MANAJEMEN KELAS
Oleh :
Penulis
A.DEFINISI MANAJEMENT KELAS
Manajemen kelas adalah ketentuan dan prosedur yang diperlukan guna menciptakan dan
memelihara lingkungan tempat terjadi kegiatan belajar dan mengajar. Manajemen kelas juga
dapat diartikan sebagai perangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik
perilaku siswa yang wajar, pantas, dan layak serta usaha dalam meminimalkan gangguan.
Kelas
Manajemen Kelas merupakan usaha guru untuk menata dan mengatur tata-laksana kelas
diawali dari perencanaan kurikulum, penataan prosedur dan sumber belajar, pengaturan
lingkungan kelas, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang
mungkin timbul di kelas.
Berikut ini beberapa pengertian manajemen kelas dari beberapa sumber referensi buku:
Menurut Nawawi (1982:115), manajemen kelas adalah kemampuan guru atau wali
kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang
seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif
dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan
perkembangan murid.
Menurut Arikunto (1992:67), manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penanggung-jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan
maksud agar dicapainya kondisi yang optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan.
Menurut Djamarah (2000:173), manajemen kelas adalah suatu upaya
memberdayagunakan potensi kelas yang ada se-optimal mungkin untuk mendukung
proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Suhardan dkk (2009:106), manajemen kelas adalah segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau
dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur
kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Menurut Sulistiyirini (2006:66), manajemen kelas adalah proses atau upaya yang
dilakukan oleh seseorang guru secara sistematis untuk menciptakan dan mewujudkan
kondisi kelas yang dinamis dan kondusif dalam rangka
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara
umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta
apresiasi pada siswa.
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati
setiap kemajuan/ perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong
lamban.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Dalam manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai prasyarat
menciptakan satu model pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu
Kesiapan belajar ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar belakang
pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.
Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu. Adanya motivasi pada peserta didik maka akan bersungguh-
sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut
serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk
melakukan kegiatan tersebut serta terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.
3. Prinsip Perhatian
Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan yaitu
berorientasi pada suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan diri pada aspek-
aspek yang relevan dan mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Dalam proses pembelajaran
perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya.
4. Prinsip Persepsi
Prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah (a) makin baik
persepsi mengenai sesuatu makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut. (b)
dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena hal ini akan memberikan
pengertian yang salah pula pada peserta didik tentang apa yang dipelajari (c) dalam
pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda
sesungguhnya sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat.
5. Prinsip Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari
sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih
lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu, retensi
sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran.
6. Prinsip Transfer
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat memengaruhi
proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan
pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari. Pengetahuan
atau keterampilan yang diajarkan di sekolah selalu diasumsikan atau diharapkan dapat
dipakai untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupan atau dalam pekerjaan
yang akan dihadapi kelak.
Mengacu pada konteks belajar mengajar bahwa strategi adalah teknik atau siasat yang
digunakan guru dan dipraktekkan oleh guru dan siswa dalam berbagai peristiwa pembelajaran
untuk mewujudkan tujuan pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Selanjutnya untuk
memahami tentang manajemen kelas secara mendalam maka akan dikemukakan beberapa
pendapat dari para ahli diantaranya:
a. Hadari Nawawi
Kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau
wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-
luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah,
sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan
kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
b. Burhanuddin
Manajemen/pengelolaan kelas merupakan proses upaya yang dilakukan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi yang kondusif dan optimal bagi terselenggaranya
kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dari beberapa pengertian strategi dan manajemen kelas diatas, maka strategi manajemen
kelas dapat diartikan sebagai “pola siasat, cara, teknik, atau langkah-langkah yang digunakan
guru dalam menciptakan, menimbulkan dan mempertahankan kondisi kelas tetap kondusif,
agar siswa dapat belajar maksimal, aktif, dan menyenangkan dengan efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.
Guru mempunyai tanggung jawab yang vital selama proses belajar mengajar berlangsung.
