Anda di halaman 1dari 25

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Kata disiplin sudah bukan kata yang asing dalam kehidupan. Disiplin

menurut Aritonang sebagaimana yang dikutib oleh Barnawi dan Mohammad

Arifin adalah “Kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak

melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai atau yang bertentangan dengan

sesuatu yang telah ditetapkan”.1

Disiplin juga diartikan sebagai kemampuan diri untuk taat, patuh dan

berkomitmen untuk sesuai dengan apa yang dipandang baik dan benar dalam

konstruksi sosial, budaya dan hukum.2

Cece Wijaya dan Tabrosyi Rusyan berpendapat “disiplin adalah sesuatu

yang terletak di dalam hati dan dalam jiwa seseorang, yang memberikan

dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu sebagaimana

yang ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku”.3

Hanafi Anshari juga mengatakan “disiplin adalah kesadaran dan

keinsyafan mematuhi peraturan – peraturan dan larangan – larangan yang ada

1
Barnawi dan Mohammad Arifin, Instrumen Pembinaan, Peningkatan dan Penilaian Kinerja Guru
Profesional (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012),110.
2
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), 111.
3
CeCe Wijaya dan Tabrosyi Rusyam, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar
(Bandung: Remaja Rosada Karya, 1992), 8.

9
10

terhadap sesuatu hal, karena mengerti betul tentang perintah dan larangan

tersebut”.4

Dari uraian para ahli tersebut maka dapat disimpulkan disiplin adalah

suatu sikap yang dilakukan sesorang dalam rangka mentaati peraturan atau

hukum yang berlaku, baik ia memahami maksud dari peraturan tersebut

ataupun tidak.

2. Tujuan Disiplin

Secara umum tujuan disiplin adalah menjamin adanya pengendalian dan

penyatuan tekad, sikap dan tingkah laku demi kelancaran pelaksanaan tugas

serta tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam kaitan tersebut, Conny

R. Semiawan mengatakan, “tujuan disiplin bukan untuk melarang kebebasan

atau mengadakan penekanan, melainkan memberikan kebebasan dalam batas

kemampuannya untuk ia kelola”.5

Tujuan dari penerapan disiplin menurut Sinambela, sebagaimana yang

dikutib oleh Barnawi dan Mohammad Arifin ada dua tujuan, yaitu tujuan

korektif dan tujuan preventif.6

a. Disiplin korektif adalah upaya penerapan disiplin kepada siswa yang telah

terbukti melakukan pelanggaran atas peraturan atau tidak memenuhi

standart yang telah ditetapkan dan kepadanya dikenakan sanksi secara

bertahap. Sedangkan tujuan dari disiplin korektif adalah untuk memberikan

koreksi atas perilaku siswa apakah sudah sesuai aturan atau belum.

4
Hanafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), 66.
5
Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak (Jakarta: Index, 2008), 93.
6
Ibid., 114-115.
11

b. Disiplin preventif adalah upaya menggerakkan siswa untuk mematuhi

peraturan yang telah ditapkan sekolah. Sedangkan tujuannya ialah untuk

mencegah siswa untuk melakukan pelanggaran.

Selanjutnya menurut Maman Rachman, seperti dikutip Tulus Tu’u

menyebutkan tentang tujuan disiplin bagi para siswa sebagai berikut :

1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak


menyimpang.
2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
3) Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik
terhadap lingkungannya.
4) Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan
individu lainnya.
5) Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
6) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
7) Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik,
positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
8) Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan
lingkungannya.7

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa tujuan dari penerapan disiplin adalah untuk mengontrol dan mengatur

tingkah laku seseorang agar sesuai dengan aturan atau nilai yang berlaku,

dengan harapan agar tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

dapat dilaksanakan dengan baik dan maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

3. Unsur – unsur Disiplin

Dalam disiplin terdapat unsur-unsur yang meliputi pedoman perilaku,

peraturan yang konsisten, hukuman dan penghargaan.8 Dalam penerapannya,

disiplin harus memiliki unsur-unsur pokok di dalamnya, yaitu :

7
Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta: Grasindo, 2004), 35-36.
8
Ibid., 110.
12

a. Peraturan yaitu suatu pola yang ditetapkan untuk mengatur tingkah laku.

Yang tujuannya untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang

disetujui dalam situasi tertentu.

b. Hukuman yaitu menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu

kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.

