MODUL 4
PROGRAM BIMBINGAN PRILAKU DAN VOKASIONAL
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Penyusun:
Euis Nani Mulyati
Lilis Suwandari
Ahmad Mugni Almarogi
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Pada bab ini akan dijelaskan tentang program bimbingan bagi anak
berkebutuhan khusus dalam perilakunya, cakupan bahasan bab ini
adalah konsep dasar bimbingan perilaku, tujuan bimbingan perilaku dan
teknik-teknik bimbingan perilaku.
B. Relevansi
Bimbingan perilaku merupakan proses yang harus menyeimbangi pola
perkembangan kognitif anak terutama anak berkubuthn khusus, pola
pembinaan yang juga akan menunjang meningkatnya kemampuan anak
berkebutuhan khusus.
3. Latihan asertif
Pendekatan behavioral yang dengan cepat mencapai popularitas
adalah latihan asertif yang bisa diterapkan terutama pada situasi-
situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk
menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah
tindakan yang layak atau benar latihan asertif akan membantu bagi
orang-orang yang:
a. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan
tersinggung.
b. Menunjukan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong
orang lain untuk mendahuluinya.
c. Memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak.
d. Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-
respon positif lainya.
e. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan
fikiran-fikiran sendiri.
Latihan asertif menggunakan prosedur permainan peran. Suatu
masalah yang khas yang bisa dikemukakan sebagai contoh adalah
kesulitan klien dalam menghadapi atasannya dikantor, pada
pelaksanaanya klien bermain peran seolah sebagai atasannya dan
konselor sebagai klien. Tingkah laku menegaskan diri pertama-tama
dipraktekkan dalam situasi permainan peran, dan dari sana
diusahakan agar tingkah-laku menegaskan diri itu dipraktekkan
dalam situasi kehidupan nyata. Konselor memberikan bimbingan
dengan memperihatkan bagaimana dan bilamana klien bisa kembali
kepada tingkah laku semula, tidak tegas, serta memberikan pedoman
untuk memperkuat tingkah laku menegaskan diri yang baru
diperolehnya.
4. Terapi aversi
Teknik aversi yang telah digunakan secara luas untuk meredakan
gangguan perilaku yang spesifik, melibatkan pengorganisasian
tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan
sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat
kemunculannya. Stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengan
kejutan listrik atau pemberian ramuan yang membuat mual. Kendala
aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuat positif atau penggunaan
berbagai bentuk hukuman contohnya seperti mengabaikan ledakan
kemarahan anak guna menghapus kebiasaan mengungkapkan ledakan
kemarahan pada anak. Jika perkuatan sosial ditarik, tingkah laku yang
tidak diharapkan cenderung berkurang frekuensinya. Butir yang
penting adalah bahwa maksud prosedur-prosedur aversi ialah
menyajikan cara menahan respon-respon maladaptif dalam suatu
periode sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh tingkah
laku alternatif yang adaptif dan yang akan terbukti memperkuat
dirinya sendiri.
5. Pengkondisian operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang
menjadi ciri organisme aktif. Teknik ini beroprasi dilingkungan untuk
menghasilkan akibat-akibat yang merupakan tingkah laku paling
berarti pada kehidupan sehari-hari yang mencakup membaca,
berbicara, berpakaian, makan dengan alat makan, bermain, dan
sebagainya. Menurut Skinner (1971) Jika suatu tingkah laku diganjar,
maka probabilitas kemunculan kembali perilaku tersebut dimasa
mendatang akan tinggi. Prinsip perkuatan yang menerangkan
pembentukan, pemeliharaan, atau penghapusanpola-pola tingkah laku
merupakan inti dari pengkondisian operan.
Ada empat asumsi yang membentuk landasan untuk
kondisioning operan menurut Margaret E. Bell Gredler. Asumsi-
asumsi itu adalah sebagai berikut.
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan tingkah laku secara fungsional berkaitan dengan
adanya perubahan dalam kejadian-kejadian dilingkungan
kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah laku dengan
lingkungan hanya dapat ditentukan kalau sifat-sifat tingkah laku
dan kondisi eksperimennya didefinisikan menurut fisiknya dan
diobservasi di bawah kondisi-kondisi yang dikontrol secara
seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah laku merupakan satu-
satunya sumber informasi yang dapat diterima tentang penyebab
terjadinya tingkah laku.
Unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan
dan hukuman. Penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan
probabilitas.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah
berupa hadiah (permen, kado, makanan), perilaku (senyum,
menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan,
mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1, 2 atau
3).
b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa
frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa).
Perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah
dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau
diperoleh, sedangkan penguatan negatif ada sesuatu yang dikurangi
atau dihilangkan. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan
negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku,
sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif,
dan hukuman (J.W Santrock, 274).
Kondisioning operan menyarankan penerapan cara pemberian
penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian
pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah
laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang
bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif
yang diinginkan. Dengan demikian beberapa prinsip belajar dalam
teori kondisioning operan antara lain:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan
sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal
variable rasio reinforcer.
g. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Contoh program bimbingan perilaku
Pustaka
Corey, Gerald., (2013)., Teori dan Praktek Konseling dan Psikoteraphi.,
Bandung: PT. Refika Aditama
PENUTUP
A. Lembar Kerja
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Setujukah Anda dengan pandangan tentang manusia yang maladaptif
perlu dibimbing?
