Kata Pengantar.......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Landasan Teori ...................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah.................................................................................. 3
D. Batasan Masalah..................................................................................... 3
E. Tujuan..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Disiplin.................................................................................. 4
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin......................................... 6
C. Jenis-jenis Pola Penanaman Disiplin..................................................... 9
D. Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas............................................... 15
E. Upaya Menegakan Disiplin................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Kenyataan yang terjadi pada saat ini di lapangan, anak selalu kurang
disiplin dan kurang memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, tidak membuat
pekerjaan rumah, mencoret coret bangku, tidak biasa antre, pada saat upacara
bendera tidak tertib, tidak berpakian dengan rapi, sering datang terlambat,
menyerahkan tugas tidak tepat waktu, di dalam kelas selalu mengganggu
teman, sering berkelahi, kurang hormat pada guru. Hal hal ini merupakan dasar
dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Kalau kebiasan ini tidak
menemukan pemecahan masalahnya maka tujuan pendidikan nasional akan
sulit terwujud. Berbagai faktor yang mempengaruhi anak kurang menunjukkan
sikap disiplin, diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya
dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, orang tua yang
otoriter, keluarga yang home broken, pengaruh pergaulan dilingkungan sekitar
anak , adanya perkembangan media elektronik, kurang demokratisnya
pendekatan dari orang tua maupun guru yang ada di sekolah.
Dengan memberikan sanksi berjenjang di sekolah pada siswa diharapkan dapat
merubah sikap dari kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab menjadi
anak yang berdisiplin dan bertanggung jawab.
B. Pengertian Disiplin
2. Disiplin Permisif
Disiplin permisif merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dan
keras. Disiplin permisif ini seseorang dibiarkan bertindak menurut
keinginannya, kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri
dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Seseorang
yang berbuat sesuatu dan ternyata membawa akibat melanggar norma
atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman.
Sebagai contoh kegiatan belajar mengajar yang ditandai dengan
hubungan antara guru dan siswa yang bersifat permisif ini adalah suasana
berlangsung tanpa partisipasi apapun dari guru, karena guru akan lebih
berperan sebagai penonton. Suasana belajar yang demikian tidak akan
efektif dalam pencapaian tujuannya, sebab kekacauan diantara siswa
akan sering lebih muncul terjadi walaupun para siswa akan lebih
berusaha mengerjakan dan mempelajari materi- materi pelajaran, tetapi
dalam dirinya selalu timbul kekhawatiran takut salah dan merasa tidak
tenang. Timbul perasaan tidak puas pada diri sendiri yang disebabkan
antara lain karena tidak ada pegangan atau pedoman yang pasti dalam
kegiatan belajar mengajar mereka. Guru tidak berinteraksi ataupun
memberi saran-saran lainnya kepada siswa sehingga siswa tidak
mengetahui kesalahan atau kekurangan dirinya.
Ciri-ciri penanaman disiplin permisif ini adalah :
a. Guru bersikap acuh tak acuh terhadap kepentingan siswa misalnya
adalah guru bersikap masa bodoh terhadap siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, khususnya adalah masalah
belajar; guru kurang memperhatikan kegiatan belajar siswa, guru
kurang memperhatikan apakah siswa memahami cara-cara belajar
efektif atau tidak.
b. Pengawasan guru bersifat longgar yaitu orang tua atau guru tidak
menetapkan peraturan bagi anak tetapi membiarkannya untuk
mengontrol dirinya sendiri. Dampak disiplin ini adalah berupa
kebingungan dan kebimbangan, penyebabnya karena tidak tahu mana
yang dilarang dan mana yang tidak dilarang, atau bahkan menjadi
takut, cemas dan dapat juga menjadi agresif serta liar tanpa
terkendali.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh S.D Gunarsa
(1983 : 83) mengenai dampak penanaman disiplin permisif atau laissez
faire ini adalah:
a) Berkembang sifat egosentrisme yang berlebihan.
b) Mudah bingung atau mengalami kesulitan, jika dihadapkan oleh
batasan - batasan norma yang berlaku dalam lingkungna sosialnya.
c) Merasa tidak aman seperti cenderung suka merasa takut, cemas,
dan agresif yang berlebih-lebihan.
d) Kurang menaruh perhatian atau kasih sayang terhadap orang lain
3. Disiplin Demokratis
Disiplin demokratis ini dilakukan dengan memberikan penjelasan, diskusi
dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan
mematuhi dan mentaati peraturan yang ada. Sanksi atau hukuman
diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib, tetapi
hukuman dimaksud untuk menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.
