Seni Teater
Lihat Daftar Inti Pelajaran :
Selain itu, istilah teater dapat diartikan dengan dua cara yaitu dalam
arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti sempit
dideskripsikan sebagai sebuah drama (perjalanan hidup seseorang
yang dipertunjukkan di atas pentas, disaksikan banyak orang dan
berdasarkan atas naskah yang tertulis). Sedangkan dalam arti luas,
teater adalah segala adegan peran yang dipertunjukkan di depan
orang banyak, seperti ketoprak, ludruk, wayang, sintren, janger,
mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya.
Sejarah Teater
Waktu dan tempat pertunjukan teater pertama kali dimulai tidak
diketahui. Adapun yang dapat diketahui hanyalah teori tentang asal
mulanya. Di antaranya teori tentang asal mula teater adalah sebagai
berikut:
1. Teater Tradisional
2. Teater non-tradisional atau Teater modern.
Teater Tradisional biasa juga disebut teater daerah yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia, di antaranya adalah;
ketoprak, ludruk, mamanda, dulmuluk, arja, lenong dan masih
banyak lagi. Biasanya cerita dalam teater tradisional mengusung
budaya setempat dan disampaikan secara improvisasi (tanpa
naskah).
Teater non-tradisional atau Teater modern secara umum
adalah teater yang penyampaian ceritanya berdasarkan pada
naskah dan sumber ilmunya dari dunia Barat, dan juga
bahannya dari kejadian-kejadian sehari- hari, atau karya sastra.
Teater Tutur
adalah Kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai Teater Tutur
berhubungan dengan aktivitas bercerita secara tunggal (monolog),
seperti membaca puisi, deklamasi, mendongeng, dan stand up
comedy.
Teater Tutur
Contoh Teater Tutur yang bersumber dari nilai-nilai lokal
adalah bakaba, macapat, kentrung, dan P.M. Toh, yang
seringkali berhubungan dengan cerita rakyat (folklor).
Teater Gerak
Kegiatan teater yang dialognya disampaikan melalui gerak, misalnya
pantomim/tablo. Contoh Teater Gerak yang bersumber dari nilai-nilai
lokal adalah randai, wayang orang, dan tari kecak. Tema cerita
dalam Teater Gerak adalah bagian dari cerita rakyat (folklor).
Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah
pantomim. Sebagai sebuah pertunjukan yang sunyi karena tidak
menggunakan suara, pantomim mencoba mengungkapkan
ekspresinya melalui tingkah laku gerak dan mimik para pemainnya.
Makna pesan yang hendak direalisasikan dipertunjukkan dalam
bentuk gerak.
TEATER GERAK
Teater Boneka
Kegiatan teater yang menggunakan benda/boneka yang
merupakan representasi dari suatu karakter atau tokoh dalam cerita,
misalnya wayang kulit, wayang golek, wayang potehi, cemen,
dan wayang suket.
Tea
ter Boneka
Teater Dramatik
Kegiatan teater yang bersumber dari naskah tertulis, misalnya
drama Kwek-Kwek (karya D. Djayakusuma) dan Romeo dan Juliet.
Teater
Dramatik
Drama Musikal
Dra
ma Musikal
Kegiatan teater yang menggabungkan cerita, gerak, dan musik,
dengan dialog yang dinyanyikan. Bentuk drama musikal adalah operet
dan kabaret, misalnya operet Laskar Pelangi, Bawang Merah dan
Bawang Putih, Ande-Ande Lumut, Si Pitung, dan Sabai nan Aluih.
Teater tradisi yang dapat dikategorikan ke dalam Drama Musikal
adalah lenong, ketoprak, ludruk, teater kubruk, dan langendrian.
Tata Rias
Tata Busana
b. Sutradara/ derektor
c. Stage manager
e. Crew
Crew merupakan pemegang divisi dari setiap sub yang dipegang
bagian desainer, diantaranya:
Bagian pentas/tempat;
Bagian tata lampu (lighting);
Bagian perlengkapan dan tata musik;
Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada
laku dan dialog. Berbeda dengan seni musik yang mengedepankan
aspek suara dan seni tari yang menekankan pada keselarasan gerak
dan irama. Dalam praktiknya, Seniman teater akan mengekspresikan
seninya dalam bentuk gerakan tubuh dan ucapan-ucapan.
