Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Kelas

1. Pengertian Manajemen

a. Menurut wikipedia, Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Dari pengertian tentang manajemen oleh Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen dalam pelaksanaannya dilakukan sesuai proses.
Paling tidak ada 4 proses yang dilakukan untuk melakukan suatu manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian.

b. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.

c. Dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management”George R Terry (1994) mendefinisikan manajemen sebagai
suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pelaksanaan dan pengawasan, dengan
memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen
merupakan pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.

2. Pengertian Kelas

a. Dalam dunia pendidikan, kelas dapat mempunyai beragam makna, yaitu: (1) kelas adalah sekelompok siswa yang sedang
mengikuti suatu pembelajaran atau kuliah tertentu; (2) kelas dapat juga diartikan sebagai proses belajar mengajar; (3) kelas
adalah bangunan fisik atau ruang kelas, tempat di mana proses belajar mengajar dilakukan; (4) kelas adalah tingkatan
sekolah di mana seorang anak belajar.

b. Menurut Oemar Hamalik, kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang
mendapatkan pengajaran dari guru.

c. Sudirman dkk, dalam bukunya Ilmu Pendidikan:Kurikulum, Program pengajaran, Efek Intruksional dan pengiring,
CBSA, Metode mengajar, Media pendidikan, Pengelolaan kelas dan Evaluasi hasil belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), menyebutkan bahwa Nawawi membedakan kelas dalam artian sempit dan kelas dalamian luas. Kelas dalam arti
sempit menurutnya adalah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti
proses belajar mengajar. Pada pengertian ini kita dapat melihat bahwa kelas sekedar menunjuk pengelompokan siswa
menurut tingkat perkembangannya yang didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. Sedangkan kelas dalam
arti luas menurutnya adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan
diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk
mencapai suatu tujuan.

d. Menurut Suharsini Arikunto, kelas adalah sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama.

Berikut ini beberapa pengertian atau definisi manajemen kelas:

a. Manajemen kelas adalah beragam tingkah laku guru yang kompleks agar pengajarannya menjadi efektif dan efisien.
Manajemen merupakan suatu hal dapat membuat siswa terlihat sangat aktif dalam aktivitas pembelajaran di kelas dan
mereduksi tingkah laku-tingkah laku yang kontraproduktif dengan proses pembelajaran sehingga guru dan siswa dapat
melakukan proses belajar mengajar dengan efisien jika dilihat dari segi waktu. Tanpa manajemen kelas yang efektif proses
pembelajaran siswa akan terganggu selama pengajaran berlangsung.

b. Manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan mengendalikannya
jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.

c. Manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar apa yang membantu
dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal,sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.

B. Pendekatan-Pendekatan Dalam Manajemen Kelas

Manajemen kelas tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor
utama yang dilakukan guru untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan siswa, tingginya kerjasama di antara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya
interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.[2] Berikut ini ada
beberapa pendekatan dalam mengelola kelas:
1. Pendekatan Otoriter atau Kekuasaan

Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban
di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan
disiplin yang tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya
pendekatan:

a. Perintah dan Larangan

Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas
tertentu. Seorang guru yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif, namun jangkauannya hanya terbatas
pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa
mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.

b. Penekanan dan Penguasaan

Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri guru, banyak memerintah,
mengomel dan memarahi. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas menggunakan pendekatan penguasaan
dan penekanan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya. Meskipun demikian,
namun pendekatan ini kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang bijaksana.

c. Penghukuman dan Pengancaman

Pendekatan penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman dengan
kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar,
mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di depan siswa lain, memaksa siswa untuk meminta maaf,
memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk
penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang manusiawi.

