Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DAN APLIKASI MANAJEMEN KELAS DI SEKOLAH

Dosen Mata Kuliah :

Penyusun Makalah :
Fani Fadilah
Nurul Afifah
Nira Ristiani
Rizcka Fatya Rahayu

PENDIDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2018/2019
Kata Pengantar

 
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Dan Aplikasi Manajemen Kelas Disekolah
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhirzaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan di dalam makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya
kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu …….yang telah
membantu dan membimbing dalam mata kuliah ini sehingga selesainya makalah ini semoga
segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Aamiin.

Desember, 2019

Penulis

i|JUDUL MAKALAH
Daftar Isi

ii | J U D U L M A K A L A H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu usaha meningkatkan kualitas hidup manusia
melalui pengembangan potensi yang mereka miliki. Oleh karena itu, Pendidikan
memerlukan manajemen. Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan usaha anggota-onggota organisasi serta pendayagunaan
seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Guru professional salah satu cirinya adalah guru yang mampu mengelola kelasnya
dengan baik, efektif, dan tepat. Guru dengan segala kemampuan dan keahliannya, siswa
dengan segala latar belakang, sifat – sifat, dan karakteristiknya yang unik; kurikulum
dengan segala komponennya; dan materi serta sumber belajar dan alat permainan
edukatif dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu serta berinteraksi di dalam
kelas. Hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di
dalam kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan professional oleh
guru kelas. Pada hari ini anak dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum
tentu anak dapat mengikuti pembelajaran dengan sebaik sebelumnya, bahkan dapat pula
terjadi kemungkinan akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
1. pengertian manajemen kelas?
2. tujuan manajemen kelas ?
3. Prinsip manajemen kelas?
4. Pendekatan manajemen kelas
5. Ruang lingkup manajemen kelas
6. Langkah-langkah kegiatan manajemen kelas.

C. Tujuan

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MANAJEMEN KELAS


Manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas.
Manajemen berasal dari kata bahasa Inggris yaitu management, yang diterjemahkan
pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran.1 Sementara yang dimaksud kelas secara umum diartikan
sebagai sebagai sekelompok peserta didik yang ada pada waktu yang sama menerima
pembelajaran yang sama dari pendidik yang sama.2 Sebagian pengamat yang lain
mengartikan kelas menjadi dua pemaknaan, yaitu: Pertama, kelas dalam arti sempit,
yaitu berupa ruangan khusus, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti
proses belajar mengajar. Kelas dalam hal ini mengandung sifat-sifat statis, karena
sekedar menunjuk pada adanya pengelompokan siswa berdasarkan batas umur
kronologis masing-masing. Kedua, kelas dalam arti luas, yaitu suatu masyarakat kecil
yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara kreatif
untuk mencapai tujuan.3
Dengan demikian, manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan
untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi peserta didik dengan baik.
Menurut Sudarman Danim, manajemen kelas dapat didefinisikan sebagai
berikut;
1. Manajemen kelas adalah seni atau praktis (praktik dan strategi) kerja, yaitu
pendidik bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain (semisal
bekerja dengan sejawat atau peserta didik sendiri) untuk mengoptimalkan
sumber daya kelas bagi penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan
efisien. Di sini sumber daya kelas merupakan instrument, proses pembelajaran
sebagai inti, dan hasil belajar sebagaimana mestinya.
1
Mulyadi, Classroom Management (Malang: UIN-Malang Pres, 2009), hlm. 2.
2
Badruddin, Manajemen Peserta didik (Jakarta: Indeks, 2014), hlm. 14
3
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas (Cet. I; Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 25

