Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………………
i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………


ii

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1

1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2
3. Tujuan Masalah…………………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….. 4

1. Pengelolaan Kelas………………………………………………………….
4
2. Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif………………………………. 7
3. Masalah dalam Pengelolaan Kelas…………………………………….. 9
4. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas………………………………… 20
5. Strategi Pengelolaan Kelas yang Efektif……………………………… 22

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 32

1. Kesimpulan………………………………………………………………….. 32
2. Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 37
BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam
kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi
belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran.

Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala
kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala
komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi
serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasannya bertemu dan berinteraksi di dalam
kelas. Oleh karena itu, selayaknya kelas dimanajemeni secara baik dan professional.

Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas.
Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan seperti
menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada
siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh
kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan
suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan-

efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan
siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh
kegiatan mengelola kelas.

Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan


ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar
murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu,
pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting.

Di sini jelas bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu pentingnya pengelolaan
kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala
potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru
dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang kondusif
guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk
mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan
suasana kelas yang kondusif.

1. B. Rumusan Masalah
2. Apakah yang di maksud pengelolaan kelas?
3. Apa tujuan dari pengelolaan kelas yang efektif?
4. Apa saja masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kelas?
5. Apa peran guru dalam pengelolaan kelas?
6. Bagaimana strategi pengelolaan kelas yang efektif?

1. C. Tujuan Masalah
2. Mengetahui pengertian pengelolaan kelas.
3. Mengetahui tujuan dari pengelolaan kelas yang efektif.
4. Mengetahui masalah dalam pengelolaan kelas.
5. Mengetahui peran guru dalam pengelolaan kelas.
6. Mengetahui strategi pengelolaan kelas yang efektif.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A. Pengelolaan Kelas

Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree
berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan
kata benda management, dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya,
management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan
(Usman, 2004).

Suharsimi mengatakan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah pengadministrasian,


pengaturan atau penataan suatu kegiatan (Djamarah, 2006:175).

Secara umum, manajemen adalah suatu kegiatan untuk menciptakan dan memertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar di dalamnya mencakup pengaturan siswa
dan fasilitas, yang dikerjakan mulai terjadinya kegiatan pembelajaran di dalam kelas sampai
berakhirnya pembelajaran di dalam kelas.

Sedangkan pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Sementara itu, menurut Oemar Hamalik (1987:31) menjelaskan “kelas adalah suatu kelompok
orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru”.
Sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas adalah ruangan belajar atau rombongan belajar”.
Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian
sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru
yang sama pula. Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian
adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja
secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.

Definisi pengelolaan kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi Pendidikan
Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana berikut ini.

1. Pengelolaan kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.
2. Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa tugas
guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu
siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya
berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah.
3. Pengelolaan kelas yang berdasarkan prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku
(behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang
tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku
yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan
(reinforcement).
4. Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di dalam
kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan
berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana
hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan guru
adalah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan
hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah
seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan
iklim sosio-emosional kelas yang positif.
5. Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial
dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah
anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok.
Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh
yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses
individual. Peranan guru adalah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem
kelas yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru
untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif (Depdikbud,
1982).

Disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja
dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar di kelas. Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku
peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas
oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya
mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.

Dalam pengelolaan kelas terdapat dua komponen yang sangat penting yaitu guru dan siswa. Guru
dalam menjalankan fungsinya tidak hanya bertindak sebagai penyampai materi pelajaran tetapi
juga dapat berfungsi selaku pengelola atau “manager” kelas. Siswa ditempatkan tidak hanya
sebagai obyek yang menjadi sasaran pembelajaran tetapi juga dapat diposisikan sebagai subyek
yang dinamis dan ikut dilibatkan dalam proses atau kegiatan pengelolaan kelas.

1. B. Tujuan Pengelolaan Kelas yang Efektif

Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya
terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam
kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya
suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan Suharsimi Arikunto (dalam
Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di
kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisian.

Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas:

1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya.
Dengan pengelolaan kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap
kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.

Sedangkan tujuan pengelolaan kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu:

1. Tujuan untuk siswa:


2. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah
lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
3. Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan
memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
4. Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam tugas maupun pada
kegiatan yang diadakan.
1. Tujuan untuk guru:
2. Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan
pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
3. Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam
memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
4. Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku
siswa yang mengganggu.
5. Untuk memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan
dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang muncul didalam kelas.

Jadi, pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi di dalam kelompok kelas yang
berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan
kemampuannya. Kemudian, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai dan agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien serta agar setiap guru mampu menguasai
kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dengan menyesuaikan permasalahan
yang ada, sehingga tercipta suasana yang kondusif, efektif dan efisien.

1. C. Masalah dalam Pengelolaan Kelas

Dalam menangani tugasnya, guru sering menghadapi permasalahan-

dengan kegiatan-kegiatan di dalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis yaitu yang
menyangkut pengajaran dan pengelolaan kelas. Guru harus mampu membedakan kedua
permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Sering terjadi guru menangani
masalah yang bersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya.
Misalnya, seorang guru berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang
sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut
tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya.
Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih menarik” adalah
permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak diterima oleh kawan” adalah
permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat
pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat
pengelolaan.

Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu:

1. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat
perorangan maupun kelompok;
2. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.
3. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang
dimaksud.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu:

1. Masalah Individual

Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar
untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan
rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat
jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu:

1. Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).

Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan
sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari
perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada
anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat onar, memperlihatkan
kenakalan, terus menerus bertanya, singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari
perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus
meminta bantuan orang lain.

1. Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)

Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam.
Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan
pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak
patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat
menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat
pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.

1. Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).

Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara
fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha,
ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa
sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan).
Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada
pasif. Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan
kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka
menetang).

1. Helplessness (peragaan ketidakmampuan).

Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha
mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap
tantangan yang menghadangnya, bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya
hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini
biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau mengucilkan diri. Sikap yang
memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.

Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku
menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan
orang lain atau kelompok.

1. Masalah Kelompok

Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:

1. Kurangnya kekompakan

Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurangcocokkan (konflik) diantara


para anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau
bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa
kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya
konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang
dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka
duduki itu. Siswa tidak saling bantu membantu.

1. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok

Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan kelas yang telah
ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurangmampuan mengikuti peraturan
kelompok. Contoh masalah ini adalah berisik, bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu
itu semua siswa diminta tenang, berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu
itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing, dorong-mendorong
atau menyela waktu antri di kantin.

1. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok

Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang
dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota
kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat
kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh
kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.

1. Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang.

Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu
mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang
dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh umum adalah perbuatan memperolok-olokan
(memperlawakkan), misalnya membuat gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi
maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok
kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.

5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan,
berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya
saja.

Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran
kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal yang
sebenarnya tidak berarti bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran
kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi adalah para siswa menolak untuk melakukan
karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh
ketidaktentuan dan kekhawatiran.

6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.

Masalah kelompok yang paling rumit adalah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak
mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung.
Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa
mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas
karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau
keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara
terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi

7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan

Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi-

apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan
peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi
sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu,
mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok.
Contoh yang paling sering terjadi adalah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru
pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.

Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan:

1. Behavior Modification Approach (Behaviorism Apparoach)

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk”
individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas
dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan
negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam
penggunaan reinforcement negatif harusnya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat
hanya akan menimbulkan masalah baru.

1. Socio Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang
baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik dengan guru
atau peserta didik dengan peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya
iklim sosioemosional yang baik:

1) menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia dan mengerti dari sudut
pandangan peserta didik sendiri.

2) berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan


mendeskripsikan apa yang dia lihat dan rasakan, serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan
sebagai alternatif penyelesaian.