Dalam hal ini hukuman mempunyai tuga fungsi, yaitu untuk menghalangi,

mendidik dan memotivasi. Sehingga dalam penerapannya harus

memerhatikan syarat-syarat sebagai berikut :

1) Pemberian hukuman harus atas dasar kasih sayang guru kepada


peserta didiknya..
2) Harus didasarkan pada dasar keharusan
3) Harus menimbulkan kesan di hati anak
4) Harus menimbulkan penyesalan di hati peserta didik
5) Diikuti dengan pemberian maaf, harapan dan kepercayaan
6) Menanduk makna edukasi
7) Merupakan solusi terakhir dari beberapa metode dan pendekatan
yang ada9

c. Penghargaan yaitu suatu janji akan suatu imbalan tertentu yang digunakan

untuk membuat orang berbuat sesuatu. Fungsi dari pemberian penghargaan

adalah sebagai nilai mendidik, memotivasi dan untuk memperkuat perilaku

yang disetujui secara sosial.

d. Konsistensi yaitu tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi

memungkinkan sesorang menghadapi kebutuhan perkembangan yang

berubah dalam waktu yang bersamaan.10

9
Binti Maunah, Metodologi Pembelajara Agama Islam (Yogyakarta: Teras, 2009), 113 – 114.
10
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1978), 84.
13

4. Indikator Disiplin

Agar kedisiplinan siswa tetap terkendali dengan maksud agar mutu

pendidikan tetap terjaga dengan baik maka dalam hal ini perlu dilakukan

pembinaan. Beberapa indikator agar disiplin dapat dibina dan dilaksanakan

dalam proses pembelajaran, yaitu :

1) Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik bagi guru maupun bagi siswa,

karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan yang harus

ditaati, seperti :

a. Patuh terhadap aturan sekolah lembaga pendidikn

b. Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah atau suatu

lembaga pendidikan tertentu....

c. Tidak membangkang pada peraturan yang berlaku, baik bagi para

pendidik maupun peserta didik....

d. Tidak suka berbohong

e. Tingkah laku yang menyenangkan rajin dalam kegiatan belajar-mengajar

f. Tidak suka malas dalam kegiatan belajar-mengajar

g. Tepat waktu dalam kegiatan belajar-mengajar

h. Tidak pernah keluar dalam kegiatan belajar-mengajar

i. Tidak menyuruh orang untuk bekerja demi dirinya

j. Tidak suka membolos dalam kegiatan belajar-mengajar

2) Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku :

a. Menerima, menganalisis dan mengkaji berbagai pembaharuan pendidikan


14

b. Berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pendidikan yang

ada

c. Tidak membuat keributan dalam kelas

d. Membantu kelancaran proses belajar-mengajar

3) Menguasai diri dan intropeksi11

Dalam hal ini seseorang harus mampu menguasai diri. Menguasai diri

berarti kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan

dirinya, baik yang berupa ucapan dan perbuatannya harus sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Sedangkan intropeksi disini dapat diartikan sebagai

kemampuan seseorang untuk menyadari dan menilai dirinya sendiri.

5. Langkah – langkah Menanamkan Disiplin

Disiplin berarti kesediaan untuk mematuhi peraturan dan larangan.

Kepatuhan di sini bukan hanya patuh karena adanya tekanan dari luar,

melainnya kepatuhan yan didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan

pentingnya peraturan dan laranan tersebut dibuat. Sebenarnya seluruh alat

pendidikan adalah untuk menumbuhkan rasa disiplin pada anak. Disiplin harus

ditanamkan di hati anak – anak. Sehingga akhirnya disiplin itu akan tumbuh

dari hati sanubari anak itu sendiri. Adapun langkah – langkah untuk

menanamkan disiplin pada anak ada empat langkah, yaitu dengan pembiasaan,

contoh dan tauladan, penyadaran dan pengawasan.12

11
CeCe Wijaya dan Tabrosyi Rusyam, Kemampuan Dasar Guru.,8-9.
12
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu – Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), 143-
144.
15

a) Dengan Pembiasaan

Anak harus dibiasakan untuk melakukan hal apapun dengan baik, tertib dan

teratur. Maksudnya disini dalam mengerjakan suatu pekerjaan apapun harus

dilaksanakan dengan sebaik mungkin dan sesuai dengan waktu yan

dijadwalkan. Berawal dari pembiasaan akan membentuk sebuah karakter

pada anak, tentunya jika sudah terbiasa untuk melakukan sesuatu meskipun

tanpa disuruh anak akan dengan sendirinya melaksanakannya. Dengan

demikian akan membantu membentuk pripadi yang selalu disiplin.

b) Dengan Contoh dan Tauladan

Dalam hal ini para pendidik, guru dan orangtua harus menjadi contoh dan

tauladan yan utama bagi anak. Karena merekalah seorang figur yang

pertama dipercaya oleh anak. Pendidik, guru dan orangtua jangan hanya

berupaya membiasakan suatu hal kepada anak sedangkan dirinya tidak bisa

melakukannya. Hal ini akan membuat anak merasa bahwa apa yang

dibiasakan kepadanya merupakan sebuah paksaan dan tentunya akan sulit

menjadikan disiplin itu tumbuh dengan sendirinya dalam dirinya.

c) Dengan Penyadaran

Disamping dengan adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan

tauladan, maka pada anak yang sudah mulai kritis pikirannya sedikit demi

sedikit harus mulai diberi penjelasan tentang pentingnya peraturan diadakan.

