Hingga Jenisnya
INFO PUBLIK, PENDIDIKAN / 16 August 2019 10:05 WIB
Pelayananpublik.id- Mungkin saat ini Anda merupakan penikmat seni teater. Ya, ketika Anda
hobi menonton bioskop, pertujukan drama dan lainnya berarti Anda menikmati seni teater.
Teater tentu saja saat ini sudah mengalami perkembangan pesat dan dibuat beragam dan sekreatif
mungkin. Semua itu untuk menghibur penonton dan memberikan kesan bagus pada penampilan
mereka.
Cerita dalam teater mengandung unsur konflik atau pertentangan antara dua pihak dan sebagai
bentuk pembelajaran karakter, pertentangan selalu diakhiri dengan kemenangan pihak yang baik.
Pesan atau moral cerita didapatkan melalui dialog para tokoh dan juga laku cerita yang terjadi.
Tokoh cerita dalam teater sering pula disebut sebagai karakter dan secara mendasar atau
konvensional karakter dalam teater dibedakan menjadi, protagonis (karakter yang bersifat baik
dan membawa pesan kebaikan), antagonis (karakter yang bersifat jahat), dan tritagonis (karakter
yang dimunculkan dalam cerita untuk membantu kelancaran jalannya cerita).
Untuk memahami karakter ini pemain bisa mempelajarinya dari dialog dan peran karakter
tersebut dalam cerita.
Selanjutnya, karakter dapat dilihat dari dimensi fisiknya seperti tinggi tubuh, usia, jenis kelamin
dan cirri fisik yang lain.
Dari dimensi kejiwaan dapat diketahui watak atau sifat karakter tersebut apakah sombong, baik
hati, dermawan atau licik.
Dari sisi status sosial dapat diketahui apakah karakter tersebut termasuk orang terpandang,
pejabat, pegawai atau masyarakat biasa.
Pengertian Teater
Kata “teater” berasal dari bahasa Inggris yakni “theatre”, bahasa Perancis “théâtre :dan dari
bahasa Yunani :theatron” (θέατρον).
Secara etimologis, kata “teater” dapat diartikan sebagai tempat atau gedung pertunjukan.
Sedangkan secara istilah kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di atas
pentas untuk konsumsi penikmat.
Teater juga biasa disebut drama. Teater juga berarti proses pemilihan teks atau naskah (kalau
ada) , penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau
penikmatan dari public atau audience.
1. Moulton
Moulton menyebut teater adalah kisah hidup yang dilukiskan dalam bentuk gerakan.
2. Balthazar Vallhagen
Sementara Balthazar Vallhagen mengatakan teater kesenian yang melukiskan sifat dan watak
manusia dengan gerakan.
3. Budianta
Menurut Budianta, teater adalah genre sastra dimana penampilan fisiknya memperlihatkan secara
verbal adanya percakapan atau dialog diantara para tokoh yang ada.
Teater adalah bentuk karangan yang berpijak pada dua cabang kesenian, yakni seni sastra dan
seni pentas sehingga drama dibagi dia, yaitu drama dalam bentuk naskah tertulis dan drama yang
dipentaskan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah “teater” berkaitan langsung dengan
pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan peran atau naskah cerita yang akan
dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas
panggung dan disaksikan oleh penonton. Dengan kata lain drama merupakan bagian atau salah
satu unsur dari teater.
Sejarah Teater
Seperti yang diketahui, teater adalah karya seni yang tua karena sudah dimulai sejak zaman
dahulu.
Meski awalnya dilakukan untuk tujuan-tujuan primitif dan sederhana, teater mulai menyentuh
kehidupan manusia dalam setiap perkembangannya.
Awalnya, teater berasal dari upacara agama primitif. Unsur cerita ditambahkan pada upacara
semacam itu yang akhirnya berkembang menjadi pertunjukan teater.
Meskipun upacara agama telah lama ditinggalkan, tapi teater ini hidup terus hingga sekarang.
Selain upacara keagamaan, teater dulunya dikenal dimainkan untuk menghormati seorang
pahlawan di kuburannya. Dalam acara ini seseorang mengisahkan riwayat hidup sang pahlawan
yang lama kelamaan diperagakan dalam bentuk teater.
Teater pada zaman dahulu juga berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita. Cerita itu
kemudian juga dibuat dalam bentuk teater (kisah perburuan, kepahlawanan, perang, dsb).
