Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MANAJEMEN KELAS

Di ajaukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Oleh :

YONIF RAMA ADITIYA


RANDI
TIA IVANKA
PAI B IV

Dosen mata kuliah


SRI ENDANG HERUDIATI,MA

SEKOLAH TINNGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH TANJUNG REDEB


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

ASSALAAMU ALAIKUM WR.WB.


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan inayah-Nya
sehingga penuis dapat menuliskan makalah tentang “MANAJEMENT KELAS”
Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi yang menjadi suri tauladan bagi
seluruh alam dan semoga di akhirat nanti kita bsa mendapat syafaat-Nya.
Dalam proses penyeesaian makalah ini, walaupun banyak kesulitn karena keterbatasan ilmu
yang di miliki, namun atas berkat dan bimbingan, arahan, koreksi dan saran maka makalah
ini dapat terselesaika. Untuk itu, rasa hormat dan terimah kasih yang sedalam-dalamnya
penulis sampaikan kepada :
1. Bapak FATAHUDDIN, T.S.Ag, M.Pd.I selaku ketua pimpinan STIT
MUHAMMADIYAH
2. IBU SRI ENDANG HERUDIATI, ME sebagai dosen mata kuliah psikologi pendidikan
3. Teman-teman yang ada di STIT MUHAMMADIYAH
4. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada penulis
agar senantiasa menjadi penerus bangsa yang membanggakan.
Akhir kata semoga maklah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Terimah kasih
Tanjung redeb,30 januari 2022

Penulis
A.DEFINISI MANAJEMENT KELAS
Manajemen kelas adalah ketentuan dan prosedur yang diperlukan guna menciptakan dan
memelihara lingkungan tempat terjadi kegiatan belajar dan mengajar. Manajemen kelas juga
dapat diartikan sebagai perangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik
perilaku siswa yang wajar, pantas, dan layak serta usaha dalam meminimalkan gangguan.
Kelas
Manajemen Kelas merupakan usaha guru untuk menata dan mengatur tata-laksana kelas
diawali dari perencanaan kurikulum, penataan prosedur dan sumber belajar, pengaturan
lingkungan kelas, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang
mungkin timbul di kelas.

Berikut ini beberapa pengertian manajemen kelas dari beberapa sumber referensi buku:

 Menurut Nawawi (1982:115), manajemen kelas adalah kemampuan guru atau wali
kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang
seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif
dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan
perkembangan murid. 
 Menurut Arikunto (1992:67), manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penanggung-jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan
maksud agar dicapainya kondisi yang optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan. 
 Menurut Djamarah (2000:173), manajemen kelas adalah suatu upaya
memberdayagunakan potensi kelas yang ada se-optimal mungkin untuk mendukung
proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
 Menurut Suhardan dkk (2009:106), manajemen kelas adalah segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau
dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur
kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. 
 Menurut Sulistiyirini (2006:66), manajemen kelas adalah proses atau upaya yang
dilakukan oleh seseorang guru secara sistematis untuk menciptakan dan mewujudkan
kondisi kelas yang dinamis dan kondusif dalam rangka
 menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Tujuan Manajemen Kelas 

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara
umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta
apresiasi pada siswa.

Tujuan manajemen kelas adalah sebagai berikut

1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan pengajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah untuk melihat dan mengamati
setiap kemajuan/ perkembangan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong
lamban. 
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk
dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang. 

Prinsip-Prinsip Manajemen kelas 

Dalam manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai prasyarat
menciptakan satu model pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu

1. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Kesiapan belajar ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar belakang
pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.

2. Prinsip Motivasi (Motivation)

Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu. Adanya motivasi pada peserta didik maka akan bersungguh-
sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut
serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk
melakukan kegiatan tersebut serta terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.

3. Prinsip Perhatian 

Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan yaitu
berorientasi pada suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan diri pada aspek-
aspek yang relevan dan mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Dalam proses pembelajaran
perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya.

