Anda di halaman 1dari 49

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Seni Rupa

Murni Dan Terapan : Pengertian, Jenis , Gambar Dan 10


Contohnya [Lengkap]
 

Seni Teater
Lihat Daftar Inti Pelajaran :

Pengertian Seni Teater


Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian
yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah
(kalau ada) , penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan
dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience
(bisa pembaca, pendengar, penonton,pengamat, kritikus atau
peneliti).

Selain itu, istilah teater dapat diartikan dengan dua cara yaitu dalam
arti sempit dan dalam arti luas. Teater  dalam  arti sempit
dideskripsikan  sebagai sebuah drama  (perjalanan hidup seseorang 
yang dipertunjukkan  di  atas  pentas,  disaksikan  banyak orang  dan 
berdasarkan atas  naskah  yang tertulis). Sedangkan dalam arti luas,
teater adalah segala adegan peran yang dipertunjukkan di depan
orang  banyak, seperti ketoprak, ludruk, wayang, sintren, janger,
mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Seni Lukis :


Pengertian, Teknik, Unsur, Aliran Serta 20 Contohnya

Dalam perkembangannya, istilah teater selalu dikaitkan dengan kata


drama. Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan
sedemikian erat yang pada prinsipnya keduanya merupakan istilah
yang berbeda. Drama merupakan istilah yang berasal dari bahasa
Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan
dalam bahasa Perancis “drame” menjelaskan tingkah laku kehidupan
kelas menengah.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah “teater”


berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama”
berkaitan dengan peran atau naskah cerita yang akan dipentaskan.
Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang
dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Dengan
kata lain drama merupakan bagian atau salah satu unsur dari teater.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Seni
Patung” Pengertian & ( Jenis – Fungsi – Bentuk – Teknik )

Sejarah Teater
Waktu dan tempat pertunjukan teater pertama kali dimulai tidak
diketahui. Adapun yang dapat diketahui hanyalah teori tentang asal
mulanya. Di antaranya teori tentang asal mula teater adalah sebagai
berikut:

1. Berasal dari upacara agama primitif. Unsur cerita


ditambahkan pada upacara semacam itu yang akhirnya
berkembang menjadi pertunjukan teater. Meskipun upacara
agama telah lama ditinggalkan, tapi teater ini hidup terus hingga
sekarang.

2. Berasal dari nyayian untuk menghormati seorang


pahlawan di kuburannya. Dalam acara ini seseorang
mengisahkan riwayat hidup sang pahlawan yang lama kelamaan
diperagakan dalam bentuk teater.

3. Berasal dari kegemaran manusia mendengarkan


cerita. Cerita itu kemudian juga dibuat dalam bentuk teater
(kisah perburuan, kepahlawanan, perang, dsb).

Naskah teater tertua di dunia yang pernah ditemukan ditulis seorang 


pendeta Mesir,  I Kher-nefert, di jaman peradaban mesir kuno kira-
kira 2000 tahun sebelum tarikh Masehi dimana pada jaman itu
peradaban Mesir kuno sudah maju. Mereka sudah bisa membuat
piramida, sudah mengerti irigasi, sudah bisa membuat kalender,
sudah  mengenal ilmu bedah, dan juga sudah mengenal tulis menulis.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 7
Pengertian Seni Musik Menurut Para Ahli Terlengkap

I Kher-nefert menulis naskah tersebut untuk sebuah pertunjukan


teater ritual di kota Abydos, sehingga  terkenal sebagai “Naskah
Abydos” yang menceritakan pertarungan antara dewa buruk dan dewa
baik. Jalan cerita naskah Abydos juga diketemukan tergambar dalam 
relief kuburan yang lebih tua. Sehingga para ahli bisa mengira bahwa
jalan cerita itu sudah ada dan dimainkan orang sejak tahun 5000 SM.

Meskipun baru muncul sebagai naskah  tertulis di tahun 2000 SM.


Dari hasil penelitian  yang dilakukan  diketahui juga bahwa  
pertunjukan teater Abydos terdapat unsur-unsur teater  yang
meliputi;  pemain, jalan cerita, naskah dialog, topeng, tata busana,
musik, nyanyian, tarian, dan properti pemain seperti tombak, kapak,
tameng, dan sejenisnya.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian


Drama Menurut Para Ahli, Bentuk, Unsur, Ciri Dan
Contohnya

Jenis Jenis Teater


Teater Menurut jenisnya
I Made Bandem dan Sal Mugiyanto (1996) membagi teater daerah  di
Indonesia menjadi dua, yakni teater tradisional dan teater modern.

1. Teater Tradisional
2. Teater non-tradisional atau Teater modern.
 Teater Tradisional biasa juga disebut teater daerah yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia, di antaranya adalah;
ketoprak, ludruk, mamanda, dulmuluk, arja, lenong dan masih
banyak lagi. Biasanya cerita dalam teater tradisional mengusung
budaya setempat dan disampaikan secara improvisasi (tanpa
naskah).

Contoh Teater Tradisional


 Banjet,
 Longser,
 Ogel,
 Reog,
 Topeng Cirebon,
 Angklung Badut,
 Wayang Golek dari Jawa Barat
 Reog Ponorogo,
 Ludruk dari Jawa Timur-Ketoprak,
 Wayang Orang,
 Wayang Kulit,
 Wayang Suket,
 Kethek Ogleg,
 Dagelan,
 Scandul dari Jawa Tengah-
 Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi

Ciri ciri Teater Tradisional


Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 1. Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah),


 2. Pementasan sederhana,
 3. Ceritanya turun temurun.

 
 Teater non-tradisional atau Teater modern secara umum
adalah teater yang penyampaian ceritanya berdasarkan pada
naskah dan sumber ilmunya dari dunia Barat, dan juga
bahannya dari kejadian-kejadian sehari- hari, atau karya sastra.

Contoh Teater Modern


 a. drama
 b. teater
 c. sinetron
 d. film

Ciri ciri Teater Modern


1. – Panggunga tertata
2. – Ada pengaturan jalan cerita
3. – tempat panggung tertutup

Teater Menurut penyampaian ceritanya


1. Teater Improvisasi (tanpa naskah)
2. dan teater berdasar naskah

Teater Menurut bentuk pertunjukannya


1. teater tutur,
2. teater gerak,
3. teater boneka,
4. drama,
5. drama musikal.

 Teater Tutur
 adalah Kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai Teater Tutur
berhubungan dengan aktivitas bercerita secara tunggal (monolog),
seperti membaca puisi, deklamasi, mendongeng, dan stand up
comedy.

Teater Tutur
Contoh Teater Tutur yang bersumber dari nilai-nilai lokal
adalah bakaba, macapat, kentrung, dan P.M. Toh, yang
seringkali berhubungan dengan cerita rakyat (folklor).