2. Implikasi apa yang tergantung dalam asumsi yang mendasari
bimbingan perilaku?
3. Cara apa yang paling efektif untuk menjalankan analisis atas tingkah
laku masalah?
4. Dengan cara apa treatment bisa di evaluasi?
5. Bagaimana prosedur yang layak diseleksi bagi klien tertentu dengan
masalah-masalah yang spesifik?
B. Test formatif
Berilah tanda silang (X) pada jawaban paling benar
1. Behaviorisme merupakan kunci utama dalam bimbingan perilaku.
Apa itu behaviorisme?
a. Pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia.
b. Pandangan ilmiah tentang lingkungan kehidupan manusia.
c. Pandangan ilmiah tentang sosial budaya manusia.
d. Pandangan ilmiah tentang pola berpikir manusia.
2. Manakah di bawah ini yang bukan termasuk dalam ciri unik
bimbingan perilaku?
a. Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan
spesifik.
b. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment.
c. Menekankan evaluasi atas keefektifan teknik yang digunakan
dalam bimbingan.
d. Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi.
3. Manakah yang termasuk ke dalam fungsi bimbingan perilaku?
a. Penghapusan tingkah laku yang adaptif.
b. Diarahkan pada tujuan memperoleh penguatan tingkah laku yang
maladaptif.
c. Memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.
d. Merubah perilaku adaptif menjadi maladaptif
4. Apa yang termasuk ke dalam tujuan bimbingan perilaku?
a. Menciptakan kondisi baru bagi proses belajar.
b. Tingkah laku tidak dapat dipelajari.
c. Tingkah laku bisa dihapus dari ingatan.
d. Hanya mempelajari tingkah laku adaptif.
5. Mana yang tidak termasuk dalam teknik bimbingan perilaku?
a. Desensitisasi sistematik
b. Bimbingan implosif
c. Latihan asertif
d. Bimbingan belajar
6. Di bawah ini yang merupakan kegunaan desensitisasi sistematik
adalah
a. Menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif.
b. Menghapus tingkah laku yang diperkuat secara positif.
c. Memunculkan stimulus penghasil kecemasan.
d. Membelajarkan menggunakan hukuman dengan kejutan listrik.
7. Apa yang membedakan antara terapi implosif dengan desensitisasi
sistematik?
a. Terapi implosif merupakan usaha untuk menghadirkan luapan
emosi yang masif.
b. Implosif berasumsi bahwa tingkah laku melibatkan penghindaran
terkondisi atas kecemasan.
c. Teknik implosif menggunakan tingkat kecemasan sebagai dasar.
d. Bimbingan implosif tidak memunculkan hasil kecemasan.
8. Siapa yang menemukan teori kondisioning operan
a. B. F Skinner
b. J. W. Santrock
c. Margaret E. Bell Gredler
d. Pavlop
9. Di bawah ini yang tidak termasuk asumsi yang membentuk landasan
untuk kondisioning operan adalah
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan tingkah laku berkaitan dengan perubahan lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah laku dan lingkungan
hanya dapat ditentukan jika tingkah laku dan kondisi eksperimen
didefinisikan menurut fisik.
d. Data dari studi eksperimental tingkah laku bukanlah informasi
penting yang dapat diterima.
10. Penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat
karena diikuti dengan stimulus yang mendukung, merupakan
pernyataan dari
a. Penguatan positif
b. Penghukuman positif
c. Penguatan negatif
d. Penghukuman negatif
C. Umpan Balik
Cocokkan jawaban di atas dengan kunci jawaban tes formatif yang ada
di bagian akhir modul ini. Ukurlah tingkat penguasaan materi kegiatan
belajar 4 dengan rumus sebagai berikut:
Tingkat penguasaan = (Jumlah jawaban benar : 10 ) x 100%
Arti tingkat penguasaan yang diperoleh adalah:
Baik sekali = 90 – 100%
Baik = 80 – 89%
Cukup = 70 – 79%
Kurang = 0 – 69%
Bila tingkat penguasan mencapai 80% ke atas, silahkan melanjutkan ke
kegiatan belajar 4.Namun bila tingkat penguasaan masih di bawah 80%
harus mengulangi kegiatan belajar 4 terutama pada bagian yang belum
dikuasai.
KEGIATAN BELAJAR 2: Bimbingan Vokasional
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Pada bab ini akan dijelaskan tentang program bimbingan bagi anak
berkebutuhan khusus dalam Vokasional, pembahasan bimbingan
vokasional bertitik focus pada mengarahkan anak berkebutuhan khusus
dalam menjani kehidupan pasca sekolah, memutuskan dan memilih
pekerjaan atau kariernya.
B. Relevansi
Bimbingan vokasional bagi anak berkebutuhan khusus perlu sekali
dibelajarkan pada anak, karena akan membantu anak dalam memutuskan
tujuan hidup setelah melewati jenjang pendidikan di sekolah.