4. Prinsip Persepsi

Prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah (a) makin baik
persepsi mengenai sesuatu makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut. (b)
dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena hal ini akan memberikan
pengertian yang salah pula pada peserta didik tentang apa yang dipelajari (c) dalam
pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda
sesungguhnya sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat.
5. Prinsip Retensi 

Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari
sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih
lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu, retensi
sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran.

6. Prinsip Transfer 

Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat memengaruhi
proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan
pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari. Pengetahuan
atau keterampilan yang diajarkan di sekolah selalu diasumsikan atau diharapkan dapat
dipakai untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupan atau dalam pekerjaan
yang akan dihadapi kelak.

B.Strategi manajment kelas


Istilah strategi sudah tidak asing di telinga kita, menurut Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry
Sutikno secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ’siasat’, ’kiat’,’trik’, atau ’cara’. Sedang
secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Menurut Sanjaya, Wina dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sedangkan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal adalah dinamakan dengan metode.
Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
Menurut Sanjaya, Wina strategi juga dapat diartikan istilah, teknik dan taktik mengajar.
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode.
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Sedangkan mengenai bagaimana menjalankan strategi, dapat ditetapkan berbagai metode
pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan
teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik guru memiliki
taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain.

Mengacu pada konteks belajar mengajar bahwa strategi adalah teknik atau siasat yang
digunakan guru dan dipraktekkan oleh guru dan siswa dalam berbagai peristiwa pembelajaran
untuk mewujudkan tujuan pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Selanjutnya untuk
memahami tentang manajemen kelas secara mendalam maka akan dikemukakan beberapa
pendapat dari para ahli diantaranya:
a. Hadari Nawawi
Kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau
wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-
luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah,
sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan
kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.

b. Burhanuddin
Manajemen/pengelolaan kelas merupakan proses upaya yang dilakukan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi yang kondusif dan optimal bagi terselenggaranya
kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.

c. Berdasarkan Konsepsi Lama Dan Modern


Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan
ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang
menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas (Lois V.
Jhonson dan Mary Bany, 1970)

Dari beberapa pengertian strategi dan manajemen kelas diatas, maka strategi manajemen
kelas dapat diartikan sebagai “pola siasat, cara, teknik, atau langkah-langkah yang digunakan
guru dalam menciptakan, menimbulkan dan mempertahankan kondisi kelas tetap kondusif,
agar siswa dapat belajar maksimal, aktif, dan menyenangkan dengan efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.

Guru mempunyai tanggung jawab yang vital selama proses belajar mengajar berlangsung.
Mulai dari lingkungan fisik sampai pada suasana belajar di kelas. Kelas yang diorganisasi
dengan baik dan dikelola secara efektif dan efisien merupakan pokok yang esensial bagi
terselenggaranya suatu program instruksional yang baik dan terciptanya suatu iklim saling
menghormati dan memperdulikan antar siswa, serta antara siswa dengan guru. Maka dari itu
seorang guru yang profesional seharusnya mempunyai kompetensi yang baik dalam bidang
manajemen kelas, karena dengan manajemen kelas yang baik akan berpengaruh pada prestasi
belajar siswa yang baik juga.

Dalam manajemen/pengelolaan kelas oleh guru dalam proses belajar mengajar ada beberapa
strategi dalam meningkatkan prestasi siswa yang bisa diimplementasikan oleh guru,
diantaranya yaitu:

a. Pengelolaan lingkungan kelas


Menurut Majid, Abdul (2006:167) iklim kelas yang kondusif merupakan pertimbangan utama
dan memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran. Iklim belajar kondusif harus
ditunjang oleh beberapa fasilitas yang menyenangkan demi kelancaran proses belajar
mengajar. Seperti sarana, penataan ruang kelas, laboratorium untuk praktik, pengaturan
lingkungan belajar, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antar siswa sendiri,
serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat sesuai dengan kemampuan
siswa.