Adapun naskah teater tertua di dunia yang pernah ditemukan ditulis seorang pendeta Mesir, I
Kher-nefert, di jaman peradaban mesir kuno kira-kira 2000 tahun sebelum tarikh Masehi dimana
pada jaman itu peradaban Mesir kuno sudah maju.
Saat itu mereka sudah bisa membuat piramida, sudah mengerti irigasi, sudah bisa membuat
kalender, sudah mengenal ilmu bedah, dan juga sudah mengenal tulis menulis.
I Kher-nefert menulis naskah tersebut untuk sebuah pertunjukan teater ritual di kota Abydos,
sehingga terkenal sebagai “Naskah Abydos” yang menceritakan pertarungan antara dewa buruk
dan dewa baik.
Kemudian, jalan cerita naskah Abydos juga diketemukan tergambar dalam relief kuburan yang
lebih tua. Sehingga para ahli bisa mengira bahwa jalan cerita itu sudah ada dan dimainkan orang
sejak tahun 5000 SM.
Bahkan teater itu sudah menggunakan unsur intrinsik dan ekstrinsik drama secara lengkap seperti
pemain, jalan cerita, naskah dialog, topeng, tata busana, musik, nyanyian, tarian, dan properti
pemain seperti tombak, kapak, tameng, dan sejenisnya.
Fungsi Teater
Dalam kehidupan teater pasti memiliki fungsi dari hanya sekedar menghibur, mendidik bahkan
lebih dari itu. Secara umum, ada tiga fungsi teater yakni:
– Sebagai Media Ekspresi
Teater berguna untuk mengekspresikan diri si pelakon. Dengan teater pelakon maupun sutradara
bisa menyampaikan pesan tersembunyi atau hal yang ingin disampaikan ke penonton seperti
petaka yang terjadi jika manusia terus membuang sampah ke laut.
Teater juga berfungsi menghibur para penonton dengan berbagai aksi pelakon baik dengan
komedi ataupun aksi-aksi lainnya.
Teater juga menyampaikan pesan-pesan moral kepada penonton. Misalnya tokoh antagonis akan
mendapat kesialan di akhir cerita, maka hendaknya penonton tidak meniru perbuatan-perbuatan
jahat karena akan ada akibatnya.
Jenis-jenis Teater
Teater yang dipraktekkan manusia di seluruh dunia memiliki banyak macam dan jenisnya.
Pembagian teater pun beragam mulai berdasarkan jenisnya hingga penyampaian ceritanya.
1. Teater Tradisional
Teater Tradisional biasa juga disebut teater daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, di
antaranya adalah; ketoprak, ludruk, mamanda, dulmuluk, arja, lenong dan masih banyak lagi.
Biasanya cerita dalam teater tradisional mengusung budaya setempat dan disampaikan secara
improvisasi (tanpa naskah).
Ciri dari teater tradisional adalah pementasannya di panggung terbuka (lapangan, halaman
rumah), properti dan pementasannya sederhana serta ceritanya turun temurun.
Contoh dari teater tradisional adalah Banjet, Longser, Ogel, Reog, Topeng Cirebon, Angklung
Badut, Wayang Golek dari Jawa Barat Reog Ponorogo,
Ludruk dari Jawa Timur-Ketoprak, Wayang Orang, dan lainnya.
2. Teater Modern
Teater modern ataupun teater non-tradisional adalah teater yang penyampaian ceritanya
berdasarkan pada naskah dan sumber ilmunya dari dunia Barat, dan juga bahannya dari kejadian-
kejadian sehari- hari, atau karya sastra.
Ciri-ciri teater modern adalah penataan panggungnya lebih kompleks, ada pengaturan jalan cerita
dan tempat panggungnya tertutup.
Contoh teater modern adalah drama musikal, teater, sinetron dan film
1. Teater Improvisasi
Teater ini dimainkan tanpa ada naskah baku. Sehingga para pemain perlu kreatif untuk
memainkan peran masing-masing agar dramanya terlihat hidup.
2. Teater Naskah
Teater ini berdasarkan naskah baku. Sehingga para pemain perlu menghapal naskahnya sebelum
beraksi di panggung.
Menurut Pertujukannya
1. Teater Tutur
Teater tutur adalah Kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai Teater Tutur berhubungan dengan
aktivitas bercerita secara tunggal (monolog), seperti membaca puisi, deklamasi, mendongeng,
dan stand up comedy.
Contoh Teater Tutur yang bersumber dari nilai-nilai lokal adalah bakaba, macapat, kentrung, dan
P.M. Toh, yang seringkali berhubungan dengan cerita rakyat (folklor).
