Salah satu teater tradisional China yang terkenal adalah Opera Peking. Opera
Peking menggabungkan musik, tari, nyanyian, pantomim dan akrobat. Tontonan opera ini muncul
pada akhir abad ke-18 dan mulai populer di china pada pertengahan abad ke-19. Tata rias dan tata
busananya penuh warna dan sangat rumit. Gerakan-gerakan pemainnya cenderung bersifat
simbolik dan sugestif.
Salah satu bentuk teater tradisional Jepang yang terkenal adalah Kabuki. Seperti juga teater
tradisional China, tata rias dan tata busana Kabuki juga sangat rumit. Bentuk tontonannya berupa
campuran dari musik, tarian, dan nyanyian.
Kabuki berasal dari tiga suku kata bahasa Jepang, Ka yang artinya menyanyi), bu yang
artinya menari, dan ki yang artinya ketrampilan. Sehingga kabuki sering diartikan sebagai seni
menyanyi dan menari. Kabuki sebagai teater tradisional telah diturunkan dari generasi ke generasi
oleh masyarakat pendukungnya di Jepang. Dalam sejarahnya, Teater Kabuki tidak banyak
mengalami perubahan. Berbeda dengan teater Barat, di mana pelaku dan penonton dibatasi oleh
lengkung proskenium, dalam tontonan teater Kabuki pelaku dan penonton tidak diberi jarak.
Salah satu teater tradisional yang terdapat di Nusa Tenggara Barat adalah Kemidi Rudat. Tontonan
Kemidi Rudat hampir sama dengan tontonan di daerah-daerah lain.
Bentuk tontonan Kemidi Rudat, pengajiannya dalam bentuk drama, yang dikombinasi dengan tarian dan
nyanyian. Dialog yang dibawakannya un seringkali dilakukan dalam nyanyian melalui syair-syair yang
berupa pantun. Ada yang mengatakan Rudat berasal dari kata Rodat, yang artinya baris-berbaris. Dari
tontonan teater tradisional Kemidi Rudat, tampak pengaruh Bangsawan, yang berlatar-belakang
kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun bernuansa Melayu.
Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan gamelan. Bahkan lakon-lakonnya pun bersumber dari
cerita Melayu lama dan dialognya diucapkan dalam bahasa Melayu.
7. Kondobuleng
Kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal dari suku Bugis, Makassar. Kondobuleng berasal
dari kata kondo (bangau) dan buleng (putih). Kondobuleng berarti bangau putih. Tontonan Kondobuleng
ini mempunyai makna simbolis. Sebagaimana teater tradisional umumnya, tontonan Kondobuleng juga
dimainkan secara spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau. Dan dimainkan
dengan gaya lelucon, banyolan yang dipadukan dengan gerak stilisasi. Yang unik dari tontonan ini adalah
tidak adanya batas antara karakter dengan properti yang berlangsung pada adegan tertentu. Mereka
pelaku, tapi pada adegan yang sama mereka adalah perahu yang sedang mengarungi samudera. Tapi
pada saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.
8. Dulmuluk
Dulmuluk adalah teater tradisional yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Nama dulmuluk
diambil dari nama tokoh cerita yang terdapat dalam Hikayat Abdoel Moeloek. Teater tradisional Dulmuluk
ini juga dikenal dengan sebutan Teater Indra Bangsawan. Tontonan Dulmuluk ini juga menggunakan
sarana tari, nyanyi dan drama sebagai bentuk ungkapannya, dan musik merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari tontonan, karena pemain juga menyanyikan dialog-dialognya.
Humor dan banyolan sangat dominan dalam tontonan Dulmuluk, yang memadukan unsur-unsur tari,
nyanyi dan drama ini.
9. Randai
Teater Tradisional Randai yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat ini bertolak dari sastra lisan
yang disebut kaba (yang artinya cerita). Kaba yang berbentuk gurindam dan pantun didendangkan
dengan iringan saluang, rabab, bansi dan rebana. Tontonan berlangsung dalam pola melingkar
berdasarkan gerakgerak tari yang bertolak dari silat. Gerak-gerak silat ini disebut gelombang. Ceritacerita yang digarap menjadi tontonan adalah cerita-cerita lisan berupa legenda dan dongeng yang cukup
popular di tengah masyarakat.
Randai adalah tontonan yang menggabungkan musik, nyanyian tari, drama dan seni bela-diri silat.
Umumnya dipertontonkan dalam rangka upacara adat atau festival.
10. Makyong
Teater tradisional makyong berasal dari pulau Mantang, salah satu pulau di daerah Riau. Pada mulanya
tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi pada perkembangannya kemudian dimainkan ceritacerita rakyat, legenda-legenda dan cerita-cerita kerajaan. Makyong juga digemari oleh para bangsawan
dan para sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana-istana.
Tontonan Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang panjak (pawang) agar semua
yang terlibat dalam persembahan diberi keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi dan musik mendominasi
tontonan.
Tidak seperti tontonan teater tradisional yang lain, dimana umumnya dimainkan oleh laki-laki, pada
tontonan Makyong yang mendominasi justru perempuan. Kalau pemain laki-laki muncul, mereka selalu