Iklim kelas yang positif dan kondusif juga dapat di ciptakan dengan pembinaan disiplin yang
lebih didasarkan pada responsibilitas daripada ”punishment (hukuman)”, sehingga siswa
dapat mandiri. Hubungan antara guru dan murid yang efektif diwarnai oleh perilaku-perilaku
guru spesifik, yang dilakukan dengan cara:

1) Membangkitkan peraturan, prosedur-prosedur, dan konsekuensi yang jelas bagi perilaku


siswa
2) Merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran yang jelas, misalkan mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran pada permulaan bab pengajaran.
3) Memperlihatkan perilaku asertif (tegas) dalam hal penggunaan nada suara yang tepat
berbicara secara jelas dan tidak terlalu melengking, penggunaan bahasa tubuh guru yang
tegap dengan menjaga jarak terhadap anak yang nakal, guru dengan tegas menunggu respon
atau ungkapan siswa.
4) Menciptakan kerjasama antara guru dan siswa dengan memberikan tujuan-tujuan
pembelajaran yang fleksibel kepada siswa.
5) Menarik minat peribadi dalam diri siswa dengan cara berbicara secara informal dengan
siswa.
6) Mempergunakan interaksi-interaksi kelas dengan siswa secara positif dan merata, dengan
cara berkontak mata dengan siswa dengan memandang keseluruh kelas.

Hubungan antara guru dengan siswa memberikan suatu pokok yang esensial bagi manajemen
kelas yang efektif dan merupakan kunci ke peraihan prestasi belajar siswa yang tinggi.
Terciptanya hubungan-hubungan yang positif akan membawa suasana yang menyenangkan
bagi siswa dalam belajar, sehingga terciptanya iklim yang kondusif.

b. Penerapan Strategi pembelajaran


Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan siswa antusias dalam
mengikuti pelajaran, seorang guru harus mampu menerapkan komponen strategi
pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai secara
maksimal.
Dalam meningkatkan prestasi/hasil belajar dalam bentuk dampak Instruksional dan untuk
mengarahkan dampak pengiring terhadap hal-hal yang positif, guru harus mampu
menciptakan pembelajaran yang efektif dan menerapkan strategi pembelajaran.
Menurut Ametambun upaya peningkatan kualitas belajar mengajar dapat ditempuh dengan
strategi-strategi berikut ini:

a.) Strategi seluruh kelas yang meliputi:


1) Ceramah adalah memberikan pengetahuan secara verbal dengan cara guru
mempresentasikan sejumlah informasi luas secara efisien, yang berfungsi untuk memberikan
pengetahuan dasar yang dibutuhkan untuk aktivitas-aktivitas mendatang, mempresentasikan
suatu pengetahuan penting bagi siswa untuk dipelajari

2) Diskusi, memfokuskan pada interaksi, yang mana siswa sebagai partisipan dipersilahkan
mengekspresikan pengetahuan dan pemahaman serta opini/pendapat tentang suatu topik.

3) Debat adalah strategi yang menghendaki berpikir lebih tingkat tinggi, yang mana siswa
mempelajari informasi tentang suatu isu atau ide dengan mengambil posisi pro atau kontra.
Sehingga siswa harus belajar mendengarkan, memanipulasi pengetahuan untuk menarik baik
kebutuhan-kebutuhan faktual maupun emosional pada audience-nya.

4) Demonstrasi guru merupakan strategi guru menempatkan perannya untuk memberikan


pengetahuan atau keterampilan dengan mendemonstrasikan suatu metode. Strategi ini dipilih
karena keterbatasan waktu dan kelangkaan bahan yang diperlukan.

