Anda di halaman 1dari 9

PAPER

PENDEKATAN TEORI KONSELING BEHAVIORISTIK DALAM PROSES


BIMBINGAN DAN KONSELING

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Septi Gumiandri, M. Ag

Disusun Oleh : Nur Seniwati

NIM : 2108113149

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANJURUSAN
PJJ PAI

TAHUN 2023
Bab 1 Pendahuluan

Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan yang diberikan oleh lembaga
pendidikan untuk membantu peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal. Dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling, konselor perlu menggunakan
pendekatan yang tepat agar dapat mencapai tujuan konseling.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam bimbingan dan konseling adalah
pendekatan behavioristik. Pendekatan behavioristik berfokus pada perubahan perilaku
konseli. Pendekatan ini didasarkan pada teori belajar behavioristik yang menyatakan bahwa
perilaku manusia dapat dipelajari dan diubah melalui proses belajar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam paper ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa saja konsep dasar konseling behavioristik?
2. Bagaimana proses dan teknik konseling behavioristik?
3. Bagaimana aplikasi teori konseling behavioristik dalam proses bimbingan dan
konseling?

Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk:
1. Mengetahui konsep dasar konseling behavioristik.
2. Memahami proses dan teknik konseling behavioristik.
3. Mengetahui aplikasi teori konseling behavioristik dalam proses bimbingan dan
konseling.

Bab 2 Landasan Teori

Konseling behavioristik didasarkan pada teori belajar behavioristik. Teori belajar


behavioristik berpendapat bahwa perilaku manusia dapat dipelajari dan diubah melalui proses
belajar. Proses belajar ini terjadi melalui interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah segala sesuatu yang dapat memicu terjadinya respon. Respon adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh individu sebagai reaksi terhadap stimulus.
Ada dua jenis teori belajar behavioristik, yaitu:
• Teori belajar operan
Teori belajar operan dikemukakan oleh B.F. Skinner. Teori ini berpendapat bahwa
perilaku manusia dapat diubah melalui pemberian konsekuensi. Konsekuensi positif
akan memperkuat perilaku, sedangkan konsekuensi negatif akan melemahkan
perilaku.
• Teori belajar sosial
Teori belajar sosial dikemukakan oleh Albert Bandura. Teori ini berpendapat bahwa
perilaku manusia dapat dipelajari melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain.

Bab 3 Pembahasan

Konsep Dasar Konseling Behavioristik


Konsep dasar konseling behavioristik antara lain:
• Perilaku manusia merupakan hasil belajar. Perilaku manusia terbentuk melalui proses
belajar, baik belajar melalui pengalaman langsung maupun belajar melalui pengalaman
orang lain.
Perilaku manusia terbentuk melalui interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah segala sesuatu yang dapat memicu terjadinya respon. Respon adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh individu sebagai reaksi terhadap stimulus.
Proses belajar dapat terjadi melalui dua cara, yaitu:
➢ Pembiasaan
Pembiasaan adalah proses belajar di mana perilaku yang muncul secara kebetulan
akan diperkuat sehingga menjadi perilaku yang konsisten.
➢ Pengkondisian operan
Pengkondisian operan adalah proses belajar di mana perilaku yang diikuti oleh
konsekuensi positif akan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti oleh
konsekuensi negatif akan cenderung tidak diulang.
• Perilaku dapat diubah melalui proses belajar. Perilaku yang telah terbentuk dapat
diubah melalui proses belajar.
Perubahan perilaku dapat dicapai melalui penerapan prinsip-prinsip belajar
behavioristik. Prinsip-prinsip belajar behavioristik antara lain:
➢ Prinsip penguatan
Penguatan adalah proses pemberian konsekuensi positif atau negatif untuk
memperkuat atau melemahkan perilaku.
➢ Prinsip pengurangan stimulus
Pengurangan stimulus adalah proses menghilangkan atau mengurangi stimulus
yang tidak diinginkan untuk melemahkan perilaku.
➢ Prinsip penggantian stimulus
Penggantian stimulus adalah proses mengganti stimulus yang tidak diinginkan
dengan stimulus yang diinginkan untuk memperkuat perilaku.
• Perubahan perilaku dapat dicapai melalui penerapan teknik-teknik konseling
behavioristik. Teknik-teknik konseling behavioristik adalah teknik-teknik yang
digunakan untuk mengubah perilaku konseling.
Teknik-teknik konseling behavioristik antara lain:
1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah teknik konseling yang digunakan untuk membentuk perilaku baru
melalui pengulangan.
2. Pengkondisian operan
Pengkondisian operan adalah teknik konseling yang digunakan untuk memperkuat atau
melemahkan perilaku melalui pemberian konsekuensi.
3. Modeling
Modeling adalah teknik konseling yang digunakan untuk mengajarkan perilaku baru
melalui pengamatan.
4. Desensitisasi sistematis
Desensitisasi sistematis adalah teknik konseling yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan melalui proses relaksasi dan pengkondisian.
5. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif adalah teknik konseling yang digunakan untuk mengubah
perilaku melalui perubahan pola pikir.

