Anda di halaman 1dari 6

RIVIEW

“KONSELING KOGNITIF BEHAVIOR DAN KONSELING EKSISTENSIAL”


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling
Dosen Pengampu : Tinon Citraning Harasuci S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
Eva Muzdalifah (201960144) 7G

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022
PENERAPAN KONSELING KOGNITIF BEHAVIOR DAN KONSELING
EKSISTENSIAL

Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) atau Cognitive-Behavioral Therapy


(CBT) merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat
menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya
hidup tertentu, dengan cara  memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu.

Pendekatan kognitif berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran,


keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya, hidup saya
sengsara sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya). Selain itu, terapi juga
memfokuskan pada upaya membelajarkan klien agar dapat memiliki cara berpikir yang lebih
positif dalam berbagai peristiwa kehidupan dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi
penyakit atau gangguan yang sedang dialaminya.. Dengan kata lain, konseling kognitif
memfokuskan pada kegiatan mengelola dan memonitor pola fikir klien sehingga dapat
mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran agar dapat siperoleh emosi yang lebih
positif.
Sedangkan Konseling Behavioral memfokuskan pada kegiatan (tindakan) yang dilakukan
klien, menentukan bentuk imbalan (rewards) yang dapat mendorong klien untuk melakukan
tindakan tertentu, pemberian konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah klien
melakukan tindakan yang tidak dikehendaki.
Konseling behavior adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh
konselor kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral),
dalam hal pemecahan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam penentuan arah kehidupan
yang ingin dicapai oleh diri klien. Konseling behavioral merupakan suatu proses membantu
orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu
(Surya, 2003).
Konseling behavior merupakan suatu teknik terapi dalam konseling yang berlandaskan
teori belajar yang berfokus pada tingkah laku individu untuk membantu konseli mempelajari
tingkah laku baru dalam memecahkan masalahnya melalui teknik-teknik yang berorientasi pada
tindakan. Behavior berpandangan, pada hakikatnya kepribadian manusia adalah perilaku.
Dimana perilaku tersebut merupakan hasil dari bentukan pengalaman interaksi individu dengan
lingkungan sekitarnya.
Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) dapat digunakan dalam rangka membantu menangani
berbagai masalah yang dihadapi individu: seperti : depresi, kecemasan dan gangguan panik, atau
dalam menghadapi peristiwa hidup lainnya, seperti: kematian, perceraian, kecacatan,
pengangguran, masalah yang berhubungan dengan anak-anak dan stres. Dalam Terapi Kognitif-
Behavioral (TKB), konselor dan klien bekerjasama untuk mengidentifikasi dan mengubah pola
pikir dan perilaku negatif yang menyebabkan timbulnya gangguan fisik-emosional. Fokus dalam
terapi ini adalah berusaha mengubah pikiran atau pembicaraan diri (self talk).

Karakteristik Konseling Behavior 

Menurut Pihasniwati (2008), konsep utama dalam konseling behavior adalah keyakinan tentang
martabat manusia yang bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis. Konseling
behavioral berfokus pada perilaku manusia yang dapat dipelajari dan dapat dirubah. Adapun
kondisi-kondisi pada manusia yang menjadi dasar dalam pelaksanaan konseling behavior
adalah: 

1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia
mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah berdasarkan
bekal keturunan dan lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk pola-pola
bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas kepribadiannya. 
2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang
dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang
baru melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu dibentuk melalui belajar,
pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang baru. 
4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh perilaku
orang lain.

Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) merupakan proses terapi yang mengambil banyak bentuk,
sedikitnya terdapat 60 variasi. Secara ringkas, Beth Horwin mengemukakan proses konseling
kognitif- behavioral ini, sebagai berikut:

 Membantu klien dalam mengenali, menganalisis dan mengelola keyakinannya.


 Membiarkan klien bersandar pada memorinya, dan berusaha untuk memvalidasimya.
 Menempatkan dan menitikberatkan pada keyakinan klien, tentang siapa dirinya dan
apa tujuan hidup dia di dunia ini
 Menjaga fokus pada upaya meningkatkan “kepuasan hidup secara menyeluruh”,
bukan pada upaya penurunan emosi yang negatif
 Membelajarkan dan mendidik yakni memberikan kesempatan kepada klien untuk
memeriksa/memguji kembali apa yang telah diucapkannya dengan kenyataan dirinya.
 Mengidentifikasi dan berbagai keterampilan praktis (misalnya, tentang penetapan
tujuan dan pemecahan masalah).
 Melanjutkan untuk melakukan pekerjaan ini untuk waktu jangka panjang, setelah
proses konseling selesai.

