Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pembelajaran


Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan
menurut Arikunto dalam Djamarah dan Zain berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar-belajar atau membantu
dengan maksud agar dicapai kondisi optimis sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar-
mengajar seperti yang diharap. Menurut Eliana (2010: 1) pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar
tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang
diharapkan. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban
suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan.
Sedangkan Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mencari informasi. Menurut Sudjana (1988) pengelolaan pembelajaran
merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu
pembelajaran yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-
komponen pembelajaran sehingga antara tujuan, materi, metode serta evaluasi menjadi jelas
dan sistematis. Pengelolaan pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur
aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk
menyukseskan tujuan pembelajaran agar tecapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif
yang diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan, dan diakhiri dengan penilaian.
Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat
hubungannya namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda.
Kalau pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk
mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry behavior peserta didik,
menyusun rencana pembelajaran, member inpormasi, bertanya, menilai, dan sebagainya),
maka pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan “raport”,
penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian
ganjaran dan sebagainya). Jadi didalam proses belajar-mengajar di sekolah dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu masalah pengajaran dan pengelolaan kelas.
Masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaan,
sedangkan masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif intruksional.
Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif,
pengelolaan kelas menunjuk kepada pengaturan orang maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas
disini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi, penerangan, tempat duduk,
sampai dengan perencanaan program belajar-mengajar.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya telah tergantung dalam tujuan pendidikan, secara
umum tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilias dari bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
social yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional,
dan sikap serta apresiasi.
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efisien dan efektif. Sebagai indikator dari
sebuahkelas yang efektif adalah apabila:
 Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak
tahu akan tugasnya yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang
diberikan kepadanya.
 Setiap anak terus mengerjakan pekerjaanya tanpa membuang waktu. Artinya, setiap
anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan
kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tau dan dapat melaksanakan tugasnya,
tetapimengerjakanya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut
dikatakan tidak tertib.
C. Komponen Pengelolaan Kelas
 Kondisi fisik
Kondisi fisik tempat berlangsungnya belajar mengajar mempunyai pengaruh yang
Sangat signifikan terhadap hasil belajar mengajar. lingkungan fisik yang dmaksud
adalah:
1) Ruangan tempat berlangsungnyaproses belajar mengajar
Ruangan tempat berlangsungnyabelajar mengajar harus memungkinkan siswa
bergerak leluasa. Tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta
didik yang satu dengan yang lainya. Besarnya kelas akan Sangat tergantung
padaberbagai hal antara lain: jenis kegiatan, apakah kegiatan tatap muka dalam
kelas ataukah dalam ruang praktikum, jumlah peserta didik yang melakukan
kegiatan-kegiatan bersama akan berbeda dengan kegitan dalam kelompok kecil.
Apabila ruangan tersebut memakai hiasan, pakailah hiasan yang mempunyai nilai
pendidikan yang dapat secara langsung mempunyai daya sembuh bagi pelnggar
disiplin. Misalnya dengan kata-kata yang baik, anjuran-anjuran, gambar tokoh
sejarah dan sebaginya.
2) Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk akan Sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar
mengajar. Dalam mengatur tempat duduk yang paling terpenting
adalahmemungkinkan terjadinya tatap muka, agar guru dapat sekaligus mengontrol
tingkah laku peserta didik. Beberapa pengaturan tempat duduk antara lain: Berbaris,
pengelompokan yang terdiri antara 8 sampai 10 orang, setengah ligkaran, berbentuk
lingkaran, individual yang biasanya terlihat diruang baca, diperpustakaan, atau
diruang praktek laboratorium, tersedianya ruang yang sifatnya bebas dikelas
disamping bangku tempat bduduk yang diatur. Dengan sendirinya penataan tempat
duduk ini diatur sesuai dengan kebutuhan.
3) Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik, jendela harus cukup besar
sehingga memunginkan panas cahaya matahari masuk. Usahakan udara yang masuk
sehat melalui ventilasi yang baik sehingga peserta didik mampu menghirup udara
yang sehat, dapat melihat tulisan dengan jelas,
4) Pengaturan dan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dijangkau
kalau segera diperlukan yang akan depergunakan bagi kepentingan belajar
mengajar. Tentu saja masalah pemeliharaan barang- barang tersebut akan sangat
penting, dan secara periodik harus di cek dan di recek. Hal yang tak kalah
pentingnya adalah penjagaan barang-barang tersebut dari pencurian, pengamanan
terhadap barang yang mudah terbakar atau meledak.
 Kondisi Sosio- Emocional
Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kondisi ini merupakan komponen
yang membuat seorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut ia mengatakan
bahwa emosi manusia itu terletak pada wilayah hati, naluri yang tersembunyi, dan
sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, dapat menyediakan kondisi yang baik
untuk dirinya sendiri dan orang lain.
 Kondisi Organizational
Kegiatan rutin yang secara organizational dilakukanbaik tingkat kelas maupun pada
tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan yang
jelas dan diatur dengan dikomunikasikanya kepada semua peserta didik secara terbuka
sehingga jelas pula bagi mereka dan akan menyebabkan tertanam pada diri setiap
peserta didik kebiasaanyang baik dan keteraturan tingkah laku.
 Masalah Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok.[8] Meskipun seringkali perbedaan antara kedua
kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan pengeloaan kelas
seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasikan dengan tepat hakikat
masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada giliranya ia dapat memilih strategi
penanggulangan yang tepat pula.

