TERAPI BEHAVIORAL
Pengertian Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia , yang dikembangkan
oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika sebagai reaksi psikodinamika. Prespektif
behavioral ini berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar
mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya di tentukan oleh aturan-aturan,
bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa
eksperimen yang dikendalikan secara cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah
laku.
Nye (1975), dalam pembahasannya tentang behaviorisme radikal-nya B.F.Skinner, menyebutkan bahwa para
behavioris radikal menekankan manusia sebagai dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pendirian
deterministik mereka yang kuat berkaitan erat dengan komitmen terhadap pencarian pola-pola tingkah laku
yang diamati. Mereka menjabarkan melalui rincian spesifik berbagai faktor yang dapat diamati yang
mempengaruhi belajar serta membuat argument bahwa manusia dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan eksternal.
Pada dasarnya, terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan
tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan, tentang
tujuan-tujuan treatment dispesifikasi.karena tingkah laku yang dituju sangat jelas, tujuan-tujuan treatment
dirinci dan metode-metode terapeutik diterangkan, maka hasil-hasil terapi menjadi dapat dievaluasi. Terapi
tingkah laku menekankan evaluasi atas keefektifan teknik-teknik yang digunakan, maka evolusi dan perbaikan
yang berkesinambungan atas prosedur-prosedur treatment menandai proses terapeutik
Tujuan Konseling Behavioral
Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang di antaranya :
1. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
2. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
3. Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari
4. Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari
respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
5. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan.
6. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan
konselor.
Tahap-tahap Konseling Behavioral
1) Tahap Penilaian (Assesmen)
Yaitu tahapan yang mensyaratkan konselor mampu untuk memahami karakteristik klien beserta
permasalahannya secara utuh (mencakup aktivitas nyata, perasaan, nilai-nilai dan pemikirannya). Sehubungan
dengan hal ini, maka konselor harus terampil dalam mengumpulkan berbagai informasi/data klien, instrumen
yang digunakan dan sumber data yang valid.
2) Tahap Penetapan tujuan (Goal setting)
Yaitu antara konselor dan klien menetapkan tujuan konseling berdasarkan analisis dari berbagai informasi/data.
Dalam tahap ini telah disepakati kriteria perubahan tingkah laku yang perlu dilakukan klien dalam rangka
memecahkan masalahnya.
1
mempopulerkan teori bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran,
sedangkan alam kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tenagh laut. Sebagian
besar gunung es yang berbenam itu diibaratkan alam ketidaksadaran manusia, atau motif tak sadar
mengendalikan sebagian besar perilaku.
Menurut pandangan psikoanalisis, struktur kepribadian terdiri atas id,ego, dan super ego.
Id merupakan komponen kepribadian yang dikendalikan oleh prinsip kesenangan yang tujuannya untuk
mengurangi ketegangan, menghindari penderitaan, dan mendapatkan kesenangan, maka id adalah tidak
rasional, tidak bermoral, dan didorong oleh satu pertimbangan demi terpenuhinya kepuasan kebutuhan yang
bersifat insting sesuai dengan prinsip kesenangan.
Ego bertugas sebagai pelaksana, sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan
dengan dunia. Ego berperan sebagai eksekutif yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur kepribadian.
Dibawah perintah prinsip realitas, ego berpikir secara logis dan realitas serta memformulasikan rencana
tindakan demi pemuasan kebutuhan.
Supr ego merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah-benar, boleh-tidak sesuatu dilakukan oleh dorogan
ego. Fungsinya adalah sebagai wadah impuls id, terutama dorongan seksual dan agresivitas yang bertentangan
dengan moral dan agama
Freud juga menekankan peran naluri-naluri. Segenap naluri bersifat bawaan dan biologis. Freud menekankan
peran naluri-naluri. Seksual dan impuls-impuls agresif ia melihat tingkah laku sebagai dideterminasi oleh hasrat
memperoleh kesenangan dan menghindari kesakitan.
Tujuan Konseling Psikoanalisis
1. Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada mekanisme penyesuaian diri
mereka sendiri
2. Membantu konseli membuat hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari
3. Membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tak disadari
menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman
masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata, disikusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga
kepribadian klien bisa direkonstruksi lagi.
Langka-langka Konseling Psikoanalisis
1) Menciptakan hubungan kerja dengan klien
2) Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan transferensi.
3) Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya
4) Pengembangan reesitensi untuk pemahaman diri
5) Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
6) Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
7) Menutup wawancara konseling
Teknik-teknik Konseling Psikoanalisis
1. Asosiasi bebas
Yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan
pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien
diminta mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalah agar klien
mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman
traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga katarsis.
2. Analisis mimpi
Klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk
menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses
terjadinya mimpi adalah karena pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak
pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan
keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari.
3. Interpretasi
Yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi,
resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna
perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
4. Analisis resistensi
Resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan
terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
5. Analisis transferensi
Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan
untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian,
kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa
membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar
bisa terungkap tranferensi tersebut.
TERAPI REALITAS
Pendiri terapi Realitas adalah William Glasser. Ia lahir tahun 1925. Terapi Realitas lebih menekankan masa
kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang
paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.
Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu
klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri
ataupun orang lain.
Terapi realitas adalah suatu bentuk modifikasi tingkah laku karena, dalam penerapan-penerapan institusional,
merupakan tipe pengkondisian operan yang tidak ketat. Sebab mengapa glasser meraih popularitas adalah
keberhasilannya dalam menerjemahkan sejumlah konsep modifikasi tingkah laku ke dalam model praktek yang
relatif sederhana dan tidak berbelit-belit
Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental.
Terapi Realitas, yang menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu
orang-orang dalam mencapai suatu identitas keberhasilan, dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling,
pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lembaga, dan perkembangan masyarakat.
Tujuan Konseling Realitas
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku
dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan
kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan
menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
Tahap-tahap Konseling Realitas
1) Penciptaan hubungan baik
2) Identifikasi keinginan saat ini
3) Identifikasi dan evaluasi tingkah laku saat ini
4) Perencanaan tingkah laku yang bertanggung jawab
5) Terminasi dan Tindak-Lanjut
Teknik-teknik Konseling realitas
1. Terlibat pada permainan peran dengan klien
2. Menggunakan humor
3. Mengonfrontasikan klien dan menolak dalil apapun
4. Membantu klien dengan merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan
5. Bertindak sebagai model dan guru
6. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan
tingkah lakunya yang tidak realistis;
8. Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif
TERAPI GESALT
Konseling gestalt (Gestalt Therapy)dikembangkan oleh Federick Perls yang kemudian lebih dikenal dengan
nama Fritz Perls. Terapi gestalt berfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini dan
sekarang dengan memadukan bagian-bagian yang terpecah dan tak diketahui.
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah
hidupnya secara efektif. Terapi Gestalt pada dasarnya noninterpretatif dan sedapat mungkin, klien
menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka menciptakan pernyataan-pernyataannya sendiri, dan menemukan
sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan disini dan sekarang terhadap urusan
yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien
lambat laun bisa memperluas kesadarannya.