3. Teater sebagai Media Hiburan
Teater adalah seni kolektif, dalam artian teater tidak dikerjakan secara
individual. Melainkan untuk mewujudkannya diperlukan kerja tim
yang harmonis. Jika suatu teater dipentaskan diharapkan pesan-
pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain tersampaikan
kepada penonton. Melalui pertunjukan biasanya manusia akan lebih
mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan dibandingkan hanya
membaca lewat sebuah cerita.
Penulisan Naskah
Penciptaan naskah untuk teater anak-anak mengambil tema
yang akrab dengan kehidupan sehari-hari mereka seperti tentang
dunia sekolah, cerita binatang, dongeng, dakwah keagamaan,
petualangan khas anak dsb. Naskah cerita dibuat tidak terlalu
panjang, sehingga ketika dipentaskan hanya memakan waktu sekitar
15-20 menit. Hal ini disesuaikan dengan kemampuan anak dalam
berolah akting, menghafal naskah dsb. Dialog-dialog pun dibuat
dengan logika berbahasa yang sederhana dan kalimat yang pendek-
pendek agar mudah dihafal dan dihayati.
b. Latihan Membaca
Sarana ekspresi mencakup olah tubuh, olah suara, dan olah rasa.
1). Olah Tubuh
Latihan olah tubuh adalah kegiatan melatih kesadaran tubuh dan cara
mendayagunakan tubuh. Olah tubuh dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu latihan pemanasan, latihan inti, dan latihan pendinginan.
2). Olah Suara
Pengolahan suara atau vokal pada anak-anak ditekankan pada
penciptaan nada dalam dialog. Penciptaan nada dapat memberi efek
tertentu pada dialog sesuai dengan kandungan makna di dalamnya
(Harymawan, 1988). Anak-anak diajak memainkan berbagai macam
warna suara. Latihan ini akan memberikan ketrampilan berdialog
pada anak-anak.
Untuk menjadi pemain teater yang baik, maka dia harus mempunyai
dasar suara atau vokal yang baik pula. “Baik” disini dapat diartikan
sebagai berikut.
a). Dapat terdengar seluruh penonton sampai posisi paling belakang
b). Jelas secara artikulasi yaitu pengucapan yang tepat
c). Baik secara intonasi yaitu baik dalam lagu dialog
d). Tersampaikan misi atau pesan yang disampaikan melalui dialog
e). Tidak monoton
Dalam kehidupan sehari-hari setiap anak pasti memiliki watak
yang berbeda, sehingga pemahaman terhadap perwatakan akan
mengantarkan mereka pada bentuk pergaulan yang lebih baik. John
Harrop dan Sabih R. Epstein (1990) mengatakan bahwa latihan
perwatakan mencakup aspek fisiologis, psikologis dan sosiologis
Dalam latihan fisiologis anak-anak diminta mengidentifikasi aspek
fisiologis teman-temannya seperti jenis kelamin, usia, postur, warna
kulit, dan semua aspek fisik lainnya. Selanjutnya, anak-anak diminta
mengidentifikasi aspek fisiologis pada cerita anak-anak atau dongeng
yang pernah dibaca selama pelatihan.
1. Tafsir
b). Observasi Karakter
Setelah mendapatkan informasi mengenai peran yang akan
dimainkan seorang pemeran memerlukan observasi atau pengamatan
secara nyata dalam kehidupan untuk menemukan model acuan dari
orang-orang yang diamati tersebut. Model acuan yang sesuai dengan
karakter tokoh yang akan dimainkan berikutnya diamati secara detil
sehingga gaya dan tingkah lakunya dapat diadaptasikan ke dalam
praktik pemeranan. Alangkah lebih baik jika ciri-ciri karakter orang
yang diamati ini dicatat sehingga nantinya akan mudah untuk
diaplikasikan.
c). Eksplorasi Karakter
Eksplorasi karakter adalah kegiatan mengembangkan gaya atau
perilaku karakter yang akan dimainkan berdasar catatan hasil
pengamatan (observasi). Gaya dan perilaku ini disesuaikan dengan
tuntutan cerita. Oleh karena itu dalam mengembangkan gaya dan
perilaku karakter ini harus tidak boleh lepas dari tuntutan cerita.
d). Kolaborasi Antarkarakter
Kerjasama antarkarakter atau kolaborasi ini sangat diperlukan ketika
latihan sudah mengarah pada adegan-adegan dalam cerita di mana
karakter yang satu akan bertemu dengan karakter yang lain.