4
2. Manajemen kelas adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang
dilakukan oleh pendidik, baik individual maupun dengan atau melalui orang
lain (semisal dengan sejawat atau peserta didik) untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran. Kata perencanaan di sini merujuk pada perencanaan
pembelajaran dan unsur-unsur penunjangnya. Pelaksanaan bermakna proses
pembelajaran, sedangkan evaluasi bermakna evaluasi pembelajaran. Evaluasi
di sini terdiri dua jenis. Evaluasi di sini terdiri dari dua jenis, yaitu evaluasi
proses dan evaluasi hasil pembelajaran.
3. Manajemen kelas adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan yang dilakukan oleh pendidik, baik individual maupun
dengan atau melalui orang lain (semisal sejawat atau peserta didik) untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan cara
memanfaatkan segala sumber daya yang ada.4

2. TUJUAN MANAJEMEN KELAS


Tujuan manajemen kelas mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar
kegiatankegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan
(sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat
berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.5 Adapun tujuan
dari manajemen kelas adalah sebagai berikut :
a. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan manajemen kelas, guru mudah untuk melihat dan
mengamati setiap kemajuan atau perkembangan yang dicapai siswa, terutama
siswa yang tergolong lamban.
c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.

4
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan
(Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 167
5
Administrasi pendidikan UPI,manajemen Pendidikan (Bandung; Alfabeta2008). Hal 206

5
Jadi, Manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi di dalam
kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa
berbuat sesuai dengan kemampuannya.

3. PRINSIP – PRINSIP MANAJEMEN KELAS

Dalam suatu sekolah, perlu kita sadari bahwa jumlah siswa di dalam kelas
akan turut mewarnai dinamika kelas itu sendiri. Semakin banyak jumlah siswa yang
ada dalam suatu kelas, maka kemungkinan besar akan semakin sering terjadi konflik
antarsiswa. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa dalam suatu kelas, maka
kecenderungan terjadi konflik juga akan semakin kecil. Oleh karena itu, agar
manajemen kelas dapat diterapkan dengan baik.

Penting bagi para guru untuk dapat memahami beberapa prinsip dasar tentang
manajemen kelas. Prinsip-prinsip dasar ini sangat dibutuhkan guna memperkecil
timbulnya masalah atau gangguan dalam mengelola atau memanajemen kelas.
Beberapa prinsip manajemen kelas tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Guru Harus Hangat dan Antusias


Agar kelas dapat dikelola dengan baik, seorang guru harus bersikap hangat dan
antusias kepada siswa. Untuk dapat memiliki sikap yang hangat kepada siswa guru
dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Bertanyalah tentang kabar siswa-siswi sebelum memulai pelajaran. Cara ini
setidaknya dapat membangun kesan mendalam pada diri siswa dan membuat
mereka benar-benar merasa diperhatikan.
b. Sediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan persoalan-
persoalan yang mereka hadapi, baik mengenai persoalan pelajaran atau
persoalan lain.
c. Berdoalah untuk mereka. Ketika guru secara khusyuk berdoa untuk siswa dan
siswa mengamininya, maka pada saat itu terjalin hubungan emosional yang
kuat antara guru dengan siswa.

Sedangkan untuk dapat memiliki sikap antusias kepada siswa, maka ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu:

6
a. Tidak pelit memberikan pujian kepada siswa. Memberi pujian sebelum
mengakhiri kelas adalah suatu hal yang patut untuk dilakukan.
b. Selalu berusaha untuk membantu siswa. Berikanlah jalan keluar atas
masalah yang dikemukakan siswa, sekalipun tidak menyangkut dengan
pelajaran.
c. Sering melakukan Sharing pendapat dengan siswa. Ajaklah semua siswa
untuk mengemukakan pendapatnya, jika diantara mereka ada yang sedang
mengemukakan masalah pribadinya.
d. Menghargai setiap pendapat siswa. Hargailah setiap pendapat yang
dikemukakan oleh siswa agar tercipta suasana yang akrab di kelas.