 Teater Gerak
Kegiatan teater yang dialognya disampaikan melalui gerak, misalnya
pantomim/tablo. Contoh Teater Gerak yang bersumber dari nilai-nilai
lokal adalah randai, wayang orang, dan tari kecak. Tema cerita
dalam Teater Gerak adalah bagian dari cerita rakyat (folklor).
Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini  adalah
pantomim. Sebagai sebuah pertunjukan yang sunyi karena tidak
menggunakan suara, pantomim mencoba mengungkapkan
ekspresinya melalui tingkah laku gerak dan mimik para pemainnya.
Makna pesan yang hendak direalisasikan dipertunjukkan dalam
bentuk gerak.

TEATER GERAK
 

 Teater Boneka
       Kegiatan teater yang menggunakan benda/boneka yang
merupakan representasi dari suatu karakter atau tokoh dalam cerita,
misalnya wayang kulit, wayang golek, wayang potehi, cemen,
dan wayang suket.
Tea
ter Boneka

Contoh teater boneka yang cukup populer ialah pertujukan


wayang kulit. Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan
di belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan
wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton
bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan
menonton wayang secara langsung.
TE
ATER WAYANG KULIT

Beralih ke luar negeri, pertujukan Boneka Bunraku dari Jepang


mampu melakukan banyak sekali gerakan sehingga diperlukan tiga
dalang untuk menggerakkannya. Dalang berpakaian hitam dan duduk
persis di depan penonton. Dalang utama mengendalikan kepala dan
lengan kanan. Para pencerita bernyanyi dan melantunkan kisahnya.

 Teater Dramatik
       Kegiatan teater yang bersumber dari naskah tertulis, misalnya
drama Kwek-Kwek (karya D. Djayakusuma) dan Romeo dan Juliet.
Teater
Dramatik
 

 Drama Musikal

Dra
ma Musikal
       Kegiatan teater yang menggabungkan cerita, gerak, dan musik,
dengan dialog yang dinyanyikan. Bentuk drama musikal adalah operet
dan kabaret, misalnya operet Laskar Pelangi, Bawang Merah dan
Bawang Putih, Ande-Ande Lumut, Si Pitung, dan Sabai nan Aluih.
Teater tradisi yang dapat dikategorikan ke dalam Drama Musikal
adalah lenong, ketoprak, ludruk, teater kubruk, dan langendrian.

Cerita dalam teater mengandung unsur konflik atau pertentangan


antara dua pihak dan sebagai bentuk pembelajaran karakter,
pertentangan selalu diakhiri dengan kemenangan pihak yang baik.
Pesan atau moral cerita didapatkan melalui dialog para tokoh dan
juga laku cerita yang terjadi. Tokoh cerita dalam teater sering pula
disebut sebagai karakter dan secara mendasar atau konvensional
karakter dalam teater dibedakan menjadi, protagonis (karakter yang
bersifat baik dan membawa pesan kebaikan), antagonis (karakter
yang bersifat jahat), dan tritagonis (karakter yang dimunculkan dalam
cerita untuk membantu kelancaran jalannya cerita).

Untuk memahami karakter ini pemain bisa mempelajarinya dari


dialog dan peran karakter tersebut dalam cerita. Selanjutnya, karakter
dapat dilihat dari dimensi fisiknya seperti tinggi tubuh, usia, jenis
kelamin dan cirri fisik yang lain. Dari dimensi kejiwaan dapat
diketahui watak atau sifat karakter tersebut apakah sombong, baik
hati, dermawan atau licik. Dari sisi status sosial dapat diketahui
apakah karakter tersebut termasuk orang terpandang, pejabat,
pegawai atau masyarakat biasa.

Unsur unsur seni teater


Unsur-unsur yang terdapat dalam seni teater dibedakan menjadi
dua, antara lain:

1. Unsur Internal Teater


2. Unsur Eksternal Teater

Unsur Internal Teater


Unsur internal merupakan unsur yang menyangkut tentang
bagaimana keberlangsungan pementasan suatu  teater. Tanpa unsur
internal internal tidak akan ada suatu pementasan teater. Oleh karena
itu, unsur internal dikatakan sebagai jantungnya sebuah pementasan
teater. Unsur internal, meliputi:
1. Naskah/Skenario
Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog yang
duicapkan.
2. Pemain/Pemeran/Tokoh
Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu pada
film/sinetron biasa disebut aktris/aktor. Macam-macam peran:a.
Peran UtamaPeran Utama Yaitu peran yang menjadi pusat perhatian
penonton dalam suatukisahb. Peran PembantuPeran Pembantu Yaitu
peran yang tidak menjadi pusat perhatianc. Peran Tambahan
/Figuran-Figuran Yaitu peran yang diciptakan untuk memperkuat
gambar suasana
3. Sutradara
Sutradara merupakan orang yang memimpin dan mengatur sebuah
teknik pembuatan atau pementasan teater/drama/film/sinetron.
4. Properti
Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam
pementasandrama atau film.Contohnya : kursi, meja, robot, hiasan
ruang, dekorasi, danlain-lain
5. Penataan
Seluruh pekerja yang terkait dengan pendukung pementasan teater,
antaralain:

 Tata Rias

Tata Rias adalah cara mendadndani pemain dalam memerankan


tokoh teateragar lebih meyakinkan

 Tata Busana

Tata Busana adalah pengaturan pakaina pemain agar mendukung


keadaan yang menghendaki. Contohnya : pakaian sekolah lain dengan
pakaian harian
 Tata Lampu, Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung
 Tata Suara, Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara

Unsur Eksternal Teater


Unsur eksternal adalah unsur yang mengurus segala sesuatu yang
berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan dalam sebuah pementasan.
Unsur eksternal diantaranya, yaitu :
a. Staf produksi
Staf produksi adalah sekelompok tim atau individual yang
berkenaan dengan pimpinan produksi sampai semua bagian yang ada
di bawahnya. Adapun tugas masing-masing dari mereka adalah
sebagai berikut:

 Produser/ pimpinan produksi


 Mengurus semua hal tentang produksi;
 Menetapkan personal (petugas), anggaran biaya, fasilitas,
program kerja dan lain sebagainya.

b. Sutradara/ derektor

 Pembawa sekaligus pengarah jalannya naskah;


 Koordinator semua pelaksanaan yang menyangkut pementasan;
 Mencari dan menyiapkan aktor;
 Menyiapkan make up dan juga men-setting segala sesuatu yang
dipegang oleh bagian desainer beserta kru.

c. Stage manager

 Pemimpin dan penanggung jawab panggung;


 Membantu sutradara.
d. Desainer
Menyiapkan semua aspek visual yang menyangkut setting tempat atau
suasana, properti atau perlengkapan pementasan, kostum, tata lampu
dan pencahayaan, serta perlengkapan lain (seperti: audio).

e. Crew
Crew merupakan pemegang divisi dari setiap sub yang dipegang
bagian desainer, diantaranya:

 Bagian pentas/tempat;
 Bagian tata lampu (lighting);
 Bagian perlengkapan dan tata musik;

FUNGSI SENI TEATER


1. Teater sebagai Sarana Upacara

Pada awal munculnya, teater hadir sebagai sarana upacara


persembahan kepada dewa Dyonesos dan upacara pesta untuk dewa
Apollo. Teater  yang berfungsi  untuk  kepentingan  upacara  tidak 
membutuhkan  penonton karena penontonnya adalah bagian dari
peserta upacara itu sendiri.
Di Indonesia seni teater yang dijadikan sebagai sarana upacara
dikenal dengan istilah teater  tradisional.

