Anda di halaman 1dari 33

MODEL

MODIFIKASI TINGKAH LAKU


Dosen pengampu : Dr. Hj. Leli Halimah, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 1
Alfhiani Devinta Nugrahasari 1806410
Fadillah Tasya Khairunnisa 1806375
Faradylla Wenas Pangesti 1807925
Fauziah Mas’ula Soffa 1806562
Nur Annisa Anwar 1807208
Sherin Nadhifa Salsabila 1807280
Wulan Suci Ramadhani 1807435
3E PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS CIBIRU
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya serta segala petunjuk dan
bimbingan-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan mini book
yang berjudul “Model Modifikasi Tingkah Laku”. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya
yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan hingga
sampai ke jalan yang penuh dengan cahaya kebenaran.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah
Kurikulum dan Pembelajaran yaitu Ibu Dr. Hj. Leli Halimah M.
Pd yang telah membimbing kami dalam tugas ini. Dan tak
lupa kepada teman-teman yang telah membantu dalam
pembuatan tugas ini.
Kami berharap tugas ini dapat bermanfaat. Namun
kami mengetahui bahwa tugas ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan adanya
kritik yang bersifat membangun agar dapat kami jadikan
pembelajaran dalam tahap pembuatan tugas selanjutnya.

Bandung, 17 November 2019

 Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

ii
DAFTAR ISI iii
A. Pengertian Model Pembelajaran Modifikasi
Tingkah Laku 4
B. Karakteristik Model Pembelajaran Modifikasi
Tingkah Laku 6
C. Prinsip – Prinsip Dalam Modifikasi Tingkah Laku9
D. Teknik Modifikasi Tingkah Laku 10
E. Kelebihan Dan Kekurangan Dalam Teori
Pembelajaran Behaviorisme 12
F. Model Dan Langkah-Langkah Pembelajaran
Modifikasi Tingkah Laku 14
G. Jenis-Jenis Rumpun Model Pembelajaran Dalam
Modifikasi Tingkah Laku 16
H. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Langsung
31
DAFTAR PUSTAKA 34

A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN MODIFIKASI


TINGKAH LAKU

iii
Model merupakan “A way of thinking about the
processes of caring, and acting in a educational setting”.
Model mengandung teori atau sudut pandang, cara
berpikir tentang suatu process dari perhatian
pertimbangan dan tindakan dalam tatanan pendidikan.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menciptakan kondisi atau system lingkungan yang
mendukung dan memungkinkan untuk berlangsung
proses belajar. Mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan pada anak didik.
Secara deskriptif mengajar di artikan sebagai proses
penyampaian informasi, pengetahuan dari guru ke siswa
atau dapat juga di katakan proses mentransfer ilmu. Dari
pengertian kedua kata model dan mengajar dapat
diartikan bahwa model mengajar adalah suatu proses,
cara, pola yang mempunyai tujuan meyajikan pesan
kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan
dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau
contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para
pendidik atau guru sesuai dengan materi yang diberikan
dan kondisi di dalam kelas. Jadi, model belajar adalah
suatu proses atau cara yang di ciptakan untuk untuk
menyampaikan informasi kepada siswa agar tercapai
sebuah perubahan sesuai harapan.
Modifikasi tingkah laku adalah apa yang orang
lakukan. Perilaku di sini dimaksudkan dalam arti luas,
termasuk perilaku terbuka yang mudah diamati, perilaku
rahasia seperti pikiran yang umumnya disimpulkan dari

iv
apa yang orang memberitahu kita, berbagai emosi, dan
aktivitas halus dari sistem saraf. Dalam semua kasus kita
mendefinisikan perilaku seobjektif mungkin dalam batas-
batas kepraktisan situasi dan batas-batas teknologi.
Modifikasi perilaku disebut behaviorisme secara umum
dapat didefinisikan sebagai hampir segala tindakan yang
bertujuan mengubah perilaku. Definisi yang tepat dari
modifikasi perilaku adalah usaha untuk menerapkan
prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip
psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia.
Teori perilaku sering disebut stimulus-respon (S-R)
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau reinforcement dari lingkungan. Dalam tingkah laku
belajar terdapat jalinan erat antaras reaksi-reaksi
behavioral dengan stimulusnya.

