Menyenangkan)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh
suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik
cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula
sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian
besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena
itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama
ini. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok
tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat
dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan
anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Unit ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM
tersebut, serta prosedur atau langkah-langkah Fasilitatoran yang bisa dilakukan. Dengan
membaca dan mengikuti proses-proses Fasilitatoran yang telah dirancang dalam Unit ini, para
peserta Fasilitatoran diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM
tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing.
Undang-undang RI No. 20 PASAL 40, AYAT (2) tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional berbunyi : Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban :
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan
3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Sementara itu dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 19, ayat (1) dinyatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang
gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologi siswa. Amanat perundang-undangan mengenai
penyelenggaraan pendidikan tersebut sering kita dengar dengan istilah PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Untuk dapat melaksanakan
amanat perundang-undangan tersebut, guru hendaknya mengubah paradigma mengenai
mengajar siswa menjadi membelajarkan siswa. Di samping itu, guru harus memahami
hakikat PAKEM dan menguasai berbagai strategi/model pembelajaran yang berorientasi pada
PAKEM.
Beberapa orang memandang bahwa Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM) sama dengan kerja kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung
pembelajaran dan di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop, semua
menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku, maka dengan mudah dan cepat
dikatakan kelas itu tidak PAKEM. Sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk
berkelompok, maka dengan mudah kita mengatakan kelas itu PAKEM. Padahal bisa jadi
mereka hanya duduk dalam kelompok dan tidak semua siswa bekerja. Seharusnya menilai
PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup hanya dengan melihat pengaturan tempat
duduk siswa, tetapi harus diperhatikan pula intensitas keterlibatan siswa dalam belajar, dan
seperti apa kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
Pelaksanaan PAKEM sebenarnya juga memberikan kesempatan pada guru untuk
membelajarkan beberapa keterampilan hidup atau kecakapan hidup. Kecakapan hidup adalah
kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara aktif
dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
Dengan belajar kelompok yang benar misalnya, siswa belajar salah satu kecakapan hidup
yaitu berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim. Melalui bentuk-bentuk tugas yang
menantang, siswa bisa membangun kemampuan mencari dan mengolah informasi,
mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Usaha-usaha yang menawarkan sebuah
pembaharuan, termasuk penerapan PAKEM di kelas, memerlukan dukungan dari berbagai
pihak. Penyajian PAKEM dalam pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MB S) dan Peran
Serta Masyarakat (PSM) dilakukan dengan harapan agar sekolah, Komite Sekolah, dan orang
tua siswa membantu dan mendukung keberhasilan PAKEM.
Di bawah ini ada sejumlah isu penting tentang pelaksanaan PAKEM, yang dapat digunakan
sebagai masukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas PAKEM.
1. Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAKEM yang baik.
2. Pembelajaran masih sering berupa pengisian lembar kerja siswa (LKS) yang sebagian
besar pertanyaannya bersifat tertutup.
3. Pengelompokan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk. Kegiatan yang
4. dilakukan siswa seringkali belum mencerminkan belajar kooperatif yang benar.
4. Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup.
5. Perbedaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/perempuan, pintar/
5. kurang pintar, dan sosial ekonomi tinggi/rendah.
6. Guru merasa khawatir untuk melaksanakan PAKEM di kelas 6 dan 9.
7. Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam.
BAB II
HAKIKAT PAKEM
PAKEM merupakan suatu singkatan dari P: Pembelajaran, A: Aktif, K: Kreatif, E: Efektif,
dan M: Menyenangkan. Kegiatan pembelajaran. menurut Walter Dick ad Lou Carey (1990 :
165) dapat dikemukakan sebagai berikut :
One of the most powerful components in the learning process is that of practice with
feedback. You can enhance the learning process greatly by providing the student wih
activities that are directly relevant to the objectives. Student should be provided an
opportunity to practice what you wan them o be able o do. Not only should they be able to
practice, but they should be provided feedback orinformation about their performance.
feedback. is sometimes referred to as “knowledge of results”. That is, Student are told
whethertheir answer is right or wrong, or are shown a copy of the righ aswer or a example
from which they mus infer whether their answer is correct. Feedback may also be provided in
the from of reinforcement. Reinforcement for adult learners is ty pically in term of statements
like “Great, you are correct”. Young children often respond favorably to froms of
reinforcement such as an approving look from the instructor or even the opportunity to do
some other activity.