Kerjasama antarkarakter ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekakuan
atau ekspresi karakter yang berjalan sendiri-sendiri sehingga tidak
terjadi komuikasi yang alami dan mengakibatkan makna atau maksud
adegan menjadi kabur. Tidak jarang, pemain teater itu hanya bermain
menurut tafsirnya sendiri tanpa menghiraukan yang lainnya. Oleh
karena itu sangat diperlukan latihan aksi-reaki dan response
antarkarakter dalam setiap adegan sehingga kerjasama terbentuk
dengan baik dan komunikasi peran menjadi alami.
Kepanitiaan Pentas
Kepanitiaan dibentuk untuk mengatur penyelenggaraan pementasan.
Pementasan di sini tidak haru dilakukan di panggung tetapi bisa juga
di selenggarakan di dalam kelas dengan penonton teman-teman
sekolah sendiri. Tugas panitia adalah mengatur jalannya pementasan
mulai dari penonton datang sampai pertunjukan selesai di mana ada
yang bertindak sebagai penerima tamu, pengatur penonton, pembawa
acara, pembantu rias dan busana, dekorasi, dan lain sebagainya.
Gladi Bersih
Gladi bersih adalah latihan keseluruhan dan lengkap sebagai model
dari pentas yang sesungguhnya di mana kerja panitia juga sudah
dimulai. Namun sebelum gladi bersih, latihan secara menyeluruh dari
awal hingga akhir cerita sudah sering pula dilakukan sehingga pemain
benar-benar siap.
Pentas
Pementasan dapat diselenggarakan di mana saja dengan ketersediaan
sarana dan prasaran yang ada, tidak harus di gedung pertunjukan.
Inti dari penyelenggaraan pentas adalah unjuk kerja para pemain dan
kepanitaan serta kerjasama di antara mereka.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memberikan penilaian atas pentas yang
telah dilakukan. Evaluasi lebih bersikap refleksi sehingga semua yang
terlibat menyadari kekurangan dan mau memperbaikinya untuk
kegiatan yang akan datang.
pentas
Kerja keras dalam melakukan latihan untuk mencapai hasil yang
dinginkan Komunikatif dalam arti mampu menjalin komunikasi
dengan seluruh rekan kerja produksi pementasan untuk mencapai
hasil yang maksimal
Teater Tradisional dan Modern
Oleh Dosen Pendidikan 2Diposting pada 06/09/2019
1.Teater rakyat
Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu
improvisasi, sederhana, spontan dan menyatu dengan
kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong dan Mendu
didaerah Riau dan Kalimantan Barat, Randai dan Bakaba di
Sumatera Barat, Ketoprak, Srandul, Jemblung di Jawa Tengah
dan lain sebagainya.
2.Teater Klasik
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah
teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung
pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan
kehidupan rakyat (penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari
pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini.
Contohnya: wayang kulit, wayang orang dan wayang golek.
Ceritanya statis, tetapi memiliki daya tarik berkat kretatifitas
dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan
lakon.
3.Tetaer Transisi
Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater
tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh
teater barat. Jenis teater seperti komedi istambul, sandiwara
dardanela, srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama
dengan ludruk atau ketoprak, tetapi jenis ceritanya diambil
dari dunia modern. Musik, dekor dan properti lain
menggunakan tehnik barat.
Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500
tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk
kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang
yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam
bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional
Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali.
Makyong
Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu
yang sampai sekarang masih digemari dan sering
dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional.
Makyong dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha Thai dan
Hindu-Jawa.
Nama makyong berasal dari mak hyang, nama lain untuk dewi
sri, dewi padi. Makyong adalah teater tradisional yang berasal
dari Pulau Bintan, Riau. Makyong berasal dari kesenian istana
sekitar abad ke-19 sampai tahun 1930-an. Makyong dilakukan
pada siang hari atau malam hari. Lama pementasan ± tiga jam.
Drama Gong
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang
masih relatif muda usianya yang diciptakan dengan jalan
memadukan unsur- unsur drama modern (non tradisional Bali)
dengan unsur-unsur kesenian tradisional Bali. Dalam banyak
hal Drama Gong merupakan pencampuran dari unsur-unsur
teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali).