v
B. KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN
MODIFIKASI TINGKAH LAKU
Terdapat empat ciri utama modifikasi perilaku, yaitu:
1. Fokus pada perilaku (focuses on behavior)
Menempatkan penekanan pada perilaku yang dapat
diukur berdasarkan atas dimensi-dimensinya,
seperti frekuensi, durasi, dan intensitasnya. Karena
itu metode modifikasi perilaku selalu mengamati
dan mengukur setiap tahap perubahan sebagai
indikator dari berhasil atau tidaknya program
bantuan yang diberikan. Dalam modifikasi perilaku,
akan menghindari label-label interpretatif dan
sistem diagnostik (avoid interpretive labels and
diagnostic systems), serta fokus pada perilaku yang
berkekurangan atau yang berlebihan (focus on
behavioral deficits or behavioral excess). Dalam
modifikasi perilaku, mengkategorikan apakah suatu
perilaku sebagai berlebihan / kekurangan
merupakan langkah yang mutlak, sehingga dapat
dipahami secara pasti mana perilaku yang termasuk
excesses / berlebihan dan akan dikurangi atau yang
termasuk deficit atau berkekurangan dan akan
ditingkatkan.  
Modifikasi perilaku berfokus pada perilaku yang
harus diubah. Seseorang yang perilakunya harus
mendapatkan teknik modifikasi  perilaku adalah
menunjukkan perilaku yang berbeda dari yang

vi
diharapkan di sekolah / masyarakat dan
membutuhkan perbaikan. Ada dua bentuk target
perilaku dalam modifikasi perilaku:
a)   Behavioral exceses adalah perilaku target yang
negatif (tidak layak) yang ingin dikurangi
frekuensi, durasi, atau intensitasnya, contohnya:
perilaku merokok.
b) Behavioral deficit adalah aladah target perilaku
yang positif (lanyak) yang ingin ditingkatkan
frekuensi, durasi, atau intensitasnya, contohnya:
perilaku gemar membaca.
2. Menekankan pengaruh belajar dan lingkungan
(emphasizes influences of learning and the
environment)
Bahwa prosedur dan teknik tritmen menekankan
pada modifikasi lingkungan tempat dimana individu
tersebut berada, sehingga membantunya dalam
berfungsi secara lebih baik dalam masyarakat.
Lingkungan tersebut dapat berupa orang, objek,
peristiwa, situasi yang secara langsung maupun
tidak langsung berdampak terhadap kehidupan
seseorang.
3. Mengikuti pendekatan ilmiah (takes a scientific
approach)
Bahwa penerapan modifikasi perilaku memakai
prinsip-prinsip dalam psikologi belajar, dengan
penempatan orang, objek, situasi, atau peristiwa

vii
sebagai stimulus, serta dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
4.  Menggunakan metode-metode aktif dan pragmatik
untuk mengubah perilaku (uses pragmatic and
active methods to change behavior)
Bahwa dalam modifikasi perilaku lebih
mengutamakan aplikasi dari metode atau teknik-
teknik yang telah dikembangkan dan mudah untuk
diterapkan.

viii
C. PRINSIP – PRINSIP DALAM MODIFIKASI TINGKAH
LAKU
1. Kebanyakan tingkah laku manusia adalah hasil
belajarnya, karena itu dapat diubah dengan belajar.
2. Target tingkah laku yang mudah diubah adalah tingkah
laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Tingkah
laku itu perlu dirinci dengan jelas indikatornya.
3. Tingkah laku dapat diubah dengan memanipulasi
kondisi belajar.
4. Meskipun ada keterbatasan tertentu (pengaruh
temperamen atau emosional), semua anak berfungsi
lebih efektif , jika mengalami konsekuensi yang tepat.
 Reinforcement merupakan konsekuensi yang
memperkuat tingkah laku yang diinginkan.
 Hukuman merupakan konsekuensi yg melemahkan
tingkah laku yg tidak diinginkan.
5. Tingkah laku seseorang dapat diatur, diubah dengan
memberikan konsekuensi terhadap tingkah laku orang
itu sendiri.