2. Teater sebagai Media Ekspresi

Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada
laku dan dialog. Berbeda dengan seni musik yang mengedepankan
aspek suara dan seni tari yang menekankan pada keselarasan gerak
dan irama. Dalam praktiknya, Seniman teater akan mengekspresikan
seninya dalam bentuk gerakan tubuh dan ucapan-ucapan.
3. Teater sebagai Media Hiburan

Dalam perannya sebagai sarana hiburan, sebelum pementasannya


sebuah teater itu harus dengan persiapkan dengan usaha yang
maksimal.  Sehingga harapannya penonton akan terhibur  dengan
pertunjukan yang digelar.

4. Teater sebagai Media Pendidikan

Teater adalah seni kolektif, dalam artian teater tidak dikerjakan secara
individual. Melainkan untuk mewujudkannya diperlukan kerja tim
yang harmonis. Jika suatu teater dipentaskan  diharapkan pesan-
pesan yang ingin diutarakan penulis dan pemain tersampaikan
kepada penonton. Melalui pertunjukan biasanya manusia akan lebih
mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan dibandingkan hanya
membaca lewat sebuah cerita.

Penulisan Naskah
            Penciptaan naskah untuk teater anak-anak mengambil tema
yang akrab dengan kehidupan sehari-hari mereka seperti tentang
dunia sekolah, cerita binatang, dongeng, dakwah keagamaan,
petualangan khas anak dsb. Naskah cerita dibuat tidak terlalu
panjang, sehingga ketika dipentaskan hanya memakan waktu sekitar
15-20 menit. Hal ini disesuaikan dengan kemampuan anak dalam
berolah akting, menghafal naskah dsb. Dialog-dialog pun dibuat
dengan logika berbahasa yang sederhana dan  kalimat yang pendek-
pendek agar mudah dihafal dan dihayati.

Pelatihan Seni Peran


            Latihan seni peran mencakup konsentrasi, latihan membaca,
penguasaan sarana ekspresi, perwatakan, dan teknik bermain.
 a. Konsentrasi

            Konsentrasi adalah suatu kesanggupan memusatkan semua


kekuatan rohani dan pikiran ke sebuah fokus sasran yang jelas.
Pengertian konsentrasi  bukanlah mengosongkan pikiran, tetapi
memusatkan pikiran (Rendra, 1985). Kemampuan berkonsentrasi
pada  anak-anak tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus diasah
terus-menerus. Dasar dari latihan konsentrasi adalah penguasaan
diri. Pelatihan konsentrasi yang mencakup konsentrasi pendengaran,
penglihatan dan penciuman  harus dilakukan secara rileks agar anak-
anak tidak mengalami ketegangan.

 b. Latihan Membaca

            Latihan membaca bertujuan agar anak-anak terampil


membaca, menangkap makna bacaan dan mampu
mengkomunikasikan makna tersebut kepada orang lain. Dalam hal
ini, kefasihan membaca menjadi syarat utama yang harus diakuasai
anak-anak. Anak-anak diminta untuk memahami isi bacaan cerita
anak-anak, naskah drama anak, dongeng yang menarik dsb. Setelah
membaca anak-anak diminta untuk menceritakan kembali alur cerita
dan karakter-karakter tokoh.  Latihan membaca pada hakekatnya
sebagai latihan dasar bagi anak-anak untuk menyampaikan
pikirannya secara jelas. Kepentingan praktis lainnya adalah untuk
belajar mengucapkan dialog dalam permainan drama kelak.

 c. Penguasaan Sarana Ekspresi

            Media sarana ekspresi seorang pemain drama adalah tubuh,


suara (vokal) dan sukma (Rendra, 1985). Pengolahan tubuh anak-
anak ditekankan pada aspek koordinasi dalam melakukan akting.
Koordinasi itu terkait dengan menciptakan gerak sesuai dengan
kebutuhan pemanggungan. Anak-anak ditunjukkan tentang sikap
tubuh yang baik di atas pentas.
            Penguasaan sarana ekspresi merupakan ketrampilan bermain
dalam menggunakan peralatan-peralatan ekspresinya (tubuh, vokal
dan sukma) (Rendra, 1985). Salah satu teknik bermain yang bisa
ditempuh adalah dengan memberi isi pada pengucapan-pengucapan
dialog dengan penekanan makna yang terkandung di dalamnya.
Seindah apa pun dialog dalam drama tidak akan hidup apabila
diucapkan dengan datar. Pada latihan anak-anak ditunjukkan bahwa
cara pengucapan berbeda akan melahirkan makna berbeda.

            Dalam bermain diperlukan pula teknik pengembangan agar


pertunjukan tidak monoton. Anak-anak dilatih mengenali suasana
yang ada pada setiap adegan seperti suasana penih, gembira
kekacauan dsb. Ketika anak-anak telah mengenali suasana dari setiap
adegan maka mereka dilatih menciptakan suasana dengan berbagai
cara seperti dialog, gerakan,  pemanfaatan ilustrasi musik, efek suara,
pencahayaan dsb.

Sarana ekspresi mencakup olah tubuh, olah suara, dan olah rasa.
               1). Olah Tubuh
Latihan olah tubuh adalah kegiatan melatih kesadaran tubuh dan cara
mendayagunakan tubuh. Olah tubuh dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu latihan pemanasan, latihan inti, dan latihan pendinginan.

a). Latihan pemanasan (warm-up), yaitu serial latihan gerakan tubuh


untuk meningkatkan sirkulasi dengan cara meregangkan otot atau
melemaskan otot-otot. Teknis yang dipakai bisa dengan melakukan
gerakan yang ada dalam gerakan senam kelenturan.
b). Latihan inti, yaitu latihan gerakan yang akan dilatihkan atau
latihan gerakan sesuai kebutuhan naskah yang akan dipentaskan.
c). Latihan pendinginan adalah latihan dengan gerakan yang dapat
menimbulkan efek relaksasi, sehingga membantu menghantarkan
pemain kedalam proses konsentrasi
Fungsi utama dari latihan olah tubuh ini adalah menjadikan organ
tubuh lentur sehingga leluasa dan luwes jika digerakkan ketika sedang
bermain peran.