Mamanda
Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer,
terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. •
Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata
Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak,
prak, prak.
Ludruk
Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang
cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh
pemainnya adalah laki-laki. Ludruk merupakan suatu drama
tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang
di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita
tentang kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong cilik), cerita
perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan
dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Lenong
“Lenong” adalah seni pertunjukan teater tradisional
masyarakat Betawi, Jakarta. Lenong berasal dari nama salah
seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong. Pada zaman
dahulu (zaman penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh
masyarakat sebagai bentuk apresiasi penentangan terhadap
tirani penjajah. Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan
dengan mengamen dari kampung ke kampung.
Ubrug
“Ubrug” di Pandeglang dikenal sebagai kesenian tradisional
rakyat yang semakin hari semakin dilupakan oleh
penggemarnya. Istilah ‘ubrug’ berasal dari bahasa Sunda
‘sagebrugan’ yang berarti campur aduk dalam satu lokasi. •
Kesenian ubrug termasuk teater rakyat yang memadukan
unsur lakon, musik, tari, dan pencak silat. Semua unsur itu
dipentaskan secara komedi.
2.Plot
Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalan kisah dalam drama.
Plot terdiri atas konflik yang berkembang secara bertahap,
dari sederhana menjadi kompleks, klimaks, sampai
penyelesaian. Tahapan plot yaitu sebagai berikut:
Eksposisi
Konflik
Komplikasi
Klimaks
Berbagai konflik telah sampai pada puncaknya atau puncak
ketegangan bagi para penonton. Disinilah konflik atau
pertikaian antar tokoh semakin memanas.
Penyelesaian
3.Penokohan
Penokohan dalam teater mencakup beberapa hal di antaranya
sebagai berikut:
Aspek Fsisikologis
Aspek Sosiologis
Aspek sosiologis
4.Dialog
Dialog adalah percakapan antar tokoh (yang bersamaan dalam
satu gerak atau adegan) untuk merangkai jalannya kisah.
Dialog harus mendukung karakter tokoh, mengarahkan plot
dan mengungkap makna yang tersirat.
5.Bahasa
Bahasa merupakan bahan dasar naskah atau skenario dalam
wujud kata dan kalimat. Kata dan kalimat harus dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaan secara komunikatif dan
efektif.
6.Ide dan Pesan
Ide dan pesan dalam pertunjukan harus bisa di tuliskan oleh
penulis dan di implementasikan di atas panggung oleh
pemeran. Ide bisa di dapat dengan cara merekayasa secara
logis, sehingga selain dapat menghibur, pementasan teater
juga menampilkan pesan moral melalui nilai-nilai pendidikan.
7.Setting
Setting atau latar adalah keadaan tempat dan suasana
terjadinya suatu adegan di panggung. Setting ini bisa
mencakup tata panggung dan tata lampu.
Drama
Teater
Sinetron
Film
1.Naskah/Skenenario
Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog
yang duicapkan.
2.Skenario
Skenario merupakan nsakah drama (besar) atau film, yang
isinya lengkap, seperti : keadaan, properti, nama tokoh,
karakter, petunjuk akting dan sebagainya.Tujuan dari
naskah/skenario untuk sutradara agar penyajiannya lebih
realistis.
3.Pemain/Pemeran/Tokoh
Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu
pada film/sinetron biasa disebutaktris/aktorn Macam-macam
peran :
Peran Utama
Peran Pembantu
Peran Tambahan/Figuran
4.Sutradara
Sutradara merupakan orang yang memimpin dan mengatur
sebuah teknik pembuatan atau pementasan
teater/drama/film/sinetron.
5.Properti
Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan
dalam pementasan drama atau film. Contohnya : kursi, meja,
robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain-lain.
6.Penataan
Seluruh pekerja yang terkait dengan pementasan teater,
antara lain:
7.Penonton
Penonton adalah undur dalam pementasan
drama/teater/sandiwara atau film karena sebagai saksi dari
hasil akhir kerabat kerja. Penonton sebagai evaluator yang
mengapresiasi dan menilai hasil karya seni yang dipentaskan.
Bentuk karya seni akan sia-sia jika tidak memiliki penikmat
karya. Pada setiap pementasan seni pasti ada penonton.
Penonton menonton untuk menghibur hatinya dan bagi
senimannya bisa sebagaievaluator dari karyanya.
Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Kritik Seni adalah