Disusun Oleh :
Eva Muzdalifah (201960144) 7G
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022
PENERAPAN KONSELING KOGNITIF BEHAVIOR DAN KONSELING
EKSISTENSIAL
Menurut Pihasniwati (2008), konsep utama dalam konseling behavior adalah keyakinan tentang
martabat manusia yang bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis. Konseling
behavioral berfokus pada perilaku manusia yang dapat dipelajari dan dapat dirubah. Adapun
kondisi-kondisi pada manusia yang menjadi dasar dalam pelaksanaan konseling behavior
adalah:
1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia
mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan
bekal keturunan dan lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk pola-pola
bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas kepribadiannya.
2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang
dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang
baru melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu dibentuk melalui belajar,
pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang baru.
4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh perilaku
orang lain.
Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) merupakan proses terapi yang mengambil banyak bentuk,
sedikitnya terdapat 60 variasi. Secara ringkas, Beth Horwin mengemukakan proses konseling
kognitif- behavioral ini, sebagai berikut:
Tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavior adalah tingkah laku yang berlebih
(excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Contoh tingkah laku yang berlebihan seperti
merokok, terlalu banyak main game dan sering memberi komentar di kelas. Adapun tingkah laku
yang deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah.
Tingkah laku excessive dirawat dengan menggunakan teknik konseling untuk menghilangkan
atau mengurangi tingkah laku, sedangkan tingkah laku deficit dikonseling dengan menggunakan
teknik meningkatkan tingkah laku. Menurut Komalasari (2011), tahapan dalam konseling
behavior adalah sebagai berikut:
a. Melakukan asesmen (assessment)
Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini. Asesmen
dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan dan pikiran konseli. Terdapat enam informasi yang
digali dalam asesmen yaitu:
1. Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini. Tingkah laku yang
dianalisis adalah tingkah laku yang khusus.
2. Analisis tingkah laku yang didalamnya terjadi masalah konseli. Analisis ini mencoba
untuk mengidentifikasi peristiwa yang mengawali tingkah laku dan mengikutinya
sehubungan dengan masalah konseli.
3. Analisis motivasional.
4. Analisis self kontrol, yaitu tingkatan kontrol diri konseli terhadap tingkah laku
bermasalah ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih atas dasar kejadian-
kejadian yang menentukan keberhasilan self kontrol.
5. Analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan konseli
diidentifikasi juga hubungannya orang tersebut dengan konseli. Metode yang digunakan
untuk mempertahankan hubungan ini dianalisis juga.
6. Analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma-norma dan
keterbatasan lingkungan.
Konseling Eksistensial
Konsep dasar eksistensial adalah psikopatologi terjadi akibat dari kegagalan dalam
mengaktualkan potensi, perkembangan kepribadian yang normal dilandaskan pada keunikan
individu tersebut, determinasi diri dan kecenderungan kearah pertumbuhan adalah gagasan
sentral, orientasi kemasa depan bukan pada masa lalu, menekankan kesadaran sebelum
bertindak dan perbedaan dibuat antara rasa bersalah eksitensial dan rasa bersalah neurotik
(Alwisol, 2004 & Corey.G, 2010).
Tujuan konseling eksistensial adalah menghapus hal-hal yang menjadi penghambat
individu dalam mengaktualisasi potensi diri, membantu klien untuk lebih bertanggung jawab
atas kehidupannya, menyajikan kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan
pertumbuhan, mengarahkan klien untuk menemukan kebebasan memilih dengan memperluas
kesadaran diri (Corey.G, 2010).
Fungsi dan peran terapis dalam pandangan eksistensial adalah koselor memahami
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi, menyadari peran dan tanggung jawab,
mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik, berorientasi pada pertumbuhan,
mengharuskan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh,
memandang terapis sebagai model, mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan
pandangan dan tujuan-tujuan serta nilainya sendiri, mengurangi kebergantungan klien,
meingkatkan kebebsan klien dan menyadari bahwa keputusan dan pilihan akhir terletak pada
klien bukan pada konselor (Corey.G, 2010).
Daftar Pustaka
Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Corey, Gerald. (2010). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT.Reftika
Aditama.