2). Olah Suara
            Pengolahan suara atau vokal pada anak-anak ditekankan pada
penciptaan nada dalam dialog. Penciptaan nada dapat memberi efek
tertentu pada dialog sesuai dengan kandungan makna di dalamnya
(Harymawan, 1988). Anak-anak diajak memainkan berbagai macam
warna suara. Latihan ini akan memberikan ketrampilan berdialog
pada anak-anak.

Untuk menjadi pemain teater yang baik, maka dia harus mempunyai
dasar suara atau vokal yang baik pula. “Baik” disini dapat diartikan
sebagai berikut.
a). Dapat terdengar seluruh penonton sampai posisi paling belakang
b). Jelas secara artikulasi yaitu pengucapan yang tepat
c). Baik secara intonasi yaitu baik dalam lagu dialog
d). Tersampaikan misi atau pesan yang disampaikan melalui dialog
e). Tidak monoton

Dalam latihan olah suara perlu diperhatikan dan dipertimbangkan


olah pernafasan sebagai dasar pelatihan. Teknik pernafasan yang
digunakan dalam teater adalah pernafasan diafragma. Selanjutnya,
setelah mampu melakukan pernafasan diafragma latihan olah suara
ditekankan untuk melatih artikulasi, intonasi, dan diksi sehingga
kalimat yang diucapkan jelas dan enak didengar.
3). Olah Rasa
            Dalam latihan olah rasa atau sukma penekannya  pada faktor
emosi. Anak-anak dibimbing untuk mampu menumbuhkan emosi
sesuai dengan tuntutan peran. Apabila anak-anak telah mampu
menumbuhkan emosi, maka anak-anak dirangsang untuk
mengembangkan emosi sesuai dengan takaran peran. Pada pihak lain,
anak-anak juga dilatih untuk mengendalikan emosi, agar kelak bisa
mengontrol perkembangan emosi yang berlebih. Ketika anak-anak
terlatih mengelola emosi maka kehidupannya akan terkontrol dengan
baik. Oleh karena itu, pengelolaan emosi anak mendapat latihan yang
besar.

Pemeran atau pemain teater membutuhkan kepekaan rasa, agar dapat


menghayati karakter tokoh. Semua emosi tokoh yang dimainkan
harus mampu diwujudkan. Oleh karena itu, latihan-latihan yang
mendukung kepekaan rasa perlu dilakukan. Terlebih dalam konteks
aksi, reaksi, dan responsi. Seorang pemeran tidak hanya
mengekspresikan karakter tokoh yang perankan saja, tetapi juga
harus memberikan respon terhadap ekspresi tokoh lainnya. Latihan
atau kegiatan olah rasa ini dapat dilakukan dengan cara latihan
konsentrasi dan imajinasi.

Nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam tahap pelatihan dasar


pemeranan adalah;
a). Disiplin dalam hal ketepatan waktu latihan
b). Kerjasama dengan peserta yang lain sewaktu melaksanakan
nomor-nomor
     latihan (olah tubuh, suara, dan rasa)
c). Percaya diri dalam berekspresi atau melakukan kegiatan dalam
latihan
d). Kerja keras dalam melakukan latihan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan
e). Komunikatif dalam arti mampu menjalin komunikasi baik dengan
rekan  ataupun pelatih  

            Dalam kehidupan sehari-hari setiap anak pasti memiliki watak
yang berbeda, sehingga pemahaman terhadap perwatakan akan
mengantarkan mereka pada bentuk pergaulan yang lebih baik. John
Harrop dan Sabih R. Epstein (1990) mengatakan bahwa latihan
perwatakan mencakup aspek fisiologis, psikologis dan sosiologis
Dalam latihan fisiologis anak-anak diminta mengidentifikasi aspek
fisiologis teman-temannya seperti jenis kelamin, usia, postur, warna
kulit, dan semua aspek fisik lainnya. Selanjutnya, anak-anak  diminta
mengidentifikasi aspek fisiologis pada cerita anak-anak atau dongeng
yang pernah dibaca selama pelatihan.

            Aspek psikologis terkait dengan sikap, motivasi, emosi,


keinginan, dorongan dan intelektual (John Harrop dan Sabih R.
Epstein, 1990). Latihan aspek ini dimulai dengan sebuah permainan
yang disebut “perangakap raksasa”. Melalui permainan ini
dihadapkan pada berbagai jebakan. Pada setiap jebakan anak-anak
harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sang raksasa seputar
kondisi psikologis anak-anak. Dengan latihan ini anak-anak lebih
mengenal dirinya. Selanjutnya anak-anak dikenalkan pada
perwatakan-perwatakan tokoh cerita, dongeng maupun drama.

Aspek sosilogis terkait dengan ciri-ciri status ekonomi, profesi, agama,


kekerabatan dsb (John Harrop dan Sabih R. Epstein, 1990). Pada
latihan ini anak-anak diminta mencatat profesi orang tuanya, jenis
pakaian yang biasa dipakai seseorang sesuai dengan profesinya. Dari
identifikasi pakaian dikembangkan pada peralatan yang dipakai
dalam sebuah profesi, sehingga anak-anak berlatih memahami
perwatakan secara lebih utuh.
Latihan perwatakan adalah latihan untuk menjadi karakter tokoh
yang akan diperankan. Latihan ini dimulai dari tafsir terhadap tokoh
yang akan diperankan, observasi karakter, eksplorasi karakter,
kolaborasi antarkarakter, dan latihan dengan tata artistik.

