Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR PENGELOLAAN KELAS

Mata Kuliah : Pengelolaan Administrasi Kelas


Jumlah SKS :2
Semester/Kelas : 3 / C1
Dosen Pengampu : Frida Destini, M.Pd
Ika Wulandari UT, S.P., M.Pd

Disusun Oleh:

Melda Rakassiwi ( 2213053187 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan
akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen
adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Menurut Suharsimi Arikunto, sebagaimana dikutib oleh Syaiful Bahri Djamarah
Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar
Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama,
yang mendapat pengajaran dari guru.
Sehingga pengelolaan kelas dapat dipahami sebagai suatu usaha yang dengan
sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya
adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran.

Menurut Mulyasa, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk


menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi
gangguan dalam pembelajaran (Mulyasa, 2011). Menurut paradigma lama,
pengelolaan kelas adalah mempertahankan ketertiban kelas. Sedangkan dalam kajian
kontemporer, pengelolaan kelas
adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan
situasi kelas(Emmer & Evertson, 2012).

1.2 Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan


pendidikan. Secara umum pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi
bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional,
dalam intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siwa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,

2
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi
pada siswa. Suharsimi Arikunto, berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas
adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Terkait dari penjelasan diatas dalam hal
pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari segi interaksi komunikatif. Artinya
seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi apapun yang terjadi didalam
kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu
antara guru dengan murid, murid dengan guru sehingga proses belajar-mengajar
dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sekaligus
meringankan tugas guru atau wali kelas.

1.3 Komponen Pengelolaan Kelas

Sebelum melakukan pendekatan dalam pengelolaan kelas sebaiknya


mengetahuibeberapa komponen dalam kelas yaitu:

1. Kondisi fisik; Kondisi fisik tempat berlangsungnya belajar mengajar


mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar
mengajar. lingkungan fisikyang dimaksud adalah:
a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
Ruangan tempat berlangsungnya belajar mengajar harus memungkinkan
siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu
antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Besarnya kelas
tergantung pada berbagai hal, antara lain: jenis kegiatan (tatap muka dalam
kelas/dalam ruang praktikum), jumlah peserta didik yang melakukan kegiatan
bersama akan berbeda dengan kelompok kecil.
Pakailah hiasan yang mempunyai nilai pendidikan yang dapat secara
langsung mempunyai daya sembuh bagi pelanggar disiplin. Misalnya
dengan kata-kata yang baik, anjuran-anjuran, gambar tokoh sejarah dan
sebaginya.
b) Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
Dalam mengatur tempat duduk yang paling terpenting adalah memungkinkan
terjadinya tatap muka, agar guru dapat sekaligus mengontrol tingkah laku
peserta didik. Beberapa pengaturan tempat duduk, antara lain: berbaris,
3
pengelompokan yang terdiri antara 8 sampai 10 orang, setengah lingkaran,
berbentuk lingkaran, individual yang biasanya terlihat diruang baca, di
perpustakaan, atau di ruang praktik laboratorium, tersedianya ruang yang
sifatnya bebas di kelas di samping bangku tempat bduduk yang diatur.
Dengan sendirinya penataan tempat duduk ini diatur sesuai dengan kebutuhan.

c). Ventilasi dan pengaturan cahaya


Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik, jendela harus cukup
besar sehingga memunginkan panas cahaya matahari masuk. Usahakan
udara yang masuk sehat melalui ventilasi yang baik sehingga peserta didik
mampu menghirup udara yang sehat, dan melihat tulisan dengan jelas.

d). Pengaturan dan penyimpanan barang-barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah


dijangkau kalau segera diperlukan yang akan dipergunakan bagi kepentingan
belajar mengajar. Tentu saja masalah pemeliharaan barang-barang tersebut
sangat penting, dan secara periodik harus dicek dan di-rechek. Hal yang tak
kalah pentingnya adalah penjagaan barang- barang tersebut dari pencurian,
pengamanan terhadap barang yang mudah terbakar atau meledak.