Bagi perls, tidak ada yang ada kecuali sekaranh . karena masa lampau telah pergi dan masa depan belum
dating, maka saat sekaranglah yang penting. Salah satu sumbangan utama dari terapi Gestalt adalah penekankan
pada di sini dan sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang. Berfokus
pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari tindakan mengalami saat sekarang
sepenuhnya .
Tujuan Konseling Gestalt
1. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta
mendapatkan insight secara penuh.
2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri
(to be true to himself)
5
4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua
situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
Tahap-tahap Konseling Gestalt
Joyce dan sill (2001) mengatakan bahwa proses konseling gestalt terjadi dalam tahapan tertentu yang fleksibel.
Tahap-tahap tersebut yaitu :
1) Tahap pertama (the beginning phase).
Konselor menggunakan metode fenomenologi untuk meningkatkan kesadaran konseli, menciptakan hubungan
dialogis mendorong keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan
dukungan pribadi ( personal Support) dan lingkungannya (Joyce & sill 2001 dalam safari 2005, p. 84-85)
Secara garis besar proses yang dilalui dalam konseling tahap pertama adalah:
Menciptakan tempat yang aman dan nyaman (safe container) untuk proses konseling.
Mengembangkan hubungan kolaboratif ( working alliance).
Mengumpulkan data, pengalaman konseli, dan keseluruhan gambaran kepribadiannya dengan menggunakan
pendekatan fenomenologis.
Meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab pribadi konseli.
Membangun sebuah hubungan yang dialogis.
Membuat prioritas dan kesimpulan diagnosis terhadap konseli.
2) Tahap kedua (clearing the ground)
Pada tahap ini proses konseling berlanjut pada strategi-setrategi yang lebih spesifik. Konselor mengeksplorasi
berbagai introyeksi, berbagai modifikasi kontak yang dilakukan dan unfinished business. Disini peran konselor
adalah secara berkelanjutan mendorong dan membangkitkan keberanian konseli mengungkapkan ekspresi
pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka untuk meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi dan
memahami unfinished business.
3) Tahap ketiga ( the existensial encounter)
Pada tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dengan mengeksplorasi masalahnya secara
mendalam dan membuat perubahan-perubahan secara signifikan. Tahap ini merupakan fase tersulit karena pada
saat ini konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri, ketidakpastian dan ketakutan-ketakutan yang
selama ini terpendam dalam diri. Selain itu, konseli menghadapi perasaan terancam yang kuat disertai dengan
perasaan kehilangan harapan untuk hidup yang lebih mapan. Pada fase ini konselor memberikan dukungan dan
motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu menghadapi masalahnya ( joyce
& Sill 2001 dalam safari 2002, p. 86-87).
4) Tahap keempat ( integration)
Pada tahap ini konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai
mengintegrasikan keseluruhan diri( self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru. Konseli
telah mampu menerima ketidakpastian, kecemasan dan ketakutannya serta menerima tanggung jawab atas
kehidupannya sendiri. Tahap ini terdiri dari beberapa langkah, diantaranya :
1) Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman baru dan insight baru.
2) Memfokuskan pada pembuatan kontrak relasi yang memuaskan.
3) Berhubungan dengan masyarakat dan komonitas secara luas. Menerima ketidak pastian dan kecemasan yang
dapat menghasilkan makna makna baru.
4) Menerima tanggungjawab untuk hidup (joyce & Sill 2001 dalam Safaria 2005, p. 88).
Misalnya :
Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu
Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu.
Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan
perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
7. Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau
menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering
terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal
yang diproyeksikan kepada orang lain.
8. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang
mendasarinya.Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan
perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran ekshibisionis bagi klien
pemalu yang berlebihan.
9. Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan
atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang
ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan
yang tidak menyenangkan.Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau
kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam
tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup
hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan
keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
TERAPI RASIONAL-EMOTIF
Rational Emotive Therapy adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan
dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia
memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan,
mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga
memiliki kecenderungan-kecenderungan ocial menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat,
menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela
diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. RET menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi,
dan bertindak secara simultan . larang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan- perasaan biasanya
dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik.
Menurut Elis, manusia bukanlah mahluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh nalurinaluri. Ia melihat individu sebagai mahluk unik dan memiliki kekuatan untuk memahami keterbatasanketerbatasan, untuk mengubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara
tidak kritis pada masa kanak-kanak, dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderunagan menolak diri sendiri.
Teori A-B-C tentang kepribadian
Teori abc tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek terapi rasional emotif
Yang dimaksud teori abc adalah
8
a. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu
yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi
siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
b. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.
Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau Rb) dan keyakinan
yang tidak rasional (irrasional belief atau Ib). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system
keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional
merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu
tidak produktif.
c. Emotional consequence merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk
perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk
keyakinan (B) baik yang Rb maupun yang Ib.
Contoh: jika seorang mengalami depresi sesudah perceraian, bukan perceraian itu sendiri yang menjadi
penyebab timbulnya reaksi depresif,melainkan keyainan orang itu tentang perceraian sebagai
kegagalan,penolakan atau kehilangan teman hidup.
Tujuan konseling RET
Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam Rational Emotive Therapy (RET) yang
diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu : meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan
membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih ocial en. Tujuan psikoterapis yang lebih baik
adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber
utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka
Ringkasnya, proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada
dasarnya adalah makhluk rasional ocial ent sumber ketidakbahagiaannya adalah irasionalitas, maka individu
bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi, karenanya sebagian besar adalah
proses belajar-mengajar
Langka-langka konseling RET
1. Langkah pertama
Konselor berusaha menunjukkan bahwa cara berfikir klien harus logis kemudian membantu bagaimana dan
mengapa klien sampai pada cara seperti itu, menunjukkan pola hubungan antara pikiran logis dan perasaan
yang tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang di alami nya.
2. Langkah kedua
Menunjukkan kepada klien bahwa jika ia mempertahankan perilakunya maka ia akan terganggu dengan cara
berpikirnya yang tidak logis inilah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang di rasakan.
3. Langkah ketiga
Bertujuan mengubah cara berfikir klien dengan membuang cara berfikir yang tidak logis
4. Langkah keempat
Dalam hal ini konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata
Teknik-teknik Konseling RET
Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus
9
menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat
pendisiplinan diri klien.
b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan ocial e) melalui suatu
suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri
melalui peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi
dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negative.
Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ocial tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Eknik ini dimaksudkan untuk membongkar ocial nilai dan
keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan ocial nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan ocial nilai yang
diharapkan kepadanya.
b. Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat
hidup dalam suatu model ocial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan
menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam ocial model ocial dengan masalah tertentu
yang telah disiapkan oleh konselor.
Teknik-teknik Kognitif
a. Home work ocial ent ,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan
menginternalisasikan ocial nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan
perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk
mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang
diberikan
Pelaksanaan home work ocial ent yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap
muka dengan konselor
Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada
diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya
kepada konselor.
b. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang
diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model ocial.
Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal
yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak
asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan
kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku
asertif yang cocok untuk diri sendiri.
PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK
Psikologi eksisensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Terutama suatu sikap yang menekankan pada
pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempegaruhi klien.
10
Konsep-konsep utama dari pendekatan eksistensial yang membentuk landasan bagi praktek terapeutik
Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata
yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang , maka semakin besar pula kebebasannya untuk memilih
altrnatif-alternatif.
Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan tanggung jawab.
Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
Manusia bukanlah bidak dari kekuatan-kekuatan yang deterministic dari pengondisian
Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar
pada manusia.
Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak
terhindarkan untuk mati (Nonbeing)
Penciptaan Makna
Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna
bagi kehidupan.
Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna.
Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri, yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya.
Apabila gagal mengaktualisasikan dirinya, maka ia bisa menjadi sakit.
Tujuan konseling Eksistensial-Humanistik
Membantu individu agar mampu bertindak, menerima kebebasan dan tanggung jawab untuk tindakantindakannya. Terutama, berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan
kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan
menjadi sadar atas keberadaannya dan potensi-potensiserta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak
berdasarkan kemampuannya.
Meluaskan kesadaran diri klien, dan meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan tanggung
jawab atas arah hidupnya. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi
terapi.
Penerapan : Teknik dan Prosedur terapeutik
Dalam buku Gerald Corey (1988:63), Pendekatan eksistensial humanistic tidak memiliki tekik teknik yang
ditentukan secara ketat. Prosedur prosedur terapeutik bisa diambil dari beberapa pendekatan terapi lainnya.
Metode-metode yang berasal dari terapi Gestah dan Analisis Transaksional sering digunakan, dan sejumlah
prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksistensial humanistik.
Tema-tema dan dalil-dalil utama eksistensial : penerapan-penerapan pada praktek terapi
Dalil 1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi
11
sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas manusia.
Kesadaran diri membedakan manusia dengan makhluk-makluk lain. Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran
diri seseorang, maka ia semakin hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan
kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Peningkatan kesadaran diri
yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, factor-faktor yang membentuk pribadi,
dan atas tujuan tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling.
Dalil 2 : Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah mahluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih di
antara alternatif alternatif. Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, keinginan dan
putusan pada pusat keberadaan manusia. Tugas terapis adalah membantu kliennya dalam menemukan cara-cara
klien sama sekali menghindari penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien itu untuk belajar menanggung
resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
Dalil 3 : Keterpusatan dari kebutuhan akan orang lain
Kita masing-masing memiliki kebutuhan yang kuat untuk menemukan suatu diri, yakni menemukan identitas
pribadi kita. Kita membutuhkan hubungan dengan keberadaan-keberadaan yang lain. Kita harus memberikan
diri kita kepada orang lain dan terlibat dengan mereka.
Keberanian untuk ada
Usaha menemukan inti dan belajar bagaimana hidup dari dalam memerlukan keberanian. Kita berjuang untuk
menemukan, untuk menciptakan, dan untuk memelihara inti dari ada kita.
Pengalaman kesendirian
Bahwa kita memikul tanggung jawab atas pilihan-pilihan kita berikut hasil-hasilnya, bahwa komunikasi total
dari individu yang satu dengan individu yang lainnya tidak pernah bisa dicapai, bahwa kita adalah individuindividu yang terpisah dari orang lain, dan bahwa kita adalah unik.
Pengalaman keberhubungan
Bahwa kita bergantung pada hubungan dengan orang lain untuk kemanusiaan kita, dan kita memiliki kebutuhan
untuk menjadi orang yang berarti dalam dunia orang lain, yang mana kehadiran orang lain penting dalam dunia
kita, dan kita memperbolehkan orang lain memiliki arti dalam dunia kita, maka kita mengalami keberhubungan
yang bermakna.
Dalil 4 : Pencarian makna
Terapi eksistensial bisa menyediakan kerangka konseptual untuk membantu klien dalam usahanya mencari
makna hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri.
Masalah penyisihan nilai-nilai lama
Nilai nilai tradisional (dan nilai nilai yang dialihkan kepada seseorang) tanpa disertai penemuan nilai nilai
lain yang sesuai untuk menggantikannya.
Belajar untuk menemukan maknadalam hidup
Hidup tidak memiliki makna dengan sendirinya, manusialah yang harus menciptakan dan menemukan makna
hidup itu. Tugas proses terapeutik adalah menghadapi masalah ketidakbermaknaan dan membantu klien dalam
membuat makna dari dunia yang kacau.
Pandangan eksistensial tentang psikopatologi
Adanya konsep psikopatologi yang menyatakan tentang dosa eksistensial yang timbul dari perasaan tidak
lengkap atau dari kesadaran seseorang bahwa tindakan-tindakan dan pilihan-pilihannya tidak bisa menyatakan
potensi-potensinya secara penuh sebagai pribadi.
Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia
bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan.
Kecemasan sebagai sumber pertumbuhan
Kita mengalami kecemasan dengan meningkatnyakesadaran kita atas kebebasan dan atas konsekuensikonsekuensi dari penerimaan ataupun penolakan kebebasan kita itu.
Pelarian dari kecemasan
12
Suatu fungsi dari penerimaan kita atas kesendirian dan, meskipun kita bisa menemukan hubungan yang
bermakna dengan orang lain, kita pada dasarnya tetap sendirian.
Implikasi-implikasi konseling bagi kecemasan
Membantu klien untuk menyadari bahwa belajar menoleransi keberdwiartian dan ketidaktentuan serta belajar
bagaimana hidup tanpa sandaran dapat merupakan fase yang penting dalam perjalanan dari hidup yang
bergantung kepada menjadi pribadiyang lebih otonom.
Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan non ada
Para eksistensialis tidak memandang kematian secara negative, dan mengungkapkan bahwa hidup memiliki
makna karena memiliki keterbatasan waktu. Karena kita bersifat lahiriah, bagaimanapun, kematian menjadi
pendesak bagi kita agar menganggap hidup dengan serius. Ketakuatan terhadap kamatian membayangi mereka
yang takut mengulurkan tangan dan benar benar merangkul kehidupan.
Dalil 7 : Perjuangan untuk aktualisasi diri
Setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk menjadi seorang pribadi, yakni mereka memiliki kecenderungan
kearah pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi
potensi potensinya secara penuh. Jika seseorang mampu untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya
sebagai pribadi, maka ia akan mengalami kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia, sebab
demikianlah alam mengharapkan mereka berbuat.
PENDEKATAN CLIENT-CENTERED
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya
keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pendekatan client-centered adalah cabang dari terapi
humanistik yang menggarisbawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya .
Pendekatan client-centered menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan
terapi dan klien merupakan katalisator bagi perubahan.
Pendekatan client-centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungan-kecenderungan
negatif dasar. Ia memandang tersosialisasi dan bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta
memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Individu memiliki kesanggupan yang inheren untuk
menjauhi maladjustment menulu keadaan psikologis yang sehat.