1. Tafsir

Sebelum memainkan sebuah tokoh dalam cerita, seorang pemain


harus mengenali tokoh tersebut melalui informasi yang didapatkan
dari dalam cerita. Tokoh tersebut harus diketahui wataknya atau
sifatnya apakah sombong, jahat, atau baik budi. Tokoh tersebut harus
pula diketahui perannya dalam cerita apakah ia antagonis, protagonis,
tritagonis atau hanya sekedar tokoh figuran. Tokoh tersebut harus
pula diketahui ciri-ciri fisiknya  dan status sosialnya. Semua informasi
ini sangat diperlukan sehingga calon pemeran dan menafsirkan dan
mempraktikkannya.

b). Observasi Karakter
Setelah mendapatkan informasi mengenai peran yang akan
dimainkan seorang pemeran memerlukan observasi atau pengamatan
secara nyata dalam kehidupan untuk menemukan model acuan dari
orang-orang yang diamati tersebut. Model acuan yang sesuai dengan
karakter tokoh yang akan dimainkan berikutnya diamati secara detil
sehingga gaya dan tingkah lakunya dapat diadaptasikan ke dalam
praktik pemeranan. Alangkah lebih baik jika ciri-ciri karakter orang
yang diamati ini dicatat sehingga nantinya akan mudah untuk
diaplikasikan.

c). Eksplorasi Karakter
Eksplorasi karakter adalah kegiatan mengembangkan gaya atau
perilaku karakter yang akan dimainkan berdasar catatan hasil
pengamatan (observasi). Gaya dan perilaku ini disesuaikan dengan
tuntutan cerita. Oleh karena itu dalam mengembangkan gaya dan
perilaku karakter ini harus tidak boleh lepas dari tuntutan cerita.
d). Kolaborasi Antarkarakter
Kerjasama antarkarakter atau kolaborasi ini sangat diperlukan ketika
latihan sudah mengarah pada adegan-adegan dalam cerita di mana
karakter yang satu akan bertemu dengan karakter yang lain.
Kerjasama antarkarakter ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekakuan
atau ekspresi karakter yang berjalan sendiri-sendiri sehingga tidak
terjadi komuikasi yang alami dan mengakibatkan makna atau maksud
adegan menjadi kabur. Tidak jarang, pemain teater itu hanya bermain
menurut tafsirnya sendiri tanpa menghiraukan yang lainnya. Oleh
karena itu sangat diperlukan latihan aksi-reaki dan response
antarkarakter dalam setiap adegan sehingga kerjasama terbentuk
dengan baik dan komunikasi peran menjadi alami.

e). Latihan dengan Tata Artistik


Latihan dengan artistik dilakukan ketika semua pemain sudah
memahami cerita yang akan dimainkan dan karakter yang akan
diperankan. Bentuk latihan ini berupa adegan-adegan yang mana
pemain menyesuaikan dirinya dengan aspek tata artistik seperti tata
rias dan busana, dekorasi panggung, tata cahaya, dan ilustrasi musik
atau salah satu di antaranya.
Nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam tahap pemeranan
karakter ini adalah:

 (1). Disiplin dalam hal ketepatan waktu latihan


 (2). Kerjasama dengan peserta yang lain sewaktu melaksanakan
latihan observasi,  eksplorasi, dan kolaborasi antarkarakter serta
ketika latihan dengan tata artistik
 (3). Percaya diri dalam memainkan karakter yang akan
diperankan
 (4). Kreatif dalam mengembangkan laku karakter
 (5). Komunikatif dalam arti mampu menampilkan karakter
peran sesuai amanat  Cerita.
PROSES PEMENTASAN
Sekalipun telah memiliki kemampuan bermain teater berkat pelatihan
yang diberikan oleh seorang instruktur (pendamping), tetapi dalam
sebuah pementasan teater mereka tidak bisa bekerja sendiri. Mereka
harus didampingi seorang sutradara. Sutradara adalah orang yang
membantu melatih pemain, mengarahkan permainan, membimbing
dan sumber inspirasi dalam pertunjukan. Sutradara harus menguasai
permainan dan artistik. Kecakapan seorang sutradara akan
menentukan sebuah pertunjukan.

Tahap proses pementasan mencakup persiapan pementasan. Dalam


hal ini seorang instruktur (pendamping) dan para pemain harus
memahami serta  menghafal baris-baris kalimat dialognya sehingga
cerita bisa berjalan secara menyeluruh. Dalam proses pementasan ini
mulai dibentuk pula kepanitiaan pentas. Selanjutnya tahap proses
pementasan seperti di bawah ini.

Kepanitiaan Pentas
Kepanitiaan dibentuk untuk mengatur penyelenggaraan pementasan.
Pementasan di sini tidak haru dilakukan di panggung tetapi bisa juga
di selenggarakan di dalam kelas dengan penonton teman-teman
sekolah sendiri. Tugas panitia adalah mengatur jalannya pementasan
mulai dari penonton datang sampai pertunjukan selesai di mana ada
yang bertindak sebagai penerima tamu, pengatur penonton, pembawa
acara, pembantu rias dan busana, dekorasi, dan lain sebagainya.

Gladi Bersih
Gladi bersih adalah latihan keseluruhan dan lengkap sebagai model
dari pentas yang sesungguhnya di mana kerja panitia juga sudah
dimulai. Namun sebelum gladi bersih, latihan secara menyeluruh dari
awal hingga akhir cerita sudah sering pula dilakukan sehingga pemain
benar-benar siap.

Pentas
Pementasan dapat diselenggarakan di mana saja dengan ketersediaan
sarana dan prasaran yang ada, tidak harus di gedung pertunjukan.
Inti dari penyelenggaraan pentas adalah unjuk kerja para pemain dan
kepanitaan serta kerjasama di antara mereka.

Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memberikan penilaian atas pentas yang
telah dilakukan. Evaluasi lebih bersikap refleksi sehingga semua yang
terlibat menyadari kekurangan dan mau memperbaikinya untuk
kegiatan yang akan datang.

1. Nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam proses


pementasan:
2. Disiplin dalam hal ketepatan waktu latihan dan menjalankan
prosedur latihan
3. Kerjasama dengan peserta yang lain baik dari tim panitia
maupun tim pemain
4. Percaya diri dalam memainkan peran dan melaksanakan tugas
kepanitiaan
5. Kreatif dalam mengembangkan permainan dan melaksanakn
tugas kepanitiaan

 pentas
Kerja keras dalam melakukan latihan untuk mencapai hasil yang
dinginkan Komunikatif dalam arti mampu menjalin komunikasi
dengan seluruh rekan kerja produksi pementasan untuk mencapai
hasil yang maksimal
Teater Tradisional dan Modern
Oleh Dosen Pendidikan 2Diposting pada 06/09/2019

Teater Tradisional dan Modern – Pengertian, Ciri, Jenis, Unsur,


Perbedaan & Contoh – Untuk pembahasan kali ini kami akan
mengulas mengenai Teater Tradisional dan Modern yang
dimana dalam hal ini meliputi pengertian, ciri, unsur, jenis,
perbedaan dan contoh, nah agar lebih dapat memahami dan
mengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.
Untuk di Indonesia sendiri teater adalah salah satu bentuk
kebudayaan yang dimana disajikan oleh sekelompok orang di
hadapan khalayak ramai. Bila dimaknai dalam arti luas, teater
ialah sebuah drama atau kisah kehidupan manusia yang
kemudian di pentaskan di atas panggung, ditujukan untuk
menjadi hiburan bagi banyak orang dengan didasarkan pada
naskah tertulis dan di dukung oleh nyanyian, tarian dan
sebagainya.