2. Guru Harus Mampu Memberikan Tantangan

Biasanya setiap siswa sangat menyukai beberapa tantangan yang


mengusik rasa ingin tahu mereka. Karena itu, guru harus mampu memberikan
tantangan yang dapat memancing antusiasme siswa dalam mengikuti mata
pelajarannya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam
memberikan tantangan, yaitu:

a. Lakukan evaluasi sederhana secara berkala setiap minggu. Apabila hari ini
guru menyampaikan materi suatu pelajaran, maka evaluasi dapat
dilakukan pada minggu yang akan datang.
b. Selingi dengan kuis, misalnya guru membuat teka-teki yang bahan
bahannya diambil dari materi pelajaran. Atau ajaklah siswa untuk belajar
di luar kelas sebagai sarana untuk refreshing.
c. Kaitkan dengan dunia luar. Mengaitkan mata pelajaran dengan
masalahmasalah lain yang sifatnya praktis juga dapat menjadi pilihan yang
baik bagi para guru untuk memunculkan tantangan pada diri siswa.
d. Menggunakan metode yang variatif. Guru harus menyadari bahwa siswa
kemungkinan akan bosan dan jenuh dengan cara mengajar yang dia
terapkan selama ini. Rasa bosan ini jelas memiliki pengaruh besar pada
kemampuan berkonsentrasi siswa, sehingga guru perlu menggunakan atau

7
mencoba banyak gaya dan metode mengajar dalam menyampaikan mata
pelajaran.

3. Guru Harus Mampu bersikap Luwes


Setiap guru harus mampu bersikap luwes kepada siswanya. Artinya, di
dalam kelas seorang guru tidak harus memosisikan diri sebagai orang yang serba
tahu. Sesekali dalam waktu tertentu, guru juga harus mampu menempatkan
dirinya sebagai orang “saudara”, “orang tua”, maupun “sahabat’ bagi siswa-
siswinya. Pergaulan yang luwes antara seorang guru dengan siswa dapat
menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai. Untuk mewujudkan hal
tersebut, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru, yaitu:
a. Memperlakukan siswa layaknya saudara/anak sendiri. Sebagai seorang
saudara, tentu kita tidak canggung apabila henda meminta bantuan
atau diminta bantuan oleh mereka.
b. Sesekali panggil siswa dengan panggilan “nak”. Panggilan akrab
semacam ini dapat menimbulkan kesan mendalam dalam diri siswa
semacam perasaan kalau siswa adalah anak-anaknya sendiri.
c. Sering menghabiskan waktu bersama siswa. Bermain bersama di
waktuwaktu senggang bersama siswa juga dapat merenggangkan kita
dengan mereka. Hindari bersikap gengsi yang terlampau kaku kepada
siswa. Buang jauh-jauh anggapan bahwa guru harus selalu menjaga
image terhadap para siswanya, sehingga harus membatasi pergaulan
dengannya, selain hanya kepentingan mengajar di dalam kelas.
4. Beri Penekanan pada Hal Positif

Perlu diketahui bahwa dalam mengajar dan mendidik, guru harus


menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari terlalu fokus pada hal-hal
negatif. Dalam kelas, pandangan dan sikap guru terhadap suatu hal dapat
memberikan pengaruh besar bagi siswa. Hal-hal yang perlu dilakukan guru untuk
dapat menumbuhkan sikap seperti ini antara lain:

8
a. Jangan mencela siswa yang berbuat negatif di dalam kelas. Atur
waktu di mana guru bisa berbicara dan menasehati siswa yang
bersangkutan tanpa harus mempermalukannya di depan teman-
teman.
b. Selalu ingatkan mereka terhadap tujuan dan cita-cita belajarnya,
serta kemukakan apa saja hal-hal yang dapat merusak cita-cita itu.
c. Berilah pujian jika ada siswa yang sudah melakukan tindakan-
tindakan positif. Jangan lupa untuk mendorong dan memotivasi
siswa-siswi yang lain untuk melakukan hal serupa. Kelas yang
ideal adalah ketika guru selalu berkonsentrasi pada hal-hal positif
yang dilakukan siswa dan lebih memilih melakukan pendekatan
personal saat harus menangani siswa yang bertindak negatif. Hal-
hal di atas akan menjadikan suasana belajar dalam kelas selalu
terjaga dengan baik.
5. Penanaman Disiplin Diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah bagaimana agar anak didik
dapat mengembangkan sikap disiplin dengan baik. Begitu pula halnya dengan
guru. untuk mewujudkan tujuan itu, tentu saja guru harus memberikan teladan
yang sesuai. Seorang guru tidak mungkin dapat mengelola kelas dengan baik jika
mereka juga kurang disiplin. Tunjukkan kepada siswa bahwa guru mereka juga
menjunjung tinggi sikap disiplin dengan mempraktikkannya secara langsung.6

4. PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS


Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam manajemen kelas
akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku
siswa, karakteristik watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang
siswa melakukan penyimpangan.
Dibawah ini ada beberapa pendekatan yang dapat dijadikan sebagai
alternatif pertimbangan dalam upaya menciptakan disiplin kelas yang efektif,
antara lain sebagai berikut :

6
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas (Cet. I; Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm. 43-46

9
A. Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang berintikan
konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat dibedakan
menjadi
1. Kontrol Otoriter Dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap
keras, jika perlu dengan hukuman-hukuman yang berat. Menurut konsep
ini, disiplin kelas yang baik adalah apabila siswa duduk, diam, dan
mendengarkan perkataan guru.7
2. Kebebasan Liberal Menurut konsep ini, siswa harus diberi kebebasan
sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Dengan cara seperti ini, aktivitas dan kreativitas anak
akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, sering
terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini berakibat terjadinya
kekacauan atau kericuhan didalam kelas karena kebebasan yang didapat
oleh siswa disalahgunakan.
3. Kebebasan Terbimbing Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol
otoriter dan kebebasan liberal. Disini siswa diberi kebebasan untuk
melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Disatu pihak
siswa diberi kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain pihak siswa harus
dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat penyalahgunaan
kebebasan. Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan
kepada kesadaran dan pengendalian diri-sendiri.
B. Pendekatan Psikologis
Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologis
yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas pada
siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1. Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification)
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang
mengemukakan pendapat bahwa :

7
Maisah, Manajemen pendidikan,( ciputat: 1 gaung persada press group, 2013). hlm. 20

10
a. Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan
hasil proses belajar.
b. Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat
digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang
dimaksud, yaitu diantaranya penguatan positif (positive
reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian
kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa,
dan penguatan negatif (negative reinforcement) seperti hukuman,
penghapusan hak, dan ancaman.8

Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Penguatan Primer yaitu penguatan yang tanpa dipelajari seperti makan,


minum, menghangatkan tubuh, dsb.
2. Penguatan Sekunder yaitu penguatan sebagai hasil proses belajar.
Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan sosial ( pujian,
sanjungan, perhatian, dsb ), penguatan simbolik (nilai, angka, atau
tanda penghargaan lainnya) dan penguatan dalam bentuk kegiatan
(permainan atau kegiatan yang disenangi oleh siswa yang tidak semua
siswa dapat mempraktekkannya). Dilihat dari segi waktunya, ada
penguatan yang terus-menerus (continue) setiap kali melakukan
aktivitas, ada pula penguatan yang diberikan secara periodic (dalam
waktu-waktu tertentu), misalnya setiap satu semester sekali, setahun
sekali, dsb.9
C. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate)
Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang
mempradugakan :
1. Proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan
sosioemosional yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi
guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.

9
Sudarwan Danim Inovasi Pendidikan dalam upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan
(Bandung: pustaka setia, 2000).Hal. 190

11
2. Guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-
emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus dihadapan siswa,
menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa
dari sudut pandang siswa sendiri. Dengan cara demikian, siswa akan
dapat dikuasai tanpa menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya,
guru dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang
efektif dengan siswa, sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang
perlu dilakukannya sebagai alternatif penyelesaian.10

5. RUANG LINGKUP MANAJEMEN KELAS

…..BELUM….

6. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN MANAJEMEN KELAS

Langkah-langkah kegiatan manajemen kelas adalah penyusunan rangkaian


kegiatan yang dilakukan guru sebagai manajer/pemimpin pembelajaran di kelas adalah:
1. Merencanakan Pembelajaran Berkenaan dengan perencanaan, William H.
Newman18 menyatakan, “perencanaan adalah menentukan apa yang akan
dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan
penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program,
penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari”.
Singkatnya dalam perencanaan pembelajaran berkaitan erat dengan
rumusan tujuan yang akan dicapai siswa atau hasil belajar siswa. Hanya saja
masalahnya bagaimana implikasinya dalam perencanaan pembelajaran yang harus
dibuat oleh guru sebelum mengajar dalam bentuk persiapan mengajar atau dengan
sebutan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Dalam hal ini, guru dituntut untuk menguasai dan mengetahui tentang
tujuan yang selama ini menjadi acuan dalam rumusan pencapain tujuan
pembelajaran. Berdasarkan taksonomi Bloom21, klasifikasi rumusan tujuan
10

12
pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam tiga ranah, yaitu: Kognitif, Afektif,
dan Psikomotorik.
3. Memilih Materi Pokok Pembelajaran.
Materi pokok yang dibuat berdasarkan pada pencapaian tujuan
pembelajaran. Materi pokok pembelajaran merupakan alat bahkan sekaligus yang
menjadi proses pengalaman bagi siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Dengan kata lain, materi pokok pembelajaran adalah pokopokok materi yang
harus dipelajari siswa sebagai sarana dalam pencapaian kompetensi dasar yang
disusun berdasarkan indikator hasil belajar.
4. Menentukan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran Yaitu, merupakan upaya guru dalam cara
penyampaian materi yang telah dibuat tadi untuk lebih mudah disampaikan
kepada siswa dengan cara seefektif mungkin. Berbagai cara yang dilakukan guru
dalam penyampaian materi ini adalah menggunakan metode yang disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan siswa yang menjadi subyek belajar.
5. Membuat Evaluasi/Penilaian.
Evaluasi di sini merupakan alat untuk mengetahui atau mengukur
sejauhmana kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan apakah tercapai sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan ataukah tidak. Dalam proses pembelajaran
kegiatan evaluasi sangat perlu dilakukan oleh guru.
6. Melaksanakan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan realiasi kegiatan yang telah
direncanakan atau dipersiapkan sebelumnya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
pembelajaran faktor guru sangat dominan berpengaruh terhadap aktivitas belajar
siswa. Tugas dan tanggung jawab guru dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi:

A. Kegiatan Awal Pada kegiatan ini guru mulanya berhadapan langsung dengan
kondisi dan siatuasi yang menjadi tempat kegiatan dalam pembelajaran.
Situasi tempat belajar perlu diatur demi kelancaran belajar dalam mencapai
tujuan yang lebih efektif. Kondisi belajar merupakan sesuatu yang amat
penting dan menentukan keberhasilan belajar anak.

13
B. Menciptakan Iklim Kelas Dalam menciptakan kondisi kelas ini diutamakan
guru harus dapat mengorganisir sumber-sumber potensi yang menjadi bagian
dalam proses pembelajaran diantaranya: 1) Mengabsen dan Mengatur tempat
duduk siswa 2) Mengatur seperangkat materi pembelajaran yang telah
dipersiapkan dengan bentuk catatan-catatan yang lainnya. 3) Mengatur sarana
pembelajaran.
C. Membuka Pelajaran Setelah menciptakan iklim kelas dianggap cukup,
selanjutnya membuka materi pelajaran yang akan disajikan. Menurut Hunt
dalam penyajian materi pelajaran meliputi lima tahapan yang disebut teori
ROPES, singkatan dari kata Review, Overview, Presentase, Exercise.

14

Anda mungkin juga menyukai