
0
2
2
1
0
2
1
3
2
3
1
0
3
3
0
2

X2d
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
1
3
2
1
2
3
3
3
3
3
3
2
1
2
1
1
1

X3a
2
0
3
3
3
2
1
2
2
3
3
3
2
2
3
2
3
3
1
3
3
1
1
3
3
3
0
1

X3b
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
1
3
2
3
3
1
2
3
2
1
2
2
2
2
3
1

X4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
1
3
2
1
3
3
3
3
3
2
3
1
1
2
3
3
3

2,643 2,571 2,429 2,393

2,357

2,179

2,393

2,536

2,393

1,786

2,286

64

Responden
R20
R28
R53
R31
R55
R45
R17
R51
R54
R41
R52
R1
R11
R44
R49
R50
R10
R4
R40
R9
R43
R14
R13
R34
R46
R47
R48
R42
Ma

X5a X5b X5c X6


3
3
3
1
3
3
3
2
3
3
2
1
3
3
3
1
3
3
2
0
3
2
3
2
3
3
3
0
2
3
3
3
2
2
3
2
1
3
2
1
3
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
1
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
3
0
3
3
3
0
2
2
3
2
3
2
3
0
0
1
3
0
2
1
1
2
3
2
1
2
2
3
2
0
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
1
1
1
1
2
1
2,393 2,321 2,464

X7
3
3
3
3
2
2
3
2
3
2
3
1
1
3
2
3
2
2
1
2
2
2
3
2
3
2
3
2

No Soal
X8a X8b X8c X8d X9a X9b
3
3
3
2
3
2
1
3
3
3
3
3
2
2
3
1
2
3
3
3
3
3
3
3
1
2
3
3
3
3
2
3
2
0
3
3
3
2
1
1
3
3
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
3
3
2
3
1
3
3
3
2
2
2
3
1
1
2
3
1
3
1
2
3
3
0
2
3
0
3
3
2
2
3
2
3
3
0
2
2
1
2
3
1
0
1
2
3
3
3
2
1
3
2
1
1
2
1
1
3
0
1
0
1
2
3
3
0
1
3
3
3
3
2
2
3
2
1
2
3
2
1
1
2
3
1
2
3
1
2
1
3
1
0
0
2
2
0
0
3
1
3
3
1
1
1
1
2
2
0
2
0
2
2

1,286 2,321 2,286 1,714 1,929 1,857 2,036

2,464

65

Responden

No Soal

Tot

R20

X9c
2

X9d
3

X10a
3

X10b
2

X10c
2

X11a
2

X11b
3

X12a
3

X12b
2

X12c
3

X12d
3

R28

89

R53

88

R31

86

R55

85

R45

81

R17

80

R51

80

R54

80

R41

77

R52

76

R1

75

R11

74

R44

73

R49

73

R50

72

R10

70

R4

70

R40

69

R9

66

R43

66

R14

65

R13

64

R34

63

R46

63

R47

63

R48

59

R42

58

Ma

2,286

2,071

2,536

1,893

1,929

2,000

2,214

2,464

2,250

2,321

2,357

2,286

89

66

Kelas Bawah
Responden

No Soal
X2a X2b X2c

X1a

X1b

X1c

X1d

X2d

X3a

X3b

R42

X4
3

R19

R12

R5

R15

R33

R16

R37

R3

R18

R35

R22

R39

R36

R27

R26

R30

R23

R21

R29

R6

R24

R7

R38

R32

R8

R25

R2

Mb

1,214

0,893

0,786

1,036

0,357

0,571

1,071

1,107

0,500

1,111

1,286

IDB

0,476

0,560

0,548

0,462

0,679

0,405

0,405

0,417

0,560

0,427

0,417

KETERANGAN

67

Responden

X5a

X5b

X5c

X8c

X8d

X9a

X9b

R42

R19

R12

R5

R15

R33

R16

R37

R3

R18

R35

R22

R39

R36

R27

R26

R30

R23

R21

R29

R6

R24

R7

R38

R32

R8

R25

R2

Mb

1,036

0,929

0,964

1,000

0,929

1,071

0,429

0,571

0,500

0,679

1,000

IDB

0,452

0,464

0,500

0,095

0,464

0,405

0,429

0,452

0,452

0,452

0,488

KB

KETERANGAN

X6

No Soal
X7
X8a X8b

68

Responden

No Soal
X9d
2

X10a
3

X10b
1

X10c
1

X11a
2

X11b
3

X12a
2

X12b
3

X12c
2

X12d
3

Tot

R42

X9c
3

R19

55

R12

53

R5

53

R15

51

R33

49

R16

47

R37

43

R3

42

R18

40

R35

37

R22

36

R39

36

R36

33

R27

31

R26

30

R30

30

R23

29

R21

29

R29

27

R6

25

R24

25

R7

24

R38

23

R32

18

R8

17

R25

12

R2

Mb

1,036

0,821

1,929

1,214

1,321

1,821

1,750

1,393

1,321

1,321

1,357

IDB

0,417

0,417

0,202

0,226

0,202

0,060

0,155

0,357

0,310

0,333

0,333

CB

CB

KB

KB

CB

CB

CB

CB

KETERANGAN

CB

58

69
Lampiran 2.5

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL

No Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35

X1
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
5
2
5
3
4
1
4
5
4
4
4
3
5
4
5
5
5
4
5
2
1
5
5
4

X2
4
3
4
3
3
4
5
4
4
2
4
2
1
3
4
5
3
5
4
4
3
3
2
4
2
5
4
3
4
4
5
4
5
4
5

X3
3
4
4
3
3
4
4
1
4
2
1
3
3
5
1
5
5
5
2
5
5
3
4
2
3
4
5
2
5
3
5
5
5
4
5

No Soal
X4
X5
5
4
3
3
5
5
5
4
5
4
5
3
3
5
4
4
5
5
3
4
4
4
5
5
3
3
5
5
4
4
3
3
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
4
5
2
4
4
5
5
4
3
5
5
5
4
4
5

X6
4
3
2
4
4
5
4
5
3
5
5
5
4
1
5
4
5
3
3
3
4
3
3
3
4
3
5
5
5
5
5
5
5
4
5

X7
5
4
3
5
5
5
4
4
5
5
4
5
2
3
4
3
5
5
5
3
4
5
1
5
5
4
5
5
4
4
5
1
4
5
5

X8
2
2
1
1
2
2
2
1
1
1
1
2
3
1
4
4
5
2
2
1
3
1
4
2
2
4
4
1
3
0
1
1
5
2
4

70

No Responden
R36
R37
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
r hitung
r tabel
Keterangan

X1
5
3
5
4
4
5
5
5
4
5
4
5
2
4
4
5
5
4
5
4
0,296
0,266
valid

X2
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
1
3
4
5
2
2
0,331
0,266
valid

X3
5
3
3
4
3
5
4
3
1
1
5
5
2
5
4
3
3
4
1
2
0,286
0,266
valid

No Soal
X4
X5
X6
4
5
4
3
3
1
5
5
3
5
5
5
5
5
3
4
5
5
5
4
4
4
4
1
5
4
5
3
3
2
5
4
2
4
3
2
5
5
3
5
5
5
1
5
4
3
4
5
4
5
5
5
4
4
2
5
1
2
5
1
0,362 0,292 0,364
0,266 0,266 0,266
valid valid valid

X7
5
1
5
5
5
5
5
5
4
3
5
3
2
5
5
1
5
4
1
1
0,599
0,266
valid

X8
5
1
2
2
1
2
5
3
1
1
1
3
1
2
2
4
5
4
2
5
0,284
0,266
valid

71

No Soal
No Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38

X9
4
4
4
3
3
4
5
4
4
3
4
5
1
3
4
5
1
3
4
5
4
5
1
2
3
4
4
4
5
2
5
3
5
2
4
4
3
5

X10
2
2
2
1
2
3
1
1
1
2
1
1
5
1
4
4
5
1
2
3
3
1
3
2
2
5
2
2
2
4
5
2
2
5
5
4
2
2

X11
3
1
1
1
3
3
2
1
1
2
1
3
4
1
5
5
5
1
2
1
5
1
1
2
2
4
1
2
2
5
3
1
1
1
1
2
1
2

X12
4
3
4
5
4
4
5
4
4
3
4
5
4
4
5
5
5
5
4
5
4
5
1
4
4
5
5
5
1
5
5
1
1
5
5
5
1
4

X13
4
3
4
5
4
4
5
4
5
3
4
5
4
4
3
2
5
4
4
5
4
4
3
4
3
3
4
5
4
4
5
3
5
5
4
5
3
4

X14
3
3
4
4
4
5
5
1
4
3
1
5
1
4
5
5
5
5
4
5
3
5
1
4
4
4
4
4
2
4
4
3
5
4
4
4
3
3

X15
4
4
5
4
3
5
5
4
5
3
4
5
4
3
3
1
5
4
4
4
3
4
3
3
4
2
5
4
2
5
5
3
5
5
5
5
1
5

X16
4
2
3
4
4
3
5
3
5
2
3
5
3
4
4
3
5
4
4
4
4
5
3
4
4
5
4
4
5
4
5
3
2
4
4
4
3
3

72

No Responden
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
r hitung
r tabel
Keterangan

No Responden
R1

X9
3
2
3
2
5
4
3
2
4
3
4
2
4
2
2
4
1
0,307
0,266
valid

X17
4

X10
2
4
5
4
5
3
5
2
4
1
3
1
1
1
5
3
4
0,331
0,266
valid

X18
3

X11
2
3
1
1
2
2
3
1
5
3
1
1
1
4
4
5
1
0,309
0,266
valid

X19
2

No Soal
X12
X13
4
4
5
4
5
5
4
4
5
5
5
5
4
3
4
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
4
3
4
3
4
5
1
4
0,600 0,373
0,266 0,266
valid valid

No Soal
X20
X21
4
4

X14
3
4
3
4
5
4
4
4
5
4
4
5
4
5
4
4
4
0,439
0,266
valid

X15
5
5
4
4
1
4
4
3
5
5
5
2
5
3
4
4
3
0,347
0,266
valid

X22
4

X16
3
4
4
5
5
4
3
2
5
5
4
5
1
4
3
4
3
0,482
0,266
valid

X23
5

73

No Responden
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X17
3
3
4
3
3
5
4
1
4
4
5
4
4
3
5
5
1
4
4
4
1
4
4
1
5
5
4
1
5
5
4
5
4
5
4
3
4
3

X18
1
1
1
2
2
2
1
3
2
2
1
2
5
2
5
4
3
2
3
4
3
3
4
2
3
1
2
2
2
1
1
4
4
2
2
1
2
4

X19
5
2
1
3
4
3
1
5
3
4
5
4
5
3
5
4
4
3
3
4
5
1
4
4
4
4
5
2
2
2
1
2
4
2
4
1
1
4

No Soal
X20
X21
4
4
4
5
3
5
5
3
5
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5
3
5
5
5
5
4
5
5
4
3
4
4
4
4
5
1
5
4
4
3
4
5
5
5
4
5
5
5
2
4
4
5
5
4
1
5
5
5
4
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5