ix
D. TEKNIK MODIFIKASI TINGKAH LAKU
Teknik pengubahan perilaku antara lain :
1. Penguatan positif
Penguatan positif berupa memberikan stimulus
positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku
atau hasil yang memang diharapkan.
Jenis – jenis penguatan positif :
a. Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-
penguatan yang tidak dipelajari dan selalu
diperlukan untuk berlangsungnya hidup.
b.   Penguatan sekunder (bersyarat) yang menjadi
penguat sebagai hasil proses belajar atau dipelajari.
2. Penghukuman
Penghukuman merupakan pemberian stimulus
yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan
dengan segera perilaku peserta didik yang tidak
dikehendaki.
Penghukuman merupakan pemberian stimulus
yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan
dengan segera perilaku peserta didik yang tidak
dikehendaki.
3. Penguatan negatif
Penguatan negatif adalah berupa peniadaan
tingkah laku yang tidak disukai (biasanya berupa
hukuman) yang selalu diberikan, karena seseorang
yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku
yang menyimpang. Dengan demikian diharapkan

x
tingkah laku seseorang yang lebih baik itu akan
ditingkatkan frekuensinya.
Ada beberapa hal yang perlu memperoleh
perhatian dalam mengimplementasikan pendekatan
modifikasi perilaku teknik penguatan negative yaitu
hindari pemberian stimulus yang menyakitkan, berikan
stimulus secara bervariasi, berikan penguatan dengan
segera, sasarannya jelas dan keantusiasan.
4. Penghilangan
Penghilangan adalah upaya mengubah perilaku
seseorang dengan cara menghentikan pemberian
respon terhadap suatu perilaku peserta didik yang
semula dilakukan dengan respon tersebut.
Penghilangan ini menghasilkan penurunan frekuensi
tingkah laku yang semula mendapat penguatan.
5. Penundaan
Penundaan merupaan tindakan tidak jadi
memberikan ganjaran atau pengecualian pemberian
ganjaran untuk orang-orang tertentu. Penundaan
seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan
menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksud itu.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DALAM TEORI


PEMBELAJARAN BEHAVIORISME

xi
Kelebihan, kekurangan dan permasalahan yang
muncul dalam pembelajaran sesuai dengan teori ini,
guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh
guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi
intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan
pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian
kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada
hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus
segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan.
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori
behaviourisme terdapat beberapa kelebihan di
antaranya :
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka
pada situasi dan kondisi belajar.
2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk
memperoleh kemampuan yang menbutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-
unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan,
refleksi, daya tahan, dan sebagainya.

xii
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga
murid dibiasakan belajar  mandiri. Jika menemukan
kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak
yang masih membutuhkan dominansi peran orang
dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan ,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau
pujian.
Adapun kekurangan dari teori ini adalah:
1. Memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami
langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada
dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat
kecuali melalu gejalanya.
2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis
sehingga terkesan seperti mesin atau robot,
padahal manusia mempunyai kemampuan self
control yang bersifat kognitif, sehingga, dengan
kemampuan ini, manusia mampu menolak
kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya.
Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan
hewan sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan
yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.
F. MODEL DAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
MODIFIKASI TINGKAH LAKU
Model adalah kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu

xiii
kegiatan. Secara umum istilah belajar dimaknai
sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian,
maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah
yang lebih baik. Dengan demikian model pembelajaran
dapat diartikan kerangka konseptual atau pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatan pembelajaran sehingga tingkah laku peserta
didik berubah ke arah yang lebih baik. Perilaku adalah
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat diambil kesimpulan pengertian model
pembelajaran perilaku adalah kerangka konseptual
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan pembelajaran sehingga
tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih
baik yang didasari pada tanggapan atau reaksi peserta
didik terhadap rangsangan atau lingkungan
Teoritik dari kelompok model pembelajaran ini
ialah teori-teori belajar Behavioristik, yaitu bertujuan
mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini
dikenal juga sebagai model modifikasi prilaku atau
“Behavioral Modifications”. Semua model
pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu

xiv
pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku,
seperti teori belajar perilaku, teori belajar sosial,
modifikasi perilaku, atau perilaku terapi. Model-model
pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan
lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi
penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk
pola perilaku yang dikehendaki. Ciri-ciri sistem model
perilaku atau Behavioral Models yaitu:
a. Seluruh model pada kelompok ini didasarkan
pada hasil sharing kajian teori-teori secara
umum, yang kemudian dipersandingkan/
diintegrasikan dengan teori-teori perilaku
(yang dikondisikan).
b. Beberapa teori yang mendasari: teori-teori
belajar secara umum, teori belajar sosial,
teori modifikasi perilaku, dan teori-teori terapi
perilaku.
c. Secara umum menekankan pada perubahan
perilaku yang terlihat (observable) dibanding
perilaku-perilaku secara psikologis atau
perilaku yang tidak bisa diamati.
d. Penerapan prinsip-prinsip stimulus terkontrol
dan reinforcement yang menjadi dasar
penerapan model pembelajaran interaktif dan
mediasi belajar terkondisikan, baik pada
pembelajaran secara individu maupun
kelompok.