D. Masalah Pengelolaan Kelas


Menurut M. Entang dan T. Raka Joni (1983:12), masalah pengelolaan kelas dibagi menjadi
dua kategori masalah, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Pengelolaan kelas
yang dilakukan oleh guru akan tepat jika guru tersebut dapat mengidentifikasi masalah
dengan tepat dan dapat menentukan strategi penanggulangan yang tepat pula. Untuk
melakukan pengelolaan kelas yang efektif, diperlikan kehati-hatian dalam mengidentifikasi
suatu masalah, apakah maslah itu termasuk individual atau kelompok. Kekurang hati-hatian
guru dalam memahami suatu masalah dapat menyebabkan kekeliruan dalam menentukan
jenis masalah yang muncul
1) Masalah Individual
Maslah individual adalah masalah pengelolaan kelas yang sumber penyebabnya adalah
individual anak. Masalah individu akan muncul karena dalam setiap individu ada
kebutuhan untuk diterima dalam kelompok dan ingin mencapai harga diri. Ketika
kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi melalui cara-cara yang wajar maka individu tersebut
akan berusaha mendapatkannya dengan cara-cara yang tidak baik. Rodolf Dreikurs dan
Cassel yang dikutip oleh M. Entang dan T. Raka Joni mengelompokannya menjadi
empat, yaitu:
 Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain ( attention getting
behaviors).
 Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors).
 Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors).
 Peragaan ketidakmampuan (passive behaviors).
Sebagai penduga Dreikurs dan Paerl Cassel menyarankan penyikapan sebagai berikut:
 Apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan siswa, maka kemungkinan
siswa tersebut ada pada tahap meminta perhatian.
 Apabila guru merasa dikalahkan atau terancam oleh perbuatan siswa, maka
kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap ingin menunjukkan kekuatan.
 Apabila guru merasa tersinggung oleh perbuatan siswa, kemungkinan siswa
tersebut ada pada tahap ingin balas dendam.
 Apabila guru merasa benar-benar tidak mampu berbuat apa-apa lagi dalam
menghadapi ulah siswa, maka besar kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap
ingin menunjukan ketidakmampuan.
Dari keempat cara atau tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut mengakibatkan
terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak usia sekolah
(Maman Rahman:1998), yaitu:
• Pola akatif konstruktif: pola tingkah laku yang ekstrim, ambisius untuk menjadi
super star di kelasnya dan mempunyai daya usaha untuk membantu guru dengan
penuh vitalitas dan sepenuh hati.
• Pola aktif destruktif: pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat
banyolan, suka marah, kasar, dan memberontak.
• Pola pasif konstruktif: pola yang menunjuk kepada satu bentuk tingkah laku yang
lamban dengan maksud supaya dibantu dan mengharapkan perhatian.
• Pola pasif destruktif: pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan dan keras
kepala.
2) Masalah Kelompok
Masalah kelompok adalah masalah pengelolaan kelas yang sumber penyebabnya
adalah kelompok. Menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany mengemukakan tujuh
kategori masalah elompok dalam pengelolaan kelas, yaitu:
 Kelas kurang kohesif.
 Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
 Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya.
 Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
 Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah
digarap.
 Semangat kerja rendah.
 Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
Kelas yang kurang kohesif ditandai dengan lemahnya hu bungan interpersonal di
dalam kelas. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jenis kelamin, suku dan
tingkat sosial ekonomi. Sering terlihat adanya permusuhan antara sekelompok anak
perempuan dan sekelompok anak laki-laki. Lemahnya hubungan ini terlihat pula
karena adanya perbedaan suku, kota asal, kampung, atau tempat tinggal. Di dalam
kelas sekelompok anak ini bisa menampakkan hubungan yang sangat jarak dan tidak
akrab serta terkadang menimbulkan pertentangan di dalam kelas.
Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang siswa juga dapat menimbulkan masalah
dalam kelas, misalnya dengan menertawakan, menghina secara bersama-sama yang
menyebabkan kelas menjadi ribut dan tidak kondisif untuk belajar. Biasanya anak
yang ditertawakan adalah anak yang pemalu, cengeng, suaranya sumbang kalau
bernyanyi, dan berpenampilan jelek.
Dari dua macam masalah pengelolaan kelas tersebut, maka memerlukan penangan
yang berbeda. Diagnosis yang keliru akan menimbulkan tindakan korektif yang keliru
pula.