5) Memberikan pengarahan-pengarahan adalah memberikan informasi yang efisien tentang


apa, mengapa, bagaimana, dimana, kapan tugas dan aktivitas kelas.

b.) Strategi-strategi kelompok kecil yang meliputi:

1) Pembelajaran kooperatif adalah formasi kelompok yang ”menshare” suatu pembelajaran


yang sama, bekerja independen untuk mencapai suatu penguasaan, dan memastikan bahwa
semua anggota kelompok dapat meraih tujuan kelompok secara sukses

2) Pembelajararan kolaboratif adalah pembelajaran yang menghendaki para siswa bekerja


bersama tetapi hasilnya lebih terbuka pada umumnya. Responsibilitas individual bagi
pembelajaran ini lebih besar ketimbang dalam situasi kooperatif.
c.) Strategi pembelajaran dengan bekerja berpasangan, dengan membentuk:

1) Mentor-mentor siswa yaitu membentuk pasangan-pasangan siswa dengan keterampilan


yang tak sama, dengan menempatkan salah satu siswa yang sudah siap untuk mentutor teman
pasangan .
2) Berpasangan secara random (acak) digunakan dalam suatu basis jangka pendek sebab
hanya berpikir sejenak, untuk memenuhi kebutuhan siswa atau memenuhi tuntutan tugas .

d.) Strategi pembelajaran dengan bekerja secara individu


Yaitu strategi dengan bekerja secara independen oleh siswa dalam mempelajari keterampilan
atau pengetahuan dan mepraktikkan serta memastikan tingkat pemahamannya Guru harus
cerdas memilih dan menggunakan metode pembelajaran atau dengan mengkombinasikan dari
beberapa metode yang sesuai dengan kondisi yang ada.

c. Penerapan strategi berupa pendekatan dalam manajemen kelas.


Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku siswa.
Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada siswa untuk mentaatinya. Di dalamnya
ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan
dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.

2. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku siswa
dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan
memaksa.

3. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan
semaksimal mungkin kebebasan siswa.

4. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan
tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.

5. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku siswa, dan memecahkan
masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang baik. Peranan
guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku


Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku siswa. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku siswa yang baik, dan
mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku
(behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik,
harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan
hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut
pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian
atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang
kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan
menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

7. Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi
yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan
siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan
hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik
melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru
dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.

8. Pendekatan Kerja Kelompok


Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk
menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang
produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk
menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi,
mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.

9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik


Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan
inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi
yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan
salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga
pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu
pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki
potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses
belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas
pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya
untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.
C.KETERAMPILAN MANAJEMEN KELAS
Dalam suatu kelas/ruangan, seorang guru sebenarnya mempunyai dua permasalahan pokok
yaitu pengajaran dan manajemen. Dimana keduanya mempunyai penanganan sendiri.
Pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran yang baik, sedangkan manajemen dengan
cara pengelolaan. Aspek yang paling penting dalam proses belajar mengajar yaitu
pengelolaan kelas. Dimana pengelolaan tersebut merupakan proses terjadinya tingkah laku
yang kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi kelas secara efisien dan memungkinkan siswa dapat belajar dengan memperoleh rasa
nyaman.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi proses belajar mengajar yang optimal. Namun, dalam pengelolaan kelas tidak
menutup kemungkinan akan terjadi suatu permasalahan.

(Suharsimi, 1996) menyebutkan bahwa sebab musabab masalah pengelolaan kelas yaitu :

