MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Kelas yang
diampu oleh Dosen :
Disusun Oleh :
Tim Penyusun :
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kegiatan yang tak kalah pentingnya dalam kegiatan manajemen
peserta didik adalah membina kedisiplinan peserta didik. Guru sebagai manajer
kelas dituntut pula untuk memiliki keterampilan dalam membina kedisipinan
peserta didik tersebut.
Disiplin berkaitan pula dengan motivasi, karena dengan disiplin anak terdorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Disamping itu diartikan sebagai
kontrol karena dalam penerapan disiplin banyak berpegang dalam aturan-aturan
untuk menilai perilaku anak. Itulah sebabnya kedisiplinan peserta didik di dalam
kelas menjadi hal yang penting dalam menciptakan perilaku peserta didik yang
tidak menyimpang dari ketertiban kelas.
B. Rumusan Masalah
2. Apa saja urgensi atau arti penting pembinaan disiplin peserta didik?
C. Tujuan
2. Mengetahui dan memahami apa saja urgensi atau arti penting pembinaan
disiplin peserta didik
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang tua dan Guru dalam
membentuk Kemandirian dan Kedisipinan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013).
Hal. 41.
2
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: PT Bumi Angkasa, 2012), Hal.
3
semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung
atau tidak langsung.
Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan
teratur yang dimiliki oleh peserta didik disekolah, tanpa ada pelanggaran-
pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep
otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, peserta didik disekolah dikatakan
mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil memperhatikan
uraian guru ketika sedang mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja
terhadap ada yang dikehendaki guru, dan tidak boleh membantah. Dengan
demikian, guru bebas memberikan tekanan kepada peserta didik, dan memang
harus menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut dan terpaksa
mengikuti apa yang diinginkan guru.
4
sekalipun, ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh seseorang dalam
kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan bermasyarakat dalam
setting sekolah. Bahkan pendamba kebebasan mutlak pun, sebenarnya akan
terbatasi oleh kebebasan itu sendiri.
Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan terbimbing.
Terbimbing karena dalam menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada
hal-hal yang konstuktif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal
yang destruktif maka dibimbing kembali ke arah yang konstruktif.
5
kewajibannya dan secara langsung mengerti larangan-larangan yang harus
ditinggalkan.
• Mengerti dan dapat membedakan perilaku yang baik dan perilaku yang
buruk.
peserta didik haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Pesserta didik di
dalam kelas senantiasa terus diawasi dan dikonrol agar tidak terbawa dalam
didik didalam kelas harus terus-menerus didisiplinkan dan jika perlu ditakuti
dengan hukuman dan hadiah. Hukuman diberikan kepada peserta didik yang
3
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk mencipkatan Kelas yang
Kondusif. (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013). Hal. 162-164
6
mendisiplinkan diri sendiri di dalam kelas. Dalam teknik ini, peserta didik
sadar, ia akan mawas diri serta berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika
disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri
Kunci sukses penerapan teknik ini adalah ada pada keteladanan guru
dalam berdisiplin, mulai dari disiplin waktu, disiplin mengajar, dll. Guru
disiplin di dalam kelas. Guru dan peserta didik lazimnya membuat semacam
ditaati bersama. Kontrak perjanjian ini sangatlah penting karena dengan cara
4
Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik. (Bandung: Alfabeta, 2011). Hal. 96
7
demikian guru dan peserta didik dapat bekerjasama dengan baik. Kerjasama
baik? Tentu saja tidak ada yang paling baik karena setiap teknik pembiasaan
perilaku disiplin.
hanya untuk membuat jengkel gurunya dan ada juga disebabkan ingin
5
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori …. Hal. 164-168
8
perilakunya, artinya yang tidak disukai guru adalah perilaku peserta
didik belajar membuat pilihan perilaku yang lebih baik daripada hanya
bermakna.
9
Jika ada peserta didik yang tidak disiplin dikelas, sebaiknya guru
meyakinkan bahwa itu adalah perbuatan yang buruk. Setelah itu barulah
bertambah baik
Setiap orang tentunya akan merespon umpan balik yang positif. Hal
ini juga berlaku bagi para peserta didik. Peserta didik akan sangat
didik yang berbuat kesalahan sering kali diberi hukuman oleh gurunya,
10
f. Guru menghapus bersih daftar kesalahan peserta didik dan mampu
tidak luput dari kesalahan. Walaupun demikian guru dan peserta didik
selalu berpikir positif terhadap peserta didiknya. Sebab, pada saat guru
berpikir positif, pada saat itu pula sebenarnya guru sedang mendoakan
peserta didik agar menjadi orang yang baik dan akan merasa lebih
dihargai.
berperilaku baik
kelas. Setelah selesai dibuat, tata tertib kelas tersebut menjadi semacam
Agar para peserta didik berperilaku sesuai dengan tata tertib tersebut,
11
guru harus memfokuskan memberikan penghargaan kepada mereka
h. Guru bekerjasama dengan kepala sekolah dan wali peserta didik untuk
dan cepat memperbaiki perilaku yang buruk sehingga guru tidak perlu
kembali menaati tata tertib kelas. Tetapi, ada juga peserta didik yang
hal itu tetap saja terjadi, guru dapat bekerjasama dengan kepala sekolah
12
BAB III
KESIMPULAN
Disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh
peserta didik disekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiridan terhadap
sekolah secara keseluruhan.
Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep
otoritarian. guru bebas memberikan tekanan kepada peserta didik, dan memang
harus menekan peseerta didik. Dengan demikian, peserta didik takut dan terpaksa
mengikuti apa yang diinginkan guru. Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan
konsep permissive. Menurut konsep ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan
seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan
dan tidak perlu mengikat kepada peserta didik. Ketiga, disiplin yang dibangun
berdasarkan konsep kebebasan yang terkndali atau kebebasan yang
bertanggungjawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya
kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu,
haruslah ia tanggung.
Teknik external control merupakan suatu teknik yang mana disiplin peserta
didik haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Peserta didik di dalam kelas
senantiasa terus diawasi dan dikontrol agar tidak terbawa dalam kegiatan-kegiatan
destruktif dan tidak produktif. Teknik internal control mengusahakan agar peserta
didik dapat mendisiplinkan diri sendiri di dalam kelas. Dalam teknik ini, peserta
didik sadar, ia akan mawas diri serta berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Dalam
teknik cooperative control ini antara guru sebagai manajer kelas dengan peserta
didik harus saling bekerjasama dalam menegakkan disiplin di dalam kelas.
13
DAFTAR PUSTAKA
Imron, Ali. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi
Angkasa
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang tua
dan Guru dalam membentuk Kemandirian dan Kedisipinan Anak Usia Dini.
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk
14