Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH SENI

“TEATER”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
MUHAMMAD SYAHRUL S
XI MIA 4

MADRASAH ALIYAH NEGERI ENREKANG


TAHUN PEAJARAN 2016/2017
Pengertian teater
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya
Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam
peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus
hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap
daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara
penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni
teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus
memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang
berkembang di wilayah negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan
orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap,
reog, band dan sebagainya.
Arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakanx
diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media :
percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada
naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara
sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan
dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang
ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam
cerita pergulatan tentang kehidupan

Sejarah perkembangan teater di Indonesia


Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang
berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan
percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung.
Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis
dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan
menikmati cerita tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis
pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini
didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani.
Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya
berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Lahirnya
adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka
agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya
berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang
diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih
menonjolkan penceritaan.
Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan
istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan
orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater.

1. Teater Tradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia
(2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai
sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa
unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung
upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara
keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan
masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarn ya
baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk
kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara,
unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang
lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat
bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan
oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda,
tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara
di mana teater tradisional lahir.

Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit,


wayang wong, lenong, randai, drama gong,arja,ubrug,ketoprak,
dansebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode
saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh
budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater
tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik
teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut
terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam
wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan).
Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai
memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode
transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi.
Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan
juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di
Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudia berkembang hingga di
Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwbur pada
tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).

Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak


Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada tahun
1891, yang pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya
dan teater Barat (Eropa), yang pada saat itu masih belum menggunakan
naskah drama/lakon. Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra
lakon dengan diperkenalkannya lakon yang pertama yang ditulis oleh
orang Belanda F.Wiggers yang berjudul Lelakon Raden Beij Soerio
Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat
Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer (1913), dan lain-lainnya,
yang menggunakan bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti
Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan
Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian
lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi
Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek,
Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater
transisi belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara.
Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama
sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama.
Unsur-unsur teater menurut urutannya
*Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/
pemain/actor)
*Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak
bunyi dan gerak rupa)
*Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran)
*Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
* Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
*Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi)
sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan
penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan
segala macam pernyataan seni.

Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya


a. Teater rakyat
Teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan bentuk
teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-
kaidah pertunjukan yang kaku, sifat nya spontan,improvisasi.
Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
b. Teater Keraton
Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan
kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan
terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada
kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa.
Contoh;teater wayang
c. Teater Urban atau kota-kota.
Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan keraton
teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya
kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai produk dari
kebutuhan baru sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukaN
diIndonesia.
d. Teater kontemporer
Teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe
melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang
besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas.
Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti
teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan
melakukan pencarian,eksperimen berbagai bentuk teater untuk
mewujudkan teater Indonesia masa kini.

Anda mungkin juga menyukai