Proses dan Teknik Konseling Behavioristik


Proses konseling behavioristik terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
• Tahap 1: Assessment
Pada tahap ini, konselor melakukan asesmen untuk memahami masalah konseling dan
penyebabnya. Asesmen dapat dilakukan melalui wawancara, observasi, atau tes.
• Tahap 2: Diagnosis
Pada tahap ini, konselor mendiagnosis masalah konseling berdasarkan hasil asesmen.
Diagnosis dilakukan untuk menentukan tujuan konseling dan teknik yang akan
digunakan.
• Tahap 3: Intervensi
Pada tahap ini, konselor menerapkan teknik-teknik konseling behavioristik untuk
membantu konseling mencapai tujuan konseling. Teknik-teknik konseling behavioristik
antara lain:
➢ Pembiasaan
➢ Pengkondisian operan
➢ Modeling
➢ Desensitisasi sistematis
➢ Terapi perilaku kognitif
• Tahap 4: Evaluasi
Pada tahap ini, konselor mengevaluasi hasil konseling untuk mengetahui apakah tujuan
konseling telah tercapai.

Aplikasi Teori Konseling Behavioristik


Teori konseling behavioristik dapat diterapkan untuk berbagai jenis masalah konseling,
antara lain:
• Masalah belajar
Konselor dapat menerapkan teknik pembiasaan untuk membantu konseli belajar lebih
efektif. Misalnya, konselor dapat memberikan tugas-tugas belajar secara bertahap dan
memberikan reward kepada konseli yang berhasil menyelesaikan tugasnya.
• Masalah perilaku
Konselor dapat menerapkan teknik pengkondisian operan untuk membantu konseli
mengubah perilakunya. Misalnya, konselor dapat memberikan reward kepada konseli
yang menunjukkan perilaku yang lebih adaptif dan memberikan konsekuensi negatif
kepada konseli yang menunjukkan perilaku yang maladaptif.
• Masalah emosional
Konselor dapat menerapkan teknik modeling untuk membantu konseling belajar cara
mengelola emosinya. Desensitisasi sistematis adalah teknik konseling yang digunakan
untuk mengatasi kecemasan melalui proses relaksasi dan pengkondisian. Misalnya,
konselor dapat memberikan contoh bagaimana cara mengekspresikan emosi secara
sehat.
• Masalah sosial
Konselor dapat menerapkan teknik modeling untuk membantu konseling belajar
keterampilan sosial. Misalnya, konselor dapat memberikan contoh bagaimana cara
menjalin hubungan dengan orang lain.
Dalam teknik desensitisasi sistematis, konseli akan dilatih untuk rileks, kemudian konselor
akan membimbing konseli untuk membayangkan situasi yang membuatnya cemas. Situasi
tersebut akan dimulai dari situasi yang paling tidak membuat cemas hingga situasi yang
paling membuat cemas.
Konselor akan membantu konseli untuk tetap rileks selama membayangkan situasi yang
membuatnya cemas. Proses ini akan dilakukan secara bertahap hingga konseli dapat
membayangkan situasi yang membuatnya cemas tanpa merasa cemas.
Berikut adalah langkah-langkah penerapan teknik desensitisasi sistematis:
Tahap 1: Penilaian
Pada tahap ini, konselor akan melakukan penilaian untuk memahami jenis kecemasan yang
dialami konseli dan situasi yang membuatnya cemas.
Tahap 2: Skala kecemasan
Konselor akan membantu konseli untuk membuat skala kecemasan untuk mengukur tingkat
kecemasannya.
Tahap 3: Relaksasi
Konselor akan mengajarkan konseli teknik relaksasi untuk membantunya tetap rileks selama
proses konseling.
Tahap 4: Eksposi
Konselor akan membimbing konseli untuk membayangkan situasi yang membuatnya cemas
secara bertahap, mulai dari situasi yang paling tidak membuat cemas hingga situasi yang
paling membuat cemas.
Tahap 5: Evaluasi
Konselor akan mengevaluasi hasil konseling untuk mengetahui apakah tujuan konseling
telah tercapai.
Teknik desensitisasi sistematis dapat dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan
konseli. Misalnya, konselor dapat menggunakan teknik visualisasi atau teknik imaginal
untuk membantu konseli membayangkan situasi yang membuatnya cemas.

