Anda di halaman 1dari 6

RESUME KELOMPOK 1-7

Pengelolaan Kelas

Dosen Pengampu:
ANAM BESARI,MA
Disusun Oleh:
INDANA THUFAILAH MASRUROH ( 20200750101250)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA`ARIF MAGETAN


FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TAHUN AJARAN 2022/2023
Pengertian Pengelolaan Kelas
Secara istilah,pengelolaan kelas berasal dari bahasa inggris “Classroom Management”.
Classroom berarti kelas sedangkan Management berarti kepemimpinan, ketatalaksanaan,
penguasaan maupun pengurusan.
Secara umum dari segi didaktis kelas diartikan sebagai sekelompok siswa yang pada waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.

Pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar suatu yang dikelola dapat berjalan
dengan lancar, efektif dan efisien. Pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi optimal
sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa dan dapat terlaksana kegiatan belajar yang
seperti diharapkan.

Kel. 1
Aspek-aspek Pengelolaan KelasPengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendaya gunakan
potensi kelas. Oleh karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang
keberhasilan proses pembelajaran. Kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam mengelola kelas
yaitu penataan siswa di dalam kelas, penataan ruang dan alat pelajaran dan menciptakan disiplin
kelas.
Usaha sadar dalam pengelolaan kelas mengarah pada dua elemen yaitu fisik dan non fisik.
Pengelolaan yang menyangkut komponen fisik di kelas seperti pengaturan ruang kelas, posisi
bangku dan kursi, lemari, alat dan media pembelajaran serta komponen fisik lainnya.
Pandangan Tentang Pengelolaan KelasPengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai
kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan (Dr.
Suharsimi Arikunto / 1996). Pengelolaan kelas meliputi dua hal, yaitu pengelolaan yang
menyangkut siswa, dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pengajaran), atau dengan kata
lain bahwa pengelolaan kelas khusus membicarakan pengaturan siswa di dalam sebuah kelas
dalam hubungan belajarmengajar.
Kel. 2
Konsep Operasional Pengelolaan Kelas Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan. Perlu
diperhatikan pengaturan ruang kelas belajar penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya
memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru untuk membantu siswa dalam
belajar.Dalam pengelolaan kelas, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Penataan ruang kelas Penataan ruang bertumpu pada penetapan tempat duduk siswa, dengan
format memudahkan siswa dalam memandang gurunya.
b. Mengantisipasi kondisi kelasKondisikan semua siswa dengan baik secara fisik maupun psikis,
termasuk siswa yang terlambat masuk ke dalam kelas. Sebelum siswa benar-benar siap jangan
memulai mengajar.
c.Tetapkan aturan dengan tegas namun bersahabat.Saat ada siswa melakukan pelanggaran, kita
harus tegas dalam memberikan konsekuensi, sesuai dengan aturan yang telah disepakati.
d. Pastikan siswa tetap fokusBeberapa siswa mungkin tidak fokus dengan materi yang kita
berikan. Ada banyak sebab mengapa siswa bisa tidak fokus pada pelajaran, bisa karena ngantuk,
bosan, capek, dan sebab lainnya.
Kel. 3
Pendekatan dalam Pengelolaan KelasPengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri,
tetapi terkait dengan berbagaifaktor. Permasalahan anak didik adalah factor utama yang berkaitan
langusung dalam hai ini.Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk
meningkatkan kegairahan belajar anak didik secara berkelompok maupun secara
individual.Keharmonisan hubungan antara guru dan siswa, tingginya kerja sama diantara
anakdidik tersimpul dalam bentuk interaksi. Keharmonisan interaksi ini bisa optimal
karenapendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan
tersebutadalah seperti dalam uraian berikut ini:
1. Pendekatan Kekuasaan.
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untukmengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru di sini adalah menciptakan danmempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yangmenuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Di dalamnya
ada kekeasaan dalam normayang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam
bentuk norma itulahguru mendekatinya.
2. Pendekatan Ancaman.
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi inti, memperoleh kelasadalah juga sebagai suatu proses
untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalammengontrol tingkah laku anak didik
dilakukan dengan cara memberikan ancaman,misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan.
Pengelolaan diartikan suatu proses untuk membantu anak didikagar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guruadalah mengusahakan
semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Penekatan Resep.
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan member satudaftar yang dapat
mengambarkan apa yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh terjadidi kelas. Dalam daftar itu
digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan olehguru. Peranan guru hanyalah
mengikuti petunjuk seperti yang ditulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran.
Pendekatan ini didasarkan pada suatu tanggapan bahwa dalamsuatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anakdidik, dan memecahkan
masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini manganjurkantingkah laku guru dlam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anakdidik yang kurang baik. Peranan
guru adalah perencanaan dan mengimplemantasikanpelajaran yang baik
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.
Sesuai dengan namanya, pegelolaan kelasdiartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku anak didik. Peranan guruadalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik,
dan mencegah tingkah lakuyang kurang baik.
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial.
Pendekatan pengelolaan kelasmerupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana
emosional dan hubungan sosial5yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan
sosial yang positif artinya adahubungan yang baik antara guru dengan siswa. Disisni guru adalah
kunci terhadappembentukan hubungan pribadi dan perannya adalah menciptakan hubungan
pribadi yangsehat.
8. Pengelolaan Proses Kelompok.
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untukmenciptakan kelas sebagai sustu sistem
sosial dimana proses kelompok merupakan yangpaling utama. Peranan guru adalah
mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaanproses kelompok itu efektif. Proses
kelompok adalah usaha guru mengelompokan anakdidik ke dalam beberapa kelompok dengan
berbagai pertimbangan individual sehinggatercipta kelas yang bergairah dalam belajar.
9. Pendekatan Elektis.
Pendekatan elektis adalah pendekatan yang menekankan padapotensialitas, kreaktivitas, dan
inisiatif guru kelas dalam memilih pendekatan tersebutsesuai dengan situasi yang dihadapinya.
Penggunakan pendekatan ini dalam suatu situasidapat digunakan dengan salah satu,
mengombinasikan, atau ketiga pendekatan tersebut.Pendekatan elektis disebut juga pendekatan
pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yangberusaha menggunakan berbagai macam pendekatan
yang memiliki potensi untuk dapatmenciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang
memungkinkan proses belajarmengajar berjalan efektif dan efisien.
Kel. 4
Problem Individual SiswaMasalah individu (individual problem) terdiri dari 2 kata yang berbeda
makna. Problem menurut KBBI diartikan sebagai “hal-hal yang masih belum dipecahkan” atau
“sesuatu yang harus diselesaikan”. Jadi yang dimaksud problematika atau masalah adalah
sesuatu yang dibutuhkan penyelesaian karena terdapat ketidaksesuaian antara teori yang ada
dengan kenyataan yang terjadi.
Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara tidak baik ini digolongkan sebagai
berikut:
a. Tingkah laku menarik perhatianSeorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya,
biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku
destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer,
melawak (memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya.
Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas
atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
b. Mencari kekuasaan Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif,
tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan
adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan
menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-
anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali.
Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
c. Menuntut balasSiswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak
menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) sering dilakukan anak-anak ini.
Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan. Anak-anak yang suka menuntut balas
ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif. Anakanak penuntut balas yang aktif sering dikenal
sebagai anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak tidak patuh
(suka menetang).
d. Memperlihatkan ketidakmampuan Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada
dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya, bersikap
menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang
ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak
tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri.
Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif (Azman:2019).
Kel. 5
Pengertian Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang bersifat umum.
Pendekatan Manarjerial Pendekatan manarjerial atau lebih umum dengan istilah pendekatan
manajemen adalah sebuah pendekatan yang bersifat sistematis, karena pengelolaannya yang
teratur dalam melibatkan unsur-unsur yang terpadu didalam proses pembelajaran.
Pendekatan Psikologikal Pendekatan psikologikal merupakan pendekatan pengelolaan kelas
berdasarkan perubahan tingkah laku bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang
mengemukakan asumsi sebagai berikut :1. Semua tingkah laku yang baik dari yang kurang baik
merupakan hasil proses belajar.
2. Dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguat positif
(positive reinforcement),hukuman (Punishment), penghapusan (extinction) dan penguat negatif
(negatif reinforcement).
Pendekatan Sistem Pada dasarnya proses pembelajaran terkait dengan berbagai komponen yang
sangat kompleks. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, media, siswa, guru dan komponen
lainnya. Masing-masing komponen tersebut saling terkait sebagau suatu sistem. Oleh sebab itu,
penyusunan perencanaan pembelajaran perlu didasarkan pada pendekatan sistem.Sistem berarti
gabungan dari beberapa komponen sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan.
Kel. 6
Pengertian Teknik Inner Control, External Control, dan Cooperative Control
1. Teknik Inner ControlTeknik inner-control yakni kontrol perilaku berasal dari dalam diri siswa
sendiri. Kepekaan akan disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam diri siswa sendiri.
Kesadaran akan norma-norma, peraturan-peraturan, tata tertib yang diterapkan akan membuat
siswa dapat mengendalikan dirinya sendiri .
Teknik inner-control memiliki arti yang sama dengan model pengaruh yang disebutkan di dalam
buku Ramon. Penjelasan yang ditulis Ramon dijelaskan sebagai berikut.
Pendekatan ini dinamakan pendekatan berpusat pada siswa dan terdiri dari teknik yang didesain
untuk memberikan fasilitas pelatihan pengendalian diri pada siswa.
2. Teknik External ControllMaksud dari teknik external control adalah pengendalian berasal dari
luar diri siswa dan hal ini dapat berupa bimbingan dan konseling . Pengendalian diri dapat juga
berupa pengawasan tetapi yang bersifat hukuman. Pemakaian teknik ini harus disesuaikan
dengan perkembangan siswa. Misalnya teknik inner-control lebih sesuai untuk siswa pendidikan
menengah dan tinggi, sedangkan untuk siswa pendidikan rendah lebih sesuai dengan teknik
external control.Teknik external control memiliki arti yang sama dengan model pengaruh yang
disebutkan di dalam buku Ramon. Penjelasan yang ditulis Ramon menyatakan jika anak-anak
belum mampu menyadari apa yang terbaik bagi mereka.
3. Teknik Cooperarative ControllMaksud dari teknik cooperative control adalah kerjasama antara
guru dan siswa. Teknik ini berangkat dari pendapat bahwa disiplin kelas yang baik mengandung
adanya kesadaran kerjasama guru dan siswa secara harmonis, respektif, efektif, dan produktif.
Oleh karena itu, harus ada kerjasama antara guru dan siswa.Bentuk-bentuk kerjasama guru
dengan siswa di antaranya:
a. Mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan siswa.
b. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
c. Membina organisasi dan prosedur kelas secara demokratis.
d. Memberikan kesempatan untuk berdiri sendiri.
e. Berpikir sendiri, terutama dalam mengemukakan dan menerima pendapat orang lain.
Pengertian PunishmentPunishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Punishment biasanya
dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu tidak tercapai, atau ada perilaku anak yang
tidak sesuai dengan norma-norma yang diyakini oleh sekolah tersebut. Punishment sebagai
bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat
motivasi.
Prinsip-prinsip PunishmentAdapun prinsip-prinsip punishment sebagai berikut :
1. Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman. Metode terbaik yang tetap harus
diprioritaskan adalah memberikan kepercayaan kepada anak. Memberikan kepercayaan kepada
anak berarti tidak menyudutkan mereka dengan kesalahan-kesalahannya, tetapi sebaliknya kita
memberikan pengakuan bahwa kita yakin mereka tidak berniat melakukan kesalahan tersebut,
mereka hanya khilaf atau mendapat pengaruh dari luar.
2. Hukuman distandarkan pada perilaku. Sebagaimana halnya pemberian hadiah yang harus
distandarkan pada perilaku, maka demikian halnya hukuman, bahwa hukuman harus berawal
dari penilaian terhadap perilaku anak, bukan ’pelaku’ nya. Setiap anak bahkan orang dewasa
sekalipun tidak akan pernah mau dicap jelek, meski mereka melakukan suatu kesalahan.
3. Menghukum tanpa emosi.Kesalahan yang paling sering dilakukan orangtua dan pendidik
adalah ketika mereka menghukum anak disertai dengan emosi kemarahan. Bahkan emosi
kemarahan itulah yang menjadi penyebab timbulnya keinginan untuk menghukum. Dalam
kondisi ini, tujuan sebenarnya dari pemberian hukuman yang menginginkan adanya penyadaran
agar anak tak lagi melakukan kesalahan, menjadi tak efektif.
4. Hukuman sudah disepakati. Sama seperti metode pemberian hadiah yang harus
dimusyawarahkan dan didiologkan terlebih dahulu, maka begitu pula yang harus dilakukan
sebelum memberikan hukuman. Adalah suatu pantangan memberikan hukuman kepada anak,
dalam keadaan anak tidak menyangka ia akan menerima hukuman, dan ia dalam kondosi yang
tidak siap.
5. Tahapan pemberian hukuman. Dalam memberikan hukuman tentu harus melalui beberapa
tahapan, mulai dari yangteringan hingga akhirnya jadi yang terberat.

Anda mungkin juga menyukai