1. Siswa tidak tahu apa yang harus diperbuat.


2. Siswa sudah diberi tahu akan tugasnya akan tetapi setelah beberapa lama kemudian
mereka menjadi lupa akan tugasnya.
3. Siswa sudah mengetahui apa yang harus mereka diperbuat. Akan tetapi tidak tahu
bagaimana cara melakukannya.
4. Ada beberapa siswa atau sebagian yang sudah melaksanakan tugas sebelum
waktunya habis sehingga membuat keributan.
5. Ada diantara siswa yang merupakan anak malas tak bergairah atau pengganggu.
Sehingga walaupun mereka melakukan tugas akan tetapi tidak secara sungguh-
sungguh.
Oleh karena itu penting bagi seorang guru untuk menguasai sebuah keterampilan, salah
satunya keterampilan dalam mengelola kelas. Maka, dalam artikel ini penulis membahas
tentang definisi keterampilan mengelola kelas, tujuan pengelolaan kelas, komponen
keterampilan mengelola kelas, prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas dan
keterampilan mengelola kelas yang baik, dengan tujuan untuk mendorong siswa dalam
mengembangkan tanggungjawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai
dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung, menyadari kebutuhan siswa, dan 
memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa dengan tujuan supaya kondisi
belajar yang optimal dapat tercapai dan guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran
serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

 
MENGELOLA KELAS
(Depdikbud, 1985) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan keterampilan untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat gangguan dalam proses belajar
baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang berkelanjutan.

Menurut (Majid, 2014) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar.
Menurut (Mulyasa, 2013) pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan
dalam pembelajaran.

Menurut (Usman, 2013) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar.

Menurut (Wardani, 2005) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam


menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal guna terjadinya proses pembelajaran
yang selalu serasi dan efektif.

Menurut (Wina Sanjaya, 2005) bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala
terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

Menurut (Winataputra, 2004) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan


menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta keterampilan guru untuk
mengembalikan kondisi belajar yang terganggu ke arah kondisi belajar yang optimal.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengelola kelas


merupakan keterampilan yang digunakan oleh seorang guru dalam proses  pembelajaran guna
untuk mengkondisikan belajar siswa dengan harapan supaya terjadi suatu kondisi kelas yang
kondusif, memaksimalkan sarana dan prasarana, menjaga keterlibatan siswa, menciptakan
dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal dan rasa nyaman dalam proses belajar
mengajar. Maka dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas, perlu memperhatikan
komponen keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan seorang guru dalam mengambil
inisiatif dan mengendalikan pelajaran.

TUJUAN PENGELOLAAN KELAS


Menurut (Usman, 2002)  pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.

1. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas


belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil
yang baik.
2. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan.
Adapun tujuan dari pengelolaan kelas menurut (Suharsimi, 1996) adalah agar setiap anak
dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien. Pengelolaan kelas tersebut dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi
dalam kelompok kelas yang baik, kondusif dan terarah yang memungkinkan siswa untuk
berbuat dan beraktifitas sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
 
KOMPONEN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Menurut ( Wardani, 2005) komponen keterampilan mengelola kelas meliputi:

Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar


yang optimal.
 Memperlihatkan sikap yang tanggap dengan melihat secara jeli dan seksama,
mendekatkan diri, memberikan sebuah pernyataan, atau memberi reaksi terhadap
gangguan kelas.
 Membagi perhatian secara visual dan verbal.
 Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut
tanggungjawab siswa.
 Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
 Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan
atau ocehan, serta membuat aturan.
 Memberikan penguatan seperlunya.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
 Modifikasi tingkah laku. Dalam strategi ini, hal pokok yang harus dikuasai
seorang guru adalah mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan cara
memberikan contoh, bimbingan dan meningkatkan munculnya tingkah laku siswa
yang baik dengan memberikan penguatan.
 Pengelolaan/ proses kelompok. Dalam strategi ini kelompok dimanfaatkan dalam
memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul, terutama melalui
diskusi.
 Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah. Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkahlaku yang keliru
merupakan gejala dari suatu permasalahan.
 