X22
5
4
5
5
4
5
4
5
4
4
5
4
5
5
4
3
2
5
4
5
5
4
5
4
3
4
5
4
5
5
1
5
4
5
5
5
4
5

X23
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
5
4
2
5
4
5
3
5
4
4
5
4
4
4
1
4
5
2
3
4
1
1
5
3
2
1
5
3

74

No Responden
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
r hitung
r tabel
Keterangan

No Responden
R1

X17
4
3
4
4
2
5
3
4
5
4
4
5
2
5
3
4
0,280
0,266
valid

X24
4

X18
2
4
4
2
3
3
2
3
1
3
1
2
3
3
5
1
0,376
0,266
valid

X25
5

X19
5
5
4
3
4
3
1
5
1
5
3
1
5
4
2
2
0,526
0,266
valid

X26
2

No Soal
X20
X21
5
4
5
4
4
5
5
5
5
4
3
3
5
4
4
3
3
5
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
5
0,417 0,290
0,266 0,266
valid
valid

No Soal
X27
X28
3
4

X22
4
5
4
5
5
3
4
4
5
5
4
5
5
4
3
3
0,297
0,266
valid

X29
3

X23
4
4
4
5
4
3
4
4
3
5
2
2
2
5
3
5
0,324
0,266
valid

X30
3

X31
4

75

No Responden
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X24
4
5
5
3
4
4
4
5
4
4
5
4
5
4
5
4
4
3
4
4
5
1
4
4
4
4
4
4
4
5
3
4
4
4
4
3
2
3

X25
4
5
5
4
5
5
4
5
5
5
5
5
4
5
3
5
0
4
4
3
5
4
3
4
2
5
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
4

X26
3
1
1
3
4
3
5
1
1
4
5
1
4
1
5
5
3
3
4
3
1
4
3
3
5
3
4
2
3
3
1
3
2
3
4
1
3
1

No Soal
X27
X28
4
4
1
2
3
3
4
4
3
3
5
5
3
3
4
3
3
4
3
3
4
4
4
3
3
5
3
4
5
3
5
5
4
1
3
4
4
5
4
5
5
5
2
4
4
5
3
4
5
3
4
4
3
4
2
4
4
4
2
5
3
3
5
5
4
4
4
4
4
4
2
3
5
4
3
3

X29
1
4
2
3
3
3
1
1
2
3
5
1
4
2
5
5
3
2
2
4
3
5
4
3
4
3
2
2
1
2
1
1
5
3
2
2
3
3

X30
3
2
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
2
4
4
3
4
4
3
4
3
4
3
4
3
4
3
5
3
3
5
3
5
3

X31
1
5
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
5
5
4
3
4
3
5
3
3
3
1
5
5
4
3
4
3
4
4
3
4
3
5
5

76

No Responden
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
r hitung
r tabel
Keterangan

No Responden
R1

X24
4
5
5
1
4
3
4
3
4
5
3
5
3
2
2
2
0,302
0,266
valid

X32
5

X25
5
3
4
3
5
4
3
5
3
5
3
4
4
4
2
5
0,073
0,266
drop

X33
3

X26
4
5
4
1
2
3
1
3
2
1
2
1
5
4
5
5
0,291
0,266
Valid

No Soal
X27
X28
4
4
5
4
2
4
5
5
1
4
5
3
3
3
4
4
5
5
4
4
3
4
5
5
4
3
4
4
5
3
2
3
0,411 0,369
0,266 0,266
valid
valid

X29
2
3
4
3
1
4
2
5
2
1
2
1
5
4
5
3
0,327
0,266
valid

X30
4
5
5
5
4
3
3
4
5
4
4
3
4
3
5
2
0,383
0,266
valid

X34
4

No Soal
X35
X36
3
5

X37
4

X38
3

X31
5
4
3
5
4
3
4
3
5
4
4
3
3
4
3
3
0,273
0,266
valid

X39
5

77

No Responden
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X32
2
5
5
5
5
5
4
4
4
5
5
4
4
3
5
3
2
4
2
5
5
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
3
3
4
3
5

X33
1
5
2
3
3
5
4
2
5
3
4
5
5
4
5
5
5
5
3
5
1
2
5
2
4
3
2
2
4
3
1
3
5
2
2
1
3
3

X34
3
4
4
3
4
5
4
3
4
4
5
4
2
5
5
5
4
4
4
3
4
2
3
4
5
3
5
5
4
1
3
5
4
5
4
3
4
3

No Soal
X35
X36
3
4
4
5
1
5
4
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
4
5
5
1
5
3
4
5
3
5
3
4
5
5
3
4
5
4
5
3
5
4
5
4
5
4
5
4
4
5
5
3
4
4
5
5
2
4
5
5
5
3
5
5
5
5
5
4
5
1
5
2
5
5
5
3
4

X37
1
2
4
4
3
5
3
3
4
3
5
4
3
3
3
5
4
4
5
3
4
4
4
3
4
3
4
4
3
2
3
3
4
3
5
3
4
3

X38
2
2
4
3
3
5
2
3
2
3
5
2
3
3
3
5
4
2
5
3
5
4
4
3
5
4
2
4
4
2
2
4
5
3
2
1
2
4

X39
2
4
4
5
3
2
5
5
3
3
5
3
2
3
5
1
3
3
4
5
3
4
4
4
5
5
4
1
4
5
1
5
4
5
5
5
3
3

78

No Responden
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
r hitung
r tabel
Keterangan

No Responden
R1

X32
3
2
4
4
4
4
2
5
1
5
3
3
2
5
5
3
0,319
0,266
valid

X40
4

X33
2
3
5
3
3
3
2
3
2
4
3
5
4
3
3
2
0,384
0,266
valid

X41
4

X34
4
2
2
5
5
5
2
4
1
5
5
5
5
5
4
1
0,341
0,266
valid

No Soal
X35
X36
4
5
1
5
4
4
5
5
4
4
3
1
4
4
3
4
5
5
4
5
5
2
5
2
5
4
5
4
4
5
3
1
0,250 0,340
0,266 0,266
drop valid

X37
3
4
5
5
3
3
4
3
2
4
5
5
1
3
4
3
0,278
0,266
valid

X42
4

No Soal
X43
X44
5
4

X45
4

X38
2
3
4
5
2
3
1
4
2
4
3
1
3
5
3
2
0,616
0,266
valid

X46
4

X39
3
5
3
3
5
4
3
5
5
5
3
2
2
5
1
4
0,297
0,266
valid

X47
5

79

No Responden
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X40
4
4
3
3
3
3
4
3
2
3
5
3
4
5
4
5
3
3
2
3
4
2
2
3
4
3
4
4
3
1
3
5
1
3
1
1
3
4

X41
3
4
4
3
5
3
4
4
2
5
3
5
3
4
4
2
2
4
5
4
4
1
1
3
3
2
5
5
3
1
1
3
5
2
4
1
4
4

X42
5
3
4
3
4
4
3
3
5
4
5
4
4
4
5
5
4
3
5
4
4
3
3
4
4
3
5
4
3
5
2
3
5
5
4
1
3
3

No Soal
X43
X44
1
2
1
2
2
3
3
4
2
4
5
5
4
2
3
3
4
4
2
4
5
4
2
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
3
1
3
3
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
3
3
5
5
4
4
5
5
4
4
3
3
1
2
2
3

X45
2
2
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
3
4
4
4
4
3
4
5
5
4
4
5
5
5
4
3
4
5
2
3
5
5
4
1
5
5

X46
3
4
4
3
5
5
3
4
5
5
5
5
3
4
5
5
4
4
3
5
4
5
5
4
2
3
5
4
4
5
3
4
5
4
4
2
3
4

X47
4
4
5
4
3
5
4
5
4
3
5
3
3
5
4
4
2
4
4
5
5
4
4
4
5
4
5
5
5
5
5
4
4
5
4
5
0
5

80

No Responden
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
r hitung
r tabel
Keterangan

X40
4
4
5
4
3
4
1
5
1
3
5
4
4
4
1
5
0,269
0,266
valid

X41
X42
5
3
3
3
4
4
4
5
2
3
5
1
1
1
3
3
1
2
4
3
3
3
1
2
3
1
5
5
2
3
4
3
0,305 0,569
0,266 0,266
valid valid

No Soal
X43
X44
4
4
4
4
5
4
5
4
3
2
2
4
4
5
2
3
2
4
2
3
5
5
1
3
3
5
2
5
3
4
1
4
0,452 0,353
0,266 0,266
valid valid

X45
4
5
5
5
5
5
4
5
4
5
4
5
3
2
4
4
0,486
0,266
valid

X46
3
4
5
5
4
2
4
5
4
5
4
0
4
5
5
1
0,501
0,266
valid

X47
3
4
4
5
4
1
1
5
5
1
2
5
5
3
3
4
0,186
0,266
drop

81

No Responden
R1

X48
4

No
Soal
X49
4

X50
3

X51
5

X52
5

X53
5

No
Soal
X54
5

Total

210

82

No Responden
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X48
2
2
2
4
3
2
2
5
3
3
3
3
1
4
5
3
4
3
5
3
1
4
5
4
5
3
4
2
3
4
5
5
5
5
5
1
2
5

No
Soal
X49
3
1
3
3
4
5
2
3
3
4
5
4
2
4
2
3
5
2
1
2
4
2
4
4
5
5
5
2
4
4
4
5
5
5
4
3
3
3

X50
5
4
3
4
3
2
5
3
4
3
5
3
2
3
5
4
4
4
4
3
3
3
4
3
5
2
4
5
3
4
5
5
5
4
4
3
3
4

X51
5
5
4
5
4
3
5
5
3
4
3
4
4
5
2
3
5
4
4
5
5
3
4
5
3
5
3
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5

X52
3
5
3
5
5
5
5
5
3
5
5
5
5
4
3
3
4
4
3
4
5
3
3
5
5
5
3
2
4
5
5
5
5
5
4
1
4
5

X53
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
3
5
4
5
4
3
5
4
4
3
5
4
3
4
3
4
5
4
5
4
4
4
3
4
4

No
Soal
X54
3
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
3
5
3
1
4
5
3
5
5
5
2
3
5
5

Total

165
185
189
203
208
223
186
203
185
193
240
186
191
204
223
230
191
196
202
211
211
169
200
191
218
210
212
178
204
217
152
225
228
221
212
137
192
203

83

No Responden
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
r hitung
r tabel
Keterangan

