Anda di halaman 1dari 30

METODE/PENDEKATAN/MODEL PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan

Menyenangkan)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh
suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik
cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula
sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian
besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena
itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama
ini. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok
tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat
dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan
anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Unit ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM
tersebut, serta prosedur atau langkah-langkah Fasilitatoran yang bisa dilakukan. Dengan
membaca dan mengikuti proses-proses Fasilitatoran yang telah dirancang dalam Unit ini, para
peserta Fasilitatoran diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM
tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing.
Undang-undang RI No. 20 PASAL 40, AYAT (2) tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional berbunyi : Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban :
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan
3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Sementara itu dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 19, ayat (1) dinyatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang
gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologi siswa. Amanat perundang-undangan mengenai
penyelenggaraan pendidikan tersebut sering kita dengar dengan istilah PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Untuk dapat melaksanakan
amanat perundang-undangan tersebut, guru hendaknya mengubah paradigma mengenai
mengajar siswa menjadi membelajarkan siswa. Di samping itu, guru harus memahami
hakikat PAKEM dan menguasai berbagai strategi/model pembelajaran yang berorientasi pada
PAKEM.
Beberapa orang memandang bahwa Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM) sama dengan kerja kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung
pembelajaran dan di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop, semua
menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku, maka dengan mudah dan cepat
dikatakan kelas itu tidak PAKEM. Sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk
berkelompok, maka dengan mudah kita mengatakan kelas itu PAKEM. Padahal bisa jadi
mereka hanya duduk dalam kelompok dan tidak semua siswa bekerja. Seharusnya menilai
PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup hanya dengan melihat pengaturan tempat
duduk siswa, tetapi harus diperhatikan pula intensitas keterlibatan siswa dalam belajar, dan
seperti apa kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
Pelaksanaan PAKEM sebenarnya juga memberikan kesempatan pada guru untuk
membelajarkan beberapa keterampilan hidup atau kecakapan hidup. Kecakapan hidup adalah
kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara aktif
dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
Dengan belajar kelompok yang benar misalnya, siswa belajar salah satu kecakapan hidup
yaitu berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim. Melalui bentuk-bentuk tugas yang
menantang, siswa bisa membangun kemampuan mencari dan mengolah informasi,
mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Usaha-usaha yang menawarkan sebuah
pembaharuan, termasuk penerapan PAKEM di kelas, memerlukan dukungan dari berbagai
pihak. Penyajian PAKEM dalam pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MB S) dan Peran
Serta Masyarakat (PSM) dilakukan dengan harapan agar sekolah, Komite Sekolah, dan orang
tua siswa membantu dan mendukung keberhasilan PAKEM.
Di bawah ini ada sejumlah isu penting tentang pelaksanaan PAKEM, yang dapat digunakan
sebagai masukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas PAKEM.
1. Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAKEM yang baik.
2. Pembelajaran masih sering berupa pengisian lembar kerja siswa (LKS) yang sebagian
besar pertanyaannya bersifat tertutup.
3. Pengelompokan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk. Kegiatan yang
4. dilakukan siswa seringkali belum mencerminkan belajar kooperatif yang benar.
4. Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup.
5. Perbedaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/perempuan, pintar/
5. kurang pintar, dan sosial ekonomi tinggi/rendah.
6. Guru merasa khawatir untuk melaksanakan PAKEM di kelas 6 dan 9.
7. Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam.

BAB II
HAKIKAT PAKEM
PAKEM merupakan suatu singkatan dari P: Pembelajaran, A: Aktif, K: Kreatif, E: Efektif,
dan M: Menyenangkan. Kegiatan pembelajaran. menurut Walter Dick ad Lou Carey (1990 :
165) dapat dikemukakan sebagai berikut :
One of the most powerful components in the learning process is that of practice with
feedback. You can enhance the learning process greatly by providing the student wih
activities that are directly relevant to the objectives. Student should be provided an
opportunity to practice what you wan them o be able o do. Not only should they be able to
practice, but they should be provided feedback orinformation about their performance.
feedback. is sometimes referred to as “knowledge of results”. That is, Student are told
whethertheir answer is right or wrong, or are shown a copy of the righ aswer or a example
from which they mus infer whether their answer is correct. Feedback may also be provided in
the from of reinforcement. Reinforcement for adult learners is ty pically in term of statements
like “Great, you are correct”. Young children often respond favorably to froms of
reinforcement such as an approving look from the instructor or even the opportunity to do
some other activity.

Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah praktik dengan
timbal balik. Anda bisa meningkatkan proses pembelajaran dengan baik yaitu dengan
memberikan siswa aktifitas yang teratur dan berkaitan dengan tujuan. Siswa seharusnya
diberi kesempatan untuk praktek supaya bisa melakukannya. Mereka seharusnya itdak hanya
bisa praktek, tetapi juga diberikan informasi yang berlawanan tentang penampilannya.
Pengaruh timbal balik kadang-kadang ditunjukan sebagai “hasil pengetahuan” siswa
diberitahu jawaban yang benar dan yang salah, atau ditunjukan kopian dari jawaban yang
benar atau contoh yang mereka pastikan bahwa jawabanya benar.
Pengaruh timbal balik mungkin diberikan dalam bentuk yang kuat. Kekuatan bagi pelajar
dewasa yaitu khusus dalam istilah pernyataan seperti “Hebat, kamu benar”. Anak-anak muda
sering merespon baik yaitu pemberian dari instruktur atau pada kesempatan untuk melakukan
aktifitas yang lain)
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2003 : 394) menyatakan :
Another solution is to adapt the models to conform to the characteristics of the learners. We
identify the reasons why a given learner has trouble relating to a particular learning
environmet and then modulate the features of that environmet to make it easier for the learner
to fit in.