Jenis teater sendiri dapat di bagi menjadi dua bagian dan


keduanya saling mengikat serta memberi pengaruh satu sama
lain. Kedua jenis teater tersebut dikenal dengan sebutan
teater tradisional dan teater non tradisional “teater modern”.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Prolog : Pengertian,


Fungsi, Jenis, Cara Membuat Dan Contohnya

Pengertian Teater Tradisional


Daftar Isi Artikel Ini :
Dalam hal teater tradisional atau juga dikenal dengan istilah
“teater daerah” merupakan suatu bentuk pertunjukan dimana
para pesertanya berasal dari daerah setempat dengan cerita
yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak dulu telah berakar
dan dirasakan sebagai milik sendiri oleh setiap masyarakat
yang hidup di lingkungan tersebut, misalnya mitos atau
legenda dari daerah itu.

Dalam teater tradisional, segala sesuatunya disesuaikan


dengan kondisi adat istiadat, diolah sesuai dengan keadaan
sosial masyarakat, serta struktur geografis masing-masing
daerah. Teater tradisional memiliki ciri-ciri yang spesifik
kedaerahan dan menggambarkan kebudayaan lingkungannya.
Ciri-Ciri Teater Tradisional
Teater tradisional tiap-tiap daerah memiliki keunikan yang
berbeda-beda. Namun, secara umum teater tradisional
memiliki ciri-ciri yang bersifat sama (kecuali teater transisi),
yaitu :

1. Tidak ada Naskah


Teater tradisional biasanya tidak menggunakan naskah. Para
pelaku hanya diberi garis besar ceritanya (Wos). Mereka
berbicara secara spontan mengikuti pembicaraan pelaku lain.
Oleh karena itu, pelaku dituntut bisa berimprovisasi. Jika tidak
bisa, jalannya pertunjukan akan tersendat-sendat.

2. Persiapan Dilakukan Secara


Sederhana
Pada umumnya teater tradisional tidak memiliki perencanaan
yang formal dan tidak ada penjadwalan secara rinci.
Persiapan, latihan, dan persiapan dilaksanakan secara
sederhana. Misalnya, persiapan dilakukan tanpa menggunakan
naskah, pelaku hanya diberi garis besar ceritanya. Sutradara
tidak membuat perencanaan latihan secara formal, latihan
hanya dilakukan pada saat akan pentas. Pada saat
pelaksanaan, persiapan peralatan pun dilakukan secara
sederhana. Dekorasi, tata rias, tata busana, tata lampu, dan
tata musik dipersiapkan secara sederhana juga.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Seni Teater –


Pengertian, Sejarah, Fungsi, Ciri, Jenis dan Unsur
3. Ceritanya Monoton
Cerita teater tradisional biasanya monoton, tidak beragam dan
tidak bervariasi seperti bervariasinya kehidupan manusia.
Biasanya cerita diambil dari cerita rakyat daerah setempat,
seperti dongeng, hikayat, atau cerita kepahlawanan (epos)
daerah setempat. Ini berbeda dengan teater modern yang
ceritanya lebih bervariasi. Teater modern bercerita tentang
segala aspek kehidupan manusia, seperti keagamaan,
ekonomi, kemasyarakatan dan budaya.

4. Menyatu dengan Masyarakat


Teater tradisional bersifat fleksibel, artinya pertunjukan itu
bisa dilaksanakan dimana saja, teater tradisional tidak
memerlukan tempat khusus. Bahkan, bisa menyatu dengan
masyarakat. Hal ini disebabkan karena teater tradisonal tidak
memerlukan perlengkapan yang kompleks.

Jenis Teater Tradisional


Berikut ini terdapat beberapa jenis Teater Tradisional, terdiri
atas:

1.Teater rakyat
Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu
improvisasi, sederhana, spontan dan menyatu dengan
kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong dan Mendu
didaerah Riau dan Kalimantan Barat, Randai dan Bakaba di
Sumatera Barat, Ketoprak, Srandul, Jemblung di Jawa Tengah
dan lain sebagainya.
2.Teater Klasik
Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah
teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung
pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan
kehidupan rakyat (penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari
pusat kerajaan. Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini.
Contohnya: wayang kulit, wayang orang dan wayang golek.
Ceritanya statis, tetapi memiliki daya tarik berkat kretatifitas
dalang atau pelaku teater tersebut dalam menghidupkan
lakon.

3.Tetaer Transisi
Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater
tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh
teater barat. Jenis teater seperti komedi istambul, sandiwara
dardanela, srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama
dengan ludruk atau ketoprak, tetapi jenis ceritanya diambil
dari dunia modern. Musik, dekor dan properti lain
menggunakan tehnik barat.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Drama – Pengertian,


Unsur, Macam, Struktur dan Contohnya

Contoh Teater Tradisional


Berikut ini terdapat beberapa contoh Teater Tradisional, terdiri
atas:

 Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500
tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk
kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang
yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam
bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional
Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali.

Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7


November 2003, sebagai karya kebudayaan yang
mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang
indah dan sangat berharga. G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa
wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan.

 Makyong
Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu
yang sampai sekarang masih digemari dan sering
dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional.
Makyong dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha Thai dan
Hindu-Jawa.

Nama makyong berasal dari mak hyang, nama lain untuk dewi
sri, dewi padi. Makyong adalah teater tradisional yang berasal
dari Pulau Bintan, Riau. Makyong berasal dari kesenian istana
sekitar abad ke-19 sampai tahun 1930-an. Makyong dilakukan
pada siang hari atau malam hari. Lama pementasan ± tiga jam.

 Drama Gong
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang
masih relatif muda usianya yang diciptakan dengan jalan
memadukan unsur- unsur drama modern (non tradisional Bali)
dengan unsur-unsur kesenian tradisional Bali. Dalam banyak
hal Drama Gong merupakan pencampuran dari unsur-unsur
teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali).

Karena dominasi dan pengaruh kesenian klasik atau


tradisional Bali masih begitu kuat, maka semula Drama Gong
disebut “drama klasik”. Nama Drama Gong diberikan kepada
kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap gerak
pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan
Gong (Gong Kebyar). Drama Gong diciptakan sekitar tahun
1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa
Abianbase (Gianyar).

Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan


puncak kejayaannya adalah tahun1970. Namun semenjak
pertengahan tahun 1980 kesenian ini mulai menurun
popularitasnya, sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaaDrama
Gong yang masih aktif.
 Randai

Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat


Minangkabau, Sumatra Barat yang dimainkan oleh beberapa
orang (berkelompok atau beregu). Randai dapat diartikan
sebagai “bersenang-senang sambil membentuk lingkaran”
karena memang pemainnya berdiri dalam sebuah lingkaran
besar bergaris tengah yang panjangnya lima sampai delapan
meter. Cerita dalam randai, selalu mengangkat cerita rakyat
Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman,
Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya.

Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh


masyarakat Pariangan, Padang Panjang, ketika mereka
berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut. Kesenian randai
sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan
bahkan dunia. Bahkan randai dalam versi bahasa Inggris sudah
pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di University
of Hawaii, Amerika Serikat.
Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika
adat Minangkabau ini, merupakan hasil penggabungan dari
beberapa macam seni, seperti: drama (teater), seni musik, tari
dan pencak silat.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Pengertian Tradisi

 Mamanda

Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang


berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni
pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong
dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan
penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif
menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat
membuat suasana jadi lebih hidup.

Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang


dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897.
Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra
Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan
Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru
yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar
dengan Badamuluk.
 Longser

Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional


masyarakat sunda, Jawa barat. Longser berasal dari akronim
kata melong (melihat dengan kekaguman) dan saredet
(tergugah) yang artinya barang siapa yang melihat pertunjukan
longser, maka hatinya akan tergugah. Longser yang
penekanannya pada tarian disebut ogel atau doger. Sebelum
longser lahir dan berkembang, terdapat bentuk teater
tradisional yang disebut lengger.

Busana yang dipakai untuk kesenian ini sederhana tapi


mencolok dari segi warnanya terutama busana yang dipakai
oleh ronggeng. Biasanya seorang ronggeng memakai kebaya
dan kain samping batik. Sementara, untuk lelaki memakai baju
kampret dengan celana sontog dan ikat kepala.

 Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer,
terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. •
Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata
Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak,
prak, prak.

Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat bahasa yang


digunakan, yaitu: – Bahasa Jawa biasa (sehari-hari) – Bahasa
Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi) – Bahasa Jawa kromo
inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi) Menggunakan bahasa
dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan
tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena
itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa
dengan bahasa yang halus dan spesifik.

 Ludruk
Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang
cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh
pemainnya adalah laki-laki. Ludruk merupakan suatu drama
tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang
di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita
tentang kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong cilik), cerita
perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan
dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.

Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat


penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya,
meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain
seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang
berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat
dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak,
peronda, sopir angkutan umum, dll).

 Lenong
“Lenong” adalah seni pertunjukan teater tradisional
masyarakat Betawi, Jakarta. Lenong berasal dari nama salah
seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong. Pada zaman
dahulu (zaman penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh
masyarakat sebagai bentuk apresiasi penentangan terhadap
tirani penjajah. Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan
dengan mengamen dari kampung ke kampung.

Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika


pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris
mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara
sukarela Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan
lenong preman. kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari
bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan
bahasa yang halus (bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong
preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.

 Ubrug
“Ubrug” di Pandeglang dikenal sebagai kesenian tradisional
rakyat yang semakin hari semakin dilupakan oleh
penggemarnya. Istilah ‘ubrug’ berasal dari bahasa Sunda
‘sagebrugan’ yang berarti campur aduk dalam satu lokasi. •
Kesenian ubrug termasuk teater rakyat yang memadukan
unsur lakon, musik, tari, dan pencak silat. Semua unsur itu
dipentaskan secara komedi.

Bahasa yang digunakan dalam pementasan, terkadang


penggabungan dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu (Betawi).
Alat musik yang biasa dimainkan dalam pemenetasan adalah
gendang, kulanter, kempul, gong angkeb, rebab, kenong,
kecrek, dan ketuk.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Seni Rupa


Kontemporer

Unsur-Unsur Teater Tradisional


Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur teater tradisional,
terdiri atas:
1.Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari kisah drama.
Pikiran pokok tersebut di kembangkan sedemikian rupa
sehingga menjadi kisah yang seru dan menarik.  Tema dapat
di persempit menjadi topik kemudian topik tersebut di
kembangkan menjadi kisah dalam teater dengan dialpg-
dialognya. Sementara itu, judul dapat diambil dari isi ceritanya.

2.Plot
Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalan kisah dalam drama.
Plot terdiri atas konflik yang berkembang secara bertahap,
dari sederhana menjadi kompleks, klimaks, sampai
penyelesaian. Tahapan plot yaitu sebagai berikut:

 Eksposisi

Perkenalan tokoh melalui adegan-adegan dan dialog yang


mengantarkan penonton pada keadaan yang nyata.

 Konflik

Pada tahapan ini mulai ada kejadian atau peristiwa atau


insiden yang melibatkan tokoh dalam masalah.

 Komplikasi

Insiden yang terjadi mulai berkembang dan menimbulkan


konflik semakin banyak, rumit dan saling terkait tetapi belum
tampak pemecahan masalahnya.

 Klimaks
Berbagai konflik telah sampai pada puncaknya atau puncak
ketegangan bagi para penonton. Disinilah konflik atau
pertikaian antar tokoh semakin memanas.

 Penyelesaian

Tahap ini merupakan akhir penyelesaian konflik. Disini,


penentuan ceritanya akan berakhir menyenangkan,
mengharukan, tragis, atau menimbulkan sebuah teka-teki bagi
para penonton.

3.Penokohan
Penokohan dalam teater mencakup beberapa hal di antaranya
sebagai berikut:

 Aspek Fsisikologis

Aspek ini berkaitan dengan penamaan, pameran dan keadaan


fisik tokoh. Keadaan fisik antara lain tinggi, pendek, warna
rambut, rambut panjang, gemuk, kurus atau warna kulit.

 Aspek Sosiologis

Aspek ini berkaitan dengan keadaan sosial tokoh, yaitu


interaksi atau peran sosial tokoh dengan tokoh lain.

 Aspek sosiologis

Aspek ini berkaitan dengan karakter yaitu keseluruhan ciri-ciri


jiwa atau kepribadian seorang tokoh. Jenis karakter dalam
sebuah pementasan teater antara lain protagonis, antagonis,
figuran serta tritagonis.
Penokohan/karakter pelaku utama adalah pelukisan
karakter/kepribadian pelaku utama. Penokohan erat
hubungannya dengan perwatakan. Penokohan berhubungan
dengan nama pelaku, jenis kelamin, usia, bentuk fisik, dan
kejiwaannya. Perwatakan berhubungan dengan sifat pelaku.
Dalam teater penokohan dapat dikelompokkan ke dalam tiga
macam, yaitu:

1. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang pertama kali


mengambil prakarsa dalam cerita. Tokohprotagonis
adalah tokoh yang pertama mengalami benturan-benturan
atau masalah, memiliki sifatyang baik sehingga penonton
biasanya berempati.
2. Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang tokoh
protagonis atau tokoh yang menentang cerita. Tokoh
antagonis biasanya memiliki sifat jahat.
3. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh penengah serta pendamai
dua pihak (tokoh protagonis dan tokohantagonis) dan
penyelesaian ketegangan.

4.Dialog
Dialog adalah percakapan antar tokoh (yang bersamaan dalam
satu gerak atau adegan) untuk merangkai jalannya kisah.
Dialog harus mendukung karakter tokoh, mengarahkan plot
dan mengungkap makna yang tersirat.

5.Bahasa
Bahasa merupakan bahan dasar naskah atau skenario dalam
wujud kata dan kalimat. Kata dan kalimat harus dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaan secara komunikatif dan
efektif.
6.Ide dan Pesan
Ide dan pesan dalam pertunjukan harus bisa di tuliskan oleh
penulis dan di implementasikan di atas panggung oleh
pemeran. Ide bisa di dapat dengan cara merekayasa secara
logis, sehingga selain dapat menghibur, pementasan teater
juga menampilkan pesan moral melalui nilai-nilai pendidikan.

7.Setting
Setting atau latar adalah keadaan tempat dan suasana
terjadinya suatu adegan di panggung. Setting ini bisa
mencakup tata panggung dan tata lampu.

Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : “Wayang Orang


( Wayang Wong )”Pengertian & ( Unsur – Ciri – Tujuan – Fungsi )

Pengertian Teater Modern


Teater non tradisional atau teater modern merupakan jenis
teater yang tumbuh dan berkembang di tengah keramaian kota
dengan adanya pengaruh dari teori Barat. Cerita yang
dipentaskan bersumber dari sebuah karya sastra atau
peristiwa sehari-hari.

Naskahnya terdiri dari peranan central, pembentukan watak


dan karakter tokoh, serta alur cerita. Para pemain harus
meminimalisir improvisasi dengan maksud agar bangun
ceritanya standar, sehingga meskipun dilakukan pementasan
berulang-ulang kali, cerita tetap sama.
Peran sutradara sangatlah penting dalam teater modern,
karena merupakan tokoh central yang memiliki hak tunggal
dalam hal menginterpretasikan naskah cerita yang ingin
ditampilkan dan dipersembahkan kepada penonton. Beberapa
contoh dari teater modern ini antara lain yaitu:

 Drama
 Teater
 Sinetron
 Film

Ciri-Ciri Teater Modern


Adapun ciri-ciri teater modern yaitu:

 Panggung tertata rapi dengan jenis peralatan yang lebih


kompleks dibandingkan dengan teater tradisional.
 Umumnya pementasan teater modern dilaksanakan di
sebuah gedung tertutup.
 Terdapat pengaturan akan jalur cerita yang dipentaskan.
 Jumlah peserta lebih banyak dibandingkan teater
tradisional.
 Tidak banyak interkasi yang dilakukan antara penonton
dengan pemain.

Unsur-Unsur Teater Modern


Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur teater modern,
terdiri atas:

1.Naskah/Skenenario
Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog
yang duicapkan.
2.Skenario
Skenario merupakan nsakah drama (besar) atau film, yang
isinya lengkap, seperti : keadaan, properti, nama tokoh,
karakter, petunjuk akting dan sebagainya.Tujuan dari
naskah/skenario untuk sutradara agar penyajiannya lebih
realistis.

3.Pemain/Pemeran/Tokoh
Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu
pada film/sinetron biasa disebutaktris/aktorn Macam-macam
peran :

 Peran Utama

Peran Utama Yaitu peran yang menjadi pusat perhatian


penonton dalam suatu kisah.

 Peran Pembantu

Peran Pembantu Yaitu peran yang tidak menjadi pusat


perhatian.

 Peran Tambahan/Figuran

Figuran Yaitu peran yang diciptakan untuk memperkuat


gambar suasana.

4.Sutradara
Sutradara merupakan orang yang memimpin dan mengatur
sebuah teknik pembuatan atau pementasan
teater/drama/film/sinetron.

5.Properti
Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan
dalam pementasan drama atau film. Contohnya : kursi, meja,
robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain-lain.

6.Penataan
Seluruh pekerja yang terkait dengan pementasan teater,
antara lain:

 Tata Rias adalah cara mendandani pemain dalam


memerankan tokoh teater agar lebih meyakinkan.
 Tata Busana adalah pengaturan pakaian pemain agar
mendukung keadaan yang menghendaki. Contohnya
pakaian sekolah lain dengan pakaian harian.
 Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung.
 Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara.

7.Penonton
Penonton adalah undur dalam pementasan
drama/teater/sandiwara atau film karena sebagai saksi dari
hasil akhir kerabat kerja. Penonton sebagai evaluator yang
mengapresiasi dan menilai hasil karya seni yang dipentaskan.
Bentuk karya seni akan sia-sia jika tidak memiliki penikmat
karya. Pada setiap pementasan seni pasti ada penonton.
Penonton menonton untuk menghibur hatinya dan bagi
senimannya bisa sebagaievaluator dari karyanya.
Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait : Kritik Seni adalah

Perbedaan Teater Tradisional dan Teater


Modern
Satu perbedaan yang cukup menonjol antara teater tradisional
dengan yang modern ialah interaksi dengan penonton. Dalam
teater tradisional, penonton dianggap sebagai satu bagian dari
pertunjukan sehingga pemain yang berada di panggung banyak
melakukan interkasi dengan penonton. Sedangkan dalam
teater modern, terdapat batasan yang cukup tegas antara
pemain dengan penonton.

Disamping itu, tempat pelaksanaan dan aturan tata panggung


juga sangat jauh berbeda. Pada teater tradisional, panggung
yang disiapkan cukup sederhana, dengan suasana yang lebih
santai. Kadang diselipkan pula sedikit humor untuk menghibur
para penonton. Sedangkan dalam teater modern tata
penggungnya lebih tersusun rapi dengan suasana yang formal
dan dipertotonkan di atas panggung dengan ukuran yang lebih
besar.

Seiring dengan terus berjalannya waktu, muncullah berbagai


aliran teater modern yang mana jika diteliti dengan seksama,
memiliki ciri-ciri yang mendekat aliran teater tradisional.
Berpuluh-puluh tahun yang lalu, saat pertunjukan teater
sedang berada pada masa kejayaannya, teater mencoba untuk
melenyapkan gabungan antara penonton dan pemainnya.

Para tokoh diberi keleluasaan untuk membuat inprovisasi


menarik seperti halnya teater tradisional. Namun untuk
memperjelas komunikasi yang disampaikan, dialog verbal
diminimalisir penggunaannya dan dialihkan dengan
menggunakan bunyi, gerakan tubuh, properti panggung dan
lain sebagainya. Ini dijadikan sebagai sarana komunikasi guna
menyampaikan isi cerita yang dilakonkan.

Anda mungkin juga menyukai