Pendekatan client-centered difokuskan pada kenyataan secara lebih penuh, yang paling mengetahui dirinya
sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Pribadi yang
kontruktif yaitu yang bersikap menerima dan empatik yang bertindak sebagai agen perubahan terapeutik bagi
klien. Suatu cara ada dan sebagai perjalanan bersama di mana baik terapis maupun klien memperlibatkan
kemanusiawiannya dan berpartisipasi dalam pengalaman pertumbuhan.
Tujuan Konseling Client-Centered
Menurut Rogers (1961), pertanyan Siapa Saya? mengantarkan kebanyakan orang kepada psikoterapi. Mereka
tampaknya bertanya: Bagaimana saya bisa menemukan diri nyata saya? Bagaimana saya bisa menjadi apa yang
sangat saya inginkan? Bagaimana saya bisa memahami apa yang ada dibalik dinding saya dan menjadi diri
sendiri?.
Tujuan dasar terapi client-centered adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk
menjadi pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai terapeutik tersebut, terapis perlu mengusahakan agar
klien bisa memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang dikenakannya. Klien mengembangkan kepurapuraan dan bertopeng sebagai pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan oleh klien
13
menghambatnya untuk tampil utuh dihadapan orang lain dan, dalam usahanya menipu orang lain, ia menjadi
asing terhadap dirinya sendiri.
Apabila dinding itu runtuh selama proses terapeutik, orang macam apa yang muncul dari balik kepura-puraan
itu? Rogers menguraikan ciri-ciri orang yang bergerak kearah menjadi bertambah teraktualkan: keterbukaan
kepada pengalaman, kepercayaan terhadap organismenya sendiri, tempat evaluasi internal, dan kesediaan untuk
menjadi suatu proses. Terdapat beberapa tujuan pendekatan terapi Client Centered yaitu sebagai berikut :
a. Keterbukaan pada Pengalaman
Sebagai lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalamam menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap
kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
b. Kepercayaan pada Organisme Sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan
meningknya keterbukaan klien terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya
sendiri pun muali timbul.
c. Tempat Evaluasi Internal
Tempat evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yang berarti lebih banyak mencari jawabanjawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Orang semakin menaruh perhatian pada pusat
dirinya dari pada mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan universal dari
orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke
dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
d. Kesediaan untuk menjadi Satu Proses.
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian merupakan lawan dari konsep diri sebagai produk. Walaupun
klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari sejenis formula guna membangun keadaan berhasil dan
berbahagia, tapi mereka menjadi sadar bahwa peretumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para
klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya serta
membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.
Proses konseling Client-Centered
Proses-proses yang terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan Client Centered adalah sebagai
berikut :
1. Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
2. Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta menopang eksplorasi
diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya,
membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
3. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan
pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri.
4. Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain dan menjadi
orang yang berkembang penuh.
5. Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.
Teknik Konseling Client-Centered
Rumusan-rumusan yang lebih dini dari pandangan Rogers tentang psikoterapi memberi penekanan yang lebih
besar pada tekhnik-tekhnik. Perkembangan pendekatan Client-Centered disetai oleh peralihan dari penekanan
14
pada teknik-teknik terapeutik kepada penekanan pada kepribadian, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap
terapis, serta pada hubungan terapeutik. Hubungan terapeutik, yang selanjutnya menjadi variabel yang sangat
penting, tidak identik dengan apa yang dikatakan atau yang dilakukan oleh terapis. Dalam kerangka ClientCentered, teknik-tekniknya adalah pengungkapkan dan pengomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian,
serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan,
merasakan, dan mengeksplorasi. Menurut pandangan pendekatan Client-Centered, penggunaan teknik-teknik
sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasikan hubungan terapis klien.
ANALISIS TRANSAKSIONAL
Analisis Transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual,
tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok.AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain dalam
arti ia adalah suatu terapi kontraktual dan desisional. Analisisn Transaksional melibatkan suatu kontrak yang
dibuat oleh klien yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arti proses terapi, juga berfokus pada
putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusanputusan baru.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenan dengan
analisis structural dan transaksional. Teori Berne menggunakan beberapa kata utama dan menyajikan suatu
kerangka yang bisa dimengerti dan dipelajari dengan mudah. Kata-kata utamanya adalah orang tua, orang
dewasa, anak, putusan ulang, permainan, skenario, pemerasan, dicampuri, pengabaian, dan cirri khas.
AT berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang mampu memahami putusan-putusan masa lampau dan
bahwa orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang.
Tujuan Konseling Analisia Transaksional
Tujuan dasar analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan putusan baru yang
menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan
putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara cara hidup yang mandul dan
diterministi
Harris (1967, hlm. 82) melihar tujuan AT untuk membantu individu agar memiliki kebebasan memilih,
kebebasan mengubah keinginan, kebebasan mengubah respon-respon terhadap stimulus-stimulus yang lazim
maupun yang baru.
Prosedur- prosedur Terapeutik
Dalam konseling yang menggunakan pendekatan analisis transaksional, digunakan teknik-teknik tertentu.
a. Analisis Struktur (Structural Analysis)
Analisis struktur sebagai alat yang dapat membantu klien agar menjadi sadar atas isi dan fungsi ego orang tua,
dewasa, dan anak yang dimilikinya. Analisis structural membantu klien dalam mengubah pola-pola yang
dirasakan menghambat. Ia juga membantu dalam menemukan perwakilan ego yang mana menjadi landasan
tingkah lakunya. Dengan hal tersebut maka, klien bisa memperhitungkan pilihan-pilihannya.
Terdapat dua tipe masalah yang berkaitan dengan struktur kepribadian yang dapat diselidiki dengan analisis
structural:
15
1. Pencemaran, terjadi apabila isi perwakilan ego yang satu bercampur dengan isi perwakilan ego yang lainnya.
Misalnya: ego orang tua terhadap ego dewasa yang menembus batas ego dewasa dan mencampuri pemikiran
dan fungsinya. Hal-hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan, al: jangan bergaul dengan orangorang yang bukan berasal dari kalangan kita
2. Penyisihan (eksklusi), ketika ego anak yang tersisih bisa merintangi ego orang tua, atau apabila ego orang
tua yang tersisih meringtangi ego anak. Penyisihan meliputi:
b. Metode-metode didaktif
Karena AT menekankan domain kognitif, prosedur-prosedur beliau menganjar menjadi prosedur-prosedur dasar
bagi AT. Para anggota kelompok AT diharapkan sepenuhnya mengenai analisis struktural denagn menguasai
landasan-landasan perwakilan ego.