Solusi yang lain adalah menyesuaikan model untuk menyesuaikan diri terhadap karakteristik
pelajar. Kita mengetahui alasan mengapa yang diberikan ke siswa mempunyai masalah yang
berkaitan dengan keterangan lingkungan belajar, kemudian mengatur dari segi lingkungan itu
supaya lebih mudah bagi siswa untuk semangat.
Saylor dalam Mulyasa (2004 : 117) mengatakan bahwa “Instruction is this the
implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the
sence of student, teacher interaction in an education setting”.
Pembelajaran adalah penerapan dari rencana kurikulum, biasanya, tetapi tidak perlu di
dalamnya termasuk aktifitas guru mengajar menghadapi siswa, sesuai dengan rencana yang
telah disusun. Jadi, dalam hal ini guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian
yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan
pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu.
Dalam rangka menuju suatu tujuan, maka pembelajaran di sekolah idealnya harus mengarah
kepada kemandirian siswa dalam belajar, artinya sedini mungkin siswa dilatih untuk mandiri
di lingkungan sekolah/kelas dan di lingkungan keluarga. Baik secara psikologis, afektif,
psikomotor, maupun secara koqnitif pembelajaran PAKEM harus dibudayakan oleh para
praktisi pendidikan khususnya para guru dalam semua mata pelajaran di sekolah.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan selama ini, guru dan murid selalu berada
dalam satu tempat, satu waktu, dan dalam situasi yang sama. Kegiatan belajar mengajar
seringkali terhambat atau tidak berjalan karena guru sebagai fasilitator tidak berada di arena
belajar. Hal ini mungkin disebabkan guru masih dalam perjalanan menuju sekolah atau boleh
jadi berhalangan hadir ke sekolah karena sakit atau karena ada kepentingan lain.
Atau bisa jadi sekolahan tersebut masih kekurangan tenaga guru. Bila hal itu terjadi maka
proses kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan mengalami
hambatan. Apalagi kalau terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan ada pihak yang
dirugikan , yaitu siswa.
Dalam penggunaannya di lapangan, ada yang menambahkan dengan satu huruf I: inovatif,
sehingga menjadi PAIKEM. Pada dasarnya, PAKEM didasarkan pada alasan-alasan sebagai
berikut :
1. Tuntutan Perundangan-undangan
Undang- undang No.20 tentang Sisdiknas, pasal 40 , di mana salah satu ayatnya berbunyi:
”Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis dan PP No. 19 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1). Dalam PP no 19, ayat (1) dinyatakan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang
gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologi siswa”.
Dari tuntutan perundangan tersebut dengan jelas bahwa esensi pendidikan atau pembelajaran
harus memperhatikan kebermaknaan bagi peserta didik yang dilakukan secara dialogis atau
interaktif, yang pada intinya pembelajaran berpusat pada siswa sebagai pebelajar dan
pendidik sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar terjadi belajar pada peserta didik.

2. Asumsi dasar belajar: Siswa yang membangun konsep.


Belajar dalam konteks PAKEM dimaknai sebagai proses aktif dalam membangun
pengetahuan atau membangun makna. Dalam prosesnya seorang siswa yang sedang belajar,
akan terlibat dalam proses sosial. Proses membangun makna dilakukan secara terus menerus
(sepanjang hayat). Makna belajar tersebut didasari oleh pandangan konstruktivisme.
Kontruktivisme merupakan suatu pandangan mengenai bagaimana seseorang belajar, yaitu
menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai
dunia sekitarnya melalui pengenalan terhadap benda-benda di sekitarnya yang
direfleksikannya melalui pengalamannya. Ketika kita menemukan sesuatu yang baru, kita
dapat merekonstruksinya dengan ide-ide awal dan pengalaman kita, jadi kemungkinan
pengetahuan itu mengubah keyakinan kita atau merupakan informasi baru yang diabaikan
karena merupakan sesuatu yang tidak relevan dengan ide awal.
Untuk mengimplementasikan konstruktivisme di kelas, kita harus memiliki keyakinan bahwa
ketika peserta didik datang ke kelas, otaknya tidak kosong dengan pengetahuan, mereka
datang ke dalam situasi belajar dengan pengetahuan, gagasan, dan pemahaman yang sudah
ada dalam pikiran mereka.
Jika sesuai, pengetahuan awal ini merupakan materi dasar untuk pengetahuan baru yang akan
mereka kembangkan. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, jika Anda akan
mengimplementasikan konstruktivisme dalam pembelajaran, prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Mengajukan masalah yang relevan untuk siswa.
Untuk memulai pembelajaran, ajukan permasalahan yang relevan dengan kehidupan sehari-
hari siswa, sehingga siswa dapat meresponnya, contoh di sekolah kita, sampah plastik bekas
bungkus jajanan menumpuk, apa yang dapat kalian lakukan untuk itu?
2. Strukturkan pembelajaran untuk mencapai konsep-konsep esensial.
3. Sadarilah bahwa pendapat (perspektif) siswa merupakan jendela mereka untuk menalar
(berpikir).
4. Adaptasikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan dan pengembangan siswa.
5. Lakukan asesmen terhadap hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran. (Brook and
Brook ,2002:1)
Peserta didik dalam belajar tidak sekedar meniru dan membentuk bayangan dari apa yang
diamati atau diajarkan Guru, tetapi secara aktif menyeleksi, menyaring, memberi arti, dan
menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya. Pengetahuan yang dikonstruksi peserta
didik merupakan hasil interpretasi yang bersangkutan terhadap peristiwa atau informasi yang
diterimanya. Para pendukung konsktruktisme berpendapat bahwa pengertian yang dibangun
setiap individu peserta didik dapat berbeda dari apa yang diajarkan Guru (Bodner, 1987
dalam Nggandi Katu, 1999:2). Sedangkan Paul Suparno (1997:61) mengemukakan bahwa
menurut pandangan konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa dalam
mengkonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain). Belajar juga merupakan
proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari
dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.
Proses belajar yang bercirikan konstruktivisme menurut para konstruktivis sebagai berikut :
1. Belajar berarti membentuk makna.
2. Konstruksi arti sesuatu hal yang sedang dipelajari terjadi dalam proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari itu, yaitu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk
memacu belajar.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik (konsep,
tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari (Paul Suparno,
1997:61).
Dengan adanya pandangan konstruktivisme, maka karakteristik iklim pembelajaran yang
sesuai dengan konstruktivisme tersebut sebagai berikut.
1. Peserta didik tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan individu yang memiliki
tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran berdasarkan konsepsi awal yang
dimilikinya.
2. Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan melalui seleksi secara
personal dan sosial.
Iklim pembelajaran tersebut menuntut guru untuk :
1. mengetahui dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa,
2. melibatkan siswa dalam kegiatan aktif, dan
3. memperhatikan interaksi sosial dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas atau
kelompok. (Medriati Rosane , 1997:12).
Di samping alasan-alasan mendasar sebagaimana yang dipaparkan di atas, perlunya PAKEM
dilaksanakan dalam membelajarkan peserta didik dikarenakan berbagai tantangan yang akan
dihadapi mereka saat ini. Tantangan kondisi saat ini di antaranya: (a) perkembangan IPTEK,
POLITIK, SOSBUD yang semakin cepat dan banyak perubahan, (b) laju teknologi
komunikasi informasi yang tinggi, (c) sumber belajar semakin beragam, (d) tuntutan
kemandirian, kerja sama, kemampuan melakukan relasi sosial, kemampuan untuk berpikir
kritis, memecahkan masalah. Semua itu harus dibekali kepada siswa agar mampu bersaing
dalam era globalisasi, era otonomi, dan era pasar terbuka. Banyaknya perubahan yang terjadi
di lingkungan kita, menuntut perubahan-perubahan dalam pembelajaran.