Dijelaskan (dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000) terdapat lima strategi yang dapat diterapkan dalam
mangelola kelas, yaitu:

a. Menetapkan dan menegakkan peraturan

Kegiatan yang dilakukan guru yaitu menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada siswa
tentang apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, maksud peraturan ini adalah
menuntun dan membatasi perilaku siswa.

b. Memberi perintah, pengarahan, dan pesan

Strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku siswa agar dapat melakukan sesuai yang diinginkan guru.

c. Menggunakan teguran ramah

Strategi yang digunakan yaitu dengan cara menegur siswa yang berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar
peraturan dengan cara lemah lembut. Teguran ini dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal dengan maksud
untuk memberitahukan bukan menuduh.

d. Menggunakan pengendalian dengan gerak mendekati

Guru bergerak mendekati siswa yang berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Tujuannya adalah
untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan.

e. Menggunakan pemisahan dan pengucilan

Strategi guru dalam merespon terhadap perilaku menyimpang siswa yang tingkat penyimpangannya cukup berat.

Kelebihan dari pendekatan ini adalah terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk peraturan atau norma-norma
yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu ketertiban di kelas. Kelemahannya adalah pendekatan ini kurang efektif. guru
yang menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang ia katakan adalah mutlak benar. Guru dianggap yang
paling tahu. siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya.
Contohnya: Seorang guru langsung mengusir anak didiknya yang berbicara di kelas tanpa mempertimbangkan alasan
yang diberikan anak didiknya tersebut. Guru menganggap anak didiknya tersebut tidak disiplin.

2. Pendekatan Intimidasi atau Ancaman

Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku
peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi
menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan,
hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan.

Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru. Pendekatan intimidasi berguna
dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan
pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru
memergoki dua peserta didik berkelahi.kemudian guru bertindak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru
kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka
membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk
menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan
intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain.

Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat kecaman terhadap
pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani
gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah
tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik.

3. Pendekatan Permisif atau Kebebasan

Pengelolaan permisif di sini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah untuk meningkatkan kebebasan siswa. Campur
tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan guru hendaknya juga berperan sebagai pendorong untuk mengembangkan
potensi siswa secara penuh. Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan
kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan
peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta
didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal
mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh..

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang murni tidak produktif
diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. Namun disarankan agar guru memberikan kesempatan kepada
para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. Urusan itu seperti para peserta didik memperoleh
kesempatan secara psikologis, memilkul risiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya,
mengembangkan kemampuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Dengan demikian, guru
harus dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, di sisi lain
tetap dapat mengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab.

Kelebihan Pendekatan ini cukup efektif untuk dilaksanakan karena tingkah laku positif anak didik dapat
terkembangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Kelemahannya yaitu siswa menjadi
bergantung kepada guru dalam mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan teransang bertingkah baik bila ada
sebuah pujian dari guru dan sebagainya. Contohnya: Guru memberikan pujian dan hadiah kepada anak yang bertingkah
laku baik dan memberikan sanksi kepada anak yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak tersebut tidak mengulangi
perbuatannya itu lagi.

4. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas
dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk
menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan
mengurangi masalah-masalah pengelolaan.

5. Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan
karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi
bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang positif antara
guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru
dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional
yang positif pula.

6. Pendekatan Intruksional

Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengan demikian
peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan setiap siswa.
Pendekatan instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar mempunyai potensi
untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah
manajerial kelas.

7. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang
harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.
Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. Dalam pengelolaan, guru lebih banyak memberi anjuran, wejangan, perintah,
sehingga mengabaikan kebutuhan siswa. Di samping itu, guru menjadi tidak kreatif karena terpaku pada penyelesaian
materi.

8. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi behavioral. Prinsip pokoknya ialah
bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang disukai maupun tidak disukai. Para penganut pendekatan
ini percaya bahwa seorang siswa yang bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu karena satu atau dua
alasan:

a. Siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau

b. Siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.

Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:

a. Ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan umur dan dalam
segala keadaan.

b. Proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di
lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti
(bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan
dan penguatan negatif.