c. Analisis Transaksional
Suatu penjabaran yang dilakukan oleh orang-orang terhadap satu sama lain. Ketika pesan-pesan disampaikan,
diharapkan ada respon, ada tiga tipe transaksi :
Komplementer : suatu pesan yang disampaikan oleh satuan perwakilan ego seseorang memperoleh respon
yang diprakirakan dari perwakilan ego seseorang yang lainnya
Menyilang : terjadi apabila respon yang tidak diharapkan diberikan kepada suatu pesan yang disampaikan
oleh seseorang
Terselubung : suatu transaksi yang kompleks, terjadi apabila lebih dari satu perwakilan ego terliba serta
seseorang menyampaikan pesan terselubung kepada seseorang yang lainnya
d. Kursi kosong
Alat yang efektif untuk membantu klien dalam memecahkan konflik-konflik masa lampau dengan orang tuanya
atau dengan orang lain yang ada di lingkungan tempat dia dibesarkan.
e. Permainan peran
Permainan yang menonjolkan gaya-gaya khas dari ego orang tuayang konstan, ego orang dewasa yang konstan,
dan ego anak yang konstan, atau permainan-permainan tertentu agar memungkinkan klien memperoleh umpan
balik tentang tingkah laku sekarang dalam kelompok.
f. Percontohan keluarga
Klien menjadi sutradara, produser, dan aktor. Dia menetapkan situasi dan menggunakan para anggota kelompok
sebagai pemeran para anggota keluarga serta menempatkan mereka pada situasi yang dibayangkan. Diskusi,
tindakan dan evaluasi selanjutnya bisa mempertinggi kesadaran tentang suatu situasi yang spesifik dan maknamakna pribadi yang masih berlaku pada klien.
g. Analisis permainan dan ketegangan
Berne (1964, hlm. 48) menjabarkan permainan sebagai rangkaian transaksi terselubung komplementer yang
terus berlangsung menuju hasi yang didefinisikan dengan baik dan dapat diperkirakan hasil dari kebanyakan
permainan adalah perasaan tidak enak yang dialami oleh pemain. Penting bagi terapis untuk mengamati dan
memahami mengapa permainan-permainan dimainkan, dan skenario-skenario hidup adalah suatu proses yang
penting dalam terapi AT
16
h. Analisis skenario
Membuka alternatif-alternatif baru yang menjadikan orang bisa memilih sehingga dia tidak lagi merasa dipaksa
memainkan permainan-permainan mengumpulkan perasaan-perasaan untuk membenarkari tindakan tentang
yang dilaksanakan menurut plot skenario.
Analisis skenario bisa dilaksanakan dengan menggunakan suatu daftar skenario yang berkaitan dengan posisiposisi hidup, penipuan-penipuan, permainan-permainan yang kesemuanya merupakan kompunen-komponen
fungsional utama pada scenario kehidupan manusia
Teknik perilaku (Attending) , yaitu sikap seorang konselor dalam menyambut klien :
Klien : Assalamualaikum , Permisi
selor: (ekspressi senyum ramah , menyambut klien) Waalaikumsalam , Ada yang bisa saya bantu
Dik..?.
Klien : Ini kak , Saya mencari Kak Agung , Apa kakak tahu yang mana Kak Agung.
Konselor : (sambil tersenyum) Ohh , Ini saya Dik yang kamu cari.
Klien : Alhamdulillah , Kalau begitu syukurlah saya bisa menemukan Kakak.
elor : Kalau begitu , Mari silahkan duduk Dik...!. (sambil membungkukkan badan dan
mempersilahkan klien duduk).
Klien : Ohh...iya Kak , Terima kasih.
2.
selor : (Duduk dan mendekatkan posisi duduk ke klien) Ada apa Dik mencari kakak , Ada sesuatu yang
ingin Adik ceritakan ke saya...? (pertanyaan terbuka)
Klien : Begini Kak , Saya ingin menceritakan masalah yang sedang saya alami. Saya ingin
menceritakannya kepada Kakak.
selor : Boleh kakak tahu , Apakah permasalahan yang Adik alami...?. (pertanyaan terbuka)
en : Begini kak , 2 minggu yang lalu saya ketahuan membolos dari sekolah oleh orangtua saya.
Kemudian saat di rumah saya dimarahi oleh orangtua saya , Mereka menanyakan mengapa saya
membolos dari sekolah. Saya sangat takut kak , Akhirnya saya jujur kepada mereka bahwa saya
memang membolos dan saya katakan bahwa penyebab saya membolos adalah karena guru
saya cara yang mengajar sangat tidak enak sehingga saya membolos sekolah dan ketahuan.
Saya takut kak.
3.
4.
Pertanyaan tertutup , yaitu pertanyaan pendek untuk mendapatkan informasi dari klien
secara pasti.
elor : Sudah berapa kali Adik membolos dalam 1 minggu terakhir ini ? (teknik pertanyaan tertutup)
Klien : Sudah dua kali Kak.
5.
Menjernihkan , Teknik konselor dalam menjernihkan ucapan dan perasaan klien yang kurang
jelas dan meragukan.
en : Saya benar-benar takut kak , Saya takut dimarahi sama orangtua...saya takut...saya sangat takut
Kak ?. (mimik muka ketakutan)
elor : Kakak kurang mengerti tentang perasaan takut Adik , Coba Adik jelaskan maksud dari ketakutan
Adik itu ?. (Claryfying)
: Saya sangat takut kalau sedandainya nanti orangtua saya bakal memberhentikan saya sekolah
kak , Memotong uang belanja saya , Dan saya sangat takut kak saya tidak akan diperbolehkan
lagi bergaul dengan teman-teman saya.
elor : Sekarang apa coba Adik jelaskan apa yang Adik rasakan dari peristiwa yang Adik alami ?.
(Claryfying)
6.
Klien : Yang saya alami sekarang kak , Saya sangat takut saya merasa tidak memiliki arti , saya malu
kak... dan saya sangat tertekan sehingga saya sangat takut dan saya ingin lari dari masalah
yang saya alami ini kak.
or : Iya...iya (Dormin) , Kakak mengerti dan kakak sangat prihatin mendengarnya (dengan suara pelan
dan menyentuh) dan kakak sangat merasakan apa yang Adik rasakan saat ini. (Empati)
7.
Teknik Refleksi , adalah teknik memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan pikiran
dan pengalaman klien
lor : Tampaknya dari hasil pengamatan Kakak dalam eksplorasi masalah , Tampaknya semua hal yang
Adik ungkapkan kepada Kakak merupakan gambaran dari perasaan ketakutan Adik yang sangat
18
luar biasa karena Adik sangat takut kehilangan perhatian dan rasa sayang dari orangtua Adik.
(Teknik Refleksi)
Iya...Kak.
8.
Tahap penstrukturan , Karena menggunakan model konseling gestalt fase kedua dalam teori
ini adalah tahap penstrukturan kegiatan yang disepakati konselor dan klien.
elor: Baiklah sekarang Adik berada dalam proses konseling yang mana dalam proses ini kakak
mengharapkan kejujuran Adik dalam bercerita. Dalam proses konseling ini kakak mengharapkan
adanya Keterbukaan , Kejujuran , dan kakak akan menjaga semua kerahasiaan data yang adik
sampaikan kecuali jika Adik mengizinkan kakak untuk memberitahukannya kepada orang lain.
Adik sepakat dengan struktur ini ? (Penstrukturan)
Klien : Sepakat kak.