xv
e. Pengembangan kemampuan belajar melaui
fakta-fakta, konsep-konsep dan keterampilan
dipandang sama baiknya untuk mereduksi
tingkat kecemasan maupun untuk
memperoleh kegiatan relaksasi individu.

G. JENIS-JENIS RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN


DALAM MODIFIKASI TINGKAH LAKU
Rumpun model pembelajaran Sistem Prilaku ini
didasarkan pada the body of knowledge yang kita
sebut teori prilaku (behavior theory). Istilah-istilah lain
seperti teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi
perilaku, atau perilaku terapi digunakan oleh para ahli
yang merujuk pada setiap model dalam kelompok ini.
Model pembelajaran perilaku mementingkan
penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan
manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga
terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. Adapun
jenis-jenis model dalam rumpun model pembelajaran
sistem perilaku ini, yaitu:

1. Model Belajar Cara Belajar dari Pembelajaran


Menguasai (Mastery Learning)
Pembelajaran menguasai (Mastery Learning)
adalah kerangka berpikir dalam merencanakan
rangkaian instruksional, yang dirumuskan oleh John B.

xvi
Carrol (1971) dan Benjamin Bloom (1971). Di Indonesia
model belajar tuntas (Mastery Learning) ini
dipopulerkan oleh Badan Pengembangan Penelitian
Pendidikan dan Kebudayaan. Belajar tuntas atau
Mastery Learning menyajikan suatu cara yang
sistematik, menarik dan ringkas untuk meningkatkan
unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok
bahasan yang lebih memuaskan.
Menurut model ini, dalam kondisi belajar
tertentu, waktu yang dipergunakan dan waktu yang
dibutuhkan tergantung pada karakteristik tertentu dari
individu serta karakteristik pengajarannya. Waktu yang
dipergunakannya ditentukan oleh jumlah waktu yang
ingin dipergunakan oleh siswa untuk terlibat aktif
dalam kegiatan belajar (kesungguhannya) dan jumlah
keseluruhan waktu yang tersedia baginya. Waktu
belajar yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa
ditentukan oleh bakatnya untuk tugas yang
bersangkutan, kualitas pengajarannya, dan
kemampuannya untuk memahami pengajaran
tersebut. Kualitas pengajaran didefinisikan
berdasarkan tingkat pendekatan terhadap kapasitas
optimum bagi setiap pelajar melalui penyajian,
penjelasan, dan pengurutan elemen-elemen tugas
belajar.
Langkah-langkah yang harus diambil guru untuk
melaksanakan belajar tuntas (mastery learning)
mencakup:

xvii
1) Memecah-mecah mata pelajaran ke dalam sejumlah
unit belajar yang lebih kecil
misalnya pengajaran dua mingguan), menetapkan
tujuan pembelajaran untuk setiap unit belajar, dan
mengurutkan unit-unit belajar tersebut berdasarkan
tingkat kesulitannya (diawali dengan yang
paling mudah).
2) Memberikan pretest untuk unit pelajaran yang akan
disajikan.
3) Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar kecil.
4) Siswa mempelajari unit pelajaran pertama dalam
kelompok belajarnya masing-masing.
5) Melaksanakan tutorial individual bagi siswa yang
berkesulitan.
6) Melaksanakan tes formatif pada akhir setiap unit
pelajaran.
7) Memberikan materi penghubung tambahan
(supplementary instructional connectives) untuk
membantu siswa mengatasi kesulitan belajar pada
unit itu sebelum pembelajaran kelompok dilanjutkan
ke unit pelajaran berikutnya.
8) Memberikan pengayaan kepada siswa yang telah
mencapai penguasaan penuh untuk unit pelajaran
ini.
9) Memberikan tes sumatif untuk mengecek
ketuntasan belajar siswa bagi seluruh mata
pelajaran.