A. Pilar-pilar PAKEM
Menurut Durori (2002:xii) metode pakem dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi siswa dan segi
guru. Adalah :
1) Dari segi guru
A = Aktif. Dalam hal ini guru aktif dalam :
- Memantau kegiatan belajar siswa
- Memberi umpan balik
- Memberi pertanyaan yang menantang
- Mempertanyakan gagasan siswa
K = Kreatif. Hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam :
- Mengembangkan kegiatan yang beragam
- Membantu alat bantu belajar sederhana
E = Efektif, yaitu guru harus mampu mencapai tujuan pembelajaran.
M = Menyenangkan. Dalam hal ini guru menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak membuat anak takut salah, takut ditertawakan, takut dianggap
sepele.
2) Dari segi siswa
A = Aktif. Dalam hal ini siswa aktif :
1) Bertanya
2) Mengemukakan gagasan
3) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.
K = Kreatif. Hal ini siswa dituntut untuk kreatif dalam :
1) Merancang / membuat sesuatu
2) Menulis/ mengarang
E = Efektif, yaitu siswa harus menguasai ketrampilan yang diperlukan.
M = Menyenangkan. Dalam hal pembelajaran membuat anak:
1) Berani mencoba
2) Berani bertanya
3) Berani mengemukakan pendapat/gagasan
4) Berani mempertanyakan gagasan orang lain
Dalam dimensi proses belajar mengajar ini, hal-hal yang akan dikaji meliputi :
1) Penyusunan program dan perangkat pembelajaran sebagai upaya persiapan pelaksanaan
proses pembelajaran
2) Penyajian dan teknik model belajar mandiri dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan)
3) Perilaku siswa yang muncul dari kegiatan model belajar mandiri yang merupakan
penilaian proses pembelajaran.

Dalam PAKEM terdapat empat pilar utama, yaitu: (a) Aktif, (b) Kreatif, (c) Efektif, dan (d)
Menyenangkan. Sedangkan huruf ”P” merupakan pembelajaran yang didefinisikan sebagai
pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-
baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik Dengan demikian pada
waktu peserta didik belajar, pilar-pilar PAKEM berikut harus dirancang :
1. Pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student
centered ) daripada berpusat pada guru (teacher centered).
Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya
kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan
berbuat (hands-on). Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Perbedaan
pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa Adalah Pembelajaran yang
berpusat pada Guru
• Guru sebagai pengajar
• Penyampaian materi pelajaran dominan melalui ceramah
• Guru menentukan apa yang mau diajarkan dan bagaimana siswa mendapatkan informasi
yang mereka pelajari
Pembelajaran yang berpusat pada siswa
• Guru sebagai fasilitator dan bukan penceramah
• Fokus pembelajaran pada siswa bukan Guru
• Siswa aktif belajar
• Siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya sendiri tidak mengutip dari Guru
• Pembelajaran bersifat interaktif Kegiatan guru pada strategi mengajar yang berpusat pada
Guru
• Membacakan
• Menjelaskan
• Memberikan instruksi
• Memberikan informasi
• Berceramah
• Pengarahan tugas-tugas
• Membimbing dalam tanya jawab
• Kegiatan siswa pada strategi
• mengajar yang berpusat pada siswa
• Bermain peran
• Menulis dengan kata-kata sendiri
• Belajar kelompok
• Memecahkan masalah
• Diskusi/berdebat
• Mempraktikkan keterampilan
• Melakukan kegiatan penyelidikan
Pengelolaan kelas diperlukan untuk membangkitkan minat belajar siswa dan meningkatkan
keaktifan siswa belajar, ruang kelas dapat dibuat menarik dengan cara mengubah tata
letak/formasi bangku
• Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya
• Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas seperti : “mengapa”,
“bagaimana”, “apa yang terjadi jika…” dan bukan pertanyaan “apa”, “kapan”.
Berikut ini hal-hal lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi guru kreatif
• Mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa.
• Mampu menciptakan Kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan dengan
level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa
Strategi mengajar yang dapat mengembangkan kreativitas siswa akan menghasilkan siswa-
siswa yang kreatif dengan ciri-ciri sebagai berikut :
• Mampu memotivasi diri
• Berpikir kritis
• Daya imaginasi tinggi (imaginative)
• Berpikir orisinil/bukan kutipan dari Guru (original )
• Memiliki tujuan untuk ingin berprestasi
• Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.

2. Pembelajaran kreatif, yaitu pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan


gagasannya dengan memanfaat sumber belajar yang ada.
Strategi mengajar untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah :
• Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru •
Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa
• Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa
• Penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya siswa
3. Pembelajaran efektif
Secara harfiah efektif memiliki makna manjur, mujarab, berdampak, membawa pengaruh,
memiliki akibat dan membawa hasil. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung
(seperti dicantumkan dalam tujuan pembelajaran.
Karakteristik dari pembelajaran efektif di dalam sekolah yang efektif dinyatakan oleh
Machbeath dan Mortimor, ( 2000:7) ada 11 ( sebelas ) faktor yang penting yaitu :
1) Profesional Leardersip, 2) Shared vision and goals, 3) A Learning Environment, 4)
Concentration on learning and teahing, 5) High expectations, 6) Positive reinforcement, 7)
Monitoring progress, 8) Pupiil right and responsibiltes, 9) Purposeful teaching, 10) A
learning organisation, 11) Home scoll prtnership.

