LANDASAN TEORI
perilakunya sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau
1
Annisa, Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Self-Management Untuk
Meningkatkan Kecerdasan Emosional Peserta Didik Kelas Vii Di Smp Negeri 19 Bandar Lampung,
(Lampung: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017),
hlm. 36
32
33
metode, keterampilan dan strategi yang dapat dilakukan oleh individu dalam
tujuannya. 2
yang ada dalam diri, berusaha untuk memperoleh apa yang ingin dicapai serta
mengolah semua unsur yang terdapat dalam dirinya meliputi pikiran, perasaan
dan tingkah laku maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut telah
memiliki self-management.
2
Binti Khusnul Khotimah, Pengaruh Konseling Individu Dengan Teknik Selfmanagement
Terhadap Kedisiplinan Peserta Didik Kelas Viii Di Smp Wiyatama Bandar Lampung (Lampung:
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017), hlm. 48.
3
Gantina Komalasari, Teori dan Teknik Konseling (Jakarta: PT Indeks 2014), hlm. 180
4
Ibid, hlm 151
35
reinforcement yang positif (self reward), kontrak atau perjanjian dengan diri
perilaku yang diinginkan. Asumsi dasar teknik ini adalah bahwa dalam
5
Singgih D. Gunarsa, Konseling Dan Psikoterapi, (Jakarta: Libri, 2011), hlm. 225.
36
itu sendiri.
lain tentang dunia atau orang-orang di sekitar kita atau diri kita sendiri. Self
a. Perilaku yang tidak berkaitan dengan orang lain tetapi mengganggu orang
c. Perilaku sasaran terbentuk verbal dan berkaitan dengan evaluasi diri dan
skripsi. 6
yang bermasalah pada diri sendiri ataupun orang lain. Dalam proses
6
Gantina Komalasari, loc.cit.
38
sampai di luar sesi konseling, serta perubahan yang mantap dan menetap
pengelolaan diri.
saja.7
sebagai berikut:
dengan target tingkah laku yang telah dibuat oleh konseli. Perbandingan
yang terlalu tinggi, perilaku yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan
7
Ibid., hlm 181.
40
reinforcement)
yang kuat dari konseli untuk melaksanakan program yang telah dibuat
secara kontinyu.
d. Target Behavior
B. Emosi
1. Pengertian Emosi
mengacu kepada ketegangan yang terjadi pada individu akibat dari tingkat
biasanya ia dikatakan sedang emosi, orang yang berubah nada suara, raut
muka atau tingkah lakunya itu di sebut marah. Ungkapan seperti itu jarang
muncul pada peristiwa seperti kaget, ketakutan atau senang, kendatipun semua
8
Binti Khusnul Khotimah, op.cit., hlm 51-52.
9
M. Darwis Hude, Emosi: Penjelajah Religio-Psikologi Tentang Emosi Manusia didalam al-
Qur’an, (Ttp: Erlangga, 2006), hlm. 15
42
Dari segi etimologi emosi berasal dari akar kata bahasa latin “movere”
“e” untuk memberikan arti “bergerak jauh”. 10 Dan dari sudut mental adalah
suatu keadaan senang atau cemas, yang ditandai adanya perasaan yang kuat,
dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Jika
emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi
emosi adalah reaksi positif ataupun negatif terhadap objek, peristiwa, atau
antara komponen-komponen emosi saling berkaitan satu sama lain. Jadi, pada
suatu saat komponen yang satu dapat menjadi akiba dari suatu peristiwa
sebelumnya dan dapat juga menjadi stimulus yang memulai suatu kejadian
selanjutnya.
perubahan pada tubuh dan wajah, aktivitas pada otak, penilaian kognitif,
10
Ibid., hlm. 16
11
Ibid., hlm. 17
43
2. Ciri-Ciri Emosi
berikut:
pengamatan berfikir,
a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh ransangan dari luar
terhadap tubuh seperti; rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar
12
Jumlatum Munawaroh, Pengendalian Emosi Pada Pecandu Narkoba Di Institusi Penerima
Wajib Lapor (Ipwl) Yayasan Mitra Alam Surakarta, (Surakarta: Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri), hlm. 13
44
3. Macam-Macam Emosi
emosi positif adalah antusiasme, rasa senang, dan cinta. Sedang emosi negatif
adalah cemas, marah, rasa bersaalah, dan rasa sedih. Emosi dapat
d. Emosi murung: Hal ini sebagai variasi emosi marah. Tertawa atau
dapat tercapai.
13
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 116-117.
14
Jumlatum Munawaroh, Pengendalian Emosi Pada Pecandu Narkoba Di Institusi Penerima Wajib
Lapor (Ipwl) Yayasan Mitra Alam Surakarta, (Surakarta: Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah Institut
Agama Islam Negeri, 2017), hlm. 15-16 t.d.
45
menyedihkan
pelahiran tertentu, karena situasi dan tingkah laku yang khusus untuk
i. Emosi benci: Rasa yang tidak senang kepada orang lain. Gejalanya muka
4. Emosi Marah
memiliki ciri-ciri aktivitas sistem syaraf simpatetik yang tinggi dan adanya
perasaan tidak suka yang sangat kuat yang disebabkan adanya kesalahan,
akut yang timbul karena sejumlah situasi yang merangsang. Situasi ini
yang kuat pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat
serangan lahiriah, baik yang bersifat somatik atau jasmaniah maupun yang
sangat sukar bagi setiap orang, baik dalam hal menerima ataupun untuk
emosi marah yaitu suatu gejolak emosi pada seseorang yang disebabkan
terutama pada ujung-ujung jari bergetar keras, timbul buih pada sudut
15
Triantoro Safaria, manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola
Emosi Positif Dalam Hidup Anda, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 74.
