Anda di halaman 1dari 19

PENGERTIAN TEATER

T eater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place)  yang artinya
tempat atau gedung  pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas
kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan didepan orang banyak.
Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan. misalnya ketoprak,
ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain
sebagainya.

Adapun pengertian teater menurut para tokoh, antara lain :


1.       Menurut Harymawan, 1993 : Teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial
kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara
kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Berdasarkan
paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang
teater dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik
berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang
dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”.

2.       Menurut Bakdi Soemanto, 2001 : Teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari
kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari
kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon
mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius
yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan
tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum
era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian
erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai
teks atau naskah atau lakon atau karya sastra.

3.       Menurut Kasim Achmad, 2006 : Istilah Teater sekarang lebih umum digunakan tetapi sebelum
itu istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas panggung disebut sebagai
pentas drama. Hal ini menandakan digunakannya naskah lakon yang biasa disebut sebagai karya
sastra drama dalam pertujukan teater. Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah
teater. Yang ada adalah sandiwara atau  tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah
Sandiwara konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata
sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang
berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yang
dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993). Rombongan teater pada masa itu
menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada
Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer.
Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan.

Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di ataspanggung dan
disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka
“drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”.
Jenis Seni Teater
a.  Teater Rakyat (tradisional)
Pertunjukan hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu, seperti khitanan,
perkawinan, selamatan dan sebagainya. Contoh-contoh teater rakyat adalah sebagai berikut
Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah,
b. Teater Klasik (keraton)
Segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan yang
memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat(penontonnya). Lahirnya jenis teater
ini dari pusat kerajaan. Contohnya Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek, dan
Langendriya.
c.  Teater Modern
Teater modern merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya
sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi Stambul, Sandiwara Dardanela,
Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater modern. Dalam Srimulat sebagai
contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, jenis ceritanya diambil dari  dunia 
modern.  Musik,  dekor,  dan  properti  lain  menggunakan teknik Barat. Teater sudah
membudaya dalam kehidupan bangsa kita. Dalam teater, penonton tidak hanya disuguhi
pengetahuan tentang baik/buruk, dan indah/ jelek, tetapi ikut menyikapi dan melihat action.
Contoh Teater Modern yaitu drama,  teater,  sinetron  dan  film.  Ciri-ciri Teater  Modern 
adalah  panggung tertata, ada pengaturan jalan cerita, tempat panggung tertutup.

JENIS TEATER MODERN TRADISIONAL

1.  Teater Boneka
Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak
Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di
makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani.
Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda
atau kisah-kisah religius. Berbagai jenis boneka
dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan
dipakai di tangan sementara boneka tongkat
digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari
bawah. Marionette, atau boneka tali,  digerakkan
dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali
boneka diikatkan.

2. Drama Musikal
Merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting.
Drama musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para pemainnya.
Di panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa disebut dengan
pertunjukan kabaret. Kemampuan aktor tidak hanya pada penghayatan karakter melalui baris
kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena
memang latar belakangnya adalah karya musik yang bercerita seperti The Cats karya Andrew
Lloyd Webber yang fenomenal. Dari karya musik bercerita tersebut kemudian dikombinasi
dengan gerak tari, alunan lagu, dan tata pentas.
Selain kabaret, opera dapat digolongkan dalam drama
musikal. Dalam opera dialog para tokoh dinyanyikan
dengan iringan musik orkestra dan lagu yang
dinyanyikan disebut seriosa. Di sinilah letak perbedaan
dasar antara Kabaret dan opera. Dalam drama musikal
kabaret, jenis musik dan lagu bisa saja bebas tetapi
dalam opera biasanya adalah musik simponi (orkestra)
dan seriosa. Tokoh-tokoh utama opera menyanyi untuk
menceritakan kisah dan perasaan mereka kepada
penonton. Biasanya juga berupa paduan suara. Opera bermula di Italia pada awal tahun 1600-an.
Opera dipentaskan di gedung opera. Di dalam gedung opera, para musisi duduk di area yang
disebut orchestra  pit di bawah dan di depan panggung.

3. Teater Gerak
Teater gerak merupakan pertunjukan teater
yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi
wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog
sangat dibatasi atau bahkan dihilangkan seperti
dalam pertunjukan pantomim klasik. Teater gerak,
tidak dapat diketahui dengan pasti kelahirannya
tetapi ekspresi bebas seniman teater terutama dalam
hal gerak menemui puncaknya dalam masa
commedia del’Arte di Italia. Dalam masa ini pemain
teater dapat bebas bergerak sesuka hati (untuk
karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk memancing perhatian
penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan pertunjukan dengan
berbasis gerak secara mandiri muncul.

Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah pantomim. Sebagai
pertunjukan yang sunyi (karena tidak menggunakan suara), pantomim mencoba mengungkapkan
ekspresinya melalui tingkah polah gerak dan mimik para pemainnya. Makna pesan sebuah lakon
yang hendak disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk gerak. Tokoh pantomim yang
terkenal adalah Etienne Decroux dan Marcel Marceau, keduanya dari Perancis.

4. Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan
teater yang berdasar pada dramatika lakon yang
dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter
secara psikologis sangat diperhatikan dan situasi cerita
serta latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin.
Rangkaian cerita dalam teater dramatik mengikuti alur
plot dengan ketat. Mencoba menarik minat dan rasa
penonton terhadap situasi cerita yang disajikan.
Menonjolkan laku aksi pemain dan melengkapinya
dengan sensasi sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain
hingga membentuk keseluruhan lakon. Karakter yang disajikan di atas pentas adalah karakter
manusia yang sudah jadi, dalam artian tidak ada lagi proses perkembangan karakter tokoh secara
improvisatoris (Richard Fredman, Ian Reade: 1996). Dengan segala konvensi yang ada di
dalamnya, teater dramatik mencoba menyajikan cerita seperti halnya kejadian nyata.

5. Teatrikalisasi Puisi
Pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya
hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena bahan dasarnya adalah puisi
maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para
pemain biasanya teatrikal. Tata panggung dan  blocking dirancang sedemikian rupa untuk
menegaskan makna puisi yang dimaksud. Teatrikalisasi puisi memberikan wilayah kreatif bagi
sang seniman karena mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan laku aksi dan tata
artistik di atas pentas.

CONTOH-CONTOH TEATER

1.      Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar
1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia
memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan
roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang,
yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan
di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan
bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk
di depan layar, menonton bayangan tersebut.
Penonton pria duduk di belakang layar dan
menonton wayang secara langsung.
      Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan
Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai
karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan
sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
       G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan , dalam
bahasa melayu artinya: bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang.
Bahasa Bikol menurut keterangan Profesor Kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu
berasal dari akar kata "yang" yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: laying
(nglayang)=yang, dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti
selalu berpindah tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal:
poyang, akar kata yang. Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari
yang dan sebagainya tadi, maka jelas bahwa arti dari akar kata: yang, yung, yong ialah bergerak
berkali-kali, tidak tetap, melayang.
2. Makyong
Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu
yang sampai sekarang masih digemari dan sering
dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional.
Makyong dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha Thai dan
Hindu-Jawa. Nama makyong berasal dari mak hyang, nama
lain untuk dewi sri, dewi padi. Makyong adalah teater
tradisional yang berasal dari Pulau Bintan, Riau. Makyong
berasal dari kesenian istana sekitar abad ke-19 sampai tahun
1930-an. Makyong dilakukan pada siang hari atau malam hari. Lama pementasan ± tiga jam

3. Drama Gong

Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali


yang masih relatif muda usianya yang diciptakan dengan
jalan memadukan unsur-unsur drama modern (non
tradisional Bali) dengan unsur-unsur kesenian tradisional
Bali. Dalam banyak hal Drama Gong merupakan
pencampuran dari unsur-unsur teater modern (Barat)
dengan teater tradisional (Bali). Karena dominasi dan
pengaruh kesenian klasik atau tradisional Bali masih begitu kuat, maka semula Drama Gong
disebut "drama klasik". Nama Drama Gong diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam
pementasannya setiap gerak pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong
(Gong Kebyar). Drama Gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka
Payadnya dari desa Abianbase (Gianyar).
        Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak kejayaannya adalah
tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980 kesenian ini mulai menurun
popularitasnya, sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaa Drama Gong yang masih aktif.

4. Randai
Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat
Minangkabau, Sumatra Barat yang dimainkan oleh
beberapa orang (berkelompok atau beregu). Randai
dapat diartikan sebagai “bersenang-senang sambil
membentuk lingkaran” karena memang pemainnya
berdiri dalam sebuah lingkaran besar bergaris tengah
yang panjangnya lima sampai delapan meter. Cerita
dalam randai, selalu mengangkat cerita rakyat
Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin
Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Konon kabarnya, randai pertama kali
dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Padang Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa
yang keluar dari laut.
        Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia.
Bahkan randai dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok
mahasiswa di University of Hawaii, Amerika Serikat.
Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat Minangkabau ini, merupakan
hasil penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: drama (teater), seni musik, tari dan
pencak silat.