Salah satu komponen yang paling kuat dalam proses pembelajaran adalah praktik dengan
timbal balik. Anda bisa meningkatkan proses pembelajaran dengan baik yaitu dengan
memberikan siswa aktifitas yang teratur dan berkaitan dengan tujuan. Siswa seharusnya
diberi kesempatan untuk praktek supaya bisa melakukannya. Mereka seharusnya itdak hanya
bisa praktek, tetapi juga diberikan informasi yang berlawanan tentang penampilannya.
Pengaruh timbal balik kadang-kadang ditunjukan sebagai “hasil pengetahuan” siswa
diberitahu jawaban yang benar dan yang salah, atau ditunjukan kopian dari jawaban yang
benar atau contoh yang mereka pastikan bahwa jawabanya benar.
Pengaruh timbal balik mungkin diberikan dalam bentuk yang kuat. Kekuatan bagi pelajar
dewasa yaitu khusus dalam istilah pernyataan seperti “Hebat, kamu benar”. Anak-anak muda
sering merespon baik yaitu pemberian dari instruktur atau pada kesempatan untuk melakukan
aktifitas yang lain)
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2003 : 394) menyatakan :
Another solution is to adapt the models to conform to the characteristics of the learners. We
identify the reasons why a given learner has trouble relating to a particular learning
environmet and then modulate the features of that environmet to make it easier for the learner
to fit in.
Solusi yang lain adalah menyesuaikan model untuk menyesuaikan diri terhadap karakteristik
pelajar. Kita mengetahui alasan mengapa yang diberikan ke siswa mempunyai masalah yang
berkaitan dengan keterangan lingkungan belajar, kemudian mengatur dari segi lingkungan itu
supaya lebih mudah bagi siswa untuk semangat.
Saylor dalam Mulyasa (2004 : 117) mengatakan bahwa “Instruction is this the
implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the
sence of student, teacher interaction in an education setting”.
Pembelajaran adalah penerapan dari rencana kurikulum, biasanya, tetapi tidak perlu di
dalamnya termasuk aktifitas guru mengajar menghadapi siswa, sesuai dengan rencana yang
telah disusun. Jadi, dalam hal ini guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian
yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan
pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu.
Dalam rangka menuju suatu tujuan, maka pembelajaran di sekolah idealnya harus mengarah
kepada kemandirian siswa dalam belajar, artinya sedini mungkin siswa dilatih untuk mandiri
di lingkungan sekolah/kelas dan di lingkungan keluarga. Baik secara psikologis, afektif,
psikomotor, maupun secara koqnitif pembelajaran PAKEM harus dibudayakan oleh para
praktisi pendidikan khususnya para guru dalam semua mata pelajaran di sekolah.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan selama ini, guru dan murid selalu berada
dalam satu tempat, satu waktu, dan dalam situasi yang sama. Kegiatan belajar mengajar
seringkali terhambat atau tidak berjalan karena guru sebagai fasilitator tidak berada di arena
belajar. Hal ini mungkin disebabkan guru masih dalam perjalanan menuju sekolah atau boleh
jadi berhalangan hadir ke sekolah karena sakit atau karena ada kepentingan lain.
Atau bisa jadi sekolahan tersebut masih kekurangan tenaga guru. Bila hal itu terjadi maka
proses kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan mengalami
hambatan. Apalagi kalau terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan ada pihak yang
dirugikan , yaitu siswa.
Dalam penggunaannya di lapangan, ada yang menambahkan dengan satu huruf I: inovatif,
sehingga menjadi PAIKEM. Pada dasarnya, PAKEM didasarkan pada alasan-alasan sebagai
berikut :
1. Tuntutan Perundangan-undangan
Undang- undang No.20 tentang Sisdiknas, pasal 40 , di mana salah satu ayatnya berbunyi:
”Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis dan PP No. 19 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1). Dalam PP no 19, ayat (1) dinyatakan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang
gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologi siswa”.
Dari tuntutan perundangan tersebut dengan jelas bahwa esensi pendidikan atau pembelajaran
harus memperhatikan kebermaknaan bagi peserta didik yang dilakukan secara dialogis atau
interaktif, yang pada intinya pembelajaran berpusat pada siswa sebagai pebelajar dan
pendidik sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar terjadi belajar pada peserta didik.