Mulai dari lingkungan fisik sampai pada suasana belajar di kelas. Kelas yang diorganisasi
dengan baik dan dikelola secara efektif dan efisien merupakan pokok yang esensial bagi
terselenggaranya suatu program instruksional yang baik dan terciptanya suatu iklim saling
menghormati dan memperdulikan antar siswa, serta antara siswa dengan guru. Maka dari itu
seorang guru yang profesional seharusnya mempunyai kompetensi yang baik dalam bidang
manajemen kelas, karena dengan manajemen kelas yang baik akan berpengaruh pada prestasi
belajar siswa yang baik juga.
Dalam manajemen/pengelolaan kelas oleh guru dalam proses belajar mengajar ada beberapa
strategi dalam meningkatkan prestasi siswa yang bisa diimplementasikan oleh guru,
diantaranya yaitu:
Iklim kelas yang positif dan kondusif juga dapat di ciptakan dengan pembinaan disiplin yang
lebih didasarkan pada responsibilitas daripada ”punishment (hukuman)”, sehingga siswa
dapat mandiri. Hubungan antara guru dan murid yang efektif diwarnai oleh perilaku-perilaku
guru spesifik, yang dilakukan dengan cara:
Hubungan antara guru dengan siswa memberikan suatu pokok yang esensial bagi manajemen
kelas yang efektif dan merupakan kunci ke peraihan prestasi belajar siswa yang tinggi.
Terciptanya hubungan-hubungan yang positif akan membawa suasana yang menyenangkan
bagi siswa dalam belajar, sehingga terciptanya iklim yang kondusif.
2) Diskusi, memfokuskan pada interaksi, yang mana siswa sebagai partisipan dipersilahkan
mengekspresikan pengetahuan dan pemahaman serta opini/pendapat tentang suatu topik.
3) Debat adalah strategi yang menghendaki berpikir lebih tingkat tinggi, yang mana siswa
mempelajari informasi tentang suatu isu atau ide dengan mengambil posisi pro atau kontra.
Sehingga siswa harus belajar mendengarkan, memanipulasi pengetahuan untuk menarik baik
kebutuhan-kebutuhan faktual maupun emosional pada audience-nya.
2. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku siswa
dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan
memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan
semaksimal mungkin kebebasan siswa.
4. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan
tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku siswa, dan memecahkan
masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik. Peranan
guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
7. Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi
yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan
siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan
hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik
melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru
dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
(Suharsimi, 1996) menyebutkan bahwa sebab musabab masalah pengelolaan kelas yaitu :
MENGELOLA KELAS
(Depdikbud, 1985) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan keterampilan untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat gangguan dalam proses belajar
baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang berkelanjutan.
Menurut (Majid, 2014) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar.
Menurut (Mulyasa, 2013) pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan
dalam pembelajaran.
Menurut (Usman, 2013) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar.
Menurut (Wina Sanjaya, 2005) bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala
terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.
Kehangatan dan keantusiasan dalm mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas
yang menyenangkan.
Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berfikir.
Menggunakan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan.
Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
Penanaman disiplin diri sendiri.
Sedangkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh (Usman, 2013) adalah
sebagai berikut:
KESIMPULAN
Setiap guru, baik itu guru kelas maupun guru bidang studi, secara langsung pasti terlibat
dalam kegiatan pengelolaan. Lebih tepatnya dalam pengelolaan kelas. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan seorang guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran.
Tujuannya adalah agar proses pembelajaran itu sendiri dapat berjalan efektif dan efisien,
sehingga kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa dan dapat tercapai.
Selanjutnya, mengajar jarak jauh berbeda dengan mengajar tatap muka, maka guru perlu
mengaktifkan siswa dalam kelas virtual seperti hal kelas tatap muka yang normal. Biasaya,
pada saat mengajar jarak jauh, kontrol guru terhadap siswa rendah. Jika pembelajarannya
membosankan, siswa bisa saja meninggalkan kelas atau malah bermain-main.