Anak harus menyadari nilai dan fungsi dari peraturan – peraturan itu, dan

apabila kesadaran itu telah timbul maka disiplin akan tumbuh dalam dirinya.
16

d) Dengan Pengawasan

Setelah melaksanakan tiga tersebut, pengawasan juga langkah perlu untuk

dilakukan. Mengingat bahwa di mana ada kesempatan, seorang anak pasti

kecenderungan akan berbuat sesuatu yang bertentangan dengan peraturan.

Oleh karenanya pengawasan harus dilakukan dengan terus menerus terlebih

dalam situasi yan memberi kemungkinan. Namun bagi anak yang sudah

besar, pengawasan harus diperlonggar. Sehingga pengawasan disini bersifat

tut wuri handayani. Karenya pada dasarnya pengawasan bertujuan untuk

menjaga dan mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Selain langkah-langkah tersebut masih ada beberapa langkah untuk

mengembangkan disiplin yang baik kepada siswa :

1) Perencanaan. Ini meliputi membuat aturan dan prosedur dan


menentukan konsekuensi untuk aturan yang dilanggar
2) Mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan
3) Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua
kejadian. Hal ini menuntut guru untuk dapat mempertahankan
disiplin dan komunikasi yang baik.
4) Merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul13

Selanjutnya menurut Reisman dan Payne, seperti yang dikutip E.


Mulyasa strategi yang dapat diterapkan untuk menanamkan disiplin adalah
sebagai berikut :
a) Konsep diri, strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri
peserta didik merupakan faktor penting dari setiap perilaku.
b) Keterampilan berkomunikasi, guru harus memiliki keterampilan
komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan
mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.
c) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami, guru disarankan
menunjukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga
membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya, dan
memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang
salah.

13
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2002), 303.
17

d) Klarifikasi nilai, strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik


dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan
membentuk sistem nilainya sendiri.
e) Analisis transaksional, guru disarankan bersikap dewasa, apabila
berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.
f) Terapi realitas, guru perlu bersikap positif dan bertanggung-jawab
terhadap seluruh kegiatan di sekolah, dan melibatkan peserta didik
secara optimal dalam pembelajaran.
g) Disiplin yang terintegrasi, guru harus mampu mengendalikan,
mengembangkan dan mempertahankan peraturan, dan tata tertib
sekolah.
h) Modifikasi perilaku, guru harus menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif, yang dapat memodifikasi perilaku peserta didik.
i) Tantangan bagi disiplin, guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas
dalam mengendalikan disiplin peserta didik.14

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa banyak cara yang dapat

dilakukan untuk menerapkan disiplin pada anak. Dalam pelaksanaannya yang

terpenting adalah pemberitahuan, pengarahan, bimbingan dan yang terakhir

harus dievaluasi. Apapun metode yang digunakan apabila diterapkan dengan

baik pasti hasilnya akan baik dan sesuai yang diharapkan pula.

B. Tinjauan tentang Guru PAI (Pendidikan Agam Islam)

1. Pengertian Guru PAI

a. Guru

Secara umum, pendidik adalah mereka yang memiliki tanggung

jawab untuk mendidik.15 Mereka adalah orang dewasa yang bertanggung

jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam

14
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009),124-125.
15
Usman, Filsafat Pendidikan Kajian Filosofis Pendidikan Nahdlatul Wathan di Lombok
(Yogyakarta: Teras, 2010), 144.
18

perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, serta

mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah.

Menurut Hery Noer Ali “guru adalah orang yang menyediakan atau

mempersiapkan dirinya sebagai pendidik profesional dalam mengemban

amanat pendidikan”.16

Sedangkan guru dalam pendidikan islam sering disebut sebagai :

a) Ustadz, bermakna bahwa seorang guru dituntut untuk profesional


dalam mengemban tugas.
b) Mu’allim, bermakna seorang guru harus mampu menjelaskan
ilmu pengetahuan yang diajarkannya, menjelaskan dimensi
teoritis dan praktisnya serta membangkitkan siswa untuk
mengamalkannya.
c) Murabby, guru bertugas untuk mendidik dan menyiapkan peserta
didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara
hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi
dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
d) Mursyid,guru sebagi panutan dan teladan bahkan konsultan bagi
peserta didiknya.
e) Mudarris, guru bertugas untuk mencerdaskan peserta didik,
menghilangkan ketidaktahuan, memberantas kebodohan dan
melatih ketrampilan sesuai bakat, minat dan kemampuannya.
f)Mu’addib, berartiorang yang beradap sekaligus memiliki peran dan
fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas di masa
depan.17

b. PAI (Pendidikan Agama Islam)

Pada hakikatnya semua pendidikan bertujuan unduk mencerdaskan

kehidupan masyarakat, guna mendapatkan kehidupan yan lebih baik.