Disiplin demokratik menggunakan hukuman dan penghargaan-
penghargaan dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan.
Hukuman tidak pernah keras dan biasanya hukuman tidak berbentuk
hukuman badan.
Hukuman hanya dapat digunakan jika terdapat bukti bahwa anak
secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka.
Disiplin ini bertujuan untuk mengajarkan anak untuk mengendalikan
perilaku mereka sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang
benar, meskipun tidak ada orang lain yang menekan atau mengancam
mereka dengan hukuman bila mereka melakukan sesuatu yang tidak
dibenarkan. Disiplin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin
yang muncul dari kesadaran diri sendiri sehingga siswa memiliki
disiplin yang kuat dan mantap, karena itu bagi yang mematuhi dan
melaksanakan disiplin diberikan pujian dan penghargaan. Siswa patuh
dan taat karena didasari kesadaran dirinya, mengikuti peraturan-
peraturan bukan karena terpaksa tapi atas kesadaran bahwa hal itu baik
dan ada manfaat.
Tipe demokratis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Guru mengadakan dialog dengan siswa dalam menetapkan atau
melaksanakan peraturan. Guru dalam hal ini cenderung
menunjukkan perilaku seperti mau bekerjasama dengan siswa,
mendiskusikan tentang peraturan belajar yang ditetapkan, meminta
penjelasan kepada siswa jika pada suatu saat siswa dipandang
melanggar peraturan, memberikan penjelasan mengenai manfaat
peraturan yang diberikan.
b. Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi masalah. Hal ini
guru mau memperhatikan dan menanggapi persoalan- persoalan
yang dihadapi siswa.
c. Guru menghargai siswa. Guru menunjukkan perilaku seperti
memperlakukan siswa sesuai dengan kemampuannya, memahami
kelebihan dan kekurangan siswa, tidak mencemooh siswa apabila
suatu saat siswa tersebut berbuat kekeliruan.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya.Ciri ini dimaksudkan bahwa guru mau menerima
pendapat siswa dipahaminya.
Dampak penanaman disiplin demokratis ini seperti yang diungkapkan
oleh Schneiders (1960 : 236) adalah sebagai berikut :
a) Memiliki disiplin diri yaitu memiliki rasa tanggung jawab dan
kontrol diri.
b) Memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan sosial dengan
baik, dalam arti mampu berperilaku yang sesuai dengan norma.
c) Memiliki kemandirian dalam berpikir dan berperilaku.
d) Bersikap positif terhadap kehidupan.
e) Memiliki konsep diri (self-consept) yang tepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar
tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan di mana sesuatu
itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-
pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin yaitu ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik
yang terdiri dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Disiplin dapat dibagi menjadi tiga yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif, dan
disiplin demokratis.
Teknik membina disiplin kelas, antara lain teknik keteladanan guru, teknik
bimbingan guru, dan teknik pengawasan bersama.
Untuk menegakkan disiplin di kelas harus ada kerja sama antar guru, pihak siswa dan
pihak orang tua.
B. Saran
Seorang guru harus mampu untuk mengelola kelas dengan baik agar proses belajar
mengajarnya dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. Dan untuk mendukung proses
pembelajaran kedisiplinan juga perlu dilakukan oleh seorang guru. Maka seorang
guru harus mampu membuat siswanya menjadi disiplin dengan berbagai teknik
ataupun cara lainnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. 2002
Hamalik, Oemar. Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar Bandung:
Tarsito.2005
http://kbbi.web.id/
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2012
Mas’udi, Asy. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Yogyakarta: PT Tiga
Serangkai, 2000
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
1995
Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka
Cipta.2003
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Cetakan ke-10. Jakarta: Raja Wali. Pers. 2002.