PRINSIP PENGGUNAAN KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS


Menurut (Wardani, 2005) dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas perlu diingat 6
prinsip, yaitu:

 Kehangatan dan keantusiasan dalm mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas
yang menyenangkan.
 Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berfikir.
 Menggunakan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan.
 Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
 Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
 Penanaman disiplin diri sendiri.
Sedangkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh (Usman, 2013) adalah
sebagai berikut:

 Kehangatan dan keantusiasan


 Tantangan
 Bervariasi
 Keluwesan
 Penekanan pada hal-hal yang positif
 Penanaman disiplin diri
 
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS YANG BAIK
Menurut (Sartika, 2014) kemampuan dan keterampilan mengelola kelas dalam proses belajar
mengajar yang baik sebagai berikut:

1. Menciptakan situasi yang memungkinkan anak untuk belajar, sehingga merupakan


titik awal keberhasilan pengajaran.
2. Siswa belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang
merangsang untuk belajar.
Jadi, dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan suatu kondisi yang
memungkinkan sisiwa dapat melakukan pembelajaran, menumbuhkan sikap yang ramah,
memiliki kesiapan demi berjalannya suatu pembelajaran dan seorang siswa mampu
merasakan kenyamanan dalam keadaan ataupun suasana yang sewajarnya, tidak ada tekanan
dari guru dan mampu terangsang untuk belajar dengan baik.

KESIMPULAN
Setiap guru, baik itu guru kelas maupun guru bidang studi, secara langsung pasti terlibat
dalam kegiatan pengelolaan. Lebih tepatnya dalam pengelolaan kelas. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan seorang guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran.
Tujuannya adalah agar proses pembelajaran itu sendiri dapat berjalan efektif dan efisien,
sehingga kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa dan dapat tercapai.

D.Karakteristik Manajemen Kelas yang efektif


1.Pengelolaan kelas yang bervariasi (klasikal, kelompok/berpasangan, dan individual)
Klasikal: di awal pembelajaran dalam apersepsi, pemberian tujuan, dan
Penugasan ; di bagian akhir dalam perumusan kesimpulan/rangkuman dan
pemberian konfirmasi.
Kelompok/berpasangan: untuk kerja kooperatif (misalnya: diskusi pemecahan
masalah bersama, berbagia informasi,
peer tutor).
Individual: dilakukan pada bagian inti berupa pemberian tugas kreatif sesuai
potensi individual siswa. Pengelolaan individu juga dilakukan pada proses
asesmen pencapaian kompetensi.

2.Strategi pembelajaran yang mengaktifkan semua siswa, menumbuhkan kreativitas,


berpikir, berbuat, efektif mencapai tujuan, dan menyenangkan (tidak membuat anak
stres/tertekan).

3.Pemberian tugas yang bermakna, yaitu:


Memotivasi dan menantang untuk belajar,
Memberi ruang setiap siswa untuk menggali informasi dan menuangkan gagasan
sebagai bentuk aktualisasi pemikiran,
Mendorong siswa menghasilkan karya yang bervariasi (siswa berani
menampilkan karyanya dalam berbagai bentuk) sesuai tujuan kompetensi yang
ditetapkan,

a.Kualitas tugas sesuai dengan bentuk pengelolaan kelas,


b.Siswa difasilitasi untuk bertanggungjawab terhadap pencapaian kompetensi.