Sebelas faktor penting dalam pembelajaran yang efektif yaitu 1) Kepemimpinan profesional,
2) Visi dan tujuan ditanggung bersama dengan jelas, 3) Sebuah lingkungan belajar yang
kondusif, 4) Pembelajaran yang menyenangkan
Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi terbukti meningkatkan hasil belajar. Dalam
penelitian mengenai otak dan pembelajaran mengungkapkan fakta yang mengejutkan, yaitu
apabila sesuatu dipelajari secara sungguh-sungguh (dimana perhatian yang tinggi dari
seorang tercurah) maka struktur internal sistem syaraf kimiawi seseorang berubah. Di dalam
diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi
baru, dan koneksi baru.
Dave Meier (2002:36) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana
belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hura-
hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-ciri suasana belajar
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan di antaranya adalah sebagai berikut :
Ciri suasana belajar yang menyenangkan
• Rileks
• Bebas dari tekanan
• Aman
• Menarik
• Bangkitnya minat belajar
• Adanya keterlibatan penuh
• Perhatianpeserta didik tercurah
• Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang,
• pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak)
• Bersemangat
• Perasaan gembira
• Konsentrasi tinggi
Ciri suasana belajar yang tidak menyenangkan
• Tertekan
• Perasaan terancam
• Perasaan menakutkan
• merasa tidak berdaya
• tidak bersemangat
• malas/tidak berminat
• jenuh/bosan
• suasana pembelajaran monoton
• pembelajaran tidak menarik iswa
Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
PAKEM adalah proses pembelajaran dimana Guru harus menciptakan suasana pembelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan,
kreatif, kritis serta mencurahkan perhatian /konsentrasinya secara penuh dalam belajar serta
suasana pembelajaran yang menimbulkan kenyamanan bagi siswa untuk belajar. Di dalam
PAKEM, Guru memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk pencapaian hasil belajar yang
telah ditentukan.
Secara garis besar, PAKEM sebagai berikut :
Guru
• Guru sebagai fasilitator
Siswa
• Siswa lebih mendominasi dan mewarnai pembelajaran • Siswa terlibat dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada
belajar melalui berbuat (learning by doing).
• Siswa giat dan dinamis mengikuti pembelajaran
Lingkungan (kelas indoor/outdoor, laboratorium)
• Guru mengatur lingkungan kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan belajar yang
menarik, menyediakan pojok untuk membaca (pojok baca).
• Hasil karya siswa dipajang di kelas
• Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat
belajar.
• Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar
kelompok
• Guru menerapkan berbagai strategi/model pembelajaran
• Guru memotivasi siswa melalui kegiatan yang menantang kemampuan siswa untuk berpikir
kreatif, kritis dan mampu memecahkan masalah• Guru menggunakan berbagai macam
strategi mengajar termasuk pembelajaan yang lebih interaktif dalam kelompok serta lebih
banyak praktik
• Kelas dibuat semenarik mungkin
• secara fisik dan mental aktif ditandai dengan tercurahnya konsentrasi yang tinggi
• siswa berani mengemukakan gagasan
• Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar.
• Siswa tidak malu terlibat aktif dalam kegiatan
• Tata letak /formasi kelas diubah dan disesuaikan dengan kegiatan.

Kriteria Pakem
Secara garis besar kriteria PAKEM dapat dirangkum sebagai berikut :
Kriteria Aktif
Siswa melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka lakukan seperti :

• Menulis
• Berdiskusi
• Berdebat
• Memecahkan masalah
• Mengajukan pertanyaan
• Menjawab pertanyaan
• Menjelaskan
• Menganalisis
• Mensintesa
• Mengevaluasi
• Kriteria Efektif
Ketercapaian target hasil belajar, dapat berupa:
• Siswa menguasai konsep
• Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana
• Siswa menghasilkan produk tertentu
• Siswa termotivasi untuk giat belajar
Kriteria Kreatif
• Berpikir kritis
• Memecahkan masalah secara konstruktif
• Ide/gagasan yang berbeda
• Berpikir konvergen (pemencahan masalah yang “benar” atau “terbaik”
• Berpikir divergen (beragam alternatif pemecahan masalah)
• Fleksibilitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang)
• Berpikir terbuka
Kriteria Menyenangkan
Pembelajaran berlangsung secara:
• Interaktif
• Dinamik
• Menarik
• Mengembirakan
• Atraktif
• Menimbulkan inspirasi

B. Hal-hal harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu Guru akan melaksanakan PAKEM,
yaitu sebagai berikut.
1. Memahami sikap yang dimiliki siswa, misalnya :
a. rasa ingin tahu yang besar
b. keinginan untuk belajar
c. daya imaginasi yang tinggi
2. Mengenal anak secara perorangan (karakter siswa).
Guru sebaiknya mengenal perbedaan kemampuan, harapan, pengalaman, sikap terhadap
sekolah dan latar belakang ekonomi dan sosial dari setiap siswa. Berbekal pengetahuan
tersebut, guru dapat membantu siswa apabila mendapat kesulitan sehingga anak belajar
secara optimal
3. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar.
Secara alami sebagai makhluk sosial siswa bermain secara berkelompok sehingga mereka
dapat mengerjakan tugas belajar berpasangan/berkelompok. Meski demikian, siswa perlu
diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas secara individu agar bakat individunya
berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah.
a. Guru memberikan tugas-tugas praktik
b. Mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “mengapa”, “bagaimana”, “apa
yang terjadi jika… (tipe open question)
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Hasil pekerjaan
siswa di pajang di kelas. Pajangan dapat berupa: gambar, peta, diagram, model, puisi,
karangan dan lain sebagainya.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan objek belajar. Lingkungan fisik,
sosial dan budaya dapat berperan sebagai sumber belajar sekaligus objek belajar. Siswa dapat
diberi kegiatan untuk melakukan pengamatan (dengan seluruh indera-nya), mencatat,
merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat
diagram.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
a. Umpan balik yang diberikan hendaknya mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan
siswa.
b. Umpan balik diungkapkan secara santun dengan maksud agar siswa lebih percaya diri.
c. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar serta
catatan yang bermakna untuk pengembangan siswa daripada sekedar pemberian angka/nilai.
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Siswa yang aktif secara fisik memiliki
indikator : terlihat sibuk bekerja dan bergerak. Siswa yang aktif secara mental memiliki
indikator : sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengungkapkan gagasan.
Syarat berkembangnya aktifitas mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut ditertawakan,
tidak takut disepelekan atau tidak takut dimarahi jika salah. Guru hendaknya menghilangkan
rasa takut itu.

