Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia
dan rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan.Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Fisika.
Dalam penyelesaian makalah ini, banyak dorongan dan bantuan dari berbagai pihak,
baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Hal ini semata-mata
karena keterbatasan kemampuan saya sendiri. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik dari semua pihak.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penulis
sendiri dan umumnya bagi para pembaca.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas merupakan aset bangsa dan negara
dalam melaksanakan pembangunan nasional di berbagai sektor dan dalam
menghadapi tantangan kehidupan masyarakat dalam era globalisasi. Sumber daya
manusia ini tiada lain ditentukan oleh hasil produktivitas lembaga-lembaga
penyelenggara pendidikan, yang terdiri atasi jalur sekolah dan luar sekolah, serta
secara spesifik merupakan hasil proses belajar-mengajar di kelas. Pendidikan jalur
sekolah terdiri atas tiga jenjang yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi serta bersifat formal, karena dilaksanakan secara
berkesinambungan dan adanya saling keterkaitan dalam kurikulum yang diajarkan.
Jenjang pendidikan yang lebih tinggi baru bisa diikuti apabila jenjang sebelumnya
telah selesai diikuti dan berhasil (St. Vembriarto, dkk., 1994). Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut Pemerintah Republik Indonesia
melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan
pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan
kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan
sarana dan prasarana pendidikan. Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat
dihasilkan manusia yang kreatif yang sesuai dengan tuntutan jaman, yang pada
akhirnya mutu pendidikan di Indonesia meningkat. 2 Peningkatan mutu pendidikan
akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-
benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru
merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses
belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan
peran dan kompetensinya. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga
hasil belajar peserta didik berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam
Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c)
guru sebagai mediator dan fasilitator serta (d) guru sebagai evaluator.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yakni kata pengelolaan dan kata kelas.Untuk
mendefenisikan istilah pengelolaan kelas perlu melacak defenisi kedua kata tersebut.
Kata pengelolaan memiliki makna yang sama dengan management dalam bahasa
Inggris, selanjutnya dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen.
Menurut Saiful Sagala manajemen adalah serangkaian kegiatan pendayagunaan
segala sumber daya secara efektif untuk mencapai suatu tujuan.Kelas adalah
ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Syaiful Bahfri Djamah pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif. Dengan kata lain, kegiatan-
kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses interaksi edukatif. Yang dimaksud dalam hal ini misalnya
penghentian tingkah laku anak yang menyeleweng perhatian kelas, perhatian
ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian kerja siswa, atau penetapan norma
kelompok produktif.
Sedangkan menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI pengelolaan kelas
adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar
yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar
dengan baik sesuai dengan kemampuannya.
Mulyasa mengemukakan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika
terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Berdasarkan beberapa defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif
sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan tenang. Dengan kata lain,
pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pembelajaran.Hubungan antara pengelolaan kelas dengan pengelolaan pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dapat dilihat pada diagram berikut:
3
Diagram diatas menunjukkan bahwa:
1. Pengelolaan kelas bukan untuk secara langsung mencapai tujuan
pembelajaran, melainkan agar pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai;
2. Pengelolaan kelas juga diperlukan agar kegiatan evaluasi hasil belajar dapat
berlangsung dengan baik;
3. Tindakan-tindakan pengelolaan kelas tidak hanya diperlukan pada awal
kegiatan pembelajaran maupun awal pelaksanaan evaluasi hasil belajar,
melainkan dapat dilakukan sepanjang pembelajaran maupun sepanjang
evaluasi hasil belajar, bila memang diperlukan.
Menurut Usman pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
4
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan
itu memungkinkan peserta didik belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan
sikap serta apresiasi pada peserta didik.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan
kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisian.
Menurutnya sebagai sebuah indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1. Setiap peserta didik terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti
karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas
yang diberikan padanya.
2. Setiap peserta didik terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya
setiap peserta didik akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang
diberikan padanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas
sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru
dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam
proses belajar mengajar sehingga dapat membantu peserta didik dalam mencapai
hasil belajar yang diinginkan.
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua
golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern peserta didik. (Djamarah 2006).
Faktor intern peserta didik berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku.
Kepribadian peserta didik denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan
peserta didik berbeda dari peserta didik lainnya sacara individual. Perbedaan sacara
individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan
psikologis. Faktor ekstern peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan
belajar, penempatan peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah peserta
didik, dan sebagainya. Masalah jumlah peserta didik di kelas akan mewarnai
dinamika kelas. Semakin banyak jumlah peserta didik di kelas, misalnya dua puluh
orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit
jumlah peserta didik di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik. Djamarah (2006)
menyebutkan Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan
kelas dapat dipergunakan. Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh
Djamarah adalah sebagai berikut:
5
b.Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak
didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian peserta didik.
Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif
dan menghindari kejenuhan.
d.Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta menciptakan iklim
belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya
gangguan seperti keributan peserta didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan
tugas dan sebagainya.
e.Penekanan pada Hal-Hal yang Positif Pada dasarnya dalam mengajar dan
mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif
yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku peserta didik yang positif
daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari
kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. f. Penanaman
Disiplin Diri Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam
segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
a. Merencanakan
Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai atau diraih di
masa depan. Dalam organisasi merencanakan adalah suatu proses memikirkan dan
menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai
sumber daya dan metode/teknik yang tepat.
Perencanaan disini berarti pekerjaan guru untuk menyusun tujuan belajar yang
meliputi:
(a) memperkirakan tuntutan,
(b) merumuskan tujuan dalam silabus kegiatan instruksional.
(c) menentukan urutan topik,
(d) topik yang harus dipelajari,
(e) mengalokasikan waktu yang telah tersedia, dan menganggarkan sumber-sumber
yang diperlukan oleh guru.
6
b. Mengorganisasikan
Mengorganisasikan berarti:
1) Menentukan sumber daya dan kegiatan yang di butuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2) Merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang yang mampu
membawa organisasi pada tujuan.
3) Menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung jawab tugas
dan fungsi tertentu.
4) Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan dengan
keleluasaan melaksanakan tugas.
Dengan rincian tersebut, manajer membuat suatu struktur formal yang dapat dengan
mudah dipahami orang dan menggambarkan suatu posisi dan fungsi seseorang di
dalam pekerjaannya.Dalam pengelolaan kelas mengorganisasikan yaitu pekerjaan
seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga
dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien dan
ekonomis. jadi organizing hanyalah sebagai alat atau sarana untuk mencapai apa yang
harus diselesaikan, di mana tujuan akhirnya adalah membuat murid atau siswa
menjadi lebih mudah bekerja dan belajar bersama.
c. Memimpin
Seorang pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila ingin dipercaya dan
diikuti harus memiliki sifat kepemimpinan yang senantiasa dapat menjadi pengarah
yang di dengar ide dan pemikirannya oleh para anggota organisasi. Hal ini tidak
semata-mata mereka cerdas membuat keputusan, tetapi di barengi dengan memiliki
kepribadian yang dapat dijadikan suri tauladan.Di dalam kelas memimpin merupakan
pekerjaan seorang guru untuk memberikan motivasi, dorongan dan menstimulasikan
siswa untuk tetap terus belajar, sehingga mereka akan menjadi siap untuk
mewujudkan tujuan belajar.
Yang dimaksud dengan masalah adalah adanya perbedaan antara harapan dan
kenyataan atau antara tujuan dan capaian. Dengan demikian masalah pengelolaan
kelas dapat diartikan sebagai perbedaan antara pelaksanaan pembelajaran yang
diharapkan dengan apa yang terjadi dalam pembelajaran. Harapan dalam pengelolaan
kelas adalah agar suasana pembelajaran itu kondusif sehingga memungkinkan tujuan
pembelajaran dicapai secara efisien dan efektif. Kalau kenyataannya pelaksanaan
Profesi Keguruan Rulam Ahmadi pembelajaran tidak berlangsung secara efisien
dan efektif maka berarti ada gelaja yang menunjukkan adanya gangguan dalam
7
pelaksanaan pembelajaran baik gangguan yang berasal dari diri siswa, dari diri guru,
atau lingkungan fisik dalam kelas. Ada dua macam masalah dalam pengelolaan kelas,
yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Masalah individual adalah masalah
yang berkenaan dengan perorangan, sedangkan masalah kelompok adalah masalah
yang berkenaan dengan perilaku kelompok.
a. Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan
pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru
dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan
strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta
didik. Guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karena gurulah
yang paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini sering
dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman.
b. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai
proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang
menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada
perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman
yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah
memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
c. Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan
kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana
juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang
diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab
dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru
hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan
potensi peserta didik secara penuh.
8
menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan dalam
artikel: Tiga puluh cara untuk memperbaiki perilaku peserta didik, misalnya karena
daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan mudah, pendekatan ini dikenal
sebagai pendekatan buku masak.
e. Pendekatan Instruksional
Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian
bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah
timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat
bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu.
Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan kebutuhan dan
kemampuan setiap peserta didik.
i. Pendekatan Eklektik
Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan
semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan
suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis,
dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan
perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik
9
(Wilford A. Weber, 1986). Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam
menerapkan pendekatan eklektik yaitu: 1) menguasai pendekatan-pendekatan
manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan Pengubahan Perilaku,
Penciptaan Iklim Sosio-Emosional, Proses Kelompok, dan 2) dapat memilih
pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam
masalah manajemen kelas ( M. Endang dan T. Raka Joni, 1983)
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, 2006, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta).
E. Mulyasa, 2007, Menjadi Guru Profesioanal, Bandung: Remaja Rosda Karya, h. 91
Mudasir, op.cit, h. 1
Saiful Sagala,2010,Manajemen Strategi Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung : Alfabeta, h. 52
Syaiful Bahri Djamarah, 2000, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta h. 145
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, op, cit h. 106
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op. Cit, hlm 115.
Usman, Moh. Uzer. (2002). Menjadi guru profesional. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
12