X48
2
5
3
3
2
3
2
5
2
5
2
3
1
3
4
4
0,367
0,266
valid

No
Soal
X49
5
5
4
5
1
5
4
5
3
3
1
3
3
5
1
5
0,371
0,266
valid

X50
4
5
1
5
4
0
3
3
4
5
1
1
3
5
2
1
0,310
0,266
valid

X51
5
4
5
5
4
5
4
5
4
5
3
5
5
3
5
1
0,024
0,266
drop

X52
5
5
5
5
2
1
5
5
5
5
4
5
4
5
1
5
0,402
0,266
valid

No
Soal
X53
X54
4
5
4
5
4
5
5
5
3
5
3
4
5
3
5
5
4
2
5
5
5
4
4
5
4
5
2
2
5
4
4
5
0,279 0,326
0,266 0,266
valid valid

Total

208
218
218
225
188
173
167
220
180
220
181
179
197
212
182
161

83

Lampiran 2.6

HASIL UJI RELIABILITAS


KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL

No Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35

X1
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
5
2
5
3
4
1
4
5
4
4
4
3
5
4
5
5
5
4
5
2
1
5
5
4

X2
4
3
4
3
3
4
5
4
4
2
4
2
1
3
4
5
3
5
4
4
3
3
2
4
2
5
4
3
4
4
5
4
5
4
5

No Soal
X3
X4
3
5
4
3
4
5
3
5
3
5
4
5
4
3
1
4
4
5
2
3
1
4
3
5
3
3
5
5
1
4
5
3
5
5
5
5
2
5
5
4
5
5
3
5
4
5
2
5
3
5
4
4
5
5
2
5
5
5
3
4
5
5
5
4
5
5
4
5
5
4

X5
4
3
5
4
4
3
5
4
5
4
4
5
3
5
4
3
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
2
4
5
3
5
4
5

X6
4
3
2
4
4
5
4
5
3
5
5
5
4
1
5
4
5
3
3
3
4
3
3
3
4
3
5
5
5
5
5
5
5
4
5

X7
5
4
3
5
5
5
4
4
5
5
4
5
2
3
4
3
5
5
5
3
4
5
1
5
5
4
5
5
4
4
5
1
4
5
5

84

No Responden
R36
R37
R38
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
K
x2
x
Sdi
SDi2

X1
5
3
5
4
4
5
5
5
4
5
4
5
2
4
4
5
5
4
5
4
50
223
49729
1,008
1,015
430,07

Varians Total
r1.1
Keterangan

0,869

X2
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
1
3
4
5
2
2

No Soal
X3
X4
5
4
3
3
3
5
4
5
3
5
5
4
4
5
3
4
1
5
1
3
5
5
5
4
2
5
5
5
4
1
3
3
3
4
4
5
1
2
2
2

X5
5
3
5
5
5
5
4
4
4
3
4
3
5
5
5
4
5
4
5
5

205
193
236
235
42025 37249 55696 55225
1,044 1,332 0,975 0,781
1,091 1,773 0,951 0,609

Reliabilitas sangat tinggi

X6
4
1
3
5
3
5
4
1
5
2
2
2
3
5
4
5
5
4
1
1

X7
5
1
5
5
5
5
5
5
4
3
5
3
2
5
5
1
5
4
1
1

206
42436
1,294
1,675

221
48841
1,340
1,796

85

No Responden
R1

X8
2

X9
4

X10
2

No Soal
X11
X12
3
4

X13
4

X14
3

86

No Responden
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39

X8
2
1
1
2
2
2
1
1
1
1
2
3
1
4
4
5
2
2
1
3
1
4
2
2
4
4
1
3
0
1
1
5
2
4
5
1
2
2

X9
4
4
3
3
4
5
4
4
3
4
5
1
3
4
5
1
3
4
5
4
5
1
2
3
4
4
4
5
2
5
3
5
2
4
4
3
5
3

X10
2
2
1
2
3
1
1
1
2
1
1
5
1
4
4
5
1
2
3
3
1
3
2
2
5
2
2
2
4
5
2
2
5
5
4
2
2
2

No Soal
X11
X12
1
3
1
4
1
5
3
4
3
4
2
5
1
4
1
4
2
3
1
4
3
5
4
4
1
4
5
5
5
5
5
5
1
5
2
4
1
5
5
4
1
5
1
1
2
4
2
4
4
5
1
5
2
5
2
1
5
5
3
5
1
1
1
1
1
5
1
5
2
5
1
1
2
4
2
4

X13
3
4
5
4
4
5
4
5
3
4
5
4
4
3
2
5
4
4
5
4
4
3
4
3
3
4
5
4
4
5
3
5
5
4
5
3
4
4

X14
3
4
4
4
5
5
1
4
3
1
5
1
4
5
5
5
5
4
5
3
5
1
4
4
4
4
4
2
4
4
3
5
4
4
4
3
3
3

87

No Responden
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
K
x2
x
Sdi
SDi2

X8
1
2
5
3
1
1
1
3
1
2
2
4
5
4
2
5
50
129
16641
1,404
1,971

X9
2
3
2
5
4
3
2
4
3
4
2
4
2
2
4
1

X10
4
5
4
5
3
5
2
4
1
3
1
1
1
5
3
4

188
35344
1,182
1,396

150
22500
1,446
2,091

No Soal
X11
X12
3
5
1
5
1
4
2
5
2
5
3
4
1
4
5
5
3
5
1
5
1
5
1
5
4
4
4
4
5
4
1
1
123
15129
1,414
1,999

226
51076
1,227
1,506

X13
4
5
4
5
5
3
4
4
5
5
5
4
3
3
5
4

X14
4
3
4
5
4
4
4
5
4
4
5
4
5
4
4
4

225
50625
0,776
0,603

211
44521
1,067
1,139

88

No Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38

X15
4
4
5
4
3
5
5
4
5
3
4
5
4
3
3
1
5
4
4
4
3
4
3
3
4
2
5
4
2
5
5
3
5
5
5
5
1
5

X16
4
2
3
4
4
3
5
3
5
2
3
5
3
4
4
3
5
4
4
4
4
5
3
4
4
5
4
4
5
4
5
3
2
4
4
4
3
3

X17
4
3
3
4
3
3
5
4
1
4
4
5
4
4
3
5
5
1
4
4
4
1
4
4
1
5
5
4
1
5
5
4
5
4
5
4
3
4

No Soal
X18
X92
3
2
1
5
1
2
1
1
2
3
2
4
2
3
1
1
3
5
2
3
2
4
1
5
2
4
5
5
2
3
5
5
4
4
3
4
2
3
3
3
4
4
3
5
3
1
4
4
2
4
3
4
1
4
2
5
2
2
2
2
1
2
1
1
4
2
4
4
2
2
2
4
1
1
2
1

X20
4
4
4
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
3
4
4
1
4
3
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5

X21
4
4
5
5
3
4
4
4
5
5
4
5
4
4
3
5
5
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
5
2
4
5
1
5
4
4
4
4
4

89

No Responden
R39
R40
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
x2
x
Sdi
SDi2

No Responden
R1
R2

X15
5
5
4
4
1
4
4
3
5
5
5
2
5
3
4
4
3
214
45796
1,133
1,284

X22
4
5

X16
3
4
4
5
5
4
3
2
5
5
4
5
1
4
3
4
3
208
43264
0,956
0,914

X17
3
4
3
4
4
2
5
3
4
5
4
4
5
2
5
3
4
205
42025
1,162
1,350

X23
5
5

No Soal
X18
X92
4
4
2
5
4
5
4
4
2
3
3
4
3
3
2
1
3
5
1
1
3
5
1
3
2
1
3
5
3
4
5
2
1
2
136
178
18496 31684
1,152 1,401
1,328 1,962

No Soal
X24
X26
4
2
4
3

X20
5
5
5
4
5
5
3
5
4
3
5
5
5
4
4
4
3
244
59536
0,834
0,695

X27
3
4

X21
5
4
4
5
5
4
3
4
3
5
4
5
4
4
4
4
5
231
53361
0,803
0,644

X28
4
4

90

No Responden
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40

X22
4
5
5
4
5
4
5
4
4
5
4
5
5
4
3
2
5
4
5
5
4
5
4
3
4
5
4
5
5
1
5
4
5
5
5
4
5
4

X23
5
4
5
4
4
4
5
4
4
5
4
2
5
4
5
3
5
4
4
5
4
4
4
1
4
5
2
3
4
1
1
5
3
2
1
5
3
4

No Soal
X24
X26
5
1
5
1
3
3
4
4
4
3
4
5
5
1
4
1
4
4
5
5
4
1
5
4
4
1
5
5
4
5
4
3
3
3
4
4
4
3
5
1
1
4
4
3
4
3
4
5
4
3
4
4
4
2
4
3
5
3
3
1
4
3
4
2
4
3
4
4
3
1
2
3
3
1
4
4

X27
1
3
4
3
5
3
4
3
3
4
4
3
3
5
5
4
3
4
4
5
2
4
3
5
4
3
2
4
2
3
5
4
4
4
2
5
3
4

X28
2
3
4
3
5
3
3
4
3
4
3
5
4
3
5
1
4
5
5
5
4
5
4
3
4
4
4
4
5
3
5
4
4
4
3
4
3
4

91

No Responden
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
x2
x
Sdi
SDi2

No Responden
R1
R2

X22
5
4
5
5
3
4
4
5
5
4
5
5
4
3
3
237
56169
0,858
0,736

X29
3
1

X23
4
4
5
4
3
4
4
3
5
2
2
2
5
3
5
206
42436
1,220
1,490

X30
3
3

No Soal
X24
X26
5
5
5
4
1
1
4
2
3
3
4
1
3
3
4
2
5
1
3
2
5
1
3
5
2
4
2
5
2
5
209
159
43681 25281
0,989 1,410
0,978 1,988

No Soal
X31
X32
4
5
1
2

X27
5
2
5
1
5
3
4
5
4
3
5
4
4
5
2
200
40000
1,078
1,162

X33
3
1

X28
4
4
5
4
3
3
4
5
4
4
5
3
4
3
3
211
44521
0,856
0,732

X34
4
3

92

No Responden
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40

X29
4
2
3
3
3
1
1
2
3
5
1
4
2
5
5
3
2
2
4
3
5
4
3
4
3
2
2
1
2
1
1
5
3
2
2
3
3
2

X30
2
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
2
4
4
3
4
4
3
4
3
4
3
4
3
4
3
5
3
3
5
3
5
3
4

No Soal
X31
X32
5
5
4
5
4
5
3
5
4
5
3
4
3
4
3
4
3
5
3
5
3
4
4
4
3
3
5
5
5
3
4
2
3
4
4
2
3
5
5
5
3
4
3
5
3
4
1
5
5
4
5
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
5
4
5
3
3
4
3
3
4
5
3
5
5
5
3