C. Contoh Kegiatan PBM dan Kemampuan Guru yang Bersesuaian dengan Kriteria PAKEM
Komponen Pembelajaran
Guru merancang dan mengelola PBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran PAKEM
Guru melaksanakan PBM dengan merancang kegiatan untuk siswa yang beragam, misalnya :
• Melakukan percobaan
• Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi di perpustakaan
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Mengamati objek di luar kelas
• Berkunjung ke luar
Sesuai dengan mata pelajaran, Guru menggunakan berbagai media/sumber belajar, misalnya :
• Alat pabrikan atau alat yang dibuat sendiri
• Gambar/film/foto
• Kasus/ceritera
• Nara sumber
• Lingkungan sekitar
• Siswa Melakukan percobaan:
• menggunakan alat,
• mengamati,
• mengelompokkan,
• mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
• Melakukan wawancara
• Membuat produk
Siswa melakukan:
• Diskusi
• Mengajukan pertanyaan terbuka
• Mengajukan saran/ide
• Membuat karangan bebas/karya lain
• Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
• Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri
• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegitan sehari-hari
Kegiatan guru:
• Guru memantau proses belajar/kerja siswa
• Guru memberikan umpan balik
• Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri
• secara lisan atau tulisan
• Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
• Guru mengaitkan PBM dengan pengalaman siswa sehari-hari Guru menilai PBM dan
kemajuan belajar siswa secara terus menerus.

BAB III
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI PAKEM
Untuk melaksanakan PAKEM, guru selain harus hakikat PAKEM, prinsip-prinsip
pembelajaran konstruktivisme, juga harus menguasai berbagai model pembelajaran. Banyak
model pembelajaran yang dapat digunakan baik model pembelajaran yang menekankan pada
pengembangan keterampilan psikomotor, keterampilan berpikir , maupun keterampilan
sosial. Pemilihan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan target hasil
belajar yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
Dalam bab ini akan dipaparkan garis besar penggolongan model pembelajaran, pengertian,
karakteristik model pembelajaran, dan contoh penerapan model pembelajaran dalam RPP.
A. Penggolongan dan Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan model-
model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran tersebut
adalah: (1) rumpun model pembelajaran :
1. Rumpun model-model Pemrosesan Informasi
Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip-
prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia
menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun
konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model
pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta didik)
untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada
berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan dengan
kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan
informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis.
Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi ini
adalah :
a. Pemrosesan Informasi Pembelajaran Berpikir Induktif
Tokoh: Hilda Taba
Misi/tujuan/manfaat: Ditujukan secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir
induktif yang banyak diperlukan pada dalam kegiatan. Model ini akademik memiliki
meskipun diperlukan juga untuk kehidupan umumnya.
Keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang
berhubungan dengan kecakapan berpikir.
b. Latihan inkuari
Tokoh: Richard Suchman
Misi/tujuan/manfaat : Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan dalam untuk
pembentukan akademik kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan kegiatan
meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.
c. Pembentukan konsep
Tokoh: Jerome Bruner, Good-now, dan Austin
Tujuan: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta didik
dilatih mempelajari konsep secara efektif.
d. Perkembangankognitif
Tokoh: Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Sullivan, Lawrence dan Kohlberg
Misi/tujuan/manfaat: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan intelektual
berpikir pada logis, ini berpikir/pengembangan umumnya, meskipun dapat khususnya
demikian pada kemampuan diterapkan kehidupan sosial dan pengembangan moral.

e. Model Pembelajaran AdvAdvance organizer anc


Tokoh David Ausubel
Misi/tujuan/manfaat: Dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengolah informasi
melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan
menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.
f. Mnemonics
Tokoh: Pressley, Levin, Delaney
Tujuan: Strategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi. (Sumber: Bruce
Joyce dan Marsha Weil, 1980 dan Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Beverly Showers, 1992,
1996: Models of Teaching)
2. Rumpun model-model Pribadi/individual
Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model Personal/individual
menekankan pada pengembangan pribadi. Model-model pembelajaran ini menekankan pada
proses dalam “membangun/mengkonstruksi” dan mengorganisasi realita, yang memandang
manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran rumpun ini memberikan
banyak perhatian pada kehidupan emosional.
Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan
individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri.
a. Model Pengajaran NonDirektif
Tokoh: Carl Rogers
Misi/Tujuan: Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai
pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini
menekankan pada hubungan guru-peserta didik.
b. Latihan Kesadaran
Tokoh: Fritz Perls, William Schutz
Misi/Tujuan: Pembentukan kemampuan menjajagi dan menyadari pemahaman diri sendiri.
c. Sinektik
William Gordon
Misi/Tujuan: Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
d. Sistem Konseptual David Hunt
Misi/Tujuan: Didisain untuk meningkatkan kompleksitas pribadi dan fleksibilitas.
e. Pertemuan kelas
William Glasser
Misi/Tujuan: Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan
kelompok sosial lainnya. (Sumberi Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching,
)
3. Rumpun model-model Interaksi Sosial
Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun Sosial ini menekankan hubungan
individu dengan masyarakat atau orang lain. Model- model ini memfokuskan pada proses di
mana realitas adalah negosiasi sosial.
Model-model pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan proses
demokratis dan untuk belajar dalam masyarakat secara produktif.
Tokoh-tokoh teori sosial juga peduli dengan pengembangan pikiran (mind) diri sebagai
pribadi dan materi keakademisan. Jenis-jenis model pembelajaran rumpun Interaksi Sosial
Model:
Kerja kelompok. (investigati-on group)
Tokoh: Herbert Thelen, John Dewey
Misi/tujuan: Mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk berperan dalam kelompok
yang menekankan keterampilan komunikasi interpersonal dan keterampilan inkuari ilmiah.
Aspek-aspek pengembangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini.
Inkuari Sosial
Tokoh: Byron Massialas, Benjamin Cox
Misi/tujuan: Pemecahan masalah sosial, utamanya melalui inkuari ilmiah dan penalaran logis.
Jurispru-dential
Tokoh: National Laboratory Bethel, Maine Donald Oliver, James P.Shaver
Misi/tujuan: Pengembangan dan kerja keterampilan untuk interpersonal mencapai, Jurispru-
dential Training kelompok kesadaran, dan fleksibilitas pribadi. Didisain utama untuk melatih
kemampuan mengolah informasi dan menyelesaikan isu kemasyarakatan dengan kerangka
acuan atau cara berpikir Jurisprudensial (ilmu tentang hukum-hukum manusia).
Role playing (Bermain peran)
Tokoh: Fannie Shaftel, George Shafted
Tujuan: Didisain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan
sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari
penyelidikan itu
Simulasi Sosial
Tokoh: Sarene Boocock, Harold Guetzkow
Tujuan: Didisain untuk membantu pengalaman peserta didik melalui proses sosial dan
realitas dan untuk menilai reaksi mereka terhadap proses- proses sosial tersebut, juga untuk
memperoleh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pengambilan keputusan.
(Sumber: Bruce Joyce dan Marha Weil, 1980, Models of Teaching)

4. Rumpun Model-model Perilaku


Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu
pada teori perilaku, teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku terapi.
Model- model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang
memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola
perilaku yang dikehendaki.