5. Mamanda

Mamanda adalah seni teater atau pementasan


tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Dibanding dengan seni pementasan yang lain,
Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi
hubungan yang terjalin antara pemain dengan
penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi
aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang
disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti
zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur
cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku
seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama,
Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
        Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti
Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang
Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman
dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang
terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau
kekeluargaan.
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek
dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan.
Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk
kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk.
Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
         Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh
Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut
hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru
bernama "Mamanda".
Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada
umumnya

6. Longser

Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional


masyarakat sunda, Jawa barat. Longser berasal dari akronim
kata melong (melihat dengan kekaguman) dan saredet
(tergugah) yang artinya barang siapa yang melihat
pertunjukan longser, maka hatinya akan tergugah. Longser
yang penekanannya pada tarian disebut ogel atau doger.
Sebelum longser lahir dan berkembang, terdapat bentuk teater tradisional yang disebut lengger.
Busana yang dipakai untuk kesenian ini sederhana tapi mencolok dari segi warnanya terutama
busana yang dipakai oleh ronggeng. Biasanya seorang ronggeng memakai kebaya dan kain
samping batik. Sementara, untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog dan ikat
kepala.

7. Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer,
terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah.
Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di
daerah-daerah tersebut ketoprak merupakan kesenian
rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan
mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan
emprak.
         Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu
Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. Serat
Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga Warsita dalam bukunya Kolfbunning
tahun 1923 menyatakan “… Tetabuhan ingkang nama kethoprak tegesipun kothekan” ini berarti
kethoprak berasal dari bunyi prak, walaupun awalnya bermula dari alat bernama tiprak.
Kethoprak juga berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung oleh
pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling.
     Ketoprak merupakan salah satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang
digunakan. Bahasa sangat memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa Jawa,
namun harus diperhitungkan masalah unggahungguh bahasa. Dalam bahasa Jawa terdapat
tingkat-tingkat bahasa yang digunakan, yaitu:
- Bahasa Jawa biasa (sehari-hari)
- Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi)
- Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi)
       Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-
tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak,
bahasa Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau drama
yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon, dialog, busana rias,
maupun bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan oleh rakyat.

8. Ludruk
Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran
yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang
umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Ludruk
merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan
oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah
panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan
rakyat sehari-hari (cerita wong cilik), cerita perjuangan
dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan
diiringi dengan gamelan sebagai musik.
      Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa,
menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain
seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang
digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak,
peronda, sopir angkutan umum, dll).

9. Lenong
"Lenong" adalah seni pertunjukan teater tradisional
masyarakat Betawi, Jakarta. Lenong berasal dari nama
salah seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong.
Konon, dahulu Lien Ong lah yang sering memanggil dan
menggelar pertunjukan teater yang kini disebut Lenong
untuk menghibur masyarakat dan khususnya dirinya
beserta keluarganya. Pada zaman dahulu (zaman
penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh masyarakat
sebagai bentuk apresiasi penentangan terhadap tirani
penjajah.
       Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas
kesenian serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu. Selain
itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses
teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
       Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung.
Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah
seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela
       Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong denes (dari
kata denes dalam dialek Betawi yang berarti “dinas” atau “resmi”), aktor dan aktrisnya umumnya
mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan,
sedangkan dalam lenong preman busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan
umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga
dibedakan dari bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus
(bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.