xviii
10) Jika pada hasil tes sumatif tersebut siswa tidak
menunjukkan ketuntasan, maka guru
menggunakan strategi-strategi korektif/pengayaan
hingga ketuntasan dicapai.
2. Instruksi Langsung
Model Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction) merupakan salah satu model pengajaran
yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik
dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Yang
dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat
diungkapkan dengan katakata) adalah pengetahuan
tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural
adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
Model pembelajaran langsung dikembangkan
secara khusus untuk meningkatkan proses
pembelajaran para siswa terutama dalam hal
memahami sesuatu (pengetahuan) dan
menjelaskannya secara utuh sesuai pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang diajarkan
secara bertahap.
Beberapa keunggulan terpenting dari instruksi
langsung ini adalah adanya fokus akademik, arahan
dan kontrol guru, harapan yang tinggi terhadap
perkembangan siswa, sistem managemen waktu, dan
atmosfer akademik yang cukup netral. Dua tujuan

xix
utama dari instruksi langsung adalah memaksimalkan
waktu belajar siswa dan mengembangkan kemandirian
dalam mencapai dan mewujudkan tujuan pendidikan.
Perilaku-perilaku guru yang tampak berhubungan
dengan prestasi siswa sesungguhnya juga
berhubungan dengan waktu yang dimiliki siswa dan
rating kesuksesan mereka dalam mengerjakan tugas,
yang pada gilirannya juga berhubungan erat dengan
prestasi siswa. Oleh karena itulah, perilaku yang
berkaitan erat dengan instruksi langsung memang
dirancang untuk membuat sebuah lingkungan
pendidikan yang berorientasi akademik dan juga
terstruktur serta mengharuskan siswa untuk terlibat
aktif (dalam tugas) saat pelaksanaan instruksi
langsung.
Model instruksi langsung terdiri dari lima tahap
aktivitas; yakni orientasi, presentasi, praktik yang
terstruktur, praktik dibawah bimbingan, dan praktik
mandiri. Namun, penerapan model ini harus didahului
oleh diagnosis yang efektif mengenai pengetahuan
atau skill siswa untuk memastikan bahwa mereka
memiliki pengetahuan dan skill untuk menapaki
beberapa proses dan mampu mendapatkan level
akurasi (kecermatan, ketelitian, ketepatan) praktik
dalam model ini.
1) Tahap orientasi, dimana kerangka kerja pelajaran
dibangun. Ada tiga langkah yang sangat penting
dalam meng-goal-kan tujuan tahap ini, yakni guru

xx
memaparkan maksud dari pelajaran dan
tingkat-tingkat performa dalam praktik, guru
menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya
dengan pengetahuan dan atau pengalaman
sebelumnya, dan guru mendiskusikan prosedur-
prosedur pelajaran yakni bagian yang berbeda
antara pelajaran dan tanggung jawab siswa
selama aktivitas-aktivitas ini berlangsung.
2) Tahap presentasi, yakni menjelaskan konsep atau
skill baru dan memberikan pemeragaan serta
contoh. Pada kasus apapun, akan sangat
membantu jika guru mentransfer informasi materi
atau skill baru, baik secara lisan maupun secara
visual, sehingga siswa akan memiliki dan dapat
mempelajari representasi visual sebagai referensi
dalam awal pembelajaran.
3) Tahap praktik yang terstruktur. Guru menuntun
siswa melalui contoh-contoh praktik dan langkah-
langkah di dalamnya. Biasanya, siswa
melaksanakan praktik dalam sebuah kelompok, dan
menawarkan diri untuk menulis jawaban. Cara yang
paling baik dalam hal ini adalah menggunakan
proyektor, menyajikan contoh praktik secara
transparan dan terbuka, sehingga semua siswa bisa
melihat bagaimana tahap-tahap praktik dilalui.
4) Tahap praktik dibawah bimbingan guru,
memberikan siswa kesempatan untuk melakukan
praktik dengan kemauan mereka sendiri. Praktik di

xxi
bawah bimbingan memudahkan guru
mempersiapkan bantuan untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam menampilkan tugas
pembelajaran. Peran guru dalam tahap ini adalah
mengontrol kerja siswa, dan jika dibutuhkan,
memberikan respon yang korektif ketika
dibutuhkan.
5) Tahap mandiri. Tahap ini dimulai saat siswa telah
mencapai leverl akurasi 85 hingga 90 persen dalam
praktik dibawah bimbingan. Tujuan dari praktik
mandiri ini adalah memberikan materi baru untuk
memastikan dan menguji pemahaman siswa
terhadap praktik-praktik sebelumnya. Dalam
praktik mandiri, siswa melakukan praktik dengan
caranya sendiri tanpa bantuan dan respons balik
dari guru.