Dengan pendidikan pengetahuan manusia akan diasah, sehingga

menjadikannya makhluk yang lebih berguna dan terarah. Sebagaimana yang

tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Bab II Pasal 3 sebagai berikut :

16
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1999), 94.
17
Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), 63.
19

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.18

Selanjutnya Samsul Nizar juga menjelaskan bahwa “pendidikan

islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang dapat

mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi islam”.19

Sedangkan menurut Muhaimin pendidikan agama islam merupakan

salah satu bagian dari pendidikan islam. Istilah pendidikan islam dapat

dipahami dalam beberapa perspektif yaitu:

1) Pendidikan menurut islam atau pendidikan berdasarkan islam,


yaitu pendidikan yang dikembangkan serta di susun dari ajaran
dan nilai-nilai yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu al-
qur’an dan al-sunnah.
2) Pendidikan ke-islaman atau pendidikan agama islam, yaitu upaya
mengajarkan agama islam dan nilai-nilai agar menjadi pandangan
hidup yang diwujudkan dalam sikap dan dikembangkan dalam
keterampilan hidupnya sehari-hari.
3) Pendidikan dalam islam atau proses dan praktik yaitu
penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang
dalam sejarah umat islam. Artinya pendidikan islam dapat
dipahami sebagai proses pembudayaan dan pewarisan ajaran
agama, budaya dan peradaban umat islam.20

Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peerta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

mengimani agama islam serta bertaqwa dan berakhlak mulia dalam

18
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 (Jakarta: Absolut, 2003 ), 12.
19
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta
Ciputat Pers, 2002), 32.
20
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 7-8.
20

menjalankan ajaran agama islam dari sumber utamanya Al Qur’an dan

Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengunaan

pengalaman.

c. Guru PAI (Pendidikan Agama Islam)

Menurut Muhaimin pengertian guru Pendidikan Agama Islam, yaitu :

Orang yang menguasai ilmu pengetahuan (agama islam) sekaligus


melakukan transfer ilmu pengetahuan (agama islam), internaisasi
secara alamiah (implementasi), maupun menyiapkan peserta didik
agar dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan daya kreasinya
untuk kemaslakhatan diri dan masyarakanya, mampu menjadi model
atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik,
memiliki kepekaan informasi, intelektual dan moral spiritual, serta
mampu mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik,
dan mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab
dalam membangun peradapan yang diridhoi Allah.21

Dari beberapa uraian tentang guru dan Pendidikan Agama Islam

tersebut dapat disimpulkan bahwa guru PAI adalah seorang yang

mempunyai keahlian di bidang pendidikan khususnya PAI yang bertugas

untuk mencerdaskan peserta didik dengan segala ilmu pengetahuan,

sekaligus mempunyai peran dan fungsi untuk membangun masa depan yang

gemilang dengan menjadikan Al Qur’an dan Hadis sebagai sumber dasar

keilmuanya.

2. Syarat Menjadi Guru

Persyaratan menjadi guru pada umumnya, yaitu berkualifikasi sarjana

dan memiliki sertifikat pendidik. Syarat – syarat tersebut dapat dijabarkan

secara lebih rinci, yaitu sebagai berikut :

21
Ibid., 51.
21

a. Berpendidikan

Yang dimaksud berpendidikan disini adalah memiliki ijazah yang dapat

memberikan wewenang untuk menjalankan tugas sebagai seorang guru

(pendidik) di suatu lembaga pendidikan tertentu.

b. Sehat Rohani dan Jasmani

Kesehatan jasmani dan rohani merupakan syarat mutlak untuk menjadi

seorang guru. Hal ini karena, kesehatan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi seseorang agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik,

jika kesehatannya terganggu tentu tugas yang diembannya akan sulit untuk

dipertanggung jawabkan.

c. Bertaqwa kepada Allah swt.

Sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia yang bertaqwa

kepada Allah swt., maka sudah selayaknya guru sebagai pendidik harus

dapat menjadi contoh dalam melaksanakan ibadah dan berperilaku yang

baik.

d. Bertanggung Jawab

Tugas dan peran guru sebagai seorang pendidik dan dipercaya sebagai

pengganti orang tua di sekolah, sudah semestinya guru harus dapat

mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya.

e. Guru Indonesia harus Berjiwa Nasional

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang mempunyai bahasa

dan adat istiadat yang berbeda. Untuk menanamkan jiwa kebangsaan,


22

merupakan tugas utama dari seorang guru, karena itulah guru harus terlebih

dahulu berjiwa nasional.22

Syarat – syarat tersebut adalah syarat umum guru sebagai pendidik

profesional. Selain syarat tersebut masih banyak lagi syarat yang harus dimiliki

guru jika menghendaki profesi yang dimilikinya mendapatkan hasil yang lebih

baik. Sikap atau perilaku baik yang hendaknya ada pada guru adalah sebagai

berikut :

1) Adil

Seorang guru harus mampu bersikap adil dalam memperlakukan anak

didiknya. Guru tidak boleh membedakan anak didiknya hanya karena

melihat kelebihan dan kekurangannya saja, akan tetapi guru harus bisa

berlaku adil terlebih dari segi sikap yang kemungkinan bisa dinilai langsung

oleh anak didik. Misalnya saja dalam memberikan nilai dan hukuman.

2) Percaya dan Menyukai Siswa-siswanya

Seorang guru harus percaya kepada anak didiknya. Ini berarti guru harus

mengakui bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan,

mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatan buruk

yang telah dilakukan dan mencegah kemauan untuk berbuat buruk lagi.

Seorang guru juga harus mencintai siswa-siswanya. Kata cinta yang

dimaksud disini adalah perasaan sayang secara profesional yang dimiliki

seorang guru terhadap anak didiknya bukan dalam artian yang lain.

22
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 29.
23

3) Sabar dan Rela Berkorban

Sifat sabar perlu dimiliki oleh seorang guru, baik dalam melaksanakan tugas

mendidik maupun dalam menanti hasil jerih payahnya. Hasil pekerjaan tiap-

tiap guru dalam mendidik seorang anak tidak dapat ditunjukkan dan dilihat

dengan seketika. Akan tetapi dalam menjalani semua itu diperlukan

kesabaran dan pengorbanan dari guru sendiri.

4) Berwibawa

Sifat wibawa ini sangat diperlukan oleh guru agar dapat melaksanakan

tugasnya dengan lebih baik. Hal ini karena dengan wibawa seorang anak

didik akan percaya dengan apa yang kita tuturkan, terlebih lagi sebagai

seorang guru hendaknya berperilaku sesuai apa yang dituturkannya,

sehingga tidak akan timbul keraguan dalam diri siswa terhadap apa yang

dituturkan oleh guru tersebut.

5) Penggembira

Seorang guru harus memberikan swasana yang nyaman dan menyenangkan.

Hal ini karena akan menimbulkan semangat dalam hati peserta didik untuk

bisa mengikuti pelajaran yang hendak diajarkannya. Sebaliknya, jika guru

tidak bisa memancarkan rasa gembira dalam dirinya, peserta didik pasti

akan merasa bosan dan tidak semangat dalam proses pembelajaran.

6) Bersikap Baik dengan Sesama Guru Lainnya

Hal ini sangat penting, karena guru yang lain adalah patner kerja dalam

pendidik untuk mendidik peserta didik, demi mencapai tujuan dalam

pendidikan.
24

7) Menguasai Mata Pelajaran

Seorang guru harus menguasai materi yang disampaikannya. Hal ini karena

tugas pokok seorang guru adalah menyampaikan ilmu pengetahuan dan

mengajarkannya pada anak didiknya. Dengan demikian apabila seorang

guru tidak menguasai materi peljaran akan timbul suatu pertanyaan tentang

profesi yang disandangnya.

8) Berpengetahuan Luas23

Seorang guru harus berpengetahuan luas. Hal ini sebagai penunjang untuk

dapat menyapaikan materi dan mencapai tujuan yang hendak dicapai. Karna

pada dasarnya guru merupakan jembatan dari ilmu pengetahuan itu sendiri.

Selain syarat-syarat tersebut, guru PAI juga harus memiliki syarat

sebagai berikut :

a) Tentang umur, harus sudah dewasa

Tugas utama guru yaitu sebagai pendidik. Oleh karenanya kesiapan umur

sangat diperhitungkan. Seorang guru selain harus mampu menyampaikan

pelajaran juga harus mampu mengenali karakteristik peserta didik dengan

sangat baik. Dengan demikian kedewasaan guru akan sangat membantu

dalam kegiatan pembelajaran.

b) Kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani

Kesehatan merupakan faktor utama dalam kegiatan pembelajaran.