PENUTUP
A. Lembar Kerja
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Apa yang Anda ketahui mengenai vokasional?
2. Jenis kelainan apa saja yang tercantum dalam sttruktur kurikulum
yang dikembangakn untuk peserta didik berkelainan?
3. Untuk apa bimbingan vokasional atau lebih khusus lagi bimbingan
kerja untuk anak berkebutuhan khusus mempunyai peranan penting
terutama ditunjukkan?
4. Sebutkan langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan
optimalisasi pendidikan vokasional menuju anak berkebutuhan
khusus mandiri!
5. Tuliskan tujuan utama bimbingan vokasional bagi anak
berkebutuhan khusus!
B. Test Formatif
Berilah tanda silang (X)pada jawaban paling benar di bawah ini!
1. Dalam struktur kurikulum bimbingan vokasional anak
berkebutuhan khusus disebutkan bahwa peserta didik dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori
a. Peserta didik yang temporer dan permanen.
b. Anak berkebutuhan khusus dengan intelektual rata-rata dan di
bawah rata-rata
c. Anak berkebutuhan khusus mampu dan tidak mampu.
d. Peserta didik bekebutuhan khusus usia sekolah dan pasca
sekolah.
2. Substansi muatan program khusus berisi kegiatan yang bervariasi
dan sesuai dengan jenis ketunaannya. Di bawah ini yang tidak
termasuk ke dalam muatan program khusus adalah
a. Program orientasi dan mobilitas.
b. Bina komunikasi persepsi bunyi.
c. Bina diri untuk tunagrahita
d. Bimbingan pemusatan perhatian
3. Dalam Standar Isi (2006:20) pengembangan diri dalam kurikulum
bertujuan untuk
a. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berkembang
dan berekspresi.
b. Untuk menyesuaikan program pembelajaran.
c. Memberikan penguatan spiritual pada peserta didik.
d. Menumbuhkan sosial emosional peserta didik.
4. Manakah di bawah ini yang tidak termasuk fasilitator dalam
kegiatan pengembangan diri
a. Konselor
b. Guru
c. Tenaga kependidikan
d. Yayasan
5. Optimalisasi pendidikan vokasional bagi anak berkebutuhan
khusus selalu berkaitan dengan
a. Bimbingan jasmani dan rohani.
b. Bimbingan spiritual.
c. Bimbingan kerja atau karier.
d. Bimbingan sosial emosional.
6. Langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan optimalisasi
pendidikan vokasional menuju anak berkebutuhan khusus mandiri
itu tidak lepas dari tahapan-tahapan optimalisasi pendidikan
vokasional, kecuali?
a. Diagnosis dan asesment anak berkebutuhan khusus.
b. Intervensi pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
c. Pemantapan dan pematangan kemampuan dasar.
d. Pembinaan mental dan motivasi
7. Dengan dilakukan asesmen apa yang didapat konselor dalam
melakukan konseling vokasionalnya?
a. Dapat mengetahui riwayat pembelajarannya.
b. Dapat mengetahui sikap dan sifat anak.
c. Dapat mengetahui kondisi anak saat itu.
d. Dapat mengetahui tingkat intelektualitas anak.
8. Apa yang dilakukan apabila anak telah terlatih dalam melakukan
suatu karya nyata dan tidak secara teoritis?
a. Tetap menjaga keseriusan pelayanan sesuai dengan bakat dan
potensi.
b. Mengulang kembali proses pembimbingan.
c. Menaikan standar proses yang harus dilalui.
d. Memfokuskan pada hal yang tidak mampu anak lakukan.
9. Mengapa penting diberikan bimbingan vokasional bagi anak
berkebutuhan khusus?
a. Karena anak harus menguasai pembelajaran.
b. Karena anak berkebutuhan khusus dituntut untuk memenuhi
standar.
c. Menyiapkan anak berkebutuhan khusus dalam menentukan
pilihan bijaksana tentang pekerjaan atau karirnya.
d. Memberikan pengetahuan umum kepada anak berkebutuhan
khusus
10. Berikut ini adalah tiga proses yang tercantum dalam program
bimbingan vokasional
a. Asesment, pembelajaran dan remedial.
b. Penguatan, pelemahan dan intervensi.
c. Pembekalan, peningkatan dan penerapan kemampuan.
d. Persiapan, pelaksanaan dan evaluasi atau pengarahan bimbingan
karier.
C. Umpan Balik
Cocokkan jawaban di atas dengan kunci jawaban tes formatif
yang ada di bagian akhir modul ini. Ukurlah tingkat penguasaan
materi kegiatan belajar 5 dengan rumus sebagai berikut:
Tingkat penguasaan = (Jumlah jawaban benar : 10 ) x 100%
Arti tingkat penguasaan yang diperoleh adalah:
Baik sekali = 90 – 100%
Baik = 80 – 89%
Cukup = 70 – 79%
Kurang = 0 – 69%
Bila tingkat penguasan mencapai 80% ke atas, silahkan
melanjutkan ke kegiatan belajar 5.Namun bila tingkat penguasaan
masih di bawah 80% harus mengulangi kegiatan belajar 2 terutama
pada bagian yang belum dikuasai.