9.
elor : Baiklah sekarang kakak ingin bertanya kepada Adik , Bagaimana keadaan kelas tempat Adik
bersekolah ?. (leading)
Klien : Keadaan di kelas Adik tuh seperti keadaan kelas pada umumnya Kak tidak ada perbedaan
tetapi guru-guru yang mengajar di kelas sering membuat saya tidak nyaman kak sehingga saya
sering membolos dari sekolah.
10. Proyeksi , dalam model konseling gestalt teknik ini bertujuan untuk memantulkan perasaan
yang tidak ingin dilihatnya kepada orang lain.
elor : Sekarang , Kakak meminta Adik untuk mengungkapkan perasaan Adik selama ini kepada guru
yang membuat Adik tidak nyaman saat di kelas sehingga akhirnya membolos ? (proyeksi)
Klien : Saya bingung mengungkapkan perasaan saya kak...
lor : Kalau begitu , Coba Adik anggap kakak ini sekarang sebagai guru yang membuat adik tidak
nyaman di kelas... (Proyeksi)
Klien : (menarik nafas) Ibu... ibu tahu tidak bahwa saya sangat tertekan belajar dengan ibu , Saya
sangat muak dengan cara ibu mengajar yang hanya membentak saya , Menyuruh saya
mencatat buku , Tidak memberikan saya kebebasan dalam berpendapat , Dan selalu ingin
menang sendiri. Ibu tahu saya benar-benar muak melihat ibu sehingga saya selalu membolos
dari jam pelajaran ibu di kelas biar ibu memperhatikan perasaan saya di kelas.
Konselor : Ok...ok (dormin)
11. Fokus , Teknik dalam membantu klien memusatkan pada pokok yang dibahas.
selor : Sekarang , Kita telah mengetahui bagaimana perasaan Adik kepada guru yang membuat Adik
sering membolos dari sekolah sedangkan fokus permasalahan kita sekarang adalah perilaku
membols Adik. Mengenai tindakan membolos Adik , Apakah Adik merasa itu bagian dari tindakan
pelarian Adik atas rasa ketidakpuasan Adik pada guru di kelas ? (Teknik Fokus)
en : Iya... kak , Kalau mengingat guru itu saya benar-benar emosi dan terbawa suasana marah kak.
Saya memang merasakan tindakan saya membolos ini merupakan salah satu upaya pelarian
saya dari keadaan kelas yang tidak sesuai dengan harapan saya Kak.
19
elor : Iya kakak maklumi Adik memang terbawa suasana. Adik merasa bahwa tindakan membolos ini
memang sebagai pelarian dari suasana tidak menyenangkan di kelas. Adik sadar tidak
Bagaimana akibat dari tindakan membolos ini baik pada diri Adik maupun orangtua Adik ?
(Opened Question)
Klien : Iya Kak , Saya benar-benar menyadarinya bahkan saya mengalaminya sendiri kak sampai saya
benar-benar dimarahi sama orangtua dan juga tindakan saya yang membolos ini tidak
membawa perubahan apapun terhadap kondisi di kelas saya malah membolos membuat
hubungan saya dengan orangtua dan guru menjadi tegang Kak.
12. Konfrontasi , Teknik konselor yang membantu klien agar ia dapat ,melihat adanya perbedaan
antara perkataan dan perbuatan yang telah dilakukannya.
elor : Dari jawaban Adik tadi kakak mengetahui bahwa Adik sadar akibat yang timbul dari tindakan
membolos , Tetapi Kenapa tindakan membolos tetap Adik ambil sebagai jalan pelarian Adik atas
ketidaknyamanan Adik di kelas? (teknik konfrontasi)
Klien : Saya melakukan itu Kak agar saya dapat diperhatikan , Saya dapat didengar , dan Saya dapat
menyampaikan kepada guru tersebut bahwa cara mengajarnya banyak tidak disukai oleh siswa.
Kalau tidak melalui cara ini saya tidak tahu lagi harus menyampaikan dengan cara apa ?.
13. Menangkap pesan (paraphrasing) , Teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti
ungkapan klien dengan teliti dengan mengamati pesan utama dari pernyataan klien.
lor : Dari jawaban Adik seperti itu , Kakak dapat mengidentifikasikan bahwa Adik mengalami
kebingungan dalam menghadapi kondisi belajar yang tidak mengenakkan sehingga Adik memilih
untuk membolos agar dapat diperhatikan. Kalau menurut Adik Bagaimana ? (Teknik
Paraphrasing).
Klien : Benar Kak , Dan saya tahu tindakan membolos itu bukanlah tindakan yang tepat untuk diambil ,
Akan tetapi saya sudah benar-benar tidak merasa nyaman Kak diajar oleh guru tersebut
sehingga cara saya untuk melepaskan diri dari kepenatan pikiran saya ini ya... cara membolos
inilah Kak yang saya ambil.
14. Mengambil inisiatif , Teknik ini dilakukan apabila pada saat klien kurang bersemangat untuk
berbicara atau klien buntu dalam mengambil keputusan.
elor : Adik tidak perlu menyesal terlalu dalam begitu , yang terjadi dimasa lalu biarlah menjadi
kenangan dan pembelajaran yang terpenting adalah bagaimana Adik sekarang mampu
menyadari kesalahan Adik dan mau berubah. Yang harus dilakukan sekarang adalah Adik harus
menentukan tindakan-tindakan dan perilaku Adik dimasa yang akan datang sehingga kejadian
membolos ini tidak terulang lagi. (teknik mengambil inisiatif)
Klien : Saya sangat berterima kasih sama Kakak atas nasehatnya tadi , Tetapi disini saya bingung Kak
tindakan-tindakan apa yang harus saya ambil untuk mengatasi sikap membolos saya
15. Saya bertanggung jawab , Teknik ini bertujuan untuk melatih klien mengakui dan menerima
perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan kepada orang lain.
elor : Sekarang , Adik harus sadar bahwa penyebab Adik itu membolos dari sekolah bukanlah dari
faktor-faktor yang ada di luar diri Adik tetapi faktor-faktor itu datang dari dalam diri Adik sendiri.
Sehingga adik harus menyadari dulu dan memunculkan rasa tanggung jawab dari diri Adik.
: Iya Kak....
20
elor : Sekarang kakak ingin Adik menyebutkan kalimat Saya Bertanggung jawab.... dengan kalimat
akhir Adik yang menentukan sendiri Adik bertanggung jawab atas apa ?. (teknik saya
bertanggung jawab)
Klien : (menarik nafas) Saya bertanggung jawab atas perbuatan saya membolos dari sekolah dan saya
berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
16. Teknik kursi kosong , Teknik ini dalam konseling gestalt dinamakan permainan dialog dan
tujuan terapi ini adalah mengarahkan klien pada suatu posisi dimana ia berani mengambil resiko
di posisi tersebut.
elor : Sekarang , Adik anggap lagi kakak ini sebagai guru yang membuat Adik sering membolos. Coba
sekarang Adik ungkapkan perasaan Adik sekarang kepada guru tersebut saat ini. (Teknik kursi
kosong)
Klien : Ibu , Saya mohon maaf atas kesalahan saya membolos di jam pelajaran Ibu saya sangat
menyesal...menyesal sekali... tetapi saya meminta ibu tolong mengerti dan memahami saya
sebagai siswa ibu bukan hanya saya yang selalu terus selalu mengerti dan memahami ibu.