2. Kondisi Socio-Emocional; Howes dan Herald (1999) mengatakan pada


intinya, kondisi ini merupakan komponen yang membuat seorang menjadi
pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa emosi
manusia itu terletak pada wilayah hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi
emosi yang apabila diakui dan dihormati, dapat menyediakan kondisi yang
baik untuk dirinya sendiri dan oranglain;
3. Kondisi Organizational;
Kegiatan rutin yang secara organizational dilakukan baik tingkat kelas
maupun pada tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan
kelas. Dengan kegiatan yang jelas dan diatur dengan dikomunikasikanya
kepada semua peserta didik secaraterbuka sehingga jelas pula bagi mereka
dan menyebabkan tertanam pada diri setiap peserta didik kebiasaan yang
baik dan keteraturan tingkah laku.

Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokan menjadi dua kategori

4
yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali
perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan
saja. Tindakan pengeloaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi,
sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat
pula.

1.4 Peran Guru dalam Strategi Pengelolaan Kelas

Ada beberapa peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah


sebagai berikut: guru sebagai demonstrator, guru sebagai pengelola kelas, guru
sebagai mediator dan
fasilitator dan guru sebagai evaluator.

a. Guru Sebagai Demonstrator

Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang
tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut
akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru
adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang
dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator
dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta
didik.

b. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap
pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun
kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat
pemikiran ada beberapa tingkatan seperti; mengetahui, mengerti, mengaplikasikan,
analisis, sintesis (analisisdalam berbagai sudut) dan evaluasi. Manfaat evaluasi bisa
digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya
suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di
pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam
melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan
psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi
dan proses evaluasi. Evaluasi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus
terbuka.
5
c. Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator

Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma
guru akan menurun, bahkan kegiatan pembelajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru
Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang
tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola
kelas: Merancang tujuan pembelajaran, mengorganisasi beberapa sumber
pembelajaran, memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam
memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward,
mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar atau belum dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.

d. Guru Sebagai Evaluator

Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media
yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember
belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai
beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik
harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar mudah
memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah
hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa
dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalamkelas
sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.

1.5 Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas

Di dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip


pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk
mengetahui dan menguasaiprinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang di uraikan berikut
ini:

4. Hangat dan antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan
akrab engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

5. Tantangan
6
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnyatingkah laku yang menyimpang.

6. Bervariasi

Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi
antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam
penggunaan apa yang disebut di atas merupakan kunci untuk tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif.

7. Keluesan

Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat


mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim
belajar mengajaryang efektif.

8. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal
-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal
yang negatif.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan
kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat mengganggu jalannya
proses belajar mengajar.

9. Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin
diri sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus
disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala
hal.

1.6 Tindakan Pengelolaan Kelas

Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa yang


7
dapat memengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar
menjadi kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar
yang besar mampu memberikan dampak negatif yaitu:

(1) Sumber daya kelompok aan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa
sehinggawaktu yang tersedia akan semakin sempit.
(2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan
sumber daya yang ada. Misalnya dalam menggunakan waktu diskusi, jumlah
siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga
sumbangan pikiranakan sulit didapatkan siswa.
(3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini disebabkan
kelompok belajar yang terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yan
terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin
terpecah.
(4) Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehinga akan
semakin suarmencapai kesepakatan. Kelompok yang terlalu besar cenderung
akan terpecah ke dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan.
(5) Anggota kelompok yang terlalu banyak berecenderungan akan semakin
banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju untuk
mempelajari mata pelajaran yang baru.
(6) Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin
banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
kelompok.

Kunci keberhasilan yang esensial adalah pengelolaan, dan pengelolaan itu


meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengkordinasian, dan supervisi. Kombinasi strategi guru dan
faktor organisasional kelas yangmembentuk lingkungan belajar yang produktif, yang
mencakup penetapan rutinitas, aturan- aturan sekolah dan kelas, respon guru
terhadap perilaku peserta didik.