MANAJEMENT KELAS DI MASA PANDEMI


SEJAK pandemi Covid_19 secara global menyebar ke Indonesia sangat berdampak pada
semua aspek kehidupan. Semua kegiatan yang sedang dilakukan maupun rencana yang akan
di kerjakan gagal dilaksanakan secara tatap muka. Hal ini berdampak terhadap target suatu
rencana yang akan dicapai pada tahun 2020. Salah satu dampak yang dirasakan adalah pada
aspek pendidikan.
Jutaan siswa dan ribuan mahasiswa di sekolah dan perguruan tinggi mengalami hambatan
dalam proses belajar mengajar secara tata muka akibat imbasnya pandemi covid-19 ini. Saat
ini, sekolah dan perguruan belum ada yang berani membuka kelas tetap muka (offline)
secara resmi pembelajaran secara langsung, sehingga pemerintah melaksanakan
pembelajaran melalui daring dan luring. Hal ini dilakukan agar pendidikan tetap berjalan
sebagaimana yang telah diamanatkan dalam undang-udang dasar 1945.
Sebelum pembelajaran melalui daring (Dalam Jaringan) dan luring (Luar Jaringan), orang
lebih mengenal istilah Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Pendidikan jarak jauh (bahasa Inggris:
distance education) adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan
instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi
interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di
dalamnya.
Pembelajaran elektronik (e_learning) atau pembelajaran daring (online) bagian dari
pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan tehnologi elektronika dan
teknologi berbasis internet. Pendidikan jarak jauh merupakan proses belajar mengajar yang
dilakukakn secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi
(Permendikbud, No.109/2013).
Selama ini pendidikan jarak jauh sering dilakukan oleh pendidikan tinggi dalam rangka
menjangkau dan melayani peserta pembelajaran yang berada jauh dari tempat lembaganya.
Fungsinya memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat
mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler (UU Sisdiknas  Pasal 31 ayat (2),
sedangkannya tujuannya adalah meningkatkan perluasan dan pemerataan akses
pendidikan, serta meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan. (PP 17 pasal 118 ayat (1).
Pada masa normal, PJJ ini hanya bisa dilaksanakan kegiatannya oleh pendidikan tinggi
dengan syarat tertentu, sedangkan pada tingkat sekolah tidak ada aturan yang
membolehkannya.
Namun, setelah menyebarnya Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), semua aktivitas
pembelajaran kelas dihentikan, sekolah diliburkan, semua kegiatan dilakukan di rumah
(work from home) termasuk kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Untuk mengatasi
permasalahan ini, maka dilakukanlah pembelajaran daring dan luring. Istilah daring dan
luring memiliki sinonim pembelajaran jarak jauh. Oleh karena kondisi pendemi Covid-19
yang mewabah saat ini, maka pembelajaran dilakukan melalui daring dan luring.
Pertemuan langsung di ruang kelas sama halnya proses pembelajaran jarak jauh perlu
pengelolaan kelas yang baik. Tujuannya, agar keadaan kondusif untuk mendukung kegiatan
pendampingan maupun pembelajaran. Dalam komunikasi jarak jauh, 'kelas' yang dimaksud
adalah ruang virtual yang dimanfaatkan, misalnya menggunakan ruang chatting, video pada
zoom, skype, WAG.
Dalam mengelola kelas belajar jarak jauh, maka ada tiga langkah yang perlu dilakukan agar
proses pembelajaran lebih efektif dan efesien, yaitu Pengkondisian Kelas, Aktifkan Kelas,
dan Umpan Balik.
Pada tahap awal, kelas daring perlu dikondisikan, agar pembelajaran berjalan dengan baik
dan siswa menjadi partisipan aktif, maka yang perlu diperhatikan guru, yaitu;
1) ucapkan salam dan berdoa,
2) menyapa siswa seperti halnya kelas normal,
3) jumlah siswa yang bergabung,
4) media yang digunakan siswa dan kemampuan mreka dalam menggunakan aplikasi,
5) sampaikan topik yang dibahas dengan singkat dan jelas, dan
6) memberikan kesempatan untuk tanya jawab agar menjadi pembelajaran untuk semua
partisipan.

