Anda di halaman 1dari 13

A.

LATAR BELAKANG

Proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar dan sesuai target, haruslah
direncanakan, ditargetkan, dilaksanakan rancangan awal, dan evaluasi berkala. Salah satu
kegiatan yang tak kalah penting dalam kegiatan manajemen peserta didik adalah membina
kedisiplinan peserta didik. Guru sebagai manajer kelas dituntut pula untuk memiliki
keterampilan dalam membina kedisipinan peserta didik tersebut.

Aturan merupakan batas-batas yang diciptakan untuk mengatur manusia agar berjalan
sesuai jalur dan tak keluar dari norma juga batas tertentu, selain itu peraturan merupakan
jalan tercepat menuju target yang sudah dipatok di awal perjalanan. Aturan pun tak akan
berjalan tanpa kedisiplinan. Disiplin berkaitan pula dengan motivasi, karena dengan disiplin
anak terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Disamping itu diartikan
sebagai kontrol karena dalam penerapan disiplin banyak berpegang dalam aturan-aturan
untuk menilai perilaku anak. Itulah sebabnya kedisiplinan peserta didik di dalam kelas
menjadi hal yang penting dalam menciptakan perilaku peserta didik yang tidak menyimpang
dari ketertiban kelas.

Drs. Karyadi memberi alasan mengapa penanaman disiplin sangat perlu dikarenakan
“Mayoritas wali murid MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini adalan petani – buruh tani
sehingga kebanyakan anak-anak di dalam keluarganya nilai kedisiplin-an masih kurang.
Dari hal tersebut maka kami selaku pengajar dan pendidik berusaha mengajarkan dan
menanamkan nilai disiplin kepada siswanya agar menjadi siswa yang baik yang sanggup
meneruskan perjuangan pahlawan sebagai generasi yang baik serta mampu mengemban
amanah.”1

1
hasil wawancara dengan Drs. Karyadi selaku kepala sekolah MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini pada Senin, 28
Desember 2020 pada 08.30 di ruang guru sekolah

1
2
LAPORAN HASIL

A. PENGERTIAN DISIPLIN PESERTA DIDIK


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan dengan tata tertib dan ketaatan
atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib. Kata disiplin sendiri sebenarnya berasal
dari bahasa Latin, yaitu disciplina dan discipulus yang berarti perintah dan peserta didik.
Jadi, peserta didik dapat dikatakan sebagai perintah seorang guru kepada peserta didiknya.
Kemudian dalam New World Dictionary, disiplin diartikan sebagai latihan untuk
mengendalikan diri, karakter, atau keadaan yang tertib dan efisien 2. Sementara Good’s
dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut3:

 Proses atau hasil pengamatan atau pengendalian keinginan, motivasi, atau kepentingan
guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif.

 Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif, dan diarahkan sendiri walaupun menghadapi
hambatan.

 Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah.

 Pengekangan dorongan dengan cara yang tidak nyaman bahkan menyakitkan

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa disiplin adalah suatu


keadaan dimana suatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada
suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung.

Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang
dimiliki oleh peserta didik disekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiridan terhadap
sekolah secara keseluruhan.

Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep
otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, peserta didik disekolah dikatakan mempunyai
disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru ketika sedang
mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap ada yang dikehendaki guru,
dan tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru bebas memberikan tekanan kepada
peserta didik, dan memang harus menekan peseerta didik. Dengan demikian, peserta didik
takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan guru.

2
Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang tua dan Guru dalam membentuk Kemandirian dan
Kedisipinan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 41.
3
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: PT Bumi Angkasa, 2012), 172

3
Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini,
peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah.
Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada peserta didik.
Peseerta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep permissive
ini merupakan antitesa dari konsep otoritarian. Keduanya sama-sama berada dalam kutub
ekstrim.

Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau
kebebasan yang bertanggungjawab. Penanaman disiplin demikian ini memberikan kebebasan
seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan
itu, haruslah ia tanggung. Karena ia yang menabur maka ia pula yang menuai. Konsep ini
merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive diatas.

Menurut konsep kebebasan terkendali ini, peserta didik memang diberi kebebasan, asal
yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan yang diberikan, sebab tidak ada
kebebasan mutlak didunia ini, termasuk di negara liberal sekalipun, ada batas-batas tertentu
yang harus diikuti oleh seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga
kehidupan bermasyarakat dalam setting sekolah. Bahkan pendamba kebebasan mutlak pun,
sebenarnya akan terbatasi oleh kebebasan itu sendiri.

Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan terbimbing. Terbimbing
karena dalam menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada hal-hal yang
konstuktif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif maka
dibimbing kembali ke arah yang konstruktif.

Drs. Karyadi selaku kepala sekolah MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini Sumuragung
Baureno Bojonegoro mengartikan disiplin peserta didik dengan “keselarasan anak didik
dengan hal-hal yang dijadikan aturan dan norma yang berlaku di sekolah.”4

Dari beberapa pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa disiplin peserta didik adalah
ketaatan peserta didik pada aturan dan norma yang ada di sekolah.

4
hasil wawancara dengan Drs. Karyadi selaku kepala sekolah MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini pada Senin, 28
Desember 2020 pada 08.30 di ruang guru sekolah

4
B. URGENSI ATAU ARTI PENTING PEMBINAAN DISIPLIN PESERTA DIDIK

Proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar dan sesuai target, haruslah
direncanakan, ditargetkan, dilaksanakan rancangan awal, dan evaluasi berkala. Salah satu
kegiatan yang tak kalah penting dalam kegiatan manajemen peserta didik adalah membina
kedisiplinan peserta didik. Guru sebagai manajer kelas dituntut pula untuk memiliki
keterampilan dalam membina kedisipinan peserta didik tersebut.

Aturan merupakan batas-batas yang diciptakan untuk mengatur manusia agar berjalan
sesuai jalur dan tak keluar dari norma juga batas tertentu, selain itu peraturan merupakan
jalan tercepat menuju target yang sudah dipatok di awal perjalanan. Aturan pun tak akan
berjalan tanpa kedisiplinan. Disiplin berkaitan pula dengan motivasi, karena dengan disiplin
anak terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Disamping itu diartikan
sebagai kontrol karena dalam penerapan disiplin banyak berpegang dalam aturan-aturan
untuk menilai perilaku anak.

Itulah sebabnya kedisiplinan peserta didik di dalam kelas menjadi hal yang penting dalam
menciptakan perilaku peserta didik yang tidak menyimpang dari ketertiban kelas.Dalam
membina kedisiplinan pada peserta didik di kelas, guru sebagai manajer kelas memiliki peran
untuk mengarahkan apa yang baik, menjadi teladan, sabar, dan penuh pengertian. Guru harus
mampu menumbuhkan kedisiplinan peserta didik, terutama disiplin diri. Untuk kepentingan
tersebut guru harus mampu melakukan hal-hal berikut:

 Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya.

 Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.

 Menggunakan pelaksanaan tata tertib kelas sebagai media untuk menegakkan disiplin

Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah,
menghormati, dan mematuhi otoritas. Dalam mendidik peserta didik perlu disiplin, tegas
dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang atau tidak boleh dilakukan.
Disiplin perlu dibina pada diri peserta didik agar mereka dengan mudah dapat:

 Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial secara mendalam dalam dirinya.

 Mengerti dengan segera untuk menjalankan apa yang menjadi kewajibannya dan secara
langsung mengerti larangan-larangan yang harus ditinggalkan.

 Mengerti dan dapat membedakan perilaku yang baik dan perilaku yang buruk.

 Belajar mngendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa adanya peringatan dari orang
lain.

Penanaman kedisiplinan pada peserta didik bertujuan agar target pendidikan yang dipatok
ketika awal tahun ajaran bisa tercapai dengan semaksimal mungkin. Belajar mengajar bukan
hanya proses pentransferan ilmu dari guru kemurid, dari buku ke murid. Namun proses
belajar mengajar di sekolah mempunyai arti yang mendalam yang lebih sakral yakni
5
menjadikan para peserta didik menjadi manusia yang berkualitas baik pikiran maupun hati
mereka, pikiran bisa diisi dengan keterangan dari buku, guru, maupun internet. Tapi hati
seorang peserta didik hanya bisa diisi dengan kehangatan hati seorang pendidik dengan
komunikasi dan bercengkrama setiap hari dalam lingkungan sekolah hingga timbul nurani
dalam hati yang bisa membedakan baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tidak tidak
pantas. Mengisi pikiran peserta didik merupakan tugas yang mudah, namun mengisi hati
peserta didik merupakan hal yang sulit dan tidak bisa dipaksakan begitu saja.

Dalam proses belajar mengajar di MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini Sumuragung Baureno Bojonegoro
para pendidik menerapkan beberapa hal, dlam wawancara kami, Drs. Krayadi menjelaskan “Dalam
proses penanaman nilai disiplin di MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini ini dilakukan dengan cara
pembiasaan yang disesuaikan dengan aturan yang ada. Setiap guru dan siswa melakukan
pembiasaan yang ada di sekolah ini. Beberapa bentuk penanaman disiplin dalam sekolah kami
sebagai berikut: Petugas piket datang terlebih dahulu, Berdoa sebelum dan sesudah belajar,
Bersalaman dengan guru ketika bertemu, dan Pendekatan guru kepada siswa agar bisa memberi
nasehat kedisiplinan secara lebih intens. Kami selaku pendidik berharap supaya siswa bisa lebih
disiplin dan tanggung jawab dan menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. Tujuan jangka
pendek: Datang tepat waktu ke sekolah, Berperilaku sopan santun. Tujuan jangka panjang:
Mempunyai akhlak yang baik, dari aturan yang dilaksanakan setiap hari berharap agar siswa di
kemudian hari bisa terbiasa hidup disiplin dan teratur. diharapkan agar peserta didik bisa
menjadi generasi penerus bangsa yang mampu mengemban dan membawa negara Indonesia
menuju Indonesia yang lebih adil, hukum yang tegas tidak runcing ke bawah dan tumpul ke atas.
Harapan segenap warga yang masih belum terpenuhi inilah yang membuat semangat api para
pengajar sekaligus pendidik berkobar untuk menanamkan kedisiplinan dan rasa keadilan agar
mendarah daging dalam sanubari para peserta didik. Karena generasi sekarang adalah
pemimpin di masa depan yang memegang kendali segenap negara beserta para warga yang
dinaunginya.”5

5
hasil wawancara dengan Drs. Karyadi selaku kepala sekolah MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini pada Senin, 28
Desember 2020 pada 08.30 di ruang guru sekolah

6
C. TEKNIK PEMBIANAAN DISIPLIN PESERTA DIDIK DAN PENERAPANNYA DI
MTS DAARUL ITTIHAAD AL-HUSAINI SUMURAGUNG BAURENO
BOJONEGORO
Berdasarkan ketiga konsep disiplin yang telah dibahas, yaitu konsep otoritarian, konsep
permissive, dan konsep terbimbing setidaknya terdapat tiga macam teknik pembinaan disiplin
peserta didik.6
Adapun dalam penanaman kedisiplinan di MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini Sumuragung
Baureno Bojonegoro “kami tidak memakai strategi apapun, hanya mengalir sesuai keadaan.
seperti agama islam yang berotasi pada nabi sebagai uswatun hasanah, di sekolah kami
peran guru sebagai contoh bagi para siswa sangat menentukan kedisiplinan siswa. Sudah
kita kenal istilah ‘guru kencing berdiri murid kencing berlari’ istilah ini kami terpakan agar
para guru sebagai tolok ukur dan panduan bagi siswa.”7

1. Teknik external control

Teknik external control merupakan suatu teknik yang mana disiplin peserta didik
haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Pesserta didik di dalam kelas senantiasa
terus diawasi dan dikonrol agar tidak terbawa dalam kegiatan-kegiatan destruktif dan
tidak produktif. Menurut teknik ini, peserta didik didalam kelas harus terus-menerus
didisiplinkan dan jika perlu ditakuti dengan hukuman dan hadiah. Hukuman diberikan
kepada peserta didik yang tidak disiplin di dalam kelas, sedangkan hadiah diberikan
kepada peserta didik yang disiplin di dalam kelas.

2. Teknik Internal control/Inner control


Teknik internal control merupakan kebalikan dari teknik external control. Teknik
internal control mengusahakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri di
dalam kelas. Dalam teknik ini, peserta didik sadar, ia akan mawas diri serta berusaha
mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik ini dikembangkan dengan baik, akan mempunyai
kekuatan yang lebih hebat dibandingkan teknik external control.
Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam membina dsiplin
peserta didiknya. Teknik ini menumbuhkan kepekaan/penyadaran akan tata tertib dari pada
akhirnya disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri (Self
Dicipline). Dengan kata lain peserta didik diharapkan dapat mengembangkan dirinya sendiri. 8

6
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk mencipkatan Kelas yang Kondusif. (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media, 2013), 162-164
7
hasil wawancara dengan Drs. Karyadi selaku kepala sekolah MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini pada Senin, 28 Desember
2020 pada 08.30 di ruang guru sekolah
8
Eka Prihatin. Manajemen Peserta Didik. (Bandung: Alfabeta, 2011), 96

7
Kunci sukses penerapan teknik ini adalah ada pada keteladanan guru dalam
berdisiplin, mulai dari disiplin waktu, disiplin mengajar, dll. Guru sebagai manajer kelas
tidak akan dapat mendisiplinkan peserta didiknya di dalam kelas jika guru sendiri tidak
berperilaku disiplin.

3. Teknik cooperative control

Dalam teknik cooperative control ini antara guru sebagai manajer kelas dengan
peserta didik harus saling bekerjasama dalam menegakkan disiplin di dalam kelas. Guru
dan peserta didik lazimnya membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-
aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama, sanksi-sanksi atas indisipliner
(ktidakdisiplinan) juga dibuat serta ditaati bersama. Kontrak perjanjian ini sangatlah
penting karena dengan cara demikian guru dan peserta didik dapat bekerjasama dengan
baik. Kerjasama tersebut akan membuat peserta didik dihargai.

Jika demikian, manakah teknik pembinaan disiplin kelas yang paling baik? Tentu
saja tidak ada yang paling baik karena setiap teknik.

pembiasaan disiplin kelas tersebut masing-masing memiliki berbagai kelebihan


dan kelemahan. Dalam penerapannya, guru sebagai manajer kelas dapat menggabungkan
teknik pembinaan tersebut secara efektif dengan melakukan hal-hal berikut ini:9

a) Guru mencontohkan perilaku yang tertib kepada peserta didiknya

Sebelum mendisiplinkan peserta didiknya, sebaiknys seorang guru


mendidiplinkan dirinya terlebih dahulu. Guru harus menunjukkan berbagai perilaku yang
tertib, baik di kelas, di lingkungan sekolah, maupun dilingkungan masyarakat. Dari
perilaku tersebut diharapkan guru dapat menjadi model bagi peseerta didiknya dalam
melaksanakan perilaku disiplin.

b) Guru memisahkan peserta didik dari perilakunya

Terkadang seorang peserta didik dengan sengaja berperilaku buruk hanya untuk
membuat jengkel gurunya da nada juga disebabkan ingin mendapatkan perhatian dari
gurunya. Perilaku yang buruk tersebut dapat disebabkan kekurang-dewasaannya,
ketidaksabarannya, frustasi, atau keingnannya tidak terpenuhi. Saat menghadapi peserta
didik yang berperilaku demikian, guru harus dapat memisahkan peseerta didik dari
perilakunya, artinya yang tidak disukai guru adalah perilaku peseerta didik yang buruk,
bukannya peserta didik itu sendiri.

9
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk mencipkatan Kelas yang Kondusif, 164-168

8
Cara pandang yang demikian dapat memfokuskan guru untuk memecahkan
masalah perilaku buruk tersebut dan membantu peserta didik belajar membuat pilihan
perilaku yang lebih baik daripada hanya menghukum peserta didik atau memberikan
konskuensi yang tidak bermakna.

c) Guru membuat peserta didik menerima tanggung jawab

Jika ada seorang peserta didik mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar
dikelas kemudian guru langsung memarahinya dan membri hukuman atau konsekuensi,
pada saat itu guru telah menjadikan peserta didiknya memfokuskan perhatiannya kepada
si guru dan beberapa peserta didik secara otomatis akan bersimpati pada si pepmbuat onar
karena dia berada dalam posisi yang lemah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, guru dapat meminta si pembuat onar untuk
mengentikan aksinya tanpa harus memarahi atau menghukumnya terlebih dahulu. Jika
upaya tersebut belum berhasil, setelah pembelajaran selesei guru mengajak si pembuat
onar untuk berbicara empat mata, mengisi lembaran yang menggambarkan perilaku tidak
terpujinya, kemudian menandatangani semacam kontrak.

d) Guru sebaiknya dapat menemukan solusi atas perilaku peserta didik yang tidak
diharapkan daripada memberikan konsekuensi

Jika ada peserta didik yang tidak disiplin dikelas, sebaiknya guru menghindari
untuk langsung memberikan konsekuensi atau hukuman tindakan yang harus dilakukan
oleh guru adalah mengajak si peserta didik sharing untuk mengetahui mengapa ia berbuat
demikian dan meyakinkan bahwa itu adalah perbuatan yang buruk. Setelah itu barulah
guru sebagai manajer kelas memberikan pilihan solusi kepada peserta didikuntuk
mengatasi perbuatan buruknya tersebut. Misalnya, ada seorang peserta didik yang datang
terlambat dikelas.

Dalam keadaan tersebut, guru sebaiknya tidak langsung menghukumnya, tetapi


menanyakan terlebih dahulu mengapa ia terlambat. Setelah mengetahui alasannya barulah
guru memberikan saran ataupun solusi kepada peserta didik tersebut agar besok tidak
terlambat lagi.

e) Guru memberikan umpan balik yang positif ketika perilaku bertambah baik

Setiap orang tentunya akan merespon uman balik yang positif. Hal ini juga
berlaku bagi para peserta didik. Peserta didik akan sangat sensitif terutama pada
perlakuan guru terhadap mereka. Seorang peserta didik yang berbuat kesalahan sering
kali diberi hukuman pleh gurunya kemudian merasa ia tidak disukai lagi gurunya
walaupun sudah memperbaiki diri. Oleh karena itu, sebaiknya ketika guru melihat
9
perilaku peserta didik tersebut telah menjadi baik, jangan segan-segan untuk
memujinyadan memberikan motivasi kepadanya agar tetap komsekuen (istiqamah) dalam
melakkan perilaku baik tersebut.

f) Guru menghapus bersih daftar kesalahan peserta didik dan mampu berpikir positif kepada
peserta didiknya

peserta didik adalah manusia biasa, begitu pula dengan guru. Sebagai manusia
sudah tentu, baik guru maupun peseerta didik tidak luput dari kesalahan. Walaupun
demikian guru dan peserta didik harus menyadari bahwa kelakuan tersebut tidak boleh
dilakukan secara berulang-ulang.

Guru sebagai pihak yang lebih dewasa dan sedang mendewasakan peseerta didik
melalui kegiatan belajar-mengajar diharapkan dapat meyakinkan peserta didik akan hal
tersebut, yaitu meyakinkan kepada mereka agar tidak melakukan kesalahan secara
berulang-ulang. Cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menghapus bersih
daftar kesalahan setelah adanya upaya perbaikan dan selalu berpikir positif terhadap
peserta didiknya. Sebab, pada saat guru berpkir positif, pada saat itu pula sebenarnya
guru sedang mndoakan peserta didik agar menjadi orang yang baik dan akan merasa lebih
dihargai.

g) Guru fokus memberikan penghargaan kepada peserta didik yang berperilaku baik

Guru dapat bekerjasama dengan peserta didik untuk dapat mendisiplinkan mereka
dengan cara bersama-sama membuat tata tertib kelas. Setelah selesei dibuat, tata tertib
kelas tersebut menjadi semacam undang-undang kelas yang harus dipatuhi oleh setiap
peserta didik. Agar para peserta didik berperilaku sesuai dengan tata tertib tersebut, guru
harus memfokuskan memberikan penghargaan kepada mereka yang berperilaku baik
dengan berupa pujian, sertifikat maupun pengakuan lainnya ketimbang fokus
memberikan hukuman kepada mereka yang melanggar tata tertib kelas.

h) Guru bekerjasama dengan kepala sekolah dan wali peserta didik untuk mengatasi perilaku
buruk peserta didik

Agar peserta didik dapat dengan cepat melakukan instropeksi diri dan cepat
memperbaiki perilaku yang buruk sehingga guru tidak perlu membuang pikiran dan
tenaganya lebih banyak untuk membuatnya kembali menaati tata tertib kelas. Tetapi, ada
juga peserta didik yang membutuhkan waktu lama untuk melakukan instropeksi diri dan
sangat susah untuk memperbaiki perilakunya meskipun guru sudah berusaha semaksimal
mungkin membantu dalam memperbaiki perilakunya.