B. Pengertian Model Pembelajaran


1. Istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran
terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi.
Dengan demikian, pembelajaran didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau
pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya
belajar pada peserta didik.
2. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran
merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum,
kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran,
program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar
menurut Joyce dan Weil adalah membantu pebelajar (peserta didik) memperoleh informasi,
ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar. Merujuk pada
dua pendapat di atas, penulis memaknai model pembelajaran dalam modul ini sebagai suatu
rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut
dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem
lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola
pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan
perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah sintaks. Secara implisit di
balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan
rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran
yang lainnya.

C. Karakteristik Model Pembelajaran


Rangke L Tobing, dkk (1990:5) mengidentifikasi lima karakterististik suatu model
pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini.
1. Prosedur Ilmiah
Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah
tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik.

2. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan


Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan
peserta didik.
3. Spesifikasi lingkungan belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana respon
peserta didik diobservasi.
4. Kriteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaaan penampilan yang diharapkan
dari para peserta didik. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari
peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu.
5. Cara-cara pelaksanaannya
Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta didik
dan interaksinya dengan lingkungan.
Bruce dan Weil (1980 dan 1992: 135-136) mengidentifikasi karakteristik model pembelajaran
ke dalam aspek-aspek berikut.
1. Sintaks
Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar
yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut bekerja dalam
praktiknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran, bagaimana memfasilitasi peserta didik
dalam menggunakan sumber belajar..
2. Sistem sosial
Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama antara guru-peserta didik dalam
pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain serta
jenis-jenis aturan yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam satu
model ke model pembelajaran lainnya. Dalam beberapa model pembelajaran, guru bertindak
sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur
tinggi), namun dalam model pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru dan peserta
didik seimbang. Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik.
3. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta
didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh,
dalam suatu situasi belajar, guru memberi penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta
didik atau mengambil sikap netral.
4. Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung
keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan,
kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.
5. Dampak pembelajaran langsung dan iringan
Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara
mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan
adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat
terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh peserta didik.

D. Penerapan Model Pembelajaran dalam RPP


Pembelajaran yang dirancang, selain berorientasi pada pilar-pilar PAKEM, juga harus
memperhatikan kegiatan-kegiatan minimal yang harus ada dalam proses pembelajaran sesuai
dengan pesan standar proses (Permendiknas RI no 41, tahun 2007, tentang Standar Proses),
yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Kegiatan eksplorasi dapat dimaknai sebagai kegiatan untuk melibatkan peserta didik dalam
mencari informasi yang luas mengenai materi yang sedang dipelajari dari berbagai sumber
belajar baik yang ada di lingkungan sekolah atau di luar sekolah, misalnya melalui lembar
kerja peserta didik, buku teks, media masa (koran, majalah), internet, praktikum, atau
musium. Metode pembelajaran yang dapat digunakan guru juga bervariasi, yaitu metode
diskusi, eksperimen dan penugasan; demikian pula pendekatan pembelajaran yang digunakan
dapat bervariasi, misalnya pendekatan lingkungan, pendekatan proses, atau pendekatan
kontekstual.
Kegiatan elaborasi dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dirancang untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan arti pada informasi baru dengan
menghubungkannya dengan pengetahuan-pengetahuan (informasi yang sudah dimiliki).
Kemampuan peserta didik dalam mengelaborasi dapat berupa menguraikan materi yang
sedang dipelajari lebih rinci dan lebih lengkap. Kegiatan yang dapat dirancang misalnya
melalui kegiatan membaca berbagai sumber menganalisis bacaan, penyelesaian masalah,
penyusunan laporan, diskusi kelompok , pameran produk, dan lain-lain.
Kegiatan konfirmasi dapat dimaknai sebagai kegiatan guru untuk meminta penegasan atau
pembenaran dari hasil eksplorasi, elaborasi, atau eksplanasi (penjelasan) yang diberikan
peserta didik. Kegiatan konfirmasi juga dapat berfungsi sebagai pemberian umpan balik dan
kesempatan untuk memberikan penguatan baik dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat. Kegiatan
yang dapat dilakukan dapat berupa tanya jawab, laporan lisan, seminar, dan lain-lain.
Kegiatan konfirmasi juga dapat digunakan untuk memfasilitasi peserta didik dalam
merefleksikan hasil belajarnya dari berbagai sumber belajar.
Kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang dipaparkan di atas, bukanlah sebagai
nama dari urutan atau tahapan atau sintaks model pembelajaran. Penulis lebih memaknai
ketiga kegiatan tersebut sebagai kegiatan-kegiatan kunci dalam pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik dan sebagai upaya menerapkan konstruktivisme. Guru dalam upaya
menerapkan PAKEM dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
konsep yang akan dipelajari dan sesuai dengan tuntutan konstruktivisme. Banyak model
pembelajaran yang dapat digunakan dan sintaksnya memuat kegiatan eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi.
1. Model Pembelajaran Latihan Inkuari
Latihan inkuari berasal dari suatu keyakinan bahwa peserta didik memiliki kebebasan dalam
belajar. Model pembelajaran ini menuntut partisipasi aktif peserta didik dalam inkuari
(penyelidikan) ilmiah. Peserta didik memiliki keingintahuan dan ingin berkembang. Latihan
inkuari menekankan pada sifat-sifat peserta didik ini, yaitu memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang spesifik sehingga area-area baru
dapat tereksplorasi dengan lebih baik.
Tujuan umum dari model latihan inkuari adalah membantu peserta didik mengembangkan
keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan
pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka.
Model pembelajaran latihan inkuari dikemukakan oleh Richard Suchman, ia menginginkan
peserta didik untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian peserta didik
melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya peserta
didik mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk
menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi.
Karakteristik Model Pembelajaran Latihan Inkuari
a. Sintaks
Model pembelajaran latihan inkuari ini memiliki lima fase sebagai sintaks pembelajarannya.
Adapun kelima fase tersebut adalah sebagai berikut.
Fase 1 : Berhadapan dengan masalah
Guru menjelaskan prosedur inkuari dan menyajikan peristiwa yang membingungkan.
Fase 2: Pengumpulan data untuk verifikasi
Menemukan sifat obyek dan kondisi. Menemukan terjadinya masalah.
Fase 3: Pengumpulan data dalam eksperimen
Mengenali variabel-variabel yang relevan, merumuskan hipotesis dan mengujinya.
Merumuskan penjelasan
Merumuskan penjelasan, aturan-aturan atau penjelasan
Fase 5 : Mengalisis proses inkuari
Menganalisis strategi inkuari dan mengembangkannya menjadi lebih efektif.
Dari lima fase di atas, fase 2 dan 3 merupakan kegiatan eksplorasi peserta didik, fase 4 adalah
kegiatan elaborasi, dan pada fase 5, guru dapat melakukan konfirmasi.

b. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model latihan inkuari diharapkan bersifat kooperatif. Meskipun model ini
dapat sangat terstruktur dengan sistem sosial yang dikendalikan Guru, lingkungan intelektual
terbuka bagi seluruh gagasan yang relevan. Guru dan peserta didik berpartisipasi setara
selama menyangkut adanya gagasan-gagasan. Guru harus mendorong peserta didik berinkuari
sebanyak-banyaknya. Ketika peserta didik belajar prinsip- prinsip inkuari, struktur dapat
meluas hingga mencakup penggunaan sumber belajar, dialog dengan peserta didik lain,
melakukan percobaan, dan diskusi dengan Guru.

c. Prinsip reaksi
Reaksi yang paling penting yang harus diberikan Guru adalah pada fase kedua dan ketiga.
Pada fase kedua, Guru harus membantu peserta didik melakukan inkuari, tetapi bukan
melakukan inkuari sendiri untuk keperluan mereka. Apabila Guru ditanya oleh peserta didik
yang tidak bisa dijawab “ya” atau “tidak”, Guru harus meminta peserta didik menata ulang
pertanyaan yang akan diajukannya agar dapat dijawab oleh Guru “ya” atau “tidak” untuk
menjaring mereka mengumpulkan data pada masalah yang akan diselesaikan. Pada fase
terakhir, tugas Guru menjaga agar inkuari tetap terarah pada proses penyelidikan itu sendiri.

d. Sistem Pendukung
Pendukung yang paling optimal terhadap keterlaksanaan model latihan inkuari adalah adanya
bahan-bahan yang akan digunakan pada saat Guru menghadapkan peserta didik dengan
masalah. Guru harus memahami betul proses intelektual , strategi inkuari, dan sumber-
sumber belajar yang ada dalam sebuah masalah.
e. Dampak pembelajaran langsung dan iringan
Di dalam penggunaannya, model ini memiliki dampak pengajaran langsung dan iringan
sebagai berikut.
Model latihan Inkuari:
• Keterampilan proses IPA
• Strtegi untuk penyelidikan kreatif
• Semangat untuk berkreativitas
• Kebebasan atau otonomi dalam belajar
• Toleran terhadap pendapat yang berbeda
• Menyadari bahwa pengetahuan itu
• bersifat sementara

2. Model Pembelajaran Siklus Belajar


Model siklus belajar merupakan satu model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
kerangka umum untuk melaksanakan kegiatan kontruktivis. Ada berbagai macam jenis model
siklus belajar, antara lain seperti berikut ini.
Lawson, Anton E. merancang pembelajaran (1995: 153) mengemukakan bahwa dalam
konsep-konsep mengembangkan (pengetahuan) maupun keterampilan berpikir, ada beberapa
unsur yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
b. Peserta didik harus menggali fenomena baru yang didasarkan pada keyakinan yang telah
dimiliki peserta didik (konsep-konsep dan sistem konseptual), atau didasarkan pada prosedur
maupun keterampilan berpikir yang telah dikenalnya pula.
c. Penggalian fenomena harus didahului oleh hal-hal yang membuat mereka bingung atau
hal-hal yang dan kontradiktif sehingga menghasilkan yang akan bentuk ketidakseimbangan
meningkatkan berpikir pertanyaan-pertanyaan dan berpikir provokasi argumentasi dalam
jika…dan…, maka… Dengan cara ini peserta didik diharapkan berusaha merefleksikan
keyakian atau prosedur yang telah dimilikinya untuk mencari pemecahan terhadap fenomena
baru tersebut.
d. Guru mengakomodasi berbagai jawaban sementara, baik yang diajukan oleh peserta didik
maupun sebagai hasil intervensi yang dilakukan Guru.
e. Jawaban sementara peserta didik digunakan untuk membangkitkan argumen-argumen,
prediksi-prediksi atau data baru yang memungkinkan dapat mengubah keyakinan atau
konstruksi pengetahuan lama peserta didik terhadap konsep baru yang diperkenalkan.
f. Untuk dapat memungkinkan terjadinya pengaturan-sendiri sebagai upaya untuk mencapai
kemantapan keseimbangan baru, berbagai pengalaman baru haruslah disediakan bagi peserta
didik untuk menguji dan mengembangkan konsep-konsep atau prosedur-prosedur baru dan
dapat diaplikasikan pada berbagai macam konteks yang terkait.
Di samping langkah-langkah di atas, agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara lebih
efektif, maka ada 3 fase yang harus diperhatikan yang oleh Karlplus dan Thier (1967)
dinamai fase Eksplorasi (Exploration), fase Penelusuran (Invention), dan fase Penemuan
(Discovery). Tetapi belakangan oleh Lawson (1988) fase-fase tersebut dinamai fase
Eksplorasi (Exploration), fase Pengenalan Istilah (Term introduction), dan fase Penerapan
Konsep (Concept application).
Fase Eksplorasi
Fase pertama adalah fase eksplorasi. Pada fase ini peserta didik belajar melalui tindakan-
tindakan dan reaksi-reaksi yang telah mereka miliki terhadap situasi baru. Mereka menggali
materi-materi baru dan ide-ide baru dengan bimbingan yang minimal dari guru. Pengalaman
baru mereka akan membangkitkan pertanyaan-pertanyaan dan menimbulkan kerumitan-
kerumitan yang pada suatu ketika tidak dapat mereka pecahkan dengan cara berpikir mereka.
Jadi melalui fase ini, guru memberikan kesempatan dan pengalaman baru kepada peserta
didik yang dapat menimbulkan konflik-konflik berpikir serta menimbulkan pertentangan dan
analisis terhadap ide dan pemikiran mereka sendiri. Pada akhirnya analisis tersebut dapat
memunculkan pembahasan-pembahasan untuk menguji ide-ide alternatif melalui prediksi-
prediksi. Proses ini akan memunculkan beberapa ide sekaligus menghilangkan ide-ide
lainnya yang tidak relevan dalam pola siklus dari pengaturan-sendiri.
Dan hal ini juga akan menimbulkan kehati-hatian dalam menguji prosedur dalam siklus ini.
Eksplorasi harus didahului oleh identifikasi terhadap pola keteraturan dari suatu fenomena.
Fase Eksplorasi juga memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan fenomena melalui cara
mereka masing-masing yang dapat menguji baik keterampilan observasi maupun dalam
berhipotesis.