Selanjutnya, mengajar jarak jauh berbeda dengan mengajar tatap muka, maka guru perlu
mengaktifkan siswa dalam kelas virtual seperti hal kelas tatap muka yang normal. Biasaya,
pada saat mengajar jarak jauh, kontrol guru terhadap siswa rendah. Jika pembelajarannya
membosankan, siswa bisa saja meninggalkan kelas atau malah bermain-main.
Oleh karena itu, perlu memastikan bahwa pembelajaran yang perlu disiapkan agar siswa
aktif memperhatikan apa yang disampaikan guru, yakni,
1) materi disampaikan dengan jelas, singkat dan sistematis, hindari penjelasan teori panjang
lebar,
2) sebaiknya ada yang bertugas mencatat pertanyaan dan jawaban,
3) berilah tugas yang menyenangkan dan tidak terlalu banyak
4) materi belajar tidak harus sesuai dengan kurikulum (tidak harus menuntaskan materi),
5) lebih fokus pada pendidikan kecakapan hidup,
6) sesuaikan minat dan kondisi setiap siswa, termasuk memperhatikan kesenjangan
akses/fasilitas belajar di rumah,
7) berikan pujian pada saat anak bertanya, berpendapat maupun saat mengumpulkan
tugasnya,
8) bentuk hasil tugas siswa dapat berupa: foto, video, rekaman, tulisan, gambar, komik,
puisi, cerpen, karikatur,
9) pengumpulan hasil tugas sebaiknya memerhatikan; waktunya tidak terlalu mepet dari
tugas yang diberikan,
hasil tugas dapat dikirim ke guru masing-masing mata pelajaran lewat WA, messenger atau
lainnya, hasil tugas dapat dikirimkan melalui postingan FB dengan menandai guru sesuai
mapelnya, Bagi yang tidak punya android, boleh meminta tolong orang lain/teman dekat
rumah dengan tetap memperhatikan jarak dan protokol kesehatan saat bertemu.
Pengelolaan pembelajaran jarak jauh akan menjadi lebih efektif apabila diakhiri dengan
melakukan umpan balik. Umpan balik yang efektif merupakan bagian integral dari sebuah
dialog instruksional antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan
dirinya sendirinya.
Agar efektif dalam umpan balik, maka ada kesanggupan siswa untuk dapat menunjukkan
penguasaannya atas berbagai tujuan pembelajarannya. Fakta tentang kinerja yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Guru harus dapat memberikan bimbingan kepada setiap siswa
tentang bagaimana melakukan perbaikan. Umpan balik bukanlah tentang pemberian pujian
atau celaan, persetujuan atau ketidaksetujuan, tetapi sebagai usaha untuk memberikan nilai
atau makna (Grant Wiggin).
Umpan balik pada dasarnya bersifat netral yang menggambarkan apa yang telah dilakukan
dan tidak dilakukan siswa. Selain itu, bahwa umpan balik juga harus bersifat obyektif,
deskriptif dan disampaikan pada waktu yang tepat yakni pada saat tujuan pembelajaran
masih segar dalam benak siswa.
Dengan demikian, ada dua hal yang perlu dilakukan dalam pembelajaran jarak jauh pada
kegiatan umpan balik, guru sebaiknya memberi komentar langsung bersifat kualitatif saat
anak mengirim hasil tugasnya melalui WAG, messenger, postingan FB atau yang lainnya.
Guru juga membuat sebuah format tentang "Daftar Kriteria Keberhasilan". Dalam daftar
tersebut, guru dapat memberikan tanda + (plus) untuk menunjukkan tentang kriteria yang
telah berhasil dipenuhi siswa dan memberikan catatan tertentu untuk yang belum
dipenuhinya.
 

Daftar Pustaka
 Hasri, Salfen. 2009. Sekolah Efektif dan Guru Efektif. Yogyakarta: Aditya Media
Printing and Publising. 
 Nawawi, Hadari. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai
Lembaga Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung. 
 Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan
Evaluatif. Jakarta: Rajawali Pers.
 Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta. 
 Suhardan, Dadang et.all. 2009. Manajemen Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
 Sulistiyirini. 2006. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: Lembaga Kajian
Agama dan Filsafat/Elkaf.
 Wijaya, Cece dan Rusyan, A. Tabrani. 1994. Kemampuan Dasar Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
 Mudasir. 2011. Manajemen Kelas. Yogyakarta: Zanafa Publishing.
 Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosyda
Karya.
 Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta. 
 Ametembun, N.A. 2004. Sistem Manajemen Kelas-Kelas Modern Jilid II –
Manajemen PerilakuMurid.
 Bandung: Suri Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remeja
Rosdakarya
 Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar .
Bandung:
 PT. Refika Aditama Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai