Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Landasan Teori ...................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah.................................................................................. 3
D. Batasan Masalah..................................................................................... 3
E. Tujuan..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Disiplin.................................................................................. 4
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin......................................... 6
C. Jenis-jenis Pola Penanaman Disiplin..................................................... 9
D. Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas............................................... 15
E. Upaya Menegakan Disiplin................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang

Kenyataan yang terjadi pada saat ini di lapangan, anak selalu kurang
disiplin dan kurang memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, tidak membuat
pekerjaan rumah, mencoret coret bangku, tidak biasa antre, pada saat upacara
bendera tidak tertib, tidak berpakian dengan rapi, sering datang terlambat,
menyerahkan tugas tidak tepat waktu, di dalam kelas selalu mengganggu
teman, sering berkelahi, kurang hormat pada guru. Hal hal ini merupakan dasar
dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Kalau kebiasan ini tidak
menemukan pemecahan masalahnya maka tujuan pendidikan nasional akan
sulit terwujud. Berbagai faktor yang mempengaruhi anak kurang menunjukkan
sikap disiplin, diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya
dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, orang tua yang
otoriter, keluarga yang home broken, pengaruh pergaulan dilingkungan sekitar
anak , adanya perkembangan media elektronik, kurang demokratisnya
pendekatan dari orang tua maupun guru yang ada di sekolah.
Dengan memberikan sanksi berjenjang di sekolah pada siswa diharapkan dapat
merubah sikap dari kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab menjadi
anak yang berdisiplin dan bertanggung jawab.
B. Pengertian Disiplin

Disiplin berasal dari bahasa Inggris discipline yang berarti “training to


act in accordance with rules,” melatih seseorang untuk bertindak sesuai aturan
(Roswitha, 2009).
Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib
dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh
tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun. Menurut The Liang Gie (1972)
dalam Ali Imron, pengertian disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana
orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-
peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Sedangkan menurut Good’s
(1959) dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut.
Proses atau hasil pengarahan atau pengendalikan keinginan, dorongan
atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yangt
lebih efektif.
Mencari tindakan terpilih denga ulet, aktif dan diarahkan sendiri, meskipun
menghadapi rintangan Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter
dengan hukuman atau hadiah. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak
nyaman dan bahkan menyakitkan.
Disiplin kelas dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib di mana guru dan
murid-murid mematuhi peraturan kelas sehingga mereka dapat menjalankan
fungsi masing-masing secara efektif dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar
mengajar didalam kelas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin dapat diartikan
sebagai : 1. Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); 2. Ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan (tata tertib dsb); 3. Bidang studi yg memiliki objek, sistem,
dan metode tertentu. Secara ilmiah, disiplin adalah cara pendekatan yang
mengikuti ketentuan yang pasti dan konsisten untuk memperoleh pengertian
dasar yang menjadi sasaran studi, cabang ilmu. Secara nasional disiplin adalah
kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa
ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan dan
hukum yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan disiplin dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur perilaku
anak dalam mencapai tujuan pendidikan, karena ada perilaku yang harus
dicegah atau dilarang, dan sebaliknya, harus dilakukan. Pembentukan disiplin
pada saat sekarang bukan sekedar menjadikan anak agar patuh dan taat pada
aturan dan tata tertib tanpa alasan sehingga mau menerima begitu saja,
melainkan sebagai usaha mendisiplinkan diri sendiri (self discipline). Artinya
ia berperilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan karena paksaan dari orang
lain atau guru melainkan karena kesadaran dari dirinya.
Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah paksaan, bukanlah
ketaatan pada otoritas gurunya untuk menuruti aturan. Disiplin adalah suatu
sikap batin, bukan kepatuhan otomatis. Siswa pun bertanggung jawab untuk
menciptakan suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang tidak tegang, ada
kebebasan tapi ada pula kerelaan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah.
Dengan demikian suatu kelas dikatakan berdisiplin apabila suasana belajar
berlangsung dalam keadaan tertib dan teratur, baik pada waktu sebelum
mengajar dimulai, sedang berlangsung, maupun setelah pelajaran selesai.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa
adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan di mana sesuatu
itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-
pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin

Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk bersikap dan berperilaku


sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sebagai patokan
atau pedoman bagi benar atau salahnya perbuatan tindakan manusia dalam
masyarakat, untuk dapat melaksanakannya diperlukan unsur-unsur pola
perilaku yang mendasarinya. Seseorang yang melakukan perilaku disiplin
didorong oleh motif untuk melakukan hal tersebut. Motif dapat diartikan
sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Berawal dari kata
motif maka tumbuhlah kata motivasi yang diartikan sebagai daya penggerak
menjadi aktif. Motivasi untuk melakukan sesuatu itu terbagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya berikut
penjelasan kedua motivasi tersebut.
1. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau keberfungsiannya tidak perlu dirangsang dari luar karena adanya
dorongan dari dalam diri sendiri dengan tujuan untuk membentuk disiplin
diri sendiri dalam belajar sehingga membawa dampak pada prestasi
belajarnya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan keberfungsiannya
karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik dalam
menanamkan disiplin sangat penting karena kemungkinan besar siswa yang
sedang pada remaja selalu ingin bebas tanpa aturan dan pada akhirnya
memungkinkan untuk berperilaku menyimpang. Faktor ekstrinsik dapat
terbagi menjadi :
a. Keluarga
Keluarga sebagai tempat anak belajar bersosialisasi tentunya sangat
berperan dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Kebiasaan
orang tua akan mempengaruhi pembentukan kepribadian anak, jika
orang tua mendidik anak secara benar maka akan membentuk
kepribadian anak yang baik, maka keluarga sangat berperan dalam
membentuk tingkah laku anak. Orang tua yang otoriter dan yang
memberi kebebasan penuh akan menjadi pendorong bagi anak untuk
berperilaku agresif. Orang tua yang bersikap demokratis tidak
memberikan andil terhadap perilaku anak untuk agresif dan menjadi
pendorong terhadap perkembangan anak ke arah yang positif. Contoh
dan perbuatan orang tua dalam keluarga akan lebih besar dampaknya
terhadap perkembangan anak. Orang tua hendaklah memberi contoh
dan teladan yang baik untuk anak-anaknya, karena contoh teladan akan
lebih efektif daripada kata-kata.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai salah satu tempat untuk mempersiapkan generasi muda
menjadi manusia dewasa dan berbudaya, tentunya akan berpengaruh
terhadap pembentukan perilaku anak atau siswa. Pihak sekolah
khususnya guru harus mampu menjalankan tugasnya sebagai pendidik,
guru tidak hanya menyampaikan materi ilmu pengetahuan saja
melainkan juga harus melakukan pembinaan kepribadian siswa melalui
contoh dan teladan. M.I. Soelaeman (1985: 78) mengemukakan bahwa
“Guru harus pandai menegakkan ketertiban, tidak melalui kekerasan
melainkan melalui kerjasama dan saling mengerti.
Sedangkan alat yang tersedia untuk menegakkan ketertiban itu adalah
kewibawaan yang bertopang pada saling mempercayai dan pada kasih
sayang.” Guru mempunyai peranan penting dalam membentuk perilaku
siswa. Guru harus dapat dijadikan contoh dan teladan yang baik bagi
siswanya.
c. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat memiliki peranan penting dalam pembentukan disiplin
seseorang. Seseorang yang sudah terbiasa untuk mematuhi peraturan
yang ditetapkan dalam keluarga dan sekolah maka akan cenderung
orang tersebut akan mematuhi peraturan di lingkungan masyarakat.
Lingkungan masyarakat tentunya memiliki aturan yang harus ditaati
oleh setiap warganya, oleh karena itu masyarakat memiliki pengaruh
terhadap kedisiplinan seseorang.

D. Jenis-jenis Pola Penanaman Disiplin

Hadisubrata mengemukakan bahwa :”Disiplin dapat dibagi menjadi tiga


yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif, dan disiplin demokratis.” Ketiga hal
tersebut dijelaskan berikut ini:
1. Disiplin Otoriter
Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku
berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang.
Hukuman dan ancaman kerap kali dipakai untuk memaksa, menekan,
mendorong seseorang mematuhi dan mentaati peraturan. Orang patuh dan
taat pada aturan yang berlaku, tetapi merasa tidak bahagia, tertekan
dan tidak aman. Siswa kelihatan baik, tetapi dibaliknya ada
ketidakpuasan, pemberontakan dan kegelisahan atau bisa juga menjadi
stres. Sebenarnya semua perbuatannya hanya karena keterpaksaan dan
ketakutan menerima sangsi, bukan berdasarkan kesadaran diri. Mereka
perlu dibantu untuk memahami arti dan manfaat disiplin itu bagi dirinya,
agar ada kesadaran diri yang baik tentang disiplin.Penanaman disiplin
yang cenderumg otoriter ditandai dengan hubungan yang bersifat
otoriter, menguasai, kurang menghargai, merasa paling tahu dan benar,
bersikap tertutup, dan masa bodoh terhadap keragaman yang ada.
Tipe otoriter memiliki ciri-ciri yaitu:
a. Guru menetapkan peraturan tanpa kompromi
Dalam tipe ini guru menujukkan perilaku seperti mendominasi atau
menguasai siswa, menentukan dan mengatur kelakuan siswa,
merasa berkuasa dan berhak memberikan perintah, larangan, atau
hukuman.
b. Guru menghukum siswa yang tidak mentaati peraturan.Jika ada siswa
yang membuat kesalahan atau melanggar peraturan, tanpa meminta
penjelasan terlebih dahulu dari siswa yang bersangkutan, guru
memberikan hukuman kepadanya.
c. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pendapat atau meminta bantuan dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya.Situasi yang seperti ini, guru
menujukkan perilaku-perilaku seperti tidak mau menerima
permohonan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya
terutama dalam kesulitan belajar,dan menolak pendapat.
d. Dampak penanaman pola disiplin otoriter ini seperti yang
diungkapkan oleh S.D Singgih Gunarsa (1983 : 83) adalah sebagai
berikut:
a) Lemahnya daya inisiatif dan kreatif dalam berpikir dan berperilaku.
b) Kepribadiannya kurang matang seperti pemalu, mudah
tersinggung, menaruh dendam, kurang mampu mengambil
keputusan, mudah khawatir atau cemas, kurang memiliki
kepercayaan diri, bersifat kaku dan tidak toleran.
c) Dalam berperilaku atau mematuhi suatu peraturan tidak
berdisiplin atau tergantung kontrol dari luar.
d) Cenderung berperilaku nakal seperti senang bertengkar, kurang
bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan social

2. Disiplin Permisif
Disiplin permisif merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dan
keras. Disiplin permisif ini seseorang dibiarkan bertindak menurut
keinginannya, kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri
dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Seseorang
yang berbuat sesuatu dan ternyata membawa akibat melanggar norma
atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman.
Sebagai contoh kegiatan belajar mengajar yang ditandai dengan
hubungan antara guru dan siswa yang bersifat permisif ini adalah suasana
berlangsung tanpa partisipasi apapun dari guru, karena guru akan lebih
berperan sebagai penonton. Suasana belajar yang demikian tidak akan
efektif dalam pencapaian tujuannya, sebab kekacauan diantara siswa
akan sering lebih muncul terjadi walaupun para siswa akan lebih
berusaha mengerjakan dan mempelajari materi- materi pelajaran, tetapi
dalam dirinya selalu timbul kekhawatiran takut salah dan merasa tidak
tenang. Timbul perasaan tidak puas pada diri sendiri yang disebabkan
antara lain karena tidak ada pegangan atau pedoman yang pasti dalam
kegiatan belajar mengajar mereka. Guru tidak berinteraksi ataupun
memberi saran-saran lainnya kepada siswa sehingga siswa tidak
mengetahui kesalahan atau kekurangan dirinya.
Ciri-ciri penanaman disiplin permisif ini adalah :
a. Guru bersikap acuh tak acuh terhadap kepentingan siswa misalnya
adalah guru bersikap masa bodoh terhadap siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, khususnya adalah masalah
belajar; guru kurang memperhatikan kegiatan belajar siswa, guru
kurang memperhatikan apakah siswa memahami cara-cara belajar
efektif atau tidak.
b. Pengawasan guru bersifat longgar yaitu orang tua atau guru tidak
menetapkan peraturan bagi anak tetapi membiarkannya untuk
mengontrol dirinya sendiri. Dampak disiplin ini adalah berupa
kebingungan dan kebimbangan, penyebabnya karena tidak tahu mana
yang dilarang dan mana yang tidak dilarang, atau bahkan menjadi
takut, cemas dan dapat juga menjadi agresif serta liar tanpa
terkendali.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh S.D Gunarsa
(1983 : 83) mengenai dampak penanaman disiplin permisif atau laissez
faire ini adalah:
a) Berkembang sifat egosentrisme yang berlebihan.
b) Mudah bingung atau mengalami kesulitan, jika dihadapkan oleh
batasan - batasan norma yang berlaku dalam lingkungna sosialnya.
c) Merasa tidak aman seperti cenderung suka merasa takut, cemas,
dan agresif yang berlebih-lebihan.
d) Kurang menaruh perhatian atau kasih sayang terhadap orang lain

3. Disiplin Demokratis
Disiplin demokratis ini dilakukan dengan memberikan penjelasan, diskusi
dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan
mematuhi dan mentaati peraturan yang ada. Sanksi atau hukuman
diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib, tetapi
hukuman dimaksud untuk menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.
Disiplin demokratik menggunakan hukuman dan penghargaan-
penghargaan dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan.
Hukuman tidak pernah keras dan biasanya hukuman tidak berbentuk
hukuman badan.
Hukuman hanya dapat digunakan jika terdapat bukti bahwa anak
secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka.
Disiplin ini bertujuan untuk mengajarkan anak untuk mengendalikan
perilaku mereka sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang
benar, meskipun tidak ada orang lain yang menekan atau mengancam
mereka dengan hukuman bila mereka melakukan sesuatu yang tidak
dibenarkan. Disiplin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin
yang muncul dari kesadaran diri sendiri sehingga siswa memiliki
disiplin yang kuat dan mantap, karena itu bagi yang mematuhi dan
melaksanakan disiplin diberikan pujian dan penghargaan. Siswa patuh
dan taat karena didasari kesadaran dirinya, mengikuti peraturan-
peraturan bukan karena terpaksa tapi atas kesadaran bahwa hal itu baik
dan ada manfaat.
Tipe demokratis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Guru mengadakan dialog dengan siswa dalam menetapkan atau
melaksanakan peraturan. Guru dalam hal ini cenderung
menunjukkan perilaku seperti mau bekerjasama dengan siswa,
mendiskusikan tentang peraturan belajar yang ditetapkan, meminta
penjelasan kepada siswa jika pada suatu saat siswa dipandang
melanggar peraturan, memberikan penjelasan mengenai manfaat
peraturan yang diberikan.
b. Memberikan bantuan kepada siswa yang menghadapi masalah. Hal ini
guru mau memperhatikan dan menanggapi persoalan- persoalan
yang dihadapi siswa.
c. Guru menghargai siswa. Guru menunjukkan perilaku seperti
memperlakukan siswa sesuai dengan kemampuannya, memahami
kelebihan dan kekurangan siswa, tidak mencemooh siswa apabila
suatu saat siswa tersebut berbuat kekeliruan.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya.Ciri ini dimaksudkan bahwa guru mau menerima
pendapat siswa dipahaminya.
Dampak penanaman disiplin demokratis ini seperti yang diungkapkan
oleh Schneiders (1960 : 236) adalah sebagai berikut :
a) Memiliki disiplin diri yaitu memiliki rasa tanggung jawab dan
kontrol diri.
b) Memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan sosial dengan
baik, dalam arti mampu berperilaku yang sesuai dengan norma.
c) Memiliki kemandirian dalam berpikir dan berperilaku.
d) Bersikap positif terhadap kehidupan.
e) Memiliki konsep diri (self-consept) yang tepat.

E. Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas


Terdapat beberapa teknik membina disiplin kelas, antara lain:
a. Teknik keteladanan guru, yaitu guru hendaknya memberi contoh teladan
sikap dan perilaku yang baik kepada siswanya.
b. Teknik bimbingan guru, yaitu diharapkan guru senantiasa memberikan
bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para
siswanya.
c. Teknik pengawasan bersama, yaitu dalam disiplin kelas yang baik
mengandung pula kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa
menerimanya sebagai pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib.
Dalam mewujudkan tujuan bersama tersebut, beberapa usaha yang dapat
dilakukan dalam pembinaan disiplin kelas adalah:
1. Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
2. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
3. Membina organisasi kelas secara demokratis.
4. Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri atau mandiri dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
5. Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
6. Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan
pengettahuan dan keterampilan.

F. Upaya Menegakan Disiplin


Upaya menegakan disiplin di dalam kelas dapat dilakukan dengan meminta
dukungan berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak guru, siswa dan orang
tua. Pihak-pihak tersebut selayaknya diajak bekerja sama dengan baik dan
harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk menciptakan disiplin siswa.
Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
a. Pihak guru
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai
kewibawaan sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami
kesulitan dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelasnya walaupun
tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat. Adapula guru yang
tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak
disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang
keras. Akhirnya hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk itu ada beberapa
hal yang harus diperhatikan antara lain :
a) Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk
patuh terhadap segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter
membuat suasan kelas menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut.
b) Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan
siswanya. Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada
dasarnya siswa perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
c) Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga
tidak memaksa siswa bebrjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab
mengubah perilaku tidak mudah, memerlukan waktu dan bimbingan.
d) Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau
bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa
menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga cenderung akan hilang
kewibawaanya.
2).Pihak Siswa
Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tidak kalah
pentingnya, karena faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek
dalam pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab
untuk turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya. Untuk itu ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin dalam kelas, antara lain:
18
· Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta
menciptakan suasana disiplin didalam kelas.
· Siswa hendaknya memiliki keasadaran untuk mentaati aturan dan tata tertib
sekolah bukan karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.
· Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri
tanpa harus diawasi oleh orang lain.
· Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada
dirinya sndiri untuk tidak mengulanginya.
3).Pihak Orang Tua
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya di rumah, akan sangat
membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada bbebrapa hal yang perlu
diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara lain:
Ø Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus
dilaksanakan putra putrinya ketika disekolah.
Ø Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara
turut serta mengawasinya.
Ø Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia
melanggar tata tertib atau aturan sekolah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar
tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan di mana sesuatu
itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-
pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin yaitu ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik
yang terdiri dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Disiplin dapat dibagi menjadi tiga yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif, dan
disiplin demokratis.
Teknik membina disiplin kelas, antara lain teknik keteladanan guru, teknik
bimbingan guru, dan teknik pengawasan bersama.
Untuk menegakkan disiplin di kelas harus ada kerja sama antar guru, pihak siswa dan
pihak orang tua.
B. Saran
Seorang guru harus mampu untuk mengelola kelas dengan baik agar proses belajar
mengajarnya dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. Dan untuk mendukung proses
pembelajaran kedisiplinan juga perlu dilakukan oleh seorang guru. Maka seorang
guru harus mampu membuat siswanya menjadi disiplin dengan berbagai teknik
ataupun cara lainnya.
19
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. 2002
Hamalik, Oemar. Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar Bandung:
Tarsito.2005
http://kbbi.web.id/
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2012
Mas’udi, Asy. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Yogyakarta: PT Tiga
Serangkai, 2000
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
1995
Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka
Cipta.2003
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Cetakan ke-10. Jakarta: Raja Wali. Pers. 2002.

Anda mungkin juga menyukai