10. Ubrug
"Ubrug" di Pandeglang dikenal sebagai kesenian tradisional
rakyat yang semakin hari semakin dilupakan oleh
penggemarnya. Istilah ‘ubrug’ berasal dari bahasa Sunda
‘sagebrugan’ yang berarti campur aduk dalam satu lokasi.
Kesenian ubrug termasuk teater rakyat yang memadukan
unsur lakon, musik, tari, dan pencak silat. Semua unsur itu
dipentaskan secara komedi. Bahasa yang digunakan dalam
pementasan, terkadang penggabungan dari bahasa Sunda,
Jawa, dan Melayu (Betawi). Alat musik yang biasa dimainkan dalam pemenetasan adalah
gendang, kulanter, kempul, gong angkeb, rebab, kenong, kecrek, dan ketuk.
Selain berkembang di provinsi Banten, kesenian Ubrug pun berkembang sampai ke Lampung
dan Sumatera Selatan yang tentunya dipentaskan menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Teater Ubrug pada awalnya dipentaskan di halaman yang cukup luas dengan tenda daun kelapa
atau rubia.
Untuk penerangan digunakan lampu blancong, yaitu lampu minyak tanah yang bersumbu dua
buah dan cukup besar yang diletakkan di tengah arena. Lampu blancong ini sama dengan oncor
dalam ketuk tilu, sama dengan lampu gembrong atau lampu petromak. Sekitar tahun 1955, ubrug
mulai memakai panggung atau ruangan, baik yang tertutup ataupun terbuka di mana para
penonton dapat menyaksikannya dari segala arah.
Seni teater bangkit lagi setelah jaman Renaisans (sekitar tahun 1500M-1700M). Pada masa itu,
lahirlah pengarang-pengarang besar seperti William Shakespeare (dengan karya Hamlet, Romeo
dan Juliet, Pedagang Venesia, Mimpi di Tengah Malam Musim Panas, dll). Pada era
modern, tokoh yang berkembang adalah Henrik Ibsen dan George Bernard Shaw.Wayang

11. Wong (wayang orang)


Wayang Wong dalam bahasa Indonesia artinya wayang
orang, yaitu pertunjukan wayang kulit, tetapi dimainkan
oleh orang. Wayang wong adalah bentuk teater
tradisional Jawa yang berasal dari Wayang Kulit yang
dipertunjukan dalam bentuk berbeda: dimainkan oleh
orang, lengkap dengan menari dan menyanyi, seperti
pada umumnya teater tradisional  dan tidak memakai
topeng. Pertunjukan wayang orang terdapat di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan di Jawa Barat ada
juga pertunjukan wayang orang (terutama di Cirebon)
tetapi tidak begitu populer. Lahirnya Wayang Orang, dapat diduga dari keinginan para seniman
untuk keperluan pengembangan wujud bentuk Wayang Kulit yang dapat dimainkan oleh orang.
Wayang yang dipertunjukan dengan orang sebagai wujud dari wayang kulit -hingga tidak
muncul dalang yang memainkan, tetapi dapat dilakukan oleh para pemainnya sendiri. Sedangkan
wujud  pergelarannya berbentuk drama, tari dan musik.

Wayang orang dapat dikatakan masuk kelompok seni teater tradisional, karena tokoh-tokoh
dalam cerita dimainkan oleh para pelaku (pemain). Sang Dalang bertindak sebagai pengatur laku
dan tidak muncul dalam pertunjukan. Di Madura, terdapat pertunjukan wayang orang yang agak
berbeda, karena masih menggunakan topeng dan menggunakan dalang seperti pada wayang
kulit. Sang dalang masih terlihat meskipun tidak seperti dalam pertunjukan wayang kulit. Sang
Dalang ditempatkan dibalik layar penyekat dengan diberi lubang untuk mengikuti gerak pemain
di depan layar penyekat. Sang Dalang masih mendalang dalam pengertian semua ucapan pemain
dilakukan oleh Sang Dalang karena para pemain memakai topeng. Para pemain di sini hanya
menggerak-gerakan badan atau tangan untuk mengimbangi ucapan yang dilakukan oleh Sang
Dalang. Para pemain harus pandai menari. Pertunjukan ini di Madura dinamakan topeng dalang.
Semua pemain topeng dalang memakai topeng dan para pemain tidak mengucapkan dialog
12. Gambuh
Gambuh merupakan teater tradisional yang paling tua di
Bali dan diperkirakan berasal dari abad ke-16. Bahasa
yang dipergunakan adalah bahasa Bali kuno dan terasa
sangat sukar dipahami oleh orang Bali sekarang.
Tariannya pun terasa sangat sulit karena merupakan tarian
klasik yang bermutu tinggi. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan kalau gambuh merupakan sumber dari tari-
tarian Bali yang ada. Sejarah gambuh telah dikenal sejak
abad ke-14 di Zaman Majapahit dan kemudian masuk ke Bali pada akhir Zaman Majapahit. Di
Bali, gambuh dipelihara di istana raja-raja.
Kebanyakan lakon yang dimainkan gambuh diambil dari struktur cerita Panji yang diadopsi ke
dalam budaya Bali. Cerita-cerita yang dimainkan di antaranya adalah  Damarwulan,
Ronggolawe, dan  Tantri. Peran-peran utama menggunakan dialog berbahasa Kawi, sedangkan
para punakawan berbahasa Bali. Sering pula para punakawan menerjemahkan bahasa Kawi ke
dalam bahasa Bali biasa.
Suling dalam gambuh yang suaranya sangat rendah, dimainkan dengan teknik pengaturan
nafas yang sangat sukar, mendapat tempat yang khusus dalam gamelan yang mengiringi gambuh,
yang sering disebut gamelan “pegambuhan”. Gambuh mengandung kesamaan dengan “opera”
pada teater Barat karena unsur musik dan menyanyi mendominasi pertunjukan. Oleh karena itu
para penari harus dapat menyanyi. Pusat kendali gamelan dilakukan oleh juru tandak, yang
duduk di tengah gamelan dan berfungsi sebagai penghubung antara penari dan musik. Selain dua
atau empat suling, melodi pegambuhan dimainkan dengan rebab bersama seruling. Peran yang
paling penting dalam gamelan adalah pemain kendang lanang atau disebut juga kendang
pemimpin. Dia memberi aba-aba pada penari dan penabuh.

