Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konselor dalam penanganan suatu masalah tidak akan dapat terlepas dari
pendekatan pendekatan yang digunakan dalam bimbingan konseling. Tanpa didukung
oleh penguasaan pendekatan konseling yang mencukupi, bantuan yang diberikan
konselor kepada konseli tidak akan efektif.
Pendekatan konseling ini menucul seiring dengan perkembangan kehidupan yang
semakin kompleks, dan untuk beberapa masalah yang harus dirubah, khususnya dalam
dunia pendidikan. Dunia pendidkan khususnya di sekolah masalah-masalah yang muncul
banyak dialami oleh siswa misalnya masalah belajar, masalah pribadi, masalah social
maupun masalah psikologis. Hal tersebut membuat beberapa masalah yang dapat
mengganggu proses pendidikan itu sendiri. Selain itu masalah tersebut jika tidak dapat
diatasi dengan baik, benar dan tepat oleh konselor, maka dapat menghambat
perkembangan kehidupan siswa itu sendiri
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang timbul
dalam dunia pendidikan, salah satu di antaranya adalah dengan mencari dan memberikan
solusi pada siswa itu sendiri. Permasalahan dalam pendidikan tiap sekolah bahkan tiap
anak berbeda-beda, oleh karena itu dibutuhkan solusi yang berbeda pula. Sehingga
beberapa pendekatan tentang konseling ini dapat tidak dilakukan oleh sembarang orang,
maka dari itu muncul istilah konselor. Konselor memberikan solusi pada masalah-
masalah yang diharapkan dapat membantu dalam dunia pendidikan.
Pengertian pendekatan menurut istilah bahasa dalam KBBI;2002 adalah (1)
proses, perbuatan, cara mendekati; (2) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan yang diteliti. Memahami tentang pengertian pendekatan
itu sendiri, maka penerapan pendekatan dalam proses konseling adalah proses perbuatan
seseorang (konselor) untuk berhungan dengan konseli yang dilakukan secara dekat dalam
rangka untuk menggali permasalahan dengan metode yang terencana secara cermat agar
memperoleh hasil yangsesuai dengan yang diinginkan. Sangat urgen kiranya seorang
konselor memahami pendekatan konseli ini untuk kemudian dapat mengaplikasikannya
di sekolah. Oleh karena itu, sebagai calon konselor, penulis tertarik membahas
pendekatan pendekatan konseling dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan behavioral dalam konseling
2. Bagaimana pendekatan psikoanalisis dalam konseling
C. Tujuan
1. Untuk memahami pendekatan behavioral dalam konseling.
2. Untuk memahami pendekatan psikoanalisi dalam konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Behavioral
1. Pandangan Tentang Manusia
Behavioral merupakan pendekatan klinis yang dapat digunakan untuk
menangani bermacam-macam gangguan, dalam bermacam-macam setting khusus,
dan dengan bermacam-macam kelompok populasi. Pendekatan behavioral
didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang
menekankan pada pentingnya pendekatan sistematik dan testruktur pada
konseling.
Sedangkan pengertian behavioral itu sendiri adalah suatu pandangan teoritis
yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa
mengaitkan konsepsi konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas. Pendekatan
behavioral berpandangan bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari dalam proses
belajar tingkah laku melalui kematangan dalam belajar.
2. Konsep Dasar Konseling Behavioral
Manusia adalah Makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor
faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi
terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola pola perilaku yang
kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh
banyaknya dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui
hukum hukum belajar: (a) pembiasaan klasik; (b) pembiasaan operan; (c)
peniruan . tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan
ketidak puasan yang diperolehnya.
Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan
hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
Karakteristik behavioral adalah : (a) berfokos pada tingkah llaku yang
tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan
konseling, (c) mengembangakan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan
masalah konseli, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
3. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Adapun asumsi tingkah laku bermasalah menurut pandangan behavioral
adalah sebagai berikut:
a. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau beberapa kebiasaan negatif
atau tingkah laku tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan
tuntutan lingkungan.
b. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau
lingkungan yang salah.
c. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku
negative dari lingkungannya. Tingkah laku bermasalah juga terjadi karena
kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
d. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah
laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip prinsip belajar
4. Tujuan Konseling
Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi
perilaku konseli, yang diantaranya untuk:
a. Menciptakan kondisi baru bagi proses belajar
b. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.
c. Member pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari.
d. Membantu konseli membuang respons respons yang lama yang merusak diri
atau maladaptive dan mempelajari respons respons yang baru yang lebih sehat
dan sesuai (adjustive).
e. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive,
memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
f. penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan
bersama antara konseli dan konselor.
5. Deskripsi Proses Konseling Behavioral
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadimya proses
tersebut. Konselor aktif:
a. Merumuskan masalah yang dialami konseli dan menetapkan apakah konselor
dapat membantu pemecahannya atau tidak.
b. Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling,
khususnya tentang teknik teknik yang digunakan dalam konseling.
c. Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil
hasilnya.
6. Deskripsi langkah langkah Konseling Behavioral
Menurut Rosjidan , konseling behavioral memiliki empat tahap yaitu:
a. Assessment, langkah awal yang bertujuan untuk mengekspolrasi dinamika
perkembangan konseli (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya,
kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku
penyesuaian, dan area masalahnya). Konselor mendorong konseli untuk
mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu.
Assessment diperlukan untuk mengidentifikasi metode atau teknik mana yang
akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
b. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan konseli
menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.
Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (a)
konselor dan konseli mengdefinisikan masalah yang dihadapi konseli; (b)
konseli mengkhusukan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil
konseling; (c) konselor dan konseli mendiskusikan tujuan yang telah
ditetapkan konseli: (a) apakah merupakan tujuan yang benar benar dimiliki
dan diinginkan konseli; (b) apakah tujuan itu realistik; (c) kemungkinan
manfaatnya; (e) konselor dan konseli membuat keputusan apakah melanjutkan
konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan,
mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan
referal.
c. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan konseling
teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang
diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
d. Evalution termination, yaitu melakukan kegiatan penelitian apakah kegiatan
konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai
dengan tujuan konseling
7. Teknik teknik Konseling Behavioral
Beberapa teknik konseling behavioral adalah sebagai berikut:
a. Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih konseli yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini
terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu
mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak,
mengungkapkan afeksi dan respon positif lainnya. Cara yang digunakan
adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi diskusi
kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
b. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang
memfokuskan bantuan untuk menenangkan konseli dari ketegangan yang
dialami dengan cara mengajarkan konseli untuk rileks. Esensi teknik ini
adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan
dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak
dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis
hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus
tingakah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan,
dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan
dihilangkan.
c. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan konseli agar mengamati respon
pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara
bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki
kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara
tingkah laku yang dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
d. Pembentukan tingkah laku model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada konseli,
dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor
menunjukkan kepada konseli tentang tingkah laku model, dapat menggunakan
model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan
dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh.
Tingkahlaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor.
Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
B. Pendekatan Psikoanalisis
1. Pandangan Tentang Manusia

Anda mungkin juga menyukai