Karena agar dapat menyampaikan materi, seorang guru yang tidak sehat

23
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998), 143-148.
25

baik dari segi jasmani atau rohani akan mengalami kendala, sehingga

materi yang hendak disampaikan tidak bisa maksimal.

c) Keahlian, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai

ilmu mendidik (termasuk ilmu mengajar)

Keahlian adalah hal yang penting dalam sebuah pendidikan. Seoran guru

harus mempunyai keahlian di bidangnya, agar materi yang disampaikan

mudah diterima oleh peserta didik dengan baik.

d) Harus berkepribadian muslim

Guru PAI harus seorang muslim, karena jika gurunya non muslim tentu

nilai-nilai agama yang diajarkannya akan berbeda dengan syari’at

islam.24

3. Tugas Guru

Guru sebagai seorang pendidik yang tugas utama adalah mengajar,

membimbing dan melatih, juga mempunyai tugas-tugas yang lainnya. Menurut

Depdikbud seperti yang dikutip oleh Hamid Darmadi tugas guru dibagi

menjadi tiga, yaitu :

a. Tugas profesional, yaitu mendidik dala rangka menyumbangkan


kepribadian, mengajar dalam rangka menyumbangkan kemampuan
berfikir, kecerdasan dan ketrampilan dalam rangka membina
ketrampilan.
b. Tugas manusiawi, yaitu membina anak didik dalam rangka
meningkatkan dan mengembankan martabat diri sendiri, kemampuan
manusia yang optimal serta pribadi yang mandiri
c. Tuga kemasyarakatan, yaitu dalam rangka mengembangkan
terbentuknya manusia Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.25

24
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 127 – 128.
25
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan dan Konsep Implementasi) (Bandung:
Alfabeta, 2013), 56.
26

Ahmad D. Marimba juga menjelaskan bahwa seorang guru mempunyai

tugas yang lain, yaitu sebagai berikut:

a. Guru dalam mengajarkan pelajaran harus dapat dipahami, dihayati,


serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik
bahkan mencerminkan dan menyatu dalam pribadinya yang sedang
dijalaninya, sehingga makna keagamaan yang tertanam dalam
dirinya bisa mewarnai dari segi sikap dan perilaku peserta didik.
b. Guru seluruh penampilan pribadinya mengandung makna yang
islami, misalnya dalam tutur kata, sikapnya, cara pikirnya, berprilaku
sesuai dengan akidah akhlak dan bergaul dengan orang-orang baik
dan selalu mengingatkan apabila ada yang membuat tidak sesuai
dengan ajaran islam.
c. Guru mempunyai sifat penghayatan pada setiap peserta didik dan
orang-orang disekitarnya, sabar dalam setiap menghadapi tantangan,
harus mempunyai sifat pemaaf dantidak menjadi orang pendendam.
d. Guru harus mampu membantu memecahkan masalah atau persoalan
yang dihadapi oleh peserta didik baik itu bersifat individual maupun
pelajaran.
e. Guru harus memiliki kepribadian yang baik, tidak boleh terlalu galak
nanti peserta didik menjadi takut untuk berkonsultasi.26

Sedangkan menurut Ag. Soejono seperti yang dikutip oleh Ahmad

Tafsir, merinci bahwa tugas guru, yaitu :

1) Wajib menemukan pembawaan yang ada pada peserta didik dengan


berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan,
angket dan sebagainya.
2) Berusaha menolong peserta didik dalam mengembangakan
pembawaan yang lebih baik dan menekan perkembangan
pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
3) Memperlihatkan kepada peserta didik tugas orang dewasa dengan
cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian dan ketrampilan
agar anak didik dapat memilih untuk dirinya kelak dengan tepat.
4) Mengadakan evaluasi setia waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5) Memerikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui
kesulitan dalam mengembangkan potensinya.27

26
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996),103-104.
27
Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam.,126.
27

Selanjutnya dalam PP No. 74 Tahun 2008 sebagaimana yang kutib oleh

Sudarwan Danim, jabatan guru yang “murni guru” terdiri dari tiga jenis, yaitu

guru kelas, guru bidang studi dan guru mata pelajaran.28 Tugas masing-

masingnya adalah sebagai berikut :

a. Tugas Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran

Tugas guru kelas dan guru mata pelajaran pada dasarnya sama,

karena mereka sama-sama menyampaikan materi pembelajaran, yaitu :

pada dasarnya sama, yaitu :

1) Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan

2) Menyusun silabus pembelajaran

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran

5) Menyusun alat ukur / soal evaluasi sesuai mata pelajaran

6) Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran

kelasnya

7) Menganalisi hasil penilaian pembelajaran

8) Melaksanakan pembelajaran dan mengadakan perbaikan dengan

memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi

9) Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi

tanggungjawabnya

10) Menjadi pengawas dan penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil

belajar tingkat sekolah ataupun nasional.

28
Danim, Profesi Kependidikan., 51-52.
28

11) Membimbing guru pemula dalam program induksi.