Fase Pengenalan konsep/istilah


Fase kedua pengenalan istilah (term instroduction), yang dimulai dengan memperkenalkan
istilah baru yang merujuk pada pola yang sudah ditemukan pada fase eksplorasi. Istilah atau
nama konsep ini dapat diinformasikan oleh guru atau diperoleh peserta didik melalui buku,
film atau media lainnya. Tahap ini harus selalu diikuti eksplorasi dan dihubungkan dengan
pola-pola yang mereka temukan dalam setiap kegiatan eksplorasi.
Fase Aplikasi Konsep
Fase ketiga yaitu penerapan konsep (concept application). Di sini peserta didik mencoba
mengaplikasikan konsep atau istilah (term) atau pola pikir baru pada situasi permasalahan
baru. Penerapan diusahakan dengan banyak variasi agar pengertian baru yang telah mereka
peroleh lebih mantap dan permanen. Perlu diperhatikan di sini bahwa konsep adalah pola
mental yang direpresentasikan melalui label verbal (dalam hal ini berarti istilah). Jadi, konsep
tiada lain adalah pola plus istilah. Guru dapat memperkenalkan istilah, tetapi yang lebih
penting peserta didik harus dapat mempersepsi istilah tersebut dengan kemampuan mereka
sendiri. eksplorasi (exploration) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan pola-pola. Pengenalan Istilah (term introduction) memungkinkan Guru dengan
kesempatannya dapat memperkenalkan istilah, dilain pihak peserta didik dengan
kesempatannya dapat menghubungkan pola-pola dengan istilah yang merupakan
pembentukan konsep.
Akhirnya, dengan Penerapan Konsep (concept aplication) memungkinkan peserta didik untuk
menemukan penerapannya (juga non aplications) dari konsep-konsep tersebut pada konteks-
konteks baru.

3. Model Pembelajaran P.O.E (Predict- Observe- Explain)


P.O.E adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain . P.O.E ini sering juga disebut suatu
strategi pembelajaran di mana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta
mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu predik, observasi,dan memberikan
penjelasan (explain).
Ketiga tugas siswa dalam model pembelajaran POE yaitu:
Predict : pada tahap ini, mintalah pada peserta didik untuk mengamati apa yang akan Anda
demonstrasikan. Mintalah mereka mengamati fenomena yang didemonstrasikan, kemudian
mereka memprediksi hasilnya dan mempertimbangkan hasil prediksinya.
Observe: pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan, menunjukkan proses atau demonstrasi
dan mintalah peserta didik untuk mencatat apa yang terjadi.
Explain: pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mengajukan hipotesis mengenai
mengapa terjadi seperti yang mereka lakukan dan menjelaskan perbedaan antara prediksi
yang dibuatnya dengan hasil observasinya.

Daftar Pustaka
Arronson, E. 2000. History of The Jigsaw, An Account from Professor Aronson [on line].
Tersedia :http://www.jigsaw.org/history.htm
Blosser, P. E. 1992. Using Cooperative Learning in Science Education. ERIC Clearing
House. Tersedia [on line] http://www.eric.edu.
Berns, Robert G dan Erickson, Patricia M. 2001, Contextual Teaching and Learning:
Preparing Student for the New Economy. The Highligh Zone: Research @ Work no 5.
Bruce Joyce & Marsha Weil. 2003. Models of Teaching. 5th. Boston, USA: A Simon
Schuster Company
BSNP. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sf/MI. Diknas: Jakarta
Chandler, L. (1995). Cooperative Learning and Hands-on Science. California: Kagan
Cooperative Learning.
Dick, Walter and Lou Carey. 1990. The systematic Design Of Instruction , Third Edition.
Florida : Harper Collins Publishers.
Donald R, Daugs and Jay A. Monson, (tanpa tahun). Science, Technology, and Society A
Primer For Elementary Teachers. Logan: Utah State University.
Friedl, Alfred E.. 1986. Teaching Science to Children: An Integrated Approach, New York:
Random House
Joyce and Weil. 1986. Models of Teaching, Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
-------------. 1992. Models of Teaching, Fourt Edition. Boston: Allyb and Bacon
Horley, et.al. 1990. Elementary School Science for The’90, Virginia: association for
Supervission and Curriculum Development.
Hendriani, Yeni, 2007, Model Pembelajaran PAKEM, SD, Bandung: PPPPTK IPA
http://www.cew.wisc.edu/teachnet/ctl What is contextual teaching and learning?
http://education.jlab.org/reading/img/water_cycle_01.gif
Indrawati. 1998. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pendekatan STS. Makalah pada Pelatihan
Pendidikan Lingkungan Hidup, Bandung: PPPG IPA.
Indrawati. 2007(a). Model Pembelajaran Langsung (Modul). Bandung: PPPG IPA
Indrawati. 2007(b). Model Pembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi (Modul). Bandung:
PPPG IPA.
Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies, Lessons from Research and Practice,
second edition. Australia: Social Science Press.
Lawson, Anton E. 1995. Science Teaching and The Development of Thinking. Belmont-
California: wadswort Publishing Company.
Mulyasa, E, 2004, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,. Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung
Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Boston: Allyn and
Bacon.
Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta
Tobing, Rangke L , Setia Adi, Hinduan. 1990. Model-Model mengajar Metodik Khusus
Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam Sekolah Dasar. Makalah dalam penataran Calon Penatar
Dosen Pendidikan Guru SD (Program D-II).
Undang- undang No.20 tentang Sisdiknas

Anda mungkin juga menyukai