17. Teknik Interpretasi , interpretasi adalah teknik untuk mengulas pemikiran dan perasaan klien
berdasarkan teori bukan pandangan konselor
elor : Ok , Sekarang dari segala proses konseling yang telah kita lakukan Kakak mendapatkan
gambaran bahwa selama ini Adik mengalami masalah dikarenakan Adik melarikan diri dari
permasalahan yang Adik hadapi di kelas yaitu tidak mampu menyesuaikan diri dengan guru
yang mengajar di kelas Adik yang ternyata tidak sesuai dengan harapan Adik selama ini
terhadap sosok guru yang mengajar di dalam kelas. (teknik interpretasi)
Klien : Iya...Kak.
18. Teknik Memberi nasihat , Teknik ini dilakukan untuk memberikan nasihat kepada klien jika
klien meminta nasihat kepada konselor.
elor : Sekarang Adik sudah mengungkapkan perasaan Adik saat ini kepada guru tersebut.
en : Iya kak , Tetapi apa yang harus saya lakukan sekarang kak untuk mengatasi perilaku membolos
yang ada pada diri saya kak. (Teknik meminta nasihat)
elor : Sekarang saya akan memberikan beberapa pengarahan yang bisa Adik pilih untuk mengatasi
masalah membolos pada Adik. Adapun pengarahan saya antara lain :
a.
Adik coba untuk menjauhi lingkungan-lingkungan yang bisa memancing Adik untuk membolos.
Adik bisa memilih lingkungan-lingkungan yang lebih baik dan bisa menerima Adik sehingga bisa
mengurangi keinginan Adik untuk membolos.
b.
Adik coba untuk menyesuaikan diri Adik terhadap berbagai kondisi lingkungan yang ada
dihadapan Adik. Adik harus siap sebab kita tidak selamanya mendapatkan lingkungan yang
sesuai dengan keinginan kita kadang kita mendapatkan kondisi lingkungan yang tidak sesuai
dengan keinginan kita oleh karena itu dengan berlatih menghadapi berbagai kondisi lingkungan
sejak kecil akan membantu Adik di saat dewasa nanti.
c.
Adik harus menumbuhkan semangat juang di dalam diri dan harus mampu mengintrospeksi diri
Adik sendiri. Dengan mampu mengintrospeksi diri Adik sendiri membuat Adik tidak mudah
melimpahkan kesalahan atas apa yang terjadi pada diri Adik dari luar tetapi Adik mampu
mengkajinya dari dalam diri Adik sendiri sehingga Adik mampu memutuskan tindakan apa yang
21
tepat untuk dilakukan , Tidak lagi bingung sehingga mengambil tindakan yang salah seperti
yang Adik ambil sekarang yaitu membolos.
d.
Adik harus meningkatkan kemampuan komunikasi Adik , sebab dari penjelasan Adik atas
permasalahan yang timbul menyiratkan Adik kurang memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik kepada guru sehingga Adik tidak mampu mengungkapkan perasaan dan keinginan Adik
kepada guru tersebut sehingga guru tersebut tidak tahu bahwa Adik tidak suka dengan cara
mengajarnya dan ia tetap dengan cara mengajar yang tidak Adik sukai sehingga Adik semakin
tidak nyaman saat di kelas menyimak pelajarannya oleh karena itu kemampuan komunikasi Adik
harus benar-benar ditingkatkan.
elor : Saya rasa Adik cukup bijak untuk memilih salah satu solusi dari beberapa solusi yang kakak
arahkan karena Adik memiliki kebebasan memilih solusi penyelesaian didasarkan pada
perhitungan dan kelebihan yang telah Adik perhitungkan.
Klien : Iya Kak , Terima kasih atas nasehat dan arahan yang telah diberikan ke saya. Insya Allah saya
akan menjalankan arahan dari Kakak dan akan mencobanya untuk menyelesaikan masalah yang
saya hadapi sekarang. Semoga beberapa arahan yang Kakak berikan akan membantu saya
dalam mengatasi perilaku membolos saya kak.
19. Menyimpulkan sementara , Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil dari proses
konseling yang telah dijalankan.
elor : Iya saya sangat senang mendengarnya. Sekarang setelah proses wawancara konseling kita
selesai , Ada baiknya kita menarik beberapa kesimpulan agar proses konseling kita ini semakin
jelas. Hal-hal yang dapat saya simpulkan : pertama , Adik membolos dari sekolah karena cara
mengajar guru di kelas yang tidak membuat adik nyaman. Kedua , Adik mengetahui bahwa
tindakan membolos itu salah tetapi Adik tetap melakukannya karena tidak cara lain untuk
menyampaikan keinginan Adik kepada guru. Ketiga , Adik menyadari bahwa penyebab perilaku
membolos Adik tidak hanya datang dari luar tetapi dari dalam diri Adik yang terungkap melalui
beberapa teknik konseling yang kakak lakukan sehingga kakak dapat memberikan beberapa
arahan yang sesuai dengan permasalahan yang Adik hadapi. (Teknik menyimpulkan
sementara)
en : Iya Kak , Saya akan mengintrospeksi diri saya lagi dan akan mencoba memperbaiki perilaku saya
dan saya akan mencoba untuk menerapkan arahan yang telah Kakak berikan untuk
memperbaiki diri saya. Terima kasih Kakak sudah mau mendengarkan keluhan saya.
nselor : Sama-sama , Kakak senang sekali mendengarnya. Semoga dengan keputusan yang telah
Adik ambil akan bermanfaat dan membantu diri Adik untuk menjadi lebih baik. Apabila Adik
mengalami masalah kakak selalu siap untuk membantu Adik dan kakak tunggu perkembangan
berikutnya dari Adik. Terima kasih kembali untuk Adik.
Keputusan telah diambil oleh klien dalam menghadapi masalah pribadinya yaitu
membolos dari sekolah dan klien telah mengetahui tindakan-tindakan apa yang harus
diambilnya guna mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
22
Ungkapan klien
Teknik
Ki:tok!tok! tok!
.Assalamualaikum,,,
Ko: Waalaikumsalam,,selamat
siswa)
saya?
bingung bu
anak VIII A
tentang apa ya Bu
saja,.
klien
pikiran
ungkapkan..apakah benar
demikian?
Ko: Saya bisa memahami
Refleksi pengalaman
tidak ada yang mengerti keadaan itu gak mungkin bisa ngertiin
mas Nanda? Orang tua
misalnya..
Refleksi perasaan
Pertanyaan terbuka
solusi terbaik?
Pertanyaan tertutup
Pertanyaan tertutup
teman-temannya?
Ko: Setelah beberapa saat kita
pengertiannya..