3) sebaiknya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang


dihadapi, menganalisis dan menilai masalah, menyusun rencana pemecahannya, mengarahkan
peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat memupuk keberanian
menanggung akibat “kurang menyenangkan”, serta membantu peserta didik membuat rencana
penyelesaian baru yang lebih baik.

4) dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung
jawab, memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil
keputusan dengan segala konsekuensinya, dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menghayati tata aturan masyarakat.

1. Group Process Approach

Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar
berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara
kelompok yang produktif dan kohesif.

1. Pendekatan Otoriter

Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk
nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses
untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang
merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:

1) perintah dan larangan

2) penekanan dan penguasaan

3) penghukuman dan pengancama

4) Pendekatan perintah dan larangan

1. Pendekatan Permisif

Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan pengajar
yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila
kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar. Berbagai bentuk
pendekatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan
tindakan pada diri pembelajar:

1) Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat


premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar.

2) Meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa.

3) Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan.

4) Menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya
Menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain.

5) Mengalihkan tanggungjawab kelompok kepada seorang anggota.

1. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan

Sekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu menaikkan sesuatu dengan prosedur
yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam
mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri,
pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau
disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan kurang terarah
Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan
tugas, telah bertanggungjawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah
dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua pendekatan
inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan
terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang
memikat.

1. D. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk
meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar
siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan
peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1. 1. Guru Sebagai Demonstrator

Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua yang
memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan
argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya
oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya.
Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh
bagi peserta didik.

1. 2. Guru Sebagai Evaluator

Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap pembelajaran
pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi
meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain
mengetahui, mengerti, mengaplikasikan, analisis, sintesis (analisis dalam berbagai sudut),
evaluasi.

Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan
hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang
sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan
oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus
menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai
proses instrument harus terbuka.

1. 3. Guru Sebagai Pengelola Kelas


Manager mengelola kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan
menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru sebagai pengelola kelas,
agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di
dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas: merancang tujuan pembelajaran
mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran dan memotivasi, mendorong, serta menstimulasi
siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan
reaward. Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran

1. 4. Guru Sebagai Fasilitator

Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media yang akan
digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang harus dipelajari
oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-
beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar
mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal
yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap
dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran di dalam kelas banyak macamnya
misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT.

1. E. Strategi Pengelolaan Kelas yang Efektif

Mengelola kelas terbagi menjadi 2 jenis keterampilan :

1. 1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi


belajar yang optimal.
2. Menunjukkan Sikap Tangkap

Menggambarkan tingkah laku guryu yang tampak pada siswa, bahwa guru sadar dan tanggap
terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidak acuan mereka. Dengan adanya sikap ini
siswa merasa guru hadir ditengah mereka. Kesan ketanggapan ini dengan cara :

1) Memandang Secara Saksama

Memungkinkan guru meliput keterlibatan siswa dalam tugas dikelas serta menunjukkan kesiapan
guru untuk memberi respon baik terhadap kelompok maupun individu.

2) Memberikan Pernyataan
Hal ini terkomunikasi kepada siswa melalui pernyataan guru bahwa ia telah siap untuk memulai
kegiatan belajar serta siap memberi respon terhadap kebutuhan siswa. Hal yang harus dihindari
adalah menunjukkan dominasi guru dengan pernyataan atau komentar yang mengandung
ancaman.

Contoh : “Saya menunggu sampai kalian diam”.

3) Gerak Mendekati

Hal ini menunjukkan kesiapan, minat dan perhatian kepada siswa. Hal ini membantu siswa yang
menghadapi kesulitan belajar, mengalami frustasi atau sedang marah. Gerak yang mendekati
hendaknya dilakukan dengan wajar, bukan menakuti atau maksud lain.

4) Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakacuan Siswa

Dengan adanya teguran menandakan adanya guru bersama siswa. Teguran harus diberikan pada
saat yang tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat.