2. Teater Gerak
Kegiatan teater yang dialognya disampaikan melalui gerak, misalnya pantomim/tablo. Contoh
Teater Gerak yang bersumber dari nilai-nilai lokal adalah randai, wayang orang, dan tari kecak.
Tema cerita dalam Teater Gerak adalah bagian dari cerita rakyat (folklor).
3. Teater Boneka
Kegiatan teater yang menggunakan benda/boneka yang merupakan representasi dari suatu
karakter atau tokoh dalam cerita, misalnya wayang kulit, wayang golek, wayang potehi, cemen,
dan wayang suket.
Contoh teater boneka yang cukup populer ialah pertujukan wayang kulit. Dalam pertunjukan
wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan
wayang di layar.
4. Teater Dramatik
Kegiatan teater yang bersumber dari naskah tertulis, misalnya drama Kwek-Kwek (karya D.
Djayakusuma) dan Romeo dan Juliet.
5. Drama Musikal
Kegiatan teater yang menggabungkan cerita, gerak, dan musik, dengan dialog yang dinyanyikan.
Bentuk drama musikal adalah operet dan kabaret, misalnya operet Laskar Pelangi, Bawang
Merah dan Bawang Putih, dan sebagainya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam seni teater dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik dalam seni peran atau teater adalah unsur yang menyangkut tentang bagaimana
keberlangsungan pementasan suatu teater.
Tanpa unsur internal internal tidak akan ada suatu pementasan teater. Oleh karena itu, unsur
internal dikatakan sebagai jantungnya sebuah pementasan teater. Unsur internal, meliputi:
– Naskah/Skenario
– Pemain/Pemeran/Tokoh
– Sutradara
2. Unsur Ekstrinsik
Adapun unsur ekstrinsik dalam drama atau teater adalah sebagai berikut.
– Staf produksi
– Sutradara/ derektor
– Stage manager
– Desainer
– Crew
Demikian ulasan mengenai teater, sejarah, fungsi hingga jenis-jenisnya. Semoga bermanfaat.
Banyak orang berasumsi, drama itu sekedar tontonan. Memang tidak keliru anggapan ini.
Hampir semua drama dipentaskan memang untuk ditonton. Apalagi kalau dirunut dari
aspek etimologi, akar tunjang dari istilah “drama” dari bahasa Greek (Yunani kuna) drau
yang berarti melakukan (action) atau berbuat sesuatu (Muhsin, 1995).
Berbuat berarti memang layak dilihat. Wiyanto (2002:1) sedikit berbeda, katanya drama dari
bahasa Yunani dram, artinya bergerak. Kiranya, gerak dan aksi adalah mirip. Kalau
begitu, tindakan dan gerak yang menjadi ciri drama. Tiap drama mesti ada gerak dan aksi,
yang menuntun lakon.
Dalam bahasa Jawa, drama sering disebut sandiwara. Kata sandi artinya rahasia, wara (h)
menjadi warah berarti ajaran. Sandiwara berarti drama yang memuat ajaran tersamar
tentang hidup. Sandiwara dan drama sebenarnya tidak perlu diperdebatkan.
Keduanya memuat kisah, yang bercirikan dialog. Baik drama maupun sandiwara sama-
sama menjadi guru kehidupan ini. Drama itu suguhan seni yang hidup, penuh fantasi.
Drama menjadi tafsir kehidupan, yang kadang-kadang melebihi dunia aslinya. Siapapun
sesungguhnya dapat bergulat dengan drama. Muhsin (1995) juga banyak mengetengahkan
berbagai kelebihan drama. Biarpun bagi seseorang kadang-kadang enggan tampil dan
malu-malu menjadi pemain, drama tetap genre sastra yang menarik.
Hampir seluruh siswa dan mahasiswa senang tampil. Naluri tampil ini dapat dipupuk melalui
permainan drama.
Selain sandiwara dan drama, ada lagi yang disebut teater. Wiyanto (2002:2) mencoba
meruntut etimologi teater dari bahasa Yunani theatron, bahasa Inggris theater, yang berati
pertunjukan atau dunia sandiwara, yang takjub dilihat. Jika demikian dapat saya tegaskan,
teater itu sebuah pertunjukan drama yang menarik, biasanya di panggung.
Belakangan teater lebih mewarnai jagad pertunjukan, hingga muncul Teater Jeprek, teater
Laskar, teater Rendra, teater kampus, dan lain-lain. Kelompok teater itu tidak lain mengolah
drama sebagai pertunjukan. Teater tergolong drama yang mengutamakan akting, dialog,
dan gerak