12) Membimbing sisa dalam kegiatan ekstrakulikuler proses pembelajaran

13) Melaksanakan pengembangan diri

14) Melaksanakan publikasi ilmiah

15) Membuat karya inovatif

b. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling

a) Menyusun kurikulum bimbingan dan konseling

b) Menyusun silabus bimbingan dan konseling

c) Menyusun satuan layanan bimbingan dan konseling

d) Melaksanakan bimbingan dan konseling per semester

e) Menyusun alat ukur/lembar kerja bimbingan dan konseling

f) Mengevaluasi proses dan hasil bimbingan dan konseling

g) Menganalisi hasil bimbingan dan konseling

h) Melaksanakan pembelajaran/perbaikan tindak lanjut bimbingan dan

konseling dengan memanaatkan hasil evaluasi

i) Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil

belajar tingkat sekolah dan nasional

j) Membimbing guru pemula dengan program induksi

k) Membimbing sisa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran

l) Melaksanakan pengembangan diri

m) Melaksanakan publikasi ilmiah

n) Membuat karya inovatif


29

Selain melaksanakan kegiatan tersebut, guru juga dapat melaksanakan

tugas tambahan dan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi

sekolah/madrasah seperti menjadi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua

program keahlian, kepala laboratorium, ataupun dalam bidang lainnya.

Menurut Zakiah Daradjat tentang tugas yang diemban oleh guru agama

sangat berat, yaitu membina pribadi anak yang berakhlakul karimah disamping

mengajarkan ilmu pengetahuan agama.29

Dengan demikian, tugas guru agama bisa dikatakan jauh lebih berat jika

dibandingkan dengan guru mata pelajaran lainnya. Hal ini karena tugas guru

PAI selain menyampaikan materi agama juga harus mampu untuk memberikan

pembinaan pribadi anak, agar anak menjadi taat terhadap ketetapan agama

sesuai ajaran islam yang telah diterimanya. Selain itu guru juga harus bisa

memperbaiki pendidikan agama yang salah dan terlanjur diterima oleh anak,

baik dalam keluarga, teman sebaya ataupun masyarakat sekitar. Sehingga guru

harus memahami benar karakter dari peserta didik dan menyesuaikan dengan

perkembangan zaman.

4. Peran Guru

Peran Guru dapat diartikan sebagai keseluruhan tingkah laku yang

harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Guru

adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik

29
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), 77.
30

dalam proses pembelajaran. Selain mengemban tugas – tugas tersebut, guru

juga mempunyai peran yang multi fungsi, yaitu guru sebagai :

1) Korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan
yang buruk, menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku dan
perilaku peserta didik.
2) Inspirator, guru harus bisa memberikan petuntuk bagi peserta didik
bagaimana cara untuk belajar dan menyelesaikan masalahnya.
3) Informator, guru harus memberikan informasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, selain pengetahuan yang terprogram
dalam kurikulum.
4) Organisator, guru harus dapat mengelola kegiatan akademik,
menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan
sebagainya agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efisien dan
efektif.
5) Motifator, guru harus dapat memberikan dorongan bagi peserta
didik agar bergairah dan aktif belajar.
6) Inisiator, guru harus mampu menjadi pencetus ide-ide baru dalam
pendidikan dan pembelajaran.
7) Fasilitator, guru harus dapat menyediakan fasilitas yang dapat
menunjang dalam proses pembelajaran.
8) Konselor, guru diharapkan mampu membantu memecahkan segala
permasalah pada peserta didik agar proses pembelajaran dapat
berjalan lebih efektif.
9) Demonstrator, guru diharapkan dapat memperagakan materi dari
mata pelajaran tertentu yang perlu diperagakan, agar peserta didik
mampu menerima pelajaran sesuai tujuan pembelajaran.
10) Pengelola kelas, guru diharapkan mampu mengelola kelas dengan
baik agar proses pembelajaran bisa berlangsung dengan kondusif
dan siswa tetap bersemangat dalam belajar.
11) Mediator, guru diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media dan materi pelajaran, hal ini berguna
untuk membantu peserta didik saat mendapat permasalahan saat
belajar.
12) Supervisor, guru diharapkan dapat melihat, menilai, mengevaluasi
dan melakukan pengawasan terhadap peserta didik untuk
membantu peserta didik dalam proses pembelajaran.
13) Evaluator, guru dituntut mampu memberikan penilaian dengan baik
dan jujur yang meliputi aspek ekstrinsik dan intrinsik pada diri
peserta didik.30

30
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), 43 – 48.
31

Hal yang senada juga disampaikan oleh Muchtar, bahwa sebagai

pelaksana pendidikan guru juga berperan sebagai :

a. Guru sebagai Pembimbing

Peran ini sangat berkaitan dengan praktik keseharian. Hal ini karena

dalam prakteknya, guru bertindak untuk mengarahkan dan membimbing

siswanya untuk melakukan hal yang seharusnya. Untuk dapat melaksanakan

perannya sebagai pembimbing, guru harus mampu memperlakukan siswa

dengan menghormati dan menyayanginya dengan sepantasnya.

b. Guru sebagai Model (uswah)