1. Membagi Perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru membagi perhatian kepada beberapa kegiatan
yang berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara sebagai
berikut :

1) Visual

Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak kehilangan
keterlibatannya dengan kelompok siswa atau individu.

Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu, mengadakan
koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang
mengganggu.

2) Verbal

Guru dapat memberikan komentar terhadap aktivitas seseorang yang dilihat atau dilaporkan oleh
siswa lain. Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa guru menguasai kelas.

1. Memusatkan Perhatian

Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahankan apabila dari waktu kewaktu guru mampu
memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan. Hal ini dengan cara:

1) Menyiagakan Siswa
Menciptakaan suasana yang menarik sebelum guru menyampaikan pertanyaan atau topik
pelajarannya. Misalnya: “coba anak-anak, semuanya memperhatikan dengan teliti gambar ini
untuk membedakan daerah mana yang subur dan daerah mana yang tanahnya gersang.

2) Menuntut Tanggung Jawab Siswa

Komunikasi yang jelas dari guru mengenai tugas siswa merupakan hal yang sangat penting
dalam mempertahankan pusat perhatian siswa seperti: meminta untuk diperagakan hasil
pekerjaan tugas.

1. Memberikan Petunjuk yang Jelas

Petunjuk yang diberikan harus bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas dan tidak
membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar dapat dipenuhi oleh siswa.

1. Menegur

Tidak semua tingkah laku yang mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat dicegah atau
dihindari dengan baik, sehingga guru harus melakukan teguran secara verbal atau
memperingatkan siswa. Teguran itu efektif jika:

1) Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu.

2) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkn serta mengandung penghinaan.

3) Menghindari ocehan atau ejekan guru atau yang berkepanjangan.

4) Guru dan siswa lebih baik mengadakan kesepakatan sehingga penyimpangan yang terjadi
hanya sifatnya mengingatkan. Seperti: “suharto ingat”

1. Memberi Penguatan

Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan
pembelajaran atau mengganggu temannya, yaitu dengan cara:

1) Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggaggu yaitu dengan jalan
“menangkapnya” ketika dia melakukan tingkah laku yang wajar dan berusaha “menangkapnya”
ketika dia melakukan tingkah yang tidak wajar dan berusaha “menangkapnya” ketika dia
melakukan tindakan yang tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.

2) Guru dapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku
yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjadi teladan.
1. 2. Ketrampilan Yang Berhubungan Dengan Kondisi Belajar Optimal Setelah
Mendapat Gangguan.

Ketrampilan ini berhubungan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang
berkelanjutan dengan maksud guru dapat mengadakan-

tindakan remedial untuk mengembalikan tindakan optimal.

Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru
telah mencoba memadamkan dengan tanggapan yang relevan tetap saja terjadi kembali, guru
dapat meminta bantuan:

1. Kepala Sekolah
2. Konselor/BP
3. Waka kesiswaan untuk membantu mengatasinya.

Bukanlah kesalahan profesional guru apabila tidak dapat menangani permasalahan anak didik
dalam kelas berkenaan dengan itu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan
perbaikan terhadap tingkah anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang
tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas.

Strategi yang efektif dan harus diperhatikan saat pengelolaan kelas:

1. Memulai pelajaran tepat waktu.


2. Menata tempat duduk yang tepat dengan cara menyelaraskan antar format dan tujuan
pengajaran, misalnya untuk pengajaran dengan menggunakan model diskusi, bangku
siswa dibentuk setengah lingkaran.
3. Mengatasi gangguan dari luar kelas.
4. Menetapkan aturan dan prosedur dengan jelas dan dapat dilaksanakan dengan konsisten.
5. Peralihan yang mulus antarsegmen pelajaran.
6. Siswa yang berbicara pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
7. Pemberian pekerjaan rumah.
8. Mempertahankan momentum selama pelajaran.
9. Downtime, kelebihan waktu yang dimiliki oleh siswa pada saat melakukan tugas-tugas
dalam proses belajar mengajar.
10. Mengakhiri pelajaran.

