Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Teater Tradisional

A. Perkembangan Teater Tradisional

Teater tradisional Indonesia dimulai sejak sebelum zaman Hindu. Pada

awalnya, teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara ritual

ataupun upacara adat-istiadat masyarakat setempat. Pada saat itu, yang

disebut “teater”

sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, seperti musik, tarian, dan

nyanyian, serta belum merupakan suatu bentuk kesatuan seni teater yang
utuh. Kemudian setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unusr-unsur

teater tersebut

membentuk suatu kesatuan seni teater yang utuh. Hal itu lahir dari

spontanitas masyarakat setempat.

Berikut ini ciri-ciri umum teater tradisional.

1. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng,

mitologi, atau kehidupan sehari-hari.

2. Penyajian dengan dialog, tarian, dan nyanyian.

3. Unsur lawakan selalu muncul.


4. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan dan dalam satu adegan

terdapat dua unsur emosi sekaligus, yaitu tertawa dan menangis.

5. Pertunjukan menggunakan tetabuhan atau musik tradisional.

6. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab, bahkan terlibat

langsung dalam pertunjukan dengan cara berdialog langsung dengan

pemain.

7. Menggunakan bahasa daerah.

8. Tempat pertunjukan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton).


Menurut Kasim Achmad, teater tradisional diklasifikasikan menjadi tiga

jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Teater Rakyat

Teater rakyat adalah teater yang didukung oleh masyarakat kalangan

masyarakat kalangan pedesaan. Contohnya, Lenong dari Jakarta, Ludruk

dari Jawa Timur, Longser dari Jawa Barat, dan lain-lain sebagainya.

2. Teater Klasik (Keraton)

Teater klasik adalah teater yang lahir dan berkembang di lingkungan keraton

dan kaum bangsawan. Contohnya Wayang Kulit dari Jawa dan Bali, Wayang

Wong dari Jawa, Wayang Golek dari Jawa Barat, dan sebagainya.

3. Teater Transisi (Urban)

Teater transisi adalah teater yang menampilkan ciri-ciri teater rakyat dan

teater klasik, tetapi gaya penyajiannya sudah modern. Contohnya, Dulmuluk

dari Sumatra Selatan, Srimulat dari Jawa, Sandiwara Sunda dari Jawab

Barat, dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah deskripsi bentuk-bentuk teater tradisional daerah

setempat yang ada di Indonesia.

1. Wayang

Wayang dapat berarti “bayangan”, ”gambar”, atau “citraan” mengenai

manusia, binatang para dewa, dan juga raksasa, yang berbudi halus, jahat,

kuat, dan juga lucu. Wayang merupakan suatu bentuk teater tradisional yang

sangat tua. Pertunjukan wayang dipimpin oleh dalang yang bertindak

sebagai pencerita serta sutradara wayang dan


gamelan. Wayang itu sendiri terdiri dari berbagai macam bentuk,

diantaranya Wayang Kulit, Wayang Golek, Wayang Cepak, dan Wayang

Krucil.

2. Makyang

Makyong dipengaruhi oleh budaya Hindu-Budha Thai dan Hindu-Jawa.

Nama makyong berasal dari mak hyang, nama kain untuk Dewi Sri, dewi

padi. Lakon yang digunakan dalam makyong itu berupa cerita dari sastra
lisan Melayu. Makyong pertama

kali berkembang di Riau, kemudian berkembang juga di daerah

lainnya.Makyong yang paling tua terdapat di Pulau Mantang, salah satu

pulau di Riau. Dahulu pertunjukan ini digunakan untuk menyebarkan nilai

sosial dan keagamaan serta konsep pemerintahan. Kini makyong

dipentaskan semata-mata untuk hiburan.

3. Randai

Randai merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat

Minangkabau di Sumatra Barat. Randai dapat diartikan sebagai “bersebang-


senang sambil membentuk lingkaran” karena memang para pemainnya

berdiri dalam sebuah lingkaran besar bergaris tengah yang panjangnya lima

sampai delapan meter.

Lakon yang dimainkan berupa cerita dari sastra lisan yang disebut kaba.

Dalam pertunjukan randai, selain disampaikan melalui dialog, lakon yang

dimainkan disampaikan juga melalui dialog dendang gurindam. Pertunjukan

randai pada awal perkembangannya hanya bisa dimainkan oleh laki-laki.

Namun kini bisa dimainkan juga oleh perempuan.


4. Mamanda

Mamanda merupakan salah satu bentuk teater tradisional di Kalimantan

Selatan. Sebelum mamanda lahir, telah ada suatu bentuk teater daerah

setempat dengan nama Bada Moeloek (dari kata Ba Abdoel Moeloek).Nama

bentuk teater tersebut berasal dari judul cerita yaitu Abdoel Moeloek

karangan Saleha. Pada tahu 1897 datang ke Banjarmasin suatu rombongan

Abdoel Moeloek dari Malaka yang lebih dikenal dengan Komidi Indra

Bangsawan. Pengaruh Komidi Indra Bangsawan ini sangat besar terhadap


perkembangan teater tradisional di Kalimantan Selatan.

5. Longser

Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat Sunda di

Jawa Barat. Longser berasal dari akronim kata melong(melihat dengan

kekaguman) dan sederet (tergugah) yang artinya barang siapa yang melihat

pertunjukan longser, maka hatinya akan tergugah. Bentuk teater tradisional

lainnya yang serupa dengan longser adalah topeng banjet dari Karawang,

Jawa Barat, sedangkan di Banten disebut dengan Ubrug. Longser yang

penekanannya pada tarian disebut dengan ogel atau doger. Sebelum longser
lahir dan berkembang, terdapat bentuk teater tradisional yang disebut

dengan lengger.

Anda mungkin juga menyukai