X33
5
2
3
3
5
4
2
5
3
4
5
5
4
5
5
5
5
3
5
1
2
5
2
4
3
2
2
4
3
1
3
5
2
2
1
3
3
2

X34
4
4
3
4
5
4
3
4
4
5
4
2
5
5
5
4
4
4
3
4
2
3
4
5
3
5
5
4
1
3
5
4
5
4
3
4
3
4

93

No Responden

X29
3
4
3
1
4
2
5
2
1
2
1
5
4
5
3
155
24025
1,307
1,707

R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
x2
x
Sdi
SDi2

No Responden
R1
R2

X36
5
4

X37
4
1

X30
5
5
5
4
3
3
4
5
4
4
3
4
3
5
2
210
44100
0,841
0,707

X38
3
2

No Soal
X31
X32
4
2
3
4
5
4
4
4
3
4
4
2
3
5
5
1
4
5
4
3
3
3
3
2
4
5
3
5
3
3
201
216
40401 46656
0,927 1,069
0,860 1,143

No Soal
X39
X40
5
4
2
4

X33
3
5
3
3
3
2
3
2
4
3
5
4
3
3
2
180
32400
1,269
1,609

X41
4
3

X34
2
2
5
5
5
2
4
1
5
5
5
5
5
4
1
210
44100
1,156
1,337

X42
4
5

94

No Responden
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40

X36
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
5
4
3
3
5
3
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5

X37
2
4
4
3
5
3
3
4
3
5
4
3
3
3
5
4
4
5
3
4
4
4
3
4
3
4
4
3
2
3
3
4
3
5
3
4
3
3

X38
2
4
3
3
5
2
3
2
3
5
2
3
3
3
5
4
2
5
3
5
4
4
3
5
4
2
4
4
2
2
4
5
3
2
1
2
4
2

No Soal
X39
X40
4
4
4
3
5
3
3
3
2
3
5
4
5
3
3
2
3
3
5
5
3
3
2
4
3
5
5
4
1
5
3
3
3
3
4
2
5
3
3
4
4
2
4
2
4
3
5
4
5
3
4
4
1
4
4
3
5
1
1
3
5
5
4
1
5
3
5
1
5
1
3
3
3
4
3
4

X41
4
4
3
5
3
4
4
2
5
3
5
3
4
4
2
2
4
5
4
4
1
1
3
3
2
5
5
3
1
1
3
5
2
4
1
4
4
5

X42
3
4
3
4
4
3
3
5
4
5
4
4
4
5
5
4
3
5
4
4
3
3
4
4
3
5
4
3
5
2
3
5
5
4
1
3
3
3

95

No Responden
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
x2
x
Sdi
SDi2

No Responden
R1
R2

X36
5
4
5
4
1
4
4
5
5
2
2
4
4
5
1
239
57121
1,058
1,119

X37
4
5
5
3
3
4
3
2
4
5
5
1
3
4
3
195
38025
0,959
0,919

X43
5
1

X38
3
4
5
2
3
1
4
2
4
3
1
3
5
3
2
174
30276
1,167
1,362

X44
4
2

No Soal
X39
X40
5
4
3
5
3
4
5
3
4
4
3
1
5
5
5
1
5
3
3
5
2
4
2
4
5
4
1
1
4
5
203
181
41209 32761
1,260 1,197
1,588 1,432

No Soal
X45
X46
4
4
2
3

X41
3
4
4
2
5
1
3
1
4
3
1
3
5
2
4
179
32041
1,308
1,712

X48
4
2

X42
3
4
5
3
1
1
3
2
3
3
2
1
5
3
3
194
37636
1,120
1,254

X49
4
3

96

No Responden
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40

X43
1
2
3
2
5
4
3
4
2
5
2
4
5
4
4
4
3
3
3
4
3
3
1
3
4
4
4
5
4
3
5
4
5
4
3
1
2
4

X44
2
3
4
4
5
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
3
3
5
4
4
4
4
5
3
5
4
5
4
3
2
3
4

No Soal
X45
X46
2
4
5
4
5
3
5
5
5
5
5
3
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
3
3
4
4
4
5
4
5
4
4
3
4
4
3
5
5
5
4
4
5
4
5
5
4
5
2
5
3
4
5
3
4
4
4
5
5
2
3
3
4
5
5
5
4
4
4
1
2
5
3
5
4
4
3

X48
2
2
4
3
2
2
5
3
3
3
3
1
4
5
3
4
3
5
3
1
4
5
4
5
3
4
2
3
4
5
5
5
5
5
1
2
5
2

X49
1
3
3
4
5
2
3
3
4
5
4
2
4
2
3
5
2
1
2
4
2
4
4
5
5
5
2
4
4
4
5
5
5
4
3
3
3
5

97

No Responden
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
x2
x
Sdi
SDi2

No Responden
R1
R2

X43
4
5
5
3
2
4
2
2
2
5
1
3
2
3
1
179
32041
1,265
1,601

X50
3
5

X44
4
4
4
2
4
5
3
4
3
5
3
5
5
4
4
206
42436
0,844
0,712

No Soal
X52
X53
5
5
3
3

X45
5
5
5
5
5
4
5
4
5
4
5
3
2
4
4
231
53361
1,007
1,015

No Soal
X46
4
5
5
4
2
4
5
4
5
4
0
4
5
5
1
218
47524
1,105
1,221

Total
X54
5
3

210
165

X48
5
3
3
2
3
2
5
2
5
2
3
1
3
4
4
183
33489
1,277
1,632

X49
5
4
5
1
5
4
5
3
3
1
3
3
5
1
5
194
37636
1,289
1,661

98

No Responden
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40

X50
4
3
4
3
2
5
3
4
3
5
3
2
3
5
4
4
4
4
3
3
3
4
3
5
2
4
5
3
4
5
5
5
4
4
3
3
4
4

No Soal
X52
X53
5
4
3
4
5
4
5
4
5
4
5
4
5
4
3
4
5
4
5
5
5
4
5
4
4
3
3
5
3
4
4
5
4
4
3
3
4
5
5
4
3
4
3
3
5
5
5
4
5
3
3
4
2
3
4
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
1
3
4
4
5
4
5
4

Total
X54
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
3
5
3
1
4
5
3
5
5
5
2
3
5
5
5

185
189
203
208
223
186
203
185
193
240
186
191
204
223
230
191
196
202
211
211
169
200
191
218
210
212
178
204
217
152
225
228
221
212
137
192
203
208

99

No Responden
R41
R42
R43
R44
R45
R46
R47
R48
R49
R50
R51
R52
R53
R54
R55
x2
x
Sdi
SDi2

Total
No Soal
X50
X52
X53
X54
5
5
4
5
218
1
5
4
5
218
5
5
5
5
225
4
2
3
5
188
0
1
3
4
173
3
5
5
3
167
3
5
5
5
220
4
5
4
2
180
5
5
5
5
220
1
4
5
4
181
1
5
4
5
179
3
4
4
5
197
5
5
2
2
212
2
1
5
4
182
1
5
4
5
161
192
230
223
233
10035
36864 52900 49729 54289
1,245 1,172 0,705 0,999
1,551 1,374 0,497 0,999 63,888

99

Lampiran 2.7

TABULASI VALIDITAS EXPERT JUDGMENT


TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Penilai
2

Kurang relevan
(Skor 1-2)
Sangat relevan
(Skor 3-4)

Tabulasi silang
Penilai 1
Kurang
relevan
(Skor 1-2)
A
C

Sangat relevan
(Skor 3-4)
B

D
1a, 1b, 1c, 1d, 2a, 2b, 2c, 2d, 3a,
3b, 4, 5a, 5b, 5c, 6, 7, 8a,8b,8c,
7d, 9a, 9b, 9c, 9d, 10 a, 10b, 10c,
11a, 11b, 12a, 12b, 12c, 12d

(Gregory, 2000)
Rumus untuk menghitung validitas isi tes kemampuan pemecahan masalah adalah
sebagai berikut.

Keterangan:
A
= Sel yang menujukkan ketidak setujuan antara dua penilai
B dan C = Sel yang menujukkan perbedaan pandangan antara penilai pertama dan
penilai kedua
D
= sel yang menujukkan persetujuan yang valid antara kedua penilai
Koefisien bergerak dari +0,0 s/d +1 dengan kriteria
Nilai
Kriteria
0,8-1,0 SangatTinggi
0,6-7,9
Tinggi
0,4-0,59
Sedang
0,2-0,39
Rendah
0,0-0,19 Sangatrendah
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai validitas dari expert
judgement sebesar 1 dengan kriteria sangat tinggi.

100

TABULASI VALIDITAS EXPERT JUDGMENT


KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL

Penilai
2

Kurang relevan
(Skor 1-2)
Sangat relevan
(Skor 3-4)

Tabulasi silang
Penilai 1
Kurang
relevan
(Skor 1-2)
A
C

Sangat relevan
(Skor 3-4)
B

D
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16
,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28
,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40
,41,42,43,44,45,46,47,48,49,50,51,52
,53,54

(Gregory, 2000)
Rumus untuk menghitung validitas isi kuesioner kecerdasan emosional dalah
sebagai berikut.

Keterangan:
A
= Sel yang menujukkan ketidak setujuan antara dua penilai
B dan C = Sel yang menujukkan perbedaan pandangan antara penilai pertama dan
penilai kedua
D
= sel yang menujukkan persetujuan yang valid antara kedua penilai
Koefisien bergerak dari +0,0 s/d +1 dengan kriteria
Nilai
Kriteria
0,8-1,0 SangatTinggi
0,6-7,9
Tinggi
0,4-0,59
Sedang
0,2-0,39
Rendah
0,0-0,19 Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai validitas dari expert
judgement sebesar 1 dengan kriteria sangat tinggi.
TABULASI VALIDITAS EXPERT JUDGMENT

101

LEMBAR OBSERVASI KECERDASAN EMOSIONAL

Penilai
2

Kurang relevan
(Skor 1-2)
Sangat relevan
(Skor 3-4)

Tabulasi silang
Penilai 1
Kurang
relevan
(Skor 1-2)
A
C

Sangatrelevan
(Skor 3-4)
B
D
1,2,3,4,5,6,7

(Gregory, 2000)
Rumus untuk menghitung validitas isi lembar observasi kecerdasan emosional
dalah sebagai berikut.