A. Pilar-pilar PAKEM
Menurut Durori (2002:xii) metode pakem dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi siswa dan segi
guru. Adalah :
1) Dari segi guru
A = Aktif. Dalam hal ini guru aktif dalam :
- Memantau kegiatan belajar siswa
- Memberi umpan balik
- Memberi pertanyaan yang menantang
- Mempertanyakan gagasan siswa
K = Kreatif. Hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam :
- Mengembangkan kegiatan yang beragam
- Membantu alat bantu belajar sederhana
E = Efektif, yaitu guru harus mampu mencapai tujuan pembelajaran.
M = Menyenangkan. Dalam hal ini guru menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak membuat anak takut salah, takut ditertawakan, takut dianggap
sepele.
2) Dari segi siswa
A = Aktif. Dalam hal ini siswa aktif :
1) Bertanya
2) Mengemukakan gagasan
3) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.
K = Kreatif. Hal ini siswa dituntut untuk kreatif dalam :
1) Merancang / membuat sesuatu
2) Menulis/ mengarang
E = Efektif, yaitu siswa harus menguasai ketrampilan yang diperlukan.
M = Menyenangkan. Dalam hal pembelajaran membuat anak:
1) Berani mencoba
2) Berani bertanya
3) Berani mengemukakan pendapat/gagasan
4) Berani mempertanyakan gagasan orang lain
Dalam dimensi proses belajar mengajar ini, hal-hal yang akan dikaji meliputi :
1) Penyusunan program dan perangkat pembelajaran sebagai upaya persiapan pelaksanaan
proses pembelajaran
2) Penyajian dan teknik model belajar mandiri dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan)
3) Perilaku siswa yang muncul dari kegiatan model belajar mandiri yang merupakan
penilaian proses pembelajaran.
Dalam PAKEM terdapat empat pilar utama, yaitu: (a) Aktif, (b) Kreatif, (c) Efektif, dan (d)
Menyenangkan. Sedangkan huruf ”P” merupakan pembelajaran yang didefinisikan sebagai
pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-
baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik Dengan demikian pada
waktu peserta didik belajar, pilar-pilar PAKEM berikut harus dirancang :
1. Pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student
centered ) daripada berpusat pada guru (teacher centered).
Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya
kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan
berbuat (hands-on). Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Perbedaan
pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa Adalah Pembelajaran yang
berpusat pada Guru
• Guru sebagai pengajar
• Penyampaian materi pelajaran dominan melalui ceramah
• Guru menentukan apa yang mau diajarkan dan bagaimana siswa mendapatkan informasi
yang mereka pelajari
Pembelajaran yang berpusat pada siswa
• Guru sebagai fasilitator dan bukan penceramah
• Fokus pembelajaran pada siswa bukan Guru
• Siswa aktif belajar
• Siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya sendiri tidak mengutip dari Guru
• Pembelajaran bersifat interaktif Kegiatan guru pada strategi mengajar yang berpusat pada
Guru
• Membacakan
• Menjelaskan
• Memberikan instruksi
• Memberikan informasi
• Berceramah
• Pengarahan tugas-tugas
• Membimbing dalam tanya jawab
• Kegiatan siswa pada strategi
• mengajar yang berpusat pada siswa
• Bermain peran
• Menulis dengan kata-kata sendiri
• Belajar kelompok
• Memecahkan masalah
• Diskusi/berdebat
• Mempraktikkan keterampilan
• Melakukan kegiatan penyelidikan
Pengelolaan kelas diperlukan untuk membangkitkan minat belajar siswa dan meningkatkan
keaktifan siswa belajar, ruang kelas dapat dibuat menarik dengan cara mengubah tata
letak/formasi bangku
• Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya
• Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas seperti : “mengapa”,
“bagaimana”, “apa yang terjadi jika…” dan bukan pertanyaan “apa”, “kapan”.
Berikut ini hal-hal lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi guru kreatif
• Mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa.
• Mampu menciptakan Kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan dengan
level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa
Strategi mengajar yang dapat mengembangkan kreativitas siswa akan menghasilkan siswa-
siswa yang kreatif dengan ciri-ciri sebagai berikut :
• Mampu memotivasi diri
• Berpikir kritis
• Daya imaginasi tinggi (imaginative)
• Berpikir orisinil/bukan kutipan dari Guru (original )
• Memiliki tujuan untuk ingin berprestasi
• Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.