Selain cara di atas, strategi pengelolan kelas yang efektif juga dapat dilakukan dengan beberapa
teknik:

1. Teknik mendekati

Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik
mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat menghentikannya
dari perbuatan yang disruptif, tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai menampakan
kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya ke meja guru dapat berefek
preventif.

1. Teknik memberikan isyarat

Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi
isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.

1. Teknik mengadakan humor

Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara
humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada
si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.

1. Teknik tidak mengacuhkan

Untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang
diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa
siswa untuk di perhatikan.

1. Teknik yang keras.

Guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia di hadapkan pada perilaku disruptif
yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.

1. Teknik mengadakan diskusi secara terbuka

Bila kenakalan di kelas mulai bertambah, sering guru menjadi heran. ia lalu menilai kembali
tindakan dan pengajarannya. untuk menjelaskan perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan
menciptakan suasana belajar yang sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.

1. Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur.

Kadang-kadang masalah kedisiplinan ada hubungannya yang langsung dengan ketidakmampuan


siswa melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan ini terjadi apbila guru berasumsi
bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya tidak. masalah yang hampir sama yaitu
masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak
biasa dikelas.

1. Mengadakan analisis

Kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan, guru dapat mengetahui masalah
yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.
1. Mengadakan perubahan kegiatan

Apabila gangguan dikelas meningkat jumlahnya, tindakan yang harus segera di ambil yaitu
mengubah apa yang sedang anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan
memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku
pilihan mereka.

1. Teknik menghimbau

Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa
hasil, siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka cenderung
untuk tidak menggubrisnya

Hal-hal yang harus di hindari

1. Campur tangan yang berlebihan

Seperti guru menyela kegiatan yang asik berlangsung dengan komen atau petunjuk mendadak,
maka kegiatan siswa akan terganggu atau terputus. Kesan guru tidak memperhatikan kebutuhan
siswa, hanya memuaskan dirinya saja.

1. Kelenyapan

Terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu intruksi penjelasan atau petunjuk,
komentar. Kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alas an yang jelas dan
membiarkan pikiran anak mengawang-awang.

1. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan

Terjadi jika guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri aktivitas sebelumnya.

1. Penyimpangan

Terjadi jika dalam kegiatan PBM guru terlalu asik dengan kegiatan tertentu seperti sibuk dengan
tempat duduk yang tidak rapi atau cerita sesuatu yang tidak ada hubungan dengan materi terlalu
jauh, sehingga kelancaran kegiatan di kelas terganggu.

1. Bertele-tele

Terjadi jika pembicaraan guru bersifat :

1. Mengulang-ulangi hal-hal tertentu

2. Memperpanjang pelajaran atau penjelasan


3. Mengubah teguran menjadi ocehan yang panjang

Hal ini merupakan hambatan kemajuan pelajaran atau aktivitas kelas. Siswa pada umumnya
mencatat sebagai hal yang membosankan dan tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas.

1. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu

Guru memberi petunjuk yang berulang-ulang secara tidak perlu membagi kelas dalam
memberikan petunjuk atau secara terpisah memberi petunjuk ke setiap kelompok yang
sebelumnya dapat diberikan secara bersama-sama kepada seluruh kelompok sekali saja di depan
kelas.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. A. Kesimpulan

Pengelolaan kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru
dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas.
Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku
peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas
oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya
mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.

Dalam pengelolaan kelas terdapat dua komponen yang sangat penting yaitu guru dan siswa.

Adapun tujuan secara umum dari pengelolaan kelas:

1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya.
Dengan pengelolaan kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati setiap
kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.

1. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk


dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.

Sedangkan tujuan pengelolaan kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu: tujuan
untuk siswa dan tujuan untuk guru.