Keterangan:
A
= Sel yang menujukkan ketidak setujuan antara dua penilai
B dan C = Sel yang menujukkan perbedaan pandangan antara penilai pertama dan
penilai kedua
D
= sel yang menujukkan persetujuan yang valid antara kedua penilai
Koefisien bergerak dari +0,0 s/d +1 dengan kriteria
Nilai
Kriteria
0,8-1,0 SangatTinggi
0,6-7,9
Tinggi
0,4-0,59
Sedang
0,2-0,39
Rendah
0,0-0,19 Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai validitas dari expert
judgement sebesar 1 dengan kriteria sangat tinggi

102

Lampiran 3.1

DAFTAR NAMA SISWA KELOMPOK EKSPERIMEN


No.
Absen

Nama Siswa

Kelas

Nama Sekolah

Agus Arbawa Kadek

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

Angga Budi Maha Dewa Gede

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

Arik Suprayoga Kadek

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

Ayu Medi Andani Luh

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

Ayu Santini Komang

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

Ayu Sulastri Komang

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

Ayuni Ni Ketut

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

Komang Devi Permata Sari

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

Diastawan Ketut

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

10

Dirga Pangestu gede

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

11

Eka Susilawati

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

12

Ellya Novita Sari Ni Luh Putu

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

13

Feriawan Kadek

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

14

Gabriel Meiratina

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

15

Gita Meiliana Komang

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

16

Herliani Prapita Sari

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

17

Irvan Pramudia

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

18

Karmilayani komang

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

19

Mariani Ni Kadek

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

20

Megawati Luh

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

21

Meri Jayanti Luh

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

22

Meike Maratina Ketut

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

23

Nia Sulistriani

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

24

Novi Astini Putu

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

25

Putra Mahardika

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

26

Risma Maralina Putu

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

27

Satya Ananda Devi

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

28

Serki Galana Gede


Sofie Purnama D Putu

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

29

103

No.
Absen

Nama Siswa

Kelas

Nama Sekolah

30

Teddy Priyatna Made

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

31

Tiara Suari Dewi Putu

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

32

Tira Septiani

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

33

Wawan Rital Prasetia

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

34

Yesi Kadek

XI IPA1

SMA Negeri 1 Banjar

35

Ana Darwati

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

36

Dayu Kade Santhi Wia

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

37

Desak Kadek Ery Mahayani

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

38

Desak Made Rina Astiti

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

39

Desak Made Windarini

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

40

Desak Putu Devi Agustini

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

41

Gede Ngurah Purnawan

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

42

Gusti Ayu Ketut Tutek Agustini

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

43

Gusti Ayu Putu Budi Kertiani

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

44

I Ketut Rosadi

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

45

I Putu Eka Suputra

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

46

I Putu Irwan

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

47

Ida Ayu Kadek Gili Widyantari

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

48

Ida Ayu Priska Dewi

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

49

Ida Bagus Komang Periantika

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

50

Kadek Agus Fedriawan

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

51

Kadek Desiani

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

52

Kadek Heri Gunawan

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

53

Kadek Indayani

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

54

Kadek Kama Rupini

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

55

Kadek Sri Juliani

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

56

Ketut Febri Indah Lestari

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

57

Ni Putu Lia Soma Ardiyanti


Nyoman Edi Darmayasa

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

58

104

No.
Absen

Nama Siswa

Kelas

Nama Sekolah

59

Putu Juliantini

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

60

Putu Merta Adyana

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

61

Putu Sastrawan

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

62

Putu Satya Cahyadi Putra

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

63

Putu Suardika

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

64

Putu Yudi Sudarmawan

XI IPA1

SMA Negeri 2 Banjar

DAFTAR NAMA SISWA KELOMPOK KONTROL

105

No.
Absen

Nama Siswa

Kelas

Nama Sekolah

Agus Juli Artawan

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

Andi Triwahyudi Komang

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

Bangun Korry Atmaja

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

Dama Artayasa Ketut

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

Dharma Santika Yasa Gede

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

Dimayanti Putu

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

Dwi Adnyana KD

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

Dwi Yulianto

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

Edi Susilo A.kt

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

10

Edi Sutawan kadek

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

11

Eka Aryanti Ni Putu

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

12

Erlita Saputri Komang

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

13

Fendy Suarnyana Gede

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

14

Giri Trisna Dianto

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

15

Gopi Sudiasa Kadek

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

16

Harry Sugiman

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

17

Hendra Sanjaya gede

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

18

Indah Mer Yani

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

19

Ita Dewi Dewa Ayu

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

20

Joni Widiastawan Komang

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

21

Khasrisma Dewi Ketut

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

22

Kori Satria P

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

23

Leri Puma Ni Made

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

24

Maradana Ketut

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

25

Mei Artawan KD

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

26

Mertayana Putu

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

27

Nia Apriliani Putu

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

28

Novandi Hardinata Putu

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

29

Pasek Sumardika I Ketut


Pitrian Made

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

30

106

No.
Absen

Nama Siswa

Kelas

Nama Sekolah

31

Ristayana Kadek

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

32

Sovia Aprianti Luh

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

33

Sudarma Yadnya Gede

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

34

Widyana Nyoman

XI IPA 2

SMA Negeri 1 Banjar

35

Yande Arya Wara Niraha

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

36

Yogi Arya Pranata

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

37

Gede Indrawan

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

38

Gusti Kadek Suadnyana

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

39

I Kadek Priana

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

40

Ida Ayu Kade Dwi Cahyani

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

41

Ida Ayu Komang Ariani

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

42

Ida Bagus Putu Sudibia

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

43

Kadek Agus Kamiana

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

44

Kadek Ariani

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

45

Kadek Ayu

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

46

Kadek Ayu Agustini

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

47

Kadek Peri Utariani

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

48

Kadek Riko Sastra Budi

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

49

Kadek Riski Wijaya

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

50

Kadek Suci Yuni Ari Pratiwi

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

51

Ketut Rai Candra Pranata

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

52

Komang Ayu Anita Dewi

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

53

Komang Darmiasih

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

54

Komang Mira Daniani

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

55

Komang Novi Indayani

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

56

Komang Raka Candra Pranata

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

57

Luh Heny Purnamawati

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

58

Ni Luh Mira Yanti


Ni Nyoman Sayu Sutarsih

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

59

107

No.
Absen

Nama Siswa

Kelas

Nama Sekolah

60

Putu Arsana

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

61

Putu Bawa Astawa

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

62

Putu Desy Ariani

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

63

Putu Kusalayana

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

64

Putu Subudi Yasa

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

65

Putu Surya Lesmana

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

66

Putu Yuni Ari Satya Pratiwi