13. Arja
Arja merupakan jenis teater tradisional yang
bersifat kerakyatan, dan terdapat di Bali. Seperti bentuk
teater tradisi Bali lainnya, arja merupakan bentuk teater
yang penekanannya pada tari dan nyanyi. Semacam
gending yang terdapat di daerah Jawa Barat (Sunda),
dengan porsi yang lebih banyak diberikan pada bentuk
nyanyian (tembang). Apabila ditelusuri, arja bersumber dari
gambuh yang disederhanakan unsur-unsur tarinya, karena
ditekankan pada tembangnya. Tembang (nyanyian) yang
digunakan memakai bahasa Jawa Tengahan dan bahasa Bali halus yang disusun dalam tembang
macapat.
Pengertian Seni Teater
Kata seni teater dapat diartikan berbeda beda menurut beberapa negara seperti dalam bahasa Perancis
"Teatre", dalam bahasa Inggris "Teater", serta dalam bahasa Yunani "Teatron". Walaupun kata teater
menurut beberapa negara berbeda namun memiliki makna yang sama yaitu seni teater merupakan
suatu pertunjukan seni yang berada di atas panggung pentas seni untuk dilihat oleh umum. Namun kata
teater menurut etimologis memiliki makna sebagai tempat maupun gedung pertunjukan.

Seni teater memiliki pengertian secara  sempit maupun pengertian secara luas. Pengertian seni teater
secara sempit adalah sebuah drama yang sudah tertulis dalam naskah yang telah dibuat sebelumnya,
kemudian dipertunjukan diatas panggung pertunjukan serta disaksikan oleh umum atau banyak orang.
Sedangkan pengertian seni teater secara luas adalah seluruh adegan peran yang langsung dipertunjukan
kepada banyak orang tanpa ada naskah tertulis, sehingga pemain dapat mengimprovisasikan apa yang
akan mereka perankan. Contoh arti seni teater secara luas meliputi ketoprak, janger, dagelan, sulap,
serta pertunjukan pertunjukan lainnya.

Seni teater menurut perkembangan zaman dapat diartikan sebagai sebuah drama. Namun kata teater
dengan kata drama memiliki arti yang berbeda. Drama menurut bahasa Perancis "Drame" diartikan
sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh pihak kelas menengah. Menurut bahasa
Yunani Kuno "Draomai" dapar diartikan sebagai berbuat dan bertindak. Berdasarkan penjelasan tadi
"seni teater" berhubungan dengan pertunjukan yang dilakukan di atas pentas seni yang dilihat oleh
orang banyak, namun "drama" berhubungan dengan pentas yang didalamnya terdapat peran yang
memainkan perannya berdasarkan naskah cerita. Jadi pengertian seni teater adalah visualisasi dari
sebuah drama yang dipertunjukkan diatas panggung serta disaksikan oleh banyak orang. Drama tersebut
merupakan salah satu unsur dari sebuah teater.