E. Usaha Pencegahan Masalah Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan kegiatan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal
agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan
pencegahan (preventif) dan tindakan korektif. Tindakan korektif terbagi menjadi dua, yaitu
dimensi tindakan dan tindakan penyembuhan (kuratif).
1) Usaha yang bersifat pencegahan (preventif)
Adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang
yang menggaggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam
tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas.
Konsekuansinya guru harus mampu memanaj kelas secara efektif dan efisien dalam
jangak pendek amupun jangka panjang. Menurut Maman Rahman:1998, langkah
pencegahannya adalh sebagai berikut:
o Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
Hal ini merupakan langkah yang strategis dan mendasar. Karena dengan
dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa
memiliki yang merupakan modal besar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Implikasinya akan tampak pada sikap guru yang demokratis, stabil, harmonis dan
berwibawa. Penampakan hali seperti ini akan menimbulkan reaksi positif dari
peserta didik.
o Peningkatan kesadaran diri peserta didik
Interaksi positif akan terjalin jika kesadarn guru dan kesadaran peserta didik
sudah tercipta. Kurangnya kesadaran peserta didik akan memicu tindakan yang
mengganggu kondisi optimal kegiatan pembelajaran.
Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, hal yang harus dilakukan adalah
memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta didik,
memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik,
menciptakan suasan saling pengertian, saling menghormati dan rasa keterbukaan
antara guru dan peserta didik.
o Sikap polos dan tulus dari guru
Seorang guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta didiknya. Hal
ini agar dalam setiap tindakannya guru tidak terkesan berpura-pura. Sikap polos
dan tulus ini sangat membantu dalam mengelola kelas. Guru dan kepribadiannya
akan sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara
menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon oleh
peserta didik.
o Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
Langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain, melakukan identifikasi
terhadap berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik baik secara individual
atau kelompok, mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas, dan
mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga
dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berabagi manajemen
kelas.
o Menciptakan kontrak social
Penciptaan kontrak sosial erat hubungannya dengan “standar tingkah laku” yang
diharapkan dapat memberi gambaran mengenai fasilitas beserta keterbatasannya
dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Hal ini mengingat norma atau nilai
yang ada datang nya dari atas dan bersifat satu pihak dan memungkinkan
timbulnya kecendrungan untuk dilanggar. Untuk itu, diperlukannya adanya
pengelolaan kelas yang perumusannya berupa tata tertib yang dibicarakan
bersama peserta didik dan kemudian disetujui oleh guru dan peserta didik itu
sendiri. Jika siswa tidak ikut serta dilibatkan dalam pembuatan kontra sosial atau
tata tertib tersebut dikhawatirkan siswa akan bertindak sekehendak siswa karena
meras tidak ikut membuat peratuaran yang ada.
2) Usaha Yang Bersifat Penyembuhan (Kuratif)
1. Mengidentifikasi masalah
Pada langkah ini guru mengenal atau mengetahui masalh-masalah pengelolaan kelas
yang timbul dalam kelas. Bedasar masalah tersebut guru dapat mengidentifikasi jenis
penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik
melakukan penyimpangan tersebut.
2. Menganalisis masalah
Disini guru menganalisi penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar
belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan
alternatif-alternatif penanggulangannya.
3. Menilai alternatif-alternatif pemecahan
Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang
dianggap tepat dalam menanggulangi masalah.
4. Mendapatkan balikan
Tahap yang terakhir guru bertindak sebagai monitoring, dengan tujuan untuk menilai
keampuha pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran
yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara
melakukan sharing dengan peserta didik.

Zaim El-Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan Yang TerserakMenyambung


Yang Terputus Dan Menyatukan Yang Tercerai(Bandung : Alfabeta CV, 2008),hlm122
[8] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), 125

Anda mungkin juga menyukai