XI IPA 2

SMA Negeri 2 Banjar

108

DATA NILAI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA


KELOMPOK EKSPERIMEN
NO

Nomor
Soal

1a

1b 1c

1d

2a

2b

2c

2d

3a

3b

5a

5b

5c

7a

7b

7c

7d

8a

8b

8c

8d SKOR

Siswa
1

B1

48

69,57

B2

44

63,77

B3

63

91,30

B4

52

75,36

B5

55

79,71

B6

47

68,12

B7

59

85,51

B8

54

78,26

B9

61

88,41

10

B10

60

86,96

11

B11

53

76,81

12

B12

58

84,06

13

B13

48

69,57

14

B14

53

76,81

15

B15

52

75,36

16

B16

61

88,41

17

B17

57

82,61

18

B18

40

57,97

19

B19

57

82,61

108

109

NO

Nomor
Soal

1a

1b 1c

1d

2a

2b

2c

2d

3a

3b

5a

5b

5c

7a

7b

7c

7d

8a

8b

8c

8d SKOR

Siswa
20

B20

54

78,26

21

B21

61

88,41

22

B22

55

79,71

23

B23

59

85,51

24

B24

65

94,20

25

B25

64

92,75

26

B26

56

81,16

27

B27

52

75,36

28

B28

58

84,06

29

B29

61

88,41

30

B30

43

62,32

31

B31

55

79,71

32

B32

54

78,26

33

B33

54

78,26

34

B34

57

82,61

35

B35

56

81,16

36

B36

39

56,52

37

B37

45

65,22

38

B38

40

57,97

39

B39

53

76,81

40

B40

53

76,81

109

110

NO

Nomor
Soal

1a

1b 1c

1d

2a

2b

2c

2d

3a

3b

5a

5b

5c

7a

7b

7c

7d

8a

8b

8c

8d SKOR

Siswa
41

B41

53

76,81

42

B42

50

72,46

43

B43

45

65,22

44

B44

49

71,01

45

B45

51

73,91

46

B46

50

72,46

47

B47

47

68,12

48

B48

44

63,77

49

B49

51

73,91

50

B50

60

86,96

51

B51

56

81,16

52

B52

60

86,96

53

B53

53

76,81

54

B54

51

73,91

55

B55

52

75,36

56

B56

59

85,51

57

B57

62

89,86

58

B58

35

50,72

59

B59

56

81,16

60

B60

47

68,12

61

B61

54

78,26

110

111

NO

Nomor
Soal

1a

1b 1c

1d

2a

2b

2c

2d

3a

3b

5a

5b

5c

7a

7b

7c

7d

8a

8b

8c

8d SKOR

Siswa
62

B62

62

89,86

63

B63

42

60,87

64

B64

63

91,30

KELOMPOK KONTROL

111

112

NO

Nomor
Soal
1a 1b

1c 1d

2a 2b 2c

2d

3a

3b

5a

5b

5c

7a

7b

7c

7d

8a

8b

8c

8d SKOR

Siswa
1

B1

49

71,01

B2

51

73,91

B3

45

65,22

B4

50

72,46

B5

47

68,12

B6

39

56,52

B7

34

49,28

B8

39

56,52

B9

57

82,61

10

B10

48

69,57

11

B11

43

62,32

12

B12

45

65,22

13

B13

51

73,91

14

B14

53

76,81

15

B15

54

78,26

16

B16

50

72,46

17

B17

54

78,26

18

B18

56

81,16

19

B19

45

65,22

20

B20

49

71,01

21

B21

57

82,61

112

113

NO

Nomor
Soal
1a 1b

1c 1d

2a 2b 2c

2d

3a

3b

5a

5b

5c

7a

7b

7c

7d

8a

8b

8c

8d SKOR

Siswa
22

B22

42

60,87

23

B23

49

71,01

24

B24

51

73,91

25

B25

52

75,36

26

B26

54

78,26

27

B27

57

82,61

28

B28

56

81,16

29

B29

49

71,01

30

B30

45

65,22

31

B31

47

68,12

32

B32

60

86,96

33

B33

49

71,01

34

B34

30

43,48

44

63,77

35
B35
Lampiran
3.2
36

B36

54

78,26

37

B37

47

68,12

38

B38

48

69,57

39

B39

47

68,12

40

B40

45

65,22

41

B41

51

73,91

42

B42

45

65,22

113

114

NO

Nomor
Soal
1a 1b

1c 1d

2a 2b 2c

2d

3a

3b

5a

5b

5c

7a

7b

7c

7d

8a

8b

8c

8d SKOR

Siswa
43

B43

47

68,12

44

B44

59

85,51

45

B45

52

75,36

46

B46

49

71,01

47

B47

50

72,46

48

B48

57

82,61

49

B49

49

71,01

50

B50

56

81,16

51

B51

40

57,97

52

B52

52

75,36

53

B53

54

78,26

54

B54

45

65,22

55

B55

50

72,46

56

B56

50

72,46

57

B57

46

66,67

58

B58

53

76,81

59

B59

45

65,22

60

B60

40

57,97

61

B61

35

50,72

62

B62

54

78,26

63

B63

44

63,77

114

115

NO

Nomor
Soal
1a 1b

1c 1d

2a 2b 2c

2d

3a

3b

5a

5b

5c

7a

7b

7c

7d

8a

8b

8c

8d SKOR

Siswa
64

B64

50

72,46

65

B65

42

60,87

66

B66

40

57,97

115

116

DATA NILAI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA


KELOMPOK EKSPERIMEN
NO

Nomor
Butir

1
1

9 10

11

12 13 14

16 17 18 19 20 21

22 23

24 25 26 27 28

29 30 31 32 33 34 35

36 37

38 39 40

Nilai

Siswa
1

B1

77,00

B2

79,00

B3

81,50

B4

74,50

B5

79,00

B6

82,00

B7

82,50

B8

74,50

B9

89,00

10

B10

88,50

11

B11

82,50

12

B12

77,00

13

B13

72,50

14

B14

70,50

15

B15

83,50

16

B16

83,00

17

B17

85,50

18

B18

87,00

19

B19

76,00

117

NO

Nomor
Butir

1
1

9 10

11

12 13 14

16 17 18 19 20 21

22 23

24 25 26 27 28

29 30 31 32 33 34 35

36 37

38 39 40

Nilai

Siswa
20

B20

72,00

21

B21

94,00

22

B22

79,50

23

B23

70,50

24

B24

84,00

25

B25

92,50

26

B26

75,50

27

B27

77,50

28

B28

76,50

29

B29

86,50

30

B30

77,00

31

B31

77,00

32

B32

72,00

33

B33

72,50

34

B34

75,00

35

B35

81,00

36

B36

67,50

37

B37

65,00

38

B38

77,50

39

B39

78,00

40

B40

65,00

118

NO

Nomor
Butir

1
1

9 10

11

12 13 14

16 17 18 19 20 21

22 23

24 25 26 27 28

29 30 31 32 33 34 35

36 37

38 39 40

Nilai

Siswa
41

B41

76,00

42

B42

70,50

43

B43

65,00

44

B44

75,50

45

B45

76,00

46

B46

73,50

47

B47

74,50

48

B48

81,00

49

B49

74,00

50

B50

81,50

51

B51

76,00

52

B52

85,00

53

B53

67,50

54

B54

73,50

55

B55

72,50

56

B56

77,00

57

B57

84,00

58

B58

77,00

59

B59

71,50

60

B60

79,50

61

B61

67,50

119

NO

Nomor
Butir

1
1

9 10

11

12 13 14

16 17 18 19 20 21

22 23

24 25 26 27 28

29 30 31 32 33 34 35

36 37

38 39 40

Nilai

Siswa
62

B62

65,00

63

B63

73,50

64

B64

87,50

KELOMPOK KONTROL

120

NO

Nomor
Butir

2 3

9 10

11

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

38 39 40

Nilai

Siswa
1

B1

73,50

B2

76,00

B3

79,00

B4

68,00

B5

85,50

B6

73,00

B7

69,00

B8

68,00

B9

72,50

10

B10

74,00

11

B11

73,00

12

B12

67,00

13

B13

76,50

14

B14

74,00

15

B15

66,00

16

B16

59,00

17

B17

71,50

18

B18

82,00

19

B19

72,50

20

B20

60,00

21

B21

75,50

121

NO

Nomor
Butir

2 3

9 10

11

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

38 39 40

Nilai

Siswa
22

B22

73,50

23

B23

74,00

24

B24

75,00

25

B25

87,50

26

B26

82,50

27

B27

80,00

28

B28

76,00

29

B29

69,00

30

B30

70,00

31

B31

69,00

32

B32

87,50

33

B33

75,00

34

B34

74,00

35

B35

64,00

36

B36

83,50

37

B37

79,50

38

B38

76,50

39

B39

68,00

40

B40

72,50

41

B41

73,50

42

B42

73,00

122

NO

Nomor
Butir

2 3

9 10

11

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

38 39 40

Nilai

Siswa
43

B43

75,50

44

B44

87,50

45

B45

75,00

46

B46

67,50

47

B47

79,00

48

B48

78,00

49

B49

73,50

50

B50

78,00

51

B51

69,50

52

B52

72,00

53

B53

73,50

54

B54

68,00

55

B55

78,00

56

B56

79,50

57

B57

77,50

58

B58

79,00

59

B59

72,50

60

B60

70,50

61

B61

62,50

62

B62

77,50

63

B63

59,00

123

NO

Nomor
Butir

2 3

9 10

11

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

38 39 40

Nilai

Siswa
64

B64

73,00

65

B65

69,50

66

B66

62,00

Lampiran 3.4

124

ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

Statistics
KPM Kelompok KPM Kelompok EI Kelompok EI Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen Kontrol

N Valid
64
66
Missing
66
64
Mean
77,17
70,18
Median
78,26
71,01
a
Mode
76,81
65,22
Std. Deviation
9,77
8,82
Variance
95,43
77,87
Range
43,48
43,48
Minimum
50,72
43,48
Maximum
94,20
86,96
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

64
66
77,30
77,00
77,00
6,65
44,16
29,00
65,00
94,00

66
64
73,58
73,50
73,50
6,39
40,86
28,50
59,00
87,50

Frequency Table
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok Eksperimen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid

50,72
56,52
57,97
60,87
62,32
63,77
65,22
68,12
69,57
71,01
72,46
73,91
75,36
76,81
78,26

1
1
2
1
1
2
2
3
2
1
2
3
4
6
6

0,8
0,8
1,5
0,8
0,8
1,5
1,5
2,3
1,5
0,8
1,5
2,3
3,1
4,6
4,6

1,6
1,6
3,1
1,6
1,6
3,1
3,1
4,7
3,1
1,6
3,1
4,7
6,3
9,4
9,4

1,6
3,1
6,3
7,8
9,4
12,5
15,6
20,3
23,4
25,0
28,1
32,8
39,1
48,4
57,8

125

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


79,71
81,16
82,61
84,06
85,51
86,96
88,41
89,86
91,30
92,75
94,20
Total
Missing System
Total

2
4
3
1
4
3
4
2
2
1
1
64
66
130

1,5
3,1
2,3
0,8
3,1
2,3
3,1
1,5
1,5
0,8
0,8
49,2
50,8
100,0

3,1
6,3
4,7
1,6
6,3
4,7
6,3
3,1
3,1
1,6
1,6
100,0

60,9
67,2
71,9
73,4
79,7
84,4
90,6
93,8
96,9
98,4
100,0

Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok Kontrol


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid

43,48
49,28
50,72
56,52
57,97
59,42
60,87
62,32
63,77
65,22
66,67
68,12
69,57
71,01
72,46
73,91
75,36

1
1
1
2
2
1
2
1
2
8
1
5
2
7
6
4
3

0,8
0,8
0,8
1,5
1,5
0,8
1,5
0,8
1,5
6,2
0,8
3,8
1,5
5,4
4,6
3,1
2,3

1,5
1,5
1,5
3,0
3,0
1,5
3,0
1,5
3,0
12,1
1,5
7,6
3,0
10,6
9,1
6,1
4,5

1,5
3,0
4,5
7,6
10,6
12,1
15,2
16,7
19,7
31,8
33,3
40,9
43,9
54,5
63,6
69,7
74,2

126

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


76,81
78,26
81,16
82,61
85,51
86,96
Total
Missing System
Total

2
6
3
4
1
1
66
64
130

1,5
4,6
2,3
3,1
0,8
0,8
50,8
49,2
100,0

3,0
9,1
4,5
6,1
1,5
1,5
100,0

77,3
86,4
90,9
97,0
98,5
100,0

Kecerdasan Emosional Kelompok Eksperimen


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid

65,00
67,50
70,50
71,50
72,00
72,50
73,50
74,00
74,50
75,00
75,50
76,00
76,50
77,00
77,50
78,00
79,00
79,50
81,00
81,50
82,00
82,50
83,00

4
3
3
1
2
3
3
1
3
1
2
4
1
6
2
1
2
2
2
2
1
2
1

3,1
2,3
2,3
0,8
1,5
2,3
2,3
0,8
2,3
0,8
1,5
3,1
0,8
4,6
1,5
0,8
1,5
1,5
1,5
1,5
0,8
1,5
0,8

6,3
4,7
4,7
1,6
3,1
4,7
4,7
1,6
4,7
1,6
3,1
6,3
1,6
9,4
3,1
1,6
3,1
3,1
3,1
3,1
1,6
3,1
1,6

6,3
10,9
15,6
17,2
20,3
25,0
29,7
31,3
35,9
37,5
40,6
46,9
48,4
57,8
60,9
62,5
65,6
68,8
71,9
75,0
76,6
79,7
81,3

127

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


83,50
84,00
85,00
85,50
86,50
87,00
87,50
88,50
89,00
92,50
94,00
Total
Missing System
Total

1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
64
66
130

0,8
1,5
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
49,2
50,8
100,0

1,6
3,1
1,6
1,6
1,6
1,6
1,6
1,6
1,6
1,6
1,6
100,0

82,8
85,9
87,5
89,1
90,6
92,2
93,8
95,3
96,9
98,4
100,0

Kecerdasan Emosional Kelompok Kontrol


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid

59,00
60,00
62,00
62,50
64,00
66,00
67,00
67,50
68,00
69,00
69,50
70,00
70,50
71,50
72,00
72,50
73,00

2
1
1
1
1
1
1
1
4
3
2
1
1
1
1
4
4

1,5
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
3,1
2,3
1,5
0,8
0,8
0,8
0,8
3,1
3,1

3,0
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
6,1
4,5
3,0
1,5
1,5
1,5
1,5
6,1
6,1

3,0
4,5
6,1
7,6
9,1
10,6
12,1
13,6
19,7
24,2
27,3
28,8
30,3
31,8
33,3
39,4
45,5

128

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


73,50
74,00
75,00
75,50
76,00
76,50
77,50
78,00
79,00
79,50
80,00
82,00
82,50
83,50
85,50
87,50
Total
Missing System
Total

5
4
3
2
2
2
2
3
3
2
1
1
1
1
1
3
66
64
130

3,8
3,1
2,3
1,5
1,5
1,5
1,5
2,3
2,3
1,5
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
2,3
50,8
49,2
100,0

7,6
6,1
4,5
3,0
3,0
3,0
3,0
4,5
4,5
3,0
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
4,5
100,0