3. Model Belajar Dari Simulasi


Model pembelajaran simulasi merupakan model
pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap
sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya
(state of affaris) atau proses.  Model pembelajaran ini
dirancang untuk membantu siswa mengalami
bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan
untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh
konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati
kenyataan dimana gerakan yang dianggap kompleks

xxii
sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini
dilakukan dengan menggunakan simulator.
a. Peran Guru
Ada 4 peran guru dalam model simulasi :
1. Menjelaskan
Untuk mengandakan pembelajaran berdasarkan
simulasi, para pemain harus memahami aturan-
aturan yang cukup memadai untuk bisa
melaksanakan aktivitas-aktivitas simulasi. Namun,
bukankah hal yang penting untuk membuat siswa
memiliki pemahaman penuh tentang simulasi pada
waktu-waktu awal. Sebagaimana dalam kehidupan
nyata, beberapa aturan menjadi relavan hanya
pada saat aktivitas proses dan bukan pada tahap
awal.
2. Mewasiti
Simulasi yang diterapkan dalam ruang kelas
dirancang untuk bisa memberikan keuntungan
dalam pendidikan. Guru harus mengontrol
partisipasi siswa dalam permainan untuk
memastikan bahwa keuntungan simulasi benar-
benar bisa didapatkan. Sebelum permainan dimulai,
guru harus menugaskan siswa dalam bentuk tim
(jika permainannya berbentuk tim kerja) serta
menyesuaikan kemampuan masing-masing siswa
dengan peran yang akan dimainkan dalam simulasi
untuk menjamin adanya partisipasi aktif dari semua
siswa.

xxiii
3. Melatih
Guru harus bertindak sebagai pelatih ketika
dibutuhkan, memberikan nasihat pada pemain
untuk memudahkan mereka dalam bermain dengan
lebih baik yakni untuk memaksimalkan
kemungkinan-kemungkinan simulasi secara penuh.
4. Mendiskusikan
Dalam sesi ini, diperlukan diskusi tentang
bagaimana eratnya kaitan simulasi tersebut dengan
dunia nyata, kesulitan dan pandangan apa yang
dimiliki siswa, dan hubungan apa yang bisa
ditemukan antara simulasi dengan materi yang
dipelajari.
b. Karakter  Model Pembelajaran Simulasi
Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Udin
(2001:66), model ini memiliki tahap sebagai berikut:
1. Sintakmatik
Tahap1: Orientasi Guru
Guru menyajikan topik yang akan dibahas dan
konsep yang akan digunakan dalam aktivitas
simulasi. Selain itu, guru juga memberikan
penjelasan mengenai simulasi jika saat itu
adalah saat pertama siswa melakukan simulasi.
Guru juga perlu menyajikan ikhtisar dari
permainan (mengemukakan prosedur). Tahap
pertama ini, tidak boleh memakan waktu yang
lama meskipun tahap tersebut merupakan

xxiv
konteks yang penting bagi siswa dalam
menjalani aktivitas pembeajaran simulasi.
Tahap 2: Latihan peran
Pada tahap ini, guru menyusun sebuah skenario
yang menyusun sebuah skenario yang
memaparkan peran, aturan, proses, skor, jenis
keputusan yang akan dibuat dan tujuan simulasi.
Guru mengatur siswa pada peran yang
bermacam-macam dan memimpin praktik dalam
jangka waktu singkat untuk memastikan bahwa
siswa telah memahami semua arahan dan bisa
melaksanakan perannya masing-masing.
Tahap 3: Proses simulasi
Siswa berpartisipasi dalam permainan atau
simulasi, dan guru juga memainkan perannya
sebagai wasit dan pelatih. Secara periodik,
permainan simulasi bisa dihentikan sehingga
siswa dapat menerima umpan balik,
mengevaluasi performa dan keputusan mereka,
dan mengklarifikasi kesalahan-kesalahan
konsepsi.
Tahap 4:Pemantapan dan debriefing
Berdasarkan hasil yang diperoleh, guru dapat
membantu siswa fokus pada hal-hal berikut :
a. Menggambarkan kejadian dan persepsi serta
reaksi mereka
b. Menganalisis proses
c. Membandingkan simulasi dengan dunia nyata

