Disusun Oleh :
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PENDEKATAN DALAM
MANAJEMEN KELAS ini tepat pada waktuya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah MANAJEMEN KELAS yang
diampu oleh beliau,Bapak. Dani Hoerudin, M.Pd. Selain itu makalah ini bertujuan
untuk menambah pengetahuan tentang PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN
KELAS bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penyusun berterima kasih kepada Bapak. Dani Hoerudin, M.Pd. selaku dosen
MANAJEMEN KELAS yang telah membimbing penulisan makalah ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang saya tekuni. Kritik
dan saran saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta,1990),2.
2
Syaifurrahman, Manajemen Dalam Pembelajaran ( Jakarta: PT.Indeks,2013),50.
3
Oemar Hamalik,Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA ( Bandung: Sinar
Baru, 1987),311.
B. Macam-Macam Pendekatan
Keharmonisan hubungan guru dengan peserta didik, tingginya kerja
sama diantara peserta didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Karena itu there
are many forms of interaction between teacher and pupils, and between pupils. 4
Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang
guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas agar pembelajaran menjadi
efektif. Penciptaan suasana kelas yang kondusif menuntut kemampuan guru
untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang
dinilai efektif, ada beberapa pendekatan diantaranya:
1. Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter adalah suatu pendekatan pengendalian perilaku
peserta didik oleh guru. Tujuan guru yang utama adalah mengendalikan perilaku
peserta didik karena gurulah paling mengetahui dan berurusan dengan peserta
didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan
peraturan dan hukuman.
Pendekatan otoriter menawarkan sepuluh strategi yang diterapkan dalam
manajemen kelas :
Menciptakan dan menegakkan peraturan
Merupakan kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan
memberitahukan kepada peserta didik dan mengapa hal tersebut diperlukan.
Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan adalah
proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku
peserta didik di kelas.
Memberikan perintah, pengarahan dan pesan
4
Oscar A. Oeser, Teacher Pupil and Task / Elements of Sosial Psychologi Applied to Education
( London BCA: Associated Book Publisher Limited II New Fetter Lane, 1966),52.
Merupakan strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku peserta didik
agar peserta didik melakukan perilaku yang diinginkan oleh guru.
Menggunakan teguran ramah dalam strategi
Merupakan strategi mengelola kelas yang digunakan guru dengan cara memarahi
peserta didik yang berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar peraturan cara
lemah lembut
Menggunakan pengendalian dengan mendekati
Merupakan tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya
berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Strategi ini dimaksudkan
untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang
mempunyai kemungkinan mengacaukan. Tindakan itu tidak dimaksudkan untuk
menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada pada asumsi
bahwa kehadiran guru secara fisik akan ckup berhasil mencegah peserta didik
berperilaku menyimpang.
Menggunakan pemisahan dan pengucilan.
Merupakan strategi guru dalam merespon terhadap perilaku menyimpang peserta
didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat.
2. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen
sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik, berbeda dengan pendekatan
otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi
menekankan pada perilaku guru mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu
seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman dan
menyalahkan, peranan peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
3.Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekan perlunya
Memaksimalkan Kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah
apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik
bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah
meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu
pertumbuhan secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal
mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta
didik secara penuh.
4.Pendekatan Instruksional
Pendekatan intruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada
pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat
akan mencegah timbulnya sebagian besar manajerial kelas. Pendekatan ini
berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran
yang bermutu. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan
teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan setiap peserta didik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan strategi manajemen
kelas dalam pendekatan ini antara lain:
1) Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang
menarik,relevan,dan sesuai secara empiris dianggap sebagai penangkal
perilaku menyimpang siswa di dalam kelas.
2) Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur
arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa
melalaikan tugasnya.
3) Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu
dipahami dan dilakukan siswa.
4) Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan
harapan-harapan yang di inginkan guru.
5) Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru
dalam menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku siswa
yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan.
6) Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan
yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang
mematahkan semangat, pada saat mereka benarbenar memerlukannya.
7) Merencanakan perubahan lingkungan dalam proses mempersiapkan kelas
atau lingkungan dalam menghadapi perubahan-perubahan situasi.
8) Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam
memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda.
1. Pengaturan Siswa
Siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan
persamaannya yang pada intinya terletak pada aspek biologis, intelektual
dan psikologis. Perbedaan dan persamaan yang dimaksud diantaranya
adalah:
a. Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan
b. Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
c. Persamaan dan perbedaan dalam bakat
d. Persamaan dan perbedaan dalam sikap
e. Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
f. Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo
perkembangan.
Berbagai persamaan dan perbedaan siswa diatas, berguna dalam
membantu usaha pengaturan siswa dikelas tertutama berhubugan dengan
masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan
lingkungan yang efektif dan kreatif.
2. Prinsip Kelas yang Efektif
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar
yang efektif.Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu
menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar.
Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar
yang apabila ke-enam prinsip mengajar itu tidak digunakan /ditempatkan
dengan sebaik-baiknya maka iklim belajar yang menunjang terciptanya
kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Konteks
Situasi problematic yang mencakup tugas untuk belajar
hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap
penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi
peserta yang aktif justru karena tujuan itu sendiri. Ciri-ciri konteks
yang baik adalah:
1) Dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara
dinamis dan kuat
2) Terdiri dari pengalaman yang actual dan konkret
3) Pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untuk
menyusun pengertian, bersiifat sederhana dan pengalaman itu
dapat ditiru untuk diulangi
b. Fokus
1) Memobilisasi tujuan
2) Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar
3) Mengorganisasikan belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan
penemuan focus yang baik harus menimbulkan suatu pertanyaan yang
perlu dijawab, suatu soal yang perlu dipecahkan.
c. Sosialisasi
Mutu makna dan efektifitas belajar sebagian besar tergantung pada
kerangka social tempat belajar itu sangatlah berlaku. Kondisi social pada
suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang
sedang berlangsung di kelas.
d. Individualisasi
Belajar memang persoalan individual , tetapi sejauh mana perbedaan
cara belajar itu dari yang dilakukan ole individu lain.
e. Urutan
Guru harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran
yang disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya.
e. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa,
untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses
belajar itu.Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajaran
sebagai insur integral di dalam organisasi belajar yang wajar.Evaluasi
dapat digunakan untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan
untuk mendapatkan gambaran komperhensif tentang siswa sebagai
perseorangan,dan dapat juga membawa siswa pada taraf belajar yang
lebih baik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oscar A. Oeser, Teacher Pupil and Task / Elements of Sosial Psychologi Applied to
Education ( London BCA: Associated Book Publisher Limited II New Fetter Lane,
1966),52.