Langkah-langkah Konseling Behavior 

Tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavior adalah tingkah laku yang berlebih
(excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Contoh tingkah laku yang berlebihan seperti
merokok, terlalu banyak main game dan sering memberi komentar di kelas. Adapun tingkah laku
yang deficit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas dan bolos sekolah.

Tingkah laku excessive dirawat dengan menggunakan teknik konseling untuk menghilangkan
atau mengurangi tingkah laku, sedangkan tingkah laku deficit dikonseling dengan menggunakan
teknik meningkatkan tingkah laku. Menurut Komalasari (2011), tahapan dalam konseling
behavior adalah sebagai berikut:
a. Melakukan asesmen (assessment) 
Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini. Asesmen
dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan dan pikiran konseli. Terdapat enam informasi yang
digali dalam asesmen yaitu: 

1. Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini. Tingkah laku yang
dianalisis adalah tingkah laku yang khusus. 
2. Analisis tingkah laku yang didalamnya terjadi masalah konseli. Analisis ini mencoba
untuk mengidentifikasi peristiwa yang mengawali tingkah laku dan mengikutinya
sehubungan dengan masalah konseli. 
3. Analisis motivasional.
4. Analisis self kontrol, yaitu tingkatan kontrol diri konseli terhadap tingkah laku
bermasalah ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih atas dasar kejadian-
kejadian yang menentukan keberhasilan self kontrol.
5. Analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan konseli
diidentifikasi juga hubungannya orang tersebut dengan konseli. Metode yang digunakan
untuk mempertahankan hubungan ini dianalisis juga. 
6. Analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma-norma dan
keterbatasan lingkungan.

b. Menentukan tujuan (goal setting) 


Konselor dan konseli menentukan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama
berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis. Fase goal setting disusun atas tiga
langkah, yaitu: 

1. Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang


diinginkan.
2. Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional
tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat diukur. 
3. Memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi susunan yang
berurutan.

c. Mengimplementasikan teknik (technique implementation) 


Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi belajar yang
terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Konselor
dan konseli mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami
oleh konseli (tingkah laku excessive atau deficit).
d. Evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation termination) 
Evaluasi konseling behavioristik merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat
atas apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi
efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari
sekedar mengakhiri konseling. Terminasi meliputi: 

1. Menguji apa yang konseli lakukan terakhir. 


2. Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan. 
3. Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku
konseli.
4. Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli.

Konseling Eksistensial

Konsep dasar eksistensial adalah psikopatologi terjadi akibat dari kegagalan dalam
mengaktualkan potensi, perkembangan kepribadian yang normal dilandaskan pada keunikan
individu tersebut, determinasi diri dan kecenderungan kearah pertumbuhan adalah gagasan
sentral, orientasi kemasa depan bukan pada masa lalu, menekankan kesadaran sebelum
bertindak dan perbedaan dibuat antara rasa bersalah eksitensial dan rasa bersalah neurotik
(Alwisol, 2004 & Corey.G, 2010).
Tujuan konseling eksistensial adalah menghapus hal-hal yang menjadi penghambat
individu dalam mengaktualisasi potensi diri, membantu klien untuk lebih bertanggung jawab
atas kehidupannya, menyajikan kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan
pertumbuhan, mengarahkan klien untuk menemukan kebebasan memilih dengan memperluas
kesadaran diri (Corey.G, 2010).
Fungsi dan peran terapis dalam pandangan eksistensial adalah koselor memahami
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi, menyadari peran dan tanggung jawab,
mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik, berorientasi pada pertumbuhan,
mengharuskan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh,
memandang terapis sebagai model, mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan
pandangan dan tujuan-tujuan serta nilainya sendiri, mengurangi kebergantungan klien,
meingkatkan kebebsan klien dan menyadari bahwa keputusan dan pilihan akhir terletak pada
klien bukan pada konselor (Corey.G, 2010).
Daftar Pustaka
Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Corey, Gerald. (2010). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT.Reftika
Aditama.

Komalasari, Gantina, Dkk. 2011. Teori Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.

Surya, Mohammad. 2003. Teori Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.


Pihasniwati. 2008. Psikologi Konseling. Yogyakarta: Teras.

Anda mungkin juga menyukai