47
dapat dilihat melalui ciri pada wajah, lidah, anggota tubuh, dan hati.
c. Aspek-Aspek Marah
16
Ibid., hlm. 76.
48
1) Aspek biologis
seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleksi cepat.
marah karena tidak puas dengan kondisi tubuhnya yang tidak sesuai
2) Aspek emosional
marah melakukan perilaku menarik perhatian dan ada konflik pada diri
3) Aspek intelektual
4) Aspek sosial
Ciri emosi marah pada diri seseorang dilihat dari aspek sosial,
tingkah laku orang lain, sehingga orang lain merasa sakit hati. Proses
5) Aspek spiritual
marah terlihat dari fisik yang berubah maupun cara berpikir seseorang
C. Narkoba
1. Pengertian Narkoba
terbesar yang dapat merusak moral dan kesehatan generasi bangsa. Awalnya
candu atau opiun. Candu atau opium ini berasal dari getah kuncup bunga
karena hanya berkaitan dengan satu jenis narkotika saja, yaitu opium.
17
Ibid., hlm. 77-78.
51
NAPZA adalah obat, bahan atau zat, bukan makanan yang jika
contohnya ganja dari tanaman ganja, candu dari tanaman candu, dan nikotin
dari tanaman tembakau. Ada juga yang berasal dari bahan yang diolah secara
juga yang berasal dari bahan kimia murni hasil olahan pabrik (bahan sintetis),
contohnya ekstasi, beberapa obat penenang atau obat tidur, dan beberapa
2. Jenis-Jenis Narkoba
a. Narkotika
1) Pengertian narkotika
narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
18
Dede Abdurrahman, Ensiklopedia NAPZA Narkotika Jenis-Jenis Dan Kandungannya,
(Mojoekerto : Ardin Karya Bersama, 2017), Jilid 1, hlm. 2-3
52
pada sistem saraf pusat sehingga mengganggu daya pikir, daya ingat,
cara pembuatannya.
19
Ibid., hlm.16
53
dan turunannya. 20
20
Ibid., hlm.23-26
54
a) Ganja
marijuan, rumput atau grass, weed, bhang, buddha stick, atau Mary
Jane.
21
Ibid., hlm. 27-29
22
Ibid., hlm. 38
55
(1) Tahap awal berupa rasa pusing dan euforia (rasa gembira)
dan ingatan.
(5) Efek negatif ganja bisa berupa perasaan bingung, reaksi panik
apapun.
sebagai berikut:
halusinasi.
kekerasan.23
b) Opium
bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah opium yang belum
23
Ibid., hlm.43-44
57
China. 24
untuk pemadatan.
24
Ibid., hlm. 45
58
berikut:
c) Morfin
pada opium. Morfin berasal dari getah buah opium yang diekstrak
25
Ibid., hlm. 52
59
b. Psikotropika
1) Pengertian psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik bukan narkotika,
26
Ibid., hlm. 54
27
Ibid., hlm. 57-58
28
Suryaning Wulan, Ensiklopedia NAPZA Psikotropika Jenis-Jenis Dan Kandungannya,
(Mojokerto : Ardin Karya Bersama, 2012), jilid 2, hlm.1
60
membahayakan pemakainya.
pil BK dll).29
2) Jenis-Jenis Psikotropika
a) Ekstasi
pil atau kapsul ekstasi dengan ditelan langsung. Dengan minum pil
inex, XTC, huge drug, esence, clarity, block heart, dan ice.
sebagai berikut:
29
Ibid., hlm. 14-15.
62
diri menghilang.
(3) Akan timbul rasa haus yang berlebihan, mual dan muntah, sakit
kerusakan otak.
bernafas.
63
jengkel, depresi.
c) Sabu-Sabu
yang berbentuk cairan. Sabu mudah larut dalam alkohol dan air
atau menghisap.
berlebihan.
30
Ibid., hlm. 20-25.
64
c. Zat adiktif
31
Ibid., hlm. 26-28.
32
Neneng Suryani Putri, Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Pemahaman Bahaya
Narkotika Psikotropika, dan Zat Adiktif Bagi Siswwa MAN Yogyakarta 1, (Yogyakarta: Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), hlm. 19.
65
Zat-zat yang dimaksud ini adalah alkohol, solven (zat pelarut), inhalansia
D. Remaja
1. Pengertian Remaja
(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau
ini mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun
sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17
tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian
33
Dewi Mustirah, Resiliensi Pada Mantan Pecand Narkoba Di Kampung Narkoba Madura,
(Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017), hlm. 32
34
Elizabeth B. Hulrock, Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang Rentan
Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 206.
66
psikologik, dan sosial ekonomi dengan menetapkan batas usia 10-20 tahun
yang terjadi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan
dan sosial.
remaja, yaitu :
yang terjadi pada dirinya dan dorongan atau tekanan yang menyertai
perubahan itu. Saat ini juga individu mulai merasakan rasa suka terhadap
lawan jenis dan menjadi lebih mudah untuk terangsang. Masa ini
diterima oleh temannya tersebut, dan saat ini pula individu memiliki
35
Olivia Janesari, Persepsi Remaja Tentang Penyebab Perilaku Kenakalan Remaja,
(Yogyakarta: Fakultas psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2009), hlm. 8. t.d.
67
dirinya. Pada masa ini lah terjadinya ketidakpastian antara memilih yang
perduli atau tidak perduli, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan
sebagainya.
Pada saat ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang
orang lain
masyarakat umum. 36
36
Devi Julian Surya, Hubungan Kestabilan Emosi Terhadap Stres Akademik Pada Remaja Di
Sman 4 Jakarta, (Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2016), hlm. 10. t.d.