xxv
d. Menghubungkan aktivitas dengan materi
pelajaran
e. Menilai serta merancang kembali suatu
simulasi
2. Sistem Sosial
Didalam simulasi, pengajar harus dengan
sengaja memilih jenis kegiatan dan mengatur
siswa dengan merancang kegiatan yang utuh
dan padat mengenai sesuatu proses.  Karena itu,
model ini termasuk model yang terstruktur.
Keberhasilan dari model ini tergantung pada
kerjasama dan kemauan dari siswa untuk secara
bersungguh-sungguh melaksanakan aktivitas ini.

3. Prinsip reaksi/pengelolaan
Dalam model ini, pengajar berperan sebagai
pemberi kemudahan atau fasilitator.  Dalam
keseluruhan proses simulasi, pengajar bertugas
dan bertanggung jawab atas terpeliharanya
suasana belajar dengan cara menunjukkan sikap
yang mendukung atau supportif dan tidak
bersifat menilai atau evaluatif.

Penerapan Simulasi bisa mensimulasikan


pembelajaran mengenai :
a. Kompetisi
b. Kerjasama
c. Empati

xxvi
d. Sistem sosial
e. Konsep
f. Skill
g. Menjalani hukuman
h. Peran kesempatan/peluang
i. Kemampuan untuk berpikir kritis (menguji
strategi alternatif dan mengantisipasi hal-hal
lain) dan membuat keputusan.(Nesbitt, 1971:
35-53)
4. Kondisi Belajar
A. Pengertian Kondisi Belajar
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi
yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu
keadaan yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan
pengalaman melalui berbagai proses pengolahan
mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Gagne dalam
bukunya “Condition of learning” (1977) menyatakan
“The occurence of learningis inferred from a
difference in human being’s performance before and
after being placed in a learning situation” .Terjadinya
belajar pada manusia dapat disimpulkan bila terdapat
perbedaan dalam penampilan/ kinerja manusia
sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada situasi
belajar. Dengan kata lain ia menyatakan bahwa
kondisi belajar adalah suatu situasi belajar

xxvii
(learning situation) yang dapat mengahasilkan
perubahan perilaku (performance) pada
seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi
tersebut.
B. Kondisi Belajar untuk Berbagai Jenis Belajar
Gagne (dalam Richey, 2000) menyatakan bahwa
dibutuhkan kondisi belajar yang efektif untuk
berbagai jenis/ kategori kemampuan belajar. Kondisi
belajar dibagi atas lima kategori belajar sebagai
berikut:
a. Keterampilan intelektual (intellectual skill):
Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang
dibutuhkan adalah pengambilan kembali
keterampilan-ketrampilan bawahan (yang
sebelumnya), pembimbingan dengan kata-
kata atau alat lainnya, pendemonstrasian
penerapan oleh siswa dengan diberikan
balikan, pemberian reviu.
b. Informasi verbal (verbal information): Untuk
jenis belajar ini, kondisi belajar yang
dibutuhkan adalah pengambilan kembali
konteks dari informasi yang bermakna,
kinerja (performance) dari pengetahuan baru
yang direkonstruksi, balikan
c. Strategi kognitif (Cognitive Strategy/problem
solving): Untuk jenis belajar ini, kondisi
belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan
kembali aturan-aturan dan konsep-konsep

xxviii
yang relevan, penyajian situasi masalah baru
yang berhasil, pendemonstrasian solusi oleh
siswa.
d. Sikap (attitude): Untuk jenis belajar ini,
kondisi belajar yang dibutuhkan adalah
pengambilan kembali informasi dan
ketrampilan intelektual yang relevan dengan
tindakan pribadi yang diharapkan,
pembentukan atau pengingatan kembali
model manusia yang dihormati, penguatan
tindakan pribadi dengan pengalaman
langsung yang berhasil maupun yang dialami
oleh orang lain dengan mengamati orang
yang dihormati.
e. Keterampilan motorik (Motor Skill): Untuk
jenis belajar ini, kondisi belajar yang
dibutuhkan adalah pengambilan kembali
rangkaian unsur motorik, pembentukan atau
pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan
yang dilaksanakan, pelatihan ketrampilan-
ketrampilan keseluruhan, balikan yang tepat.