Kelebihan dan Kelemahan Teori Konseling Behavioristik


Kelebihan:
• Efektif dalam mengubah perilaku
Konseling behavioristik telah terbukti efektif dalam mengubah perilaku konseli.
Teknik-teknik konseling behavioristik yang tepat dapat membantu konseli untuk
mengubah perilakunya yang maladaptif menjadi perilaku yang lebih adaptif.
• Mudah diterapkan
Teknik-teknik konseling behavioristik relatif mudah diterapkan oleh konselor. Teknik-
teknik ini dapat dipelajari dan diterapkan dengan pelatihan yang relatif singkat.
• Didasarkan pada teori yang telah teruji secara empiris
Teori belajar behavioristik telah teruji secara empiris melalui berbagai penelitian. Hal
ini memberikan dasar yang kuat bagi konseling behavioristik untuk digunakan dalam
membantu konseli.
Kelemahan:
• Tidak memperhatikan aspek kognitif dan afektif konseli
Konseling behavioristik hanya berfokus pada perubahan perilaku konseli. Pendekatan
ini tidak memperhatikan aspek kognitif dan afektif konseli, seperti keyakinan, emosi,
dan motivasi.
• Dapat dianggap terlalu kaku dan mekanis
Konseling behavioristik sering dianggap terlalu kaku dan mekanis. Pendekatan ini
dianggap kurang memperhatikan aspek manusiawi konseling.

Bab 4 Penutup
Kesimpulan
Konseling behavioristik adalah pendekatan konseling yang berfokus pada perubahan
perilaku konseli. Pendekatan ini didasarkan pada teori belajar behavioristik yang
menyatakan bahwa perilaku manusia dapat dipelajari dan diubah melalui proses belajar.
Konseling behavioristik memiliki beberapa kelebihan, seperti efektif dalam mengubah
perilaku, mudah diterapkan, dan didasarkan pada teori yang telah teruji secara empiris.
Namun, konseling behavioristik juga memiliki beberapa kelemahan, seperti tidak
memperhatikan aspek kognitif dan afektif konseli, serta dapat dianggap terlalu kaku dan
mekanis.
Dalam penerapannya, konselor perlu memperhatikan kelebihan dan kelemahan konseling
behavioristik. Konselor perlu menggunakan teknik-teknik konseling behavioristik yang
tepat untuk mengatasi masalah konseli. Selain itu, konselor juga perlu memperhatikan aspek
kognitif dan afektif konseli untuk mencapai hasil konseling yang optimal.
Saran
Konseling behavioristik dapat menjadi salah satu pendekatan konseling yang efektif untuk
membantu konseli. Namun, konselor perlu memperhatikan kelebihan dan kelemahan
konseling behavioristik dalam penerapannya.
Berikut adalah beberapa saran untuk konselor dalam menerapkan konseling behavioristik:
• Gunakan teknik-teknik konseling behavioristik yang tepat
Konselor perlu memilih teknik-teknik konseling behavioristik yang tepat untuk
mengatasi masalah konseli. Misalnya, teknik pembiasaan dapat digunakan untuk
membantu konseli belajar perilaku baru, sedangkan teknik modeling dapat digunakan
untuk membantu konseli belajar perilaku dari orang lain.
• Pertimbangkan aspek kognitif dan afektif konseli
Selain berfokus pada perubahan perilaku, konselor juga perlu memperhatikan aspek
kognitif dan afektif konseli. Misalnya, konselor dapat membantu konseli untuk
mengubah keyakinannya yang negatif tentang dirinya sendiri.
• Terapkan konseling behavioristik secara fleksibel
Konseling behavioristik dapat diterapkan secara fleksibel untuk disesuaikan dengan
kebutuhan konseli. Misalnya, konselor dapat menggunakan teknik-teknik konseling
behavioristik yang berbeda untuk konseli yang berbeda.
Dengan menerapkan saran-saran tersebut, konselor dapat menggunakan konseling
behavioristik secara efektif untuk membantu konseli mencapai tujuan konselingnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Skinner, B. F. (1953). Science and Human Behavior. New York, NY: Free Press.

Watson, J. B. (1913). Psychology as the Behaviorist Views It. Psychological Review, 20(2),
158-177.

Corey, G. (2017). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Boston, MA:
Cengage Learning.

Kazdin, A. E. (2008). The Kazdin Method for Parenting the Defiant Child. Boston, MA:
Houghton Mifflin Harcourt.

Lazarus, A. A. (1971). Behavior Therapy and Beyond. New York, NY: McGraw-Hill.

Meichenbaum, D. (1977). Cognitive-Behavior Modification: An Integrative Approach. New


York, NY: Springer.

Miltenberger, R. G. (2015). Behavior Modification: Principles and Procedures. Boston, MA:


Cengage Learning.

Thoresen, C. E. (1974). Counseling: Psychological Science Applied to Teaching. Monterey,


CA: Brooks/Cole.

Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological


Processes. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Anda mungkin juga menyukai