Oleh karena itu, perlu memastikan bahwa pembelajaran yang perlu disiapkan agar siswa
aktif memperhatikan apa yang disampaikan guru, yakni,
1) materi disampaikan dengan jelas, singkat dan sistematis, hindari penjelasan teori panjang
lebar,
2) sebaiknya ada yang bertugas mencatat pertanyaan dan jawaban,
3) berilah tugas yang menyenangkan dan tidak terlalu banyak
4) materi belajar tidak harus sesuai dengan kurikulum (tidak harus menuntaskan materi),
5) lebih fokus pada pendidikan kecakapan hidup,
6) sesuaikan minat dan kondisi setiap siswa, termasuk memperhatikan kesenjangan
akses/fasilitas belajar di rumah,
7) berikan pujian pada saat anak bertanya, berpendapat maupun saat mengumpulkan
tugasnya,
8) bentuk hasil tugas siswa dapat berupa: foto, video, rekaman, tulisan, gambar, komik,
puisi, cerpen, karikatur,
9) pengumpulan hasil tugas sebaiknya memerhatikan; waktunya tidak terlalu mepet dari
tugas yang diberikan,
hasil tugas dapat dikirim ke guru masing-masing mata pelajaran lewat WA, messenger atau
lainnya, hasil tugas dapat dikirimkan melalui postingan FB dengan menandai guru sesuai
mapelnya, Bagi yang tidak punya android, boleh meminta tolong orang lain/teman dekat
rumah dengan tetap memperhatikan jarak dan protokol kesehatan saat bertemu.
Pengelolaan pembelajaran jarak jauh akan menjadi lebih efektif apabila diakhiri dengan
melakukan umpan balik. Umpan balik yang efektif merupakan bagian integral dari sebuah
dialog instruksional antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan
dirinya sendirinya.
Agar efektif dalam umpan balik, maka ada kesanggupan siswa untuk dapat menunjukkan
penguasaannya atas berbagai tujuan pembelajarannya. Fakta tentang kinerja yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Guru harus dapat memberikan bimbingan kepada setiap siswa
tentang bagaimana melakukan perbaikan. Umpan balik bukanlah tentang pemberian pujian
atau celaan, persetujuan atau ketidaksetujuan, tetapi sebagai usaha untuk memberikan nilai
atau makna (Grant Wiggin).
Umpan balik pada dasarnya bersifat netral yang menggambarkan apa yang telah dilakukan
dan tidak dilakukan siswa. Selain itu, bahwa umpan balik juga harus bersifat obyektif,
deskriptif dan disampaikan pada waktu yang tepat yakni pada saat tujuan pembelajaran
masih segar dalam benak siswa.
Dengan demikian, ada dua hal yang perlu dilakukan dalam pembelajaran jarak jauh pada
kegiatan umpan balik, guru sebaiknya memberi komentar langsung bersifat kualitatif saat
anak mengirim hasil tugasnya melalui WAG, messenger, postingan FB atau yang lainnya.
Guru juga membuat sebuah format tentang "Daftar Kriteria Keberhasilan". Dalam daftar
tersebut, guru dapat memberikan tanda + (plus) untuk menunjukkan tentang kriteria yang
telah berhasil dipenuhi siswa dan memberikan catatan tertentu untuk yang belum
dipenuhinya.
Daftar Pustaka
Hasri, Salfen. 2009. Sekolah Efektif dan Guru Efektif. Yogyakarta: Aditya Media
Printing and Publising.
Nawawi, Hadari. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai
Lembaga Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan
Evaluatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suhardan, Dadang et.all. 2009. Manajemen Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
Sulistiyirini. 2006. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: Lembaga Kajian
Agama dan Filsafat/Elkaf.
Wijaya, Cece dan Rusyan, A. Tabrani. 1994. Kemampuan Dasar Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mudasir. 2011. Manajemen Kelas. Yogyakarta: Zanafa Publishing.
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosyda
Karya.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ametembun, N.A. 2004. Sistem Manajemen Kelas-Kelas Modern Jilid II –
Manajemen PerilakuMurid.
Bandung: Suri Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remeja
Rosdakarya
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar .
Bandung:
PT. Refika Aditama Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana