Tujuan pendidikan telah dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, pendidikan merupakan usaha atau kegiatan
yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
mengembangkan perilaku yang diinginkan. Perilaku tersebut antara lain adalah perilaku yang
disiplin.
Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak, dalam rangka pembentukan dan
pengembangan wataknya secara sehat. Tidak ada hal yang lebih penting dalam manajemen diri
dibandingkan dengan disiplin. Selain pentingnya menemukan arah dan tujuan hidup yang jelas,
disiplin juga merupakan syarat mutlak untuk mencapai cita-cita atau melaksanakan misi hidup.
Seorang anak harus disiplin dalam mengembangkan dirinya (lifetime improvements) dalam
segala aspek, disiplin dalam mengelola waktu serta disiplin dalam melatih keterampilan setiap
bidang yang dipilihnya. Selain itu, disiplin adalah syarat mutlak bagi anak yang akan
membangun sebuah kebiasaan baru.
Setiap anak akan memiliki sebuah kebiasaan baru ketika dia secara disiplin melakukan sesuatu
hal secara terus-menerus dan tidak pernah terputus selama sedikitnya 30 hingga 90 hari.
Sebagai seorang siswa, membangun kebiasaan baru dapat dilakukan melalui disiplin belajar
sehingga dengan disiplin ini akan dapat meningkatkan daya serapnya terhadap sesuatu yang
dipelajarinya.
Sampai saat ini dan secara ideal, suatu kegiatan proses belajar mengajar (PBM) dianggap
berhasil apabila rata-rata daya serap siswa (RDS) untuk suatu mata pelajaran di suatu kelas,
minimal 75% dari semua materi pelajaran yang telah diajarkan. Apabila sebagian kecil siswa di
kelas itu mendapatkan nilai 7,5 dan sebagian besar siswa yang mendapatkan nilai lebih atau
kurang dari 7,5, maka hal tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata daya serap siswa rendah.
Secara umum, faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat daya serap siswa di sekolah antara
lain karena mereka tidak terbiasa dengan budaya membaca sehingga mereka lambat dalam
menganalisis sesuatu. Kebiasaan dalam belajar hanya menghafal saja. Dapat diamati bahwa
siswa yang telah terbiasa dalam budaya membaca tidak mengalami kesulitan dalam proses
belajar mengajar.
Banyaknya siswa yang tidak terbiasa dengan budaya membaca mengakibatkan mereka tidak
memiliki daya serap yang tinggi. Daya serap yang tinggi selain disebabkan oleh faktor IQ juga
ditentukan oleh pelaksanaan agenda kehidupan atau pemanfaatan waktu. Seringkali siswa
yang pandai mengatur masalah waktu dan gemar disiplin dalam hal belajar, maka akan
menjadikan dirinya sebagai siswa yang memiliki daya serap tinggi di sekolah.
PEMBAHASAN
Konsep disiplin merupakan suatu konsep yang berkaitan erat dengan tata tertib, aturan,
atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Disiplin artinya
adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain
sebagainya. Disiplin adalah sebagai suatu proses dari latihan atau belajar yang bersangkut
paut dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Piet A. Sahertian, "Disiplin diartikan sebagai hukuman, pengawasan, pemaksaan,
kepatuhan, latihan, kemampuan tingkah laku" (Piet A. Sahertian, 1994:126). Sedangkan
pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar. Dengan
demikian, disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib
atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa
terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi
jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan
siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang
dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga
dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
2. Jenis-jenis Kedisiplinan
Seorang ahli dalam bidang administrasi pendidikan menyatakan bahwa: "Disiplin ada tiga
yaitu disiplin tradisional, modern, dan liberal" (Piet A. Sahertin, 1994:127).
Berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis disiplin, sehingga pembaca akan dapat dengan
mudah memahaminya.
3. Manfaat Kedisplinan
Kedisiplinan bermanfaat untuk membuat anak didik terlatih dan terkontrol dalam
bertingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas. Dengan pola disiplin dapat
menyadarkan anak bahwa dengan bebasnya si anak harus mengubah dan mengendalikan
segi yang tidak baik dari tingkah lakunya, menanamkan disiplin pada anak memerlukan
gambaran kelas misal : guru menceritakan tata tertib di sekolah dan bukan gambaran yang
samar-samar tentang tingkah laku yang diperbolehkan dan yang dilarang.
Sulchan Yasyin dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyatakan bahwa: "Tingkat
adalah jenjang; babak" (Sulchan Yasyin, 1997:481). "Daya adalah tenaga atau kemampuan
untuk melakukan suatu kegiatan; tenaga yang menyebabkan timbulnya gerak usaha, ikhtiar
(Sulhan Yasyin, 1997:110). Arifin mengatakan bahwa: "Belajar adalah suatu kegiatan anak
didik dalam menerima, mencapai serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan
oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak dalam menguasai pelajaran yang
disampaikan" (Arifin, 1976:172). Dewa Ketut Sukardi mengatakan bahwa: “Belajar adalah
perubahan sikap dan kebiasaan, penguasaan nilai-nilai pengetahuan, keterampilan,
penggunaan kebiasaan-kebiasaan baik, nilai-nilai pengetahuan atau keterampilan yang
telah dimilikinya” (Dewa Ketut Sukardi, 1983:24). Oemar H. Malik dalam Khoiri mengatakan
bahwa: “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang
yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan” (Khoiri,
2006:24). Sedangkan "Siswa adalah murid" (Sulchan Yasyin, 1997:442).
Tingkat daya serap belajar siswa bermacam-macam yaitu terdapat siswa yang memiliki
daya serap belajar tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Piet A. Sahertian ukuran tingkat
daya serap belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga hal sebagai berikut.
1) siswa yang maju
2) siswa yang cukup
3) siswa yang kurang (Piet A. Sahertian, 1994:101).
Tingkat daya serap belajar siswa pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari berbagai
faktor yang mempengaruhi proses secara keseluruhan. Faktor-faktor yang berinteraksi
tersebut berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Faktor yang mempengaruhi
tingkat daya serap belajar siswa dapat dibagi menjadi dua yaitu : faktor intrinsik (dalam)
dan faktor ekstrinsik (luar). Faktor yang ada dalam diri siswa berupa sikap kondisi fisik,
psikologi, perkembangan kognitif, bakat dan motivasi. Antara lain motivasi untuk
membangun kebiasaan baru (disiplin), sedangkan faktor yang mempengaruhi dari luar
adalah : keadaan lingkungan, fasilitas, kemampuan mengajar guru, materi pelajaran dan
lainnya.
Hasil interaksi tersebut menimbulkan adanya perbedaan individual dalam tingkat daya
serap belajar dan menghasilkan adanya pengelompokan individu berdasarkan tipe-tipe
tingkat daya serap belajar.
Secara umum, faktor-faktor penyebab melempemnya daya serap siswa di sekolah antara lain
karena mereka tidak terbiasa dengan budaya membaca sehingga mereka lambat dalam
menganalisis sesuatu. Kebiasaan dalam belajar hanya menghafal melulu. Dapat diamati bahwa
siswa yang telah terbiasa dalam budaya membaca tidak mengalami kesulitan dalam proses
belajar mengajar.
Banyaknya siswa yang tidak terbiasa dengan budaya membaca mengakibatkan mereka tidak
memiliki daya serap yang tinggi. Daya serap yang tinggi selain disebabkan oleh faktor IQ juga
ditentukan oleh pelaksanaan agenda kehidupan atau pemanfaatan waktu. Seringkali siswa yang
pandai mengatur masalah waktu dan gemar disiplin dalam hal belajar, maka akan menjadikan
dirinya sebagai siswa yang memiliki daya serap tinggi di sekolah. Hal ini membuktikan bahwa
kedisiplinan pada diri siswa merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan daya
serap siswa.
SIMPULAN
Kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang
berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah,
kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain
sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas
pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
Tingkat daya serap belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam mempelajari apa yang diajarkan,
dibaca, didengar, dan dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1976. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ketut Sukardi, Dewa. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Khoiri. 2006. Studi Korelasi Antara Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa dengan Motivasi Belajar
Siswa MI Al-Firdaus Lasem Kec. Sidayu Kab. Gresik Tahun Pelajaran 2005-2006. Lamongan: STKIP
PGRI.