Sebagai seorang pendidik, guru adalah model bagi siswa terutama

pada saat pembelajaan. Setiap kata dan sikap pasti diamati oleh siswa yang

akan melekat di benaknya sampai kapanpun. Bahkan guru bisa dikatakan

sebagai figur yang ucapan dan tindakanya cenderung ditirukan oleh

siswanya sebagai teladan dalam bertindak. Oleh karenya penting bagi setiap

guru terlebih guru PAI untuk lebih memperhatikan apa yang hendak

disampaikan dan dilakukan. Jika seorang guru mampu memberikan teladan

yang baik, tiak menutup kemungkinan siswa akan segan dan lebih

menghormatinya. Dengan demikian, siswa akan mendapatkan pelajaran

yang baik dari yang telah dicontohkan oleh guru.

c. Guru sebagai Penasehat

Seorang guru tidak hanya dituntut untuk dapat membimbing dan

memberi taulaan yang baik, akan tetapi guru juga harus bisa memberi

nasehat yang baik kepada siswa. Nasehat yang diberikan guru haruslah
32

mempertimbangkan bagaimana karakter dari siswanya terlebih dahulu.

Namun demikian, nasehat ini sangat baik diberikan bagi siswa terutama bagi

siswa yang memang membutuhkannya, baik diminta atau tidak.31

Selain mengemban peran tersebut, dalam hubungannya dengan aktivitas

pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai berikut :

a) Penambil inisiatif, pengarah dan penilai aktivitas pendidikan dan


pembelajaran.
b) Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai
pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
c) Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya.
d) Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar siswa melaksanakan
disiplin.
e) Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab
agar pendidikan berlangsung dengan baik.
f) Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan siswa sebagai generasi muda yang akan
menjadi pewaris masa depan.
g) Penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk
menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada masyarakat.32

Sedangkan sebagai penganut fungsionalis guru harus berperan sebagai :

1. Mendorong kesetiaan dan tanggungjawab siswa ketika hidup dalam


lingkungan kelompok.
2. Memperkuat kesadaran siswa dalam membangun kesetiaannya
terhadap cita-cita dan nilai-nilai kelompok, bersedia mendahulukan
kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. Guru harus
bekerja meresosialisasi siswa yang dengan pengalaman sebelumnya
membentuk dirinya menjadi orang yang mengedepankan pandangan
kelompok bukan kepentingan keloktif.
3. Mengembangkan dan mematangkan skill yang dimiliki oleh sisa
sesuai yang dibutuhkan masyarakat, da yang diperlukan oleh siswa
sendiri untuk bersaing secara ketat di tengah kehidupan
masyarakat.33

31
Muchtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Misaka Gazila, 2004), 93-96.
32
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru
(Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2014), 28.
33
Zainudin Malik, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2008), 133.
33

Selanjutnya menurut Surya yang dikutip oleh Jamil Suprihatiningrum

mengatakan bahwa :

Di sekolah guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola


pembelajaran, penilai hasil belajar siswa, pengarah pembelajaran dan
pembimbing siswa. Di dalam keluarga guru berperan sebagai pendidik
dalam keluarga. Sementara di masyarakat guru berperan sebagai
pembina masyarakat, penemu masyarakat dan agen masyakat. 34

Selain itu menurut Mahmud Yunus, sebagaimana yang dikutip oleh

Zainuddin, memberikan gambaran tentang pentingnya peran guru dalam

masyarakat, yaitu sebagai berikut :

Guru mempunai tugas yang penting sekali, yaitu mengembangkan ilmu


pengetahuan dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Sekolah adalah
sumber dari setiap perbuatan dan guru yang ikhlas dapat mengangkat
derajat umat, sehingga akan setara dengan bangsa-bangsa yang maju.
Gurulah yang menanamkan adat istiadat dalam jiwa murid-murid.
Gurulah yang memasukkan pendidikan akhlak dan keagamaan dalam
hati sanubari anak-anak. Bahkan gurulah yang memberikan pendidikan
kemasyarakatan dan cinta tanah air kepada murid-murid. Oleh sebab
itu, maka guru mempunyai kesempatan yang sangat besar untuk dapat
memperbaiki ketidaksesuaian nilai-nilai dalam masyarakat.35

Dari uraian yang telah dijabarkan tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa peran guru itu sangatlah kompleks, mulai dari ketika di rumah, di

sekolah dan di masyarakat. Di semua tempat guru mempunyai peran tersendiri

selain tugas dan kewajiban yang diembannya. Oleh sebab itu setiap guru harus

menyadari tentang tugas, tanggungjawab dan peran yang harus

dilaksanakannya.

34
Suprihatiningrum, Guru Profesional., 27-28.
35
Malik, Sosiologi Pendidikan., 33.

Anda mungkin juga menyukai