Sebelas faktor penting dalam pembelajaran yang efektif yaitu 1) Kepemimpinan profesional,
2) Visi dan tujuan ditanggung bersama dengan jelas, 3) Sebuah lingkungan belajar yang
kondusif, 4) Pembelajaran yang menyenangkan
Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi terbukti meningkatkan hasil belajar. Dalam
penelitian mengenai otak dan pembelajaran mengungkapkan fakta yang mengejutkan, yaitu
apabila sesuatu dipelajari secara sungguh-sungguh (dimana perhatian yang tinggi dari
seorang tercurah) maka struktur internal sistem syaraf kimiawi seseorang berubah. Di dalam
diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi
baru, dan koneksi baru.
Dave Meier (2002:36) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana
belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hura-
hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-ciri suasana belajar
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan di antaranya adalah sebagai berikut :
Ciri suasana belajar yang menyenangkan
• Rileks
• Bebas dari tekanan
• Aman
• Menarik
• Bangkitnya minat belajar
• Adanya keterlibatan penuh
• Perhatianpeserta didik tercurah
• Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang,
• pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak)
• Bersemangat
• Perasaan gembira
• Konsentrasi tinggi
Ciri suasana belajar yang tidak menyenangkan
• Tertekan
• Perasaan terancam
• Perasaan menakutkan
• merasa tidak berdaya
• tidak bersemangat
• malas/tidak berminat
• jenuh/bosan
• suasana pembelajaran monoton
• pembelajaran tidak menarik iswa
Berdasarkan uraian materi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
PAKEM adalah proses pembelajaran dimana Guru harus menciptakan suasana pembelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan,
kreatif, kritis serta mencurahkan perhatian /konsentrasinya secara penuh dalam belajar serta
suasana pembelajaran yang menimbulkan kenyamanan bagi siswa untuk belajar. Di dalam
PAKEM, Guru memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk pencapaian hasil belajar yang
telah ditentukan.
Secara garis besar, PAKEM sebagai berikut :
Guru
• Guru sebagai fasilitator
Siswa
• Siswa lebih mendominasi dan mewarnai pembelajaran • Siswa terlibat dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada
belajar melalui berbuat (learning by doing).
• Siswa giat dan dinamis mengikuti pembelajaran
Lingkungan (kelas indoor/outdoor, laboratorium)
• Guru mengatur lingkungan kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan belajar yang
menarik, menyediakan pojok untuk membaca (pojok baca).
• Hasil karya siswa dipajang di kelas
• Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat
belajar.
• Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif termasuk cara belajar
kelompok
• Guru menerapkan berbagai strategi/model pembelajaran
• Guru memotivasi siswa melalui kegiatan yang menantang kemampuan siswa untuk berpikir
kreatif, kritis dan mampu memecahkan masalah• Guru menggunakan berbagai macam
strategi mengajar termasuk pembelajaan yang lebih interaktif dalam kelompok serta lebih
banyak praktik
• Kelas dibuat semenarik mungkin
• secara fisik dan mental aktif ditandai dengan tercurahnya konsentrasi yang tinggi
• siswa berani mengemukakan gagasan
• Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar.
• Siswa tidak malu terlibat aktif dalam kegiatan
• Tata letak /formasi kelas diubah dan disesuaikan dengan kegiatan.
Kriteria Pakem
Secara garis besar kriteria PAKEM dapat dirangkum sebagai berikut :
Kriteria Aktif
Siswa melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka lakukan seperti :
• Menulis
• Berdiskusi
• Berdebat
• Memecahkan masalah
• Mengajukan pertanyaan
• Menjawab pertanyaan
• Menjelaskan
• Menganalisis
• Mensintesa
• Mengevaluasi
• Kriteria Efektif
Ketercapaian target hasil belajar, dapat berupa:
• Siswa menguasai konsep
• Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana
• Siswa menghasilkan produk tertentu
• Siswa termotivasi untuk giat belajar
Kriteria Kreatif
• Berpikir kritis
• Memecahkan masalah secara konstruktif
• Ide/gagasan yang berbeda
• Berpikir konvergen (pemencahan masalah yang “benar” atau “terbaik”
• Berpikir divergen (beragam alternatif pemecahan masalah)
• Fleksibilitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang)
• Berpikir terbuka
Kriteria Menyenangkan
Pembelajaran berlangsung secara:
• Interaktif
• Dinamik
• Menarik
• Mengembirakan
• Atraktif
• Menimbulkan inspirasi
C. Contoh Kegiatan PBM dan Kemampuan Guru yang Bersesuaian dengan Kriteria PAKEM
Komponen Pembelajaran
Guru merancang dan mengelola PBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran PAKEM
Guru melaksanakan PBM dengan merancang kegiatan untuk siswa yang beragam, misalnya :
• Melakukan percobaan
• Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi di perpustakaan
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Mengamati objek di luar kelas
• Berkunjung ke luar
Sesuai dengan mata pelajaran, Guru menggunakan berbagai media/sumber belajar, misalnya :
• Alat pabrikan atau alat yang dibuat sendiri
• Gambar/film/foto
• Kasus/ceritera
• Nara sumber
• Lingkungan sekitar
• Siswa Melakukan percobaan:
• menggunakan alat,
• mengamati,
• mengelompokkan,
• mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
• Melakukan wawancara
• Membuat produk
Siswa melakukan:
• Diskusi
• Mengajukan pertanyaan terbuka
• Mengajukan saran/ide
• Membuat karangan bebas/karya lain
• Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
• Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri
• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegitan sehari-hari
Kegiatan guru:
• Guru memantau proses belajar/kerja siswa
• Guru memberikan umpan balik
• Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
• Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri
• secara lisan atau tulisan
• Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
• Guru mengaitkan PBM dengan pengalaman siswa sehari-hari Guru menilai PBM dan
kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
BAB III
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI PAKEM
Untuk melaksanakan PAKEM, guru selain harus hakikat PAKEM, prinsip-prinsip
pembelajaran konstruktivisme, juga harus menguasai berbagai model pembelajaran. Banyak
model pembelajaran yang dapat digunakan baik model pembelajaran yang menekankan pada
pengembangan keterampilan psikomotor, keterampilan berpikir , maupun keterampilan
sosial. Pemilihan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan target hasil
belajar yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
Dalam bab ini akan dipaparkan garis besar penggolongan model pembelajaran, pengertian,
karakteristik model pembelajaran, dan contoh penerapan model pembelajaran dalam RPP.
A. Penggolongan dan Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan model-
model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran tersebut
adalah: (1) rumpun model pembelajaran :
1. Rumpun model-model Pemrosesan Informasi
Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip-
prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia
menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun
konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model
pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta didik)
untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar menekankan pada
berpikir produktif. Sedangkan beberapa model pembelajaran lainnya berhubungan dengan
kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan
informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis.
Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasi ini
adalah :
a. Pemrosesan Informasi Pembelajaran Berpikir Induktif
Tokoh: Hilda Taba
Misi/tujuan/manfaat: Ditujukan secara khusus untuk pembentukan kemampuan berpikir
induktif yang banyak diperlukan pada dalam kegiatan. Model ini akademik memiliki
meskipun diperlukan juga untuk kehidupan umumnya.
Keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang
berhubungan dengan kecakapan berpikir.
b. Latihan inkuari
Tokoh: Richard Suchman
Misi/tujuan/manfaat : Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan dalam untuk
pembentukan akademik kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan kegiatan
meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.
c. Pembentukan konsep
Tokoh: Jerome Bruner, Good-now, dan Austin
Tujuan: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta didik
dilatih mempelajari konsep secara efektif.
d. Perkembangankognitif
Tokoh: Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Sullivan, Lawrence dan Kohlberg
Misi/tujuan/manfaat: Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan intelektual
berpikir pada logis, ini berpikir/pengembangan umumnya, meskipun dapat khususnya
demikian pada kemampuan diterapkan kehidupan sosial dan pengembangan moral.
b. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model latihan inkuari diharapkan bersifat kooperatif. Meskipun model ini
dapat sangat terstruktur dengan sistem sosial yang dikendalikan Guru, lingkungan intelektual
terbuka bagi seluruh gagasan yang relevan. Guru dan peserta didik berpartisipasi setara
selama menyangkut adanya gagasan-gagasan. Guru harus mendorong peserta didik berinkuari
sebanyak-banyaknya. Ketika peserta didik belajar prinsip- prinsip inkuari, struktur dapat
meluas hingga mencakup penggunaan sumber belajar, dialog dengan peserta didik lain,
melakukan percobaan, dan diskusi dengan Guru.
c. Prinsip reaksi
Reaksi yang paling penting yang harus diberikan Guru adalah pada fase kedua dan ketiga.