Penelitian relevan seperti Barbara dan Joni mengemukakan bahwa manajemen


kelas adalah penyediaan kondisi yang oiptimal agar proses belajar mengajar
berlangsung efektif artinya seorang guru harus menyediakan kondisi baik fisik
maupun sosioemosional sehingasiswa merasakan nyaman dan aman (Davis, 2013).

Diperlukan beberapa tindakan dalam pengelolaan kelas. Pertama, Tindakan


8
preventif berupa tindakan pencegahan, yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik
fisik maupun sosia-emosional sehingga terasa benar peserta didik rasa
kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Kedua, tindakan korektif; Dalam kegiatan
pengelolaan tindakan tepat dan segera sangatlah diperlukan. Dimensi tindakan
merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru apabila terjadi masalah
pengelolaan. Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam
menghentikan perbuatan peserta didik secepat dan sedini mungkin. Ketiga, tindakan
kuratif (penyembuhan); Pelanggaran yang terlanjur dilakukan oleh peserta didik
perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun
kelompok.

9
PENUTUP

Kesimpulan

Di dasari dari beberapa uraian sebelumnya, kaitanya dengan pembahasan


tentang pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran di sekolah, maka dapat
disimpulkan antara lain:
1) Hakikatnya pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja
dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. kesimpulan sederhananya adalah
pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran,

2) Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam macam


kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual
dalam kelas,

3) Prinsip-prinsip pengelolaan kelas mencakup hangat dan antusias, tantangan,


bervariasi,keluesan, penekanan pada hal-hal yang positif, penanaman disiplin diri,

4) Pengelolaan kelas dapat berjalan efektif ketika guru mampu mengenali 5


komponen yang ada di kelas, yaitu: Kondisi fisik; Kondisi Sosio- Emocional; Kondisi
Organizational. Dengan mengenali komponen-komponen tersebut, maka guru dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakikat permasalahan yang sedang dihadapinya,
sehingga pada giliranya guru dapat memilih strategi yang tepat pula dalam
menanggulangi permasalahan kelas yang dihadapinya.

5) Dalam mengelola kelas diperlukan beberapa tindakan agar proses belajar


mengajar berjalan efektif yaitu: Tindakan Preventif, Tindakan Korektif, Tindakan
Kuratif. Dengan melakukan ketiga tindakan tersebut guru dapat menyediakan dan
menciptakan kondisi fisik, sosio-emosional, serta melakukan tindakan korektif
terhadap tingkah laku menyimpang yangakan merusak kenyamanan dan keamanan
belajar mengajar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2017). Pengembangan Instrumen Penelitian dan Penilaian Program.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Basri, Hasan dan Beni Ahmad Saebani. Ilmu Pendidikan Islam Jilid II. Cet. I; Bandung:
Pustaka Setia, 2010.

Davis, B. G. (2013). Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Djamarah, Syaiful Bahri dkk., Strategi Belajar Mengajar I. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.

Emmer, E. T., & Evertson, C. M. (2012). Classroom Management for Middle

andHigh School Teachers (9th Edition). California: Pearson Education

Inc.

Mulyasa, D. (2011). Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung:

RosdaKarya

Salmiah, M., & Abidin, Z. (2022). Konsep Dasar Pengelolaan Kelas Dalam Tinjauan
Psikologi Manajemen. ITQAN: Jurnal Ilmu-Ilmu Kependidikan, 13 (1), 41-60.

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Cet. XXI; Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2012.

Umar, U., & Hendra, H. (2020). Konsep Dasar Pengelolaan Kelas Dalam Proses
Pembelajaran Di Sekolah. KREATIF: Jurnal Pemikiran Pendidikan Agama
Islam, 18(1), 99-112.

Wiyani, N. A. (2013). Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

11
12

Anda mungkin juga menyukai