27
Empati
berpikir mas nanda yang salah? sesuatu). Saya tidak tahu bu?
Ko: Baiklah, terkait dengan tadi Ki: Hmm (menunduk dan
Refleksi konten
(pikiran dan perasaan)
Konfrontasi
Kesimpulan sementara
mungkin ada beberapa hal yang masalah ini, saya tidak perlu
sudah kita peroleh sebagai
Refleksi perasaan
Ko: Walapaun kelihatannya nas Ki: Iya Bu saya juga tidak pingin
Nanda masih agak pesemistik
Ko: Baikalah, kelihantannya itu Ki: Itu lebih baik bu,,terimaksih Mengakhiri sesi konseling
juga lebih baik, oya ini nomor hp banyak sebelumnya,,baiklah
ibu, nanti jika ada sesuatu
Assalamualaikum
30
2.
Tes Intelektual.
Tes yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana kecerdasan, kepintaran, ataupun
kemampuan seseorang untuk memecahkan sebuah masalah. Contoh :
CFIT (Culture Fair Intelegence Test)
TIU (Tes Intelegensi Umum)
TKD (Tes Kemampuan Dasar)
AA (Army Alpha)
ADKUDAG (Administrasi dan Keuangan)
IST (Tes inteligensi)
Tes Kepribadian.
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan sesorang dalam hal bereaksi dan berinteraksi
dengan individu yang lain. Contoh :
EPPS (Edwards Personal Preference Schedule)
DAM&BAUM (Draw A Man Tes)
KRAEPLIEN atau PAULI
RM (The Rothwell Miller)
PAPI Kostick
Berikut adalah beberapa alat Psikologi beserta penjelasan nya :
1.Tes Wartegg
31
Pada saat Anda menjalankan Wartegg Test, Anda akan diberi selembar kertas yg berisi 8 kotak
yg ada stimulus2 nya, kemudian Anda akan diberikan perintah untuk melengkapi dari gambar yg
ada di kotak tersebut.
Isi dari masing2 gambar :
-gambar 1. berupa titik ditengah kotak : ini menyangkut hal-hal yg berhubungan dengan
penyesuaian diri yaitu bagaimana seseorang menempatkan diri pada lingkungan nya.
-gambar 2. berupa ~ tp berada di kotak sebelah kiri , menunjukkan fleksibilitas perasaan.
-gambar 3. berupa 3 garis horisontal dr pendek, sedang tinggi sejajar: mengukur hasrat untuk
maju/ ambisi
-gambar 4. berupa kotak kecil di sebelah kanan : mengukur bagaimana seseorang mengatasi
kesulitan
-gambar 5. seperti huruf T tp miring mengukur bagaimana cara bertindak.
-gambar 6. berupa garis horisontal ; vertikal : mengukur cara berpikir /analisa; sintesa
-gambar 7. berupa titik2 : menyangkut kehidupan dan perasaan ( apakah
sudah stabil, kekanakan)
-gambar 8. berupa lengkungan : mengenai kehidupan sosial/ hubungan sosial
Berikut ini adalah salah satu contoh pengerjaan yang pernah digunakan penulis untuk
melewati tahap psikotes ini:
32
-Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) untuk mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri,
kestabilan dan ketahanan kerja.
-BAUM Test termasuk dalam test Grafis. Mungkin Anda pernah menjalani test dimana Anda
diberi kertas kosong dan diminta untuk menggambar pohon, dan dikertas lainnya diminta
menggambar orang.
Yang di nilai dari kedua gambar tersebut adalah bukan bagusnya gambar melainkan besar
kecil gambar, tarikan garis (tegas atau tidak atau patah-patah), letak gambar (kanan-kiri, atasbawah, atau center). Biasanya Anda juga diminta untuk memberikan keterangan pohon apa
yang digambar, kalau orang ( dia lagi melakukan apa dan jenis kelaminnya apa). Tiap-tiap
gambar memiliki arti.
3.Kraeppelin dan Pauli
33
Tes ini pada awalnya dibuat oleh seorang psikiater yang bernama kraepelin yang awalnya
digunakan untuk membedakan antara orang yang normal dan tidak normal. Namun seiring
perkembangan waktu, test ini sudah digunakan oleh perusahaan, badan hukum termasuk
instansi pemerintahan untuk menyeleksi calon tenaga kerja/ pegawai.
Sebuah Speed Test yang terdiri dari 45 lajur angka satuan antar 0 sampai dengan 9 yang
tersusun secara acak sebanyak 60 angka secara vertikal pada tiap-tiap lajur. Ciri utama sebuah
speed test adalah tidak adanya waktu yang cukup untuk menyelesaikan semua soal sehingga
testi tidak diharapkan untuk menyelesaikan sepenuhnya setiap lajur. Inti dalam tes ini adalah
bagaimana kecepatan kerja testi.
4.PAPI Kostick
34
Tes PAPI Kostik di buat oleh Guru Besar Psikologi Industri asal Massachusetts, Amerika, Dr.
Max Martin Kostick, pada awal tahun 1960-an. PAPI Kostick mengukur dinamika kepribadian
(psychodynamics) dengan memperhatikan keterkaitan dunia sekitarnya (environment) termasuk
perilaku dan nilai perusahaan (values) yang diterapkan dalam suatu perusahaan / situasi kerja
dalam bentuk motif (need) dan standar gaya perilaku menurut persepsi kandidat (role) yang
terekam saat psikotes.
PAPI Kostick merupakan laporan inventori kepribadian (self report inventory), terdiri atas 90
pasangan pernyataan pendek berhubungan dalam situasi kerja, yang menyangkut 20 aspek
keribadian yang dikelompokkan dalam 7 bidang: kepemimpinan (leadership), arah kerja (work
direction), aktivitas kerja (activity), relasi social (social nature), gaya bekerja (work style), sifat
temperamen (temperament), dan posisi atasan-bawahan (followership).
35
Tes Psikologi Army Alpha adalah sebuah tes psikologi yang dikembangkan oleh seorang
psikolog Amerika bernama Arthur Sinton Otis, Ph.D (28 July 1886 - 1 January 1964). Otis
mengembangkan tes Army Alpha pada tahun 1917. Pada awalnya tes ini dikembangkan oleh
Otis untuk didedikasikan kepada US.Army (Angkatan Militer Amerika), sehingga diberi nama
Army Alpha.Tes ini pernah dipakai untuk merekrut 1,7 juta tentara Amerika pada Perang Dunia
pertama.
Tes Psikologi Army Alpha ini adalah tes yang tidak meminta anda untuk menggambar, namun
meminta anda menjawab sejumlah pertanyaan, sehingga tergolong "Tes Psikologi Kuesioner".
Sumber :
http://momentku.bitfreedom.com/jenis-alat-psikotest-yang-digunakan-untuk-tes-masuk-kerja
http://lowongankerja-mm2100.blogspot.com/2013/05/tes-kraeplin.html
http://www.psychologymania.com/2011/07/tes-papi-kostick-perseptual-and.html
http://www.tespsikologi.com/tes-psikologi-army-alpha.php
36