53,0
59,1
63,6
66,7
69,7
72,7
75,8
80,3
84,8
87,9
89,4
90,9
92,4
93,9
95,5
100,0

Lampiran 3.5

129

UJI NORMALITAS SEBARAN DATA

Group

KPM Eksperimen
Kontrol
EI
Eksperimen
Kontrol

Case Processing Summary


Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
64
100,0%
0
0,0%
66
100,0%
0
0,0%
64
100,0%
0
0,0%
66
100,0%
0
0,0%

N
64
66
64
66

Total
Percent
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%

Descriptives
Group
KPM

eksperimen Mean
95% Confidence
Interval for Mean

Control

5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
95% Confidence
Interval for Mean

5% Trimmed Mean
Median
Variance

Statistic Std.
Error
77,1742 1,22109
Lower
Bound
Upper
Bound

74,7341
79,6144
77,5319
78,2600
95,428
9,76871
50,72
94,20
43,48
13,78
-,543
0,299
-,107
0,590
70,1798 1,08623

Lower
Bound
Upper
Bound

68,0105
72,3492
70,5652
71,0100
77,874

130

Group

EI

Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
eksperimen Mean
95% Confidence
Interval for Mean

Control

5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
95% Confidence
Interval for Mean

5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis

Statistic Std.
Error
8,82461
43,48
86,96
43,48
11,59
-0,589
0,295
0,510
0,582
77,3047 0,83070
Lower
Bound
Upper
Bound

75,6447
78,9647
77,1927
77,0000
44,164
6,64557
65,00
94,00
29,00
9,13
0,238
0,299
-,096
0,590
73,5833 0,78681

Lower
Bound
Upper
Bound

72,0120
75,1547
73,5985
73,5000
40,858
6,39205
59,00
87,50
28,50
8,25
-0,059
0,302

0,295
0,582

131

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.

Group
KPM Eksperime
n
kontrol
EI
eksperimen
kontrol

0,098

64

0,200*

0,970

64

0,118

0,098
0,098
0,099

66
64
66

0,190
0,200*
0,174

0,972
0,982
0,977

66
64
66

0,150
0,465
0,246

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok Eksperimen Stem-and-Leaf Plot


Frequency

Stem &

1,00 Extremes
3,00
5 .
4,00
6 .
7,00
6 .
6,00
7 .
18,00
7 .
9,00
8 .
12,00
8 .
4,00
9 .
Stem width:
Each leaf:

Leaf
(=<51)
677
0233
5588899
122333
555566666688888999
111122244
555666888899
1124

10,00
1 case(s)

Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok Kontrol Stem-and-Leaf Plot


Frequency

Stem &

1,00 Extremes
1,00
4 .
1,00
5 .
5,00
5 .
6,00
6 .
15,00
6 .
17,00
7 .
11,00
7 .
7,00
8 .
2,00
8 .

Leaf
(=<43)
9
0
66777
002333
555555568888899
11111112222223333
55566888888
1112222
56

Stem width:
10,00
Each leaf:
1 case(s)
Kecerdasan Emosional Kelompok Eksperimen Stem-and-Leaf Plot
Frequency

Stem &

Leaf

132

,00
7,00
16,00
21,00
11,00
7,00
2,00
Stem width:
Each leaf:

6
6
7
7
8
8
9

.
.
.
.
.
.
.

5555777
0001222223334444
556666677777777789999
11112223344
5567789
24

10,00
1 case(s)

Kecerdasan Emosional Kelompok Kontrol Stem-and-Leaf Plot


Frequency
2,00
4,00
12,00
21,00
19,00
4,00
4,00
Stem width:
Each leaf:

Stem &
5
6
6
7
7
8
8

.
.
.
.
.
.
.

Leaf
99
0224
677888899999
001222223333333334444
5555566667788899999
0223
5777

10,00
1 case(s)

133

Lampiran 3.6

ANALISIS HOMOGENITAS VARIANS

KPM

Ei

Test of Homogeneity of Variance


Levene
df1
df2
Sig.
Statistic
Based on Mean
0,600
1
128
0,440
Based on Median
0,668
1
128
0,415
Based on Median and
0,668
1 127,167
0,415
with adjusted df
Based on trimmed
0,645
1
128
0,423
mean
Based on Mean
0,297
1
128
0,587
Based on Median
0,246
1
128
0,621
Based on Median and
0,246
1 127,991
0,621
with adjusted df
Based on trimmed
0,274
1
128
0,602
mean

134

Lampiran 3.7

UJI HOMOGENITAS MATRIK VARIANS

Box's Test of Equality of Covariance Matricesa


Box's M
2,058
F
0,674
df1
3
df2
3042247,496
Sig.
0,568
Tests the null hypothesis that the observed
covariance matrices of the dependent variables
are equal across groups.
a. Design: Intercept + group

Lampiran 3.8

UJI MULTIKOLINIERITAS DATA

135

Correlations

KPM
KPM

Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N
130
EI
Pearson Correlation
0,491**
Sig. (2-tailed)
0,000
N
130
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 3.9

HASIL ANALISIS MANOVA SATU JALUR

EI
0,491**
0,000
130
1
130

136

Between-Subjects Factors
Value Label
N
group 1,00
2,00

Eksperimen
Kontrol

64
66
Multivariate Testsa

Effect

Value

Hypothe Error df

Sig.

Partial Eta

sis df
Intercept Pillai's Trace

127,000

0,000

0,993

2,000

127,000

0,000

0,993

146,332 9292,099b

2,000

127,000

0,000

0,993

146,332 9292,099b

2,000

127,000

0,000

0,993

0,139

10,286b

2,000

127,000

0,000

0,139

0,861

2,000

127,000 0,000

0,139

0,162

10,286

2,000

127,000

0,000

0,139

0,162

10,286b

2,000

127,000

0,000

0,139

0,007 9292,099

Hotelling's Trace
Roy's Largest
Root
group

2,000

0,993 9292,099

Wilks' Lambda

Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest
Root

Squared

10,286

a. Design: Intercept + group


b. Exact statistic
Tests of Between-Subjects Effects
Source

Dependent

Type III Sum of df

Variable

Squares

Corrected KPM

Mean Square

Sig.

Partial Eta
Squared

1589,563

18,374

0,000

0,126

449,969

10,591

0,001

0,076

1589,563

Model

EI

Intercept

KPM

705512,662

705512,662

8154,936

0,000

0,985

EI

739758,700

739758,700 17412,168

0,000

0,993

1589,563

1589,563

18,374

0,000

0,126

449,969

449,969

10,591

0,001

0,076

11073,737

128

86,514

5438,100

128

42,485

KPM

717312,715

130

EI

745260,500

130

12663,301

129

5888,069

129

group

KPM
EI

Error

KPM
EI

Total

Corrected KPM
Total

EI

449,969

a. R Squared = ,126 (Adjusted R Squared = ,119)

137

b. R Squared = ,076 (Adjusted R Squared = ,069)

Estimates
Dependent
Variable

Group

KPM

Eksperimen
Kontrol
Eksperimen
Kontrol

EI

Mean

Std.
Error

77,174
70,180
77,305
73,583

1,163
1,145
0,815
0,802

95% Confidence Interval


Lower Bound Upper Bound
74,874
79,475
67,914
72,445
75,693
78,917
71,996
75,171

Pairwise Comparisons
Dependent (I) group

(J) group

Variable

Mean

Std.

Difference

Error

Sig.b

Differenceb

(I-J)
KPM

95% Confidence Interval for


Lower Bound Upper Bound

Eksperimen Eksperimen
Kontrol
Kontrol

Eksperimen

6,994*

1,632

0,000

3,766

10,223

-6,994

1,632

0,000

-10,223

-3,766

3,721*

1,143

0,001

1,459

5,984

1,143

0,001

-5,984

-1,459

Kontrol
EI

Eksperimen Eksperimen
Kontrol
Kontrol

Eksperimen

-3,721

Kontrol
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

138

Lampiran 3.10

HASIL ANALISIS LSD BERDASARKAN KELOMPOK PERLAKUAN


Perbedaan signifikan skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah
kelompok model pembelajaran yang menggunakan model self reguleted learning
dengan kelompok model pembelajaran langsung.
LSD t

, N a

1
1

n1 n2

MS

Keterangan:
= taraf signifikan = 0,05
N = jumlah sampel total = 130
a = jumlah kelompok = 2
n1 = jumlah sampel dalam kelompok pertama = 64
n2 = jumlah sampel dalam kelompok kedua = 33
Maka nilai ttabel = t(0,05/2;130-2) = t(0,025;128) = 1,980. Berdasarkan analisis test of
between-subjects effects diperoleh nilai MS untuk kemampuan pemecahan
masalah siswa sebesar, maka besar penolakan LSD adalah sebagai berikut.
LSD t

, N a

1
1

n1 n2

MS

1
1

64 66

1,980 86,514

1,980 1,126

= 3,231
Karena = [(MSRL) - (MPL)] = 6,994, maka i j > LSD yang artinya
H0 ditolak.
Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan signifikan skor rata-rata kemampuan
pemecahan masalah antar kelompok model pembelajaran.

139

Perbedaan signifikan skor rata-rata kecerdasan emosional kelompok model


pembelajaran yang menggunakan model self regulated learning dengan kelompok
model pembelajaran langsung.
LSD t

, N a

1
1

n1 n2

MS

Keterangan:
= taraf signifikan = 0,05
N = jumlah sampel total = 130
a = jumlah kelompok = 2
n1 = jumlah sampel dalam kelompok pertama = 64
n2 = jumlah sampel dalam kelompok kedua = 66
Maka nilai ttabel = t(0,05/2;130-2) = t(0,025;128) = 1,980. Berdasarkan analisis test of
between-subjects effects diperoleh nilai MS untuk kecerdasan emosional siswa
sebesar 42,485, maka besar penolakan LSD adalah sebagai berikut.
LSD t

, N a

1
1

n1 n2

MS

1,980

1,980 1,143
2,264

1
1

64 66

42,485

Karena = [(MSRL) - (MPL)] = 3,721 maka i j > LSD yang artinya


H0 ditolak.
Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan signifikan skor rata-rata kecerdasan
emosional antar kelompok model pembelajaran.

140
Lampiran 3.11

UJI KESETARAAN SAMPEL


Data yang digunakan untuk menghitung kesetaraan kelas adalah nilai
ulangan akhir semester ganjil mata pelajaran kimia. Hasil ulangan akhir semester
ganjil kimia siswa kelas XI yang digunakan sebagai sampel disajikan pada Tabel
berikut.
No.
Nama Siswa
Absen
SMA NEGERI 1 BANJAR
1
1
Agus Arbawa Kadek
2
2
Angga Budi Maha Dewa Gede
3
3
Arik Suprayoga Kadek
4
4
Ayu Medi Andani Luh
5
5
Ayu Santini Komang
6
6
Ayu Sulastri Komang
7
7
Ayuni Ni Ketut
8
8
Devi Permata Suci Komang
9
9
Diastawan Ketut
10
10
Dirga Pangestu Gede
11
11
Eka Susilawati Putu
12
12
Ellya Novita Sari Ni Luh Putu
13
13
Feriawan Kadek
14
14
Gabriel Mei Ratina
15
15
Gita Meliana Komang
16
16
Herliani Prapita Sari Putu
17
17
Irvan Pramudia Putu
18
18
Karmilayani Komang
19
19
Mariani Ni Kadek
20
20
Megawati Luh Putu
21
21
Meri Jayanti Ni Luh
22
22
Meike Maratina Ketut
23
23
Nia Sulistriani Komang
24
24
Novi Astini Putu
25
25
Putra Mahardika Putu
26
26
Risma Marcelina Putu
27
27
Satya Ananda Devi Luh
28
28
Serfi Giana Gede
29
29
Sofie Purnama Dewi Putu
30
30
Susiana Dewi Kadek
No.

Kelas
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Nilai UAS I
68
56
65
72
56
59.
72
68
67
73
56
67
72
80
67
64
67
80
75
69
69
72
69
64
72
62
64
75
77
70

141

No.
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

No.
Absen
31
32
33
34
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Nama Siswa
Teddy Priyatna Made
Tiara Suari Dewi Putu
Tira Septina Putu
Wawan Rital Prasetya
Agus Juli Artawan Gede
Andi Triwahyudi
Bangun Korry Atmaja Made
Dama Artayasa Ketut
Darma Santika Yasa Gede
Dimayanti Putu
Dwi Adnyana Kadek
Dwi Yulianto Kadek
Edi Susila Arimbawa Ketut
Edi Sutawan Kadek
Eka Aryanti Ni Putu
Erlita Saputri Komang
Fendy Suaryana Gede
Giri Trisna Dianto Komang
Gopi Sudiasa Kadek
Harry Sugiman I Made
Hendra Sanjaya Gede
Indah Mery Yani Putu
Ita Dewi Dewa Ayu
Joni Widiastawan Komang
Karisma Dewi Ketut
Kori Satria Permana Gede
Leri Puma
Maradana Ketut
Mei Artawan Kadek
Mertayana Putu
Nia Apriliani Putu
Novandi Hardinata Putu
Pasek Sumardika I Ketut
Pitriani Made
Ristayana Kadek
Sovia Aprianti Luh
Sudama Yadnya Gede
Widnyana Nyoman
Yande Arya Wara Niraha
Yogi Arya Pranata Gede

Kelas
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

Nilai UAS I
56
75
77
68
72
73
58
65
67
64
72
72
72
64
77
62
77
67
75
77
69
68
72
72
68
68
64
56
73
80
75
68
67
56
72
69
67
67
66
68

142

No.

No.
Absen

Nama Siswa

Kelas

Nilai UAS I

SMA NEGERI 2 BANJAR


71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Ana Darwati
Dayu Kade Santhi Wia
Desak Kadek Ery Mahayani
Desak Made Rina Astiti
Desak Made Windarini
Desak Putu Devi Agustini
Gede Ngurah Purnawan
Gusti Ayu Ketut Tutek Agustini
Gusti Ayu Putu Budi Kertiani
I Ketut Rosadi
I Putu Eka Suputra
I Putu Irwan
Ida Ayu Kadek Gili Widyantari
Ida Ayu Priska Dewi
Ida Bagus Komang Periantika
Kadek Agus Fedriawan
Kadek Desiani
Kadek Heri Gunawan
Kadek Indayani
Kadek Kama Rupini
Kadek Sri Juliani
Ketut Febri Indah Lestari
Ni Putu Lia Soma Ardiyanti
Nyoman Edi Darmayasa
Putu Juliantini
Putu Merta Adyana
Putu Sastrawan
Putu Satya Cahyadi Putra
Putu Suardika
Putu Yudi Sudarmawan
Gede Indrawan
Gusti Kadek Suadnyana
I Kadek Priana
Ida Ayu Kade Dwi Cahyani
Ida Ayu Komang Ariani
Ida Bagus Putu Sudibia
Kadek Agus Kamiana
Kadek Ariani
Kadek Ayu

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2

72
72
54
56
75
69
69
80
72
74
66
67
74
60
60
62
69
69
69
67
64
67
80
67
75
69
69
69
66
75
69
75
69
68
60
75
64
68
77

143

No.
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149

No.
Absen
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Nama Siswa
Kadek Ayu Agustini
Kadek Peri Utariani
Kadek Riko Sastra Budi
Kadek Riski Wijaya
Kadek Suci Yuni Ari Pratiwi
Ketut Rai Candra Pranata
Komang Ayu Anita Dewi
Komang Darmiasih
Komang Mira Daniani
Komang Novi Indayani
Komang Raka Candra Pranata
Luh Heny Purnamawati
Ni Luh Mira Yanti
Ni Nyoman Sayu Sutarsih
Putu Arsana
Putu Bawa Astawa
Putu Desy Ariani
Putu Kusalayana
Putu Subudi Yasa
Putu Surya Lesmana
Putu Yuni Ari Satya Pratiwi
Gede Radea Arsana
Gede Sayu Yoga Manta
I Dewa Ayu Mas Raiartini
I Gede Agus Darma Putra Husada
Kadek Sutama
Kadek Arya Candra Putra
Kadek Juliawan
Kadek Mirah Yanti
Kadek Suriasih
Kadek Uye Forliawan
Kadek Widiasa
Ketut Budi Artawan
Ketut Juni Ariarti
Ketut Sukamara
Ketut Suartini
Luh Putu Arini
Luh Santhi Widhia Lestari
Nana Samvara
Ni Kadek Mela Sukraningsih

Kelas
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

Nilai UAS I
69
72
54
58
62
60
50
76
78
64
72
64
62
60
68
50
80
60
65
67
50
68
58
72
69
64
69
62
72
76
62
77
66
56
75
62
75
76
64
58

144

No.
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159

No.
Absen
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Nama Siswa
Ni Kadek Meri Melayani
Ni Made Ayu Arini
Ni Putu Eka Pratiwi Wijayanti
Putu Adirma
Putu Budiartini
Putu Dian Aprilyantini
Putu Indrawan
Putu Novi Widyantari
Putu Sumartini
Sang Ayu Putu Indrayani

Kelas
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

Nilai UAS I
66
69
69
69
75
64
62
64
58
77

Hasil Analisis
Uji kesetaraan antar kelompok diperoleh dengan menggunakan ANOVA
satu jalur. Untuk memenuhi syarat uji ANOVA satu jalur, dilakukan uji normalitas
sampel dan uji homogenitas varian. Uji normalitas dan homogenitas varians
terhadap data nilai tes akhir semester ganjil. Ringkasan hasil uji normalitas
sebaran data disajikan pada Tabel berikut.
Tabel. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Nilai Tes Akhir
Semester Ganjil Kelas XI IPA
Kolmogorov-Smirnov
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig. Statistic Df
Sig.
Nilai SMA Negeri 1 Banjar
XI IPA 1
0,127 34 0,181
0,953 34 0,152
XI IPA 2
0,128 36 0,145
0,960 36 0,209
SMA Negeri 2 Banjar
XI IPA 1
0,138 30 0,147
0,957 30 0,259
*
XI IPA2
0,086 30 0,200
0,963 30 0,372
XI IPA3
0,110 29 0,200*
0,949 29 0,177
Kelas

Berdasarkan hasil uji pada Tabel di atas harga siginifikansi Kolmogorov-Smirnov


untuk kelima kelas lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga populasi
berdistribusi normal. Kemudian, ringkasan hasil uji homogenitas populasi dengan
Levene Statistic disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Varians Nilai Tes Akhir
Semester Ganjil Kelas XI IPA

145

Nilai Based on Mean


Based on Median
Based on Median and
with adjusted df
Based on trimmed mean

Levene
Statistic

df1

df2

Sig.

1,676
1,701

4
4

154
154

0,158
0,153

1,701

146,294

0,153

1,679

154

0,158

Berdasarkan hasil uji homogenitas populasi, harga signifikansi Levene statistic


based on mean lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga varian antar
kelompok tidak berbeda (homogen). Kedua uji persyaratan telah terpenuhi maka
uji ANOVA dapat dilanjutkan. Adapun hipotesis nol (Ho) adalah varian antar
kelompok yang tidak berbeda secara signifikan. Kriteria pengujiannya adalah jika
nilai F hitung kurang dari Ftabel atau nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka Ho
diterima, atau sebaliknya. Uji ANOVA satu jalur untuk semua varian ini dilakukan
dengan bantuan program SPSS 20.0 for Windows yang hasilnya pada berikut.
Tabel 1. Hasil Uji ANOVA Satu Jalur Nilai Tes Akhir Semester Ganjil Kelas XI
IPA
Sum of
Mean
Squares
df
Square
F
Sig.
Between
232,716
4
58,179
1,334
0,260
Groups
Within Groups
6716,718
154
43,615
Total

6949,434

158

Berdasarkan hasil anova satu jalur pada Tabel di atas diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,260, lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini
dapat diartikan bahwa semua pasangan kelas adalah homogen. Empat kelas yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik
undian dari pasang kelas yang setara. Berdasarkan hasil undian diperoleh dua
kelas sebagai kelompok eksperimen dan dua kelas sebagai kelompok kontrol.
Adapun jumlah sampel penelitian disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 2. Komposisi Sampel Penelitian
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Kelompok
Jumlah
Kelompok
Jumlah

146

SMA Negeri 1 Banjar


XI-IPA 1
34 siswa
SMA Negeri 2 Banjar
XI-IPA 1
30 siswa

XI-IPA 2

36 siswa

XI-IPA 2

30 siswa

Lampiran 4

DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN

147

Kegiatan Pembelajaran di Kelas Esperimen

Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol

LAMPIRAN
5

148

Surat Keterangan Penelitian


dan Uji Coba Instrumen

RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap Ni Nyoman Widiyaningsih lahir di Bantiran
Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan pada tanggal 28
Juli 1989, putri ketiga dari tiga bersaudara pasangan I
Made Sapta dan Ni Made Suyeti. Memulai jenjang
pendidikan di Taman Kanak-kanak pada tahun 1995.
Kemudian melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah dasar di SD Nomor 3 Bantiran
dan tamat pada tahun 2001. Selanjutnya pada jenjang Sekolah Menengah Pertama
di SMP Negeri 1 Pupuan tamat pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan ke
jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Tabanan dan tamat pada tahun
2007. Kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Pendidikan Ganesha dengan
mengambil jurusan S1 Pendidikan Kimia dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun
2012/2013 melanjutkan kuliah di Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha dengan Program Studi Pendidikan IPA.

Anda mungkin juga menyukai