Baca juga :Pengertian Akuntansi Manajemen Berserta Fungsi, Tujuan, dan Ruang Lingkupnya
Fungsi Seni Teater
Menurut perkembangan teknologi fungsi seni teater mengalami pergeseran yang luas. Dari yang dulu
fungsi teater hanya sebagai tontonan untuk umum, namun sekarang teater tersebut berfungsi sebagai
pendidikan juga. Fungsi teater tersebut tidak hanya sebagai hiburan bagi masyarakat namun berfungsi
pula sebagai afektif masyarakat. Adapun fungsi seni teater sebagai berikut :

Teater sebagai Sarana Upacara

Pada zaman dahulu teater berfungsi sebagai sarana persembahan bagi dewa Apollo serta persembahan
pesta bagi dewa Dyonesos. Teater juga berfungsi sebagai upacara kedatangan seseorang yang berada
pada daerah tertentu. Pada sarana upacara tersebut tidak memerlukan penonton karena penonton
tersebut merupakan bagian dari peserta upacara persembahan tersebut. Sarana upacara persembehan
seperti ini biasanya dapat disebut sebagai teater Tradisional.

Teater sebagai Media Ekspresi

Seni teater telah menjadi media ekspresi siswa dalam menyalurkan bakat yang mereka miliki. Berbeda
dengan seni seni lainnya seperti seni musik yang mengedepankan sebuah gerakan atau tarian dengan
irama suara. Seni teater lebih mengedepankan gerakan tubuh serta ucapan dalam memerankan sebuah
peran. Seni teater juga mengekpresikan penghayatan jiwa dalam memerankan sebuah tokoh cerita.

Teater sebagai Media Hiburan

Seni teater sebagai media hiburan memiliki fungsi penting dalam menghibur penonton yang
menyaksikan sebuah pertunjukan, sehingga penonton tersebut  merasa terhibur sesuai dengan yang
mereka inginkan. Dalam memerankan sebuah tokoh dalam cerita tersebut pemain harus
mempersiapkan dirinya secara semaksimal mungkin agar penonton merasa puas dalam menyaksikan
pertunjukan tersebut.

Teater sebagai Media Pendidikan

Didalam teater terdapat kerjasama tim yang terjadi secara harmonis antar satu pemain dengan pemain
lainnya. Karena teater tersebut tidak dikerjakan oleh individual maka dapat disebut sebagai seni kolektif.
Dalam sebuah pementasan seni selalu ada pesan yang terkandung dalam sebuah cerita ynag telah
disampaikan oleh pemain. Pesan pesan moral tersebut akan lebih mudah dipahami melalui sebuah
pertunjukan daripada harus membaca sebuat cerita pada buku.

Unsur Unsur Seni Teater


Dalam sebuah seni teater juga terdapat unsur unsur seni yang harus ada dalam sebuah pementasan.
Adapun unsur tersebut dapat dibedakan menjadi Unsur Internal dan Unsur Eksternal. Penjelasan dari
unsur tersebut sebagai berikut:
Unsur Internal Teater

Unsur Internal merupakan unsur utama dalam sebuah pertunjukan seni teater serta harus ada apabila
akan melakukan sebuah pertunjukan seni teater. Unsur internal dapat disebut sebagai jantungnya
sebuah pementasan, karena apabila salah satu unsur tersebut tidak ada maka sebuah pertunjukan tidak
dapat dilaksanakan. Adapun unsur unsur internal seni teater meliputi naskah, sutradara, pemain,
pentas, properti, dan penataan. Selanjutnya penjelasan dari setiap unsur unsur tersebut yaitu:

 Naskah atau Skenario : Naskah dapat disebut juga sebagai skenario yang merupakan alur dari
sebuah cerita yang akan dipentaskan dan biasanya berupa nama tokoh serta dialog pemain.
Naskah tersebut juga penghubung antara unsur unsur lain seperti pentas, pemain, sutradara
dan kostum bagi pemain.
 Pemain : Pemain adalah tokoh yang akan diperankan dalam sebuah pertunjukan teater. Pemain
tersebut  adalah unsur penting yang harus ada dalam sebuah cerita agar cerita tersebut dapat
tersampaikan kepada penonton. Didalam unsur ini terdapat unsur penunjang lain seperti gerak
dan suara. Pemain dapat dibagi menjadi tiga yaitu peran utama baik protagonis maupun
antagonis, peran tambahan atau figuran dan peran pembantu. Dalam sebuah film atau sinetron
pemain perempuan biasanya disebut Aktris, sedangkan pemain laki laki biasanya disebut
sebagai Aktor.
 Sutradara : Sutradara adalah otak dari sebuah cerita karena memiliki tugas untuk mengatur
serta memimpin sebuah pementasan maupun teknik pembuatan teater tersebut. Skenario
adalah unsur yang memiliki sifat paling sentral. Tugas sutradara seperti menciptakan ide ide
yang akan digunakan dalam sebuah pentas, membedah naskah, mengarahkan para pemain, dan
sebagainya.
 Pentas : Pentas merupakan unsur penunjang dalam sebuah pertunjukan seni teater seperti tata
lampu, properti, serta beberapa dekorasi lain yang akan membantu terlaksananya sebuah
pertunjukan. Unsur ini biasanya memberikan kesan estetika dalam sebuah cerita yang
diperankan oleh seorang pemain.
 Properti : Properti adalah perlengkapan yang diperlukan dalam sebuah pertunjukan teater agar
pertunjukan tersebut dapat terlaksana. Properti tersebut meliputi, meja, robot, kursi, dekorasi
dan lain lain.
 Penataan : Penataan berisi semua pekerja yang ikut serta dalam sebuah pementasan seperti
tata busana, tata rias, tata lampu, dan tata suara. Tata Busana memiliki tugas sebagai pembuat
pakaian atau pengatur kostum yang akan dipakai oleh pemain dalam memainkan peranan dalam
sebuah cerita. Tata Rias bertugas untuk mendandani pemain agar dapat menyatu dengan
karakter peran dalam sebuah cerita. Tata Lampu bertugas mengatur serta mengontrol cahaya
yang terdapat pada panggung. Tata Suara bertugas mengatur pengeras suara.

Baca juga :Contoh Kalimat Simpleks dan Kalimat Kompleks Beserta Strukturnya
Selain memiliki unsur internal, teater juga memiliki unsur eksternal yang secara garis besar
bersinggungan dengan segala unsur unsur yang terdapat diluar panggung teater. Untuk memahaminya
silahkan simak penjelasannya dibawah ini.
Unsur Eksternal Teater

Unsur Eksternal adalah salah satu unsur unsur seni teater yang mengurus seluruh kebutuhan yang
diperlukan dalam sebuah pementasan teater. Unsur Eksternal meliputi Sutradara atau Derektor, Staf
Produksi, Desainer, Stage Manajer dan Crew. Adapun penjelasan dari unsur eksternal tersebut yaitu:

 Staf Produksi : Staf produksi adalah kumpulan beberapa orang yang bekerja sama dalam sebuah
tim, baik sebagai pimpinan produksi maupun bagian lain yang berada dibawahnya. Seluruh
bagian staf produksi memiliki tugas yang berbeda beda, contohnya saja tugas dari seorang
pimpinan produksi meliputi mengatur seluruh hal yang berkenaan dengan produksi,
menetapkan program kerja dan sebagainya.
 Sutradara atau Derektor : Sutradara juga merupakan unsur eksternal dari seni teater. Sutradara
tersebut bertugas untuk mengarahkan pemain, mencari serta mempersiapkan aktor dari sebuah
cerita, menyiapkan make up serta hal lain yang berkaitan dengan kru, dan mengkoordinasi
pelaksanaan sebuah pementasan agar berjalan dengan baik.
 Stage Manajer : Stage Manajer merupakan unsur eksternal yang berfungsi untuk membantu
tugas dari seorang sutradara serta memimpin dan bertanggung jawab dalam sebuah
pementasan.
 Desainer : Desainer bertugas menyiapkan segala sesuatu dalam sebuah pementasan baik dari
segi panggung, tata lampu, pencahayaan, kostum serta perlengkapan lain yang berkaitan
dengan aspek visual.
 Crew : Crew merupakan penanggung jawab dari setiap sub  yang terdapat dalam bagian
desainer, seperti bagian perlengkapan, tata musik, tata lampu, dan bagian pentas.

Jenis Jenis Seni Teater 


Selain unsur unsur seni teater diatas ada pula jenis jenis seni teater. Adapun jenis jenis seni teater
sebagai berikut.

Teater Boneka
Terater Boneka

Jenis teater boneka adalah jenis teater yang sudah ada pada jaman India Kuno, Yunani dan Mesir. Bukti
adanya sebuah teater boneka tersebut dapat dibuktikan berdasarkan sisa peninggalan yang ditemukan
dalam sebuah makam maupun reruntuhan bangunan jaman dahulu.  Dalam pementasan teater boneka
terdapat beberapa jenis boneka yang digunakan, baik boneka tongkat yang dimainkan dengan tongkat
yang dipegang dari bawah, serta boneka tangan yang dimainkan menggunakan tangan. Adapula boneka
tali atau marionette yang menggunakan tali yang diikatkan dalam kayu yang silang dalam
menggerakkannya.