10
Jika hal itu tetap saja terjadi, guru dapat bekerjasama dengan kepala sekolah untuk
mengatasi perilaku buruk peserta didik yang susah diperbaiki tersebut. Kemudian jika
kepala sekolah tidak dapat mengatasinya, barulah langkah selanjutnya adalah
bekerjasama dengan wali peserta didik untuk mengatasinya.

Adapun di MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini memulai perencanaan penanaman


disiplin mulai dari rapat awal tahun pelajaran dan diterapkan pada hari masuk pertama
seperti yang disampaikan Drs. Karyadi “Untuk menjadikan siswa terbiasa dengan
kedisiplinan perlu perencanaan yang matang, maka dari itu pada setiap awal tahun
ajaran baru, sudah diprogramkan satu tahun kedepan tentang pembelajaran, prospek
pendidikan, target kualitas kuantitas baik psikis maupun kemampuan dasar siswa dalam
mata pelajaran. dalam hal ini, semua pendidik ikut terlibat. Mulai dari kepala sekolah,
wali kelas, guru mata pelajaran, hingga tata usaha-pun ikut andil untuk mendidik siswa
agar tertanam dalam diri mereka kedisiplinan. Karena dalam sekolah kami semua pihak
merasa peduli dan ikut bertanggung jawab. Program penanaman nilai disiplin mulai di
jalankan. Ketika hari pertama masuk tahun ajaran baru sekolah bertujuan agar
kebiasaan ini tanpa disadari siswa sudah menjadi hal yang harus dilakukan ketika
berada dalam lingkungan sekolah.”10

10
hasil wawancara dengan Drs. Karyadi selaku kepala sekolah MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini pada Senin, 28 Desember
2020 pada 08.30 di ruang guru sekolah

11
ANALISIS

Aturan merupakan batas-batas yang diciptakan untuk mengatur manusia agar berjalan
sesuai jalur dan tak keluar dari norma juga batas tertentu, selain itu peraturan merupakan jalan
tercepat menuju target yang sudah dipatok di awal perjalanan. Aturan pun tak akan berjalan
tanpa kedisiplinan. Disiplin berkaitan pula dengan motivasi, karena dengan disiplin anak
terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Disamping itu diartikan sebagai
kontrol karena dalam penerapan disiplin banyak berpegang dalam aturan-aturan untuk menilai
perilaku anak.

Di MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini Sumuragung Baureno Bojonegoro untuk


mendisiplinkan peserta didik lebih condong ke konsep ketiga, yakni disiplin yang dibangun
berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggungjawab.
Penanaman disiplin demikian ini memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik
untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Karena ia
yang menabur maka ia pula yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep
otoritarian dan permissive. Para guru pendidikbukan sengaja memilih konsep ini, namun
mengalir begitu saja sesuai keadaan lingkungan yang ada di MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini
Sumuragung Baureno Bojonegoro.

Dengan konsep apapun, diharapkan agar peserta didik bisa menjadi generasi penerus
bangsa yang mampu mengemban dan membawa negara Indonesia menuju Indonesia yang lebih
adil, hukum yang tegas tidak runcing ke bawah dan tumpul ke atas. Harapan segenap warga yang
masih belum terpenuhi inilah yang membuat semangat api para pengajar sekaligus pendidik
berkobar untuk menanamkan kedisiplinan dan rasa keadilan agar mendarah daging dalam
sanubari para peserta didik. Karena generasi sekarang adalah pemimpin di masa depan yang
memegang kendali segenap negara beserta para warga yang dinaunginya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Imron, Ali. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi Angkasa

Prihatin, Eka. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang tua dan Guru
dalam membentuk Kemandirian dan Kedisipinan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk mencipkatan Kelas
yang Kondusif. Yogjakarta:Ar-Ruzz Media

Wawancara dengan Drs. Karyadi selaku kepala sekolah MTS Daarul Ittihaad Al-Husaini
pada Senin, 28 Desember 2020 pada 08.30 di ruang guru sekolah 

13

Anda mungkin juga menyukai