xxix
H. LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN
LANGSUNG
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Langsung
adalah :
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan siswa.
Pada fase pertama ini guru menjelaskan tujuan
pembelajaran khusus, memberi informasi tentang latar
belakang pembelajaran, memberikan informasi
mengapa pembelajaran itu penting, dan
mempersiapkan siswa baik secara fisik maupun mental
untuk mulai pembelajarannya.
2) Mendemostrasikan pengetahuan atau keterampilan.
Pada fase kedua ini guru berperan sebagai model
dengan mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan secara benar, ia harus menyajikan
informasi secara bertahap selangkah demi selangkah
sesuai struktur dan urutan yang benar.
3) Membimbing pelatihan.
Pada fase ketiga guru harus memberikan
bimbingan dan pelatihan awal agar siswa dapat
menguasai pengetahuan dan keterampilan yang
sedang diajarkan.
4) Mencek pemahaman dan memberikan balikan
(umpan balik).
Pada fase keempat ini guru melakukan pengecekan
apakah siswa dapat melakukan tugas dengan baik,

xxx
apakah mereka telah menguasai pengetahuan atau
keterampilan, dan selanjutnya memberi umpan balik
yang tepat.
5) Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan.
Pada fase terakhir (kelima) ini guru kemudian
menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk
melakukan latihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks
atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Belajar Melalui simulasi : Latihan dan Latihan Mandiri


Dua jenis latihan pendekatan dikembangkan dari
teori perilaku kelompok cybernetic (cabang psikologi).
Menurut prinsip ini, semua perilaku manusia
melibatkan suatu pola gerak yang tampak. Perilaku
tersebut meliputi perilaku yang tidak terlihat, seperti
berpikir dan perilaku yang tampak. Dalam situasi
tertentu, individu akan memodifikasi perilakunya
sesuai dengan masukan yang mereka terima dari
lingkungan. Mereka akan menata perilakunya dan pola-
pola responnya sesuai dengan masukan-masukan dari
lingkungan. Peran guru dalam model ini sebagai
fasilitator dan melalui simulasi siswa, guru hendaknya
mempertahankan perannya sebagai pendukung sikap-
sikap siswa yang diperankannya.
Ada beberapa langkah-langkah dalam
penggunaan metode simulasi, yaitu :

xxxi
1) Penentuan topik dan tujuan simulasi.
2) Guru memberikan gambaran secara garis besar
situasi yang akan disimulasikan.
3) Guru memimpin pengorganisasian kelompok,
peranan-peranan yang akan dimainkan, pengaturan
ruangan, pengaturan alat, dan sebagainya.
4) Pemilihan pemegang peranan.
5) Guru memberikan keterangan tentang peranan
yang akan dilakukan.
6) Guru memberikan kesempatan untuk
mempersiapkan diri kepada kelompok dan
pemegang peranan.
7) Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi.
8) Pelaksanaan simulasi.
9) Evaluasi dan pemberian balikan.
10) Latihan ulang.

DAFTAR PUSTAKA

xxxii
Rakhman, Arif. 2016. Model Pembelajaran Modifikasi Tingkah
Laku. Diakses dari :
http://arifrakhman15.blogspot.com pada [17
November 2019].
Zakky. 2018. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Para
Ahli. Diakses dari :
https://www.zonareferensi.com/pengertian-
model-pembelajaran/ pada [17 November
2019].
Septiani, Noveliya. 2017. Pengembangan Model
Pembelajaran Inovatif. Diakses dari :
http://noveliyaseptiani14.blogspot.com/2017/0
3/model-pembelajaran-modifikasi-tingkah.html
pada [17 November 2019].
Joyce, B., & Weil, M. (1980) Models of Teaching (Second
Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Musaddad, A. Implementasi Model Pembelajaran Perilaku


(Behavior) dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Diakses

dari:https://www.academia.edu/9672573/Implementasi_
Model_Pembelajaran_Perilaku_Behavior_dalam_Kegiata
n_Belajar_Mengajar pada [23 November 2019]

xxxiii

Anda mungkin juga menyukai