Teater Wayang Kulit

Teater Wayang Kulit


Selain teater boneka diatas ada juga teater wayang kulit yang tidak kalah populer. Teater ini
menggunakan layar tipis serta sinar lampu untuk menciptakan kesan bayangan pada wayang kulit.
Wayang kulit tersebut dimainkan dibelakang layar tadi. Dalam pementasan teater wayang kulit ini
biasanya penonton wanita menonton pada bagian depan layar yang untuk menonton bayangan dari
wayang kulit tersebut, sedangkan para laki laki menonton pada bagian belakang layar untuk menonton
wayang kulit tersebut secara langsung.

Dalam pementasan teater wayang kulit biasanya terdapat dalang utama yang mengendalikan kepala
serta lengan pada sebelah kanan, ada pula dalang yang memakai baju warna hitam yang duduk di bagian
depan penonton, serta ada pula sinden yang bernyanyi dan melantumkan sebuah cerita dari
pementasan tersebut.

Drama Musikal

Drama Musikal

Drama musikal merupakan jenis seni teater yang menggabungkan unsur musik, unsur tari dan seni peran
namun lebih mengedepankan ketiga hal tersebut dari pada unsur dialog dari seorang pemain. Di dalam
teater ini kualitas dari sebuah pertunjukan dinilai berdasarkan keharmonisan serta keselarasan dari
gerak tari dengan sebuah lagu. Teater ini memliliki latar belakang yang menggabungkan serta
mengkombinasi sebuah tarian, musik serta tata pentas sehingga dapat disebut sebagai drama musikal.
Drama Musikal terdapat dua jenis yaitu drama kabaret dan drama opera. Drama Kabaret mengguanakan
musik serta lagu yang bersifat bebas, sedangkan drama opera musik serta iringan lagunya dinyanyikan
oleh para tokoh dan biasanya disebut sebagai seriosa.

Teater Dramatik

Teater Dramatik

Dramatik adalah sebuah kata yang menggambarkan sebuah alur dramatika pemain yang
dipersembahkan dalam pementasan teater. Pada teater dramatik sangat memperhatikan kedetilan
tempat serta latar belakang  sebuah situasi cerita karena terjadi perubahan karakter secara psikologis.
Dalam pementesan teater ini aksi dari sebuah pemain sangat ditonjolkan agar menarik perhatian serta
minat untuk menonton drama tersebut. Teater dramatik merupakan jenis seni teater yang
mementaskan sebuah cerita serealita mungkin, sehingga di dalam cerita tersebut tidak ada unsur
improvisatoris. Cerita tersebut merupakan kumpulan dari beberapa peristiwa yang saling berkaitan
antara satu dengan lainnya.

Teatrikalisasi Puisi
Teatrikalisasi Puisi

Teatrikalisasi puisi adalah pertunjukan sebuah seni teater yang dikombinasikan dengan karya sastra
puisi. Dalam pementasan ini puisi biasanya hanya dibacakan dan kemudian diperankan diatas pentas
dengan menggunakan teatrikal puisi. Teatrikal puisi sangat mengedepankan sebuah karya seni puisi
sehingga dari tata letak serta gaya akting dari seorang pemain sangat menggambarkan sebuah makna
dari puisi tersebut. Teatrikal puisi memberi kesempatan kepada seniman seniman puisi dalam
mengekspresikan karyanya melalui tampilan lakon diatas pentas.

Teater Gerak

Teater Gerak

Dalam jenis teater ini lebih mengedepankan sebuah gerakan serta ekpresi wajah pemainnya.
Pementasan teater gerak sangat meminimalisir sebuah dialog bahkan dialog tersebut dihilangkan seperti
dalam pertunjukan pantomin. Namun seiring perkembangan jaman, pemain teater ini lebih bebas dalam
melakukan pementasan sehingga gerakan yang mereka pertontonkan tidak berdasarkan skenario yang
dibuat sebelumnya. Gerakan gerakan tersebut berdasarkan suasana hati dari seorang pemain teater.
Dari suasana hati inilah yamg memberi kebebasan dari seorang pemain sehingga muncul gerakan
gerakan baru lain. Teater gerak lebih dikenal dengan nama Pantomin. Pantomin tersebut
menggambarkan kesunyian karena tidak ada sepatah katapun dialog yang terucap dan lebih
mengedepankan mimik wajah serta gerakan pemain. Makna dari cerita yang ditontonkan kepada publik
tersebut diapresiasikan dalam sebuah gerakan.

Anda mungkin juga menyukai