Di samping ada tujuan ada pula masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kelas yang dibagi atas
2 jenis yaitu masalah individu dan masalah kelompok.
Peran guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses
belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1. Guru sebagai Demonstrator


2. Guru sebagai Evaluator
3. Guru sebagai Pengelola Kelas
4. Guru sebagai Fasilitator

Dalam pengelolaan kelas harus diperhatikan dengan strategi yang efektif:

1. Memulai pelajaran tepat waktu.


2. Menata tempat duduk yang tepat dengan cara menyelaraskan antar format dan tujuan
pengajaran, misalnya untuk pengajaran dengan menggunakan model diskusi, bangku
siswa dibentuk setengah lingkaran.
3. Mengatasi gangguan dari luar kelas.
4. Menetapkan aturan dan prosedur dengan jelas dan dapat dilaksanakan dengan konsisten.
5. Peralihan yang mulus antarsegmen pelajaran.
6. Siswa yang berbicara pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
7. Pemberian pekerjaan rumah.
8. Mempertahankan momentum selama pelajaran.
9. Downtime, kelebihan waktu yang dimiliki oleh siswa pada saat melakukan tugas-tugas
dalam proses belajar mengajar.
10. Mengakhiri pelajaran.

Selain cara di atas, strategi pengelolan kelas yang efektif juga dapat dilakukan dengan beberapa
teknik: teknik mendekati, teknik memberikan isyarat, teknik mengadakan humor, teknik tidak
mengacuhkan, teknik yang keras, teknik mengadakan diskusi secara terbuka, teknik memberikan
penjelasan tentang prosedur, mengadakan analisis, mengadakan perubahan kegiatan, teknik
menghimbau.

Akan tetapi ada hal-hal yang harus di hindari:

1. Campur tangan yang berlebihan


2. Kelenyapan
3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan
4. Penyimpangan
5. Bertele-tele
6. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu
1. B. Saran

Dikatakan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu pentingnya pengelolaan kelas guna
menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala
potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran.

Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja tetapi
juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar
yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Oleh karena itu sejalan dengan upaya
pemerintah dalam meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan, penerapan strategi
pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diyakini dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan pendidikan di tanah
air.

Adapun beberapa saran agar tercapai pengelolaan kelas dapat dimaksimalkan:

1. Bagi Sekolah.
1. pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas yang dilakukan
oleh guru–guru di suatu sekolah apabila sudah berjalan dengan baik, hendaknya
ditindak lanjuti dengan supervisi kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah
maupun instruktur mata pelajaran yang serumpun,
2. untuk meningkatkan kompetensi profesional perlu ditindak lanjuti dengan
pengadaan diklat tentang quantum learning dan quantum teaching,
3. pemberian motivasi belajar siswa adalah tersedianya fasilitas dan media
pembelajaran yang memadai di suatu sekolah, oleh karena itu sekolah perlu
menyediakan tenaga khusus untuk mengelola laboratorium beserta peralatannya
sehingga pada saat guru mengajar fasilitas dan media itu sudah tersedia dan siap
pakai, otomatis perawatan dan kebersihan media terpelihara,
4. berusaha dalam meningkatkan disiplin siswa baik dalam sistemnya maupun
pelaksanaanya.
5. Untuk Dinas Pendidikan,
1. memberikan sumbangan pemikiran dan masukan, peningkatan mutu
pendidikan melalui penerapan manajemen kelas dalam pembelajaran,
2. dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, hendaknya aspek
perilaku dan kepribadian tetap menjadi kriteria kenaikan kelas dan kriteria
pelulusan,
3. dalam suatu sekolah harus ditinjau dari komponen-komponen
pendidikannya, input maupun para lulusannya memiliki kualitas yang
bagus dan professional.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek
Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.

Popi, Sopiatin. 2010. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Cilegon: Ghalia Indonesia.

Depdikbud Dikdasmen, 1997. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. 1998. Jakarta:
Depdikbud.

Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta:PT Asdi
Mahasatya,2006)

Anda mungkin juga menyukai