Pada fase kedua, Guru harus membantu peserta didik melakukan inkuari, tetapi bukan
melakukan inkuari sendiri untuk keperluan mereka. Apabila Guru ditanya oleh peserta didik
yang tidak bisa dijawab “ya” atau “tidak”, Guru harus meminta peserta didik menata ulang
pertanyaan yang akan diajukannya agar dapat dijawab oleh Guru “ya” atau “tidak” untuk
menjaring mereka mengumpulkan data pada masalah yang akan diselesaikan. Pada fase
terakhir, tugas Guru menjaga agar inkuari tetap terarah pada proses penyelidikan itu sendiri.
d. Sistem Pendukung
Pendukung yang paling optimal terhadap keterlaksanaan model latihan inkuari adalah adanya
bahan-bahan yang akan digunakan pada saat Guru menghadapkan peserta didik dengan
masalah. Guru harus memahami betul proses intelektual , strategi inkuari, dan sumber-
sumber belajar yang ada dalam sebuah masalah.
e. Dampak pembelajaran langsung dan iringan
Di dalam penggunaannya, model ini memiliki dampak pengajaran langsung dan iringan
sebagai berikut.
Model latihan Inkuari:
• Keterampilan proses IPA
• Strtegi untuk penyelidikan kreatif
• Semangat untuk berkreativitas
• Kebebasan atau otonomi dalam belajar
• Toleran terhadap pendapat yang berbeda
• Menyadari bahwa pengetahuan itu
• bersifat sementara
Daftar Pustaka
Arronson, E. 2000. History of The Jigsaw, An Account from Professor Aronson [on line].
Tersedia :http://www.jigsaw.org/history.htm
Blosser, P. E. 1992. Using Cooperative Learning in Science Education. ERIC Clearing
House. Tersedia [on line] http://www.eric.edu.
Berns, Robert G dan Erickson, Patricia M. 2001, Contextual Teaching and Learning:
Preparing Student for the New Economy. The Highligh Zone: Research @ Work no 5.
Bruce Joyce & Marsha Weil. 2003. Models of Teaching. 5th. Boston, USA: A Simon
Schuster Company
BSNP. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sf/MI. Diknas: Jakarta
Chandler, L. (1995). Cooperative Learning and Hands-on Science. California: Kagan
Cooperative Learning.
Dick, Walter and Lou Carey. 1990. The systematic Design Of Instruction , Third Edition.
Florida : Harper Collins Publishers.
Donald R, Daugs and Jay A. Monson, (tanpa tahun). Science, Technology, and Society A
Primer For Elementary Teachers. Logan: Utah State University.
Friedl, Alfred E.. 1986. Teaching Science to Children: An Integrated Approach, New York:
Random House
Joyce and Weil. 1986. Models of Teaching, Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
-------------. 1992. Models of Teaching, Fourt Edition. Boston: Allyb and Bacon
Horley, et.al. 1990. Elementary School Science for The’90, Virginia: association for
Supervission and Curriculum Development.
Hendriani, Yeni, 2007, Model Pembelajaran PAKEM, SD, Bandung: PPPPTK IPA
http://www.cew.wisc.edu/teachnet/ctl What is contextual teaching and learning?
http://education.jlab.org/reading/img/water_cycle_01.gif
Indrawati. 1998. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pendekatan STS. Makalah pada Pelatihan
Pendidikan Lingkungan Hidup, Bandung: PPPG IPA.
Indrawati. 2007(a). Model Pembelajaran Langsung (Modul). Bandung: PPPG IPA
Indrawati. 2007(b). Model Pembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi (Modul). Bandung:
PPPG IPA.
Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies, Lessons from Research and Practice,
second edition. Australia: Social Science Press.
Lawson, Anton E. 1995. Science Teaching and The Development of Thinking. Belmont-
California: wadswort Publishing Company.
Mulyasa, E, 2004, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,. Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung
Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Boston: Allyn and
Bacon.
Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta
Tobing, Rangke L , Setia Adi, Hinduan. 1990. Model-Model mengajar Metodik Khusus
Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam Sekolah Dasar. Makalah dalam penataran Calon Penatar
Dosen Pendidikan Guru SD (Program D-II).
Undang- undang No.20 tentang Sisdiknas