Agar pendekatan ini dapat berjalan dengan efektif, sebaiknya kita perlu mencatat beberapa kegiatan yang dapat
mengakibatkan kacaunya suasana dalam kelas, sekaligus mencatat hal-hal yang membuat siswa dapat menjaga suasana
kelas tetap kondusif. Misalnya, selama ini kita terbiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab bersama
sehingga suasana menjadi gaduh. Jika kebiasaan tersebut dapat mengurangi kedisiplinan siswa, maka kita sebaiknya perlu
mengganti kebiasaan tersebut dengan hal lain yang dapat mengembalikan kedisiplinan mereka.

9. Pendekatan Pengajaran

Manajemen kelas dengan pendekatan pengajaran, sesuai dengan sebutan dilakukan guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Peranan guru sangat dominan di sini sebagai aktor utama di dalam kelas. Pendekatan
memanajemen kelas dengan pendekatan pengajaran dimaksudkan agar muncul peran guru secara efektif untuk melakukan
pencegahan dan atau penghentian perilaku siswa yang kurang menguntungkan atau bahkan mengganggu proses
pembelajaran di kelas. Pendekatan pengajaran mensyaratkan perencanaan pengajaran yang baik oleh seorang guru.
Selanjutnya, rencana pengajaran yang telah dibuat itu diimplementasikan sebaik-baiknya di dalam kelas sehingga kelas
yang bersangkutan dapat terkelola dengan baik untuk sebesar-besar manfaat untuk efektivitas pembelajaran siswa. Jadi,
peranan guru dalam kaitannya dengan pendekatan pengajaran adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran
yang baik.

10. Pendekatan Elektis/Pluralistik

Pendekatan elektis adalah suatu pendekatan pengelolaan atau manajemen kelas yang lebih menekankan pada
potensialitas, kreativitas, dabn inisiatif wali kelas atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan-pendekatan yang
telah disebutkan sebelumnya berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan-pendekatan di atas itu dalam
suatu situasi mungkin cukup dipergunakan salah satunya saja. Akan tetapi pada Situasi yang lain mungkin harus dilakukan
kombinasi dari dua atau tiga pendekatan di atas tersebut sekaligus. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistic
karena dalam pendekatan manajemen kelas ini guru berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki
potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan
efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan
selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara
efektif dan efisien.

11. Pendekatan Teknologi Informasi


Pembelajaran tidak hanya terpaku pada kegiatan yang lebih dari hanya berbicara dan transfer pengetahuan.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi sekolah mencari bentuk baru dalam proses pembelajaran anak.
Pembelajaran yang dimaksud adalah perkembangan teknologi dimasa kini dan mendatang, murid butuh untuk persiapan
dirinya terutama kaitanya dengan perkembangan proyek yang harus dikerjakan baik secara individual maupun kelompok.
Hal ini tentunya mendorong para guru untuk lebih bertindak sebagai coaching dari pada upaya sekedar telling dan spending
ilmu pengetahuan.

Pemanfaatan teknologi informasi adalah basis dalam pengembangan pembelajaran di dalam kelas, baik dalam
pengaturan kelas dengan alat teknologi tersebut (praktek), maupun kelas yang di sett dengan alat tekologi yang
memungkinkan anak dapat mempelajari apa yang diinginkannya dengan bantuan alat teknologi tersebut. Teknologi
memberikan dan menuntut hal-hal berikut :

a. Menuntut guru melakukan pekerjaan dan alat yang lebih rumit

b. Mengarah kepada peran guru sebagai pelatih dari pada sebagai penyalur pengetahuan

c. Menyediakan kesempatan kepada guru untuk mempelajari isi pembelajaran kembali dan menggunakan metode yang
tepat berdasarkan kurikulum yang ada

d. Dapat memberikan dorongan kepada murid untuk bekerja lebih keras dan lebih berhati-hati dalam belajar

e. Membangun budaya nilai dan mutu pekerjaan dalam sekolah secara signifikan.

Anda mungkin juga menyukai